PERAN AUDITOR DALAM MEWUJUDKAN AKUNTABIL

Makalah

PERAN AUDITOR DALAM MEWUJUDKAN
AKUNTABILITAS DANA DESA

Oleh:
Khalilatun Nuraniyah (713.2.2.0751)

FAKULTAS EKONOMI (AKUNTANSI)
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
2015

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Peran Auditor dalam Mewujudkan Akuntabilitas Dana Desa”. Makalah
ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah auditing. Harapan kami sebagai
penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada seluruh pemangku
kepentingan selanjutnya pada umumnya. Dan dapat pula bermanfaat bagi
mahasiswa sebagai alat referensi.
Saran dan kritik yang sifatnya membangun bagi kami tetap kami harapkan

dari pihak luar, karena kami sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Sumenep, 21 Desember 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Desentralisasi menjadi hasil proses politik

dari transisi politik yang

berjalan secara simultan, (Suparmoko, 2002: 19). Secara teoritis, desentralisasi
diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: pertama: mendorong
peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan,
serta mendorong pemerataan hasil- hasil pembangunan (keadilan). Kedua:
memperbaiki

alokasi


sumberdaya

produktif

melalui

penggeseran

peran

pengambilan keputusan public ketingkat pemerintahan yang paling rendah yang
memiliki informasi yang paling lengkap, sedangkan tingkat pemeriintatahan yang
paling rendah adalah desa (Mardiasmo, 2002: 6-7).
Hal diatas menunjukkan otonomi daerah yang harus diwujudkan.
Implementasi tersebut akan menjadi kekuatan bagi pemerintah desa untuk
mengurus, mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, termasuk
dalam hal mengelola keuangan desa. Banyak pengamat berpendapat, peluncuran
program dana desa oleh pemerintah Indonesia, seperti diibaratkan dua sisi mata
uang. Program dana desa merupakan bentuk kepercayaan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah desa agar dapat merencanakan dan melaksanakan program dan
kegiatan didesanya sendiri, sesuai dengan kebutuhan desa masing- masing.
Namun, kewenangan ini juga merupakan sebuah tantangan besar bagi pemerintah
desa untuk dapat mengelola dana desa dan mempertanggung jawabkannya dengan
benar.
Kesiapan pemerintah desa baik dari kesiapan pimpinan desa maupun SDM
di pemerintah desa masih merupakan titik kritis yang dapat menghambat
tercapainnya tujuan dana desa, sebagian besar pemerinth desa dinilai masih
terkendala pada dua hal tersebut.
Dikemukakan dalam majalah Warta Pengawasan BPKP ( VOL. XXIII
Edisi HUT ke- 70 RI 2015, Hal: 4-6) tentang risiko pengelolaan dana desa yang
terdiri dari beberapa macam tingkat risiko antara lain:

Risiko keuangan desa tingkat entitas pemerintah desa, beberapa risiko
yang dapat terjadi dalam pengelolaan keuangan desa tingkat entitas pemerintahan
desa antara lain:
1. Program dan kegiatan pada RPJMDes, RKPDes, dan APBDes tidak sesuai
dengan aspirasi (kebutuhan) masyarakat desa
2. Kegagalan menyelenggarakan siklus pengelolaan keuangan desa yang
sehat.

3. Kegagalan atau keterlambatan penyusunan laporan penyelenggaraan
pemerintah desa, termasuk laporan pertanggung jawaban realisasi
pelaksanaan APBDes.
4. Pengelolaan asset desa yang tidak efisien dan efektif.
Risiko keuangan tingkat kecurangan (fraud) yang dapat terjadi dalam
pengelolaan keuangan desa antara lain:
1. Penggunaan kas desa secara tidak sah ( Theft of Cash on Hand)
2. Mark Up dan atau Kick Back pada pengadaan barang atau jasa
3. Penggunaan asset desa untuk kepentingan pribadi aparat desa secara tidak
sah ( Misuse atau Larceny)
4. Pungut liar ( Illegal gratuities) layanan desa
Berdasarkan

