TUGAS ILMU DAN PENDIDIKAN MAKALAH

TUGAS ILMU PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Pembimbing:
Dra.Siti Chotijah,M.Pd
Disusun oleh:
1. Puji Lestari

(K8412063)

2. Singgih Bayu P.

(K8412076)

3. Umi Hani A.

(K8412080)

4. Vina Oktaviani

(K8412081)


5.
PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan kita sekarang belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan anak didik.
Pendidikan kita masih banyak digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga
pendidikan serta pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja. Dari kenyataan tersebut,
maka sudah tiba masanya sekarang pendidikan lebih melayani kebutuhan dan hakikat psikologis
anak didik. Pendidikan seharusnya mempunyai kreasi-kreasi baru dengan berorientasi kepada
sifat dan hakikat anak didik. Berdasarkan uraian diatas , pengetahuan psikologis tentang anak
didik menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pendidikan , karena pengetahuan tentang
psikologi pendidikan menjadi kebutuhan bagi para pendidik, bahkan bagi setiap orang yang
merasa dirinya seorang pendidik. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang landasan
psikologis dalam pendidikan maka pembahasan yang dilakukan sangat perlu dibincangkan.

Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi merupakan salah
satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam
melaksanaan berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk
landasan pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.
Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar
peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan
pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita bahkan perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik perlu memahami perkembangan
individu peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya maupun arah perkembangannya.
Salah satu cara untuk dapat menghilangkan atau memperkecil permasalahan adalah berpijak
pada teori-teori pendidikan. Dengan demikian dapat memperkecil dan memecahkan beragam
permasalahan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran khususnya.

1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian Pendidikan ?
2. Apakah pengertian Psikologi?
3. Apakah Pengertian Psikologi Pendidikan?
4. Bagaimanakah landasan psikologi dalam pendidikan?
5. Apa sajakah Bantuan Psikologi dalam dunia pendidikan?

6. Bagaimanakah kedudukan psikologi dalam pendidikan?
7. Bagaimanakah aplikasi psikologi dalam pendidikan?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1. Untuk Mengetahui pengertian pendidikan
2. Untuk Mengetahui pengertian psikologi
3. Untuk Mengetahui pengertian Psikologi Pendidikan
4. Untuk Mengetahui landasan Psikologi dalam Pendidikan
5. Untuk Mengetahui Bantuan Psikologi dalam dunia pendidikan
6. Untuk Mengetahui kedudukan psikologi dalam pendidikan
7. Untuk Mengetahui aplikasi Psikologi dalam pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
Pengertian Pendidikan Menurut Bahasa (etimologi) Pengertian Pendidikan Menurut
Bahasa Yunani : berasal dari kata pedagogi yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos”
artinya membimbing.Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni
mengajar anak.

Pengertian Pendidikan Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia : “pendidikan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usahakan mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;proses,cara,pembuatan mendidik”.
 Definisi Maha Luas Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah hidup (segala pengalaman belajar yg berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir).
 Definisi Sempit Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai
lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan
remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran
penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka).
 Definisi alternatif atau luas terbatas Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintahan. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah
dan di luar sekolah sepanjang hayat. Untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan
peranan dalam berbagai lingkungan hidup. Secara tepat di masa yang akan datang.
Pengertian Pendidikan Lain Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar
terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan informal di sekolah dan luar

sekolah. Yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi perkembangan

kemampuan-kemampuan individu. Agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup
secara tepat.
Pengertian Pendidikan Menurut Undang-Undang
1. Pengertian Pendidikan Menurut UU SISDIKNAS No.2 tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan,pengajaran,latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
2. Pengertian Pendidikan Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya
untuk

memiliki

kekuatan

spiritual

keagamaan,pengendalian


diri,kepribadian,kedewasaan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Pengertian Pendidikan Menurut para ahli pendidikan :
1. Heageveld
Mendidik adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan.
2. Bojonegoro
Mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam
pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaanya.
3. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
4. Rosseau
Mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak- anak, tapi
dibutuhkan pada masa dewasa.
5. Darmaningtyas
Pendidikan adalah usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup dan
kemajuan yang ledih baik.
6. Paulo Freire

Pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua
tahap. Tahap pertama adalah masa di mana manusia menjadi sadar akan pembebasan

mereka, yang melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas
tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang
membebaskan.
7. John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin
akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang
muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan
kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari
orang yang belum dewasa dan kelompok di mana dia hidup.
8. H. Horne
Pendidikan adalah proses yang terus-menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang
bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
emosional dan kemanusiaan dari manusia.
9. Frederick J. Mc Donald dan M.J. Langeveld
pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat
(behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau

perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Pendidikan merupakan
setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang
dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan
mendidik itu berlangsung.
10. Edgar Dalle
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk
masayang akan datang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilanyang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

2.2 Pengertian Psikologi
Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli,Ada banyak ahli yang mengemukakan
pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
 Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat

secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
 Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia
dalam hubungannya dengan lingkungannya.
 Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu
maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah
tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk ,
berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir,
berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
 Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulzkan bahwa pengertian psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu
maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa
tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun
yang tidak disadari.
 Dr. Singgih Dirgagunarsa:Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
 Plato dan Aristoteles:Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.


John Broadus Watson:Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah

laku tampak ( lahiriah ) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap
rangsangan dan jawaban ( respon ).

 Wilhelm Wundt:Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalamanpengalaman yang timbul dalam diri manusia seperti perasaan panca indra, pikiran,
merasa ( feeling ) dan kehendak.



Woodworth dan Marquis:Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
aktivitas individu sejak dari dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam
hubungannya dengan alam sekitar.

 Knight and Knight :Psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis tentang
pengalaman dan tingkah laku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu atau
social.
 Hilgert :Psikologi adalah mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.
 Clifford T Morgan:Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan
hewan.
 Garden Murphy:Psikologi adalah Ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh
mahluk hidup terhadap lingkungannya.

 Rene Descartes:Psikologi adalah ilmu tentang kesadaran.
 George Berkeley:Psikologi adalah ilmu tentang penginderaan (persepsi).
2.3 Pengertian psikologi Pendidikan
 Artur S. Reber seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New
York City, University of British Columbia Canada, dan juga pada University of Insbruck
Austria, dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu
pendidikan yang berkaitan denagan teori dan masalah kependidikan.
 Barlow dalam Muhibbin Syah mendefinisikan psikologi pendidikan adalah sebuah
pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber untuk
membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran
secara lebih efektif.
 Sultan Muhammad dalam Sudarwan Danim mendefinisikan psikologi pendidikan adalah
aplikasi dari temuan psikologis di bidang pendidikan. Dengan demikian psikologi
pendidikan adalah studi sistematis tentang perkembangan individu dalam lingkungan
pendidikan.
 John W. Santrock mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi
yang menghususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan. Menurutnya psikologi adalah bidang yang sangat luas, sehingga

 The American People of Encyclopedia dalam Abdul Hadis dan Nurhayati bahwa
psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang berusaha untuk mengaplikasikan
 Bimo Walgito dengan jelas menguraikan bahwa psikologi pendidikan adalah psikologi
yang khusus menguraikan aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik minat atau
perhatian peserta didik agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara
belajar, dan sebagainya.
 (Borich

&

Tombari,

1997)

Pengertian Psikologi pendidikan ialah satu disiplin yang memfokuskan kajiannya
kepada pengetahuan teoretikal dan pengetahuan empirikal mengenai pengajaran dan
pembelajaran dalam bilik darah
 (Whiterington,

1982:10)

Pengertian Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari batasan di atas
terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan
belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan
menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar.
Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan
yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan
belajar.Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang
senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini
pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang
ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi
yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan
belajar secara efektif.
 (Banks

&

Thompson,

1995)

Pengertian Psikologi pendidikan adalah Kajian tentang perlakuan atau tingkah laku
manusia dalam proses pengajaran dan pembelajaran dalam bilik darjah.
Jadi,Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia
belajar dalam tatanan pendidikan yang teratur atau intervensi untuk pembelajaran yang

efektif. Dengan kata lain, psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin ilmu yang
berupaya menggunakan konsep atau prinsip-prinsip psikologis dalam memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan.

2. 4 Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan
Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari
jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang
dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan
pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejalagejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan
usia

perkembangannya

pendidikan.Perkembangn

yang
anak

didik

bertujuan

untuk

menyangkut

memudahkan

seluruh

aspek

jiwa

proses
yang

perkembanganya tidak akan dan tejadiberhenti seumur hidup
 Psikologi Perkembangan dan Pertumbuhan
Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah – ubah. Mulai dari
pembuahan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir, belum
memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi secara terus –
menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih menyempurnakan diri, hingga bayi
tersebut mengalami perubahan fisik sampai menjadi lebih seimbang.
Perkembangan meliputi perubahan struktur maupun fungsi ( fisik maupun psikis ).
( Bjorklund & Bjorkund, 1992; Abin Syamsuddin Makmun,1996 ).Perubahan struktur
umumnya merujuk kepada perubahan fisik atau wujud jasadnya, baik ukuran maupun
bentuknya.Perubahan fungsi mengacu kepada perubahan psikis atau mental serta aktivitas
yang ditimbulkan akibat dari perubahan fisik tersebut.

