PENGARUH KEARIFAN LOKAL PADA DESAIN RESO

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH KEARIFAN LOKAL PADA DESAIN RESORT MODERN DI

KALIURANG

disusun oleh : Bondan Ramadhan Sendy 11512056

dosen pembimbing : Ir. Ahmad Saifudin Mutaqi, M.T., IAI

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2015

ABSTRAK PENGARUH KEARIFAN LOKAL PADA DESAIN RESORT MODERN DI KALIURANG

Oleh

BONDAN RAMADHANA SENDY 11512056

D.I. Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata bagi wisatawan lokal maupun asing. Budaya di Daerah ini merupakan salah satu daya tarik wisata utama, dimana budaya adat jawa dapat berkembang berdampingan dengan perkembangan Kota yang modern. Sleman merupakan kabupaten di daerah D.I. Yogyakarta yang berkembang sangat pesat. Ditandai dengan naiknya harga tanah yang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir, kabupaten sleman banyak didirikan hotel dan apartemen sebagai bentuk peningkatan nilai guna lahan. Kaliurang, Sleman yang bertempat di kaki gunung merapi sebgai objek wisata banyak memiliki penginapan yang bervariasi dari segi kelas, fasilitas, bentuk, dan harga. Pentingnya adaptasi dari objek wisata yang bertujuan sebagai rekreasi diadaptasi oleh hotel & resort di Kaliurang. Hotel & Resort yang dibangun di kawasan Kaliurang yang memiliki kecenderungan untuk mengadaptasi kawasan sekitarnya akan dikaji pada penulisan ini. Pengkajian bangunan Resort modern ini akan ditelusuri lebih mendalam dengan mengambil sampel pada Resort yang memiliki klaim adanya unsur budaya dalam hal ini kearifan lokal. Seberapa jauh unsur kearifan yang diserap akan di telusuri menggunakan TCUSM (Technique Concept Utility Structure Material) sebagai parameter level tingkat penyerapan kearifan lokal sebagai bukti adanya unsur kearifan lokal yang aplikatif pada bangunan tersebut.

Kata kunci: kearifan lokal, kebudayaan, real estate, hotel, resort, kaliurang

ABSTRACT LOCAL GENIUS IMPACT ON MODERN RESORT DESIGN AT KALIURANG

By

BONDAN RAMADHANA SENDY 11512056

D.I.Yogyakarta is a tour destination for local and foreign tourist. The Culture in this Province is the main attraction, where the local culture developing parallel within modern city development. Sleman is the region where the City development is growing very fast. Marked with the fast increased land prices in a few years, Sleman Region is Growing Hotels and Apartments as form of increasing value of the land. Kaliurang, Sleman placed in foot of mountain Merapi, as tourist destination have many kind of lodging variated by class, facility, form, and price. The Importances of adaption from this tourist destination for hotel and resort in Kaliurang so that could emphasize Kaliurang atmosphere. Hotel and Resort that have been built in this region will be reported in this article. Reportment of hotel and resort development will be traced deeply in this article with taking few sample of hotel and resort which have claimed for local culture element. How far Local Genius absorbed will analyzed using TCUSM (Technique Concept Utility Structure Material) as an evidence of local culture element application in the building.

Keywords: local genius, culture, real estate, hotel and resort, kaliurang

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matriks untuk mengidentifikasi kearifan lokal menggunakan breakdown pada masing-masing bagian yang terdefinisikan ................................................... 14

Tabel 2. Matriks nilai penerapan kearifan lokal pada Kalyana resort ................... 57 Tabel 3. Matriks nilai penerapan kearifan lokal pada The Cangkringan resort ..... 58 Tabel 4. Matriks nilai penerapan kearifan lokal pada Sambi resort ...................... 59 Tabel 5. Matriks nilai penerapan kearifan lokal pada Kampung Labasan resort ... 61 Tabel 6. Matriks nilai penerapan kearifan lokal pada Omkara resort .................... 62

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan latar belakang yang sangat kompleks, Jogjakarta yang juga

menjadi tujuan pariwisata di Indonesia memiliki daya Tarik tersendiri. Banyak destinasi wisata Selain perkotaan Jogjakarta itu sendiri, destinasi wisata yang baru- baru ini semakin banyak dibuka demi atraksi turisme baik wisatawan lokal maupun asing terdiri dari banyak pilihan mulai dari pantai, candi, gua, museum, pegunungan, dll.

Kaliurang yang terletak di kaki gunung merapi merupakan salah satu destinasi wisata di Jogjakarta yang memiliki pesona tersendiri. Selain View merapi yang sangat bagus, Kaliurang memiliki tempat yang asri dan jauh dari kesibukan perkotaan. Resort dan Villa merupakan tujuan utama bagi wisatawan yang akan menginap di Kaliurang untuk merasakan hawa dingin kaki gunung merapi dan bersantai menghirup udara yang alami.

Resort di Kaliurang dibangun untuk mengakomodasi kebutuhan para wisatawan di Jogja yang ingin bersantai sejenak untuk menikmati suasana khas Kaliurang. Selain menghadirkan suasana alami, resort dan villa tersebut menjanjikan arsitektur khas jawa yang dapat dinikmati pengunjung untuk dapat merasakan kedekatan dengan kebudayaan setempat. Hal itu dilakukan untuk mengenal kebudayaan dan mendapatkan pengalaman baru saat menginjakkan kaki di resort dan villa di Jogjakarta.

Dengan konteks kebudayaan, akulturasi budaya, dan teknologi di kota Jogjakarta, penulisan kajian ini mengacu pada tujuan wisata untuk mendapatkan informasi secara fisik mengenai kejelasan penerapan kebudayaan yaitu kearifan lokal pada bangunan destinasi pariwisata di Kota Jogjakarta. Kearifan lokal yang juga dijadikan sebagai salah satu promosi untuk mengangkat pariwisata jogja yang Dengan konteks kebudayaan, akulturasi budaya, dan teknologi di kota Jogjakarta, penulisan kajian ini mengacu pada tujuan wisata untuk mendapatkan informasi secara fisik mengenai kejelasan penerapan kebudayaan yaitu kearifan lokal pada bangunan destinasi pariwisata di Kota Jogjakarta. Kearifan lokal yang juga dijadikan sebagai salah satu promosi untuk mengangkat pariwisata jogja yang

Penerapan kearifan lokal dikaji melalui pemaknaan yang terkandung dalam elemen rancang bangun. Metode tertentu digunakan dalam pengkajian elemen rancang bangun. Metode tersebut kemudian akan dikaji menggunakan matriks berkenaan dengan ruang bangunan pada konteks resort di Kaliurang. Elemen ruang bangun tersebut berupa data tangible yang dilakukan pengkajian makna yang terkandung pada tiap elemen bangunan. Tiap data dalam matriks tersebut akan diperbandingkan antara resort dengan resort yang lain di Kaliurang.

