DETERMINAN KINERJA AUDITOR INTERNAL PADA INSPEKTORAT SE-PULAU LOMBOK Aluh Ruhbaniah
DETERMINAN KINERJA AUDITOR INTERNAL PADA INSPEKTORAT SE-PULAU LOMBOK
Aluh Ruhbaniah
aluhruhbaniah.05@gmail.com
Inspektorat Kabupaten Lombok Timur
Agusdin Alamsyah
Program Magister Akuntansi Universitas Mataram ABSTRACT
This study aims to test and find empirical evidence of the influence of audit structure, leadership style, role conflict, the experience and the independence of the internal auditor performance. Samples were either internal auditor Functional Auditor (JFA) and Control Officers (P2UPD) at Inspectorate Lombok Island in Nusa Tenggara Barat Province. This study uses a quantitative approach to the entire population of Control Officers and the sample used is 141 internal auditors. Sampling technique used is sensus and analysis method used is multiple linear regression. The results showed that the audit structure, experience and independence significant positive effect on the performance of the internal auditor. The study also found evidence that the conflict can influence the role of internal auditors performance but with a negative direction. While the leadership style does not affect the performance of auditors. The implication of this research is to give opportunity to the APIP on the Lombok island to give more attention to the factors that can improve the performance of auditors as to how to resolve the conflict of roles, keep use audit structure, enhance the experience and independence of the internal auditor.
Key words : leadership style, independence, role conflict, experince, audit structure
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh struktur audit, gaya kepemimpinan, konflik peran, pengalaman dan independensi terhadap kinerja auditor internal. Sampel penelitian ini adalah auditor internal baik Jabatan Fungsional Auditor (JFA) maupun Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah (P2UPD) pada Inspektorat se-Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan populasi seluruh fungsional baik fungsional auditor (FA) dan fungsional pengawas penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah (P2UPD) di Inspektorat se-pulau Lombok berjumlah 141 auditor internal. Teknik sampling yang digunakan adalah sensus dengan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur audit, pengalaman dan independensi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor internal. Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa konflik peran mampu mempengaruhi kinerja auditor internal tetapi dengan arah negatif, sedangkan gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Implikasi dari penelitian ini yaitu memberikan kesempatan kepada APIP di pulau Lombok untuk lebih memberikan perhatian atas faktor-faktor yang mampu meningkatkan kinerja auditor seperti dengan cara mengatasi terjadinya konflik peran, mengefektipkan penggunaan struktur audit, meningkatkan pengalaman dan independensi auditor internal.
Kata kunci : gaya kepemimpinan, independensi, konflik peran, pengalaman, struktur audit
PENDAHULUAN
sering terjadi. Permasalahan hukum ter- Dalam era reformasi saat ini, per-
utama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan kembangan isu pelanggaran etika masih saja
nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya
Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 67
seperti penyalahgunaan wewenang, pe- bahwa APIP belum optimal dalam men- nyuapan, pemberian uang pelicin, pungutan
jalankan peran sebagaimana dimaksud liar, pemberian imbalan atas dasar kolusi
dalam filosofi paradigma audit baru. Peran dan nepotisme serta penggunaan uang
auditor dalam paradigma audit baru negara untuk kepentingan pribadi telah
seharusnya tidak lagi sebagai watchdog menjadi perhatian masyarakat dan dianggap
(pengawas) namun berperan sebagai partner sebagai suatu hal yang lazim terjadi di
auditi yaitu konsultan dan katalis. Aparat negara ini.
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Tuntutan masyarakat akan pelaksanaan
dituntut untuk mampu memberikan nilai pengawasan yang baik dan bebas KKN
tambah dan membantu auditi mengenali menghendaki adanya pelaksanaan fungsi
resiko-resiko yang akan menghambat per- pengawasan dan sistem pengendalian intern
baikan kinerja audit.
yang baik atas pelaksanaan pemerintahan Pelaksanaan audit sesuai paradigma dan pengelolaan keuangan negara untuk
audit baru bukanlah perkara mudah, auditor menjamin pelaksanaan kegiatan telah sesuai
internal yang bertahun-tahun terbiasa de- dengan kebijakan dan rencana yang telah
ngan paradigma audit lama tentu mem- ditetapkan serta untuk menjamin bahwa
butuhkan proses penyesuaian diri. Per- tujuan tercapai secara hemat, efisien dan
ubahan peran auditor internal dari watchdog efektif. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
menjadi konsultan dan katalis yang di- No. 60 Tahun 2008 tentang sistem pengen-
perkuat dengan tuntutan penerapan audit dalian intern pemerintah, pelaksanaan
kinerja membutuhkan perubahan metode, pengendalian intern dilaksanakan oleh Apa-
prosedur dan struktur audit yang diguna- rat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP),
kan. Hal ini tentu saja akan menambah yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan
beban kerja kepada auditor internal sehingga Pembangunan (BPKP); Inspektorat Jenderal;
akan timbul konflik peran, selain itu me- Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabu-
nambah beban kerja atasan dan tentu saja paten/Kota yang berfungsi sebagai penga-
auditor internal juga harus meningkatkan was atau auditor internal.
pengalaman dan independensinya. Pada Akan tetapi tuntutan tersebut terbentur
situasi seperti ini, dibutuhkan kerjasama dengan rendahnya level kapabilitas pe-
antara ketua tim dan anggota tim audit agar ngawasan APIP. Salah satu upaya untuk
bisa menyelesaikan tugas audit yang di- meningkatkan kinerja APIP yaitu dengan
jalankan sehingga menghasilkan kinerja melakukan penilaian kapabilitas APIP, hal
auditor yang baik.
ini menjadi salah satu fokus pemerintah Pada Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk segera diatasi. Berdasarkan hasil
(NTB) khususnya di Pulau Lombok, kasus penilaian kapabilitas yang dilakukan Badan
penyimpangan keuangan masih tinggi. Ini Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
terbukti dengan beberapa temuan Badan (BPKP) Perwakilan Provinsi NTB pada akhir
Pemeriksa Keuangan (BPK) maupun Inspek- tahun 2015 menunjukkan bahwa kapabilitas
torat Daerah yang ditindaklanjuti oleh pengawasan Inspektorat di pulau Lombok
Aparat Penegak Hukum (APH) dan Komisi berada pada level 2 kecuali Inspektorat Kota
Pemberantasan Korupsi (KPK), seperti kasus Mataram masih berada pada level 1
korupsi Bupati Lombok Barat dimana KPK (Laporan BPKP cabang Provinsi NTB, 2016).
