NILAI NILAI RELIGIUSITAS DALAM PERAYAAN
NILAI-NILAI RELIGIUSITAS DALAM PERAYAAN ROKAT TASE’
MASYARAKAT MADURA
Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Kearifan Lokal.
Dosen pengampu: Dr. Septiana Dwiputri Maharani
Disusun oleh :
Hikma Irsanai J
15/382246/FI/04101
FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................................1
Daftar Isi ...................................................................................................................................2
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang .........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................5
C. Keaslian Penelitian ...................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................6
E. Tujuan Penelitian .....................................................................................................7
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................................7
G. Landasan Teori ........................................................................................................8
H. Metode Penelitian ...................................................................................................10
I. Bahan Penelitian ......................................................................................................11
J. Alur Penelitian .........................................................................................................11
K. Hasil yang Akan Dicapai .......................................................................................12
L. Sistematika Penulisan ............................................................................................12
Bab 2 Rokat Tase’ Di Madura ..............................................................................................13
Bab 3 Nilai-Nilai Religiusitas ................................................................................................14
Bab 4. ANALISIS ...................................................................................................................15
BAB 5 Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................................16
B. Saran ........................................................................................................................16
Daftar Pustaka .......................................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia ialah makhluk sosial dan sebagai makhluk sosial manusia melakukan suatu hal
untuk pemenuhan kebutuhannya salah satunya ialah dalam berkomunikasi. komunikasi tidak
hanya melalui bahasa bahkan simbol pun mampu dijadikan jalan dalam berkomunikasi bahwa
simbol mampu menggerakkan seseorang untuk bertindak, merujuk pada alam yang tidak
disadari atau gaib yang tidak dalam diterjemahkan dalam dunia realitas. Simbol juga dapat
ditemukan dalam komunikasi verbal, yaitu sebagai kata yang mampu digunakan untuk
menyampaikan suatu pesan, yakni bahasa. Bahasa inilah yang digunakan oleh manusia.
Simbol dapat dimanifestasikan melalui sebuah benda, gambar maupun lambang sekalipun.
Jadi, setiap benda yang ada di sekitar kita memiliki kapasitas untuk menyampaikan pesan atau
maksud yang ingin disampaikan oleh orang yang membuat simbol (Wahyu Ilaihi, Siti Aisah
2012).
Perbedaan letak geografis juga memberikan pengaruh terhadap bahasa, simbol ataupun
realitas tersendiri yang terdapat dalam masyarakat tertentu. Keberagaman yang terdapat di
tanah air Indonesia menunjukkan kekayaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara lain, baik
dari ras, suku bangsa, agama, dan budaya-budaya. Kearifan lokal ini senantiasa dijaga oleh
masyarakat dengan baik. Dengan tujuan agar mampu mempertahankan eksistensi dari ciri khas
daerah tersebut dan juga diyakini mampu menunjang kehidupan masyarakat di daerah tersebut.
Salah satu daerah yang terdapat di Indonesia yang memiliki dan menjaga kearifan lokal yang
terdapat dalam daerahnya adalah Madura. Madura adalah sebuah pulau yang cukup terkenal
dalam masyarakat Jawa secara umum. Madura sendiri dikenal dengan daerah pesisir.
3
Madura sebagai bagian Nusantara, perilaku keberagaman yang dimiliki masyarakatnya
pun juga tidak terlepas dari tradisi bersifat lokal. Terbukti dengan banyaknya tradisi-tradisi
baik keagamaan maupun seni yang mewarnai keberagaman masyarakat Madura. Contohnya
dari kearifan lokal yang dimiliki dari segi kesenian ada Tari Moang Sangkal, Tari Gambu
Keraton Sumenep, Tari Muang Tari Duplang, Musik Saronen, Musik Tong– tong. Sedangkan
dalam tradisi kebudayaan terdapat Kerapan Sapi, Mamaca, Tan– pangantanan, disamping itu
Madura juga memiliki tradisi keagamaan seperti Rokat Tase’, Rokat Pandebeh, rokat beleoneh
dan mulang areh. Dari sekian banyaknya kearifan lokal yang dijaga oleh masyarakat Madura
tradisi Rokat Tase’ menjadi tradisi keagamaan masyarakat Madura.
Tradisi Rokat tase’ atau dikenal dengan tradisi ruwatan laut, yaitu sebuah tradisi yang
diberikan sebagai bentuk persembahan kepada Penguasa Laut berupa sesaji atau hasil alam
sebagai bentuk rasa syukur untuk hasil laut yang didapat selama setahun terakhir, juga sebagai
pengharapan agar hasil laut setahun berikutnya semakin melimpah. Tradisi Rokat Tase ini
berkembang di lingkungan masyarakat Madura yang juga secara geografis terletak di daerah
pesisir, yang mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah nelayan.
Di masyarakat pesisir Madura, tradisi ruwatan laut biasanya dilangsungkan ketika
memasuki musim puncak yaitu musim ketika ikan di laut sedang banyak-banyaknya dan cuaca
sangat bersahabat bagi nelayan untuk melaut, waktu-waktu ketika ikan tangkapan nelayan
begitu melimpah. Tradisi tersebut katanya telah dilangsungkan selama ratusan tahun oleh
masyarakat pesisir Madura dan merupakan warisan dari nenek moyang sebagai bentuk rasa
syukur kepada Sang Penguasa Laut atas ikan tangkapan yang diperoleh selama setahun
terakhir.
Salah satu tradisi yang tetap dilestarikan dalam masyarakat Nusantara adalah tradisi
ruwatan laut, yaitu sebuah tradisi yang memberi persembahan kepada Penguasa Laut berupa
sesaji atau hasil alam sebagai bentuk rasa syukur untuk hasil laut yang didapat selama setahun
4
terakhir, juga sebagai pengharapan agar hasil laut setahun berikutnya semakin melimpah.
Tradisi ini biasanya berkembang di lingkungan masyarakat pesisir, yang mata pencaharian
penduduknya sebagian besar adalah nelayan. Masyarakat Madura senantiasa menjaga dan juga
mengamalkan tradisi yang lokal ini dengan meyakini bahwa dalam tradisi ini pun diyakini tidak
hal yang menyimpang baik agama maupun sosial. Tradisi yang dilakukan semata mata untuk
menjaga tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka dan hal tersebut dianggap
sebuah kebaikan.
Agama ialah sala satu dari sekian unsur kebudayaan yang terbentuk, selain organisasi
sosial, sistem pengetahuan, bahasa, serta mata pencaharian dan juga teknologi. Kebudayaan
akan menopang kehidupan dari masyarakat yang menjalaninya. Dengannya, agama juga bisa
diartikan nilai budaya yang mampu mempengaruhi sebuah konsep yang bernilai dalam hidup
manusia. Dengan adanya nilai dari kebudayaan tersebut akan memberikan suatu pedoman bagi
masyarakatnya. Dengan fungsi diantaranya yaitu mengatur tatanan hubungan antar manusia
dan sesamanya dan manusia dan penciptanya.
Nilai pemersatu yang dimiliki oleh masyarakat Madura ialah adanya upacara Rokat
Tase’ atau sedekah laut. Seperti yang kita ketahui bahwa pada umumnya masyarakat pesisir
senantiasa memiliki upacara tradisional yang khas dan upacara yang khas inilah disebut
sedekah laut dalam lingkungan masyarakat Madura.
Islam yang lahir dan berkembang Di Madura terkesan unik. Keunikan yang dimiliki
mampu dilihat melalui kemampuan masyarakat Madura dalam merekonstruksi Pemikiran
islam melalui tradisi lokal yang dimiliki. Ditambah dengan tradisi keagamaan yang begitu
kental dan khas yang terdapat di dalam masyarakat Madura. Oleh karenanya, penulis tertarik
untuk menulis sebuah penelitian tentang nilai-nilai Religiusitas dalam tradisi Roket Tase di
Madura.
5
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka fokus penelitian ini menjawab persoalan tentang
pembuktian adanya nilai-nilai religiusitas yang terkandung dalam kearifan lokal Madura,
khususnya perayaan Rokat Tase’. Secara khusus pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1. Apa unsur-unsur kebudayaan dalam kearifan lokal Rokat Tase’?
