Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)

(1)

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA

AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

(Studi Kasus : Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

JOHANNES KAPRI PANDIANGAN 050309037

S E P / P K P

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA

AGRIBISNIS PEDESAAN

(Studi Kasus : Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

JOHANNES KAPRI PANDIANGAN 0 5 0 3 0 9 0 3 7

S E P / P K P

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. LILY FAUZIA, MSi) (EMALISA. SP, MSi)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

JOHANNES KAPRI PANDIANGAN (050309037), dengan judul

penelitian ”EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA

AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)”, dibimbing oleh

Ibu Hj. Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ibu Emalisa SP, M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan, peran Penyuluh, peran GAPOKTAN, serta untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah quota sampling. Untuk metode penelitian adalah dengan menggunakan metode CIPP (contex, input, process, product) serta dengan metode diskriptif.

Dari hasil penelitian diperoleh hal-hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program Pengembangan Usaha AgribisnisnPedesaan (PUAP) desa Buah Nabar, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dapat dikategorikan baik.

2. Penyuluh Pertanian Lapangan sangat berperan besar dalam membimbing dan mengarahkan para petani pada umumnya dan para pengurus GAPOKTAN khususnya dan juga dalam pengawasan program PUAP.

3. GAPOKTAN memiliki peran sentral dalam program PUAP. Terutama dalam proses penyusanan RUB (Rencana Usaha Bersama) hingga proses pencairan dan pengembalian dana PUAP.

4. Pelaksanaan program PUAP di desa Buah Nabar, kecamatan Sibolangit, kabupaten Deli Serdang telah dapat dikategorikan berhasil. Nilai tingkat keberhasilan program PUAP didaerah penelitian adalah 42.79 dengan persentase ketercapai sebesar 89.16%.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, Sumatera Utara pada tanggal 09 Januari 1986 dari Bapak Sidin Pandiangan SP dan Ibu Rosmina Nainggolan. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh Penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1998 menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 107982 Lubukpakam, Deli Serdang.

2. Tahun 2001 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Lubukpakam, Deli Serdang.

3. Tahun 2004 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Lubukpakam, Deli Serdang.

4. Tahun 2005 diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Tahun 2009 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Dolok Tolong Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.

6. Tahun 2010 melakukan penelitian skripsi di Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi yaitu :

1. Pengurus Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Fakultas Pertanian USU tahun 2007.

2. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas (MPMF) Fakultas Pertanian USU periode 2009 – 2010.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan”, Studi kasus : Desa Buah Nabar Kecamatan

Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada Ibu Hj. Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh Staff Pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda tercinta Sidin Pandiangan, SP atas dukungan semangat, motivasi, materi dan doa yang diberi pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan kepada Ibunda Rosmina Nainggolan yang terus mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. Juga ucapan terima kasih kepada keluarga


(6)

besar penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Fenytha Bangun, SP, Helova Leonard Panjaitan, SP, Binsar Situmorang, SP, Herry Yanto Siburian, SP, Henri Siregar, SP, Fery S Sembiring dan semua rekan-rekan mahasiswa angkatan 2005, angkatan 2007, angkatan 2008 Program Studi Agribisnis serta para pengurus PEMA FP USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, untuk persahabatan selama ini yang senantiasa mendukung penulis dalam doa dan pemikiran, serta teristimewa buat Marintan Sihombing, SS atas segala perhatian, doa, kasih dan semangat yang menguatkan dan meneguhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Landasan Teori ... 10

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

2.4 Hipotesis Penelitian ... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2 Metode Penelitian Pengambilan Sampel ... 22

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4 Metode Analisis Data ... 23

3.4 Definisi dan Batasan Operasional ... 26

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 29

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 48

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50


(8)

Sibolangit ... 34

5.2 Peran Penyuluh Pertanian dalam Menjalankan Program PUAP ... 43

5.3 Peran GAPOKTAN/POKTAN Dalam Menjalankan Program PUAP ... 46

5.4 Keberhasilan Program PUAP di Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit ... 47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Nama Desa Penerima Program PUAP Di Deli Serdang Pada

Tahun 2009 21

2. Data Jumlah Anggota Kelompok Tani Dan Jumlah Sampel

Yang Ada Di Desa Buah Nabar 22

3. Pelaksanaan Program PUAP Di Desa Buah Nabar 24

4. Skor Pelaksanaan Program PUAP 25

5. Distribusi Penduduk Desa Buah Nabar Menurut Kelompok

Umur pada tahun 2008 30

6. Sarana Dan Prasarana Sosial Ekonomi Yang Tersedia Di Desa

Buah Nabar Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 31 7. Karakteristik Petani Sampel Desa Buah Nabar Kecamatan

Sibolangit Tahun 2010

31

8. Pelaksanaan Program PUAP di Desa Buah Nabar Kecamatan

Sibolangit Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 39 9. Tahapan Pencairan Dana PUAP di Desa Buah Nabar 42 10. Pelaksanaan Program PUAP Di Desa Buah Nabar 48 11. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Program PUAP di Desa

Buah Nabar 49


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Karakteristik Petani Sampel yang Mengikuti Program PUAP ... 1

2. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program PUAP (Context) ... 2

3. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program PUAP (Input) ... 4

4. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program PUAP (Process) ... 6


(11)

ABSTRAK

JOHANNES KAPRI PANDIANGAN (050309037), dengan judul

penelitian ”EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA

AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)”, dibimbing oleh

Ibu Hj. Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ibu Emalisa SP, M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan, peran Penyuluh, peran GAPOKTAN, serta untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah quota sampling. Untuk metode penelitian adalah dengan menggunakan metode CIPP (contex, input, process, product) serta dengan metode diskriptif.

Dari hasil penelitian diperoleh hal-hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program Pengembangan Usaha AgribisnisnPedesaan (PUAP) desa Buah Nabar, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dapat dikategorikan baik.

2. Penyuluh Pertanian Lapangan sangat berperan besar dalam membimbing dan mengarahkan para petani pada umumnya dan para pengurus GAPOKTAN khususnya dan juga dalam pengawasan program PUAP.

3. GAPOKTAN memiliki peran sentral dalam program PUAP. Terutama dalam proses penyusanan RUB (Rencana Usaha Bersama) hingga proses pencairan dan pengembalian dana PUAP.

4. Pelaksanaan program PUAP di desa Buah Nabar, kecamatan Sibolangit, kabupaten Deli Serdang telah dapat dikategorikan berhasil. Nilai tingkat keberhasilan program PUAP didaerah penelitian adalah 42.79 dengan persentase ketercapai sebesar 89.16%.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh Negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar

untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo dkk, 2004).

Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta pembangunan industri yang terus berkembang mengakibatkan permintaan akan lahan semakin besar, hal ini yang berpengaruh pula terhadap meningkatnya permintaan terhadap penyediaan bahan pangan sehingga diperlukan upaya-upaya dalam memenuhi kebutuhan pangan guna menciptakan kemandirian dan ketahanan pangan nasional. Disisi lain terjadinya alih fungsi lahan dari pertanian menjadi non pertanian, pencapaian tingkat produksi pangan tidak sesuai karena menciutnya luas lahan dan juga terjadinya penurunan kualitas lahan yang ada, akibatnya terjadi degradasi lahan dan air (Tohir, K.A, 1983).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di pedesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80%


(13)

berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang

penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak

langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin (Departemen Pertanian, 2009).

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut Pemerintah menetapkan Program Jangka Menengah (2005-2009) yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan (Departemen Pertanian, 2009).

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja dipedesaan, Bapak Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M (Departemen Pertanian, 2009).

Untuk pelaksanaan PUAP di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. PUAP


(14)

merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.

Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, GAPOKTAN didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani.Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja dipedesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Departemen Pertanian maupun Kementerian/ Lembaga lain dibawah payung program PNPM Mandiri (http://database.deptan.go.id, 2009).

Tatkala krisis finansial global datang mencekam, dan masyarakat kecil sulit mengakses modal perbankan, hadirnya lembaga keuangan mikro di pedesaan tentu membawa angin segar. Apalagi jika lembaga itu beroperasi atas dasar prinsip bagi hasil (profit sharing), bukan atas dasar bunga riba seperti lembaga perbankan pada umumnya (Sinartani, 2009).

Dalam konteks inilah, program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang digulirkan Departemen Pertanian per 2008 seakan menemukan momentumnya. PUAP merupakan bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani (Sinartani, 2009).