sejak 5 Desember 2014 menetapkannya Oleh karena itu dengan level pe-
sebagai tersangka,kasus lainnya yaitu pro- ngawasan APIP di pulau Lombok yang
yek tambatan perahu di Gili Kondo Kabu- sebagian besar berada pada level 1 dan 2
paten Lombok Timur, menetapkan pejabat maka APIP selaku garda terdepan sulit
di Pemerintah kabupaten Lombok Timur berbuat banyak dalam menjawab tuntutan
sebagai tersangka (Lombok Post, 2015). masyarakat. Hal ini juga mengindikasikan
Kepala satuan tugas koordinasi supervisi
68 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84
penegakan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) Republik Indonesia juga menyatakan bahwa masih ada 18 kasus korupsi yang akan ditindak lanjuti di Pulau Lombok (Radar Lombok, 2015). Kasus-kasus itu merupakan akumulasi kasus dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.
Melihat kondisi tersebut di atas, sudah selayaknya menjadi perhatian yang serius bagi penyelenggara pemerintah (agent) yang diberikan amanah oleh rakyat (principal) untuk segera memperbaiki keadaan terkait penyimpangan tersebut terutama bagi auditor internal yang berfungsi memberikan quality assurance dan consulting bagi pe- merintah. Kondisi ini juga menjadi pekerjaan besar bagi auditor internal terkait bagaimana melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap urusan pemerintah didaerah.
Pengujian atas pengaruh faktor struktur audit dalam pelaksanaan audit cukup penting dilakukan karena pada saat melaku- kan audit seorang auditor internal harus mempunyai struktur audit yang jelas dan rinci. Pendekatan struktur audit adalah sebuah pendekatan sistematis terhadap audit yang dikarakteristikkan oleh langkah- langkah penentuan audit, prosedur rangkai- an logis, keputusan, dokumentasi dan menggunakan sekumpulan alat-alat dan kebijakan audit yang komprehensif dan terintegrasi untuk membantu auditor me- lakukan audit (Bowrin, 1998). Penelitian yang menggunakan struktur audit sebagai variabel independen telah dilakukan oleh Afriana (2013) yang dilakukan di Kantor Akuntan Publik Jawa Timur. Hasil peneliti- an tersebut menyimpulkan bahwa struktur audit berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Bertolak belakang dengan peneliti- an Ichwan (2012) menyatakan bahwa struktur audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Auditor internal dalam melakukan pe- meriksaan bekerja dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang ketua tim. Gaya kepemimpinan (leadership style) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa
sehingga orang tersebut mampu melakukan kehendak pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi. Menurut Gibson (1996) gaya pemimpin ada dua yaitu consideration (konsiderasi) adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan ke- dekatan hubungan antara atasan dan bawahan, adanya saling percaya, kekeluar- gaan, menghargai gagasan bawahan dan adanya komunikasi antara atasan dan bawahan. Initiating structure (struktur ini- siatif) merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa pemimpin meng- organisasikan dan mendefinisikan hubu- ngan dalam kelompok, cenderung mem- bangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, menjelaskan cara mengerjakan tugas yang benar. Penelitian Indah (2009) me- nyatakan gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Wati et al., (2010), Magda (2012), Kumala (2013) dan Akil (2016) yang me- nyatakan bahwa gaya kepemimpinan ber- pengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor, namun tidak sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh Sea (1999) dan Gustia (2014) menunjukkan bahwa gaya kepe- mimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Dari segi kualitas, seorang auditor harus memiliki pengalaman yang memadai. Akan tetapi hal tersebut sering terbentur dengan adanya mutasi staf yang telah memperoleh pendidikan dan pelatihan terkait audit sehingga auditor yang memiliki kompetensi dari sisi pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan pelatihan semakin berkurang. Selain itu banyak auditor yang belum mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) baik pembentukan auditor ahli, maupun diklat teknis lainnya. Minimnya pengembangan kompetensi professional auditor berdampak pada sikap professional auditor. Meskipun penjadwalan pendidikan dan pelatihan pembentukan auditor telah dilakukan, namun sistem antrian panjang dan keterbatasan anggaran setiap Inspek-
Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 69
torat menjadi penghambat percepatan peningkatan kompetensi profesional audi- tor. Faktor pengalaman memegang peranan penting agar auditor dapat mendeteksi setiap penyimpangan. Fatmawati et al., (2010) menyatakan pengalaman berpe- ngaruh positif terhadap kinerja auditor, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Suryono (2012) dan Rifan (2015).
Seorang auditor harus memiliki inde- pendensi dalam melakukan audit agar dapat memberikan pendapat atau kesimpulan yang apa adanya tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkepentingan (BPKP, 1998). Hal ini juga dinyatakan dalam Standar Pengelolaan Keuangan Negara (SPKN) yang menyebutkan bahwa semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, seperti organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan gang- guan pribadi, baik ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensi- nya. Wati et al., (2010) menyatakan inde- pendensi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, sejalan dengan hasil pe- nelitian Magda (2012), Putra W (2012) Fitriani dan Rizki (2014). Hal ini berten- tangan dengan hasil penelitian Gustia (2014) yang menyatakan independensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Menurut Dale dan Fox (2008) konflik peran merupakan derajat ketidaksesuaian antara tugas, sumberdaya, aturan atau kebijakan dan orang-orang lain. Dalam kondisi ini auditor mengalami suatu ke- adaan dengan dua atau lebih pengharapan peran yang saling berlawanan. Perilaku yang diharapkan auditor tidak konsisten, akibat- nya akan meningkatkan ketegangan internal dan frustasi yang kemudian menyebabkan turunnya kepuasan kerja dan menurunnya keefektifan organisasi (Rizzo et al., 1970). Penelitian Fannani (2008), Ichwan (2012) dan Afriana (2013) menunjukkan bahwa konflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor. Namun kontradiksi dengan penelitian Fogarty (2000) yang menemukan bahwa konflik peran tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor yang disebabkan karena
auditor yang menerima penugasan di- dukung dengan tenaga kerja (sumber daya manusia) yang cukup untuk melakukannya, auditor mampu memecahkan masalah yang timbul karena konflik antar auditor, se- hingga dapat meningkatkan kinerja auditor.
