BAB I PENDAHULUAN - Studi Mengenai Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Hortikultura Kabupaten Karo
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor usaha yang mempunyai banyak
permasalahan di Indonesia. Menurut Apriyantono (2011), beberapa masalah
pembangunan pertanian Indonesia yang mendasar yaitu pertama, masalah
birokrasi Deptan yang penuh akan KKN, lemahnya dalam tindakan mengeksekusikebijakan, serta koordinasi antar lembaga kurang kuat. Kedua, masalah
kepemilikan lahan pertanian, dimana banyak petani Indonesia memiliki lahan
yang sempit, produktivitas yang menurun sebagai akibat dari intensifikasi yang
berlebihan dan penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Ketiga,
keterampilan petani yang rendah dengan tingkat pendidikan yang rendah, miskin,
teknologi yang rendah, bekerja tidak efisien serta produktivitas yang rendah.Keempat, masalah kepemilikan lahan yang menyulitkan petani banyak
terjadi sengketa antara petani dengan pemerintah maupun pengusaha, banyak
petani yang belum mempunyai sertifikat tanah yang sah, serta sistem pewarisan
tanah. Masalah kelima adalah mentalitas petani yang lemah dalam
memperjuangkan haknya serta lemah dalam berwirausaha. Keenam, pasar dan
tataniaga yang sering menyulitkan petani dengan harga yang berfluktuatif
tergantung pada pedagang dan tengkulak, penguasaan informasi dan akses pasar
yang lemah serta rantai tataniaga yang panjang. Masalah yang ketujuh yaitu
lemahnya kesadaran petani dalam berorganisasi yang membuat petani menjadi
tidak mandiri. Masalah kedelapan adalah masalah permodalan dimana petani yang
mengalami kekurangan modal sulit untuk memperolehnya sebab perbankan yang
kurang peduli pada petani, belum adanya asuransi petani serta sistem ijon.Dari banyaknya permasalahan tersebut, masalah yang paling sering dihadapi petani adalah permodalan. Banyak petani di Indonesia, khususnya Sumatera Utara
merasa sulit untuk memperoleh modal untuk mengembangkan ataupun memulai
usaha mereka. Kesulitan petani dalam memperoleh maupun mengakses
permodalan usahatani telah lama dikeluhkan kepada pemerintah. Namun demikianpemerintah sudah banyak mengucurkan dana untuk mengembangkan pertanian,
salah satunya yaitu melalui perbankan. Namun banyak lembaga keuangan maupun perbankan yang serius dalam pembiayaan sektor pertanian masih sangat terbatas.Satu bentuk perhatian yang bisa diberikan pada sektor pertanian dapat berupa kehadiran lembaga pembiayaan atau lembaga keuangan khusus. Untuk itu, perlu disusun payung hukum bagi lembaga tersebut. Tujuan adanya undang-
undang hukum tersebut agar tidak sama dengan payung hukum bagi perbankan,
lembaga pembiayaan, atau keuangan pada umumnya. Lembaga keuangan dan
perbankan yang sudah ada selama ini untuk menyentuh sektor pertanian masih
belum ideal. Oleh karena itu kemudian munculah skim-skim khusus, salah satu
contohnya adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).Program PUAP merupakan program terobosan Departemen Pertanian untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja sekaligus mengurangi
kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor.
PUAP berbentuk fasilitas bantuan modal usaha petani anggota baik petani
pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program PUAP memiliki tujuan antara lain:1. Untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di pedesaan sesuai dengan potensi wilayah.
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra petani.