Data yang didapatkan kemudian dirangkum menjadi penulisan yang dibahas secara deskriptif. Pembahasan dilakukan secara subjektif dengan persepsi pemaknaan penulis. Kesimpulan yang dituju adalah mendapatkan makna dan nilai yang terkandung dalam metode pemaknaan, yakni: Teknik, Konsep, Utilitas, Struktur, dan Material. Metode dan pemaknaan akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya.

Harapan dari penulisan ini, selain mendapatkan informasi kebudayaan dengan metode tertentu, kearifan lokal dapat diterjemahkan ke dalam bentuk fisik dan mendapatkan benang merah terhadap kehadiran bentuk tersebut di bangunan Resort sehingga dapat menjadi preseden bagi perancangaan dengan konsep modern yang perlu mengadospi kearifan lokal setempat.

I.2. HIPOTESIS Adanya penerapan kearifan lokal pada resort sebagai destinasi wisata yang

diterapkan di bangunan melalui klaim pada media promosi. Klaim tersebut terlihat baik secara langsung berupa kalimat-kalimat persuasif maupun tidak langsung berupa gambar-gambar yang ditampilkan pada media promosi. Bukti dari klaim tersebut adalah jawaban bagaimana kearifan lokal diadopsi dan dapat digunakan sebagai salah satu bentuk elemen rancang bangun.

I.3. TUJUAN Membuktikan klaim penerapan kearifan lokal bangunan Resort di

Kaliurang yang menjadi atraksi pariwisata. Pengaruh dengan bukti adanya klaim akan disimpulkan dalam matriks dengan metode pemaknaan.

I.4. KELUARAN Keunggulan produk properti Resort dengan analisis “Uniqueness” melalui

metode tertentu dan solutif terhadap permasalahan arsitektural yang disesuaikan dengan konteks dan dapat diadopsi di tempat lain dengan penyesuaian tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DESAIN RESORT MODERN Hotel resort adalah suatu jenis akomodasi di daerah peristirahatan yang

mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, sarana fasilitas pelengkap lainnya serta jasa bagi umum yang dapat mendukung dan memperlancar kegiatan istirahat para tamu yang bertujuan untuk berwisata/rekreasi di daerah tersebut, dan dikelola secara komersial. Hotel resort berbeda dengan hotel-hotel yang berada di pusat-pusat Kota (city hotel), yang terutama menekankan pentingnya suasana lingkungan interior, sedangkan hotel resort ini lebih mementingkan suasana lingkungan di sekitar lokasinya, baru kemudian menciptakan suasana yang menarik di dalam lingkungan

hotel. 1 Resort di Kaliurang mengusung desain yang mengacu pada lingkungan,

karena peraturan bupati Sleman No.49 TAHUN 2012 yang mengharuskan bangunan memiliki KDB dengan kisaran 30-60% sehingga pemanfaatan lahan terbuka lebih maksimal di Kaliurang. Resort yang mengacu pada lingkungan juga akan mempengaruhi nilai atraksi yang lebih karena wisatawan yang datang bertujuan untuk melakukan rekreasi dimana konsep natural akan sangat menunjang.

Pengembangan resort di era sekarang dilakukan menggunakan teknik yang modern mengikuti perkembangan jaman. Efisiensi dilakukan pada pengembangan resort karena kepentingan ekonomis oleh pihak investor sehingga penggunaan material yang lebih murah tentu akan bertabrakan dengan konsep arsitektur lokal yang menggunakan material lokal (kayu, bambu, dan batu alam). Sehingga penerapan rancangan modern pada resort dengan konsep lokalitas pun seakan-akan menyatu dengan teknologi.

1 Puspita, Yanti. 2008. Perencanaan Hotel Resort di Kawasan Teluk Kendari. elib.unikom.ac.id, 18 November 2013.

Resort sebagai jasa akomodasi penginapan, juga harus memiliki nilai atraksi yang ditonjolkan. Atraksi tersebut merupakan jasa lain yang ditawarkan dari resort kepada pengunjung baik yang menginap maupun tidak, sehingga masyarakat umum masih dapat menggunakan fasilitas tersebut menurut dengan kebijakan dari pengelola.

Hal-hal yang akan dikaji pada penelitian ini adalah:

1. Entrance/Gate Merupakan Icon dan penanda Wilayah untuk akses masuk ke dalam zona-

zona resort. Secara nilai, Gate merupakan penanda sambutan akan kedatangan tamu secara arsitektural. Merupakan hal yang esensial bagi perancang untuk merancang entrance karena merupakan areal pertama (entry) untuk menuju ke area / zona-zona yang lain pada resort.

2. Ruang Penerima Dalam konteks hotel dan resort, ruang penerima yang dimaksudkan adalah

lobby & resepsionis. Ruang yang harus didatangi pengunjung saat ingin mendaftar check-in, check-out, atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh pihak Resort.

3. Gubahan Massa Massa yang dimiliki hotel dan resort merupakan salah satu bentuk atraksi

yang diadaptasi dengan layout dan pola bangunan yang membentuk ruang di dalam resort itu. Respon dari tapak, existing, dan view akan diamati pada bagian ini karena variasi massa pada resort merupakan explorasi yang berujung pada eksekusi konsep dan pembangunan resort itu sendiri.

4. Fasilitas Rekreasi Seusai dengan acuan pada definisi sebelumnya, yang membedakan hotel

& resort adalah fasilitas rekreasi pada massa yang dimiliki oleh resort. Tujuan utama pengguna resort adalah untuk berekreasi atau retreat. Jauh dari kesibukan & resort adalah fasilitas rekreasi pada massa yang dimiliki oleh resort. Tujuan utama pengguna resort adalah untuk berekreasi atau retreat. Jauh dari kesibukan

5. Fasilitas Restoran Food and Beverages, sering disingkat FNB merupakan fasilitas lain yang

disediakan oleh pengelola resort untuk menambah nilai atraksi pada resort. Menu yang disediakan dapat berganti-ganti sesuai kebutuhan dan keinginan pihak pengelola. Namun, dengan pembatasan pada elemen arsitektural, hal yang tidak bersangkut dengan kepentingan tersebut tidak akan dibahas pada bagian ini. Sehingga titik yang akan dibahas adalah elemen yang memiliki nilai lokal yang diterapkan pada fasilitas ini.