Penelitian ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari penelitian Handayani (2015) yang menguji pengaruh variabel kompetensi, independensi dan lingkungan kerja terhadap kinerja Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) di lingkungan Inspektorat se-Pulau Lombok. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan pe- nelitian sebelumnya adalah variabel yang akan diuji, dimana penelitian ini akan menggabungkan 3 (tiga) faktor yang mem- pengaruhi kinerja (Gibson, 1987) seperti faktor individual yaitu pengalaman dan independensi, faktor organisasi yaitu struk- tur audit dan gaya kepemimpinan dan faktor psikologi yaitu konflik peran. Alasan pemilihan variabel tersebut dikarenakan pada penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten, perbedaan lainnya yaitu jumlah sampel yang lebih luas dan diharapkan hasilnya lebih refresentatif.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara struktur audit, gaya kepemimpinan, konflik peran, pe- ngalaman dan independensi terhadap kinerja auditor dengan menggunakan teori keagenan dan teori peran. Dengan harapan dapat membantu pimpinan dalam me- motivasi tim auditornya guna membentuk tim audit yang solid sehingga mampu meningkatkan kinerja auditor internal. Kontribusi hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian di- bidang perilaku auditor terkait kinerja auditor dan juga diharapkan dapat men- dukung teori agensi terkait adanya asimetri informasi yang menyebabkan muculnya moral hazard dan adverse selection antara principal dengan agent dan juga dapat men- dukung teori peran terkait adanya konflik pada tugas, aturan dan kebijakan yang tidak sesuai harapan sehingga terjadi asimetri informasi antara auditor intern dan pe-
70 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84
merintah yang diwakili oleh lembaga pe- lalui proses yang berulang-ulang (Thomp- ngawasan (APIP) dalam pelaksanaan audit
son, 2001).
dan menyebabkan menurunnya kualitas kerja.
Teori Keagenan
Hasil penelitian ini juga diharapkan Jensen dan Meckling (1976) di dalam dapat memberi masukan tentang faktor-
teori agensi (agency theory) menggambarkan faktor yang mempengaruhi kinerja auditor
hubungan agensi sebagai suatu kontrak di sehingga supervisor/pimpinan organisasi
bawah satu atau lebih principal yang me- dalam mengendalikan tim audit bisa lebih
libatkan agen untuk melaksanakan beberapa profesional. Disamping itu bagi auditi dapat
layanan bagi prinsipal dengan melakukan digunakan sebagai dasar untuk perbaikan
pendelegasian wewenang pengambilan ke- dan pengambilan keputusan demi ter-
putusan kepada agen. Berdasarkan teori capainya tujuan organsiasi dan terwujudnya
agensi, Jensen dan Meckling (1976) me- akuntabilitas publik demi penyelenggaraan
nyatakan bahwa hubungan keagenan dapat pemerintah yang lebih baik. Kontribusi bagi
terjadi pada semua entitas yang meng- pengambil kebijakan untuk membuat ke-
andalkan pada kontrak, baik eksplisit bijakan di bidang pengawasan khususnya
maupun implisit, sebagai acuan pranata tentang kebijakan mutasi bagi auditor yang
perilaku partisipan, oleh karena itu dapat sudah memperoleh pendidikan dan pe-
dikatakan bahwa hubungan keagenan ter- latihan terkait audit, memberikan kesempat-
jadi pada setiap entitas.
an kepada auditor untuk meningkatkan
teori keagenan pada pengalamannya melalui pendidikan dan
Penerapan
organisasi sektor publik dapat terwujud pelatihan dan juga penugasan-penugasan
dalam kontrak kerja yang akan mengatur audit yang berkesinambungan. dapat me-
proporsi hak dan kewajiban masing-masing nyusun bentuk kebijakan tentang pe-
pihak dengan tetap memperhitungkan ningkatan kepuasan kerja auditor sehingga
kemanfaatan secara keseluruhan. Organisasi mampu mempertahankan minat pegawai
sektor publik melalui pemerintah daerah untuk tetap menjadi auditor intenal pe-
khususnya lembaga APIP (Inspektorat) se- merintah.
bagai stakeholder internal selalu berupaya untuk meningkatkan kepercayaan publik
TINJAUAN TEORETIS
(masyarakat) dan auditi sebagai stakeholder
Teori Peran
eksternal melalui pelaksanaan fungsi pe- Teori peran (role theory) adalah pe-
ngawasan intern yang berkualitas, sehingga nekanan dari sifat individu seseorang
terwujud penyelenggaraan pemerintahan sebagai pelaku sosial yang mengimplemen-
yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel. tasikan perilaku sesuai dengan posisi yang
Ketidakseimbangan (asimetri) informasi dijalankan baik di lingkungan kerja maupun
yang dimiliki antara auditor intern dan masyarakat (Kahn et al., 1964). Teori ini
pemerintah yang diwakili oleh lembaga menekankan sifat individual sebagai pelaku
pengawasan (APIP) dalam pelaksanaan sosial yang mempelajari perilaku sesuai
audit dapat menimbulkan permasalahan. dengan posisi yang ditempatinya baik di
Akibat adanya informasi yang tidak se- lingkungan kerja maupun masyarakat. Teori
imbang (asimetri) tersebut, dapat menimbul- Peran mencoba untuk menjelaskan interaksi
kan 2 (dua) permasalahan yang disebabkan antar individu dalam organisasi, berfokus
adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor pada peran yang mereka mainkan. Peran
dan melakukan kontrol terhadap tindakan- perilaku dipengaruhi oleh harapan peran
tindakan agen. Jensen dan Meckling (1976) untuk perilaku yang sesuai dalam posisi ini,
menyatakan permasalahan tersebut antara dan perubahan perilaku peran terjadi me-
lain adalah: (a) Moral Hazard, yaitu per-
Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 71
masalahan yang muncul jika agen tidak kerjaan harus diselesaikan, alat untuk me- melaksanakan hal-hal yang telah disepakati
lakukan koordinasi, alat untuk pengawasan bersama dalam kontrak kerja. (b) Adverse
dan pengendalian audit dan alat penilai Selection , yaitu suatu keadaan dimana
kualitas kerja yang dilaksanakan. Struktur prinsipal tidak dapat mengetahui apakah
audit harus menentukan secara rinci suatu keputusan yang diambil oleh agen
prosedur audit yang diperlukan untuk benar-benar didasarkan atas informasi yang
mencapai tujuan audit. Fungsi struktur audit telah diperolehnya, atau terjadi sebagai
meliputi petunjuk mengenai apa yang harus sebuah kelalaian dalam tugas.