Melalui PUAP, kata Menteri Pertanian Anton Apriantono, Departemen Pertanian ingin membangun lembaga-lembaga keuangan mikro berbasis syariah


(15)

atau sistem bagi hasil di desa-desa. Tahun 2008, PUAP digulirkan untuk 11.000 desa. Tahun 2009, rencananya PUAP kembali menyentuh 10.000 desa baru. Dengan modal awal masing-masing Rp. 100 juta per desa, Mentan berharap sektor ril agribisnis tumbuh di desa-desa. Dari sanalah, diharapkan, muncul pusat-pusat pertumbuhan agribisnis sebagai solusi untuk mengentaskan masalah pengangguran dan kimiskinan (Sinartani, 2009).

Berdasarkan beberapa hal di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana program PUAP ini berjalan dan untuk mengetahui perubahan yang sudah terjadi di dalam GAPOTAN/POKTAN secara umum dan pada petani secara khusus. Dan penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan program PUAP ini.

Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan program PUAP di desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit?

2. Bagaimana peran Penyuluh Pertanian dalam menjalankan program PUAP? 3. Bagaimana peran GAPOKTAN/POKTAN dalam menjalankan program

PUAP ini?

4. Bagaimana keberhasilan program PUAP di desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit?


(16)

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program PUAP di Buah Nabar Kecamatan Sibolangit.

2. Untuk mengetahui peran Penyuluh Pertanian dalam menjalankan program PUAP.

3. Untuk mengetahui peran GAPOKTAN/POKTAN dalam menjalankan program PUAP ini.

4. Untuk mengetahui keberhasilan program PUAP di desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Smatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian seperti ini.

3. Sebagai bahan informasi bagi GAPOKTAN/POKTAN dalam menjalankan program PUAP.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pengembangan usaha agribisnis di pedesaan yang selanjutnya disebut dengan PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. Dalam rangka pelaksanan PUAP di Departemen Pertanian, maka Menteri Pertanian telah membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan dengan surat kepetusan Menteri Pertanian Nomor : 545/Kpts/OT.160/9/2007 dan Peraturan Menteri Pertanian (PERMENTAN) Nomor : 16/Permetaan/OT.140/2/2008, pada tanggal 11 Februari 2008 tentang Pedoman Umum PUAP. Guna mengetahui perkembangan pelaksanaan, penyaluran, dan pemanfaatan dana BLM-PUAP diperlukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan secara sistematik, berjenjang, terukur,

transparan, dan dapat dipertanggung jawabkan (Departemen Pertanian, 2008). Setiap kegiatan memerlukan penilaian / evaluasi dimana evaluasi adalah

kegiatan untuk menilai efisiensi dan efektifitas suatu kegiatan dengan menggunakan indikator-indikator tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini dilakukan secara sistematik dan obyektif serta terdiri dari evaluasi sebelum kegiatan dimulai, saat kegiatan berlangsung, dan sesudah kegiatan selesai


(18)

Program PUAP dilaksanakan oleh petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani miskin di pedesaan melalui koordinasi Gapoktan sebagai lembaga yang dimiliki dan dikelola oleh petani. Salah satu tujuan PUAP adalah mengatasi persoalan petani terhadap ketersediaan permodalan, akses pasar dan teknologi. PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) yang dicanangkan oleh Bapak

Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah (Departemen Pertanian, 2008).

Pelaksanaan PUAP mengacu pada pola dasar yang ditetapkan dalam PERMENTAN nomor 16/OT.140/2/2008 yaitu pendidikan dan latihan pengembangan usaha, pendampingan dan pemberian fasilitas bantuan modal usaha tani yang dikoordinasi oleh Gapoktan. Untuk membangun kemandirian Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP maka perlu didampingi oleh Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan dana sesuai dengan tujuan PUAP. PUAP bertujuan untuk:

a. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah;

b. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;

c. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.


(19)

d. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau

mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. (Departemen Pertanian, 2008).

Menjadikan sektor pertanian yang handal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber daya manusia. Petani sebagai salah satu sumber daya manusia pertanian, selama ini masih mendapatkan posisi yang belum diperhitungkan, antara lain akibat dari kemampuan dan kualitasnya yang belum baik. Upaya peningkatan kualitas petani dilakukan antara lain melalui peranan penyuluh pertanian lapangan. Kemampuan penyuluh mengimplementasikan perannya, akan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas petani sebagai ujung tombak sektor pertanian sehingga petani mampu berusahatani dan memiliki kehidupan lebih baik (Anonimus,2004).

Penyuluh pertanian lapangan merupakan agen perubahan yang langsung berhubungan dengan petani. Fungsi utamanya adalah mengubah perilaku petani melalui pendidikan non-formal sehingga petani memiliki kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Penyuluh dapat mempengaruhi sasaran melalui perannya sebagai motivator, edukator, dinamisator, organisator, komunikator, maupun sebagai penasehat petani. Berbagai peran tersebut diterapkan oleh penyuluh dengan kadar yang berbeda, tergantung pada karakteristik/ciri petani termasuk potensi wilayahnya, misal: wilayah yang mulai menerima ide baru, wilayah sedang berkembang maju, ataupun wilayah maju. Sehingga, saat ini peran penyuluh mencakup pemberian materi perubahan bagi petani serta melakukan


(20)

kesadaran sendiri (self-reliance) untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik (Anonimus,2004).

Penyuluhan pertanian adalah bentuk pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) agribisnis yang paling menentukan keberhasilan pembangunan sistem dan usaha agribisnis, karena secara langsung menyangkut pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) petani/pengusaha pertanian/pedagang pertanian sebagai

pelaku (aktor) pembangunan sistem dan usaha agribisnis (Soedijanto, 2004).

PERMENTAN Nomor 16/permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) menetapkan bahwa Gapoktan sebagai pelaksana PUAP merupakan penggabungan dari beberapa kelompok tani dalam satu kawasan desa. Tujuan penggabungan kelompok menjadi Gapoktan dalam PERMENTAN Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 adalah untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif agar kelompok tani lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan,peningkatan atau perluasan usaha tani disektorhulu dan

hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar (Departemen Pertanian, 2008).

Gapoktan diposisikan sebagai institusi yang mengkoordinasi lembaga-lembaga fungsional di bawahnya, yaitu para kelompok tani.Pemberdayaan Gapoktan tersebut berada dalam konteks penguatan kelembagaan. Untuk dapat berkembangnya sistem dan usaha agribisnis diperlukan penguatan kelembagaan baik kelembagaan petani, maupun kelembagaan usaha dan pemerintah agar dapat


(21)

berfungsi sesuai dengan perannya masing-masing. Kelembagaan petani dibina dan dikembangkan berdasarkan kepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan berkembang dari masyarakat itu sendiri (Anonimus, 2007).

Tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas. Disini terlihat bahwa, pembentukan Gapoktan bias kepada kepentingan “atas”, yaitu sebagai “kendaraan” untuk menyalurkan dan menjalankan berbagai kebijakan dari luar desa (Anonimus, 2007).

Gapoktan sesungguhnya telah dikenal. Saat ini, Gapoktan diberi pemaknaan baru, termasuk bentuk dan peran yang baru. Gapoktan menjadi lembaga gerbang (gateway institution) yang menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya. Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian, dan termasuk untuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani.Point utama yang ingin disampaikan adalah perlunya

dihindari pengembangan kelembagaan dengan konsep cetak biru (blue print approach) yang seragam, karena telah memperlihatkan kegagalan

(Anonimus, 2007).

Landasan Teori

Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di


(22)

bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai (Departemen Pertanian, 2002)

Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.

Evaluasi mempunyai kaitan yang erat dengan perencanaan yang secara utuh adalah salah satu fungsi dalam siklus manajemen apa saja yang direncanakan. Evaluasi adalah sebagai salah satu fungsi manajemen berurusan dan berusaha untuk mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu rencana sekaligus mengukur se-obyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima (Anonimus,2007).

Dalam kaitannya dengan proyek atau program, evaluasi didefenisikan sebagai suatu proyek/program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan objektif dan pada hakikatnya evaluasi dilakukan untuk memenuhi hasrat ingin tahu manusia dan hasrat ingin mencari kebenaran. Ada 5 manfaat yang penting dari evaluasi, yaitu :

1. Penyuluh pertanian setiap saat harus mengambil keputusan dan kemudian mengambil tindakan yang menurut anggapannya merupakan tindakan yang terbaik.


(23)

2. Untuk memeriksa tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian dan mengupayakan perbaikan yang diperlukan.

3. Untuk menimbulkan rasa aman bagi pegawai yang melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya dengan baik.

4. Adanya hubungan yang baik antar masyarakat.

5. Tumbuhnya sikap profesional diantara sesama penyuluh pertanian yang menggunakan teknis evaluasi yang ilmiah,

(Anonimous, 2001).