1. Perubahan bersifat terpola, teratur, terorganisasi dan dapat diprediksi atau dapat
diperkirakan, bahkan juga dapat diketahui. Misal, pada usia sekitar 11 – 12 bulan anak
sudah bisa berjalan. (Bjorklund & Bjorkund, 1992; Santrock & Yussen, 1992 ).
2. Perkembangan bersifat unik. Santrock & Yussen ( 1992:7 ) menyatakan ” Each of us
develops in certain ways like all other individuals, like some other individuals, and like
no other individuals “. Yang artinya, masing – masing kita berkembang dalam cara – cara
tertentu, seperti semua individu yang lain, seperti beberapa individu yang lain, dan seperti
tidak ada individu yang lain. Selain kesamaan – kesamaan umum dalam pola – pola
perkembangan yang dialami oleh setiap individu, variasi individual dalam perkembangan
anak juga bisa terjadi karena suatu proses perubahan yang kompleks, dan melibatkan
unsur – unsur yang saling terpengaruh satu sama lain. (Bjorklund & Bjorkund, 1992;
Santrock & Yussen, 1992 ).
3. Perubahan terjadi secara bertahap dalam suatu proses yang berkelanjutan dan dalam
jangka waktu yang relatif lama.
4. Perubahan berlangsung sepanjang hayat. Perubahan ini juga tidak hanya meliputi proses
pertumbuhan, pematangan dan penyempurnaan. Tetapi juga meliputi proses penurunan
dan perusakan.
Dari beberapa penjelasan tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan
merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang hayat
dan terjadi secara teratur dan terpola. Sedangkan pertumbuhan merupakan perubahan yang
terbatas pada pola fisik yang dialami oleh individu.Perkembangan tidak hanya mencakup
evolusi, tetapi juga mencakup involusi atau penurunan dan perusakan ke arah kematian.
Sedangkan pertumbuhan terbatas pada perubahan yang bersifat evolusi atau perubahan yang
menuju ke arah yang lebih maju.
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang
dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989).
1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan
tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri pada
tahap-tahap yang lain.

2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat
kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu kelompok.
Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras,
status sosial ekonomi, dan sebagainya.
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat
saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara
individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan. Pendekatan pentahapan ada 2 macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang
bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai
faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang
bersifat khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahaptahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak
atas empat tahap yaitu :
1)

Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.

2)

Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup
manusia primitif.

3)

Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan
kemauan untuk berpetualang.

4)

Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati,
Dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.

 Hukum Perkembangan
Suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif dan menunjukkan adanya
hubungan yang ajeg(continue) serta dapat diramalkan sebelumnya antara variabelvariabel yang empirik, hal itu lazimnya disebut sebagai hokum perkembangan. Hukumhukum perkembangan tersebut antara lain :
1. Hukum Tempo Perkembangan.
Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak itu berlainan,menurut temponya masingmasing perkembangan anak yang ada. Ada yang cepat (tempo singkat) adapula yang
lambat. Suatu saat ditemukan seorang anak yang cepat sekali menguasai ketrampilan
berjalan, berbicara,tetapi pada saat yang lain ditemukan seorang anak yang berjalan dan
berbicaranya lambat dikuasai. Mereka memiliki tempo sendiri-sendiri.
2.

Hukum Irama Perkembangan.
Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan anak, akan
tetapi tentang irama atau rythme perkembangan. Jadi perkembangan anak tersebut
mengalami gelombang “pasang surut”. Mulai lahir hingga dewasa, kadangkala anak
tersebut mengalami juga kemunduran dalam suatu bidang tertentu. Misalnya , akan
mudah sekali diperhatikan jika mengamati perkembangan pada anak-anak menjelang
remaja. Ada anak yang menampakkan kegoncangan yang hebat, tetapi adapula anak yang
melewati masa tersebut dengan tenang tanpa menunjukkan gejala-gejala yang serius.