6. Guestroom Tujuan pengguna resort selain untuk menggunakan fasilitas-fasilitas

tersebut adalah menginap. Tujuan utama untuk menginap merupakan keharusan sebuah resort untuk menyiapkan akomodasi yang dibutuhkan penggunanya. Oleh karena itu, selain privasi yang dijanjikan, resort juga harus mengolah bagaimana guestroom memiliki nilai lebih dibanding guestroom pada resort lain. Hal ini yang menyebabkan eksplorasi perancangan dapat menerapkan elemen lokal dan kebutuhan pengguna sehingga mendapatkan keunikan pada tempat menginap mereka.

II.2. POLA PEMAKNAAN RUMAH TRADISIONAL Kearifan lokal, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau

kebijaksanaan dan lokal (local) atau setempat 2 secara harfiah dapat memiliki arti nilai-nilai yang terkandung dalam lingkup tertentu. Mengutip H.G Quaritch Wales,

‘local genius’ yang di dalamnya terkandung makna sebagai ‘basic personality of

2 M. Echols, Jhon dan Hassan Shadzily. 1976. Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia) 2 M. Echols, Jhon dan Hassan Shadzily. 1976. Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia)

tersebut, Mira Zulia Suriastuti,dkk pada jurnalnya 4 mengungkapkan bahwa local genius memiliki dasar:

1. Menunjukkan pandangan hidup dan sistem nilai dari masyarakat (orientation).

2. Menggambarkan tanggapan masyarakat terhadap dunia luar (perception).

3. Mewujudkan tingkah laku masyarakat sehari-hari (attitude dan pattern of life).

4. Mewarisi pola kehidupan masyarakat (life style). Nilai-nilai yang terkandung pada local genius berupa fisik maupun non-

fisik pun diwariskan secara turun temurun karena dianggap memiliki dampak positif. Pada bentuk non-fisik, kearifan lokal seringkali diaplikasikan pada manifestasi, gaya hidup, sikap, dsb. Pada bentuk fisik aplikasi pada kerajinan, karya seni, produk, arsitektur, dsb. Pada pengkajian ini akan lebih mengacu pada nilai- nilai fisik yang terkandung secara arsitektural pada bangunan namun tidak menutup kemungkinan adanya hal-hal non-fisik yang memiliki keterkaitan dengan keberadaan bangunan tersebut. Salah satu bentuk kearifan lokal pada arsitektur adalah nilai yang terkandung pada rumah tradisional jawa.

Rumah tradisional jawa disebut juga dengan Joglo. Memiliki atap berbentuk limasan, Joglo merupakan bangunan semi-permanen terdiri atas cluster layout ruang yang diberi nama sesuai dengan fungsinya, misal: pendapa adalah ruang tanpa sekat yang digunakan sebagai ruang berkumpul warga dusun/desa. Atap bangunan disangga oleh tiang yang dinamakan Saka dimana bagian atap yang lebih tinggi disangga oleh tiang yang dinamakan Saka Guru dimana balok-balok

3 H.G Quaritch Wales, 1948. “The Making of Greater India: A Study in South-East Asia Culture Change”. Journal of the Royal Asiatic Sociaty.

4 Mira Zulia Suriastuti, Deddy Wahjudi, Bagus Handoko, 2014. Kajian Penerapan Konsep Kearifan Lokal Pada Perancangan Arsitektur Balaikota Bandung. Jurnal Itenas Rekarupa,

vol.2 no.1 p.122-128.

pada saka guru merupakan balok-balok yang bertumpang antara satu dengan yang lainnya.

Gambar 1. Balok-balok pada saka guru. (Sumber: http://jogjareview.net/seni/rumah-joglo-sisi-fungsional-dan-spiritual-

arsitektur-jawa/attachment/konstruksi-tumpang-sari-joglo/)

Tipologi rumah tradisional di pulau jawa rata-rata sama, namun pada rumah tinggal banyak joglo-joglo yang sudah dimodifikasi sehingga menyerupai rumah modern dengan dinding, tiang, dan balok plester. Hal ini membuktikan bahwa struktur rumah tradisional di jawa dapat dimodifikasi untuk diaplikasikan

dengan bentuk yang lebih modern. 5 Merupakan sifat adaptif yang berupa penerapan pada bangunan rumah tradisional Jawa untuk memenuhi kebutuhannya, dimana

pada jaman dengan teknologi yang lebih modern, kebutuhan pada manusia pun semakin kompleks. Nilai-nilai yang terkandung pada rumah tradisional jawa pun melebur secara konseptual dan menyesuaikan dengan kebutuhan.

Revianto B. Santosa mengutip Rassers yang mengikuti Emille Durkheim pada penekanan peranan ritual dalam merekonstruksi keadaan awal masyarakat Jawa. Durkheim mengasumsikan bahwa masyarakat dibagi berdasarkan gender

5 Santosa, Revianto Budi, 2000. Omah: Membaca Makna Rumah Jawa. Jogjakarta:Yayasan Bentang Budaya. h.58.

menjadi 2 bagian. Pembagian tersebut menurut Rassers, menunjukkan asal muasal rumah yang pada satu sisi sebagai “kuil lelaki” tempat ritual dilakukan. Sisi lainnya merupakan ranah perempuan dimana lebih bersifat duniawi dan terlepas dari

upacara-upacara ritual yang khidmat. 6 Zonasi ruang tersebut tidak terlepas dari peranan pria dan wanita dengan peran domestik pada bangunan tersebut.

Menurut Revianto B. Santosa pada bukunya Omah (2000, hal.25), Rassers yang tidak pernah mengunjungi Jawa hanya menitik-beratkan secara penuh pada laporan-laporan dan studi orang lain. Lain halnya dengan Rassers, Josef Prijotomo pada buku Ideas and Forms of Javanese Architecture (1984) ia menggunakan model semiotik untuk membedakan antara “kandungan” dan “ekspresi” yang ia sejajarkan dengan “gagasan” dan “bentuk”. Sebagaimana seorang strukturalis dia menunjukkan bagaimana “gagasan melahirkan bentuk” dan “bentuk mengkomunikasikan ide”. Dari kutipan Josef Prijotomo tersebut, dapat ditarik kesimpulan dari ide-ide rumah jawa yang ada sekarang adalah manifestasi dari bentuk yang berawal dari gagasan masyarakat Jawa. Sehingga penelitian terhadap kearifan lokal terutama pada bentuk dan gagasan dapat ditelusuri melalui identifikasi ide-ide yang ada pada bangunan yng berkonsep Tradisional, khususnya dalam hal ini Jawa.

Revianto mengamati Rumah yang setidaknya telah berumur 50 Tahun di Yogyakarta demi mendapatkan data-data kontemporer mengenai kebudayaan yang berlangsung demi memahami spasialitas dari Omah (2000). Dalam pengamatannya Revianto melakukan identifikasi atas beberapa spasial Omah (bahasa jawa: rumah). Terlepas dari subjektivitas penulis, nilai yang diangkat pada kandungan omah memiliki beberapa titik yang dikaji, contohnya: fungsi ruang, layout ruang, peranan ruang, dan nilai ruang terhadap kehidupan. Tidak berbatas pada poin tersebut, seubjektivitas Revianto B. Santosa pada penilaian Omah, dapat ditangkap dengan cerita-cerita yang diberikan pada tiap ruangan yang dikaji.