Dalam pelaksanaan program dapat juga dibedakan tiga tahap evaluasi, yaitu: a) Evaluasi sewaktu berjalan (on going)

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah kesinambungan relevansi, efisiensi dan efektivitas kegiatan program dapat dipertahankan, serta untuk mengetahui output, efek dan dampak yang timbul atau akan mungkin ditimbulkannya, yang dilakukan pada waktu proyek tersebut sedang berjalan.

b) Evaluasi akhir

Evaluasi ini dilaksanakan enam sampai dua belas bulan setelah program berakhir, atau sebelum memulai fase program beerikutnya, sebagai pengganti evaluasi menyeluruh pada proyek-proyek berjangka waktu singkat.

c) Evaluasi menengah

Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pengembangan program telah tercapai sepenuhnya, yaitu beberapa tahun setelah program berakhir, bila manfaat dan dampak yang diharapkan dari proyek telah terlaksana sepenuhnya (Anonimous, 2001).


(24)

Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Jumlah anggota kelompok tani terdiri atas 20-25 orang atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usaha taninya dan dipimpin oleh seorang ketua (Departemen Pertanian, 2008).

Dalam ilmu evaluasi program, ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program, salah satunya adalah model evaluasi CIPP. Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil keputusan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan suatu program. Model evaluasi CIPP terdiri atas empat jenis evaluasi, yaitu:

1). Context Evaluation (Evaluasi Konteks), digunakan untuk menganalisis problem yang dihadapi dan kebutuhan dalam program tertentu agar ketimpangan yang terjadi dapat dihilangkan.

2). Input Evaluation (Evaluasi Masukan), digunakan untuk menilai strategi dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai obyektif program guna membantu mengambil keputusan dalam memilih strategi dan sumber terbaik dalam keterbatasan.

3). Process Evaluation (Evaluasi Proses), digunakan untuk memonitor dan mengontrol proses pelaksanaan program, melakukan koreksi dan penyesuaian jika terjadi penyimpangan.


(25)

4). Product Evaluation (Evaluasi Produk), digunakan untuk mengukur kuantitas dan kualitas hasil pelaksanaan program yang hasilnya dibandingkan dengan obyektif dari program. Hasil dari evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan apakah program diteruskan, dihentikan atau diubah. Product evaluation juga digunakan untuk merencanakan program berikutnya (Anonimus, 2007).

Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (relity) dengan kondisi yang diharapkan

(idelity). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang.

Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan


(26)

menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktek implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tidak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu :

1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan.

2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan.

3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan.


(27)

Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes

dalam hubungannya dengan konteks, input, proses kemudian diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.

Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, presentase, data observasi, diagram data, sosiometri dll, yang dapat ditelesuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.

Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian-penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi. Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu :


(28)

1. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program.

2. Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

3. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.

4. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan.


(29)

Kerangka Pemikiran

Departemen Pertanian mempunyai program terobosan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Mulai tahun 2008 dan seterusnya melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Tahun 2008 sebanyak 10.000 desa dan bertambah terus hingga 70.000 desa. Tahun 2008 anggaran yang disediakan sebesar Rp. 1 triliun, tiap desa menerima Rp. 100 juta. Tahun 2008 Pemerintah mengalokasikan Rp. 15 triliun dan tahun 2009 sebesar Rp. 58 triliun (Anonimus, 2008).

Dalam pelaporan kegiatan PUAP dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan oleh Penyuluh Pendamping, Penyelia Mitra Tani, Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Provinsi (Dinas Pertanian), dan tim PUAP pusat.

Program PUAP ini sendiri harus mendapat pengawasan dalam pelaksanaannya dilapangan. Peran pengawasan di lapangan dilakukan oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang bertugas di WKPP tempat program ini dijalankan. Program PUAP di berikan kepada Gapoktan yang selanjutnya Gapoktan berperan penting membagikan dana kepada kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan tersebut, selanjutnya kelompok tanilah yang membagikan dana kepada petani untuk dipergunakan pada usahatani mereka. Keberhasilan atau ketidakberhasilan program PUAP ini dapat di ketahui apabila program ini telah mencapai sasaran awal dari program ini apabial telah melewati tahap evaluasi.

Dalam pelaporan kegiatan PUAP dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan oleh penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, tin teknis kabupaten/kota, tim Pembina provinsi (Dinas Pertanian), dan tim PUAP pusat.


(30)

Maka secara sederhana di perolehlah kerangka pemikiran yang sederhana sebagai berikut:

Skema kerangka pemikiran:

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Keterangan :

= hubungan = tujuan DINAS PERTANIAN

PROGRAM PUAP

GAPOKTAN PPL

POKTAN

PETANI

PUAP bertujuan untuk:

a. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah;

b. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani; c. Memberdayakan kelembagaan petani

dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.

d. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

TIDAK BERHASIL EVALUASI


(31)

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah Program PUAP di desa Buah


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN, PENETAPAN SAMPEL,

DEFENISI DAN BATASAN OPERASIONAL

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu daerah dipilih dengan dengan sengaja berdasarkan beberapa pertimbangan. Kecamatan yang dipilih adalah Kecamatan Sibolangit yang terletak di Kabupaten Deli Serdang dengan alasan di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang ini merupakan salah satu kecamatan di Indonesia yang telah menjalankan dan melaksanakan program PUAP ini sejak tahun 2009, dan desa Buah Nabar sendiri merupakan satu-satunya desa di kecamatan Sibolangit yang proses pengembalian dana PUAP kepada Gapoktan mencapai 100% (tahap I).

Tabel 1.Nama Desa Penerima Program Puap di Deli Serdang Pada Tahun 2009

No. KECAMATAN GAPOKTAN DESA

1. STM. HILIR • Maju Bersama

• Karya Bersama

• Aronta

• Siguci

• Gunung Rintih

• Penungkiran 2.. PANTAI LABU • Bagan Sejahtera • Bagan Serdang

3. BERINGIN • Maju Tani

• Sri Abdi Tani

• Tumapatan Bersatu

• Serasi

• Serdang

• Sidourip

• Tumpatan

• Pasar V Kebon Kelapa 4. SIBOLANGIT • Harapan Kita

• Bingkawan Simalem

• Sri Rejeki

• Batu Mbelin

• Bingkawan

• Buah Nabar 5. LABUHAN DELI • Tunas Baru

• Johar Mulia Tani

• Karang Gading

• Pematang Johar 6. BATANG KUIS • Bersama

• Lestari

• Mesjid

• Tumpatan Nibung 7. HAMPARAN PERAK • Sepakat Tani

• Namora

• Sinar Tani

• Desa Lama

• Kota Datar

• Kota Rantang 8. BIRU-BIRU • Lorena

• Dalin Ersada

• Mari Ersada

• Lorena/Mardinding Julu

• Dalin Ersada/Kuala Dekah

• Mari Ersada/Tanjung Sena 9. KUTALIMBARU • Malam Teta

• Berdikari

• Tani Makmur

• Suka Makmur

• Perpanden

• Sei Mencirim Sumber : Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang


(33)

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 4 kelompok tani tanaman pangan dan hortikultura yang terdapat di desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, dan seluruh kelompok tani tergabung dalam gabungan kelompok tani yang mengikuti program PUAP di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Penentuan sampel penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling yaitu dengan teknik quota sampling. Sampel diambil secara sengaja sebanyak 6 orang dari masing-masing kelompok tani yang ada sehingga terpenuhi jumlah sampel yang diinginkan yaitu sebanyak 30 orang (sampel).

Tabel 2. Data Jumlah anggota kelompok tani dan jumlah sampel yang ada di Desa Buah Nabar

No. Kelompok Tani Jumlah Anggota Jumlah Sampel

1. Kelompok Tani Jaya 20 8

2. Kelompok Tani Sada Nioga 12 7

3. Kelompok Tani Makmur 15 7

4. Kelompok Tani Tunas Mekar 20 8

Jumlah 67 30

Sumber : Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang tahun 2010


(34)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari PPL dan kelompok tani di Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu kantor Kepala Desa, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kantor Camat yang berada di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang serta literatur yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Hipotesis (1), dianalisis dengan mengunakan tabulasi sederhana dengan metode analisis skoring dan dipadukan dengan metode CIPP dengan cara memberikan pertanyaan kepada sampel penelitian, jawaban A bernilai 3, jawaban B bernilai 2, jawaban C bernilai 1.


(35)

Tabel 3. Pelaksanaan Program PUAP di Desa Buah Nabar

No Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context 1. Perencanaan Program PUAP dapat

mengurangi kemiskinan di desa.

2. Perencanaan Program PUAP dapat mengurangi angka pengangguran di desa. 3. Perencanaan Program PUAP dapat

menumbuhkembangkan usaha agribisnis di desa

4. Perencanaan Progam PUAP dibuat untuk meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani

2. Input 1. Program telah memberdayakan masyarakat

dalam pengelolaan PUAP.

