PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2

PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013

A. Pengertian kurikulum
Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakarpakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa
ini. Kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah
jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan
yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan ditandai oleh
perolehan suatu ijazah tertentu.
Beberapa tafsiran dikemukakan berikut ini:





Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah
ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.

Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Perumusan atau pengertian
kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian
sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian
pengalaman belajar.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar. Kurikulum merupakan susunan, bahan kajian, dan
pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang
bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam
skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut UU No. 2 tahun

1989 kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan, mengenai isi dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar
B. Fator-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam
masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.



Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama,
dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di
perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendiddikan dan
keguruan serta penyiapan guru-guru di perguruan tinggi keguruan. Telah diuraikan
terlebih dahulu bahwa pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan
bagi isi kurikulum seta proses pembelajaran. Perkembangan teknologi selain
menjadi isi kurikulum juga mendukung penembangan alat bantu dan media
pendidikan. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendiddikan maupun bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru- guru akan sangat mempengaruhi pengembangan
dan implementasi kurikulum di sekolah.



Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk
kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi
kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dan dapat memenuhi tuntutan

dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya.



System nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat system nilai, baik nilai moral,
keagamaan, social, budaya, maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembga

masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai.
System nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasi dalam
kurikulum. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan
nilai:


Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam
masyarakat,



Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan moral,




Guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru,



Guru mengharagi nilai-nilai kelompok lain,



Memahami dan menerima kebudayaan sendiri.

C. Langkah-langkah pengembangan kurikulum
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-langkah:
1. Perumusan tujuan
Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan,
tuntutan

dan


harapan.

Oleh

karena

itu

tujuan

di

rumuskan

dengan

mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri serta ilmu
pengetahuan.
2. Menentukan isi

Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan di
peroleh siswa selama mengikuti pendidikan. Pengalaman belajar ini dapat berupa
mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar
lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
3. Memilih kegiatan

Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujaun dan pengalamanpengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan
bentuk kurikulum yang digunakan.
4. Merumuskan evaluasi
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di jelaskan di
muka. Evaluasi perlu di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai dasar dalam
melakukan perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di lakukan secara terus
menerus.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers.
1. pemilihan target dari system pendidikan. Didalam penentuan target ini stu-

satunya Kriteria yang menjadi pagangan adalah adanya kesediaan dari
pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kel;ompok yang
intensif.
2. partisipasi guru dalam pengalaman guru dalam pengalaman kelompok yang

intensif.
3. pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau
unit pelajaran.
4. partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.
Menurut Olivia pengembangan kurikulum terdiri atas 10 langkah :









Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang
kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan kebutuhan
masyarakat.
Analisis kebutuhan masyarkat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa
dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
Tujuan umum dan khusus bagaimana mengorganisasikan rancangan dan

mengimplementasikan kurikulum.
Bagaimana menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan tujuan
khusus pembelajaran.
Menetapkan strategi pembelejaran untuk mencapai tujuan.
Pengembangan kurikulum.
Mengimplementasikan strategi pembelajaran.





Pengembangan kurikulum kembali.
Menyempurnakan alat atau teknik penilaian.
Evaluasi terhadap pembelajaran dan evalusi kurikulum

Langkah – langkah pengembangan kurikulum menurut Tyler :
1.

Menentukan tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah

pertama dan utama , sebab tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.

2.

Menentukan pengalaman belajar
Menentukan pengalaman belajar (learning experiences) adalah aktivitas siswa
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar pada aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman
belajar siswa, yaitu :



Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.



Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.




Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.



Dalam suatu pengalaman belaajr dapat mencapai tujuan yang berbeda
3.

Pengorganisasian pengalaman belajar
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :



Pengorganisasian secara vertical
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman
belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Contoh : Pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara
bidang geografi di kelas lima dan geografi di kelas enam.

 Pengorganisasian secara horisontal


Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman
belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama. Penilaian
tujuan belajar sebagai kompponen yang dijadikan perhatian utama
Menurut Beauchamp, ada lima langkah atau pentahapan dalam mengembangkan
suatu kurikulum (Beauchamp’s System):
1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum

tersebut (sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara). Pentaapan arena
ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijakan
dalam pengembangan kurikulum,serta oleh tujuan pengembangan
kurikulum.
2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam
pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut
berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum:
3. para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan
kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar
b. para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih para
profesional dalam sistem pendidikan profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas
mungkin,

yang

biasanya

pengaruh

mereka

kurang

langsung

terhadap

pengembangan kurikulum dibanding dengan tokoh-tokoh lain seperti para penulis
dan penerbit buku, para pejabat pemerintah, politisi,dan pengusaha serta
industriawan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan
luas wilayah arena.
Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan guru.
Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guruguru semakin besar.
3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.

Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam
merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan
desain kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan ini dalam lima
langkah, yaitu:
membentuk tim pengembang kurikulum.



 mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang
digunakan studi penjajahan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru.


merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru.



penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
4.

Implementasi kurikulum.
Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan

kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang
menyeluruh,baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di
samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.
5. Evaluasi kurikulum.
Langkah ini mencakup empat hal, yaitu:


Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru



Evaluasi desain kurikulum



Evaluasi hasil belajar siswa



Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi
penyempurnaan

sistem

dan

desain

kurikulum,

serta

prinsip-prinsip

melaksanakannya. Dalam Buku Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum yang
ditulis oleh Prof. Drs. H. Dakir melihat bahwa langkah-langkah pada model

Beaucham tersebut yang dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964) adalah
sebagai berikut:
a.

Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas,
diperluas di sekolah, disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala
regional maupun nasional yang disebut arena.

b. Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf
pengajar, petugas bimbingan, dan nara sumber lain.
c.

Tim menyusun tujuan pengajaran, materi dan pelaksanaan proses belajar
mengajar. Untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai
Koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih
materi pelajaran baru, menentukan berbagai criteria untuk memilih kurikulum
mana yang akan dipakai, dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum
yang akan dikembangkan.

d. Melaksanakan kurikulum di sekolah.
e. Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.
Beauchamp mengemukakan lima hal dalam mengembangkan suatu kurikulum.
Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh
kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, ataupun
seluruh Negara.
Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut seerta terlibat dalam
pengembangan kurikulum.
Ketiga, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan
dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan
yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi,
dan dalam menetukan keseluruhan dasain kurikulum.
Keempat,

implementasi

kurikulum.

Langkah

ini

merupakan

langkah

mengimplementasikan aatu melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang

sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guruguru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping kesiapan material dari
pimpinan dan penulisan kurikulum baru.
Langkah yang ke;lima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum.
Menurut Taba ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari
Taba, yaitu :
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru :
Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan


Perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat,



Eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang
empiric dan teruji. Unit –unit eksperimen ini harus dirancang melaui tahapantahapan sebagai berikut:

a) Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai
dengan

menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang

berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga
pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhankebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung
pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan
konteks dimana program tersebut difungsikan.
b) Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis,
selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan
akan meliputi:


Konsep atau gagasan yang akan dipelajari



Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan



Cara befikir untuk memperkuat,



Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai

c) Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah
berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai
sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi
validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.
d) Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah
ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa
sebaiknya kurikulum itu diberikan.
e) Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman
belajar yag harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
f)

Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana
mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam
paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab
dalam melaksanakan kegiatan belajar.

g)

Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda
penentuan alat evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat
dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau
belum.

h) Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat
kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.
2. Menguji unit eksperimen
Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang pertama harus
diujicobakan pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui tigkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data
sebagai penyempurnaan.
3. Mengadakan revisi dan konsolidasi

Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya melakukan revisi dan
konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada data yang dihimpun
sebelumnya. Selain dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga
konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal-hal yang umum dan tentang
konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersamasama dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari langkah
ini adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji dilapangan. Pada langkah
ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori
yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan
ahli kurikulum. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat
disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work)
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh
sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh
para ahli kurikulum.
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah ini :


Apakah lingkup isi telah memadai



Apakah isi telah tersusun secara logis

 Apakah pemebelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan
intelektual, keterampilan dan sikap