Undang Undang Nomor 28 Tahun 1998 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
menguraikan mengenai asas pertanggung jawaban (akuntabilitas) dalam
penyelenggaraan dan pengeloaan pemerintahan. Hal ini mengisyaratkan bahwa
untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang baik kondisi akuntabilitas
merupakan sufficient condition ( kondisi yang harus ada) untuk dipenuhi, sebagai

salah satu tonggak penting reformasi manjemen pemerintahan.
Selanjutnya, diberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Pesan dari PP tersebut memuat jelas
tentang pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk
menguatkan pilar dan mewujudkan akuntabilitas maupun transparansi.

Dalam rangka perwujudan good governance transparansi dan pertanggung
jawaban (akuntabillitas) menjadi pilar utama didalamnya. Pengelolaan keuangan
desa yang akuntabel dan transparan, menjadi sangat penting karena jumlah dana
desa yang berasal dari Negara

tidaklah kecil, sehingga potensi untuk saling

mengatur dana desa serta terjadinya tingkat risiko pengelolaan dana desa ukup
signifikan. Sehingga pemerintah desa wajib menyampaikan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan. Agar laporan keuangan pemerintah desa berguna
sebagai informasi yang sesuai dengan fungsinya dalam pertanggungjawaban,
keberadaan pihak ketiga yang independen menjadi penting, untuk mencapai
kredibilitas yang diinginkan. Pihak ketiga tersebut adalah accountan (auditor)
yang berperan untuk meningkatkan kredibilitas informasi pertanggungjawaban

dari pemerintah desa dan untuk meminimalisir tingkat risikko yang mungkin
terjadi.
Dari

beberapa

risiko-

risiko

pengelolaan

keuangan

desa

yang

dimungkinkan terjadi, serta berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 1998 yang
mengisyaratkan asas akuntabilitas ( pertanggung jawaban) pemerintah desa, dan

sejak diberlakukanya PP 24 Tahun 2005 dalam rangka mewujudkan akuntabilitas
maupun transparansi pemerintahan desa menunjukkan, pengawasan auditor
memainkan peranan yang penting dalam memonitoring implementasi pelaksanaan
dan fungsi tugas pemerintahan.
Demi pencapaian tujuan yang tercantum dalam anggaran Negara. Berbagai
penelitian dalam pengawasan menyimpulkan bahwa principal (pemberi amanah)
menginginkan jasa pengawasan dalam rangka mengurangi permasalahan. Karena
pengawasan merupakan fungsi yang tidak terpisah dari pengelolaan organisasi
maupun pemerintahan. Dengan kondisi yang semakin trubulance pengawasan
dituntut untuk memberi added value dalam proses pembentukan dan pencapaian
cita- cita bangsa. Fungsi pengawasan diantaranya adalah kegiatan pemeriksaan
(audit). Berdasarkan uraian diatas, timbul keinginan penulis untuk mengangkat
judul makalah ini dengan judul “ Peran Auditor dalam Mewujudkan
Akuntabilitas Dana Desa “ .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan

uraian diatas, permasalahan yang dapat diangkat dalam


makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan akuntabilitas
2. Apa saja pertanggung jawaban (Akuntabilitas) Pemerintah terhadap
Pengelolaan Dana Desa
3. Apa peran auditor dalam mewujudkan akuntabilitas dana desa
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan perumusan masalah sebagaimana tersebut diatas, maka
tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan
akuntabilitas

pemerintah

desa

terhadap

konsep akuntabilitas,

pengelolaan


dana

desa,

dan

menggambarkan peran yang harus diimplementasikan auditor dalam mewujudkan
akuntabilitas dana desa.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Akuntabilitas
Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan RI (2000: 12), akuntabilitas adalah kewajiban untuk
memberikan pertanggung jawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang/ pemimpin suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki
hak atau yang berwenang meminta pertanggung jawaban. Sulistiyani (2004),
menyatakan bahwa transparansi dan akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam
penyelenggaraan pemerintahan maupun organisasi. Dinyatakan juga bahwa dalam
akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala

kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih
tinggi. Dalam hal ini maka semua hal yang berkaitan dengan keuangan termasuk
Alokasi Dana Desa wajib dipertanggung jawabkan oleh pemerintah desa dalam
laporan keuangan sebagai bentuk pertanggung jawaban public.
Untuk mendukung keterbukaan dan penyampaian informasi berupa
laporan keuangan

secara jelas kepada masyarakat, Kegiatan yang dipasang

dilokasi kegiatan guna mewujudkan pelaksanaan prinsip- prinsip transparansi
dan akuntabilitas maka diperlukan

adanya kepatuhan pemerintahan desa

khususnya pengelola ADD untuk melaksanakan ADD sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
B. Akuntabilitas Pemerintah terhadap Pengelolaan Dana Desa
Desa merupakan sebuah institusi legal formal dalam pemerintahan
nasional. Hal itu tergambar dengan adanya kewenangan penuh bagi desa untuk
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Kewenangan tersebut telah diatur

oleh Negara dalam beberapa runtutan konstitusi secara hokum. Dalam UU Nomor
5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa Desa merupakan kesatuan masyarakat
hukum yang berwenang untuk mengurus kepentingan masyarakat sendiri.

Kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri terutama dalam
mengelola keuangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Hal itu
dipertegas dengan adanya keharusan untuk menyusun anggaran pendapatan dan
belanja desa yang dijelaskan dalam Peraturan Mentri Keuangan Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa. Dengan adannya kewenangan pengelolaan keuangan tersebut, maka secara
hukum pemerintah desa wajib untuk melaporkan kinerjanya kepada pemerintah
yang diatasnya sebagai informasi kepada masyarakat.
Pada dasarnya semua entitas atau kelompok yang menggunakan dana
pemerintah/ masyarakat dalam aktivitasnya, perlu untuk mempertanggung
jawabkan penggunaan dana tersebut dalam hal ini melaporkan kegiatan
ekonominya selama periode tertentu dengan tujuan utama sebagai alat evaluasi
kinerja dalam kurun waktu tersebut sejalan dengan spirit good governance yang
tengah digadang- gadangkan dalam kehidupan pemerintahan modern.
C. Peran Auditor dalam Mewujudkan Akuntabilitas Dana Desa
Zeune (1994:150) menyatakan bahwa salah satu peran penting akuntansi
dalam upaya preventif terhadap penyalahgunaan dana (korupsi) adalah dengan
melalui kredibilitas pengungkapan informasi akuntansi. Permasalahan dalam
pelaporan akan mengurangi upaya preventif dalam mencegah berlangsungnya
prektik penyalahgunaan dana. Hal ini sesuai dengan pengungkapan dari global
corruption

report

2001

yang

menyatakan

bahwa

organisasi

yang

menyalahgunakan dana akan berupaya untuk tidak transaparansi kepada public.
Salah satu komponen dalam strategi untuk menanggulangi problema tersebut
adalah dengan menciptakan system evaluasi kinerja yang dilakkukan dengan
kegiatan audit.
Di dalam pemerintahan, UU Nomor 15 tahun 2004 telah secara jelas
mengatur mengenai masalah pemeriksaan (audit). BPK adalah Badan Pemeriksa
Keuangan pemerintah termasuk juga didalamnya peran inspektorat yang berperan
dalam pengauditan dana desa sebagai auditor internal. Sebagaimana dimaksud
dalam UUD tahun 1945. BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan Negara. Pemeriksaan tersebut meliputi seluruh unsur
keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam UU nomor 17 tahun 2003 tentang
keuangan Negara. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan public
berdasarkan ketentuan UU, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan
kepada BPK dan dipublikasikan sebagai tanda pertanggung jawaban public dalam
mewujudkan akuntabilitas serta menciptakan transparansi.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus memiliki kemampuan halhal berikut ini:
1. Kemampuan Mengaudit Laporan Keuangan
Kemampuan ini mencakup hal diantaranya:
a. Menilai