2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal.

3. Penguatan modal petani kecil, buruh tani dan rumah tangga miskin kepada sumber permodalan .

4. Pendampingan bagi Gabungan Kelompok Tani / Kelompok Tani.

3. Process 1. Tersalurkannya dana PUAP kepada petani.

2. Frekuensi Pelaksanaan pengawasan sudah berjalan.

3. Frekuensi pelatihan yang berkaitan dengan program PUAP.

4. Proses penyampain informasi dan pengawasan oleh penyuluh

4. Product 1. Tingkat persentase petani miskin.

2. Kemampuan petani mengelola usaha tani. 3. Kemampuan Gapoktan sebagai lembaga

ekonomi petani.

4. Kemampuan penyuluh dalam penyampaian materi.


(36)

Tabel 4. Skor Pelaksanaan Program PUAP

No Model

CIPP

Jumlah Parameter

Skor Nilai

Jumlah Penilaian

1. Context 4 1-3 4-12

2. Input 4 1-3 4-12

3. Process 4 1-3 4-12

4. Product 4 1-3 4-12

Total 16 16-48

Hasil penilaian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan bagaimana pelaksanaan Program PUAP. Skor nilai pelaksanaan Program PUAP berada di antara 16-48 dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range dibagi jumlah kelas. Range adalah jarak/selisih antara data terbesar dan terkecil (Subagyo, 1992).

Keterangan :

Skor 38-48 : Berhasil

Skor 27-37 : Kurang berhasil Skor 16-26 : Tidak berhasil

Untuk identifikasi masalah 1 dicari dengan analisis deskriptif, yaitu dengan mencatat sejauhmana dan bagaimana PPL pelaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit.

Untuk identifikasi masalah 2 dicari dengan analisis deskriptif, yaitu dengan mencatat sejauhmana dan apa saja keterlibatan PPL dalam melaksanakan dan menjalankan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit .


(37)

Untuk identifikasi masalah 3 dicari dengan analisis deskriptif, yaitu dengan mencatat sejauhmana dan apa saja keterlibatan GAPOKTAN/POKTAN dalam melaksanakan dan menjalankan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahanpahaman dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis untuk mencapai obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk mengetahui dampak dari suatu kegiatan dan juga membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program perencanaan yang akan datang.

2. Evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan. 3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya di

sebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyakarat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja.

4. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran;


(38)

5. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lain-lain.

6. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.

7. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk

menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. 8. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk

atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

9. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) PUAP adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.


(39)

1. Penelitian dilakukan di Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2010.

2. Sampel yang digunakan adalah anggota kelompok tani yang melaksanakan program PUAP.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Letak Geografis Desa Buah Nabar

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buah Nabar yang terletak di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Sibolangit memiliki luas wilayah 179,96 Km² dengan jumlah penduduk 21.022 jiwa terdiri dari 5.258 KK. Kecamatan Sibolangit terdiri dari 30 desa dan 81 dusun, salah satu desanya adalah Desa Buah Nabar. Desa Buah Nabar memiliki luas desa sebesar 550 Km².

Adapun batas-batas geografis desa penelitian sebagai berikut : • Sebelah utara : Desa Bandar Meriah

• Sebelah Selatan : Desa Tambunan • Sebelah Timur : Desa Bingkawan • Sebelah Barat : Desa Tanjung Beringin

Kecamatan Sibolangit berada di daratan tinggi dengan ketinggian 190 s/d 500 m dpl, dimana sebelah Selatan berbatasan dengan bukit kecil. Kecamatan Sibolangit beriklim sedang, yaitu terdiri dari 2 iklim/musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh 2 angin yaitu angin laut dan angin gunung. Musim kemarau terjadi pada bulan Januari-Agustus dan musim hujan terjadi biasanya pada bulan September-Desember.


(41)

Keadaan Penduduk

Penduduk desa penelitian berjumlah 458 jiwa dengan 125 KK, terdiri dari 310 jiwa laki-laki dengan laki-laki dewasa sebanyak 153 jiwa dan laki-laki anak-anak sebanyak 157 jiwa, dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 147 jiwa dengan perempuan dewasa 73 jiwa dan perempuan anak-anak sebanyak 74 jiwa. Jumlah dan distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Desa Buah Nabar Menurut Kelompok Umur Tahun 2008

No Golongan umur Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0-4 41 8.9

2 5-9 31 6.7

3 10-14 51 11.1

4 15-19 37 8.1

5 20-24 35 7.6

6 25-29 36 7.8

7 30-34 36 7.8

8 35-39 39 8.5

9 40-44 37 8.1

10 45-49 38 8.3

11 50-54 32 6.9

12 55-59 28 6.1

13 60+ 1 7 3.7

Jumlah 458 100

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2008.

Dari Tabel dapat dilihat bahwa penduduk Desa Buah Nabar masih tergolong usia produktif (17-55 tahun). Dimana usia tersebut petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui, berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi. Mata pencaharian utama di Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit adalah bertani.

Mayoritas penduduk di Desa Buah Nabar kecamatan Sibolangit merupakan suku Batak Karo. Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya. Keakraban penduduk dapat dilihat dari adanya gotong royong,


(42)

acara adat yang dilakukan, misalnya pelaksanaan acara perkawinan yang dilakukan sesuai adat istiadat.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Buah Nabar kecamatan Sibolangit ini masih terbilang sangat minim, contohnya seperti sarana pendidikan formal untuk SLTP dan SMU yang hanya berjumlah 1 buah dan sarana-sarana yang lainya seperti sarana kesehatan, sarana ibadah dan sarana ekonomi yang pembangunannya masih sangat minim di Desa Talun Kenas ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di Desa Buah Nabar

Kecamatan Sibolangit Tahun 2008

No Jenis sarana dan prasarana Jenis Jumlah (unit) 1 Sarana Pendidikan Formal Sekolah Dasar 2

2 Sarana Kesehatan Posyandu 1

3 Sarana Ibadah Gereja 2

Jumlah 5

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2008

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud disini adalah karakteristik sosial ekonomi petani, yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas

lahan, jumlah tanggungan keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel. 7 di bawah ini :

Tabel 7. Karakteristik Petani Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit Tahun 2010

No Uraian Range Rataan

1 Umur (tahun) 33-62 48.80

2 Tingkat pendidikan (tahun) 6-12 6.70

3 Pengalaman bertani (tahun) 10-40 26.23

4 Luas lahan (Ha) 0,3-4 1.05

5 Jumlah tanggungan (jiwa) 1-6 2.50


(43)

Umur

Tabel 5 menunjukkan bahwa umur petani sampel mempunyai range antara 33-62 tahun dengan rataan sebesar 48.80 tahun. Data ini menjelaskan bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif, sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani sampel di dalam mengelola usaha tani nya. Sehingga pada saat Departemen Pertanian mengeluarkan sebuah program yang berbasis inovasi teknologi maka petani dengan senantiasa menerima akan adanya program tersebut, dan mereka tertarik untuk mengadopsi teknologi yang diberikan oleh Badan Litbang Pertanian.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usaha tani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam hal menerima dan menyerap teknologi, informasi untuk mengoptimalkan usaha tani nya. Tingkat pendidikan formal petani sampel mempunyai range 6-12 dengan rataan 6.70 tahun. Artinya rata-rata petani sampel sudah menyelesaikan pendidikan formal hingga SD, dengan demikian wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usaha tani nya tergolong masih rendah.

Pengalaman Bertani

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengelola usaha taninya adalah lama bertani. Rataan lama bertani atau pengalaman bertani petani adalah 26.23 (23 tahun) dengan range 10-40 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga dapat dikatakan bahwa petani sampel memiliki wawasan serta


(44)

pengetahuan yang lebih baik dan berhati-hati dalam menerapkan inovasi baru dalam usaha tani kakao termasuk program PUAP yang diperkenalkan oleh Dinas Pertanian.

Jumlah Tanggungan

Rataan jumlah tanggungan keluarga adalah 2,5 (2 orang) dengan range 1-6 orang. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani sampel tergolong kecil.

Luas Lahan

Rataan luas lahan petani kakao adalah 1.05 Ha, dengan range 0,3-4 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki luas lahan yang masih tergolong sedang.


(45)

BAB V

PEMBAHASAN DAN HASIL

Pelaksanaan Program PUAP di Desa Buar Nabar Kecamatan Sibolangit

Progaram PUAP sebenarnya merupakan suatu terobosan yang dilakukan oleh Departemen Pertanian yang bertujuan membantu petani dalam mengatasi masalah permodalan yaitu dengan memberikan batuan dana stimulus bagi petani.

