BIMBINGAN BELAJAR AKADEMIK DALAM MEMBANT

BIMBINGAN BELAJAR AKADEMIK
DALAM MEMBANTU KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Di susun oleh
Kelompok 6
Heni Yuliana

(2C)

Oni Himatul Aliyah (2D)
Sri Meinarsari

(2D)

Risky Diani

(2C)

Syifa Septiani


(2C)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bimbingan belajar merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu (peserta
didik) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar, sehingga
setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal
dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Dengan kata lain tugas guru di sini
adalah membantu peserta didik dalam mengenal, menumbuh dan mengembangkan diri, sikap
dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta
dalam rangka menyiapkan kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Menurut A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan
seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam
hidupnya.

Seorang guru harus siap dengan tugasnya yaitu mengajar. Dalam pengertian mengajar,
diartiakan oleh Muhammad Ali dalam Siti Undari Suproborini ( 2003 : 16 ) yaitusegala upaya
yang sengaja dalam rangka memeberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses
belajar mengajar sesuai dengan kompetensi dasar dan hasil belajar yang telah di rumuskan.
Dari pengertian tersebut, maka guru sebagai pengajar harus mampu menciptakan suatu
kondisi yang memungkinkan siswa dapat memahami tentang apa yang diajarkan. Sehingga
dapat mencapai keberhasilan belajar.
Kemudian oleh Ahmadi Pupriyono ( 1991 ) yang memaparkan bahwa kemampuan
pada setiap individu siswa tidak sama, ada yang cepat da nada yang yang lambat menagkap
isi pelajaran. Perbedaan individual itulah yang menyebabkan perlunya bimbingan belajar.
Oleh karena itu kita sebagai calon pendidik harus mengetahui bimbingan belajar tersebut.

Tujuan
1. Menjelaskan tentang latar belakang dan pengertian bimbingan pada umumnya
dan bimbingan belajar pada khususnya
2. Mengidentifikasikan jenis-jenis layanan bimbingan dalam kaitannya dengan
PBM
3. Menjelaskan tentang posedur dan strategi layanan bimbingan belajar
4. Menyebutkan dan menjelaskan beberapa metode dan teknik layanan
bimbingan belajar.

5. Menjelaskan hasil penelitian.
A. Pokok Bahasan
1. Latar belakang dan bimbingan belajar.
2. Jenis layanan bimbingan dalam kaitannya dengan PBM.
3. Prosedur dan strategi layanan bimbingan belajar
4. Beberapa metode dan teknik layanan bimbingan belajar.
5. Hasil penelitian.

BAB II
KAJIAN TEORI
1. Latar Belakang dan Pengertian Bimbingan
a. Latar Belakang
Lembaga pendidikan pada umumnya dan sekolah-sekolah khususnya
merupakan tumpuan harapan para orangtua, siswa, dan warga masyarakat guna
memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian utama,
sebagai sarana pengembangan karier, peningkatan status sosial, dan bekal hidup
lainnya di dunia kini dan akhirat nanti.
Meskipun para guru telah berusaha melancarkan segala kompetisinya (antara
lain menguasai bahan, memahami sasaran didik, mengelola program, menggunakan
strategi dan metode, mengelola kelas serta kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan alat bantunya) namun tatkala sampai pada suatu saat harus melakukan
evaluasi berdasarkan data dan informasi hasil pengukuran proses dan produk belajar,
maka para guru diharapkan kepada beberapa kenyataan, antara lain sebagai berikut.
1) Dengan menggunakan criterion referenced evaluation (CRE), dimana kriteria
keberhasilan dinilai dari segi tujuan-tujuan (dalam wujud perubahan perilaku
dan pribadi) yang diharapkan seperti yang dirumuskan dalam TIK-nya (dengan
asumsi alat ukurnya dapat dipercaya dan memenuhi syarat), akan ditemukan
kualifikasi siswa sebagai berikut.
a) Mereka yang benar-benar dapat menguasai pelajaran (mastery learning),
seperti yang ditujukan oleh angka nilai prestasinya yang tinggi
(mendekati ukuran nilai atau skor yang ideal), (qualified students =
siswa unggul).
b) Mereka yang dinilai cukup menguasai pelajaran, seperti yang
ditunjukkan oleh angka nilai prestasi yang sedang atau sekadar memadai
batas lulus (minimum qualified students = siswa papak)
c) Mereka yang dinilai tidak atau belum menguasai pelajaran, seperti yang
ditujukan angka nilai prestasinya yang berada dibawah ukuran batas

lulus (passing grade) sebagai minimum acceptable performance,
(unqualified students = siswa asor )

