IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA DIKLAT
AKUNTANSI DALAM MENYIAPKAN LULUSAN KEJURUAN AKUNTANSI
MENUJU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Dwi Herlindawati
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
dwi.herlindawati@yahoo.com

ABSTRAK
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program keahlian Akuntansi sebagai pencetak peserta didik
yang menghasilakan calon teknisi akuntansi junior diharapkan dapat menyiapkan lulusan
berkarakter, handal, dan profesional menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga ketika
mereka bekerja dalam bidangnya tidak terjerat tindak korupsi dan bentuk kecurangan lainnya.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah: (1) Untuk mengetahui pendidikan karakter kerja seperti apa
yang perlu ditanamkan pada peserta didik kejuruan akuntansi, (2) Untuk mengetahui bagaimanakah
implementasi pendidikan karakter pada mata diklat akuntansi dalam upaya menyiapkan tenaga kerja
lulusan kejuruan akuntansi. Makalah ini menggunakan pendekatan diskriptif melalui kajian
kepustakaan. Kesimpulannya, karakter jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, rasional,
objektifitas, dan relevan yang harus dimiliki oleh seorang Akuntan, sehingga dapat menepis isu moral
(misal; korupsi, cuci uang, dan penggelapan) yang seringkali melekat pada seorang Akuntan.
Pengimplementasian pendidikan karakter pada mata diklat akuntansi telah dapat dilakukan namun

perlu dilakukan pemantapan karakter dalam pendidikan kejuruan sebagai langkah strategis untuk
menghasilkan tenaga kerja kejuruan yang berkarakter dan mampu bersaing.
Kata kunci : Implementasi, Pendidikan. Karakter, Akuntansi, MEA

ABSTRACT
Accounting department in vocational school as creator of learner that produces candidate of junior
accounting technician is expected to prepare reliable, and professional character graduates towards
the ASEAN Economic Community (AEC) so that when they are working in the field they will not be
entangled corruption and other forms of cheating. The purpose of this paper is: (1) To determine what
kind of character education work that needs to be invested in accounting department learners of
vocational school, (2) To determine how the implementation of character education on accounting
subject to prepare graduates of accounting department. This paper uses a descriptive approach
through the study of literature. In conclusion, the character of honesty, trustworthiness, responsibility,
rationality, objectivity, and relevance must be possessed by an accountant so it can also dismiss the
moral issues (eg; corruption, money laundry, and embezzlement) are often attached to an accountant.
Implementation of character education in accounting subject could have been done but it needs to be
stabilization of the characters in vocational education as a strategic step to create vocational
employments who have character and are able to compete.
Keyword: Implementation, Education, Character, Accounting, AEC


I.

PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi pendidikan sekarang ini sedang marak diperbincangkan dan
diperdebatkan tentang seberapa pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk karakter
peserta didik baik dalam pendidikan formal ataupun non formal. Seperti yang kita ketahui
bersama tidak hanya pada lingkup lokal, nasional, regional bahkan pada lingkup internasional
terjadi fenomena dan fakta penyimpangan perilaku yang terjadi pada anak-anak usia sekolah
(belia). Hal tersebut seolah menjadi pengingat seberapa pentingnya perlu ditanamkan penguatan
pendidikan karakter bagi peserta didik sejak dini. Isu narkoba, korupsi, terorisme, kekerasan antar
sesama, tawuran antar sekolah, yang dilakukan oleh para siswa sekolah mengisyaratkan bahwa
mulai lunturnya nilai-nilai moral yang ada pada anak-anak terpelajar. Mereka memang
mendapatkan ilmu pengetahuan menuju tingkat intelektual yang tinggi, namun kenapa
penyimpangan-penyimpangan sikap seperti yang disebutkan diatas justru lebih marak terjadi diera Globalisasi seperti sekarang ini. Hal tersebut semakin mempertegaskan bahwa nilai-nilai etika
dan tata karma mulai hilang dan pudar sehingga hal tersebut menjadikan alasan diperlukannya
penanaman pendidikan karakter terhadap peserta didik, dalam menyiapkan generasi muda yang
berkompetensi tinggi serta memiliki sikap dan moralitas yang unggul sebagai sumberdaya aktif
penentu kejayaan dan eksistensi suatu bangsa.
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang

berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila;
keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila;
bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya
kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 20102025). Sejalan dengan penjelasan diatas secara implisit ditegaskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana pendidikan
karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu
“Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila.” Kompetensi tinggi seseorang membuat seseorang dapat
melakukan pekerjaan dan tugasnya dengan baik, namun karakter yang baiklah yang akan
menuntun tekad seseorang untuk selalu mencapai yang terbaik dan menjadi lebih baik.
Dari sisi yuridis pendidikan karakter sendiri memiliki landasan kuat, Undang-Undang No.
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari delapan tujuan yang
ingin dikembangkan, lima diantaranya lebih mengarah pada pendidikan karakter. Begitu pula bila
kita cermati bersama pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Sekolah Dasar dan sederajat dari 17 kompetensi yang ingin
dicapai, 11 diantaranya lebih mengarah pada karakter. Untuk jenjang Sekolah Menengah Atas dan

sederajat dari 22 kompetensi yang ingin dicapai, 12 diantaranya juga lebih mengarah pada
karakter.
Menteri Pendidikan Nasional dalam sambutannya pada peringatan Hari Pendidikan
Nasional Tanggal 2 Mei 2010 menekankan bahwa pembangunan karakter & pendidikan karakter
merupakan suatu keharusan, karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi
cerdas juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota
masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun masyarakat pada umumnya. Dengan
karakter yang kuat dan unggul dapat membawa suatu bangsa mempunyai kemandirian dan dan
berdaya saing tinggi dengan negara-negara maju lainnya. Dimana persiapan yang sedang
dilakukan penerintah sekarang ini terkait dengan daya saing negara-negara maju adalah akan
segera diperbelakukannya pasar bebas Asean, dimana seluruh negara-negara Asean harus siap
menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yaitu pemberlakuan pasar bebas diantara negeranegara Asean disertai dengan kesiapan tenaga kerja yang handal, terampil, berdaya saing tinggi,

mandiri namun tetap memiliki karakter bangsa yang kokoh sebagai modal kuat dalam memasuki
persaingan di pasar bebas.
Dalam konteks internasional kita ketahui bersama, beberapa negara maju didunia dapat
menjaga eksistensi negaranya terutama dalam bidang ekonomi dan perindustrian didasari oleh
karakter bangsa yang kuat dan tangguh yang dimiliki oleh masyarakatnya. Bangsa Cina yang
sekarang juga lebih bangga memperkenalkan bangsanya dimata dunia dengan nama negara
Tiongkok, mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ekonomi Cina makin meraksasa dengan

cadangan devisa negera menembus 2,27 triliun dolar AS pada akhir September 2009, menjadikan
Cina menjadi negara yang disegani dan menjadi salah satu tumpuan ekonomi dunia. Kemajuan
Cina yang pesat ini tentu tidak terjadi begitu saja, Cina menerapkan tradisi dan nilai-nilai karakter
bangsa disetiap lini kehidupan masyarakatnya seperti kejujuran, dapat dipercaya, toleransi, spirit
kesetiaan pada satu pekerjaan, patriotik, heroik, kesetiaan paada keluarga, rajin, pekerja keras, dan
disiplin. Bangsa Cina dapat tetap terbuka terhadap perkembangan dan globalisasi duni namun
karakter bangsa Cinalah yang menjadikan Cina tetap kokoh berdiri tanpa tergerus dan hanyut ke
dalam arus globalisasi itu sendiri.
Kemajuan lain yang didasari oleh karakter yang dimiliki suatu bangsa dapat kita lihat pada
negara Jepang, Jepang menjadi salah satu negara maju dipaparan ekonomi dunia. Melalui etos
kerja Bushido merupakan bukti bahwa pembangunan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari
penanaman nilai-nilai khas/karakter bangsa tersebut. Jepang menjadikan karakter bangsa yang
bersumber dari tradisi sebagai modal untuk memasuki persaingan di era Global. Masyarakat
Jepang membuktikan, tradisi justru bisa dijadikan landasan kokoh bagi pengembangan
modernisasi. Nilai-nilai kearifan lokal tidak terkalahkan oleh penetrasi nilai-nilai budaya asing
tetapi sebaliknya menjadi kekuatan transformatif yang dahsyat untuk mencapai kemajuan. Dari
beberapa gambaran diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa penanaman karakter pada masyarakat
suatu bangsa adalah hal yang penting yang perlu dilakukan untuk membentuk dan memperoleh
sumber daya manusia yang berkualitas tidak hanya memiliki kompetensi tinggi namun juga
memiliki sikap dan moralitas yang unggul.