3. Hukum Konvergensi Perkembangan.
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang
dicapai anak selalu di hubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya.
Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu tidak sesuai lagi
dengan keadaan. Pandangan lama ini dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori
Schopen Hauer yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaan.
4. Hukum Kesatuan Organ.
Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ tubuh , yang merupakan satu kesatuan diantara
organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral.
Contoh : perkembangan kaki yang semakin besar dan panjang , mesti diiringi oleh
perkembangan otak, kepala, tangan dan lain-lainnya.
5.

Hukum Hierachi Perkembangan.

Bahwa perkembangan anak itu tidak mungkin akan mencapai suatu phase tertentu dengan
spontan, akan tetapi harus melalui tingkat-tingkat atau tahapan tertentu yang tersusun
sedemikian rupa sehingga perkembangan diri seorang menyerupai derajat perkembangan.
Contoh : perkembangannya pikiran anak, mesti didahului dengan perkembangan
pengenalan dan pengamatan.
6.

Hukum Masa Peka.
Masa peka ialah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan
atau fisik seseorang naka. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan
secara serempak antara satu dengan lainnya. Contoh : masa peka untuk berjalan bagi
seorang anak itu pada awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar tahun pertama.
Istilah peka pertama kali ditampilkan oleh seorang ahli biologi dari Belanda bernama
Hugo de Vries (1848-1935), kemudian istilah tersebut dibawa kedalam dunia pendidikan,
khussusnya psikologi oleh Maria Montessori (Italia 1870-1952).

7. Hukum Mengembangkan Diri.
Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul
dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan mempertahankan diri terwujud
misalnya dorongan makan dan menjaga keselamatan diri sendiri. Contoh : * Anak
menyatakan perasaan lapar, haus , sakit dalam bentuk menangis maka tangisan itu
dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.* Seorang anak yang ingin menjadi
juara, pandai dan sukses.
8. Hukum Rekapitulasi.
Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan
manusia di dunia dari masa berburu hingga masa industri. Teori ini berlangsung dengan
lambat secara berabad-abad. Jika pengertian rekapitulasi ini ditransfer ke psikologi
perkembangan, dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa anak mengalami ulangan
ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia.
 Anak Sebagai Suatu Totalitas
Sebagai subjek studi psikologi perkembangan, konsep anak sebagai totalitas
mempunyai arti bahwa terdapat keterkaitan antara aspek fisik dan psikis yang terdapat
dalam dirinya dan secara terintegrasi saling terjalin dan memberi dukungan fungsional

satu sama lain. Sebagai contoh, anak yang sedang sakit bisa tidak berselera makan; anak
yang sedang ketakutan bisa kesulitan untuk tidur; anak yang sedang semangat dan aktif
melakukan sesuatu akan menjadi aktif pula mentalnya. Segala aktivitas yang melibatkan
fisik anak selalu mempengaruhi psikis anak, begitu juga sebaliknya.
Perbedaan antara anak dan orang dewasa tidaklah terbatas pada fisiknya,
melainkan secara keseluruhan. Sebagai contoh, pertumbuhan anak lebih pesat
dibandingkan orang dewasa. Anak cenderung lebih bersifat egosentrik ( sifat yang
berpusat / berstandar pada diri sendiri ), sedangkan orang dewasa lebih bersikap sosial
dan empatik ( menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain ). Daya pikir anak juga masih terbatas pada hal – hal yang
konkrit, sedangkan orang dewasa sudah mampu berfikir secara abstrak dan universal.
 Perkembangan Sebagai Proses Holistik Seluruh Aspek Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu proses yang melibatkan keseluruhan aspek yang
saling keterkaitan satu dengan yang lain.
Proses perkembangan individu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu proses biologis, kognitif
dan psikososial.
1. Proses biologis, mencakup perubahan – perubahan fisik individu yang bersifat alami,
bukan karena kecelakaan, sakit atau peristiwa – peristiwa lainnya. Misal, pertumbuhan
otak, sistem syaraf, hormone, keterampilan motorik, perkembangan seksual, perubahan
penglihatan dan lain sebagainya.
2. Proses kognitif, melibatkan perubahan – perubahan kemampuan berfikir, berbahasa dan
cara memperoleh pengetahuan dari lingkungan. Perkembangan kognitif dan pengalaman
belajar sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. Perkembangan kognitif anak akan
menfasilitasi dan membatasi kemampuan belajar anak, begitu juga sebaliknya.
3. Proses psikososial, melibatkan perubahan – perubahan dalam aspek perasaan, emosi dan
kepribadian individu, perkembangan identitas diri, pola hubungan dengan anggota
keluarga, teman, guru dan yang lainnya.