2. Apa nilai-nilai religi yang terdapat dalam Rokat Tase’?
3. Bagaimana masyarakat Madura mempertahankan kearifan lokal Rokat Tase’ dan
nilai-nilai Religiusitas di dalamnya?
C.
Keaslian Penelitian
Kajian tentang kearifan lokal Rokat Tase’ masyarakat Madura telah banyak dilakukan.
Beberapa di antaranya adalah:
1. Wahyu ilahi dan siti aisyah meneliti tentang penerapan kearifan lokal, termasuk
rokat tase’, dalam hal persembahan rasa syukur dan menjaga laut, dalam jurnalnya
"rokat tase’ sebagai simbol dalam masyarakat masyarakat Desa Nepa, BanyuatesSampang Madura " (2012)
2. Ainur rahman hidayat dalem meneliti tentang kearifan lokal masyarakat Madura,
termasuk Rokat Tase’, bagaimana tradisi budaya mampu membina suatu jati diri
masyarakat tertentu dalam jurnalnya, "makna relasi tradisi budaya masyarakat
Madura dalam perspektif ontologi Anton Bakker dan relevansinya bagi pembinaan
jati diri orang Madura" (2013).
3. Edi Susanto meneliti tentang kearifan lokal masyarakat Madura, termasuk rokat
tase, dalam hubungannya dengan sejarah masuknya Islam di Madura dalam
Jurnalnya, " tembhang macapat dan roket tase’ dalam tradisi masyarakat Madura"
(2011).
6
Berdasarkan penelusuran, penelitian tentang Nilai-nilai Religiusitas dalam Perayaan
Rokat Tase di Madura, dari berbagai sumber, belum ditemukan. Penelitian ini lebih
menekankan pada upaya membuktikan adanya nilai-nilai Religiusitas yang terkandung di
dalam kearifan lokal dari Madura ini.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang akan penulis sampaikan, sebagai berikut:
1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat memperkaya
kajian ilmiah baik tentang Religiusitas maupun kearifan lokal yang ada di Madura.
2. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat membantu mengetahui nilai-nilai
religiusitas yang terdapat dalam kearifan lokal Rokat Tase.
Bagi masyarakat luas, penelitian ini dapat memperlihatkan pentingnya suatu tradisi
lokal dalam menjaga keseimbangan alam dan juga mempersembahkan rasa syukur
terhadap leluhur yang terkandung dalam perayaan Rokat Tase yang di dalamnya
tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami tradisi ini.
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian tentang nilai-nilai s dalam perayaan Rokat Tase’ masyarakat Madura
bertujuan untuk:
1.
Mengetahui unsur-unsur kebudayaan dalam kearifan lokal Rokat Tase’
2.
Menemukan nilai-nilai religiusitas dalam Rokat Tase’
3.
Mengetahui bagaimana masyarakat Madura dalam mempertahankan kearifan
lokal Rokat Tase’ dan nilai-nilai religiusitas di dalamnya.
7
F.
Tinjauan Pustaka
Kebudayaan merupakan salah satu siasat manusia menghadapi hari depan. Kebudayaan,
menurut Coleridge (dalam Jenks, 2013: 20) merupakan sebuah proses yang tidak berwujud
nyata tetapi riil konsekuensi-konsekuensinya, sebuah tujuan, sebuah cita-cita dan terutama
sebuah kondisi pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Kebudayaan harus dijaga,
dilestarikan, dijadikan pedoman dan cita-cita yang diperjuangkan. Kebudayaan merupakan
sebuah upaya untuk mengejar kesempurnaan total manusia dengan cara mengenal dan
mengetahui, tentang segala sesuatu yang menjadi perhatian manusia, dan segala hal terbaik
yang pernah dipikirkan dan dikatakan di dunia ini. Rokat Tase’ adalah upacara masyarakat
nelayan untuk menyelamatkan nelayan dari bencana dan rintangan apa pun yang mungkin akan
dihadapi ketika melaut dan dapat memberikan hasil tangkapan ikan yang banyak. Dalam tradisi
Rokat Tase’ terdapat banyak sekali simbol-simbol dan tata cara yang tidak dapat dimengerti
oleh orang awam jika hanya dengan melihatnya saja, terlebih oleh orang yang berasal dari
kebudayaan yang berbeda dengan pelaku Rokat Tase’ . Simbol perahu kecil yang dihias dan
berisi beraneka macam makanan sebagai sesaji untuk dibawa ke tengah laut, misalnya, akan
sulit difahami oleh orang dengan kebudayaan berbeda. Sesaji tersebut oleh masyarakat desa
Nepa disebut dengan Ghite’.
Simbol dan makna yang terdapat dalam tradisi Rokat Tase’ tidak muncul secara spontan
dari setiap individu, melainkan muncul dari suatu interaksi dimana pemahaman dan pemaknaan
setiap individu mempunyai peranan yang sangat penting. Interaksi individu dengan komunitas
sosial mereka menghasilkan suatu kesimpulan dan pemaknaan terhadap sesuatu yang dianggap
sebagai simbol. Jadi, bisa dikatakan bahwa dunia manusia adalah dunia simbol. Ketidakhadiran
simbol membuat manusia tidak dapat berkembang seperti sekarang ini. Dalam teori
interkasionisme simbolik ditegaskan bahwa ada dua hal penting yang menandai kehidupan
manusia, yaitu interaksi dan simbol ( Sutaryo, 2005).
8
G.
Landasan Teori
Manusia sebagai makhluk religius ketika mencoba menyelami dasariah kerohaniannya
sangat penting untuk menangkap realitas spiritual menuju sang ilahi. Pembaran tiada bertepi
dalam menyingkap sisi kerohanian kodrat manusia sesungguhnya tidak hanya dilandasi oleh
kekuatan kognitif tetapi juga lebih dalam dari itu, yaitu proses penguatan kalbu yang
dieksplorasi melalui latihan rohani. individu memerlukan suatu pengontrol diri dalam berpikir,
bersikap, bertindak yaitu agama atau religiusitas. Religiusitas dapat mempengaruhi setiap
aspek dalam kehidupan individu, baik psikis maupun fisik. Religiusitas adalah sikap batin
pribadi (personal) setiap manusia di hadapan Tuhan yang sedikit banyak merupakan misteri
bagi orang lain, yang mencakup totalitas kedalam pribadi manusia (Dister, 1982).
Definisi lain menyatakan bahwa religiusitas merupakan perilaku terhadap agama yang
berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dapat ditandai tidak hanya melalui
ketaatan dalam menjalankan ibadah ritual tetapi juga degan adanya keyakinan, pengalaman,
dan pengetahuan mengenai agama yang dianutnya (Ancok & Suroso, 2001).
Mangunwidjaya (1986) menjelaskan bahwa religiusitas dan agama memang tidak dapat
dipisahkan. Agama menunjukkan suatu kelembagaan yang mengatur tata cara penyembahan
manusia kepada Tuhan, sedangkan religiusitas menunjukkan kualitas dari manusia yang
beragama. Religiusitas dan agama saling mendukung dan melengkapi karena keduanya
merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia yaitu pada kehidupan pribadi dan
kehidupan ditengah masyarakat (dalam Andisti & Ritandiyo, 2008). apa yang dilakukan
seseorang sebagai bagian dari kepercayaan, bagaimana emosi atau pengalaman yang disadari
seseorang tercakup dalam agamanya, dan bagaimana seseorang hidup dan terpengaruh
berdasarkan agama yang dianutnya. Kualitas religiusitas seseorang dapat dilihat dari dimensi
religiusitas yang ada antara lain dimensi keyakinan beragama (kepercayaan atas doktrin
teologis, seperti percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, hari akhir, surga, neraka, takdir,
9
dan lain lain), dimensi praktek agama (berkaitan dengan seperangkat perilaku pemujaan,
pelaksanaan tindakan formal keagamaan, ketaatan dan hal-hal yang dapat menunjukkan
seberapa besar komitmen seseorang terhadap agama yang diyakininya), dimensi
rasa/pengetahuan keberagamaan (berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaanperasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami oleh seseorang), dimensi
pengetahuan atau intelektual (mencakup informasi yang dimiliki seseorang mengenai
keyakinan agama yang dianutnya mulai dari tata cara, kitab suci, atau tradisi-tradisinya), dan
dimensi konsekuensi (mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik,
pengalaman, dan pengetahuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari).