6 Santosa, Revianto Budi, 2000. Omah: Membaca Makna Rumah Jawa. Jogjakarta:Yayasan Bentang Budaya.

Nilai kedomestikan yang dikaji oleh Revianto dalam mengkaji Omah, merupakan dualitas fungsi yang berbanding lurus. Hal-hal simbolis terkait nilai kedomestikan dikaitkan dengan penggunaan ruang (utilitas) dalam menerjemahkan makna ruang. Secara simbolis penggunaan ruang dapat mencerminkan keterkaitannya dengan strata sosial dan gender domestik, terlihat dengan konstruksi pembagian ruang pada Omah. Hal tersebut merupakan nilai-nilai hierarki yang terkandung secara nyawa (intangible).

Pengkajian ruang yang dilakukan oleh Revianto, merupakan pemaknaan dari setiap ruang yang ia amati. Pengamatan ruang yang dilakukan merupan subjektivitas dari persepsi tiap individu yang mengamati. Bukan tidak berdasar, namun pakem-pakem tradisional yang dipaparkan oleh buku Omah merupakan acuan dari penulisan tersebut dengan subjektivitas persepsi penulis. Sehingga perbedaan persepsi yang ditemukan agar disikapi secara objektif secara pemaknaan pada acuan kebudayaan tradisional masyarakat Jawa.

II.3. METODE PEMAKNAAN TCUSM adalah singkatan dari Techinque-Concept-Utility-Structure-

Material 7 merupakan alat yang dikembangkan oleh Adhi Nugraha pada jurnalnya yang digunakan oleh seniman, pengrajin, desainer, dan pelajar seni/desain untuk

melakukan transformasi bentuk tradisional menjadi bentuk baru. TCUSM merupakan sejumlah aspek pada rancangan yang harus dipertimbangkan pada objek-objek modern dengan unsur tradisional. Menurut Alver:1992, tradisi telah menjadi sebuah propanda untuk melawan kebudayaan terhadap kebudayaan yang dominan (globalisasi). Dimana memberi nyawa baru pada tradisi menjadi tujuan nasional; dan pada komunitas lokal ada keinginan kuat untuk menyatakan identitas/karakternya. Adhi Nugraha menyatakan bahwa TCUSM dapat membantu memfasilitasi seniman dan praktisi lainnya sebagai sebuah alat pandu untuk permasalahan budaya tradisional

7 Adhi Nugraha. 2010, Transforming Tradition For Sustainability Through ‘TCUSM’ Tool. SYNNYT/ORIGINS Vol.3 p.20-36.

TCUSM terdiri dari 5 fundamental yang terbagi menjadi 2 kateogri fisik- teknis & abstrak dimana kategori-kategori ini dapat menjadi alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk arsitektural. Kategori fisik-teknis terdiri dari 4 hal, yaitu: material, teknik, utilitas, dan struktur ditambah kategori abstrak yaitu konsep.

1. Teknik Terdiri dari jenis pengetahuan tradisional dalam produksi. Teknik

pembuatan, teknologi, cara, proses, keterampilan akan dibahas pada poin ini.

2. Konsep Merupakan faktor tersembunyi yang berada diluar batas fisik dan bentuk.

Faktor ini bersifat kualitatif yang meliputi adat istiadat, kepercayaan, karakteristik, perasaan, emosi, nilai, ideologi, spiritual, dan kebudayaan.

3. Utilitas Meliputi fungsionalitas dan penggunaan produk.

4. Struktur Meliputi kelangsungan dan fisik properti pada obyek. Dimana ukuran,

gestalt , rupa, dan bentuk adalah hal yang akan dikaji.

5. Material Meliputi segala macam kebutuhan material yang digunakan dalam proses

pembentukan produk yang dalam konteks ini adalah bangunan. Identifikasi kearifan lokal terhadap proses pembuatan produk adalah hal utama yang akan dikaji. Material harus spesifik, jelas, dan dapat dirasakan oleh indera perasa.

Kelima komponen fundamental tersebut akan dikaitkan dengan elemen bangunan yang memiliki nilai kebudayaan dan kearifan lokal. Keterkaitan baik dalam hal fisik dan non-fisik akan diterjemahkan dalam bentuk ulasan deskriptif mengenai hal yang akan dikaji. Hal fisik meliputi hal-hal yang berkaitan dengan ragam bentuk, sedangkan non fisik merupakan nilai-nilai yang terkandung pada wujud.

Dalam penggunaannya, alat ini diperlukan identifikasi atas faktor-faktor tradisi lokal yang berkembang. Faktor-faktor yang secara spesifik harus dijelaskan melalui poin-poin sebelumnya. Pada (Gambar 2) dijelaskan mengenai kerucut yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk terhadap pelaku/perancang dimana semakin ke atas, semakin sedikit jumlah yang diproduksi, semakin kebawah, semakin banyak jumlah yang diproduksi. Dalam hal ini, obyek resort mendapat posisi teratas karena tidak diproduksi masal dan memiliki karakteristik tersendiri di setiap produk (bersifat terbatas).

Gambar 2. Pengaruh pelaku dan kuantitas produksi pada kerucut metode TCUSM (sumber: Adhi Nugraha. 2010, Transforming Tradition For Sustainability Through

‘TCUSM’ Tool. SYNNYT/ORIGINS Vol.3 p.20-36.)

TCUSM dapat membantu identifikasi proses secara kreatif dimana relevansi antar elemen (tradisional dan modern) pada produk diperlukan. Manifestasi TCUSM adalah keberlanjutan dalam mengidentifikasi elemen-elemen tradisional pada produk modern diperlukan, untuk lebih menggali potensi-potensi yang ada pada suatu produk sehingga suatu saat dapat diterapkan pada produk lain sebagai preseden.

Gambar 3 berikut menjelaskan tentang kategori-kategori pada langgam yang berbeda akan menghasilkan Obyek yang baru. Proses ini dapat digunakan untuk merencanakan dan merancang suatu benda. Pada karya tulis ilmiah ini, proses tersebut akan dibalik dari obyek menuju ke langgam di atasnya. Proses tersebut merupakan ekstraksi bentuk fisik / riil suatu produk untuk pengidentifikasian langgam yang dianut. Dengan cara tersebut, maka identifikasi produk dapat dengan valid menunjukkan proses yang digunakan untuk merancang produk sebagai studi maupun referensi.