dilakukan dan instruksi bagaimana hal tersebut harus diselesaikan, alat-alat untuk
Kinerja Auditor
melakukan koordinasi, pengawasan, pe- Mangkunegara (2005) mengemuka- kan
ngendalian audit dan alat-alat untuk bahwa kinerja berasal dari kata prestasi kerja
penilaian kualitas kerja yang dilaksanakan. yaitu hasil kerja secara kualitas maupun
Teori agensi diharapkan mampu untuk kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
memenuhi tuntutan informasi dan per- dalam melaksanakan tugasnya sesuai
tanggungjawaban yang akuntabel dan dengan tanggung jawab yang diberikan
handal dari para agent (auditor) yang telah kepadannya, sedangkan Mahsun (2007)
dipercayakan oleh principal (Pemerintah menyatakan bahwa kinerja (performance)
Daerah) melalui lembaga APIP. Berdasarkan adalah gambaran mengenai tingkat pen-
Standar Pengelolaan Keuangan Negara capaian pelaksanaan suatu kegiatan/pro-
(SPKN) tentang tanggung jawab pemeriksa gram/kebijakan dalam mewujudkan sasar-
menyatakan bahwa auditor wajib me- an, tujuan, misi dan visi organisasi yang
rencanakan dan melaksanakan pemeriksaan. tertuang dalam strategic planning suatu
Salah satu bentuk perencanaan yaitu adanya organisasi.
struktur audit. Dalam melakukan audit Menurut Robbins (2007), kinerja me-
seorang auditor harus menerapkan prosedur rupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan
audit sesuai dengan standar yang diterima yang dilakukan oleh individu dibandingkan
oleh umum.
dengan kriteria yang telah ditetapkan Untuk menetapkan standar, diperlukan bersama, pengertian kinerja sebagai hasil
konsep yang mendasarinya sehingga kerja secara kualitas dan kuantitas yang
standar tersebut dijabarkan dalam prosedur dicapai individu dalam melaksanakan
yang digunakan pada audit. Struktur audit tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
membantu atasan dalam memberi tugas yang diberikan kepadanya.
kepada staf auditnya mengenai pekerjaan Berdasarkan uraian tentang kinerja
yang harus dilaksanakan. Penggunaan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut
struktur audit juga akan memperjelas arus bila dikaitkan dengan auditor internal, maka
kerja dan koordinasi dalam tim serta mem- dapat diperoleh gambaran secara umum
bantu auditor dalam mengambil keputusan bahwa kinerja auditor internal adalah
sehingga memudahkan tugas auditor. Peng- prestasi kerja yaitu proses dan hasil kerja
gunaan dan pemahaman struktur audit baik secara kualitas maupun kuantitas yang
dapat membantu auditor dalam melaksana dicapai oleh auditor internal dalam me-
kan tugasnya agar menjadi lebih baik, laksanakan tugas pengawasan.
sehingga dapat meningkatkan kinerja audi- tor. Hal ini disebabkan karena teknik dan
Pengaruh Struktur Audit terhadap kinerja
prosedur audit yang digunakan Inspektorat
auditor
tersebut akan menjadi lebih efektif dan Muslim A. Djalil (2002) menjelaskan
efisien.
bahwa struktur audit meliputi apa yang Berdasarkan uraian tersebut, maka di- harus dilakukan, intruksi bagaimana pe-
rumuskan hipotesis sebagai berikut:
72 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84
H 1 : Struktur audit berpengaruh positif terhadap kinerja auditor
Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor
Kepemimpinan merupakan tindakan yang mempengaruhi perilaku orang lain baik perorangan maupun organisasi. Me- nurut Rivai (2011) kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budaya- nya. Seorang pimpinan (principal) berke- wajiban memberikan motivasi kepada bawahan (agent) yang dibawahinya agar mereka tetap melaksanakan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan tetap merasa berkewajiban untuk mencapai tujuan organisasi (Wati et al., 2010), sehingga jika kepemimpinan tersebut terjadi pada suatu organisasi formal tertentu, dimana para manajer perlu mengembang- kan karyawan, membangun iklim motivasi, menjalankan fungsi-fungsi manajerial dalam rangka menghasilkan kinerja yang tinggi dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka manajer perlu menyesuaikan gaya kepemimpinannya (Siagian, 2002). Kumala (2013) dan Gustia (2014) dalam penelitian- nya menyimpulkan bahwa gaya kepemimpi- nan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor.