Proses pertumbuhan biologis, kognitif dan psikososial saling berkaitan antara
yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, anak yang mengalami gangguan pada
otaknya, akan mengalami keterlambatan dalam berfikir, yang kemudian bisa
mempengaruhi perkembangan psikososialnya..
 Kematangan dan Pengalaman dalam Perkembangan Anak
Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya
pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa
akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.
Kematangan merupakan fase perubahan yang dialami oleh individu karena
pengaruh genetic dan berlangsung secara bertahab.Pengalaman merupakan peristiwa –
peristiwa yang dialami oleh individu dalam kehidupannya sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya.Para ahli berpendapat bahwa perkembangan anak dipengaruhi
oleh genetik atau warisan biologis.Para ahli lain mengatakan bahwa pengalaman
lingkunganlah yang paling berperan dalam perkembangan anak.Ada pula ahli yang
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah faktor genetik
dan faktor lingkungan pergaulan.Sebagai contoh, kecerdasan seseorang bisa merupakan
warisan yang diturunkan dari orang tuanya, bisa pula karena diperoleh dari lingkungan
tempat ia tumbuh dan berkembang.
 Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Perkembangan
Banyak para ahli yang memperdebatkan masalah perkembangan merupakan
kontinuitas atau diskontinuitas.Para ahli yang berpandangan pada unsur kematangan,
menganggap bahwa perkembangan itu diskontinuitas atau tidak berkesinambungan. .
Proses perkembangan individu terjadi dalam tahap – tahap yang berbeda, perubahan –
perubahannya relatife tiba – tiba dan terjadi perubahan atau peralihan secara tajam dari
tahap yang satu ke tahap perkembangan selanjutnya.Para ahli yang mendukung
pandangan diskontinuitas beranggapan bahwa perkembangan dipengaruhi oleh faktor –
faktor internal biologis.Sedangkan para ahli yang menekankan pada pengalaman
( lingkugan ) berpendapat bahwa perkembangan itu terjadi secara berkesinambungan

( kontinuitas ) dari masa konsepsi dampai akhir hayat.Dalam proses perkembangan yang
kontinuitas, terjadi perbaikan, penambahan dan atau penurunan sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungan.Emde dan Harmon ( Vasta, Haith & Miller, 1992 )
mengatakan bahwa persoalan kontinuitas dan diskontinuitas melibatkan dua komponen.
1. Pola – Pola Perkembangan
Para ahli kontinuitas beranggapan bahwa perkembangan itu terjadi secara halus
dan stabil melalui penambahan dan atau peningkatan yang bertahap dalam hal abilitas
( kemampuan, kepandaian, kecakapan ), keterampilan dan atau pengetahuan baru pada
suatu langkah yang relatif sama. Sedangkan ahli diskontinuitas beranggapan bahwa
perkembangan terjadi pada periode – periode kecepatan yang berbeda, antara yang sedikit
perubahannya dengan yang tajam dan cepat perubahannya.
2. Keterkaitan Perkembangan
Para ahli kontinuitas berpendapat bahwa perkembangan – perkembangan yang
terjadi saling berkaitan. Perilaku – perilaku awal akan berpengaruh dan membentuk
perilaku – perilaku selanjutnya.Sebaliknya, para ahli diskontinuitas berpendapat bahwa
perkembangan yang terjadi muncul secara independent ( berdiri sendiri ) dari yang
sebelumnya dan tidak dapat diprediksi dari perilaku – perilaku sebelumnya.
 Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau
kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikannya kepada orang lain.Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan
sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2).
Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku.
Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.

Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan
tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada
hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku
manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar
ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.
1. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal
perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai dalam
pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku nyata,
seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit yang
membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan ide
(Pidarta, 2007:218).
 Proses

dan

fase

1.

belajar

terdiri

dari:

Fase

motivasi.

2.

Fase

konsentrasi.

3.

Fase

mengolah.

4.
5.

Fase

dimasukan

Fase

6.

mengenali
Fase

7.

Fase

dalam
dlam

ingatan.
ingatan.

generalisasi.
memberikan

perstasi.