Gambar 3. Diagram penerapan TCUSM pada langgam dan pengaruhnya terhadap obyek (sumber: Adhi Nugraha. 2010, Transforming Tradition For Sustainability Through

‘TCUSM’ Tool. SYNNYT/ORIGINS Vol.3 p.20-36.)

Metode pemaknaan ini aka disinkronisasi dengan definisi desain resort modern pada bab II No.1 yaitu: Entrance, Ruang penerima (Lobby & Recepsionist), Gubahan Massa, Fasilitas Rekreasi, Restoran, dan Guestroom untuk kemudian dibuat matriks mengenai pola-pola yang terkandung pada masing-masing bagian. Kolom merupakan definisi dari metoda TCUSM sebagai alat untuk Metode pemaknaan ini aka disinkronisasi dengan definisi desain resort modern pada bab II No.1 yaitu: Entrance, Ruang penerima (Lobby & Recepsionist), Gubahan Massa, Fasilitas Rekreasi, Restoran, dan Guestroom untuk kemudian dibuat matriks mengenai pola-pola yang terkandung pada masing-masing bagian. Kolom merupakan definisi dari metoda TCUSM sebagai alat untuk

Structure Material

(S) (M) Entrance,

[Gambar] [Gambar]

Gate / [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi]

Gerbang

Ruang Penerima

[Gambar] [Gambar]

(Lobby & [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi] Recepsionist)

[Gambar] [Gambar]

Massa [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi]

[Gambar] [Gambar]

Rekreasi [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi]

[Gambar] [Gambar]

Restoran [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi]

[Gambar] [Gambar]

Ruang inap [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi] [Definisi]

Tabel 1. Matriks untuk mengidentifikasi kearifan lokal menggunakan breakdown pada

masing-masing bagian yang terdefinisikan

Pada Tabel tersebut masing-masing baris akan didefinisikan sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing kolom tersebut. Matriks tersebut merupakan data- data primer hasil survey peneliti untuk menunjukkan secara langsung bukti sebagai bentuk pemaknaan yang dilakukan. Gambar diberikan sebagai bentuk fisik sebelum Pada Tabel tersebut masing-masing baris akan didefinisikan sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing kolom tersebut. Matriks tersebut merupakan data- data primer hasil survey peneliti untuk menunjukkan secara langsung bukti sebagai bentuk pemaknaan yang dilakukan. Gambar diberikan sebagai bentuk fisik sebelum

BAB III PEMBAHASAN

III.1. KALYANA RESORT Kalyana resort memiliki alamat di Jl. Kaliurang Km 22 Dusun Banteng,

Hargobinangun, D.I. Yogyakarta. Memasuki gang perumahan warga, ternyata Kalyana resort dikelilingi dengan pemandangan yang menarik berupa lembah dan memiliki vista merapi di kejauhan. Sering digunakan untuk acara pesta, Kalyana sudah memiliki paket-paket tertentu untuk mengakomodasikanya. Informasi terhadap Kalyana dapat diakses melalui www.kalyanaresort.com.

III.1.1. Promosi Website Kalyana Resort

Laman web Kalyana resort memiliki informasi yang memuat akomodasi, fasilitas, galeri, dan reservasi. Kalyana sekilas tidak menonjolkan sisi kearifan local pada halaman muka. Promosi yang terdapat pada halaman muka hanya menunjukkan arah pada paket-paket yang tersedia di Kalyana. Di Halaman fasilitas, terdapat hal-hal yang lebih detail mengenai Kalyana. Di halaman ini terdapat fasilitas-fasilitas yang disediakan. Klaim mengenai kearifan local yang disediakan oleh kalyana terlihat di laman ini.

Gambar 4. Promosi Kalyana Resort pada laman fasilitas di website (sumber : http://kalyanaresort.com/facilities/)

Pada gambar 4 terlihat di laman fasilitas, Kalyana resort menonjolkan sisi bangunan tradisionalnya pada Dining Hall & Pendopo Gazebo yang keduanya berupa bangunan tradisional jawa. Klaim Kalyana resort melalui gambar merupakan promosi yang dilakukan untuk menarik pengunjung dengan sisi budaya setempat.

III.1.2. Entrance

Gambar 5. Entry area Kalyana Resort. (sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Menuju resort ini cukup jelas dengan adanya arahan sign dari jalan utama. Jalan masuk ke Kalyana Resort merupakan gang kecil yang hanya dapat dilewati 1 mobil, namun parkiran yang dimiliki Resort ini berkapasitas Belasan mobil. Dan puluhan motor. Kesan pertama yang timbul adalah bangunan tradisional yang merupakan entrance menuju ke ruang lobby dapat dilihat pada gambar 5, juga berfungsi sebagai entry point. Bangunan semi outdoor yang merespon lingkungan dan iklim tropis ini mengantarkan pengunjung ke Lobby dan menuju area resort. Bangunan ini memiliki kuda-kuda atap yang diekspos dengan rapi dan terkesan Menuju resort ini cukup jelas dengan adanya arahan sign dari jalan utama. Jalan masuk ke Kalyana Resort merupakan gang kecil yang hanya dapat dilewati 1 mobil, namun parkiran yang dimiliki Resort ini berkapasitas Belasan mobil. Dan puluhan motor. Kesan pertama yang timbul adalah bangunan tradisional yang merupakan entrance menuju ke ruang lobby dapat dilihat pada gambar 5, juga berfungsi sebagai entry point. Bangunan semi outdoor yang merespon lingkungan dan iklim tropis ini mengantarkan pengunjung ke Lobby dan menuju area resort. Bangunan ini memiliki kuda-kuda atap yang diekspos dengan rapi dan terkesan

III.1.3. Lobby & Recepsionist

Merupakan bangunan indoor untuk kantor, lobby yang disediakan pada bangunan ini merupakan semi outdoor merupakan ruang berupa teras yang disediakan bagi tamu untuk menunggu proses persiapan untuk check-in dan check-

out. Sebagai respon terhadap iklim tropis berupa atap limasan 8 yang lazim digunakan di iklim tropis, natural dan santai adalah kesan yang kuat pada bagian

ini, seperti di beranda rumah.

Gambar 6. Lobby & Resepsionis pada Kalyana Resort

8 Mengacu pada gambar 2.1 halaman 45 buku Omah (2000): Revianto B. Santosa

(sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Resepsionis pun dibuat menggunakan material lokal, seperti kayu dan batuan alam untuk lebih menguatkan sisi tradisional pada bangunan ini. Kolom- kolom bundar khas bangunan indische yang merupakan adaptasi elemen bangun eropa pada bangunan tradisional jawa mengesankan hal yang sama ketika saya berada di Kotabaru, Jogjakarta.