Padahal, mereka itu telah diberikan bahan oleh guru dan tempat, serta
kesempatan dan waktu (jam pelajaran) yang sama.
2) Berdasarkan kapasitas (tingkat kecerdasan dan bakat) siswa sendiri untuk
pelajaran dalam bidang studi tertentu (dengan asumsi kondisi belajar telah
disesuaikan

dengan

perbedaan-perbedaan

individual),

akan

ditemukan

kualifikasi siswa sebagai berikut.
a) Mereka yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan
berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya (overachievers = siswa
sukses).

b) Mereka yang prestasinya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan
(estimated, predicted) berdasarkan tes kemampuan belajarnya (siswa
wajar).
c) Mereka yang ternyata prestasinya lebih rendah dari apa yang
diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya (under
achevers = siswa gagal).
3) Berdasarkan waktu yang diterapkan (time allowed) untuk menyelesaikan suatu
program belajar (dengan asumsi, bahan dan kondisi belajar diperkirakan sesuai
dengan ketentuan waktu tersebut), maka akan kita temui kualifikasi siswa
sebagai berikut.
a) Mr=ereka yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran atas pekerjaan
lebih cepat dari waktu yang disesuaikan untuk menyelesaikan pelajaran
tersebut (rapid learner = siswa cepat).
b) Mereka yang dapat menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan memang
tepat sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan (siswa normal)
c) Mereka yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran atau
pekerjann berdasarkan waktu yang telah ditetapkan (slow learners =
siswa lambat).
4) Dengan menggunakan norm referenced (PAN) dimana prestasi seorang siswa
dibandingkan prestasi siswa lainnya (baik teman sekelompoknya ditempat yang

sama maupun ditempat lain) maka kita akan menemukan kategori siswa sebagai
berikut.

a) Mereka yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata
prestasi kelompoknya (higher group = siswa unggul).
b) Mereka yang prestasinya selalu berada di sekitar nilai rata-rata (mean)
dari kelompoknya (overage = siswa papak).
c) Mereka yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi
kelompoknya (lower group = siswa sor).
Dalam sistem pendidikan kita yang masih bersifat tradisional meskipun para
guru sebenernya telah mengetahui adanya kualifikasi siswa seperti digambarkan
di atas, karena pada umumnya mereka dikejar oleh suatu pandangan yang
mengharuskan bahan pelajaran diselsaikan pada waktu yang telah ditetapkan,
maka mereka tidak sempat menghiraukan para siswa tertentu (cepat-lambat,
higher-lower, under-achiever, unqualified, dan sebagainya) yang sebenarnya
memerlukan perhatian khusus dalam proses kegiatan belajar-mengajar seharihari. Pengambilan keputusan yang definitif, secara administratif baru diambil
pada saat menjelang akhir tahun atau prajurusan (pada tingkat dan jenis sekolah
tertentu), dimana ditetapkan:
a) Siswa yang dapat dinyatakan naik tingkat kelas atau lulus (completers).
b) Siswa yang dinyatakan harus mengulang program pelajaran tingkat/kelas

yang sama (repeaters), bahkan
c) Siswa yang dinyatakan harus dikeluarkan dari sekolah (to be pushed out,
dropped out).

Dan dari hal-hal tersebut akan menimbul beberarapa konsekuensi, diantaranya
yaitu:
1) Bagi para pengulang, ekses-ekses sosio-psikologis, pada umumnya karena
a) Kurangnya motivasi untuk belajar (lack of motivation).
b) Sikap belajar yang kurang positif (negative attidute).
c) Perasaan kecewa atau putus asa (frustrated, negative feeling).
d) Perasaan rendah diri dan percaya diri (maladjusment, maladaptive
behavior).