8. Fase umpan balik
 Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari
psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan

ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu
(dikutip Pidarta, 2007:219).
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.
1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu
sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang
kepribadiannya.
2. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
3. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi
pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama
tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik
akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga merupakan
aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk bersosialisasi
dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya kewajiban untuk menggali
motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan
motivasi belajar adalah.
1. Minat dan kebutuhan individu.
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
3. Harapan sukses.
 Kesiapan Belajar dan Aspek-aspek Individu
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan
keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Pelengkap peserta didik atau warga belajar
sebagai subjek garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu:

1. Watak, ialah sifat yang dibawa sejak lahir yang hampir tidak dapat diubah. Misalnya
watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara, dan sebagainya.
2. Kemampuan umum (IQ), ialah kecerdasan yang bersifat umum. Kemampuan ini dapat
dijadikan ramalan tentang keberhasilan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan atau
tingkat pendidikan yang dijalani.
3. Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejak lahir.
Kemampuan ini pada umumnya memberi arah kepada cita-cita seseorang terutama bila
bakatnya terlayani dalam pendidikan.
4. Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya motivasi,
kuatnya kemauan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaannya terhadap orang lain,
kesopanannya, toleransinya dan sebagainya.
5. Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutamam lingkungan keluarga.
Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa bayi dan kanakkanak.
a. Bantuan Psikologi dalam Pendidikan
 Pebedaan Individu
Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam faktor yang lain dengan
satunya memiliki andil dalam pendidikan. Salah satu tugas yang diemban oleh para
pendidik adalah memahami akan berbagai faktor pendukung pendidikan tersebut.
Diantara berbagai faktor tersebut adalah bagaimana para pendidik bisa memahami akan
situasi dan kondisi, baik lingkungan maupun peserta didik itu sendiri.
Peserta didik sebagai obyek dari pendidikan sangat urgen untuk diperhatikan dari
berbagai faktor. Faktor tersebut yang harus diperhatikan adalah tahap perkembangan dari
peserta didik tersebut. Diantara perkembangan perserta didik tersebut adalah bagaimana
dari individu dan karakteriststiknya
Dari paparan singkat diatas, maka kami akan mencoba menyajikan dalam tulisan
ini apakah itu sebenarnya individu, karakteristik dan permasalahannya. Sebab dalam

dunia pendidikan kita perlu untuk mengetahui segala perkembangan peserta didik
termasuk dari individu-individu dan karakteristik peserta didik tersebut.
A. Pengertian Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan
tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang
mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai
apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai
mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk yang berbuat atau homo faber, mahluk yang
dapat dididik atau homo educandum dan seterusnya.
Dalam kamus echols & shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang
berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu
lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya
dan akan membawaperubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikapsikapnya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. .
Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum
peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal lingkungannya,
membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya.
Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan non fisik atau psikologis yang
dibutuhkannya.
B. Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik
yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik
keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial
psikologis. Kepribadian, prilaku apa yang diperkuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seseorang

(individu) merupakan ha sil diri perpduan antara factor biologis sebagaimana unsure bawaan dan
pengaruh lingkungan.
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristikkarakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah
dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka
secara berkesinambungan dipengaruhi oelh bermacam-macam faktor lingkungan yang
merangsang.
C. Perbedaan Individu
Dalam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu:
i.

semua diri manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan didalam pola perkembangannya,

ii.

di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia – secara
biologis dan sosial – tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaanperbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan
kualitatif.
Makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut lindgren (1980) menyangkut variasi

yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni:
a) Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau
penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti
pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik
untuk menjadi miliknya.

b) Perbedaan Kecakapan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan.
Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan
kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan
kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat dipengaruhi oleh
faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).
c) Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk
melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan
kegiatan.
d) Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau
menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
e) Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan
berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat
sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan
untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
f) Perbedaan Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting
artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada
pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.