III.1.4. Gubahan Massa & Lansekap

Gambar 7. Lansekap Kalyana Resort (sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Zona-zona pada resort ini dibangun rapi dengan pemisahan antara zona privat, publik, & servis. Berbentuk cluster-cluster dengan permainan alur sirkulasi yang baik, merupakan respon terhadap kontur tapak. Integrasi dengan lingkungan sekitar pun tampak lebih natural dengan taman-taman yang dibuat di sekitar dengan elemen-elemen alami seperti batuan-batuan vulkanis besar yang diletakkan di spot- spot tertentu seperti yang tampak pada gambar 7. Tanaman ornamental bersanding Zona-zona pada resort ini dibangun rapi dengan pemisahan antara zona privat, publik, & servis. Berbentuk cluster-cluster dengan permainan alur sirkulasi yang baik, merupakan respon terhadap kontur tapak. Integrasi dengan lingkungan sekitar pun tampak lebih natural dengan taman-taman yang dibuat di sekitar dengan elemen-elemen alami seperti batuan-batuan vulkanis besar yang diletakkan di spot- spot tertentu seperti yang tampak pada gambar 7. Tanaman ornamental bersanding

III.1.5. Fasilitas Rekreasi

Lapangan yang luas menjadi orientasi massa bangunan guestroom. Grading-grading kemiringan kontur pada tapak yang dipertahankan secara natural, terintegrasi dengan kolam renang & pendopo pada spot-spot tertentu untuk merespon vista yang menarik.

Gambar 8. Kolam renang di Kalyana Resort (sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Jalur-jalur sirkulasi yang dibuat, membuat penegasan alur bagi pengunjung untuk menikmati view dari gunung merapi yang tampak langsung dari batas tebing di tapak resort ini. Berintegrasi dengan lansekap, jalur-jalur sirkulasi mendapatkan kesan tersendiri untuk dilewati. Kesan asri adalah yang pertama kali melekat saat melewati jalur pada jalan setapak. Merupakan tujuan utama dari jalan Jalur-jalur sirkulasi yang dibuat, membuat penegasan alur bagi pengunjung untuk menikmati view dari gunung merapi yang tampak langsung dari batas tebing di tapak resort ini. Berintegrasi dengan lansekap, jalur-jalur sirkulasi mendapatkan kesan tersendiri untuk dilewati. Kesan asri adalah yang pertama kali melekat saat melewati jalur pada jalan setapak. Merupakan tujuan utama dari jalan

III.1.6. Fasilitas Restoran

Gambar 9. Fasilitas restoran pada Kalyana Resort (sumber: dokumentasi pribadi tahun 2015)

Restoran merupakan Cluster massa sendiri yang terletak di pinggir tebing dengan view ke arah merapi. Kesan etnik yang didapatkan melalui bentuk keseluruhan bangunan tradisional yaitu joglo. Teknik pembuatan joglo yang dipertahankan seperti: Kolom penyangga utama dan Tumpang sari, merupakan khas yang paling mencolok yang terdapat pada bangunan ini, meskipun Pondasi yang dibuat dengan teknik modern, dikarenakan bangunan ini terletak pada zona Restoran merupakan Cluster massa sendiri yang terletak di pinggir tebing dengan view ke arah merapi. Kesan etnik yang didapatkan melalui bentuk keseluruhan bangunan tradisional yaitu joglo. Teknik pembuatan joglo yang dipertahankan seperti: Kolom penyangga utama dan Tumpang sari, merupakan khas yang paling mencolok yang terdapat pada bangunan ini, meskipun Pondasi yang dibuat dengan teknik modern, dikarenakan bangunan ini terletak pada zona

III.1.7. Guestroom

Guestroom terdiri dari beberapa Cluster yang menyesuaikan dengan kelas dan fasilitas. Ketersediaan kamar dengan range yang memudahkan bagi pengunjung untuk menentukan pilihan menyesuaikan dengan budget dan kebutuhannya.

Gambar 10. Langgam interior guestroom Kalyana Resort. (sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Sepintas, tampilan indische terlihat pada bangunan ini, namun bentuk adaptasi atap dan permainan batu alam pada dinding, memudarkan kesan tersebut. Detail-detail pada bangunan ini pun menunjukkan style yang cenderung modern tampak pada gambar 5, daripada kesan etnik khas jawa yang ditampilkan pada bangunan-bangunan sebelumnya (Entrance, Lobby, dan Resto). Yang dapat diperhatikan dari ruangan tamu ini adalah elemen pada pintu, jendela, dan furniture yang memiliki kandungan material lokal yaitu kayu menegaskan bahwa permainan interior signifikan untuk menunjukkan penerapan kearifan lokal pada bangunan.

III.2. THE CANGKRINGAN Beralamat di Jl. Raya Merapi Golf, Desa Umbulharjo, Cangkringan, D.I.

Yogyakarta merupakan resort yang dibangun dekat dengan lapangan golf di Kaliurang. Terletak di kaki gunung merapi, The Cangkringan memiliki udara yang sejuk. Terdapat 16 villa individu di resort ini yang juga dilengkapi dengan faasilitas privat, contohnya kolam renang & ruang santai. Secara umum, resort ini cocok bagi anda yang menginginkan akomodasi untuk tujuan liburan maupun bisnis.

III.2.1. Promosi

Promosi The Cangkringan dapat diakses melalui website www.cangkringan.com. Di laman utama, kesan bisa langsung terlihat. Kesan kearifan local berupa kebudayaan local yang diterapkan di bangunan menjadi point of interest yang digunakan pada media promosi ini.

Gambar 11. Laman muka website The Cangkringan

(sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Terlihat pada gambar 11, The Cangkringan menonjolkan elemen bangunan khas candi yang digunakan sebagai gapura untuk menarik minat pengunjung website. Sisi kearifan lokal berupa elemen bangunan candi yang digunakan merupakan klaim yang digunakan sebagai point of interest bagi pengunjung yang hendak mencari informasi melalui media promosi ini.

III.2.2. Entrance

Gapura sebagai penanda gerbang masuk ke areal resort ini mudah ditemukan karena langsung berada di pinggir jalan. Gapura terbuat dari susunan batu dengan khas arsitektur nusantara, menyerupai candi yang dibelah menjadi dua dengan jalan masuk kendaraan lurus menuju dropoff area.