(Nuruddin, 2012) menjelaskan bahwa pada usia remaja perkembangan psikologi ditandai
dengan munculnya kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri. Mahasiswa yang memasuki dunia perguruan tinggi pada usia
ini secara bersamaan harus menyelesaikan tugas perkembangan psikososialnya dan tiap
remaja memiliki keunikan dan masa yang berbeda dalam menemukan jati dirinya.
Menurut Erikson (1968 dalam Santrock, 2002) ketika jati diri ini telah ditemukan, maka
tugas perkembangan terarah pada usaha peningkatan kemampuan untuk menjalin hubungan
yang erat dengan lawan jenis dan perhatiannya mulai berfokus pada pengembangan karir dan
masa depannya.
Religiusitas lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’ tiap getaran hati pribadi, sikap
personal sedikit banyak menjadi misteri orang lain karna menafaskan intinitas jiwa du coeur
dalam arti Pascal yakni rasa cinta yang mencapai totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi
kedalaman si pribadi manusia) dan karena itu, pada dasarnya religiusitas mengatasi lebih dari
yang tampak, religiusitas lebih bergerak pada tata paguyuban ( gemeinshaft ) yang intinya
lebih intim ( Mangunwijawa, 1988: 13).
10
Religiusitas tidak bekerja dalam pengertian-pengertian (otak) tetapi dari pengalaman,
penghayatan (totalitas diri) yang mendahului analisis atau konseptualisasi “Tuhan tidak
meminta agar manusia menjadi kaum teolog, tetapi menjadi manusia yang beriman” begitulah
dalam sekian banyak varian dan nuansa yang kita dengar. Bagi manusia religius, ada “sesuatu”
yang dihayati keramat, suci, kudus, adikodrati. (Mangunwijaya, 1988: 17).
H.
Metode Penelitian
Penelitian “nilai-nilai religiusitas dalam perayaan Rokat Tase’ masyarakat Madura”,
merupakan kajian kepustakaan. Objek material penelitian ini adalah kearifan lokal Rokat
Tase’ yang dirayakan di Madura. Objek formalnya adalah nilai-nilai religiusitas. Artinya,
kearifan lokal Rokat Tase’ masyarakat Madura akan dilihat dalam perspektif nilai-nilai religi.
Metode yang digunakan adalah deskriptif. Deskriptif berarti pemaparan masalah yang ada.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga,
masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau apa adanya. Metode deskriptif juga merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sehingga yang dilakukan oleh
penulis adalah memaparkan masalah dan kemudian membandingkannya untuk mendapatkan
kesimpulan tertentu.
11
I.
Bahan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, terutama yang terkait kearifan lokal
Rokat Tase’ dan juga religi.
J.
Alur Penelitian
Penelitian kepustakaan ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data tentang nilai-nilai religiusitas dalam
Rokat Tase masyarakat Madura.
b. Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data yang telah diperoleh sesuai dengan
kisi-kisi landasan teori, sehingga dapat diperoleh suatu gambaran yang jelas
tentang nilai-nilai religiusitas dalam Rokat Tase’ masyarakat Madura
c. Analisis data, artinya data yang telah diklasifikasi kemudian dianalisis berdasarkan
teori-teori tentang Religi.
d. Interpretasi data, yaitu data yang telah dianalisis itu diinterpretasi untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang nilai-nilai religi dalam perayaan
Rokat Tase.
e. Sintesis sebagai hasil penelitian tentang nilai-nilai Religi dalam perayaan Rokat
Tase’.
K.
Hasil Yang Dicapai
1. Mampu mengetahui unsur-unsur kebudayaan dalam kearifan lokal Rokat Tase’
2. Mampu memperoleh pemahaman yang jauh lebih mendalam tentang nilai-nilai
religi yang terdapat dalam Rokat Tase’
12
3. Mampu mengetahui Bagaimana masyarakat Madura mampu mempertahankan
kearifan lokal Rokat Tase’dan segala nilai-nilai Religiutas yang terkandung di
dalamnya
L.
Sistematika Penulisan
Bab I
: Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian tujuan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian dan daftar isi.
Bab II
: Berisi tentang pemaparan objek material yang berkaitan dengan Rokat Tase
masyarakat Madura.
BAB III
: Berisi tentang uraian objek formal penelitian mengenai pengertiaN
Religiusitas
BAB IV
: Berisi analisis kritik dari BAB 1 dan BAB 2 yaitu bagaimana konsep
Religiusitas dalam Rokat tase’
BAB V
: Berisi uraian bagian penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan
saran.
13
BAB II
ROKAT TASE’ DI MADURA
Historisitas Rokat Tase’
Awalnya mula Rokat Tase’ itu adalah suatu sistem kepercayaan yang tujuan utamanya
untuk slametan desa, slametan pantai (laut), ditahun 1950-an rokat tase’ dianggap mampu
(mengundang roh halus ). Tetapi dengan perkembangan zaman semakin hari konsep rokat tase’
berubah menjadi suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Madura untuk bersyukur dan
bentuk kesyukuran ini agar tahun kedepan rejeki yang diberikan Allah SWT ini bertambah,
itulah tujuan yang pertama dalam pelaksanaan rokat tase’. Sedangkan untuk sistem yang
dijalankan yakni awal pada malam hari di selenggarakan acara Istighosah, pada pagi hari kirap
tradisi dengan berpakaian ala Madura dengan mengelilingi kampung disertai dengan
Drumband (adalah sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan
menggunakan sejumlah kombinasi alat musik). Rokat Tase’ adalah upacara larung sesaji yang
dilaksanakan di laut dengan tujuan agar nelayan mendapat kelimpahan rejeki saat mencari ikan
dan selamat dalam perjalanan.
Rokat Tase sebagai simbol
Rokat tase suatu realitas yang terdapat dalam masyarakat Madura dimana masyarakat
Madura megarahkan seluruh perhatiannya terhadap simbol dan tradisi yang ada. Dalam hal ini,
teori interaksi simbolik masuk di dalamnya. Hasil perilaku simbolis yang terdapat dalam tradisi
Rokat Tase’ terbentuk dari nilai-nilai sosial masyarakat yang dipengaruhi oleh
kepercayaan.Interaksi dalam tradisi budaya ini berusaha dipahami lewat perilaku manusia yang
terkait dengan komunikasi melalui simbol-simbol komunikasi non verbal berupa benda,
kejadian atau fenomena itu sendiri. Pemaknaan atau interpretasi dalam interaksi simbolik
14
dianggap sangat penting, dimana dalam proses interaksi individu mempengaruhi
pemaknaannya terhadap suatu simbol dan makna tersebut pada akhirnya dipahami secara
bersama. Simbol adalah suatu tanda dimana hubungan tanda dengan yang ditandai ditentukan
oleh peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh kesepakatan bersama. Simbol adalah
pemaknaan terhadap sesuatu dengan bentuk lain. Menurut George Harbert Mead, simbol
adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan
respons manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya, alih-alih dalam
pengertian stimulasi fisik dari alat-alat inderanya. Tradisi Rokat Tase’ pada dasarnya
merupakan perpaduan ritual-ritual Islam dan kearifan lokal/adat lokal. Ritual-ritual Islam
terekspresikan lewat pembacaan al-Qur’an dan sholawat Nabi. Sedangkan adat lokal meliputi
aneka sesaji dan persembahan. Di luar kedua ritual itu, juga diselingi oleh atraksi kesenian
tradisional, seperti permainan alat musik, tarian tradisional dari para tayub dan nyanyian lagu
daerah.