 Perbedaan Individual dalam Intelegensi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang
berbeda. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga mengakibatkan
adanya perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lainnya yaitu :
1) Pengaruh Faktor Bawaan / Keturunan
Seberapa besar korelasi antara IQ orangtua dan IQ anak? Konsep heritabilitas berusaha
memilah pengaruh keturunan dan lingkungan dalam suatu populasi. Heritabilitas (heritability)
adalah bagian dari variansi dalam suatu populasi yang dikaitkan dengan faktor genetik. Indeks
heritabilitas dihitung dengan menggunakan teknik statistik korelasi. Jadi, indeks heritabilitas
tertinggi adalah 1,00, sehingga korelasi 0,70 keatas menunjukkan adanya pengaruh genetika
yang kuat. Sebuah komite, yang terdiri dari peneliti-peneliti yang dihimpun American
Psychological Association, menyimpulkan bahwa pada tahap remaja akhir, indeks heritabilitas
kecerdasan kira-kira 0,75 mengindikasikan adanya pengaruh genetik yang kuat.
Menariknya, para peneliti menemukan bahwa indeks heritabilitas kecerdasan meningkat dari
0,45 pada bayi hingga 0.80 pada masa dewasa. Mengapa pengaruh heritabilitas terhadap
kecerdasan meningkat seiring pertambahan usia? Mungkin, ketika kita bertambah dewasa,
pengaruh lingkungan dan oranglain atas diri kita semakin berkurang, dan kita lebih mampu
memilih lingkungan yang sesuai dengan keunggulan genetik kita. Contohnya, anak-anak atau
remaja kadang didorong orangtua mereka untuk memasuki lingkungan yang tidak sesuai dengan
warisan genetik mereka (anak ingin menjadi pemusik tetapi di dorong menjadi dokter, misalnya).
Ketika dewasa, individu-individu ini memiliki lebih banyak keleluasaan memilih lingkungan
karier mereka sendiri.
Arthur Jensen (1969) berpendapat bahwa kecerdasan pada umumnya diwariskan dan bahwa
lingkungan hanya berperan minimal dalam mempengaruhi kecerdasan. Jensen meninjau riset
tentang kecerdasan, yang kebanyakan melibatkan perbandingan-perbandingan skor tes IQ pada
anak kembar identik dan kembar tidak identik. Anak kembar identik memiliki susunan gen yang
serupa, jadi jika kecerdasan diturunkan secara genetik, skor IQ dari anak kembar identik haruslah
lebih serupa satu sama lain dibandingkan skor IQ dari anak kembar tidak identik.
Studi-studi yang dipelajari Jansen menunjukkan korelasi rata-rata skor tes kecerdasan anakanak kembar identik sebesar 0,82. Uji korelasi skor tes IQ anak-anak kembar tidak identik
menghasilkan korelasi rata-rata 0,50. Jensen juga membandingkan korelasi skor-skor IQ untuk

anak-anak kembar identik yang dibesarkan bersama-sama dan yang dibesarkan terpisah. Nilai
korelasi untuk anak kembar identik yang dibesarkan bersama-sama adalah 0.89 dan yang
dibesarkan terpisah 0,78. Jensen berpendapat bahwa jika faktor-faktor lingkungan lebih penting
daripada faktor genetik, maka perbedaannya akan lebih besar.
Tingkat pendidikan orangtua kandung juga menjadi tolak ukur dalam memprediksi skor-skor
IQ sang anak ketimbang IQ orangtua angkatnya. Akan tetapi, studi-studi adopsi juga
mendokumentaskan pengaruh lingkungan. Perpindahan anak dari keluarga lama ke keluarga
baru, yang mengakomodasi lingkungan yang lebih baik, meningkatkan IQ anak sekitar 12 poin.
Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi tinggi (± 0,50). Di antara
kembar identik korelasi sangat tinggi (± 0,90), sedangkan di antara individu-individu yang tidak
bersanak saudara korelasinya rendah sekali (± 0,20). Bukti lain dari adanya pengaruh bawaan
adalah hasil-hasil penelitian terhadap anak-anak yang diadopsi. IQ mereka ternyata masih
biokorelasi tinggi dengan ayah/ibu yang sesungguhnya bergerak antara (±0,40 sampai ±0,50).
Sedang korelasi dengan orangtua angkatnya sangat rendah (± 0,10 sampai ± 0,20). Selanjutnya,
studi terhadap kembar yang diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahwa IQ mereka tetap
berkorelasi sangat tinggi walaupun mereka tidak pernah saling kenal. Ini menunjukkan bahwa
walau lingkungan berpengaruh terhadap taraf kecerdasan seseorang, tetapi banyak hal dalam
kecerdasan itu yang tetap tak berpengaruh.
2) Pengaruh Faktor Lingkungan
Sementara faktor keturunan genetika memberi kontribusi pada IQ, kebanyakan peneliti
sepakat bahwa untuk kebanyakan orang, memodifikasi dalam lingkungan dapat mengubah skor
IQ seseorang. Memperkaya lingkungan dapat meningkatkan prestasi di sekolah dan keterampilan
yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan. Walaupun faktor keturunan genetika mungkin
selalu mempengaruhi kemampuan intelektual, faktor-faktor lingkungan dan kesempatan juga
dapat menimbulkan perbedaan.
Studi-studi telah menemukan korelasi-korelasi signifikan antara status sosiekonomi dan
kecerdasan. Cara orangtua berkomunikasi dengan anak, dukungan yang diberikan orangtua,
lingkungan dimana keluarga tinggal, dan kualitas sekolah memberikan kontribusi terhadap
korelasi-korelasi ini. Pengaruh lingkungan juga ditemukan pada penelitian tentang anak adopsi.
Contohnya, menurut salah satu penelitan, anak yang pindah ke dalam keluarga dengan