Berdasarkan teori dan penelitian ter- dahulu yang dibangun dalam rerangka konsep penelitian sebelumnya, dapat di- simpulkan bahwa semakin cakapnya se- orang pemimpin dalam mengatur atau mempengaruhi bawahannya, maka bawa- hannya akan termotivasi dan bersemangat untuk bekerja, sehingga kinerja bawahannya akan semakin baik. Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H 2 : Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor
Pengaruh Konflik Peran terhadap kinerja auditor
Teori peran menjelaskan bahwa inter- aksi antar individu dalam organisasi harus berfokus pada peran yang mereka mainkan. Konflik peran adalah suatu konflik yang timbul karena mekanisme pengendalian birokrasi organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika dan kemandirian pro- fesional. Kondisi tersebut biasanya terjadi karena adanya dua perintah yang berbeda yang diterima secara bersamaan, dan pe- laksanaan salah satu perintah saja akan mengakibatkan terabaikannya perintah yang lain. Konflik peran dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan bisa me- nurunkan motivasi kerja karena mempunyai dampak negatif terhadap prilaku individu seperti timbulnya ketegangan kerja, banyak terjadi perpindahan pekerja, penurunan kepuasan kerja sehingga bisa menurunkan kinerja auditor secara keseluruhan. Pe- nelitian Fanani (2008) dan Afriana (2013) menyatakan konflik peran berpengaruh ter- hadap kinerja, semakin besar konflik peran yang dialami oleh auditor maka semakin rendah kinerja auditor tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H 3 : Konflik peran berpengaruh negative terhadap kinerja auditor
Pengaruh pengalaman terhadap kinerja auditor
Adanya asimetri informasi yang me- nyebabkan munculnya moral hazard antara principal dengan agen menuntut adanya akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan demi terwujudnya peme- rintahan yang baik. Auditor internal pe- merintah di tuntut untuk lebih meningkat- kan pengalaman dalam bidang-bidang tertentu yang terkait dengan pengawasan. Permenpan No 4 tahun 2008 mengharuskan auditor internal memiliki pengalaman dalam melaksanakan tugas.
Fatmawati (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pengalaman berpe-
Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 73
ngaruh terhadap kinerja auditor, semakin putusan (Supriyono, 2000). Auditor internal tinggi pengalaman auditor maka semakin
seharusnya berada dalam posisi yang tidak tinggi kinerja auditor. Berdasarkan uraian
memihak siapapun karena auditor internal diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
melaksanakan pekerjaannya untuk kepenti- berikut:
ngan umum. Dengan adanya sikap inde-
H 4 : Pengalaman berpengaruh positif ter- pendensi dalam program audit, verifikasi hadap kinerja auditor
dan pelaporan pada diri seorang auditor tersebut akan memiliki kepuasan kerja.
Pengaruh independensi terhadap kinerja
Penelitian Magda (2012) dan Putra, W dan
auditor
Ariyanto (2012) menyatakan independensi Seorang auditor (agent) dalam me-
berpengaruh positif terhadap kinerja audi- lakukan pemeriksaan harus bebas dari
tor. Semakin tinggi independensi dari campur tangan dan intervensi pimpinannya
seorang auditor maka kinerjanya akan (principal). Apabila auditor kehilangan
semakin baik.
independensinya, maka laporan audit yang Berdasarkan uraian diatas dapat di- dihasilkan akan tidak sesuai dengan ke-
rumuskan hipotesis sebagai berikut: nyataan yang ada sehingga tidak dapat
H 5 : Independensi berpengaruh positif ter- digunakan sebagai dasar pengambilan ke-
hadap kinerja auditor.
Tabel 1 Klasifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Kinerja Auditor (KA) Pandangan atau pendapat dari koordinator Trisnaningsih tentang hasil dari pelaksanaan dan tang- (2007) gungjawab pekerjaan yang dilakukan auditor yang bersangkutan berdasarkan kemampuan, tanggungjawab dan keobyektifan dalam me- laksanakan pengauditan
Struktur Audit (SA) Persepsi atau pendapat auditor internal suatu Fanani et al., pedoman berupa langkah-langkah sistematis (2008) dalam melaksanakan kegiatan pengauditan yang berguna dalam memudahkan auditor dalam melaksanakan tugas yang harus dilaku- kan dalam proses pengauditan
Gaya Pendapat atau pandangan dari auditor internal Trisnaningsih Kepemimpinan (GK) tentang kepemimpinan dari ketua tim audit, (2007)
dilihat dari dua dimensi yaitu konsiderasi dan struktur inisiatif
Konflik Peran (KP) Pendapat auditor tentang bentuk ketidak- Agustina (2009) nyamanan dalam melakukan pekerjaannya (Agustina, 2009)
Pengalaman (PN) Persepsi auditor internal tentang aktivitas nyata Simangunsong yang telah dilaksanakan dengan baik dan (2008) profesional oleh auditor dalam rangka pe- laksanaan pengawasan dan pemeriksaan
74 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84
Independensi (I) Pendapat auditor internal tentang sikap seorang Mulyadi dan auditor yang harus bebas dari pengaruh, tidak Puryadireja dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung (2002) pada orang lain
METODE PENELITIAN
TeknikAnalisis
Populasi dan Sampel Penelitian
Pada penelitian ini alat analisis yang Populasi dalam penelitian ini yaitu
digunakan adalah regresi linier berganda. seluruh auditor internal baik fungsional
Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih auditor (FA) dan fungsional yang me-
dahulu dilakukan pengukuran kualitas data laksanakan pemeriksaan pada Inspektorat
melalui uji validitas dan reliabilitas serta uji provinsi/kabupaten/kota se-pulau Lombok,
asumsi klasik, yang meliputi uji multi- yaitu sebanyak 141 orang pemeriksa.
kolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji Penentuan responden dengan menggunakan
normalitas. Selanjutnya dilakukan pengujian sensus sehingga responden pada penelitian
hipotesis menggunakan uji signifikansi para- ini yaitu semua populasi yaitu pejabat
meter individual (uji t), koefisien determi- fungsional auditor dan pejabat fungsional
nasi (R ) dan uji signifikansi simultan P2UPD (Pejabat Pengawas Urusan Peme-
(Uji F).
rintah Daerah) pada seluruh Inspektorat se- Pulau Lombok berjumlah 141 auditor
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
internal.