15
BAB III
NILAI-NILAI RELIGIUSITAS
Religiusitas adalah kedalaman seseorang dalam meyakini suatu agama disertai dengan
tingkat pengetahuan terhadap agamanya yang yang mewujudkan dalam pengalaman nilai-nilai
agama yakni dengan mematuhi aturan-aturan dan menjalankan kewajiban-kewajiban dengan
keikhlasan hati dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ibadah. Fungsi religiusitas
diantaranya:
1. Fungsi edukatif
Adanya unsur bimbingan terhadap individu untuk menjalankan dan juga menghindari
setiap argumen yang dikeluarkan dalam nilai-nilai agama.
2. Fungsi penyelamat
Manusia akan mengharapkan suatu keselamatan. Keselamatan yang luas ialah
keselamatan yang diajarkan oleh agama dengan mengajarkan dua hal yakni dunia dan
akhirat.
3. Fungsi pengawasan sosial
Ajaran agama senantiasa berfungsi dan dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal
ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan baik secara individu maupun kelompok
16
BAB IV
PEMBAHASAN
BUDAYA ROKAT TASE’ DITINJAU MELALUI NILAI-NILAI RELIGIUSITAS
Rokat tase’ adalah suatu tradisi keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Madura.
Dimana dalam tradisi ini mengandung nilai yang sangat penting yakni suatu ucapan syukur
yang disembahkan oleh yang maha kuasa. Perilaku keagamaan yang dilakukan ini dan bersifat
rutin oleh manusia yakni dalam rangka menjaga hubungan baik dengan yang dianggap suci,
ini merupakan suatu wacana yang ada dan berkembang di tengah masyarakat Madura. Oleh
karena itu, peneliti meyakini bahwa di balik wacana pasti senantiasa ada secercah pengetahuan
yang diemban oleh masyarakat. Rokat Tase ini diperingati setiap satu tahun sekali, terkadang
rokat tase dianggap suatu kegiatan yang merupakan mensyirikkan Tuhan SWT, tetapi konsep
dasar dari sebuah upacara rokat tase’ adalah suatu bentuk syukur yang juga sangat bersandar
pada nilai-nilai Keislaman contohnya
Tradisi yang jarang dilakukan oleh masyarakat Nusantara di tengah-tengah arus
globalisasi, namun Masyarkat Madura memilih jalannya sendiri yakni dengan menjaga warisan
leluhur yang dimana Rokat Tase ini salah satunya. Adanya rasa kepuasaan batin yang dimiliki
oleh tiap masyarakat yang menjalani memberi kepuasan tersendiri dalam pelaksanaannya.
Dalam sudut pandang religi sendiri rokat tase merupakan tradisi yang unik dan luar biasa,
kemampuan masyarakat untuk memadukan antara kearifan lokal dan nilai religi di dalamnya,
ditambah masyarakat Madura yang mayoritas adalah masyarakat pemeluk agama tertentu
yakni agama Islam. Ajaran agama yang ditampilkan sangat kental mulai dari proses persiapan
tradisinya hingga sampai pada pelaksanaan tradisi itu sendiri.
Suatu tradisi persembahan kepada dzat yang dianggap sangat suci dan sakral senantiasa
diturunkan secara turun-temurun dan nantinya akan bersifat wajib bagi generasi selanjutnya.
17
tetapi juga tak dapat dipungkiri bahwa adanya sebuah tradisi yang dilaksanakan bagi
sekelompok masyarakat tidak akan pernah lepas dari sebuah pengaruh kebudayaan.Artinya,
perubahan masyarakat mempengaruhi terhadap adanya perubahan sosial. Adanya agama
diyakini mampu memegang suatu prinsip kehormatan dan juga terletak pada sikap sosial yang
dituntut untuk saling bekerja sama. Sikap saling kerja sama ini akan mewujudkan suatu
kebudayaan yang bersifat memuat dimana sebuah agama akan melahirkan sebuah sikap
religius yang sangat sensitif bagi penganutnya. Di Indonesia sendiri sebuah agama, agama
apapun itu, tak terkecuali Islam, ia tidak serta merta langsung diterima dan dianut melainkan
melalui proses pengenalan dan modifikasi bagi agama lainnya yang dipercaya lebih kuat seperti
animisma dan dinamisma serta hindu budha. Dulunya Islam hanya dianut bagi kaum
cendekiawan, bagi kaum cendikiawan, Islam dengan konsep ajarannya yang lebih lengkap dan
rinci menjadi sumber inspirasi dalam memproduksi karya-karyanya.
Lahirlah sebuah akulturasi dengan bentuk budaya yang lebih segar dan mampu diterima
oleh masyarakat dengan kondisi zaman, jika sebelum itu ada kebudayaan Jawa-Hindu dan
Budha maka sekarang lebih kompleks seperti Jawa-Hindu-Budha serta Islam. Adanya agama
Hindu-Jawa dengan kesan keistanannya bersentuhan dengan agama serta kebudayaan Islam.
Dari situlah melahirkan cikal bakal tradisi rokat tase dari Hindu-Jawa menuju kearah Islam
Jawa, dengan adanya kerja sama atau keterkaitan antar agama ini lahirlah sebuah upacara
sedekah laut dan Islam dengan nilai religiusitasnya yang tinggi memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap upacara sedekah laut ini. Yang awalnya konsep dari sebuah Rokat tase
atau sedekah laut ini berlandas pada nilai Hindu tetapi secara perlhan pada nilai keislaman yang
kental. Dan ini tidak lepas dari semakin berkembangnya agama Islam yang tumbuh dan
berkembang di tengah tengah lingkungan masyarakat terkhusus masyarakat Jawa dan
Nusantara secara Umum.
18
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bentuk simbol komunikasi pada tradisi Rokat Tase’ adalah simbol komunikasi non-
verbal. Simbol tersebut berupa sesaji yang yang diletakkan di dalam ghitek yang terdiri dari
segala macam kebutuhan hidup manusia. Simbol komunikasi non-verbal juga terdapat dalam
tindakan-tindakan yang terwujud dalam acara khataman al-Qur’an, sholawat Nabi, tarian,
melempar beras, sawer dan membajak sawah.
Makna simbol komunikasi dalam tradisi Rokat Tase’ yang berbentuk simbol non-verbal
mempunyai makna tersendiri. Namun demikian, hanya satu yang menjadi inti makna dari
simbol tersebut, yaitu do’a dan pengharapan kepada Allah oleh masyarakat Madura yang
diantarkan melalui simbol sesaji dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Do’a yang
diantarkan diharapkan dapat dikabulkan oleh Allah dalam bentuk keselamatan seluruh warga
desa Nepa dan keselamatan bagi para Nelayan ketika mereka melaut. Sesaji dihantarkan untuk
menolak segala bala yang mungkin akan datang.
B.
Saran
Sebagai manusia yang memiliki nilai religiusitas di dalam nilai menanamkan nilai-nilai
religi yang dimiliki sangatlah penting, apalagi hal tersebut berkaitan erat dengan hubungannya
terhadap Sang pencipta dan juga rasa hormat terhadap alam. Ketika kita menjalankan proses
keagamaan yang melekat dalam diri dengan harapan mencapai sebuah kepuasaan batin maka
rasa hormat pun diberikan bagi yang menjalankan dan hal yang patut dicontoh. Karna
keharmonisan yang diimpikan baik hubungan sekelompok masyarakat, alam, maupun Tuhan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. & Suroso, F. N. 2001. Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-problem
Psikologi. Cetakan 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamaludin Ancok dam Fuad Nashori. 2008. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iredho Fani Reza. 2013. Hubungan Antara Religiusitas dengan Moralitas Pada Remaja di
Madrasah Aliyah (Ma). Humanitas Vol X No 2.
Khalil, Ahmad. 2008. Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa. UIN-Malang Press:
SUKSES Offset.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Kanisius.
Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat. Jakarta: Tiara Wacana.
Mangunwijaya, Y. B. 1986. Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta: Gramedia.
Sutaryo. 2005. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Wahyu Ilaihi dan Siti Aisah. 2012. Simbol Keislaman pada Tradisi Rokat Tase’ dalam
Komunikasi pada Masyarakat Desa Nepa, Banyuates-Sampang Madura. IndoIslamika. Volume 2 Nomor 1.