Gambar 12. Gapura sebagai penanda boulevard menuju area resort (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Selain sebagai penanda, gapura ini juga berfungsi sebagai pos satpam untuk sistem keamanan. Jalan masuk kendaraan dua arah yang lurus dengan pagar sebagai batasan disekelilingnya. Sebelum sampai di drop-off area, terdapat Statue Selain sebagai penanda, gapura ini juga berfungsi sebagai pos satpam untuk sistem keamanan. Jalan masuk kendaraan dua arah yang lurus dengan pagar sebagai batasan disekelilingnya. Sebelum sampai di drop-off area, terdapat Statue

III.2.3. Lobby & Recepsionist

Lobby merupakan Joglo dengan gebyog yang dimanfaatkan sebagai dinding. Gebyog tersebut telah dimodifikasi dengan kaca sehingga cahaya dapat memasuki ruangan lobby. Furniture yang digunakan pada ruang ini tergolong furniture antik yang menggunakan material lokal yaitu kayu dengan finishing yang modern.

Gambar 13. Eksterior bangunan lobby dan resepsionis (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Elemen-elemen dekorasi pada ruangan ini sangat bernilai nusantara dengan kesan etnis yang dapat dirasakan. Tegel kunci yang merupakan material produksi lokal digunakan menghiasi lantai pada bangunan ini. Ukiran-ukiran jawa menghiasi perabotan, pada gebyog, dan meja resepsionis. Pintu sebagai akses Elemen-elemen dekorasi pada ruangan ini sangat bernilai nusantara dengan kesan etnis yang dapat dirasakan. Tegel kunci yang merupakan material produksi lokal digunakan menghiasi lantai pada bangunan ini. Ukiran-ukiran jawa menghiasi perabotan, pada gebyog, dan meja resepsionis. Pintu sebagai akses

Ke empat pintu yang melambangkan keempat unsur mata angin 9 itu juga sebagai arah menuju zona-zona area pada resort ini. Ke arah utara untuk tempat menginap

dan fasilitas spa, arah timur untuk tempat menginap, arah selatan untuk area drop off, arah barat untuk fasilitas rekreasi dan restoran, sehingga lobby dan resepsionis dijadikan sebagai patokan untuk menuju dari area 1 ke yang lain.

III.2.4. Gubahan Massa & Lansekap

Menuju keluar ke arah barat, menyusuri jalan setapak yang dikelilingi tumbuhan-tumbuhan yang rimbun dan melewati jembatan kecil yang terbuat dari kayu, terdapat hamparan luas lapangan rumput. Bentuk lapangan rumput masih berkontur dengan sedikit teknik cut and fill yang dimanfaatkan. Jalan setapak berupa susunan batuan merupakan penegasan alur sirkulasi pada jalur-jalur yang mengikuti kontur yang bertujuan sebagai atraksi pada lansekap buatan ini. Pohon- pohon yang rimbun membatasi area ini dengan tanaman-tanaman ornamental yang menghiasi sekelilingnya. Perkerasan pada beberapa area merupakan penegasan area zona bangunan seperti pada resto dan ruang serbaguna yang dimiliki resort ini.

Gambar 14. Susunan batuan alami pada lansekap The Cangkringan Resort (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

9 dalam buku Omah (2000): Revianto B. Santosa halaman 78 menjelaskan tentang pembagian zona utilitas ruang berdasarkan sisi arah mata angin.

Cluster-cluster bangunan sebagai massa terletak berjauhan dan berjalan menuju antara satu bangunan ke bangunan yang lain merupakan sensasi tersendiri untuk menikmati lansekap dengan berbagai elemen dekorasinya pada resort ini. Massa memiliki bebrapa orientasi seperti kolam renang pada zona publik ini sebagai fasilitas rekreasi yang dimiliki.

III.2.5. Fasilitas Rekreasi

Kolam renang tidak berbentuk geometris, melainkan berbentuk oval sebagai penegasan adanya kontur disekililingnya. Kolam renang dengan sisi-sisi kolam yang terlihat keluar dari tanah dihiasi dengan masonry batuan alam yang menambah kesan etnik pada fasilitas rekreasi ini.

Gambar 15. Bentuk kolam renang publik The Cangkringan resort (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Tanpa adanya pepohonan disekeliling kolam ini, terkesan panas dan tidak memiliki tata lansekap yang memadai mengingat iklim tropis yang dimiliki existing Tanpa adanya pepohonan disekeliling kolam ini, terkesan panas dan tidak memiliki tata lansekap yang memadai mengingat iklim tropis yang dimiliki existing

III.2.6. Fasilitas Restoran

Fasilitas restoran yang dimiliki resort ini bervariasi, namun masih terletak pada satu zona. Variasi resto ini didasarkan pada kebutuhan penggunanya, yaitu: makan bersama, resto prasmanan, dan meeting room. Seiring dengan jenis pengguna yang memiliki tujuan berbeda-beda, 3 jenis resto ini pun juga dapat digunakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pengguna. Apabila pengguna resto tidak mencukupi diadakan di resto pertama dan kedua, maka meeting room pun berubah fungsi untuk tempat diadakan makan bersama. Kesamaan ketiga restoran tersebut adalah sama-sama berupa rumah joglo dengan bukaan kaca pada selubung dinding bangunannya.

Gambar 16. Eksterior dan Interior salah satu bangunan resto (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Kaca-kaca tersebut berfungsi juga sebagai jendela untuk memperlancar sirkulasi udara yang masuk ruangan merupakan bentuk respon terhadap iklim tropis yang dimiliki bangunan ini. Resto yang kedua karena memiliki 2 gubahan massa sekaligus. Massa yang pertama adalah bangunan joglo tertutup dengan bukaan jendela yang lebar untuk menambah pencahayaan alami masuk ke dalam bangunan. Massa yang kedua, merupakan bangunan semi permanen outdoor tempat diadakannya makan prasmanan. Bangunan outdoor tersebut terintegrasi langsung dengan fasilitas rekreasi yang dimiliki resort ini. Batuan alami menjadi lantai pada bangunan ini memiliki ukuran yang lebar dengan tatanan yang apik. Semua resto selain memiliki bentuk bangunan yang mirip, furniture yang digunakan pun sama. Kayu adalah material yang mayoritas digunakan sebagai bahan material furniture resto. Lemari-lemari antik pun ditaruh sebagai dekorasi etnik di dalam resto indoor ditambah dengan dekorasi-dekorasi khas jawa yang menarik.

III.2.7. Guestroom

Gambar 16. Interior bangunan guestroom (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Guestroom terpisah dengan zona servis dan publik, terletak di utara dan timur lobby merupakan zona privat. Memiliki langgam modern minimalis letak kearifan lokal ada pada permainan interiornya. Detil-detil elemen bangunan yang digunakan seperti baluster, pintu, dan jendela menggunakan kayu ditambah lantai parket yang menambah kesan etnik dapat dilihat pada gambar 16. Furniture yang digunakan menggunakan kayu sebagai material utama ditambah dengan dekorasi- dekorasi khas jawa lengkap dengan ukiran-ukirannya.