Pada daerah penelitian Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, program ini sudah dimulai pada awal tahun 2009

tepatnya bulan Januari ditandai dengan pembentukan GAPOKTAN Sri Rejeki. Pelaksanaan PUAP memiliki beberapa tahapan (ruang lingkup kegiatan) yaitu :

1. Identifikasi dan penetapan Desa PUAP;

2. Identifikasi dan penetapan GAPOKTAN penerima BLM-PUAP; 3. Pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, pengurus

GAPOKTAN;

4. Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT (Penyelia Mitra Tani); 5. Sosialisasi Kegiatan PUAP;

6. Pendampingan;

7. Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat; 8. Pembinaan dan Pengendalian; dan


(46)

Salah satu poin penting dalam proses pelaksanaan PUAP adalah proses penetapan desa PUAP dan penyaluran dana PUAP. Proses penetapan desa PUAP dilakukan dengan cara seleksi, yaitu:

I. Kriteria Seleksi Desa PUAP

1. Tahapan penetapan Kuota Desa

Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja) Identifikasi PUAP. Penetapan kuota desa dilakukan dengan mempertimbangkan: (1) data lokasi PNPM-Mandiri; (2) data Potensi Desa (Podes); (3) data desa miskin dari BPS; (4) data desa tertinggal dari Kementerian PDT; (5) Data desa lokasi program lanjutan DEPTAN antara lain : P4K, Prima Tani, P4MI, Pidra, LKM-A serta desa rawan pangan.

Kuota desa yang menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Berdasarkan kuota desa pada setiap Kabupaten/Kota, Tim PUAP Pusat menyusun daftar calon desa PUAP.

2. Tahapan Seleksi Desa PUAP:

a. Daftar calon desa PUAP dikirim oleh Tim PUAP Pusat ke Gubernur dan Bupati/Walikota.

b. Berdasarkan daftar tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten/Kota mengusulkan calon desa PUAP kepada Departemen Pertanian melalui Gubernur.

c. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota dan aspirasi masyarakat.


(47)

d. Hasil verifikasi desa PUAP oleh Tim PUAP Pusat, selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN sebagai desa PUAP.

II. Penetapan GAPOKTAN/POKTAN

a. Tim Teknis Kabupaten/Kota mengidentifikasi GAPOKTAN penerima BLM dari lokasi desa PUAP yang telah ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN

b. GAPOKTAN mengisi Formulir 1 sebagai data dasar untuk diajukan oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM PUAP.

c. Bupati/Walikota mengusulkan GAPOKTAN penerima BLM PUAP kepada Tim Pusat melalui Gubernur.

d. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi terhadap GAPOKTAN yang diusulkan oleh Bupati/Walikota.

e. Hasil verifikasi Tim PUAP Pusat terhadap GAPOKTAN, selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN.

Kriteria GAPOKTAN Penerima BLM – PUAP

GAPOKTAN penerima bantuan modal usaha PUAP harus berada pada desa PUAP dengan kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis. b. Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif.

c. Dimiliki dan dikelola oleh petani. d. Dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.


(48)

e. Apabila di desa tersebut tidak terdapat GAPOKTAN dan baru ada POKTAN, maka POKTAN dapat ditunjuk menjadi penerima BLM PUAP dan untuk selanjutnya ditumbuhkan menjadi GAPOKTAN.

Pada awal pembentukan GAPOKTAN ini, jumlah petani yang ikut serta didalamnya berjumlah 70 orang, tetapi seiring berjalannya waktu terjadi penurunan jumlah anggota. Hal ini dikarenakan sebanyak 17 orang petani diberhentikan oleh gapoktan karena para anggota tersebut tidak mau bekerjasama dan melaksanakan peraturan-peraturan yang terdapat didalam gapoktan tersebut. Sampai saat ini anggota GAPOKTAN Sri Rejeki berjumlah 53 orang yang terbagi dalam 4 kelomok tani.

Untuk memperoleh batuan dana PUAP, GAPOKTAN harus mengikuti proses sebagai berikut:

I. Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB)

a. RUB disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan hasil identifikasi potensi usaha agribisnis di desa PUAP yang dilakukan oleh Penyuluh Pendamping.

b. Penyusunan RUB harus memperhatikan kelayakan usaha produktif petani, yaitu : 1) budidaya di sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, 2) usaha non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala kecil/bakulan, dan usaha lain berbasis pertanian.

c. Rencana Usaha Bersama (RUB) yang telah disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota (Formulir 2) , dikirim bersama dokumen administrasi lainnya antara lain: (1) Berita Acara Pengukuhan


(49)

GAPOKTAN, (2) Nomor Rekening GAPOKTAN, (3) Perjanjian Kerjasama, dan (4) Surat Perintah Kerja, ke Tim Pembina Propinsi untuk diajukan kepada Departemen Pertanian C.q Pusat Pembiayaan Pertanian Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian. d. RUB dan dokumen administrasi lainnya yang diterima Departemen

Pertanian selanjutnya diteliti dan diverifikasi oleh Tim PUAP Pusat c.q. Pokja Penyaluran Dana.

II. Prosedur Penyaluran BLM-PUAP

a. Satuan kerja Pusat Pembiayaan Pertanian menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) bermeterai Rp. 6000,- kepada GAPOKTAN. b. Penyaluran dana BLM – PUAP dilakukan dengan mekanisme

Pembayaran Langsung (LS) ke Rekening GAPOKTAN.

c. Satuan kerja Pusat Pembiayaan Pertanian mengajukan surat Perintah Membayar (SPM-LS) dengan lampiran :

i. Keputusan MENTERI PERTANIAN tentang penetapan GAPOKTAN.

ii. Berita Acara Pengukuhan GAPOKTAN oleh Bupati /Walikota.

iii. Rekapitulasi RUB dengan mencantumkan :

1. Nama dan alamat lengkap GAPOKTAN yang menjadi sasaran PUAP.

2. Nomor rekening GAPOKTAN.

3. Nama dan alamat kantor cabang bank tempat GAPOKTAN membuka rekening.


(50)

4. Rincian penggunaan dana BLM PUAP menurut usaha produktif.

iv. Kuitansi harus ditandatangani Ketua GAPOKTAN dan diketahui/disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan meterai Rp.6000,- (enam ribu rupiah).

d. Penyaluran dana BLM dari KPPN ke rekening Gapoktan melalui penerbitan SP2D akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Keuangan.

Pelaksanaan Program PUAP di Desa Buah Nabar , Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dapat kita lihat pada Tabel. 8 dibawah ini.

Tabel 8. Pelaksanaan program PUAP di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, tahun 2009.

No. Uraian Standar Kerja Hasil Lapangan

1. Kriteria seleksi desa PUAP

- Tahapan

penetapan kuota desa PUAP.

- Tahapan seleksi desa PUAP

- Penetuan kuota desa dilaksanakan di pusat oleh Kelompok kerja identifikasi PUAP.

- Daftar calon desa PUAP dikirim oleh Tim PUAP Pusat ke Gubernur dan Bupati/Walikota.

- Pemerintah Kabupaten/Kota

mengusulkan calon desa PUAP kepada Departemen Pertanian melalui Gubernur.

- Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota dan aspirasi masyarakat.

- Hasil verifikasi desa PUAP oleh Tim PUAP Pusat, selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN sebagai desa PUAP.

-Telah dilaksanakan

-Dilaksanakan

-Dilaksanakan

-Dilakukan verifikasi

-Diterbitkan SK oleh Menteri Pertanian


(51)

Lanjutan tabel 8.

No. Uraian Standar Kerja Hasil Lapangan

2. Penetapan

Gapoktan/Poktan

-Tim Teknis Kabupaten/Kota mengidentifikasi. GAPOKTAN penerima BLM dari lokasi desa PUAP yang telah ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN.

-GAPOKTAN mengisi Formulir 1 sebagai data dasar untuk diajukan oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM PUAP.

-Bupati/Walikota mengusulkan GAPOKTAN penerima BLM PUAP kepada Tim Pusat melalui Gubernur. -Tim PUAP Pusat melakukan

verifikasi terhadap GAPOKTAN yang diusulkan oleh Bupati/Walikota. -Hasil verifikasi Tim PUAP Pusat

terhadap GAPOKTAN, selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN. -Dilaksanakan -Dilaksanakan -Dilaksanakan -Dilakukan verifikasi.

-Diterbitkan SK oleh Menteri Pertanian.

3. Kriteria desa penerima PUAP.

-Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis.

-Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif.

-Dimiliki dan dikelola oleh petani.

-Dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.

-Ada

-Struktur pengurus aktif

-Memang dimiliki dan dikelola petani -Telah dukukuhkan

oleh bupati.

4. Penyusunan

Rencana Usaha Bersama.

-Penyusunan RUB (Rencana Usaha Bersama).

-Pengajuan RUB ke tim teknis kabupaten/kota.

