Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Eksperimen Berbantuan Media Benda Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Mangunsari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pe

  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kajian Teori 2. 1.1 Pengertian Metode Pembelajaran

  Pendidikan diera globalisasi memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut bisa tercapai bila peserta didik dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Salah satu faktor yang ada di luar peserta didik adalah guru profesional yang mampu mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.

  Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos . kata “meta” dan

  “hodos”. Meta berarti melalui, sedang hodos berarti jalan. Sehingga, metode berarti jalan yang harus dilalui atau cara untuk melakukan sesuatu atau prosedur (Nasution, 1995:2). Menurut para ahli pendidikan, misalnya Kusumah (2009), mengartikan metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan Winkel, menyebut metode dengan istilah prosedur didaktik.

  Pembelajaran menurut Usman (2000:4), merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa, atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif, untuk mencapai tujuan tertentu. Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran, yang satu sama lain saling berhubugan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Menurut Sudjana (2005:30), yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode, alat, serta Karena suatu metode akan mendatangkan hasil, baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang relatif lama.

  Berdasarkan pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.2 Pengertian Metode Pembelajaran Eksperimen

  Menurut Roestiyah (2001:80), metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

  Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Sementara itu, menurut pendapat Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif dalam menolong siswa-siswi mencari jawaban atas pertanyaan, karena siswa mengalami atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis membuktikan dan menarik

  2.1.3 Tujuan Metode Pembelajaran Eksperimen

  2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Eksperimen

  Dengan metode ini, akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan- terobosan baru, dengan penemuan yang didapatinya dari hasil percobaan, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. Sedangkan kelemahan metode eksperimen yaitu: a.

  c.

  Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuan.

  b.

  Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya akan kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaanya sendiri dari pada hanya menerima kata dari guru atau buku.

  Menurut Hamid (2011:212) terdapat kelebihan dan kelemahan dari metode eksperimen yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar. Kelebihan metode eksperimen yaitu: a.

  Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

  Menurut Mujiono dan Dimyati (1991:77) pemakaian metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk: a.

  d.

  Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan.

  c.

  Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil eksperimen, melalui eksperimen yang sama.

  b.

  Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen.

  Tidak cukupnya alat-alat atau sarana untuk bereksperimen, sehingga tidak setiap siswa berkesempatan untuk mengadakan eksperimen. c.

  Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

2.1.5 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Eksperimen

  Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : a.

  Percobaan awal Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.

  b.

  Pengamatan Merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

  c.

  Hipotesis awal Siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya.

  d.

  Verifikasi Kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

  e.

  Aplikasi konsep Setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.

  f.

  Evaluasi Merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep.

  Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa

2.1.6 Pengertian Media Benda Konkret

  Penerapan pembelajaran pada penelitian ini adalah metode eksperimen berbantuan media benda konkret. Sehingga dalam pembelajaran ini dibutuhkan media sebagai perantara untuk menjelaskan suatu materi. Terkait dengan pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan.

  Menurut Ibrahim dan Syahodih (1992:3) mengatakan bahwa: “media benda konkret termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan”. Sedangkan Sumantri dan Permana (1999:202) menyatakan bahwa “media benda konkret merupakan benda yang sebenarnya membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar siswa”.

  Media benda konkret memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut antara lain dapat membantu guru dalam menjelaskan suatu materi kepada peserta didik, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi yang nyata, dan dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indera (Rusyan, 1993:199).

  Selain memiliki kelebihan, media benda konkret juga memiliki kelemahan. Kelemahan media benda konkret diantaranya, yaitu membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah yang terkadang memiliki resiko dalam bentuk kecelakaan atau sejenisnya, biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata tidak sedikit dan memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya, dan tidak selalu memberikan gambaran obyek yang seharusnya (Ibrahim dan Syahodih, 1993:82). Kelemahan-kelemahan yang diuraikan tersebut hendaknya dapat diatasi dengan cara menggunakan media benda asli yang ada di sekitar lokasi sekolah yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan dapat dijadikan

  Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa penggunaan media benda konkret dapat membantu untuk memperjelas materi pembelajaran yang disampaikan, merangsang peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang sama, dan dapat menarik minat peserta didik untuk belajar. Sehingga dengan penggunaan media tersebut peserta didik menjadi lebih giat belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama tentang konsep yang dipelajari.

2.1.7 Pengertian Belajar

  Banyak definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah Skinner (dalam Barlow, 1985), mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Adapun Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubhan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya). Sementara itu Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu (2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Dari pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Jika dikaitkan dengan belajar di sekolah dasar maka belajar merupakan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan yang ada di sekitar sekolah ataupun dengan lingkungan keluarga. Disini peran keluarga merupakan peran penting dalam menentukan hasil belajar siswa karena setelah siswa selesai belajar di sekolah, keluarga berperan dalam mengawasi anaknya jika pengawasan ini dapat dilakukan secara maksimal maka

2.1.8 Pengertian Hasil Belajar

  Hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Sadiman (2009), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Bloom dan kawan-kawan tergolong pelopor yang mengkategorikan jenis perilaku hasil belajar. Penggolongan terdiri dari tiga ranah, yaitu: (1) ranah kognitif (Bloom dkk) yang mencakup enam jenis atai tindakan perilaku, (2) ranah afektif (Krathwohl, Bloom dkk) yang mencakup lima jenis perilaku, dan (3) ranah psikomotorik (Simpson) yang terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan psikomotorik.