Y.B. 1988. Sastra dan religiusitas. Yogyakarta: Kanisius.
20
MASYARAKAT MADURA
Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Kearifan Lokal.
Dosen pengampu: Dr. Septiana Dwiputri Maharani
Disusun oleh :
Hikma Irsanai J
15/382246/FI/04101
FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................................1
Daftar Isi ...................................................................................................................................2
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang .........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................5
C. Keaslian Penelitian ...................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................6
E. Tujuan Penelitian .....................................................................................................7
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................................7
G. Landasan Teori ........................................................................................................8
H. Metode Penelitian ...................................................................................................10
I. Bahan Penelitian ......................................................................................................11
J. Alur Penelitian .........................................................................................................11
K. Hasil yang Akan Dicapai .......................................................................................12
L. Sistematika Penulisan ............................................................................................12
Bab 2 Rokat Tase’ Di Madura ..............................................................................................13
Bab 3 Nilai-Nilai Religiusitas ................................................................................................14
Bab 4. ANALISIS ...................................................................................................................15
BAB 5 Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................................16
B. Saran ........................................................................................................................16
Daftar Pustaka .......................................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia ialah makhluk sosial dan sebagai makhluk sosial manusia melakukan suatu hal
untuk pemenuhan kebutuhannya salah satunya ialah dalam berkomunikasi. komunikasi tidak
hanya melalui bahasa bahkan simbol pun mampu dijadikan jalan dalam berkomunikasi bahwa
simbol mampu menggerakkan seseorang untuk bertindak, merujuk pada alam yang tidak
disadari atau gaib yang tidak dalam diterjemahkan dalam dunia realitas. Simbol juga dapat
ditemukan dalam komunikasi verbal, yaitu sebagai kata yang mampu digunakan untuk
menyampaikan suatu pesan, yakni bahasa. Bahasa inilah yang digunakan oleh manusia.
Simbol dapat dimanifestasikan melalui sebuah benda, gambar maupun lambang sekalipun.
Jadi, setiap benda yang ada di sekitar kita memiliki kapasitas untuk menyampaikan pesan atau
maksud yang ingin disampaikan oleh orang yang membuat simbol (Wahyu Ilaihi, Siti Aisah
2012).
Perbedaan letak geografis juga memberikan pengaruh terhadap bahasa, simbol ataupun
realitas tersendiri yang terdapat dalam masyarakat tertentu. Keberagaman yang terdapat di
tanah air Indonesia menunjukkan kekayaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara lain, baik
dari ras, suku bangsa, agama, dan budaya-budaya. Kearifan lokal ini senantiasa dijaga oleh
masyarakat dengan baik. Dengan tujuan agar mampu mempertahankan eksistensi dari ciri khas
daerah tersebut dan juga diyakini mampu menunjang kehidupan masyarakat di daerah tersebut.
Salah satu daerah yang terdapat di Indonesia yang memiliki dan menjaga kearifan lokal yang
terdapat dalam daerahnya adalah Madura. Madura adalah sebuah pulau yang cukup terkenal
dalam masyarakat Jawa secara umum. Madura sendiri dikenal dengan daerah pesisir.
3
Madura sebagai bagian Nusantara, perilaku keberagaman yang dimiliki masyarakatnya
pun juga tidak terlepas dari tradisi bersifat lokal. Terbukti dengan banyaknya tradisi-tradisi
baik keagamaan maupun seni yang mewarnai keberagaman masyarakat Madura. Contohnya
dari kearifan lokal yang dimiliki dari segi kesenian ada Tari Moang Sangkal, Tari Gambu
Keraton Sumenep, Tari Muang Tari Duplang, Musik Saronen, Musik Tong– tong. Sedangkan
dalam tradisi kebudayaan terdapat Kerapan Sapi, Mamaca, Tan– pangantanan, disamping itu
Madura juga memiliki tradisi keagamaan seperti Rokat Tase’, Rokat Pandebeh, rokat beleoneh
dan mulang areh. Dari sekian banyaknya kearifan lokal yang dijaga oleh masyarakat Madura
tradisi Rokat Tase’ menjadi tradisi keagamaan masyarakat Madura.
Tradisi Rokat tase’ atau dikenal dengan tradisi ruwatan laut, yaitu sebuah tradisi yang
diberikan sebagai bentuk persembahan kepada Penguasa Laut berupa sesaji atau hasil alam
sebagai bentuk rasa syukur untuk hasil laut yang didapat selama setahun terakhir, juga sebagai
pengharapan agar hasil laut setahun berikutnya semakin melimpah. Tradisi Rokat Tase ini
berkembang di lingkungan masyarakat Madura yang juga secara geografis terletak di daerah
pesisir, yang mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah nelayan.
Di masyarakat pesisir Madura, tradisi ruwatan laut biasanya dilangsungkan ketika
memasuki musim puncak yaitu musim ketika ikan di laut sedang banyak-banyaknya dan cuaca
sangat bersahabat bagi nelayan untuk melaut, waktu-waktu ketika ikan tangkapan nelayan
begitu melimpah. Tradisi tersebut katanya telah dilangsungkan selama ratusan tahun oleh
masyarakat pesisir Madura dan merupakan warisan dari nenek moyang sebagai bentuk rasa
syukur kepada Sang Penguasa Laut atas ikan tangkapan yang diperoleh selama setahun
terakhir.
Salah satu tradisi yang tetap dilestarikan dalam masyarakat Nusantara adalah tradisi
ruwatan laut, yaitu sebuah tradisi yang memberi persembahan kepada Penguasa Laut berupa
sesaji atau hasil alam sebagai bentuk rasa syukur untuk hasil laut yang didapat selama setahun
4
terakhir, juga sebagai pengharapan agar hasil laut setahun berikutnya semakin melimpah.
Tradisi ini biasanya berkembang di lingkungan masyarakat pesisir, yang mata pencaharian
penduduknya sebagian besar adalah nelayan. Masyarakat Madura senantiasa menjaga dan juga
mengamalkan tradisi yang lokal ini dengan meyakini bahwa dalam tradisi ini pun diyakini tidak
hal yang menyimpang baik agama maupun sosial. Tradisi yang dilakukan semata mata untuk
menjaga tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka dan hal tersebut dianggap
sebuah kebaikan.
Agama ialah sala satu dari sekian unsur kebudayaan yang terbentuk, selain organisasi
sosial, sistem pengetahuan, bahasa, serta mata pencaharian dan juga teknologi. Kebudayaan
akan menopang kehidupan dari masyarakat yang menjalaninya. Dengannya, agama juga bisa
diartikan nilai budaya yang mampu mempengaruhi sebuah konsep yang bernilai dalam hidup
manusia. Dengan adanya nilai dari kebudayaan tersebut akan memberikan suatu pedoman bagi
masyarakatnya. Dengan fungsi diantaranya yaitu mengatur tatanan hubungan antar manusia
dan sesamanya dan manusia dan penciptanya.
Nilai pemersatu yang dimiliki oleh masyarakat Madura ialah adanya upacara Rokat
Tase’ atau sedekah laut. Seperti yang kita ketahui bahwa pada umumnya masyarakat pesisir
senantiasa memiliki upacara tradisional yang khas dan upacara yang khas inilah disebut
sedekah laut dalam lingkungan masyarakat Madura.
Islam yang lahir dan berkembang Di Madura terkesan unik. Keunikan yang dimiliki
mampu dilihat melalui kemampuan masyarakat Madura dalam merekonstruksi Pemikiran
islam melalui tradisi lokal yang dimiliki. Ditambah dengan tradisi keagamaan yang begitu
kental dan khas yang terdapat di dalam masyarakat Madura. Oleh karenanya, penulis tertarik
untuk menulis sebuah penelitian tentang nilai-nilai Religiusitas dalam tradisi Roket Tase di
Madura.
5
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka fokus penelitian ini menjawab persoalan tentang
pembuktian adanya nilai-nilai religiusitas yang terkandung dalam kearifan lokal Madura,
khususnya perayaan Rokat Tase’. Secara khusus pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1. Apa unsur-unsur kebudayaan dalam kearifan lokal Rokat Tase’?