-RUB dan administrasi lainnya diverifikasi oleh tim PUAP pusat.

-Telah disusun -Telah diajukan -Telah dilakukan

verifikasi. 5. Prosedur Penyaluran

BLM-PUAP.

-Satker Pusat Pembiayaan Pertanian menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) bermeterai Rp. 6000,- kepada GAPOKTAN.

-Penyaluran dana BLM – PUAP dilakukan dengan mekanisme Pembayaran Langsung (LS) ke Rekening GAPOKTAN.

-Satker Pusat Pembiayaan Pertanian mengajukan surat Perintah Membayar (SPM-LS).

-Penyaluran dana BLM dari KPPN ke rekening Gapoktan melalui penerbitan SP2D.

-Telah diterbitkan.

-Telah disalurkan langsung ke rekening GAPOKTAN. -Telah dilaksanakan. -Telah dilaksanakan.


(52)

Pelaksanaan PUAP didaerah ini tergolong didalam kategori yang berjalan dengan cukup baik. Dari Tabel diatas kita dapat melihat bahwa semua tahapan pelaksanaan program PUAP telah dilakukan sesuai dengan aturan dan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Seperti dalam hal penyaluran dana yang sudah berjalan dengan baik. Proses pembagian dan pencairan dana PUAP dilakukan dengan pengajuan permohonan dari petani dan ke GAPOKTAN dengan menyertakan surat jaminan (biasanya surat jaminan berupa surat tanah atau surat berharga lainnya).

Pencairan dana PUAP kepada petani dilakukan dengan 3 tahapan pencairan sesuai dengan proses pencairan dana yang dilakukan oleh Departemen Pertanian yaitu sebanyak 3 tahapan juga. Besarnya dana yang dicairkan pada tahap I adalah sebesar 40 juta Rupiah dan tahap II sebesar 40 juta Rupiah, sedangkan tahap III, dana yang dicairkan sebesar 20 juta Rupiah. Penyaluran dana PUAP dilakukan oleh GAPOKTAN. Para petani pemohon haruslah terlebih dahulu mengajukan proposal peminjaman dana PUAP. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

1. Merupakan anggota POKTAN/GAPOKTAN (masih aktif keanggotaannya).

2. Memiliki KTP dan KK 3. Memiliki lahan sendiri

4. Harus memiliki agunan atau surat jaminan (surat tanah atau surat berharga lainnya).


(53)

Jumlah petani yang memperoleh dana tiap tahapan pencairan adalah berbeda. Pada tahap I, jumlah petani yang memperoleh dana bantuan adalah sebanyak 23 orang dengan pembagian sebagai berikut :

10 orang x @ Rp. 1.000.000 = Rp. 10.000.000 8 orang x @ Rp. 1.500.000 = Rp. 12.000.000 4 orang x @ Rp. 2.000.000 = Rp. 8.000.000 1 orang x @ Rp. 10.000.000 = Rp. 10.000.000

Jumlah dana yang diberikan kepada petani bisa berbeda karena disesuaikan dengan besarnya permohonan peminjaman dana yang dilakukan petani kepada GAPOKTAN. Selanjutnya pengurus Gapoktan melakukan veerifikasi terhadap proposala yang diajukan oleh petani. Besar pinjaman disesuaikan dengan besarnya agunan (jaminan) yang diberikan oleh petani.

Adapun proses pencairan dana dan jangka waktu pencairan dan pengembalian dana dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 9. Tahapan pencairan dana PUAP di Desa Buah Nabar Tahap Pencairan

Dana PUAP

Waktu Pencairan Jumlah Dana Yang Dicairkan

Waktu Pengembalian

Jumlah Dana Yang harus dikembalikan Tahap I Januari 2010 Rp. 40.000.000 Juli 2010 Rp. 44.800.000 Tahap II Juni 2010 Rp. 40.000.000 Desember 2010 Rp. 44.800.000 Tahap III Oktober 2010 Rp. 20.000.000 April 2011 Rp. 22.400.000

Jumlah Rp. 100.000.000 Rp. 112.000.000

Sumber : PPL Desa Buah Nabar

Jangka waktu pengembalian adalah 6 bulan setelah pencairan dana dilakukan. Dengan kata lain, setiap petani yang memperoleh dana bantuan berhak menggunakan dan tersebut selama 6 bulan dan wajib mengembalikan dan tersebut ke GAPOKTAN sebelum masa jatuh tempo terjadi. Petani tidak boleh meminjam kepada GAPOKTAN pada periode selanjutnya apabila petani belum mengembalikan dana yang telah dipinjamnya terlebih dahulu.


(54)

Dalam penggunaan dana PUAP itu sendiri, para petani di Desa Buah Nabar, pada umumnya menggunakan dana PUAP untuk memenuhi kebutuhan saprodi usaha tani kakao yang mereka usahakan. Selain itu ada juga yang menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan usahanya kearah yang lebih menguntungkan dari pada sekedar mengelola usaha tani kakao (ada petani yang selain mengusahakan kakao tetapi juga menjadi pedagang pengumpul hasil panen kakao desa tersebut).

Peran Penyuluh Pertanian Dalam Menjalankan Program PUAP.

Pada pelaksanaan program PUAP, penyuluh pertanian lapangan (PPL) berperan sebagai penyuluh pembimbing. Adapun tugas dari penyuluh pendamping itu sendiri adalah sebagai berikut :

- Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian; - Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis pedesaan termasuk pemasaran

hasil usaha;

- Membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani, serta mendampingi Gapokan selama proses penumbuhan kelembagaan;

- Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif sesuai potensi desa.

- Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi, teknologi dan pasar.

- Memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dana BLM-PUAP; dan - Membantu GAPOKTAN dalam membuat laporan perkembangan PUAP.

Dalam melakukan identifikasi terhadap potensi ekonomi yang berbasis pertanian, penyuluh melakukan identifikasi secara baik. Hampir seluruh petani di desa ini menanam kakao sebagai komoditi utama mereka. Dan penyuluh telah membuat rancangan kegiatan yang dibutuhkan oleh petani kakao.


(55)

Dalam memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis pedesaan termasuk pemasaran hasil usaha. Dari sinilah penyuluh menyarankan kepada salah seorang petani yang tergolong sukses di desa ini untuk membuka usaha penampungan buah kakao. Hal ini tentu sangat membantu bagi si petani tersebut dan petani yang lainnya, karena ia bisa menambah penghasilannya sendiri dan petani yang lain tidak lagi harus mengeluarkan biaya ekstra lagi untuk menjual hasil buah kakao mereka ke pedagang di pasar kecamatan.

Peran lainnya adalah membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani, serta mendampingi Gapokan selama proses penumbuhan kelembagaan. Dalam tahapan ini, penyuluh selalu melakukan kunjungan dan pertemuan rutin setiap minggunya untuk membahas masalah apa saja yang sedang dihadapi oleh petani pada khususnya dan masalah GAPOKTAN pada umumnya. Untuk proses pemecahan masalah itu sendiri, penyuluh sangat melibatkan petani untuk membuka wawasan dan pola pikir petani itu sendiri.

Para petani sangat senang apabila PPL telah melakukan kunjungan. PPL juga sering memberikan masukan yang bermanfaat bagi petani mulai dari pengolahan, perawatan hingga teknologi terbaru yang berhubungan dengan komoditi yang diusahakan petani. Hubungan yang baik antara petani dan penyuluh sudah terjalin dan petani juga sudah menganggap penyuluh sebagai pihak yang dapat membantu mereka dalam proses pemecahan masalah yang sedang dialami petani.

Selain melibatkan petani dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi untuk meningkatkan wawasan, penyuluh juga melalukan pelatihan atau mengikut sertakan petani pada pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh


(56)

Dinas Pertanian baik Dinas Pertanian Sumatera Utara maupun Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang.

Dalam tahapan selanjutnya, penyuluh membantu memfasilitasi akses terhadap sarana produksi, teknologi dan pasar. Dalam memfasilitasi akses sarana produksi, penyuluh telah menyarankan kepada GAPOKTAN untuk membentuk sebuah kios saprodi dan telah di bentuk oleh GAPOKTAN sehingga petani lebih mudah dalam penyediaan bahan-bahan produksi untuk usaha tani mereka dan lebih hemat dari segi biaya. Selain sebagai kios saprodi, usaha yang dibentuk oleh GAPOKTAN ini juga berfungsi sebagai tempat penampungan penjualan kakao dari petani.

Penyuluh juga berperan dalam penggunaan dana PUAP oleh petani. Penyuluh selalu memberikan saran dan bimbingan yang tepat dalam penggunaan dana tersebut. Hal ini dilakukan penyuluh agar petani tidak menyalahgunakan dana tersebut untuk kebutuhan ekonominya (dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga bukan kebutuhan usaha taninya).