3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
4. Menigkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dimulai sejak tahun 2008. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tersebut telah disalurkan sebagian besar kepada Gapoktan-gapoktan dengan nilai mencapai Rp 1,0573
triliyun dengan jumlah rumah tangga petani yang terlibat adalah sekitar 1,32 juta
(Anwar, 2008).Menurut data BPTP Sumatera Utara (2011), salah satu kabupaten penerima
dana BLM-PUAP adalah Kabupaten Karo. Adapun jumlah desa/Gapoktan yang
telah menerima dana Program PUAP di kabupaten tersebut sampai akhir tahun
2011 adalah berjumlah 16 desa/Gapoktan dari 17 kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Karo. Seperti yang diketahui bahwa Kabupaten Karo merupakan
kabupaten yang mengandalkan sektor pertaniannya dari komoditi hortikultura.Tabel 1.1. Data Kabupaten/Kota Penerima Dana PUAP di Sumatera Utara Tahun 2008-2011 No.5 Deli serdang
2
4
1
7
4 Dairi
8
4
1
13
4
3
2
41
14
58
13
6 HumbangHasun dutan
4
5
7
1
17
3 Binjai
17
Kabupaten/K ota Jumlah
3
Desa/Gapoktan SK Tahap I
Jumlah Desa/Gapoktan
SK Tahap II Jumlah
Desa/Gapoktan SK Tahap III
Jumlah Desa/Gapoktan
SK Tahap IV Jumlah
Desa/Gapoktan SK Tahap V
Jumlah Bermasalah/
Keterangan
1 Asahan
7
3
1
10
7
28
2
2 Batubara
3
4
2
5
3
7 Karo
5
16
3
9
37
9
5
25 Simalungun
51
6
42
3
24 Serdang Bedagai
3
4
5
8
23 Samosir
2
2
22 Pakpak Bharat
13
3
10
21 Padang Lawas Utara
15
63
26 Tapanuli Selatan
14
2
Menurut Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
(BP4K) Kabupaten Karo pada Tahun 2009 Kabupaten Karo memperoleh kucuran dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) sebesar Rp 4.400.000.000,00 untuk 44 desa/Gapoktan. Dana tersebut disalurkan ke masing – masing desa/Gapoktan sebesar Rp 100.000.000,00. Sedangkan untuk desa/Gapoktan yang fokus usahanya adalah sektor hortikultura ada sebanyak 19 desa/Gapoktan. Untuk data yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.2.39 Sumber: BPTP Sumatera Utara, 2011
15 Jumlah 21 250 76 109 32 488
1
5
1
8
29 Toba Samosir
5
17
1
4
8
10
28 Tapanuli Utara
1
15
7
2
6
27 Tapanuli Tengah
13
1
2
2
1
20 Padang Lawas
16
2
3
3
12 Kota Tebing tinggi
2
1
1
11 Kota Tanjung Balai
10
1
2
5
10 Kota Pematang Siantar
17
6
1
5
9 Kota Padang Sidempuan
2
9
1
1
3
4
8 Kota Medan
13 Labuhan Batu
2
15
1
1
3
11
19 Nias Selatan
1
16
1
3
12
17 Mandailing Natal
1
1
19
16 Langkat
12
1
2
9
15 Labuhan Batu Utara
10
1
6
3
14 Labuhan Batu Selatan
11
1 Bukit Bukit Arih Ersada 100,000,000 104,000,000
2. Melas Sada Aronta 100,000,000 104,000,000 3.
Kutajulu Sada Rarasen 100,000,000 134,869,500 Sudah RAT
Pancurbatu Damai Sejahtera 40,000,000 41,260,000
8 Merek 3.
Kacaribu Karya Bersama 100,000,000 150,673,300 Sudah RAT
7 Kabanjahe 2.
Ndeskati Arih Ersada 100,000,000 106,400,000
6 Naman Teran 1.
3. Paribun Lau Sungsang 100,000,000 103,517,500
Penampen Harapan Tani 100,000,000 125,000,000 Sudah RAT
5 Barus Jahe 1.
Kubucolia Sada Perarih 100,000,000 100,240,000
Sugihen Bintang Tani Jaya 100,000,000 114,400,000 5.
Dolat Rayat Dolat Ta Ras 100,000,000 102,000,000 4.