2. Apa nilai-nilai religi yang terdapat dalam Rokat Tase’?
3. Bagaimana masyarakat Madura mempertahankan kearifan lokal Rokat Tase’ dan
nilai-nilai Religiusitas di dalamnya?
C.
Keaslian Penelitian
Kajian tentang kearifan lokal Rokat Tase’ masyarakat Madura telah banyak dilakukan.
Beberapa di antaranya adalah:
1. Wahyu ilahi dan siti aisyah meneliti tentang penerapan kearifan lokal, termasuk
rokat tase’, dalam hal persembahan rasa syukur dan menjaga laut, dalam jurnalnya
"rokat tase’ sebagai simbol dalam masyarakat masyarakat Desa Nepa, BanyuatesSampang Madura " (2012)
2. Ainur rahman hidayat dalem meneliti tentang kearifan lokal masyarakat Madura,
termasuk Rokat Tase’, bagaimana tradisi budaya mampu membina suatu jati diri
masyarakat tertentu dalam jurnalnya, "makna relasi tradisi budaya masyarakat
Madura dalam perspektif ontologi Anton Bakker dan relevansinya bagi pembinaan
jati diri orang Madura" (2013).
3. Edi Susanto meneliti tentang kearifan lokal masyarakat Madura, termasuk rokat
tase, dalam hubungannya dengan sejarah masuknya Islam di Madura dalam
Jurnalnya, " tembhang macapat dan roket tase’ dalam tradisi masyarakat Madura"
(2011).
6
Berdasarkan penelusuran, penelitian tentang Nilai-nilai Religiusitas dalam Perayaan
Rokat Tase di Madura, dari berbagai sumber, belum ditemukan. Penelitian ini lebih
menekankan pada upaya membuktikan adanya nilai-nilai Religiusitas yang terkandung di
dalam kearifan lokal dari Madura ini.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang akan penulis sampaikan, sebagai berikut:
1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat memperkaya
kajian ilmiah baik tentang Religiusitas maupun kearifan lokal yang ada di Madura.
2. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat membantu mengetahui nilai-nilai
religiusitas yang terdapat dalam kearifan lokal Rokat Tase.
Bagi masyarakat luas, penelitian ini dapat memperlihatkan pentingnya suatu tradisi
lokal dalam menjaga keseimbangan alam dan juga mempersembahkan rasa syukur
terhadap leluhur yang terkandung dalam perayaan Rokat Tase yang di dalamnya
tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami tradisi ini.
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian tentang nilai-nilai s dalam perayaan Rokat Tase’ masyarakat Madura
bertujuan untuk:
1.
Mengetahui unsur-unsur kebudayaan dalam kearifan lokal Rokat Tase’
2.
Menemukan nilai-nilai religiusitas dalam Rokat Tase’
3.
Mengetahui bagaimana masyarakat Madura dalam mempertahankan kearifan
lokal Rokat Tase’ dan nilai-nilai religiusitas di dalamnya.
7
F.
Tinjauan Pustaka
Kebudayaan merupakan salah satu siasat manusia menghadapi hari depan. Kebudayaan,
menurut Coleridge (dalam Jenks, 2013: 20) merupakan sebuah proses yang tidak berwujud
nyata tetapi riil konsekuensi-konsekuensinya, sebuah tujuan, sebuah cita-cita dan terutama
sebuah kondisi pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Kebudayaan harus dijaga,
dilestarikan, dijadikan pedoman dan cita-cita yang diperjuangkan. Kebudayaan merupakan
sebuah upaya untuk mengejar kesempurnaan total manusia dengan cara mengenal dan
mengetahui, tentang segala sesuatu yang menjadi perhatian manusia, dan segala hal terbaik
yang pernah dipikirkan dan dikatakan di dunia ini. Rokat Tase’ adalah upacara masyarakat
nelayan untuk menyelamatkan nelayan dari bencana dan rintangan apa pun yang mungkin akan
dihadapi ketika melaut dan dapat memberikan hasil tangkapan ikan yang banyak. Dalam tradisi
Rokat Tase’ terdapat banyak sekali simbol-simbol dan tata cara yang tidak dapat dimengerti
oleh orang awam jika hanya dengan melihatnya saja, terlebih oleh orang yang berasal dari
kebudayaan yang berbeda dengan pelaku Rokat Tase’ . Simbol perahu kecil yang dihias dan
berisi beraneka macam makanan sebagai sesaji untuk dibawa ke tengah laut, misalnya, akan
sulit difahami oleh orang dengan kebudayaan berbeda. Sesaji tersebut oleh masyarakat desa
Nepa disebut dengan Ghite’.
Simbol dan makna yang terdapat dalam tradisi Rokat Tase’ tidak muncul secara spontan
dari setiap individu, melainkan muncul dari suatu interaksi dimana pemahaman dan pemaknaan
setiap individu mempunyai peranan yang sangat penting. Interaksi individu dengan komunitas
sosial mereka menghasilkan suatu kesimpulan dan pemaknaan terhadap sesuatu yang dianggap
sebagai simbol. Jadi, bisa dikatakan bahwa dunia manusia adalah dunia simbol. Ketidakhadiran
simbol membuat manusia tidak dapat berkembang seperti sekarang ini. Dalam teori
interkasionisme simbolik ditegaskan bahwa ada dua hal penting yang menandai kehidupan
manusia, yaitu interaksi dan simbol ( Sutaryo, 2005).
8
G.
Landasan Teori
Manusia sebagai makhluk religius ketika mencoba menyelami dasariah kerohaniannya
sangat penting untuk menangkap realitas spiritual menuju sang ilahi. Pembaran tiada bertepi
dalam menyingkap sisi kerohanian kodrat manusia sesungguhnya tidak hanya dilandasi oleh
kekuatan kognitif tetapi juga lebih dalam dari itu, yaitu proses penguatan kalbu yang
dieksplorasi melalui latihan rohani. individu memerlukan suatu pengontrol diri dalam berpikir,
bersikap, bertindak yaitu agama atau religiusitas. Religiusitas dapat mempengaruhi setiap
aspek dalam kehidupan individu, baik psikis maupun fisik. Religiusitas adalah sikap batin
pribadi (personal) setiap manusia di hadapan Tuhan yang sedikit banyak merupakan misteri
bagi orang lain, yang mencakup totalitas kedalam pribadi manusia (Dister, 1982).
Definisi lain menyatakan bahwa religiusitas merupakan perilaku terhadap agama yang
berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dapat ditandai tidak hanya melalui
ketaatan dalam menjalankan ibadah ritual tetapi juga degan adanya keyakinan, pengalaman,
dan pengetahuan mengenai agama yang dianutnya (Ancok & Suroso, 2001).
Mangunwidjaya (1986) menjelaskan bahwa religiusitas dan agama memang tidak dapat
dipisahkan. Agama menunjukkan suatu kelembagaan yang mengatur tata cara penyembahan
manusia kepada Tuhan, sedangkan religiusitas menunjukkan kualitas dari manusia yang
beragama. Religiusitas dan agama saling mendukung dan melengkapi karena keduanya
merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia yaitu pada kehidupan pribadi dan
kehidupan ditengah masyarakat (dalam Andisti & Ritandiyo, 2008). apa yang dilakukan
seseorang sebagai bagian dari kepercayaan, bagaimana emosi atau pengalaman yang disadari
seseorang tercakup dalam agamanya, dan bagaimana seseorang hidup dan terpengaruh
berdasarkan agama yang dianutnya. Kualitas religiusitas seseorang dapat dilihat dari dimensi
religiusitas yang ada antara lain dimensi keyakinan beragama (kepercayaan atas doktrin
teologis, seperti percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, hari akhir, surga, neraka, takdir,
9
dan lain lain), dimensi praktek agama (berkaitan dengan seperangkat perilaku pemujaan,
pelaksanaan tindakan formal keagamaan, ketaatan dan hal-hal yang dapat menunjukkan
seberapa besar komitmen seseorang terhadap agama yang diyakininya), dimensi
rasa/pengetahuan keberagamaan (berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaanperasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami oleh seseorang), dimensi
pengetahuan atau intelektual (mencakup informasi yang dimiliki seseorang mengenai
keyakinan agama yang dianutnya mulai dari tata cara, kitab suci, atau tradisi-tradisinya), dan
dimensi konsekuensi (mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik,
pengalaman, dan pengetahuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari).