lingkungan yang lebih baik dibandingkan keluarga sebelumnya mengalami peningkatan IQ
hingga 12 poin. Dalam penelitian lain, para peneliti pergi ke rumah-rumah dan mengamati
bagaimana orangtua dari keluarga berada dan keluarga dengan penghasilan menengah berbicara
dan berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Mereka menemukan bahwa keluarga yang
berpenghasilan sedang lebih cenderung untuk berbicara dan berkomunikasi dengan anak-anak
mereka dibandingkan dengan orangtua yang berada. Seberapa sering orangtua berbicara dan
berkomunikasi dengan anak pada 3 tahun pertama perkembangan seorang anak ditemukan
berkorelasi dengan skor IQ anak dengan tes Stanford-Binet pada usia 3 tahun. Semakin sering
orangtua berkomunikasi dan berbicara dengan anak mereka, semakin tinggi IQ anak-anak
tersebut.
Sekolah juga mempengaruhi kecerdasan. Pengaruh terbesar telah ditemukan pada anak-anak
yang tidak mendapatkan pendidikan formal dalam jangka waktu lama. Anak-anak ini mengalami
penurunan kecerdasan. Sebuah studi terhadap anak-anak di Afrika Selatan mengalami penundaan
bersekolah selama 4 tahun (karena tidak ada guru) menemukan adanya penurunan IQ sebesar 5
poin pada setiap tahun penundaan.
Walau ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, tetapi ternyata lingkungan
sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidaklah dapat
terlepas dari otak. Dengan kata lain perkembangan organik otak akan sangat mempengaruhi
tingkat intelegensi seseorang. Di pihak lain, perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi
yang dikonsumsi. Oleh karena itu, ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan
intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh
lingkungan yang amat penting. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif
emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa inteligensi bisa berkurang karena tidak adanya bentuk rangsangan tertentu
dalam awal-awal kehidupan individu. Skeels dan Skodak menemukan dalam studi longitudinal
mereka bahwa anak-anak yang dididik dalam lingkungan yang kaku, kurang perhatian, dan
kurang dorongan lalu dipindahkan ke dalam lingkungan yang hangat, penuh perhatian, rasa
percaya, dan memberikan dorongan, menunjukkan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes
kecerdasan. Selain itu, individu-individu yang hidup bersama dalam keluarga mempunyai
korelasi kecerdasan yang lebih besar dibanding mereka yang dirawat secara terpisah. Zajonc
dalam berbagai penelitian menemukan bahwa anak pertama biasanya memiliki taraf kecerdasan

yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Olehnya ini dijelaskan karena anak pertama untuk jangka
waktu yang cukup lama hanya dikelilingi oleh orang-orang dewasa, suatu lingkungan yang
memberinya keuntungan intelektual.
Car menghitung IQ :Ma\Ca*100
Ma : Mental Age (hasil tes)
Ca : Corologi Age (umur)
Indeks kecerdasan dapat diklasifikasikan sbb:
140-keatas termasuk klasisifikasi genius
130-139 termasuk klasisifikasi sangat pandai
120-129 termasuk klasisifikasi pandai
110-119 termasuk klasisifikasi diatas normal
90-109 termasuk klasisifikasi normal
80-89 termasuk klasisifikasi dibawah normal
70-79 termasuk klasisifikasi bodoh
50-59 termasuk klasisifikasi feeble mendet
49-kebawah termasuk klasisifikasi imbicil, idiot
Dari anak yang memiliki IQ 50-69 dan 49 kebawah dapat digolongkan sebagai berikut
dalam kaitannya dengan pendidikan
1. Educable and trainable ini adalah untuk anak yang tergolongkan moron bias dilatih
dan bias di didik dalam taraf yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang
normal. Dan biasanya anak yang tergolong moron ini akan mengalami kelambatan
dalam mengikuti pelajaran disekolah umum dan pada umumnyan mereka hanya
mampu menamatkan pelajran sampai SD.
2. Trainable but uneducable( dapat dilatih tetapi tidak bias di didik)
Dalam hal ini termasuk anak yang mempunyai IQ 49 kebawahyang termasukimbicile.
Mereka hanya mampu dilati