Disamping tugas diatas, penyuluh juga berperan dalam membantu GAPOKTAN untuk melihat sejauhmana perkembangan GAPOKTAN. Mulai dari hal kecil seperti inventaris GAPOKTAN hingga hal yang rumit seperti laju pengembalian dan perkembangan dana PUAP yang dikelola oleh GAPOKTAN.

Peran GAPOKTAN/POKTAN Dalam Menjalankan Program PUAP.

GAPOKTAN memiliki peran penting sebagai wadah para petani untuk menyampaikan masalah yang mereka hadapi. Dengan adanya GAPOKTAN,


(57)

kelompok tani yang terdapat di desa ini dapat berkumpul dan membahas masalah-masalah yang dihadapi petani di desa mereka.

Dalam PUAP sendiri, GAPOKTAN memiliki peran yang sangat sentral. Peran sentral yang diemban Gapoktan adalah dimulai dari proses pengajuan permohonan dana PUAP ke Dinas Pertanian sampai pada proses pencairan dana PUAP kepada para anggotanya.

Peranan dasar GAPOKTAN adalah sebagai wadah utama bagi para petani dalam membahas dan mencari jalan keluar dari masalah-masalah yang sedang di alami oleh para petani anggotanya. Dalam hal ini GAPOKTAN tidak bekerja sendiri, karena Gapoktan selalu melibatkan juga penyuluh dalan mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Dalam peran ini, GAPOKTAN telah melaksanakannya dengan cukup baik karena GAPOKTAN selalu melakukan pertemuan rutin 2 kali setiap bulannya untuk membahas dan mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi petani anggotanya.

Disamping peranan dasar, GAPOKTAN juga berperan dalam pengajuan permohonan bantuan PUAP. Gapoktan bekerja sama dengan penyuluh untuk menyusun RUB (Rencana Usaha Bersama) yang tepat dan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh desa, setelah lebih dahulu menerima RUK (Rencana Usaha Kelompok) yang diajukan oleh semua kelompok tani yang menjadi anggota GAPOKTAN. Setelah penyusunan RUB sudah dirasa baik dan sesuai dengan potensi yang dimiliki desa, maka GAPOKTAN mengirimkan usulan tersebut ke Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang.

Peran lainnya dari GAPOKTAN adalah sebagai kelembagaan ekonomi desa. Dalam hal ini, GAPOKTAN untuk kedepannya diharapkan mampu menjadi


(58)

bank desa. Untuk peran yang satu ini, GAPOKTAN memerlukan waktu yang cukup panjang karena proses perputaran dana PUAP yang dikelola oleh GAPOKTAN sendiri baru terjadi setiap 6 bulan sekali.

Setelah melihat sendiri ke desa, bahwa GAPOKTAN Sri Rejeki yang terdapat di Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit ini telah menjalankan perannya dengan cukup baik.

Keberhasilan Program PUAP di Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit.

Menurut Fuddin (2009) model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu : evaluasi konteks (melayani keputusan perencanaan), evaluasi input (untuk menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud), evaluasi proses (membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan), evaluasi produk (yaitu meninjau kembali keputusan).

Keempat macam evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) tersebut dapat divisualisasi ke dalam aspek penilaian pelaksanaan Program PUAP di daerah penelitian pada Tabel 10 di bawah ini.


(59)

Tabel 10. Pelaksanaan Program PUAP di Desa Buah Nabar

No Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context 1. Perencanaan Program PUAP dapat

mengurangi kemiskinan di desa.

2. Perencanaan Program PUAP dapat mengurangi angka pengangguran di desa. 3. Perencanaan Program PUAP dapat

menumbuhkembangkan usaha agribisnis di desa.

4. Perencanaan Progam PUAP dibuat untuk meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani.

2. Input 1. Program telah memberdayakan masyarakat

dalam pengelolaan PUAP.

2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal.

3. Penguatan modal petani kecil, buruh tani dan rumah tangga miskin kepada sumber permodalan .

4. Pendampingan bagi Gabungan Kelompok Tani / Kelompok Tani.

3. Process 1. Tersalurkannya dana PUAP kepada petani.

2. Frekuensi Pelaksanaan pengawasan sudah berjalan.

3. Frekuensi pelatihan yang berkaitan dengan program PUAP.

4. Proses penyampain informasi dan pengawasan oleh penyuluh.

4. Product 1. Tingkat persentase petani miskin.

2. Kemampuan petani mengelola usaha tani.

3. Kemampuan Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani.

4. Kemampuan penyuluh dalam penyampaian materi.

Dari Tabel 10, dapat dilihat penilaian pelaksanaan Program PUAP dapat diukur menurut indikator aktivitas mulai dari konteks, input, proses hingga produk. Berdasarkan indikator penilaian pelaksanaan yang telah diuraikan


(60)

sebelumnya maka dapat diketahui hasil transformasi pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian yang dapat dilihat pada tabel.

Tabel 11. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Program PUAP di Desa Buah Nabar

No Uraian Indikator Nilai yang diharapkan

Nilai yang diperoleh

% Ketercapaian

1 Context (konteks) 4-12 10.76 89.72

2 Input (masukan) 4-12 10.53 87.78

3 Process (proses) 4-12 11 91.67

4 Product (produk) 4-12 10.5 87.50

Jumlah nilai yang diharapkan 16-48

Jumlah nilai yang diperoleh 42.79 Jumlah total % ketercapaian

CIPP 89.16

Sumber : Diolah dari lampiran 2,3,4,5

Dari Tabel 11, dapat diketahui bahwa untuk indikator kinerja berdasarkan pada contex (konteks) didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 4-12 dan nilai yang diperoleh sebesar 10.76. Dengan persentase ketercapaiaan sebesar 89.72 %, maka dapat diketahui bahwa dalam perencanaan program PUAP ini di dalam contex (konteks) dapat ditingkatkan kinerjanya sebesar 10.28 % lagi (sisa dari 89.72 %) agar mencapai nilai yang optimal.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa

contex (konteks) pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian belum mencapai nilai maksimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan baik karena sudah memperoleh nilai yang memuaskan. Untuk mencapai nilai maksimal, dinas pertanian perlu lebih memperhatikan kebutuhan para petani dalam menyusun suatu program.

Dari Tabel 11, dapat diketahui bahwa untuk indikator input (masukan) didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 4-12, dan nilai yang diperoleh sebesar 10.53, dengan persentase ketercapaian sebesar 87.78. Berdasarkan hasil


(61)

penelitian yang telah dilaksanakan, ketercapaian nilai indikator input (masukan) belum mencapai nilai maksimal karena masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaan indikator input (masukan) yaitu :

- Belum semua petani merasa dilibatkan dan diberdayakan langsung didalam pengelolaan program PUAP.

- Belum optimalnya potensi agribisnis yang terdapat didaerah penelitian.

Dari Tabel 11, dapat diketahui bahwa untuk indikator pelaksanaan program berdasarkan Process (proses) didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 4-12 dan nilai yang diperoleh sebesar 11, dengan persentase ketercapaian sebesar 91.67 %. Maka dapat diketahui bahwa Penyuluh di daerah penelitian dapat meningkatkan kinerjanya dalam indikator proses sebesar 8.33 % persen lagi agar mencapai nilai yang maksimal.

Untuk meningkatkan pencapaian nilai maksimal pada tahapan proses, seharusnya Dinas Pertanian lebih meningkatkan frekuensi pelatihan yang berhubungan dengan usaha tani milik petani dan pelatihan yang dapat menunjang dan berkaitan dengan pelaksanaan program PUAP.

Indikator lainnya dalam pelaksanaan program PUAP adalah Product

(produk). Dalam bagian ini dapat dilihat hasil akhir dari semua tahapan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan program PUAP. Dari tabel 11, dapat kita lihat bahwa nilai yang diperoleh pada tahapan produk ini mencapai 10.5 dengan persentase ketercapaian sebesar 87.50 %. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program PUAP didaerah penelitian sudah berjalan dengan baik walaupun belum mencapai nilai yang maksimal.


(62)

Setelah setahun berjalannya Program PUAP di Desa ini, proses pengembalian dana yang diterima oleh petani bejalan baik. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pengembalian dana pada tahapan pencairan dana tahap I yang mencapai 100%. Besarnya dana yang dikembalikan adalah Rp. 44.800.000,00. Hal dapat dilihat pada tabel beikut ini.

