TEORI BELAJAR DAVID AUSUBEL KELOMPOK 4

PRODI S2
PENDIDIKAN FISIKA

KELOMPOK 4
SUGENG RIYADI
MUHAMMAD JAZARI
ANISA WIDYANINGTYAS
PUJI AGUS SETIAWAN

TEORI BELAJAR
BERMAKNA
(MEANINGFUL
LEARNING)
David Ausubel

PENDAHULUAN
 David

Ausubel adalah seorang ahli
psikologi pendidikan. inilah
yang

membedakan Ausubel dari teoriawan –
teoriawan lainnya yang hanya berlatar
belakang psikologi, tetapi teori – teori
mereka diterjemahkan dari dunia
psikologi
ke
dalam
penerapan
pendidikan. Ausubel memberi penekanan
pada belajar bermakna, serta retensi dan
variabel
variabel
yang
berhubungan
dengannya.

TEORI BELAJAR DAVID
AUSUBEL
A. Belajar menurut Ausubel
1.

Belajar bermakna
2.
Belajar hafalan
3.
Subsumsi dan subsumsi obliternatif
4.
Variabel – variabel yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna
B. Menerakan teori Ausubel dalam mengajar
5.
Pengatur awal (Advance Organizer)
6.
Diferensiasi progesif
7.
Belajar superordinat
8.
Penyesuaian integratif
C. Peta konsep
9.
Apakah peta konsep itu ?
10.

Ciri – ciri peta konsep
11.
Jenis-jenis peta konsep
12.
Menyusun peta konsep
13.
Kegunaan peta konsep

TEORI AUSUBEL
 Ausubel

& Nafak : ada 2 dimensi belajar
yang merupakan kontinum ;
1. Dimensi penerimaan → >< penemuan.
2. Dimensi hafalan → >< bermakna.

 Inti

dari teori Ausubel : Belajar bermakna →
Terjadi bila siswa mampu merelevansikan

informasi baru dengan konsep yang sudah ada
pada kognitif anak.
Jika siswa hanya mencoba-coba menghapal
informasi baru tanpa menghubungkan dengan
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitifnya, maka dalam hal ini terjadi belajar
hafalan.

A. BELAJAR MENURUT AUSUBEL
SS
e
e
Si
ccs
w
a
a
rr
a
a


MENURUT AUSUBEL, BELAJAR DAPAT DIKLASIFIKASIKAN KE
DALAM DUA DIMENSI, SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH INI :
Hafalan

Bermakna

EMPAT TIPE BELAJAR MENURUT
AUSUBEL
1.

2.

3.

4.

Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang
dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan

pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan
baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran
yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi
pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada
siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia
peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi
pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada
siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia
peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan
lain yang telah ia miliki.

BELAJAR BERMAKNA
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar
bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep – konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di
mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang

sudah

dimiliki

seseorang

yang

sedang

melalui

pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa
boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur
pengetahuan mereka


BELAJAR HAFALAN
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak
terdapat konsep – konsep relevan, maka
informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila
tidak

ada

usaha

untuk

mengasimilasikan

pengetahuan baru pada konsep – konsep
relevan

yang

sudah


ada

dalam

kognitif, akan terjadi belajar hafalan.

struktur

SUBSUMSI DAN SUBSUMSI
OBLITERATIF
Dalam belajar bermakna subsumer mempunyai
peranan interaktif, memperlancar gerakan
informasi yang relevan dan menyediakan suatu
kaitan antara informasi yang baru diterima dan
pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Proses interaktif antara materi yang baru
dipelajari dengan subsumer-subsumer inilah yang
menjadi inti teori belajar asimilasi ausubel.
Menurut Ausubel, terjadi subsumsi obliteratif

( subsumsi yang telah rusak), ini tidak berarti
subsumer yang tinggal kembali pada keadaan
sebelum terjadi proses subsumsi.