aktivitas

atau

informasi

yang

disajikan

dengan

membandingkannya terhadap recognized framework atau pre-determinedcriteria.
b. Mengumpulkan bukti- bukti untuk mendukung penilaian tersebut.
c. Bedasarkan bukti- bukti yang telah berhasil dikumpulkan, auditor
kemudian menyiapkan opini audit yang disajikan dalam laporan audit.
Dengan demikian, dalam financial audit, auditor pemerintah harus mampu
memberi keyakinan bahwa laporan keuangan pemerintah desa yang disajikan
secara keseluruhan telah sesuai dengan criteria Standar Akuntansi Pemerintah
( SAP) yang berlaku.
2. Kemampuan mengaudit ketaatan
Kemampuan lainya yang harus dimiliki oleh auditor, adalah melaksanakan
audit ketaatan. Audit tersebut juga menjadi elemen penting dalam mewujudkan
akuntabilitas pemerintah desa terhadap keuangan desa yang ditujukan untuk
menguji apakah auditan telah mematuhi prosedur, aturan dan kebijakan tertentu
yang telah ditetapkan oleh pemerintah diatasnya. Untuk itu auditor dituntut untuk
memiliki kemampuan memahami berbagai peraturan baik pada pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Auditor harus memiliki kemampuan untuk
memahami manajemen public, manajemen keuangan, manajemen pelayanan
public, dan kebijakan public.

Secara institusi, dengan keadaan yang semakin menuntut auditor
pemerintah untuk mewujudkaan akuntabilitas dana desa, auditor perlu menata
kembali aktivitas yang dilakukan, dengan cara membekali dirinya dengan
kemampuan seperti yang telah disebutkan diatas, dan melalui berbagai program
Pendidikan

Profesi

Berkelanjutan. Secara legalitas auditor juga perlu

memperkuat landasan sebagai orang yang memiliki profesi akuntan.
Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan adanya empat komponen
laporan keuangan. Keempat komponen tersebut yaitu (a) Neraca, (b) Laporan
Realisasi Anggaran,(c) Laporan Arus Kas, dan (d)

Catatan atas Laporan

Keuangan. Laporan-laporan tersebut merupakan satu kesatuan yang harus
disajikan sebagai pertanggungjawaban. Informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi semua kelompok
pengguna. Laporan keuangan tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan
informasi spesifik.
Berkaitan

dengan

hal

tersebut,

auditor

(akuntan)

harus

ikut

memaksimalkan kontribusinya dalam peningkatan profesionalisme melalui
peningkatan kapabilitas dan kompetensi. Oleh karena itulah auditor pemerintah
harus berupaya keras agar kiprahnya dapat dirasakan oleh masyarakat dan
pemerintah secara kongkrit dalam mewujudkan akuntabilitas dana desa melalui
penciptaan informasi akuntansi yang kredibel.
Peranan auditor dalam setiap tahapan dalam siklus pengelolaan keuangan
desa sudah selayaknya mempunyai porsi yang seimbang sehingga proses
pengelolaan keuangan desa dapat berjalan secara dinamis, fleksibel, tetapi tetap
akurat. Untuk itu dalam setiap tahapan dalam siklus anggaran, auditor harus
berperan secara aktif untuk mendukung peran yang telah dijalankan institusi
teknis di pemerintahan. Peranan auditor dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pertanggungjawaban perlu didesain secara lugas dan sistematis sehingga nilai
tambah yang dihasilkan auditor bisa memberikan hasil yang efektif untuk
memyempurnakan hasil dari setiap siklus anggaran dana desa.