Tabel 12. Pengembalian Dana PUAP

No. Uraian Target Realisasi

Nilai (Rp) Waktu Nilai (Rp) Waktu 1. Pengembalian Tahap I 44.800.000 6 bulan 44.800.000 6 bulan 2. Pengembalian Tahap II 44.800.000 6 bulan 44.800.000 6 bulan 3. Pengembalian Tahap III 22.400.000 6 bulan Belum

terealisasi

April 2011 Sumber : PPL Desa Buah Nabar

Disamping itu petani juga mulai merubah perilaku mereka dalam pengelolaan usaha tani mereka yang dahulu pada umumnya secara konvensial (contohnya cara pemetikan buah kakao dengan menggunakan tangan langsung), kini sudah berubah kearah yang lebih baik (kini sudah menggunakan gunting potong untuk memetik buah). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadinya perubahan kemampuan petani dalam mengelola usaha tani mereka.

Kemampuan GAPOKTAN sebagai lembaga ekonomi juga sudah berjalan baik, hal ini terbukti dengan proses penyaluran dana yang berjalan lancar serta proses pengembalian dana yang tepat waktu dengan sistem pembukuan yang sudah cukup baik (adanya buku transaksi).

Dari Tabel 12 diatas, dapat dilihat bahwa proses pelaksanaan program PUAP di Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit dapat digolongkan pada kategori berhasil, dengan nilai keberhasilan 42.79 dengan persentase ketercapain program sebesar 89.16 %.


(1)

Lampiran 3. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program PUAP (

Input

)

Daftar pertanyaan kuisioner pada tahapan masukan (

Input

)

1.

Program telah memberdayakan dan melibatkan masyarakat dalam

pengelolaan PUAP.

Jawaban :

a.

Memberdayakan dan sering dilibatkan

b.

Memberdayakan tetapi jarang dilibatkan

c.

Tidak sama sekali.

2.

Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal.

Jawaban :

a.

Telah optimal

b.

Kurang optimal (Biasa)

c.

Tidak sama sekali

3.

Penguatan modal petani kecil, buruh tani dan rumah tangga miskin kepada

sumber permodalan .

Jawaban :

a.

Ada

b.

Biasa saja

c.

Tidak ada

4.

Pendampingan bagi Gabungan Kelompok Tani / Kelompok Tani.

Jawaban :

a.

Ada

b.

Biasa saja

c.

Tidak ada

Keterangan :

Jawaban a = nilai 3

Jawaban b = nilai 2

Jawaban c = nilai 1


(2)

No Sampel

Indikator I

Indikator II

Indikator III

Indikator IV

Nilai Indikator I

Nilai Indikator II

Nilai Indikator III

Nilai Indikator IV

Total nilai

1 A B A A 3 2 3 3 11

2 B B A A 2 2 3 3 10

3 B B A A 2 2 3 3 10

4 A B A A 3 2 3 3 11

5 A B A A 3 2 3 3 11

6 A B A A 3 2 3 3 11

7 B B A A 2 2 3 3 10

8 B B A A 2 2 3 3 10

9 A B A A 3 2 3 3 11

10 B B A A 2 2 3 3 10

11 A B A A 3 2 3 3 11

12 B B A A 2 2 3 3 10

13 A B A A 3 2 3 3 11

14 B B A A 2 2 3 3 11

15 B B A A 2 2 3 3 10

16 A B A A 3 2 3 3 11

17 A B A A 3 2 3 3 11

18 A B A A 3 2 3 3 11

19 B B A A 2 2 3 3 10

20 A B A A 3 2 3 3 11

21 B B A A 2 2 3 3 10

22 A B A A 3 2 3 3 11

23 A B A A 3 2 3 3 11

24 B B A A 2 2 3 3 10

25 A B A A 3 2 3 3 11

26 A B A A 3 2 3 3 11

27 B B A A 2 2 3 3 10

28 A B A A 3 2 3 3 11

29 B B A A 2 2 3 3 10

30 B B A A 2 2 3 3 10

76 60 90 90 316

2,533333333 2 3 3 10.5

84,44% 66,67% 100,00% 100,00%


(3)

Lampiran 4. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program PUAP (

Process

)

Daftar pertanyaan kuisioner pada tahapan proses (

Process

)

1.

Tersalurkannya dana PUAP kepada petani.

Jawaban:

a.

Tersalurkan dengan baik

b.

Tersendat

c.

Tidak tersalurkan

2.

Frekuensi Pelaksanaan pengawasan sudah berjalan.

Jawaban:

a.

> 5 kali dalam setahun.

b.

3 kali dalam setahun

c.

Tidak pernah.

3.

Frekuensi pelatihan yang berkaitan dengan program PUAP.

Jawaban:

a.

5 kali dalam setahun

b.

3 kali dalam setahun

c.

Tidak pernah

4.

Proses penyampain informasi dan pengawasan oleh penyuluh

Jawaban:

a.

Baik

b.

Biasa saja

c.

Tidak ada

Keterangan :

Jawaban a = nilai 3

Jawaban b = nilai 2

Jawaban c = nilai 1


(4)

No Sampel

Indikator I

Indikator II

Indikator III

Indikator IV

Nilai Indikator I

Nilai Indikator II

Nilai Indikator III

Nilai Indikator IV

Total nilai

1 A A B A 3 3 2 3 11

2 A A B A 3 3 2 3 11

3 A A B A 3 3 2 3 11

4 A A B A 3 3 2 3 11

5 A A B A 3 3 2 3 11

6 A A B A 3 3 2 3 11

7 A A B A 3 3 2 3 11

8 A A B A 3 3 2 3 11

9 A A B A 3 3 2 3 11

10 A A B A 3 3 2 3 11

11 A A B A 3 3 2 3 11

12 A A B A 3 3 2 3 11

13 A A B A 3 3 2 3 11

14 A A B A 3 3 2 3 11

15 A A B A 3 3 2 3 11

16 A A B A 3 3 2 3 11

17 A A B A 3 3 2 3 11

18 A A B A 3 3 2 3 11

19 A A B A 3 3 2 3 11

20 A A B A 3 3 2 3 11

21 A A B A 3 3 2 3 11

22 A A B A 3 3 2 3 11

23 A A B A 3 3 2 3 11

24 A A B A 3 3 2 3 11

25 A A B A 3 3 2 3 11

26 A A B A 3 3 2 3 11

27 A A B A 3 3 2 3 11

28 A A B A 3 3 2 3 11

29 A A B A 3 3 2 3 11

30 A A B A 3 3 2 3 11

90 90 60 90 330

3 3 2 3 11

100,00% 100,00% 66,67% 100,00%


(5)

Lampiran 5. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program PUAP (

Product

)

Daftar pertanyaan kuisioner pada tahapan hasil (

Product

)

1.

Tingkat persentase petani miskin dan pengangguran.

Jawaban :

a.

Terjadi penurunan

b.

Tetap

c.

Bertambah

2.

Kemampuan petani mengelola usaha tani.

Jawaban :

a.

Sangat berubah

b.

Berubah

c.

Tidak berubah

3.

Kemampuan Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani.

Jawaban :

a.

Mampu

b.

Biasa saja

c.

Tidak mampu

4.

Kemampuan penyuluh dalam penyampaian materi.

Jawaban :

a.

Baik

b.

Biasa Saja

c. Tidak baik

Keterangan :

Jawaban a = nilai 3

Jawaban b = nilai 2

Jawaban c = nilai 1


(6)

No Sampel

Indikator I

Indikator II

Indikator III

Indikator IV

Nilai Indikator I

Nilai Indikator II

Nilai Indikator III

Nilai Indikator IV

Total nilai

1 A B A A 3 2 3 3 11

2 A B A A 3 2 3 3 11

3 A B A A 3 2 3 3 11

4 A B B A 3 2 2 3 10

5 B B A A 2 2 3 3 9

6 B B B A 2 2 2 3 9

7 A B A A 3 2 3 3 11

8 A B A A 3 2 3 3 11

9 A B B A 3 2 2 3 10

10 A B A A 3 2 3 3 11

11 A B A A 3 2 3 3 11

12 B B A A 2 2 3 3 11

13 A B A A 3 2 3 3 11

14 A B B A 3 2 2 3 10

15 A B A A 3 2 3 3 11

16 A B B A 3 2 2 3 10

17 A B A A 3 2 3 3 11

18 A B A A 3 2 3 3 11

19 B B A A 2 2 3 3 11

20 A B A A 3 2 3 3 11

21 A B B A 3 2 2 3 10

22 A B A A 3 2 3 3 11

23 A B A A 3 2 3 3 11

24 B B A A 2 2 3 3 10

25 A B B B 3 2 2 2 9

26 A B A A 3 2 3 3 11

27 B B A A 2 2 3 3 10

28 A B B A 3 2 2 3 10

29 A B A A 3 2 3 3 11

30 A B A A 3 2 3 3 11

84 60 82 89 315

2,8 2 2,733333333 2,966666667 10.5 93,33% 66,67% 91,11% 98,89%