III.3. SAMBI RESORT Sambi resort beralamat di Jl. Kaliurang Km. 19.2, Desa Wisata Sambi,

Sleman, D.I.Yogyakarta. terletak 15 Km dari pusat kota, Resort ini berdekatan dengan Lingkungan yang terawat dengan baik serta lokasi yang berdekatan dengan Ledok Sambi Outbond Ecopark dan Lapangan Golf Merapi. Fasilitas yang disediakan resort ini adalah kolam renang (luar ruangan), spa, pijat, dan kolam renang anak. Sambi Resort, Spa & Resto merupakan akomodasi serbaguna untuk anda yang ingin berwisata di Yogyakarta.

III.3.1. Promosi

Media promosi website Sambi resort dapat diakses di sambiresort.com. halaman wajah website ini menampilkan satu gambar yang langsung menunjukkan penerapan kearifan lokal pada massa bangunannya.

Gambar 17. Laman muka website Sambi resort (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Terdapat dekorasi berupa ornament pada atap gazebo yang dipakai di atap bangunan tersebut 10 . Gambar yang menunjukkan indikasi adanya kearifan lokal

pada bangunan tersebut merupakan point of interest pada media promosi yang sambi resort gunakan untuk menarik perhatian pengunjung. Melalui gambar tersebut, pengunjung website dapat menarik kesimpulan adanya unsur budaya yang kental pada resort tersebut.

III.3.2. Entrance

Sign dari jalan utama menuju ke resort ini cukup jelas dengan papan rambu penunjuk mengantarkan pada gerbang utama. Parkiran yang luas dengan perkerasan susunan batuan yang dicorpun masih menampakkan teksture yang dimiliki batu alam tersebut. Sekeliling parkiran terdapat pagar batu bata ekspose ditambah semak-semak yang rapi dengan tinggi 1-1,5 meter menegaskan kawasan ini.

10 Mengacu Pada gambar 2.10 buku Omah (2000): Revianto B. Santosa

Gambar 18. A. Akses utama menuju resort dari jalan raya B. Dari parkiran menuju

lobby

(Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Tanaman ornamental palm menghiasi area entrance namun dengan luasnya lapangan parkir kurang rimbunnya tanaman palm mengakibatkan area ini panas karena dampak iklim tropis pada resort ini. Bersebelahan dengan areal parkir terdapat bangunan pendopo yang berfungsi sebagai resepsionis dan lobby.

III.3.3. Lobby & Recepsionist

Gambar 19. A. Undak-undakan menuju bangunan Lobby B. Resepsionis (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Kesan etnik ketika memasuki lobby didapatkan dari bangunan tradisional dengan elemen anyaman bambu dan material furniture yang digunakan. Lobby seakan-akan sebagai teras tempat menunggu dan resepsionis dari bangunan permanen yang terletak dibelakangnya yang berfungsi sebagai kantor. Anyaman bambu menutupi rangka-rangka atap yang biasanya diekspos pada bangunan tradisional pendopo. Terdapat stand gerobak angkringan di sudut ruangan sebagai media promosi dan suvenir yang disediakan pihak pengelola. Lobby ini memiliki ubin khas tegel kunci yang diproduksi oleh produsen lokal di Jogjakarta. Susunan batu alam menghiasi meja resepsionis dengan aksen kayu solid pada furniture lengkap dengan ukiran-ukiran khas jawa. Dekorasi seperti patung, lampu pun mengingatkan saya pada rumah jawa di pedesaan. Jarak untuk masuk ke area dalam resort melewati parkiran sehingga sirkulasi tidak mengalir seperti resort lainnya yang direview sehingga hirarki tidak lurus tetapi acak. Jalan menurun tangga dan ramp mengantarkan pada zona dalam resort.

III.3.4. Gubahan Massa & Lansekap

Zona dalam resort adalah hal yang menarik dikaji untuk tapak bangunannya. Dimana teknik cut and fill pada grading-grading kontur tapak menjadi terasering sesuai dengan alurnya. Seperti teknik terasering pada kebun dan sawah di daerah dengan kontur yang terjal, tujuan daripada teknik ini untuk mencegah erosi pada lahan dengan kemiringan yang curam.

Gambar 20. Lansekap resort yang landai dengan susunan letak tanaman (Sumber: http://sambiresort.com/gallery.html, tahun 2015)

Bukan tanpa polesan, terasering yang dimainkan pada kontur tapak mendapat sentuhan dengan tanaman-tanaman ornamental seperti palm dan bougenvile yang diletakkan pada titik-titik yang strategis guna mengisi kekosongan yang ditimbulkan pada lansekap. Juga dengan struktur susunan tumbuhan semak dan bunga yang disusun mengikuti alur kontur yang tidak simetris terkesan alami. Tanggul penahan yang digunakan memakai pondasi batu alam yang dicor diekspose sehingga meninggalkan tekstur khas batu alam vulkanis yang banyak terdapat di kaliurang. Jalur sirkulasi berupa jalan setapak yang mengikuti alur kontur dan terasering mendapatkan perhatian khusus dengan penggunaan batuan alam dengan tekstur yang nampak saat menginjakkan kaki untuk berjalan menyusuri resort ini. Dari lobby menuju area resort merupakan jalan menurun, sehingga vista yang dibentuk menuju ke dalam resort menimbulkan kesan seperti sedang menuruni desa-desa di kaki gunung merapi. Vista yang dibentuk merupakan kecermatan dari pemanfaatan jalan setapak yang kemudian dengan permainan lansekap berhasil diambil untuk memanfaatkan panorama.

III.3.5. Fasilitas Rekreasi

Gambar 21. Alur sirkulasi yang dimanfaatkan menjadi sarana rekreasi pada resort ini (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Cluster-cluster bangunan yang tampak dari atas memperlihatkan banyaknya massa bangunan yang dimiliki resort ini, tampak seperti desa dengan bentuk-bentuk bangunan tradisional yang menjadi tempat penginapan di resort ini. Elemen-elemen dekorasi taman seperti statue dan fountain digunakan untuk menjadi orientasi dasar pada rancangan dasar pola tata ruang tapak di resort ini.

Gambar 22. Sarana rekreasi yang disediakan resort ini (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Kurangnya tanaman rimbun sebagai pelindung adalah hal yang perlu dicermati dalam resort ini, karena panas iklim tropis yang langsung mengenai hamparan resort ini seharusnya mendapatkan penanggulangan dari tanaman- tanaman berkarakter rimbun agar lebih sejuk. Di jalur-jalur setapak saat eksplorasi resort dilakukan sering nampak bangunan-bangunan kecil semi permanen yang berfungsi sebagai tempat bersantai sambil menikmati suguhan panorama yang dimiliki resort ini.

Gambar 23. Massa bangunan yang digunakan sebagai sarana rekreasi (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25