(Nuruddin, 2012) menjelaskan bahwa pada usia remaja perkembangan psikologi ditandai
dengan munculnya kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri. Mahasiswa yang memasuki dunia perguruan tinggi pada usia
ini secara bersamaan harus menyelesaikan tugas perkembangan psikososialnya dan tiap
remaja memiliki keunikan dan masa yang berbeda dalam menemukan jati dirinya.
Menurut Erikson (1968 dalam Santrock, 2002) ketika jati diri ini telah ditemukan, maka
tugas perkembangan terarah pada usaha peningkatan kemampuan untuk menjalin hubungan
yang erat dengan lawan jenis dan perhatiannya mulai berfokus pada pengembangan karir dan
masa depannya.
Religiusitas lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’ tiap getaran hati pribadi, sikap
personal sedikit banyak menjadi misteri orang lain karna menafaskan intinitas jiwa du coeur
dalam arti Pascal yakni rasa cinta yang mencapai totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi
kedalaman si pribadi manusia) dan karena itu, pada dasarnya religiusitas mengatasi lebih dari
yang tampak, religiusitas lebih bergerak pada tata paguyuban ( gemeinshaft ) yang intinya
lebih intim ( Mangunwijawa, 1988: 13).
10
Religiusitas tidak bekerja dalam pengertian-pengertian (otak) tetapi dari pengalaman,
penghayatan (totalitas diri) yang mendahului analisis atau konseptualisasi “Tuhan tidak
meminta agar manusia menjadi kaum teolog, tetapi menjadi manusia yang beriman” begitulah
dalam sekian banyak varian dan nuansa yang kita dengar. Bagi manusia religius, ada “sesuatu”
yang dihayati keramat, suci, kudus, adikodrati. (Mangunwijaya, 1988: 17).
H.
Metode Penelitian
Penelitian “nilai-nilai religiusitas dalam perayaan Rokat Tase’ masyarakat Madura”,
merupakan kajian kepustakaan. Objek material penelitian ini adalah kearifan lokal Rokat
Tase’ yang dirayakan di Madura. Objek formalnya adalah nilai-nilai religiusitas. Artinya,
kearifan lokal Rokat Tase’ masyarakat Madura akan dilihat dalam perspektif nilai-nilai religi.
Metode yang digunakan adalah deskriptif. Deskriptif berarti pemaparan masalah yang ada.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga,
masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau apa adanya. Metode deskriptif juga merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sehingga yang dilakukan oleh
penulis adalah memaparkan masalah dan kemudian membandingkannya untuk mendapatkan
kesimpulan tertentu.
11
I.
Bahan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, terutama yang terkait kearifan lokal
Rokat Tase’ dan juga religi.
J.
Alur Penelitian
Penelitian kepustakaan ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data tentang nilai-nilai religiusitas dalam
Rokat Tase masyarakat Madura.
b. Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data yang telah diperoleh sesuai dengan
kisi-kisi landasan teori, sehingga dapat diperoleh suatu gambaran yang jelas
tentang nilai-nilai religiusitas dalam Rokat Tase’ masyarakat Madura
c. Analisis data, artinya data yang telah diklasifikasi kemudian dianalisis berdasarkan
teori-teori tentang Religi.
d. Interpretasi data, yaitu data yang telah dianalisis itu diinterpretasi untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang nilai-nilai religi dalam perayaan
Rokat Tase.
e. Sintesis sebagai hasil penelitian tentang nilai-nilai Religi dalam perayaan Rokat
Tase’.
K.
Hasil Yang Dicapai
1. Mampu mengetahui unsur-unsur kebudayaan dalam kearifan lokal Rokat Tase’
2. Mampu memperoleh pemahaman yang jauh lebih mendalam tentang nilai-nilai
religi yang terdapat dalam Rokat Tase’
12
3. Mampu mengetahui Bagaimana masyarakat Madura mampu mempertahankan
kearifan lokal Rokat Tase’dan segala nilai-nilai Religiutas yang terkandung di
dalamnya
L.
Sistematika Penulisan
Bab I
: Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian tujuan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian dan daftar isi.
Bab II
: Berisi tentang pemaparan objek material yang berkaitan dengan Rokat Tase
masyarakat Madura.
BAB III
: Berisi tentang uraian objek formal penelitian mengenai pengertiaN
Religiusitas
BAB IV
: Berisi analisis kritik dari BAB 1 dan BAB 2 yaitu bagaimana konsep
Religiusitas dalam Rokat tase’
BAB V
: Berisi uraian bagian penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan
saran.
13
BAB II
ROKAT TASE’ DI MADURA
Historisitas Rokat Tase’
Awalnya mula Rokat Tase’ itu adalah suatu sistem kepercayaan yang tujuan utamanya
untuk slametan desa, slametan pantai (laut), ditahun 1950-an rokat tase’ dianggap mampu
(mengundang roh halus ). Tetapi dengan perkembangan zaman semakin hari konsep rokat tase’
berubah menjadi suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Madura untuk bersyukur dan
bentuk kesyukuran ini agar tahun kedepan rejeki yang diberikan Allah SWT ini bertambah,
itulah tujuan yang pertama dalam pelaksanaan rokat tase’. Sedangkan untuk sistem yang
dijalankan yakni awal pada malam hari di selenggarakan acara Istighosah, pada pagi hari kirap
tradisi dengan berpakaian ala Madura dengan mengelilingi kampung disertai dengan
Drumband (adalah sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan
menggunakan sejumlah kombinasi alat musik). Rokat Tase’ adalah upacara larung sesaji yang
dilaksanakan di laut dengan tujuan agar nelayan mendapat kelimpahan rejeki saat mencari ikan
dan selamat dalam perjalanan.
Rokat Tase sebagai simbol
Rokat tase suatu realitas yang terdapat dalam masyarakat Madura dimana masyarakat
Madura megarahkan seluruh perhatiannya terhadap simbol dan tradisi yang ada. Dalam hal ini,
teori interaksi simbolik masuk di dalamnya. Hasil perilaku simbolis yang terdapat dalam tradisi
Rokat Tase’ terbentuk dari nilai-nilai sosial masyarakat yang dipengaruhi oleh
kepercayaan.Interaksi dalam tradisi budaya ini berusaha dipahami lewat perilaku manusia yang
terkait dengan komunikasi melalui simbol-simbol komunikasi non verbal berupa benda,
kejadian atau fenomena itu sendiri. Pemaknaan atau interpretasi dalam interaksi simbolik
14
dianggap sangat penting, dimana dalam proses interaksi individu mempengaruhi
pemaknaannya terhadap suatu simbol dan makna tersebut pada akhirnya dipahami secara
bersama. Simbol adalah suatu tanda dimana hubungan tanda dengan yang ditandai ditentukan
oleh peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh kesepakatan bersama. Simbol adalah
pemaknaan terhadap sesuatu dengan bentuk lain. Menurut George Harbert Mead, simbol
adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan
respons manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya, alih-alih dalam
pengertian stimulasi fisik dari alat-alat inderanya. Tradisi Rokat Tase’ pada dasarnya
merupakan perpaduan ritual-ritual Islam dan kearifan lokal/adat lokal. Ritual-ritual Islam
terekspresikan lewat pembacaan al-Qur’an dan sholawat Nabi. Sedangkan adat lokal meliputi
aneka sesaji dan persembahan. Di luar kedua ritual itu, juga diselingi oleh atraksi kesenian
tradisional, seperti permainan alat musik, tarian tradisional dari para tayub dan nyanyian lagu
daerah.