2) Bagi para putusan (drop outs) ekses-ekses tersebut mungkin dapat bersifat
lebih jauh dan lebih luas lagi yang dapat menjangkau sendiri kehidupan
masyarakat yang bersangkutan, misalnya:
a) Ada juga yang terpaksa menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan
yang sebenarnya sia-sia atau kurang produktif.
b) Ada juga yang melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang dapat
dipandang menyimpang atau melanggar kaidah-kaidah sosial, norma

agama

atau

pandangan-pandangan

yang

berlaku

(juvenile

delinquencies).
Sudah barang tentu, terdapatnya kualifikasi hasil belajar yang tertentu
(unqualified, underchieves, low learner, lower group students) dengan segala
ekses yang dibawa oleh penamganannya secara tradisional seperti digambarkan
diatas, merupakan suatu hal yang sesungguhnya tidak diharapkan terjadi dan
mungkin dapat mengecewakan orang tua, siswa sendiri, maupun para guru dan
pejabat sekolah yang bersangkutan.
b. Pengertian Layanan Bimbingan (Guidance Services)

Para ahli mendefinisikan layanan bimbingan itu dengan cara bervariasi, secara
ringkasnya dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Layanan bimbingan (guidance services) merupakan bantuan yang diberikan
kepada individu tertentu.
2. Layanan bimbingan bertujuan agar yang bersangkutan dapat mencapai taraf
perkembangan dan kebahagiaan secara optimal.
3. Dengan layanan bimbingan, kita dapat menjalani proses pengenalan, pemahaman,
penerimaan, pengarahan, perwujudan, serta penyesuaian diri, baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Dalam kaitannya

dengan proses belajar-mengajar, pengertian

layanan

bimbingan yang bersifat umum tersebut di atas, dapat dijelaskan lebih lanjut, sebagai
berikut.
1) Layanan bimbingan merupakan bantuan kepada individu tertentu.
2) Dengan layanan bantuan itu diharapkan agar individu yang bersangkutan dapat
mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan yang optimal.


3) Layanan bimbingan merupakan suatu proses pengenalan, pemahaman,
penerimaan, pengarahan, perwujudan, penyesuaian diri.
Oleh karena itu, rangkaian kegiatan layanan ini mungkin dapat berupa:
a. Pengumpulan informasi / data mengenai diri yang bersangkutan serta hal-hal
yang relevan dan bertalian dengan dirinya (inventory services).
b. Pemberian informasi kepada yang bersangkutan baik tentang keadaan dirinya,
program-programnya, rencana kariernya serta lingkungannya (information
services).
c. Penempatan yang bersangkutan pada program-program / jurusan / bidang
studi, kelas / kelompok belajar jenis-jenis kegiatan, dan sebagainya yang
sesuai dengan latar belakang dan kondisi objektif dirinya (placement services).
d. Penyuluhan dalam usaha meyakinkan diri atau keadaan dirinya sehingga yang
bersangkutan rela menerima dirinya, menyadari masalah-masalah yang
dihadapinya, serta dapat mencari dan memilih alternatif tindakan yang
dipandang terbaik bagi dirinya (conseling services).
e. Sebagai orang yang bertanggung jawab, guru atau pembimbing tentu
mempunyai kewajiban moral untuk melakukan tindakan atau usaha lanjutan
seberapa jauh kemajuan-kemajuan yang tercapai atau tidak oleh yang
bersangkutan, guna menetapkan strategi layanan, bantuan lebih lanjutan
(evaluation and follow services).
2. Jenis Layanan Bimbingan dalam Kaitannya dengan PBM
a. Pengumpulan informasi mengenai diri siswa, khususnya mengenai entering
behaviornya (disposisi segi-segi kognitif, afektif, serta psikomotornya) melalui pre
testing, mengenai kelemahan-kelemahan pola-pola sambutan belajar (response set
and readiness), melalui questioning dan observasi selama berlangsungnya proses
interaksi belajar mengajar dan mengenai tingkat penguasaan atau prestasi
belajarnya melalui postesting (inventory services).
b. Memberikan informasi tentang berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan
yang sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan (information services).
c. Menempatkan siswa dengan kelompok belajar atau memberikan program dan
bahan, serta kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan
(placement services)