  Ranah kognitif menurut Bloom dalam Samino dan Marsudi (2012:49) adalah segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevalusi. Berikut ini enam jenis perilaku dalam ranah kognitif menurut Bloom: a.

  Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

  b.

  Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

  c.

  Aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

  d.

  Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

  e.

  Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

  f.

  Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

  Menurut Sudjana (2005:29) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, a.

  Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memeperhatikan hal tersebut.

  Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri Dallam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

  g.

  Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan pernyataan khusus yang berlaku.

  f.

  Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.

  e.

  Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan- gerakan tanpa contoh.

  d.

  Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.

  c.

  b.

  b.

  Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendiskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

  Ranah psikomotor menurut Putra (2013: 287) adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku dalam Samino dan Marsudi (2012:52), sebagai berikut: a.

  Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

  e.

  Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

  d.

  Penilaian, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap.

  c.

  Partisipasi, yang mencakuo kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

  Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

  Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a.

  Arizal, 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya Dan Sifat-sifatnya melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Grabagan Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa, terlihat pada perbandingan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dimana siswa mengalami peningkatan hasil belajar dari kondisi awal/ pra siklus rata-rata nilai sebanyak 60.53 dan 12 siswa yang tuntas belajar dengan persentase 40% setelah siklus I dilakukan rata-rata nilai menjadi 68.13 dan 18 siswa tuntas belajar dengan persentase 60%, sedangkan setelah dilakukan siklus II rata-rata nilai menjadi 82.83 dan 28 siswa tuntas belajar dengan persentase 93.3%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan metode eksperimen dan alat peraga sifat-sifat cahaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD SD Negeri 3 Grabagan Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan.

  b.

  Atmaja, 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas V SD Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester II Tahun Ajaran 2011/ 2012.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pra siklus menunjukkan dari 30 siswa diketahui terdapat 13 siswa yang mencapai KKM 60 dengan persentase 43% dan 17 siswa belum tuntas dalam belajarnya dengan persentase 57% dan nilai rata-rata 58. Dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui siklus I menunjukkan dari 30 siswa diketahui terdapat 21 siswa yang mencapai KKM 60 dengan persentase 70% dan 9 siswa belum tuntas dalam

  60 dengan persentase 93% dan 2 siswa belum tuntas dalam belajarnya dengan persentase 7% dan nilai rata-rata 84. Dari data tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa melalui metode eksperimen penguasaan siswa pada mata

  pelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya di Kelas V SD Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester II Tahun Ajaran 2011/ 2012 dapat ditingkatkan.

  c.

  Wirastho, 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Sifat- sifat Cahaya Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun Pelajaran 2011/ 2012. Pada pra siklus siswa yang belum tuntas mencapai sebanyak 11 siswa dengan persentase 57,89 % dan siswa yang tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase 42,11 %. Pada pelaksanaan siklus I siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 36,84 % dan siswa yang sudah tuntas sebanyak 12 siswa dengan persentase 63,16 %. Pada pelaksanaan siklus II jumlah siswa yang sudah tuntas sebanyak 19 siswa dengan persentase 100 %.

2.3 Kerangka Pikir

  Kerangka pikir merupakan metode konseptual bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Faktor tersebut digunakan terhadap hasil belajar anak karena metode pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen berbantuan alat peraga sifat-sifat cahaya. Berikut bagan kerangka pikir penerapan metode eksperimen berbantuan media benda konkret untuk meningkatkan hasil belajar

  Lebih Dapat Dapat menciptakan hal percaya mengembangkan baru, dengan akan sikap untuk penemuan dari hasil kebenaran

mengadakan studi percobaan kebenaran

eksplorasi

METODE EKSPERIMEN HASIL BELAJAR MEDIA BENDA KONKRET

  Membantu Memberikan Melatih guru dalam kesempatan pada keterampilan menjelaskan siswa untuk siswa mempelajari situasi menggunakan suatu materi

nyata alat indera

Gambar 2.1 Bagan Penerapan Metode Eksperimen Berbantuan Media Benda Konkret

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir diatas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: a.

  Penerapan metode eksperimen berbantuan media benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 1 Mangunsari semester 2 tahun 2014/ 2015.

  b.

  Penerapan metode eksperimen berbantuan media konkret dapat dilakukan dengan langkah: siswa melakukan percobaan awal, kemudian siswa melakukan pengamatan, merumuskan hipotesis awal, lalu verifikasi, aplikasi konsep, dan evaluasi yang merupakan kegiatan akhir.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Team Games Tournament Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Team Games Tournament Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Team Games Tournament Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Team Games Tournament Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Team Games Tournament Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 86

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing dengan Pendekatan Scientific pada Siswa Kela

0 0 17

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing dengan Pendekatan Scientific pada Siswa

0 0 9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing dengan Pendekatan Scientifi

0 1 13

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SD NEGERI REJOSARI 1 TAHUN AJARAN 20142015 Skripsi disusun untuk memen

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing dengan Pendekatan Scientific pada Siswa Kelas V Semester II SD Neger

0 0 121