15
BAB III
NILAI-NILAI RELIGIUSITAS
Religiusitas adalah kedalaman seseorang dalam meyakini suatu agama disertai dengan
tingkat pengetahuan terhadap agamanya yang yang mewujudkan dalam pengalaman nilai-nilai
agama yakni dengan mematuhi aturan-aturan dan menjalankan kewajiban-kewajiban dengan
keikhlasan hati dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ibadah. Fungsi religiusitas
diantaranya:
1. Fungsi edukatif
Adanya unsur bimbingan terhadap individu untuk menjalankan dan juga menghindari
setiap argumen yang dikeluarkan dalam nilai-nilai agama.
2. Fungsi penyelamat
Manusia akan mengharapkan suatu keselamatan. Keselamatan yang luas ialah
keselamatan yang diajarkan oleh agama dengan mengajarkan dua hal yakni dunia dan
akhirat.
3. Fungsi pengawasan sosial
Ajaran agama senantiasa berfungsi dan dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal
ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan baik secara individu maupun kelompok
16
BAB IV
PEMBAHASAN
BUDAYA ROKAT TASE’ DITINJAU MELALUI NILAI-NILAI RELIGIUSITAS
Rokat tase’ adalah suatu tradisi keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Madura.
Dimana dalam tradisi ini mengandung nilai yang sangat penting yakni suatu ucapan syukur
yang disembahkan oleh yang maha kuasa. Perilaku keagamaan yang dilakukan ini dan bersifat
rutin oleh manusia yakni dalam rangka menjaga hubungan baik dengan yang dianggap suci,
ini merupakan suatu wacana yang ada dan berkembang di tengah masyarakat Madura. Oleh
karena itu, peneliti meyakini bahwa di balik wacana pasti senantiasa ada secercah pengetahuan
yang diemban oleh masyarakat. Rokat Tase ini diperingati setiap satu tahun sekali, terkadang
rokat tase dianggap suatu kegiatan yang merupakan mensyirikkan Tuhan SWT, tetapi konsep
dasar dari sebuah upacara rokat tase’ adalah suatu bentuk syukur yang juga sangat bersandar
pada nilai-nilai Keislaman contohnya
Tradisi yang jarang dilakukan oleh masyarakat Nusantara di tengah-tengah arus
globalisasi, namun Masyarkat Madura memilih jalannya sendiri yakni dengan menjaga warisan
leluhur yang dimana Rokat Tase ini salah satunya. Adanya rasa kepuasaan batin yang dimiliki
oleh tiap masyarakat yang menjalani memberi kepuasan tersendiri dalam pelaksanaannya.
Dalam sudut pandang religi sendiri rokat tase merupakan tradisi yang unik dan luar biasa,
kemampuan masyarakat untuk memadukan antara kearifan lokal dan nilai religi di dalamnya,
ditambah masyarakat Madura yang mayoritas adalah masyarakat pemeluk agama tertentu
yakni agama Islam. Ajaran agama yang ditampilkan sangat kental mulai dari proses persiapan
tradisinya hingga sampai pada pelaksanaan tradisi itu sendiri.
Suatu tradisi persembahan kepada dzat yang dianggap sangat suci dan sakral senantiasa
diturunkan secara turun-temurun dan nantinya akan bersifat wajib bagi generasi selanjutnya.
17
tetapi juga tak dapat dipungkiri bahwa adanya sebuah tradisi yang dilaksanakan bagi
sekelompok masyarakat tidak akan pernah lepas dari sebuah pengaruh kebudayaan.Artinya,
perubahan masyarakat mempengaruhi terhadap adanya perubahan sosial. Adanya agama
diyakini mampu memegang suatu prinsip kehormatan dan juga terletak pada sikap sosial yang
dituntut untuk saling bekerja sama. Sikap saling kerja sama ini akan mewujudkan suatu
kebudayaan yang bersifat memuat dimana sebuah agama akan melahirkan sebuah sikap
religius yang sangat sensitif bagi penganutnya. Di Indonesia sendiri sebuah agama, agama
apapun itu, tak terkecuali Islam, ia tidak serta merta langsung diterima dan dianut melainkan
melalui proses pengenalan dan modifikasi bagi agama lainnya yang dipercaya lebih kuat seperti
animisma dan dinamisma serta hindu budha. Dulunya Islam hanya dianut bagi kaum
cendekiawan, bagi kaum cendikiawan, Islam dengan konsep ajarannya yang lebih lengkap dan
rinci menjadi sumber inspirasi dalam memproduksi karya-karyanya.
Lahirlah sebuah akulturasi dengan bentuk budaya yang lebih segar dan mampu diterima
oleh masyarakat dengan kondisi zaman, jika sebelum itu ada kebudayaan Jawa-Hindu dan
Budha maka sekarang lebih kompleks seperti Jawa-Hindu-Budha serta Islam. Adanya agama
Hindu-Jawa dengan kesan keistanannya bersentuhan dengan agama serta kebudayaan Islam.
Dari situlah melahirkan cikal bakal tradisi rokat tase dari Hindu-Jawa menuju kearah Islam
Jawa, dengan adanya kerja sama atau keterkaitan antar agama ini lahirlah sebuah upacara
sedekah laut dan Islam dengan nilai religiusitasnya yang tinggi memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap upacara sedekah laut ini. Yang awalnya konsep dari sebuah Rokat tase
atau sedekah laut ini berlandas pada nilai Hindu tetapi secara perlhan pada nilai keislaman yang
kental. Dan ini tidak lepas dari semakin berkembangnya agama Islam yang tumbuh dan
berkembang di tengah tengah lingkungan masyarakat terkhusus masyarakat Jawa dan
Nusantara secara Umum.
18
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bentuk simbol komunikasi pada tradisi Rokat Tase’ adalah simbol komunikasi non-
verbal. Simbol tersebut berupa sesaji yang yang diletakkan di dalam ghitek yang terdiri dari
segala macam kebutuhan hidup manusia. Simbol komunikasi non-verbal juga terdapat dalam
tindakan-tindakan yang terwujud dalam acara khataman al-Qur’an, sholawat Nabi, tarian,
melempar beras, sawer dan membajak sawah.
Makna simbol komunikasi dalam tradisi Rokat Tase’ yang berbentuk simbol non-verbal
mempunyai makna tersendiri. Namun demikian, hanya satu yang menjadi inti makna dari
simbol tersebut, yaitu do’a dan pengharapan kepada Allah oleh masyarakat Madura yang
diantarkan melalui simbol sesaji dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Do’a yang
diantarkan diharapkan dapat dikabulkan oleh Allah dalam bentuk keselamatan seluruh warga
desa Nepa dan keselamatan bagi para Nelayan ketika mereka melaut. Sesaji dihantarkan untuk
menolak segala bala yang mungkin akan datang.
B.
Saran
Sebagai manusia yang memiliki nilai religiusitas di dalam nilai menanamkan nilai-nilai
religi yang dimiliki sangatlah penting, apalagi hal tersebut berkaitan erat dengan hubungannya
terhadap Sang pencipta dan juga rasa hormat terhadap alam. Ketika kita menjalankan proses
keagamaan yang melekat dalam diri dengan harapan mencapai sebuah kepuasaan batin maka
rasa hormat pun diberikan bagi yang menjalankan dan hal yang patut dicontoh. Karna
keharmonisan yang diimpikan baik hubungan sekelompok masyarakat, alam, maupun Tuhan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. & Suroso, F. N. 2001. Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-problem
Psikologi. Cetakan 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamaludin Ancok dam Fuad Nashori. 2008. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iredho Fani Reza. 2013. Hubungan Antara Religiusitas dengan Moralitas Pada Remaja di
Madrasah Aliyah (Ma). Humanitas Vol X No 2.
Khalil, Ahmad. 2008. Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa. UIN-Malang Press:
SUKSES Offset.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Kanisius.
Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat. Jakarta: Tiara Wacana.
Mangunwijaya, Y. B. 1986. Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta: Gramedia.
Sutaryo. 2005. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Wahyu Ilaihi dan Siti Aisah. 2012. Simbol Keislaman pada Tradisi Rokat Tase’ dalam
Komunikasi pada Masyarakat Desa Nepa, Banyuates-Sampang Madura. IndoIslamika. Volume 2 Nomor 1.
Y.B. 1988. Sastra dan religiusitas. Yogyakarta: Kanisius.
20