d. Mengidentifikasikan siswa yang diduga mengalami kesulitan atau hambatan
dalam belajar, memberikan bantuan segera, melakukan diagnosis lebih lanjut dsb.
(konseling services).
e. Membuat rekomendasi tentang kemungkinan-kemungkinan usaha selanjutnya
dengan membuat rekomendasi kepada petugas bimbingan (konselor) atau guru
bidang studi lain (khusus) atau ahli lain.
f. Melakukan remedial teaching atau enrichment kalau guru yang bersangkutan
memang mempunyai keahlian dalam bidang studi yang dimaksud.
3. Prosedur Umum Layanan Bimbingan Belajar
a. Prosedur Umum Layanan Bimbingan
Suatu layanan bimbingan belajar, pada umumnya memiliki beberapa tahap
dalam kegiatannya, antara lain:
1. Identifikasi Kasus
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi siswa yang memerlukan
bimbingan. Ada kalanya siswa datang langsung pada guru pembimbing untuk
diberi bimbingan mengenai suatu permasalahan dalam belajar yang sedang
dihadapinnya. Namun, ada kalanya pula, siswa enggan untuk mendatangi guru
pembimbingnya dikarenakan beberapa alasan. Maka, diperlukan suatu upaya
lebih dari guru pembimbing untuk dapat memberikan bimbingan pada siswa
yang benar-benar membutuhkan bimbingan, namun enggan dilakukan oleh guru
pembimbing dalam memberikan bimbingan motivasi kepada siswa tersebut,
antara lain:
a. Call them approach
Langkah untuk memanggil setiap siswa yang ada dan melakukan wawancara
face to face, maka akan diperoleh siswa yang perlu dibimbing.
b. Manitan good relations
Langkah ini dikenal juga sebagai open door policy, yang mana diciptakan
berbagai cara tidak langsung untuk memperkenalkan berbagai jenis layanan
yang akan diberikan guru pembimbing untuk membantu siswanya yang tidak
hanya terbatas pada hubungan belajar-mengajar dikelas saja.
c. Developing a desire for conseling
Langkah ini dilakukan jika siswa tidak menyadari akan masalah belajar yang
dialaminya, maka dilakukan lah cara:

1. Mengadministrasikan tes intelegensi, bakat, minat, pretest atau post test
dsb.
2. Megadakan orientasi studi yang dibicarakan dan memperkenalkan
karakteristik perbedaan individual serta implikasinya bagi cara belajarmengajar.
3. Mengadakan diskusi tentang suatu masalah tentang kesulitan belajar.
d. Lakukan analisis terhadap prestasi belajar siswa mengenai beberapa siswa
yang menunjukan kelainan-kelainan tertentu.
e. Lakukan analisis sosiometris dengan memilih teman dekat diantar sesama
siswa.
2. Identikasi Masalah
Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh
setiap siswa. Dalam konteks PBM, permasalahannya dapat dialokasi dan dibatasi
dengan ditanjau dari tujuan proses belajar-mengajar:
a. Secara subtansial material, hendaknya dialokasi pada bidang studi mana saja.
b. Secara struktural-fungsional, permasalahan itu mungkin dapat dialokasikan
pada salah satu jenis dan tingkat kategori belajar proses-proses mental adri 8
kategori belajar menurur Gagne.
c. Secara behavioral, permasalahan mungkin terletak pada salah satu jenis dan
tingkat perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
d. Mungkin terletak pada salah satu atau beberapa aspek kepribadian siswa.
3. Diagnosis
Dalam konteks PBM, kemungkinan faktor penyebab permasalahan yaitu terletak
pada:
a. Raw input
b. Instrumental input
c. Empiromental input
d. Tujuan pendidikan
Cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
kemungkinan faktor penyebab permasalahan diatas antara lain:

a. Untuk mendeteksi Raw input, perlu diadakan tes psikologi, skala penilaian
sikap, wawancara bimbingan dengan yang bersangkutan, inventory, dsb.
b. Untuk mendeteksi instrumental input, perlu dilakukan review terhadap
komponen-komponen sistem intruksional yang bersangkutan dengan
diadakan wawancara dan studi dokumenter.
c. Untuk mendeteksi enviromental input, perlu dilakukan observas dengan
analisis anekdotal rekors, kunjungan rumah, wawancara dengan yang
bersangkutan.
d. Untuk mndeteksi tujuan-tujuan pendidikan, perlu dilakukan analisis rasional,
wawancara, dan studi dokumenter.
4. Mengadakan Prognosis
Langkah ini dilakukan setelah beberapa langkah sebelumnya telah dilakukan,
dan memberikan hasil. Selanjutnya, dapat diperkirakan tentang cara mana yang
mungkin dilakukan. Proses pengambilan keputusan pada tahap ini tidak
dialakukan secara tergesa-gesa, dan sebaiknya melalui serangkaian konverensi
kasus.
5. Melakukan tindakan remedial atau membuat referral (rujukan)
Jika jenis permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan lingkungan belajarmengajar dan guru masih sanggup mengatasi, maka perlu dilakukan tindakan
remedial. Namun, jika permasalahannya sudah menyangkut aspek lain yang
lebih luas lagi, maka seorang guru perlu melakukan referral pada ahli yang
kompeten di bidangnya.
6. Evaluasa dan Follow Up
Langkah apapun yang telah di tempuh oleh seorang guru, langkah evaluasi atas
usaha pemecahan masalah tersebut seyogyanya dilakukan.
b. Strategi Layanan Bimbingan
Ada dua cara pendekatan dalam menggariskan strategi layanan bimbingan, yaitu:
1. Berdasarkan jenis dan sifat kasus yang dihadapinnya.

Sesuai dengan sifat permasalahannya, layanan bimbingan dapat diberikan
kepada siswa sebagai individual dan dapat pula diberikan kepada individu
dalam kelompok.
a. Layanan bimbingan kelompok, diselenggarakan bila:
1. Terdapat sejumlah individu yang mempunyai permasalahan yang
sama.
2. Terdapat masalah yang dialami oleh individu, namun perlu adanya
hubungan dengan orang lain. Layanan bimbingan ini dapat dilakukan
dengan cara formal, seperti diskusi, ceramah, remedial teaching,
sosiodrama dan sbg. Informal seperti rekreasi, karya wisata, student
self goverment, pesta olahraga, pentas seni, dan sbg.
b. Layanan bimbingan individual
Layanan ini dapat digunakan jika permasahan yang dihadapi individu itu
lebih bersifat pribadi dan memerlukan beberapa proses hal mana dapat
dilakukan oleh guru atau ahli psikolog. Mungkin juga orang tua yang
bersangkutan yang akan melakukannya.
2. Berdasarkan Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Matehewson mengidentifikasi 3 strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan,
sebagai berikut:
a. The strategy guidence thoughtout the classroom (strategi bimbingan melalui
kegiatan kelas)
Dalam strategi ini bimbingan melalui kelas, ada slogan yang berbunyi “every
teacher is a guidance worker” yang artinya bahwa setiap guru adalah petugas
bimbingan. Slogan ini menjiwai seluruh pemikiran dan praktik layanan sehingga
bimbingan dapat selalu terlaksana.
b. The strategi of guidance throught supplementary services (strategi bimbingan
melalui layanan khusus yang bersifat suolementer)
Dalam strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suplementer ini
dapat dilakukan oleh petugas khusu yang ditunjukkan guna mengatasi masalah
pokok secara terpilih. Strategi ini merupakan pola layanan bimbingan pendidikan
dan vokasional.

c. The strategy of guidance as a comprehensive process troughtout the whole
curriculum and community (strategi bimbingan sebagai suatu proses yang
komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat)
melibatkan semua komponen personalia sekolah, siswa, orang tua, dan wakilwakil masyarakat. Strategi ini memerlukan fasilitas yang lebih lengkap dan
menuntut terciptanya suatu kerjasama yang harmonis diantara semua komponen
yang terlibat.
4. Beberapa Sistem dan Teknik Layanan Bimbingan
a. Berapa sistem pendekatan layanan bimbingan
1. Pendekatan Direktif, suatu proses pendekatan yang mana menjadi pusatnya
yaitu

konselor,

bukan

klien.