Dan apakah konsep dasar telah terakomodasi
Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang
berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara
berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah
pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan
emosional. Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional

kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum
yang siap untuk diimplementasikan dan didesiminasikan.
5. Implementasi dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke
daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta
permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu
diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek
penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya,
yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional.
Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek.
Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah.
Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan
pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah
seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya,
penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan
dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan
kurikulum agar tercapai hasil optimal.
Menurut Wheeler berpendapat bahwa pengembangan kurikulum teridri dari 5
tahap yaitu:
1. Mementukan tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam hal ini tujuan umum dapat
berupa tujuan yang bersifat normative yang mengandung tujuan filisofis (aim) atau
tujuan pembelajaran yang bersifat praktis (goals). Sedangkan yang menjadi tujuan
khusus yaitu tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yaitu suatu
tujuan pembelajaran yang mudah diukur ketercapaiannya. Dalam pengembangan
kurikulum menurut Wheeler penentuan tujuan merupakan tahap awal yang harus
dilakukan. Dalam penyusunan suatu kurikulumin, merumuskan tujuan merupakan

hal yang harus dikerjakan karena tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
Tanpa ada tujuan maka apa yang ingin di capai akan menjadi tidak.
Alasan alasan yang mendasar mengenai pentingnya perumusan suatu tujuan
adalah:
 Tujuan berkaitan erat dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh dunia
pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, denagn
demikian salah satu komponen penting yang harus ada dalam suatu perencanaan
kurikulum adalah tujuan itu sendiri.
 Tujuan kurikulum dapat membantu pengembang kurikulum dalam mendesain
suatu model kurikulum. Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para
pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan
bahkan akan membantu guru dalam mendesain sistem pembelajaran. Maksudnya
disini adalah dengan tujuan yang jelas dapat memberikan arahan kepada guru
dalam menentukan bahan atau materi yang harus dipelajari, menentukan metode
dan strategi pembelajaran yang akan digunakan, menentukan alat, media, dan
sumber pembelajaran, serta bagaimana cara merancang alat evaluasi untuk
menentukan keberhasilan belajar siswa.


Tujuan dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas batas serta
kualitas pembelajaran. Dengan adanya tujuan kurikulum yang jelas dapat
digunakan

sebagai

kontrol

dalam

menentukan

batas-batas

dan

kualitas

pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, para pengembang kurikulum
termasuk guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah memperoleh
kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang
berlaku. Lebih jauh dari itu dengan adanya tujuan akan dapat ditentukan daya serap
siswa dan kualitas suatu sekolah.

2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam dalam langkah pertama. Yang
dimaksud dengan pengalaman belajar disini adalah segala aktivitas siswa dalam
berinteraksi denagn lingkungan. Menentukan pengalaman belajar merupakan hal
yang penting untuk materi - materi yang sesuai dalam proses pembelajaran.
3. Menentukan isi dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar Tahap
ketiga dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler adalah penentuan isi dan
materi pelajaran. Penentuan isi dan materi pelajaran ini di dasarkan atas
pengalaman belajar yang di alami oleh peserta didik, pengalaman belajar yang
dialami oleh peserta didik dijadikan suatu acuan dalam penyusunan materi
ajar.langkah langkah pengorganisasian merupakan hal yang sangat penting karena
dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan
proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar bagi pelaksanaan
proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi
pelajaran. Setelah materi ajar disusun maka dilakukan penyatuan antara
pengalaman belajar dengan materi ajar yang telah disusun, hal ini bertujuan agar
terjadi hubungan atau kesinambungan antara pengalaman belajar dengan materi
ajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan naik sehingga hasil
yang diperoleh pun dapat maksimal.
5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. Disini
setelah proses pembelajaran selesai akan dilaksanakan suatu proses evaluasi.
Dalam proses pengembangan kurikulum ini tahap evaluasi merupakan tahap yang
sangat penting, hal itu karena proses penilaian atau evaluasi dapat memberikan
informasi tentang ketercapaian daripada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan evaluasi ini maka akan dapat diketahui apakah kurikulum yang diterapkan
itu berjalan denagn baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah

tersebut.secara

rinci

dapat

dikatakan

bahwa

Evaluasi

bertujuan

untuk

menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan
keputusan mengenai kurikulum apakan kurikulum itu masih bisa berlaku atau
harus di perbaharui atau digamti lagihal itu terjadi karena evaluasi suatu
kurikulum dapat memberikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan
efisiensi kurikulum terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber
daya,yang mana informasi ini akan sangat berguna sebagai bahan pembuat
keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau
kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum
juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.
6. Berdasarkan dari langkah- langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan
oleh Wheeler terlihat bahwa pengembangn kurikulum itu berbentuk sebuah siklus
(lingkaran) yang mana pada setiap tahapa dalam siklus tersebut membentuk suatu
system yang terdiri dari komponen- komponen pengembangan yang saling
berhubungan satu sama lain.


PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013


PENDEKATAN

Kurikulum KTSP
Pembelajaran

di

kelas

dilaksanakan

melalui

pendekatan

tematik,

pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa”. Pembelajaran tematik diyakini
sebagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada praktek pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan anak. Sejalan dengan itu, pembelajaran tematik
akan dikendalikan oleh eksplorasi topik yang ada dalam kurikulum. Dengan
demikian, siswa dapat belajar menghubungkan proses dan isi butir-butir
pembelajaran secara lintas disipilin.
Kurikulum 2013
pembelajaran di kelas seluruhnya harus dilaksanakan dengan pendekatan
tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua
hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses
pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut
makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar
secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh
kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.



MATERI

Kurikulum KTSP
memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Muatan
lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Muatan lokal dalam KTSP meliputi Bahasa Daerah dan Bahasa Inggris yang
merupakan muatan lokal wajib serta muatan lokal pertanian yang tidak diwajibkan.
Sedangkan pengembangan diri meliputi Pramuka dan Komputer yang tidak
berstatus wajib.

kurikulum 2013
mata pelajaran dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok A yang
menekankan aspek kognitif dan kelompok B yang lebih menekankan aspek afektif
dan psikomotor. Kelompok A terdiri dari 4 mata pelajaran untuk kelas III dan 6
mata pelajaran untuk kelas IV – VI. Perbedaan tersebut terletak pada tidak adanya
mata pelajaran IPA dan IPS. Sedangkan pada kelompok B, terdapat 2 mata
pelajaran termasuk di dalamnya muatan lokal. Pada kurikulum 2013, muatan lokal
SD meliputi Pramuka, UKS, PMR, dan Bahasa Daerah. Berbeda dengan KTSP,
Pramuka merupakan muatan lokal wajib. Pengembangan diri tidak dicantumkan
dalam kurikulum 2013 SD/MI karena sudah dimasukkan dalam muatan lokal.
Selain itu, Bahasa Inggris yang sebelumnya merupakan mata pelajaran wajib
menjadi tidak wajib dan hanya berupa muatan lokal.
Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada KTSP SD/MI merupakan ”IPA
Terpadu” dan ”IPS Terpadu”. Hal ini masih diterapkan pada kurikulum 2013.
Bahkan untuk kelas rendah, IPA dan IPS diintegrasikan dengan mata pelajaran lain
melalui pendekatan tematik integratif.


PROSES

KurikulumKTSP
Pre Test (tes awal) Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran
dimulai dengan pre test. Pre test ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pre test memegang
peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.

Pembentukan Kompetensi Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan
inti dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk
pada peserta didik dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan.
Post Test Pada umumnya pelaksanan pembelajaran diakhiri dengan post
test. Sama halnya dengan pre test, post test juga memiliki banyak kegunaan,
terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran dan pembentukan kompetensi.
Kurikulum 2013
Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:
a. Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan
dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah,
dan masyarakat.


Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS,
SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dikembangkan guru. c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran
siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat
yang memuaskan (excepted)


EVALUASI

Kurikulum KTSP
Evaluasi atau penilaian dalam KTSP dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi
yang dilakukan oleh pihak dalam (guru dan pengelola sekolah) yang selanjutnya
disebut evaluasi diri dan evaluasi oleh pihak luar (badan indpenden atau badan
akreditasi sekolah). Sasaran evaluasi secara garis besar mencakup masukan
(termasuk program), proses, dan hasil (Wahyono, 2013:1).

Diberakukannya KTSP mengharapkan adanya perubahan dalam kegiatan
pembelajaran termasuk dalam penilaian. Mulyasa (2007:258) menjelaskan,
“penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes
kemampuan

dasar,

penilaian

akhir

satuan

pendidikan

dan

sertifikasi,

benchmarking, dan penilaian program
Kurikulum 2013
Evaluasi kurikulum 2013 memegang peran penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan
dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para
pemegang kebijaksaan pendidikan dan para pemegang kurikulum dalam memilih
dan menetapkan kebijaksanaan pemegang system pendidikan dan pemegang model
kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan
oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam
memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran,
memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas
pendidikan lainnya