SUBSUMSI DAN SUBSUMSI
OBLITERTIF
A
A

+ a1  A’ a1’ + a2  A” a1’ a2’ +  a3

    = Subsumer
A’   = Subsumer yang mengalami modifikasi
A”  = Subsumer yang lebih banyak
mengalami modifikasi
a1      = Infomasi baru yang mirip dengan
subsumer A, demikian pula a2 dan a3.
a1’,a2’,a3’ = pengetahuan baru yang telah
tersubsumsi.


MENURUT AUSUBEL DAN NOVAK, ADA TIGA
KEBAIKAN DARI BELAJAR BERMAKNA YAITU :
1.

Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat
di ingat.

2.

Informasi yang tersubsumsi mengakibatkan peningkatan
diferensiasi dari subsumer – subsumer, jadi memudahkan
proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.

3.

Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif,
meninggalkan

efek

residual

pada

subsumer,

sehingga

mempermudah belajar hal – hal yang mirip, walaupun telah
terjadi “lupa”.

VARIABEL – VARIABEL YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR BERMAKNA.
Prasyarat – prasyarat dari belajar bermakna :
1.

Materi yang dipelajari harus bermakna secara potensial.

2.

Siswa yang akan belajar harus bertujuan untuk melaksanakan
belajar bermakna, jadi anak tsb sudah mempunyai kesiapan dan
niat untuk belajar bermakna.

Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua
faktor yaitu sebagai berikut :
3.

Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis.

4.

Gagasan – gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur
kognitif siswa .

B. MENERAPKAN TEORI
AUSUBEL DALAM MENGAJAR.
Pernyataan Ausubel dalam bukunya yang berjudul “Educational
Psychology : A Cognitif View” adalah faktor yang paling penting
yang mempengaruhi belajar ialah apa yang diketahui siswa.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan
potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna.
Aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat
pendidikan dasar akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan
dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat
pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita
banyak waktu. Untuk mereka, lebih efektif kalau guru menggunakan
penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.

‘BELAJAR BERMAKNA’ SEBAGAI LAWAN
DARI ‘BELAJAR HAFALAN’ ATAU ‘MEMBEO’
 Ketika

siswa dapat menjawab bahwa 2 + 2 adalah
4 namun ia sama sekali tidak tahu arti 2 + 2 dan
tidak tahu juga mengapa hasilnya harus 4. hal ini
karena temannya tau gurunya mengatakan
demikian, maka cara belajar dengan membeo
seperti yang dilakukan siswa ini disebut dengan
belajar hafalan.
 Contoh lain dari belajar menghafal adalah siswa
yang dapat mengingat dan menyatakan rumus
luas persegipanjang adalah L = p × l, namun ia
tidak bisa menentukan luas suatu persegi panjang
karena ia tidak tahu arti lambang L, p, dan l.

BELAJAR BERMAKNA
 Siswa

dikatakan belajar bermakna jika ia
mampu mengaitkan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang sudah
dipunyainya.
 Sebagai contoh :
Menurut Anda, dari tiga bilangan berikut:
(a) 50.471.198
(b) 54.918.071
(c) 17.081.945
manakah yang lebih mudah dipelajari atau
diingat para siswa?

BELAJAR BERMAKNA ….








Seorang siswa dapat saja mengingat ketiga bilangan tersebut
dengan mengucapkan bilangan tersebut berulang-ulang
beberapa kali. Namun sebagai warga bangsa Indonesia tentunya
kita akan meyakini bahwa bilangan (c) yaitu 17.081.945
merupakan bilangan yang paling mudah dipelajari jika bilangan
tersebut dikaitkan dengan tanggal 17 – 08 – 1945 yang
merupakan hari kemerdekaan Republik Indonesia. 
Proses pembelajaran bilangan 17.081.945 (tujuh belas juta
delapan puluh satu ribu sembilan ratus empat puluh lima) akan
bermakna bagi siswa hanya jika si siswa, dengan bantuan
gurunya, dapat mengaitkannya dengan tanggal keramat 17
Agustus 1945 yang sudah ada di dalam kerangka kognitifnya. 
Bilangan (b) yaitu 54.918.071 akan lebih mudah dipelajari siswa
daripada bilangan (a) yaitu 50.471.198 karena bilangan (b)
didapat dari tanggal 17–08–1945 dalam urutan terbalik yaitu
5491–80–71. 
Sedangkan bilangan (a) merupakan bilangan yang paling sulit
untuk dipelajari karena aturan atau polanya belum diketahui.