Dalam

pendekatan

ini,

Williamson

mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini antara lain:
o Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri, sukar memecahkan
masalah yang dihadapinnya tanpa bantuan pihak lain.
o Anak yang berkesulitan, walaupun telah diberi arahan untuk
melakukan suatu agar dapat mengatatasi masalahnya, tetap saja tidak
berani melakukannya.
o Mungkin ada masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa
bantuan orang lain.
2. Pendekatan Non-Direktif, adalah suatu proses pendekatan yang mana menjadi
pusatnya yaitu klien bukan konselor. Dalam pendekatan ini Cart Rogers
mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o Tiap individu mempunyai kemampuan yang besar untuk menyesuaikan
diri serta mempunyai dorongan yang kuat untuk berdiri sendiri
o Pembimbing hanya sebagai pengantar dan membantu klien dalam
menciptakan suasana damai.
3. Pendekatan Elektik, dalam pendekatan ini

FP

Robinson

mengemukakan

beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o Masalah dan situasi penyuluh selalu berbeda yang tak terbatas pada
satu bidang kehidupan.

o Langkah-langkah pembimbing harus selalu disesuaikan dengan
keperluan yang dituntut oleh situasi pembimbing.

b. Teknik Layanan Bimbingan Belajar
Ada beberapa teknik layanan bimbingan yang dapat dilakukan oleh seorang guru
pembimbing yaitu antara lain:
1. Menghimpun data dan informasi mengenai individu yang bersangkutan.
2. Menciptakan hubungan yang baik dengan klien serta memberikan informasi
yang meyakinkan dan memberikan pilihan yang dapat dilakuan untuk
mengatasi masalahnya.
5. Hasil Penelitian
Menjamurnya lembaga pendidikan non formal (lembaga bimbingan belajar)
saat ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan dari stakeholder (pengguna jasa
layanan pendidikan) meningkat tajam. Jika diukur dengan grafik, maka grafik tersebut
naik dari tahun ke tahun. Lembaga pendidikan non formal yang hampir menyamai
dengan sekolah formal jika dilihat dari antusias para siswa yaitu lembaga bimbingan
belajar (bimbel). Bimbel sangat diminati oleh siswa dan orang tua siswa, karena
bimbel dirasakan para siswa dapat memberikan energi motivasi belajar dan bagi orang
tua bimbel juga sangat membantu mereka yang sibuk bekerja agar anak mereka ketika
diberikan tugas dari sekolah yang dirasa berat bagi orang tua untuk menyelesaikannya
maka bimbel sebagai solusi bagi pendidikan anak. Fenomena maraknya para siswa
untuk mencari tambahan ilmu yang telah didapat dari sekolah merupakan sebuah
bentuk dari tingginya motivasi siswa dalam belajar jika dilihat dari segi kuantitasnya.
Tetapi ini menjadi permasalahan ketika dilihat dari segi kualitasnya para siswa yang
belajar pada lembaga bimbingan belajar dapat diidentifikasi bahwa mereka merasa
tidak puas belajar di sekolah mereka dan para siswa pada umumnya merasa perlu
belajar tambahan karena mereka menilai sekolah hanya sebagai tempat formal dalam
menuntut ilmu dan sekedar memenuhi kewajibannya sebagai pelajar.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga yang bernama paramadina
public policy institute (PPPI) mengenai tingkat pengguna jasa layanan pendidikan dan
permasalahannya. Salah satunya adalah anak ikut les tambahan, data yang didapat dari
hasil penelitian tersebut adalah diketahui bahwa sekitar 51,4% siswa SD dan 51%
siswa SMP mengikuti les tambahan di luar sekolah. Ternyata alasan utama
mengambil les tambahan itu karena kurang paham materi di kelas yaitu sebanyak
68,8% siswa SD dan SMP. Sedangkan alasan siswa yang tidak mengikuti les
tambahan 44% siswa SD dan 34,7% siswa SMP. Namun alasan bagi siswa yang tidak
mengikuti les berdasarkan survey dari penelitian tersebut bukan karena telah
memahami materi pelajaran, tetapi karena capek belajar salah satunya. Berikut ini
hasil survey alasan siswa ikut les tambahan di luar sekolah yaitu : Kurang paham
materi di kelas Agar nilai-nilai bagus Diwajibkan dari sekolah Ingin menguasai materi
tertentu, misalnya bahasa Inggris Perintah orang tua Agar memiliki banyak teman
Berdasarkan salah satu penelitian mahasiswa pascasarjana unindra yang
berjudul pengaruh peran lembaga bimbingan belajar terhadap prestasi hasil belajar
pada tahun 2012 disimpulkan memiliki pengaruh yang signifikan karena peran
lembaga bimbingan belajar mampu memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar
melalui metode belajar yang menyenangkan dan tentunya akan berdampak yang
positif terhadap prestasi anak. Dari hasil ini, muncullah banyaknya lembaga bimbel
yang didirikan dan bersaing satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan para siswa
dan orang tua. Layanan jasa bimbel dinilai sangat membantu para orang tua yang
kesulitan dalam mengajari dan membimbing tugas-tugas anaknya dari sekolah.
Oleh karena itu, perlunya lembaga bimbingan belajar untuk meningkatkan
kualitasnya. Kemendikbud khususnya diharapkan untuk membuat kebijakan terhadap
lembaga bimbingan belajar yang banyak bermunculan saat ini agar lembaga tersebut
dapat memenuhi standar educational quality assurance. Lembaga bimbingan belajar
harus jelas memiliki visi dan misi mencerdaskan anak didiknya, bukan hanya
kuantitas yang diraihnya tapi kualitas yang diprioritaskan karena terkait dengan sistem
pembelajarannya. Saat ini tidak ada pengawasan dari pemerintah (kemendikbud)
terhadap lembaga pendidikan (bimbingan belajar) yang bersifat non formal.
Pemerintah tidak mengetahui apakah lembaga bimbel memiliki kurikulum yang jelas
atau tidak, apakah lembaga bimbel memiliki silabus, RPP yang terkait dengan