Pertama, peranan auditor pada tahap perencanaan. Dalam tahap ini
seluruh kebijakan publik yang telah disusun pemerintah perlu direview secara
independen oleh auditor untuk mendapatkan gambaran yang lebih objektif
mengenai kebijakan publik yang akan diambil oleh pemerintah. Dalam tahap
perencanaan, kegiatan auditor yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu:
(a) analisis proposal anggaran dana desa yang disampaikan oleh
pemerintah desa.
(b) review terhadap proposal kebijakan yang disusun oleh pemerintah
desa.
Kedua kegiatan auditor ini ditujukan untuk menghasilkan saran,
pandangan, ataupun alternatif kebijakan yang mungkin dapat digunakan oleh
pemerintah desa sebagai bahan untuk memperbaiki perencanaan keuangan yang
telah disusun. Dengan adanya peranan auditor dalam perencanaan ini maka
pemerintah desa dapat menghindari permasalahan yang terjadi dalam perencanaan
antara lain yaitu:
(1) kebijakan yang menguntungkan pihak tertentu (preferred policies) dan
(2) data yang bias. Peranan auditor dalam tahap ini hanya sebatas pada
review dan asistensi saja.
Oleh karena perlu diingat bahwa auditor pemerintah tidak berhak
mengajukan usulan kebijakan secara resmi kepada institusi sehingga pengambil
keputusan tetap berada di tangan pemerintah desa.
Kedua, peranan auditor pada tahap pelaksanaan. Fungsi auditor dalam
tahap ini difokuskan untuk mengawasi proses pelaksanaan kebijakan dan
anggaran desa yang telah ditetapkan oleh Pemerintah desa. Dalam proses
pelaksanaan anggaran dan dana desa, proses eksekusi kegiatan dan administrasi
keuangan desa menjadi fokus utama dalam pengawasan yang dilakukan oleh
auditor. Dalam hal ini auditor internal pemerintah yang ada di dalam setiap
Kementerian/Lembaga memiliki peranan yang cukup penting mengingat mereka

merupakan institusi pengawasan yang terintegrasi dengan Executing agency.
Kegiatan utama yang dilakukan oleh auditor dalam tahap pelaksanaan anggaran
adalah:
(1) asistensi dan konsultasi pengelolaan kegiatan baik dari administratif
maupun substantif
(2) monitoring dan evaluasi kegiatan secara integral.
Kedua macam kegiatan ini ditujukan agar pengelolaan kegiatan tetap
berjalan pada koridor perencanaan yang telah ditetapkan. Selain itu kegiatan
auditor tersebut ditujukan juga untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam
kegiatan. Dengan adanya monitoring dan evaluasi yang terintegrasi dengan
kegiatan maka Executing agency dapat segera melakukan tindakan korektif
sehingga output dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan tetap dapat dicapai.
Ketiga, peranan auditor pada tahap pertanggungjawaban. Dalam tahapan
pertanggungjawaban peranan auditor sebenarnya saat ini sudah dijalankan
sepenuhnya oleh institusi pengawasan dan pemerikasaan yang telah ada. Dalam
tahap pertanggungjawaban auditor berperan untuk melakukan post audit atas
implementasi kegiatan dan pengelolaan keuangan desa dalam satu tahun
anggaran. Kegiatan post audit yang dilakukan oleh auditor ditujukan untuk
memberikan opini atas kinerja dan laporan keuangan yang telah disusun oleh
pemerintah. Hasil dari pemeriksaaan kemudian dipublikasikan kepada masyarakat
sebagai bentuk akuntabilitas dalam menjalankan pemerintahan.
Untuk mewujudkan peranan auditor dalam setiap tahap pengelolaan
keuangan (dana) desa tersebut memanglah tidak mudah. Oleh karena itu, ke
depan, unit pengawasan dan pemeriksaan baik internal maupun eksternal harus
selalu meningkatkan kapasitas dan kemampuannya dalam mengawal siklus
pengelolaan keuangan negara. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar
auditor dapat menjalankan perannya dengan baik dalam setiap tahapan siklus
pengelolaan dana desa antara lain:
(1) auditor harus mampu melakukan perencanaan kebijakan public