4 PRINSIP PEMBELAJARAN
DAVID AUSUBEL
1.

Pengatur awal.
Pengatur awal mengarahkan pada siswa ke materi yang akan mereka
pelajari.

2. Diferensiasi Progresif
Guru mengajar konsep – konsep dari umum ke khusus.
3. Belajar superordinat
Terjadi bila konsep – konsep yang telah dipelajari sebelumnya sebagai
unsur – unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif.
4. Penyesuaian integratif
Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya di
susun sedemikian rupa sehingga kita menggerakkan hirearki – hirearki
konsepsual selama informasi disajikan.

C. PETA KONSEP
Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa
faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran
adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal).
Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus
dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur
kognitif siswa (ini yang disebut Teknik Konstruktivisme). 
 
Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai
yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah
diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988: 149). Berkenaan
dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam Dahar (1988: 149)
mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep
yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna
berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta
konsep.

APAKAH PETA KONSEP ITU ???
Peta konsep digunakan untuk menyatakan
hubungan bermakna antara konsep – konsep
dalam bentuk proporsi – proporsi. Proporsi –
proporsi adalah dua atau lebih konsep yang
dihubungkan oleh kata dalam satu unit
sematik.
peta konsep mirip peta jalan, namun peta
konsep menaruh perhatian pada hubungan
antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat.

1. PRINSIP PEMBUATAN PETA KONSEP
 Struktur

kognetif itu diatur secara hierarkis  dengan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inkluisif
(lebih umum) ke khusus.
 Prinsip diferensiasi progresif  suatu prinsip penyajian
materi dari materi yang sulit dipahami.
 Prinsip penyesuaian integratif  suatu prinsip
pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang
telah dipelajari sebelumnya.
Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk
mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan
suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola
logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram
hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan
sebab akibat.

2. CIRI – CIRI PETA KONSEP
1.

Peta konsep ialah suatu cara utuk memperlihatkan
konsep – konsep dan proporsi – proporsi suatu bidang
studi.

2.

Peta konsep merupakan suatu gambar 2 dimensi dari
suatu bidang studi atau suatu dari bagian bidang studi.

3.

Peta konsep merupakan cara menyatakan hubungan
antara konsep – konsep.

4.

Peta konsep berbentuk hirearki .

3. JENIS-JENIS PETA KONSEP
 pohon

jaringan (network tree)
cocok digunakan untuk memvisualisasikan informasi sebabakibat, suatu hirarki dan prosedur yang bercabang.
 rantai kejadian (events chain)
Cocok digunakan untuk mengambarkan suatu urutan kejadian,
langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap
dalam suatu proses.
 peta konsep siklus (cycle concept map)
Cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana
suatu rangkaian kejadian berinteraksi dan menghasilkan suatu
yang berulang-ulang.
 peta konsep laba-laba (spider concept map)
Cocok digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan
curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga
dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. 

4. MENYUSUN PETA KONSEP
Langkah – langkah :
1. Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran.
2. Tentukan konsep – konsep yang relevan.
3. Urutkan konsep – konsep itu dari yang paling
inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh
– contoh.
4. Susunlah konsep – konsep itu di atas kertas,
mulai dengan konsep yang paling inklusif ke
konsep yang tidak inklusif.
5. Hubungkanlah kosep itu dengan kata – kata
penghubung. Misalnya “merupakan”,
“dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.

5. KEGUNAAN PETA KONSEP
a.

Menyelidiki apa yang telah di ketahui siswa 
menunjukkan “tempat awal konseptual” yang
dimiliki siswa.

b.

Mempelajari cara belajar.

c.

Mengungkapkan konsepsi salah
(misconception).

d.

Alat evaluasi.

TERIMA KASIH

Dokumen yang terkait

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62