pembelajaran atau tidak. Pemerintah sudah saatnya membuat pengawasanpengawasan yang sifatnya supervisi terhadap lembaga bimbingan belajar khususnya
agar mutu pendidikan di negeri ini selalu terjamin mutu yang bagus dan dapat
bersaing dengan negara-negara lain.

BAB III
PENUTUP
1.

Kesimpulan

Lembaga pendidikan pada umumnya dan sekolah-sekolah khususnya merupakan tumpuan
harapan para orangtua, siswa, dan warga masyarakat guna memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian utama, sebagai sarana pengembangan karier,
peningkatan status sosial, dan bekal hidup lainnya di dunia kini dan akhirat nanti.
Meskipun para guru telah berusaha melancarkan segala kompetisinya (antara lain
menguasai bahan, memahami sasaran didik, mengelola program, menggunakan strategi dan
metode, mengelola kelas serta kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat bantunya)
namun tatkala sampai pada suatu saat harus melakukan evaluasi berdasarkan data dan
informasi hasil pengukuran proses dan produk belajar, maka para guru diharapkan kepada
beberapa kenyataan.
Para ahli mendefinisikan layanan bimbingan itu dengan cara bervariasi, secara ringkasnya
dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Layanan bimbingan (guidance services) merupakan bantuan yang diberikan kepada
individu tertentu.
2. Layanan bimbingan bertujuan agar yang bersangkutan dapat mencapai taraf
perkembangan dan kebahagiaan secara optimal.
3. Dengan layanan bimbingan, kita dapat menjalani proses pengenalan, pemahaman,
penerimaan, pengarahan, perwujudan, serta penyesuaian diri, baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Jenis Layanan Bimbingan dalam Kaitannya dengan PBM
Pengumpulan informasi mengenai diri siswa, khususnya mengenai entering behaviornya
(disposisi segi-segi kognitif, afektif, serta psikomotornya) melalui pre testing, mengenai
kelemahan-kelemahan pola-pola sambutan belajar (response set and readiness), melalui
questioning da

n observasi selama berlangsungnya proses interaksi belajar mengajar dan mengenai
tingkat penguasaan atau prestasi belajarnya melalui postesting (inventory services).
Memberikan informasi tentang berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang
sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan (information services).
Menempatkan siswa dengan kelompok belajar atau memberikan program dan bahan, serta
kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan (placement services)
Prosedur umum layanan bimbingan belajar meliputi :
1. Identifikasi Kasus
2. Identikasi Masalah
3. Diagnosis
4. Mengadakan Prognosis
5. Melakukan tindakan remedial atau membuat referral (rujukan)
6. Evaluasa dan Follow Up
Strategi Layanan Bimbingan
1. Layanan bimbingan kelompok
2. Layanan bimbingan individual
Berdasarkan Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Matehewson mengidentifikasi 3 strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan,
sebagai berikut:
a. The strategy guidence thoughtout the classroom (strategi bimbingan melalui kegiatan
kelas)
b. The strategi of guidance throught supplementary services (strategi bimbingan melalui
layanan khusus yang bersifat suolementer)

c. The strategy of guidance as a comprehensive process troughtout the whole
curriculum and community
Beberapa Sistem Pendekatan Layanan Bimbingan
1. Pendekatan Direktif
2. Pendekatan Non-Direktif
3. Pendekatan Elektik