Tabel 1.2. Data Kecamatan, Desa dan Gapoktan Penerima Dana PUAP4 Dolat Rayat 1.
Tigapanah Maju Bersama 100,000,000 113,960,000 2.
Jumlah
3 Tigapanah 1.
Sada Nioga 100,000,000 104,950,000
100,000,000 115,380,000 5. Simolap
Kuta Mbaru Punti Simalem
Sukajulu Simalem 100,000,000 123,200,000 4. Kuta Mbaru Punti
Masuk ke Rekening Gapoktan 3. Sukajulu
Paya Bundung - - Dana Tidak
Simpang Pergendangen
Kem-kem Arih Ersada 100,000,000 100,340,000 2.
2 Tiga Binanga 1.
Surbakti Surbakti Simalem 100,000,000 112,320,000
Jeraya Tani Jaya 100,000,000 107,500,000 2.
1 Simpang Empat 1.
Sektor Usaha Hortikulutura Kabupaten Karo Tahun 2009
No Kecamatan Desa Nama Gapoktan Total (Rp) Perkembangan LKM-A (Rp) *) KeteranganRp. 60.000.000,- masih direkening gapoktan
20 Gapoktan 1,840,000,000 2,134,876,497
Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kab. Karo,2012(Data Diolah).
- *) : Keadaan perkembangan LKM-A sampai Oktober 2012 LKM-A : Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
Salah satu kecamatan yang menerima dana PUAP adalah Kecamatan Barus
Jahe. Di Kecamatan Barus Jahe terdapat 19 desa. Sampai saat ini Desa Serdang dan Desa Paribun telah memasuki tahun yang keempat dalam memanfaatkan dana PUAP tersebut. Pemanfaatan dana PUAP dialokasikan untuk pembelian sarana produksi kegiatan pertanian yang meliputi pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan dan sebagainya serta juga digunakan untuk simpan pinjam.
Dengan adanya program PUAP, maka tingkat kesejahteraan petani semakin
baik. Hal ini disebabkan oleh penguatan permodalan yang diperoleh petani untuk
kegiatan usahataninya. Penguatan permodalan yang diperoleh petani berasal dari
Gapoktan dalam bentuk simpan pinjam. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti
tertarik untuk meneliti penggunaan dana program PUAP di Kabupaten Karo khususnya mengenai perkembangan dan pengembalian dana program tersebut dari Tahun 2008 sampai Tahun 2012.1.2. Identifikasi Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana perkembangan program PUAP di Kabupaten Karo? 2.
Bagaimana perbedaan tingkat pengembalian dana program PUAP di daerah penelitian?
3. Bagaimana perbedaan karakteristik sosial ekonomi petani penerima dana PUAP di daerah penelitian (Gapoktan A pengembalian dana lancar dan Gapoktan B pengembalian dana tidak lancar)? 4. Bagaimana perbedaan pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B?
5. Bagaimana perbedaan hubungan pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP dengan tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B?
6. Apa saja kegunaan dana program PUAP menurut petani penerima dana program PUAP di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan program PUAP di Kabupaten Karo.
2. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pengembalian dana program PUAP di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik sosial ekonomi petani penerima dana PUAP di daerah penelitian (Gapoktan A pengembalian dana lancar dan Gapoktan B pengembalian dana tidak lancar).
4. Untuk menganalisis perbedaan pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B.
5. Untuk menganalisis perbedaan hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP dengan tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B.
6. Untuk mengetahui kegunaan dana program PUAP menurut petani penerima dana program PUAP di daerah penelitian.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Sebagai bahan masukan bagi Gapoktan dan petani terhadap perbaikan perkembangan Gapoktan di Kabupaten Karo.
2. Sebagai bahan masukan dan perbaikan terhadap instansi pemerintah di Kabupaten Karo dalam menetukan kebijakan terhadap petani .
3. Sebagai bahan informasi maupun referensi untuk pengembangan ilmu serta penelitian selanjutnya.