(2) auditor harus mampu melakukan assesment anggaran dan kebijakan
dari perspektif financial
(3) auditor memiliki kemampuan teknis yang memadai terkait kegiatan.
Mengingat prasyarat tersebut cukup berat maka proses pengembangan
peranan auditor harus didesain secara terstruktur dan bertahap. Pada akhirnya,
fungsi auditor di setiap institusi pemerintah sebenarnya saat ini sudah dapat
dioptimalkan dengan adanya komitmen yang kuat dari pimpinan. Sementara itu di
sisi lain auditor harus memberikan kontribusi yang maksimal dalam perbaikan
pengelolaan dana desa secara keseluruhan tanpa harus mencari-cari kesalahan dari
pihak yang menjadi subjek pemeriksaan. Sudah selayaknya auditor menempatkan
diri sebagai “teman” yang dapat memberikan infomasi mengenai titik lemah
(weakness point) dalam pengelolaan dan memberikan saran perbaikan yang
efektif untuk mengatasi kelemahan tersebut. Dengan kolaborasi yang baik antara
executing agency dan auditor maka diharapkan pengelolaan dana desa akan
semakin optimal dan efisien sehingga dapat mewujudkan akuntabilitas pemerintah
terhadap dana desa.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan tuntutan yang sedemikian besarnya terhadap auditor pemerintah,
maka perlu dipersiapkan auditor yang mampu memenuhi harapan semua pihak,
terutama adalah masyarakat desa, karena alokasi dana desa semata- mata untuk
kesejahteraan desa. Kemampuan yang harus dimilliki oleh auditor mencakup
kemampuan untuk menggambarkan posisi keuangan dan kinerja keuangan
pemerintah desa, apakah telah disajikan secara wajar serta didukung dengan bukti
audit yang handal, auditor harus memberikan kontribusi yang maksimal dalam
perbaikan pengelolaan dana desa.
2. Saran
Sudah selayaknya auditor menempatkan diri sebagai “teman” yang dapat
memberikan infomasi mengenai titik lemah (weakness point) dalam pengelolaan
dan memberikan saran perbaikan yang efektif untuk mengatasi kelemahan
tersebut kepada pemerintah desa. Dengan kolaborasi yang baik antara executing
agency dan auditor maka diharapkan pengelolaan dana desa akan semakin optimal
dan efisien sehingga dapat mewujudkan akuntabilitas pemerintah terhadap
pengelolaan dana desa.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Anggito. Risiko RAPBN 2011. Kompas 14 September 2010.
Arens, Alvin A. Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley , 2005. Auditing, Assurance
Services an Integrated approach, 9th ed. ,New Jersy\ey : Prentice Hall
inc.
Bpkp. Kawal Keuangan Desa. Majalah Warta Pengawasan VOL. XXIII HUT
KE- 70 RI 2015.
Mardiasmo, 2002, Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi,
Yogyakarta.
Reiner,Mark, and Eichenberger, Schelker. Rethinking Public Auditing
Institutions:Empirical Evidence from Swiss Municipalities. Center for
Research in Economics, Management and the Arts: 2008.
Subroto, Agus. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa, Universitas Diponegoro
Semmarang: 2009.
Sulistiyani, Ambar Teguh, 2004, Kemitraan dan Model- Model Pemberdayaan,
Gava Media, Yogyakarta.
Suparmoko, 2002, Ekonomi Publik, Andi, Yogyakarta.
Zeune, Gary D, 1994, The CEO’s Complete Guide to Committing Fraude,
Colombus, Ohio, Lori Pingel and Assosiation.
www.suarakarya.id inspektorat awasi pengelolaan dana desa ( diakses pada
2015/07/29)
www.google.com