Gambaran Unit Observasi
Responden dalam penelitian ini adalah
Teknik Pengumpulan Data
auditor internal yang berada pada Inspek- Data yang digunakan dalam penelitian
torat Provinsi NTB dan Inspektorat Kabu- ini adalah data primer. Data primer di-
paten/Kota yang berada di Pulau Lombok peroleh dan dikumpulkan dengan meng-
berjumlah 4 (empat) Kabupaten dan 1 (satu) gunakan kuisioner. Kuisioner penelitian
Kota. Auditor yang dimaksud dalam pe- berisi daftar pertanyaan yang disusun secara
nelitian ini adalah auditor internal pe- terstruktur dan bersifat tertutup. Kuisioner
merintah yang bertugas melakukan pem- diserahkan langsung oleh peneliti kepada
binaan dan pengawasan atas penyeleng- responden.
garaan urusanpemerintahan di Daerah yang terdiri atas Jabatan Fungsional Auditor (JFA)
Model Penelitian
dan Jabatan Fungsional Pengawas Pe- Penelitian ini menggunakan uji regresi
nyelenggara Urusan Pemerintahan di linier berganda dengan model sebagai
Daerah (JFP2UPD) berdasarkan standar berikut:
audit yang dikeluarkan oleh AAIPI.
KA = α + β SA + β GK − β KP + β PN + β I + e
Jumlah auditor yang dijadikan sebagai populasi dan sampel dalam penelitian
Dimana: adalah 141 orang. Berdasarkan hasil akhir KA
= Kinerja auditor atas pengembalian kuesioner, diperoleh = Konstanta
sebanyak 139 orang auditor yang bisa = Struktur Audit
dijadikan sebagai responden akhir dalam = Gaya Kepemimpinan
penelitian atau dengan kata lain tingkat = Konflik Peran
pengembalian sebesar 98 persen. Adapun 2 = Pengalaman
orang auditor (2 persen) yang tidak bisa = Independensi
dijadikan sebagai responden akhir adalah = Koefisien regresi
karena 1 (satu) orang menunaikan ibadah = Error
haji dan satu orang auditor mutasi. Berikut informasi data responden yang berhasil
Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 75
dikumpulkan berdasarkan tabulasi data masa kerja kurang dari 1 tahun, 36,69% yang diperoleh dari kuesioner.
responden memiliki masa kerja 1–5 tahun, Berdasarkan hasil penyebaran kuesi-
masa kerja 6–10 tahun sekitar 38,13% dan oner yang dilakukan, berikut disajikan profil
24,46% responden yang memiliki masa kerja responden berdasarkan pendidikan, lama
lebih dari 10 tahun.
masa kerja dan jabatan. Berdasarkan pen- Berdasarkan jabatan, auditor madya didikan, sebagian besar (80,58%) responden
sekitar 4,84%, auditor muda 7,26%, auditor dalam penelitian ini berpendidikan S-1,
penyelia 8,06%, auditor pertama 22,58%, sekitar 12,23% responden berpendidikan S-2,
auditor pelaksana 5,65% pengawas peme- D-3 sekitar 6,47% dan sisanya sekitar 0, 71%
rintah madya 17,74%, pengawas pemerintah responden berpendidikan SMA. Berdasar-
muda 27,42% dan 6,45% pengawas pe- kan lamanya bekerja di Inspektorat sebagai
merintahan pertama. Karakteristik respon- auditor, sekitar 0,72% responden memiliki
den dapat diringkas pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Karakteristik Responden
Responden No
a. Pasca Sarjana (S-2)
b. Strata Satu (S-1)
c. Diploma III
2 Lama Bekerja di Inspektorat
a. Kurang dari 1 tahun
b. 1 s/d 5 tahun
c. 6 s/d 10 tahun
d. Lebih dari 10 tahun
3 Jabatan
a. Auditor Madya
b. Auditor Muda
c. Auditor Penyelia
d. Auditor Pertama
e. Auditor Pelaksana
f. Pengawas Pemerintah Madya
g. Pengawas Pemerintah Muda
h. Pengawas pemerintah Pertama
Sumber: Data Penelitian (diolah) Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Statistik Deskriptif
Validitas diukur dengan menggunakan Analisa data didasarkan pada jawaban uji korelasi Product Moment dari Karl Pearson,
responden yang terkumpul sebanyak 139 dengan criteria r hitung >r kritis 0,3 (Sugiyono,
responden. Dari data yang diperoleh maka 2014) sedangkan untuk mengukur relia-
dapat diketahui statistik deskriptif seperti bilitas dengan uji statistic Cronbach Alpha (α)>
yang tampak pada Tabel 4. 0,60 (Ghozali, 2013). Hasil pengujian
Dari tabel 4 dapat dilihat nilai rata-rata validitas dan reliabilitas untuk semua
skor tanggapan responden mengenai kinerja variabel dirangkum pada Tabel 3.
auditor (KA) sebesar 4,35 dengan standar
76 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84
deviasi sebesar 0,490 menunjukkan bahwa deviasi sebesar 0,597 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk kinerja auditor
jawaban responden untuk variabel struktur berada pada jawaban kurang setuju sampai
audit berada pada jawaban kurang setuju dengan sangat setuju. Nilai rata-rata struktur
sampai dengan sangat setuju. audit (SA) sebesar 4,38 dengan standar
Tabel 3 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan Reliabilitas No
Variabel
Koefisien/ r hitung
Cronbach’s Alpha
1 Struktur Audit
0,540-0,744
2 Gaya Kepemimpinan
0,561-0.855
3 Konflik Peran
Sumber: data hasil penelitian (diolah)
Tabel 4 Statistik Deskriptif
Variabel
Mean
Std. Dev
4.35 .490 Struktur Audit
Kinerja Auditor
4.38 .597 Gaya Kepemimpinan
4.21 .541 Konflik Peran
Sumber: data hasil penelitian (diolah)
Nilai rata-rata skor tanggapan respon- sampai dengan sangat setuju. Nilai rata-rata den mengenai variabel gaya kepemimpinan
independensi (I) sebesar 4,42 dengan standar (GA) sebesar 4,21 dengan standar deviasi
deviasi sebesar 0,541 menunjukkan bahwa sebesar 0,541 menunjukkan bahwa jawaban
jawaban responden untuk variabel inde- responden untuk gaya kepemimpinan ber-
pendensi berada pada jawaban kurang ada pada jawaban setuju sampai dengan
setuju sampai dengan sangat setuju. sangat setuju. Nilai rata-rata konflik peran (KP) sebesar 4,25 dengan standar deviasi
Pengujian Asumsi Klasik
sebesar 0,773 menunjukkan bahwa jawaban
Uji Normalitas Data
responden untuk variabel konflik peran Uji normalitas data dalam penelitian ini berada pada jawaban setuju sampai dengan
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmo- sangat tidak setuju. Nilai rata-rata skor
gorov-Smirnov (K-S). Uji Kolmogorov-Smirnov tanggapan responden mengenai variabel
(K-S) pada alpha sebesar 5%. Jika nilai pengalaman (PN) sebesar 4,21 dengan stan-
signifikansi dari pengujian Kolmogorov- dar deviasi sebesar 0,691 menunjukkan
Smirnov (K-S) lebih besar dari 0,05 berarti bahwa jawaban responden untuk pengala-
data berdistribusi normal. Ringkasan peng- man berada pada jawaban kurang setuju
ujian dapat dilihat pada Tabel 5.
Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 77
Tabel 5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
Keterangan
Unstandardized Residual
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: data hasil penelitian (diolah)
Hasil perhitungannya menunjukkan independen yang memiliki nilai tolerance distribusi yang normal pada model yang
kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada digunakan dengan nilai probabilitas sebesar
korelasi antar variabel independen yang 0,923 (0,923>0,10) dan signifikansi 0,361>0,05
nilainya lebih dari 95 persen. Hasil per- maka residual berdistribusi normal.
hitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada
Uji Multikolinieritas
satu variabel independen yang memiliki Uji multikolonieritas dilakukan dengan
nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpul- melihat nilai tolerance dan lawannya Variance
kan bahwa tidak terjadi multikolinieritas Inflation Factor (VIF) (Ghozali, 2006). Dalam
antar variabel independen dalam model penelitian ini, hasil perhitungan collinearity-
regresi. Ringkasan hasil uji multikoliniea- coefficients statistik tidak ada variabel
ritas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Uji Multikoliniearitas
Colienearity Statistics Model
Tolerance
VIF
Struktur Audit
1.030 Gaya Kepemimpinan
1.033 Konflik Peran
Sumber: data hasil penelitian (diolah)
Uji Heteroskedastisitas
absolute residual terhadap variabel inde- Uji heteroskedastisitas dalam penelitian
penden (Ghozali, 2013). Hasil uji glejser ini dilakukan uji statistik yaitu uji glejser. Uji
dapat dilihat pada Tabel 7 berikut: glejser mengusulkan untuk meregresi nilai
Tabel 7 Hasil Uji Glejser
Struktur Audit
Tidak ada heteroskedastisitas Gaya Kepemimpinan
Tidak ada heteroskedastisitas Konflik Peran
Tidak ada heteroskedastisitas Pengalaman
Tidak ada heteroskedastisitas Independensi
Tidak ada heteroskedastisitas
Sumber: data hasil penelitian (diolah)
78 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84
Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak ada yang telah ditentukan (0,000< 0,05). satupun variabel independen yang signi-
Koefisien determinasi (R²) mengukur fikan secara statistik mempengaruhi variabel
seberapa jauh kemampuan model dalam dependen nilai absolut residual (Abresid),
menerangkan perubahan (variasi) variabel seperti terlihat dari nilai signifikansi yang
dependen. Koefisien determinasi bernilai lebih besar dari 0,05, hal tersebut berarti
antara nol dan satu (Ghozali, 2006). Nilai bahwa model tidak mengandung heteros-
Adjusted R² ( R ) sebesar 0,527, kondisi ini kedastisitas. menunjukkan bahwa variasi variabel de-
penden yaitu kinerja auditor dapat dijelas-
Pengujian Hipotesis
kan oleh variabel independen yaitu struktur Uji F digunakan untuk mengetahui
audit, gaya kepemimpinan, konflik peran, apakah variabel independen secara bersama- pengalaman dan independensi auditor inter- sama mempengaruhi variabel dependen nal pemerintah Provinsi NTB dan Kabu- (Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil uji F atau
paten/Kota se-Pulau Lombok dapat dijelas- uji ANOVA didapat nilai F signifikan pada kan sebesar 52,7 persen,sementara sisanya 0,000. Karena probabilitas signifikansi < 0,05 sebesar 47,3 persen dijelaskan oleh faktor maka model regresi dapat digunakan untuk
lain yang tidak diikutkan dalam model.Nilai memprediksi variabel kinerja auditor atau R mengukur besarnya hubungan keempat dapat dikatakan bahwa variabel struk- tur variabel independen. Berdasarkan hasil audit, gaya kepemimpinan, konflik peran,
pengujian hipotesis diperoleh nilai R sebesar pengalaman dan independensi secara 0,738. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan bersama-sama (simultan) berpengaruh ter- hubungan variabel struktur audit, gaya hadap variabel kinerja auditor. Hal ini
kepemimpinan, konflik peran, pengalaman menunjukkan bahwa secara bersama-sama, dan independensi adalah sebesar 73,8 semua variabel independen yang terdiri atas
persen.
struktur audit, gaya kepemimpinan, konflik Uji t menunjukkan seberapa jauh
peran, pengalaman dan independensi audi- pengaruh satu variabel independen secara tor internal pada Inspektorat Provinsi NTB individual atau parsial dalam menerangkan dan Kabupaten/Kota se-Pulau Lombok variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). berpengaruh signifikan terhadap kinerja Hasil uji t menunjukkan bahwa semua auditor internal. Kondisi ini didukung variabel signifikan karena nilai proba- dengan nilai F hitung yang lebih besar dari bilitasnya berada dibawah 0,05. nilai F Tabel pada df1= 5 dan df2= 133 Berikut adalah ringkasan hasil peng- (31,774>2,663) dan tingkat signifikansi yang ujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 8 jauh lebih kecil dari derajat kepercayaan
berikut ini.
Tabel 8 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Koefisien
Uji F
Uji t (Parsial)
B Sig.
Adjusted R Square Sig.