Teknik Layanan Bimbingan Belajar
Ada beberapa teknik layanan bimbingan yang dapat dilakukan oleh seorang guru
pembimbing yaitu antara lain:
1. Menghimpun data dan informasi mengenai individu yang bersangkutan.
2. Menciptakan hubungan yang baik dengan klien serta memberikan informasi yang
meyakinkan dan memberikan pilihan yang dapat dilakuan untuk mengatasi
masalahnya.

2. Saran
Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh
karena itu penulis masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan,
terutama dari Dosen. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya
bagi penulis.

BAB IV
SOAL/LATIHAN

A. Soal
1. Apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan?
2. Sebutkan rangkaian kegiatan dalam layanan bimbingan belajar!
3. Sebutkan prosedur umum layanan bimbingan!
4. Sebutkan 3 strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan menurut Matehwson!
5. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Direktif?
6. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Non-Direktif?
7. Teknik layanan bimbingan apa saja yang dapat dilakukan oleh guru?
8. Sebutkan macam-macam sistem pendekatan layanan bimbingan!
9. Sebutkan alasan dilakukannya pendekatan Elektik!
10. Konsekuensi apa saja yang akan timbul bagi para pengulang?
B. Jawaban
1. Layanan bimbingan (guidance services) merupakan bantuan yang diberikan kepada
individu tertentu.
2. Rangkaian kegiatan dalam layanan bimbingan belajar, yaitu:
a) Pengumpulan informasi
b) Pemberian informasi
c) Penyuluhan
d) Penempatan program / jurusan.
e) Tindakan / usaha lanjutan dari guru dan pembimbing.
3. Prosedur umum layanan bimbingan belajar, yaitu:

a) Identifikasi kasus
b) Identifikasi masalah
c) Diagnosis
d) Mengadakan prognosis
e) Melakukan tindakan remedial/ membuat referal (rujukan)
f) Evaluasi dan follow up
4. 3 strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan menurut Matehwson, yaitu:
a) Strategi bimbingan melalui kegiatan kelas
b) Strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat soulmenter
c) Strategi bimbingan sebagai suatu proses yang komprehensif melalui kegiatan
keseluruhan kurikulum dan masyarakat.
5. Pendekatan Direktif merupakan suatu proses pendekatan yang mana menjadi pusatnya
yaitu konselor bukan klien.
6. Pendekatan Non-Direktif adalah suatu proses pendekatan yang mana yang menjadi
pusatnya yaitu klien bukan konselor.
7. Teknik layanan bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu:
a) Menghimpun data dan innformasi mengenai individu yang bersangkutan.
b) Menciptakan hubungan yang baik dengan klien serta memberikan informasi
yang meyakinkan dan memberikan pilihan yang dapat dialakukan untuk
mengatasi masalah.
8. Macam-macam sistem pendekatan layanan bimbingan, yaitu:
a) Pendekatan Direktif
b) Pendekatan Non-Direktif
c) Pendekatan Elektik
9. Alasan dilakukannya pendekatan Elektik, yaitu karena:
a) Masalah dan situasi penyuluh selalu berbeda yang tak terbatas pada satu
bidang kehidupan.
b) Langkah-langkah pembimbingan harus selalu disesuaikan dengan keperluan
yang dituntut oleh situasi pembimbing.
10. Konsekuensi yang akan timbul bagi seorang pengulang diantaranya yaitu:
a) Kurangnya motivasi belajar
b) Sikap belajar yang kurang positif
c) Perasaan kecewa atau putus asa

d) Perasaan rendah diri dan percaya diri

DAFTAR PUSTAKA

Abin, S.M. (2007) Psikologi Kependidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

http://www.kompasiana.com/fachrifirdaus/peran-lembaga-bimbingan-belajar-terhadappeningkatan-motivasi-belajar-anak_552990c0f17e612f07d623b1 (Ciamis, 6 Mei 2016)