Struktur Audit
Gaya Kepemimpinan
.000 b Konflik Peran
Sumber: data hasil penelitian (diolah)
Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 79
Hasil uji hipotesis yang telah dilakukan
Pembahasan
tersebut menghasilkan model regresi sebagai Hasil pengujian hipotesis dengan berikut :
menggunakan regresi berganda dapat di- 0,121 + 0,442 + 0,271 +
lihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 9 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Kode
Hipotesis
Hasil Pengujian
H 1 Struktur audit berpengaruh positif terhadap kinerja Diterima (signifikan) auditor
H 2 Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap Ditolak kinerja auditor
(tidak signifikan)
H 3 Konflik peran berpengaruh negative terhadap konflik Diterima peran
(signifikan)
H 4 Pengalaman berpengaruh positif terhadap kinerja Diterima auditor
(signifikan)
H 5 Independensi berpengaruh positif terhadap kinerja Diterima auditor
(signifikan) Berdasarkan Tabel 9 untuk analisis hasil
pengendali teknis sebagian besar tugas dan pengujian terhadap lima hipotesis yang telah
fungsinya dijalankan bukan berasal dari diajukan dapat dijelaskan bahwa hipotesis
auditor internal ternyata hal tersebut tidak pertama (H 1 ) menyatakan struktur audit
mengganggu kegiatan pengawasan akan (SA) berpengaruh positif terhadap kinerja
tetapi hal tersebut bertentangan dengan auditor (KA). Tabel 8 hasil uji nilai koefisien
Permenpan nomor 19 tahun 2009 tentang antara variabel struktur audit dan kinerja
pedoman kendali mutu audit. Inti dari auditor menunjukkan hubungan positif
peraturan tersebut adalah jabatan pengen- sebesar 0,208 dengan nilai t-statistik 3,406>
dali mutu dan pengendali teknis merupakan 1,656 (t-tabel) dan signifikan pada taraf 5%
jabatan yang dijalankan oleh auditor, oleh yang berarti bahwa kinerja auditor ber-
karena itu agar tidak terjadi asimetri pengaruh positif signifikan terhadap kinerja
informasi yang timbul antara pemerintah auditor. Dengan demikian penelitian ini
daerah (principal) dengan auditor (agent) menerima H 1 .
melalui lembaga Aparat Pengawas Internal Hasil analisis data membuktikan bahwa
Pemerintah (APIP) maka auditor harus penggunaan struktur audit membantu
memenuhi tanggung jawabnya sebagai auditor internal untuk penentuan langkah-
pemeriksa berdasarkan standar pengelolaan langkah audit, memperjelas arus kerja dan
keuangan Negara (SPKN) yang menyatakan koordinasi dalam tim audit. Auditor meng-
bahwa auditor wajib melakukan perencana- gunakan struktur audit dalam pelaksanaan
an dan melaksanakan pemeriksaan dimana tugasnya sehingga decision maker akan dapat
salah satu bentuk perencanaan yaitu struk- lebih memfokuskan pada informasi yang
tur audit.
relevan dengan masalah audit. Selain itu, Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian ini menunjukkan bukti
penelitian Alfianto dan Suryandari (2015) bahwa semakin banyak pengetahuan audi-
serta Ichwan (2012) yang menyimpulkan tor internal menggunakan struktur audit
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signi- maka semakin mudah auditor tersebut
fikan antara struktur audit terhadap kinerja dalam menjalankan tugasnya. Walaupun
auditor, akan tetapi hasil penelitian ini fakta dilapangan pengendali mutu dan
mendukung dan sejalan dengan penelitian
80 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84
Afriana (2013) dan Fanani (2008) yang me- Dengan demikian hasil ini sejalan nyatakan bahwa struktur audit berpengaruh
dengan penelitian yang dilakukan Gustia positif terhadap kinerja auditor. Hal ini
(2014) serta Martani dan Marganingsih mengindikasikan bahwa penggunaan struk-
(2009) yang membuktikan bahwa gaya ke- tur audit sangat membantu auditor dalam
pemimpinan tidak berpengaruh terhadap melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik
kinerja auditor. Namun, berbeda dengan sehingga dapat meningkatkan kinerja audi-
penelitian yang dilakukan Watiet al. (2010) tor internal.
dan Trisnaningsih (2007) yang menemukan
bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh wa gaya kepemimpinan (GK) tidak ber-
Hipotesis kedua (H 2 ) menyatakan bah-
positif terhadap kinerja auditor. pengaruh terhadap kinerja auditor (KA).
Hipotesis ketiga (H 3 ) menyatakan Hasil uji antara variabel gaya kepemimpinan
bahwa konflik peran (KP) berpengaruh dan kinerja auditor menunjukkan hubungan
negatif terhadap kinerja auditor (KA). Hasil positif sebesar 0,26 dengan nilai t-statistik
uji antara variabel konflik peran dan kinerja 483< 1,656 dan signifikan pada taraf 5% yang
auditor menunjukkan hubungan negatif berarti bahwa gaya kepemimpinan tidak
sebesar-0,121 dengan nilai t-statistik 3,414> berpengaruh signifikan terhadap kinerja
1,665 dan signifikan pada taraf 5% yang auditor (KA). Semakin baik gaya ke-
berarti variabel konflik peran berpengaruh pemimpinan yang diterapkan pimpinan
negatif signifikan terhadap kinerja auditor. maka semakin rendah kinerja auditor untuk
Dengan demikian H 3 dalam penelitian ini menyelesaikan tugas. Dengan demikian H 2 diterima, dengan kata lain makin tinggi pada penelitian ini ditolak.
konflik peran yang terjadi maka akan Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
menurunkan kinerja auditor, begitu pula teori yang dikemukakan oleh Mahmudi
sebaliknya.
(2007), yang menyatakan bahwa faktor yang Hasil penelitian menyatakan konflik dapat mempengaruhi kinerja salah satunya
peran berpengaruh negatif terhadap kinerja adalah gaya kepemimpinan, namun pada
auditor, dengan kata lain auditor internal penelitian ini gaya kepemimpinan tidak
sering mengalami rasa tidak nyaman dalam berpengaruh signifikan terhadap kinerja
menjalankan tugas yang disebabkan oleh auditor pada Inspektorat se-pulau Lombok.
kompleksitas tugas, dua tuntutan pekerjaan Baik tidaknya gaya kepemimpinan yang
yang saling berlawanan yang secara potensi- diterapkan di Inspektorat se-pulau Lombok
al menurunkan motivasi kerja sehingga tidak akan memberikan pengaruh yang