Seiring dengan perkembangan dunia internasional saat ini baik secara ekonomi dan
teknologi, membuat dunia kerja yang semakin kompetitif dengan peningkatan kualitas tenaga
kerja yang dapat dilihat dari peningkatan penyerapan tenaga kerja berpendidikan tinggi yaitu
dari Diploma dan Sarjana. Hal tersebut tentu membuat para tenaga kerja yang hanya lulusan dari
sekolah menengah kejuruan dengan ekspetasi para lulusannya yaitu lulus dan langsung terjun
kedunia kerja, menjadi pesimis dan berkecil hati karena harus berkompetisi dengan para tenaga
kerja dari strata pendidikan diatas mereka. Dari hal tersebut maka Sekolah Menengah Kejuruan
benar-benar harus menyiapkan lulusannya dengan berbekal kompetensi dan kemampuan yang
handal sesuai dengan keahliannya sehingga berdaya saing tinggi dalam dunia kerja dan industri.
Karena pada berbagai sektor pekerjaan seorang Akuntan selalu dibutuhkan, maka dalam makalah
ini penulis menspesifikasikan penanaman karakter bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) bidang keahlian Bisnis Manajemen program keahlian Akuntansi. Dimana SMK program
keahlian akuntansi mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didiknya menjadi calon
Teknisi Akuntansi Junior yang berkarakter sehingga ketika mereka bekerja dalam bidangnya
tidak terjerat tindak korupsi dan bentuk kecurangan lainnya.
Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai sub sistem dari pendidikan nasional berperan
penting dalam menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, professional dan
handal. Badan Standar Nasional Pusat (BSNP:2006) menyatakan bahwa tujuan pendidikan
menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai

dengan kejuruannya. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang akan menciptakan
siswanya bukan hanya untuk siap melanjutkan ke perguruan tinggi melainkan lebih kepada
kesiapan mereka untuk terjun ke dunia kerja dan industri. Oleh karenanya di SMK selalu
dibekali dengan keterampilan dan pengalaman lapangan yang lebih dibandingkan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Kurikulum SMK terbagi menjadi 3 program mata pelajaran yaitu
untuk mata pelajaran normatif, adaptif, dan produktif. Mata pelajaran produktif masih dibagi

lagi menjadi 2 yaitu dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan yang akan
disesuaikan dengan bidang keahlian masing-masing jurusan. Maka diperlukannya penanaman
pendidikan karakter dalam kurikulum pembelajaran sekolah kejuruan demi memperoleh sumber
daya manusia sebagai lulusan yang berkualitas tidak hanya memiliki kompetensi tinggi namun
juga memiliki sikap dan moralitas yang unggul dan handal.
Dalam konteks menyiapkan tenaga kerja lulusan kejuruan akuntansi maka perlu dikaji
beberapa hal menyangkut, 1) Pendidikan karakter kerja seperti apa yang perlu ditanamkan pada
peserta didik kejuruan akuntansi, dan 2) Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter dalam
upaya menyiapkan tenaga kerja peserta didik kejuruan akuntansi. Sehinga nantinya menghasilakan
lulusan yang berkarakter kuat dan handal sebagai tenaga kerja yang siap menghadapi pasar bebas
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di tahun 2015, yang akan segera diberlakukan. Hal ini tidak
terlepas dari fungsi pendidikan kejuruan sebagai pelestari nilai-nilai dan norma di masyarakat
sekaligus sebagai agen perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

II. METODE
Penulisan makalah ini menggunakan pendekatan diskriptif melalui kajian kepustakaan
(library research) yang bersifat normatif, yaitu menelaah dan mengkaji buku-buku, artikel-artikel,
jurnal ilmiah, majalah, koran maupun media internet yang ada hubungan dengan topik bahasan di
atas. Kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil kesimpulan yang dituangkan dalam
bentuk laporan tertulis.Pengolahan dan analisis data, penulis menggunakan metode content
analysis.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Memaknai Pendidikan Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: 1). Sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. 2).Karakter
juga bisa bermakna "huruf". Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan
Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Gulo W, (1982: 29)
menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif
tetap.
Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,

akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.Dari beberapa pendapat
diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa karakter adalah perilaku yang didasari dari kejiwaan
seseorang. Perilaku yang khas dari setiap individu yang membedakan dengan individu yang
lain. Pendidikan Karakter Menurut Lickona, secara sederhana pendidikan karakter dapat
didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa.
Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi
pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa
pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang
sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Menurut Suyanto (2009), mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun negara.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan
pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan
tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja
keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat
Kebangsaan,
(11)
Cinta

Tanah
Air,
(12)
Menghargai
Prestasi,
(13)

2.

Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli
Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung (Pedoman Sekolah, 2009: 9-10).
Dari berbagai pendapat diatas secara sederhana dapat dirumuskan bahwa pendidikan
karakter adalah upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap seorang individu
agar berperilaku sesuai dengan norma, etika, dan batasan-batasan yang berlaku dalam ruang
lingkungan hidup mereka.
Beberapa Karakter Kerja yang perlu Ditanamkan Pada Peserta Didik Kejuruan
Akuntansi Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Kementerian tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia telah menetapkan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang merupakan rumusan
kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian

serta sikap kerja yang relevan dalam pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mendukung rumusan
Kementerian tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tersebut, Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang SKKNI sebagai kerangka
penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman
kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor. Pertanyaan mendasar dalam rangka menyiapkan tenaga kerja
kejuruan adalah karakter kerja seperti apa yang perlu ditanamkan kepada peserta didik dalam
menyiapkan tenaga kerja kejuruan akuntansi menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan antara
auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara profesi dengan
masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di lingkungan usaha, pada
instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktek
auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (Sihwajoni dan Gudono,
2000). Prinsip perilaku profesional seorang akuntan, yang tidak secara khusus dirumuskan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode perilaku IAI, berkaitan
dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan. Prinsip etika yang
tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia adalah: (1) Tanggung jawab profesi, dalam
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya;
(2) Kepentingan publik, setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan
tanggung jawab kepada public; (3) Integritas, untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain,
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa; (4)
Objektivitas, setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain; (5) Kompetensi dan
Kehati-hatian Profesional, setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang
paling mutakhir; (6) Kerahasiaan, setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya; (7) Perilaku Profesional, setiap anggota
harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan

3.

yang dapat mendiskreditkan profesi; dan (8) Standar Teknis, setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang
relevan.
Dari beberapa pemaparan diatas dengan sederhana dapat ditarik kesimpulan, bahwa
beberapa karakter yang perlu ditanamkan dan dikembangkan bagi seorang akuntan adalah
antara lain, jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, rasional, objektifitas, konsisten, dan
relevan. Maka beberapa karakter diataslah yang harus ditanamkan Sekolah Menengah
Kejuruan program Keahlian Akuntansi demi mencetak lulusan-lulusan teknisi akuntansi
junior yang yang memiliki kompetensi sesuai dengan Prinsip Etika Akuntan yang tercantum
dalam kode etik Akuntan Indonesia, yaitu menjadi tenaga kerja lulusan kejuruan akuntansi
yang berdaya saing tinggi, professional, handal, serta beretika dalam memasuki dunia
kerja/industri menuju Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (MEA). Sehingga hal tersebut juga
dapat menepis isu moral (misal; korupsi, cuci uang, dan penggelapan) yang seringkali
melekat pada diri seorang Akuntan.
Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Diklat Akuntansi dalam Menyiapkan
Tenaga Kerja Kejuruan Akuntansi Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Implementasi pendidikan karakter dalam lingkup pendidikan kejuruan tidak terlepas
dari aspek kurikulum, pembelajaran, dan iklim/budaya sekolah. Untuk membahas integrasi
karakter dengan kurikulum, perlu disepakati dulu bahwa kurikulum adalah skenario
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika tujuan pendidikan adalah membantu
peserta didik untuk mengembangkan potensinya agar mampu menghadapi problema
kehidupan dan kemudian memecahkannya secara arif dan kreatif, berarti pembelajaran pada
semua matapelajaran seharusnya diorientasikan ke tujuan itu dan hasil belajar juga diukur
berdasarkan kemampuan yang bersangkutan dalam memecahkan problem kehidupan.
Pengembangan aspek-aspek karakter tersebut dapat dibarengkan dengan substansi
matapelajaran atau sebagai metode pembelajarannya.
Penulis mengambil contoh desain implementasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran mata diklat akuntansi pada KD siklus pengikhtisaran dengan materi pokok
menyusun laporan keuangan. Pengambilan contoh tersebut didasarkan pada karakteristik
kualitas laporan keuangan menurut Panduan Standart Akuntansi (PSAK) yang didalamnya
terkandung karakter-karakter yang penting untuk ditanamkan dan dikembangkan dalam
kurikulum. Karena kurikulum berorientasi kompetensi maka karakter dapat disertakan
sebagai kompetensi dasar yang dikembangkan bersama mata pelajaran lainnya.
Karakteristik kualitas laporan keuangan menurut PSAK adalah: (1) Dapat Dipahami,
kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk dipahami oleh pemakainya; (2) Relevan, agar laporan keuangan bermanfaat, informasi
di dalamnya harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan
keputusan; (3) Materialitas, relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas
laporan keuangan, informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai yang diambil atas dasar laporan keungan; (4) Keandalan, supaya laporan keuangan
bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable), informasi memilki kualitas yang handal
jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat dihandalkan
pemakainya; (5) Penyajian Jujur, informasi keuangan di laporan keuangan harus jujur dan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tidak mengada-ada; (6) Subtansi Mengungguli
Bentuk, jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta pristiwa
lain yang seharusnya disajikan, peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
subtansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukum; (7) Netralitas, informasi harus
diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan
pihak tertentu; (8) Pertimbangan Sehat, penyusunan laporan keuangan adakalanya
menghadapi ketidak pastian suatu peristiwa dan keadaan tertentu, namun demikian
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan; dan (9) Kelengkapan, agar dapat

diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan
biaya.
Dari materi pokok penyusunan laporan keuangan disusun indikator dan tujuan
pembelajaran, misalnya tujuan pembelajaran agar dapat melatih ketrampilan berfikir,
ketepatan, dan ketelitian peserta didik dalam menyusun laporan keuangan. Tujuan lanjutan
dari pembelajaran penyusunan laporan keuangan tersebut adalah peserta didik diharapkan
dapat melaporkan laporan keuangan dengan jumlah yang benar dan akurat sesuai dengan data
transaksi yang yang ada, dari tujuan tersebut mengandung karakter jujur, karena peserta didik
harus menyusun jumlah saldo yang benar dan sesuai dengan jumlah saldo pada pencatatan
transaksi sebelumnya. Karakter rasional, karena peserta didik diharuskan menyajikan jumlah
saldo dalam sebuah laporan yang dapat diterima oleh nalar banyak orang dan tidak mengadamengada. Karakter bertanggung jawab, karena bila ada kesalahan dalam penyusunan laporan
keuangan maka akan dapat menyalahi informasi keuangan suatu perusahaan dan dapat pula
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Sehingga dapat juga muncul penanaman
karakter dapat dipercaya, karena laporan keuangan yang disusun harus benar sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dan sekecil mungkin terjadi kesalahan.
IV. KESIMPULAN
Secara garis besar beberapa karakter yang dibutuhkan pada dunia kerja/industri bagi
seorang tenaga teknisi akuntansi junior telah telah dapat diimplementasikan pada pembelajaran
mata diklat akuntansi di SMK. Hal tersebut dapat dilihat khususnya pada beberapa prinsip etika
yang tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia, hampir sama dengan karakter-karakter yang
terkandung dalam proses pembelajaran siklus akuntansi proses pengihtisaran untuk penyusunan
laporan keuangan (yang sesuai dengan karakteristik kualitas penyusunan laporan keuangan
menurut PSAK). Akan tetapi pengimplementasian pendidikan karakter masih secara umum,
belum terdapat fokus pengembangan karakter teknisi akuntansi junior berupa tindakan khusus
yang diperintahkan dan diteladani oleh guru kepada peserta didik. Dalam perkembangannya
dibutuhkan pengembangan pola implementasi pendidikan karakter yang lebih dalam pembelajaran
ataupun iklim disekolah. Dengan membudayakan nilai karakter di sekolah, kerjasama dengan
pihak terkait (guru, siswa, wali kelas, kepala sekolah, orang tua peserta didik, komite
sekolah), pendekatan secara personal dengan peserta didik, menjelaskan pentingnya pendidikan
karakter, memberi keteladanan kepada peserta didik. Sehingga pemantapan karakter dalam
pendidikan kejuruan merupakan langkah strategis untuk menghasilkan tenaga kerja kejuruan yang
berkarakter dan mampu bersaing di era Global menuju Masyarakat Ekonomi Asean 2015.
Langkah ini merupakan upaya meningkatkan relevansi kompetensi lulusan dengan kebutuhan
dunia kerja/industri.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1) S2 Program Studi
Pendidikan Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya sebagai civitas academica penulis, (2)
Kaprodi Program Studi Pendidikan Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya sebagai
fasilitator dan pendukung penyelesaian makalah ini, (3) pembimbing I dan II, terimakasih atas segala
motivasi dan bimbinganny selama penyusunan makalah ini, (4) semua pihak yang telah membantu
kelancara penyusunan makalah ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
REFERENSI
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah Nomor 23 Tahun 2006. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional.
2010-a. Grand Desain Pendidikan Karakter. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2010-b. Pengalaman Inspiratif dari 10 Sekolah. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

Gulo, W. 1982. Psikologi Umum. Jakarta: Erlangga
Husein, Romadhona. 2012. Etos Kerja Bangsa Jepang dan China. [Online]. Tersedia:
http://husen30.blogspot.com/2012/03/etos-kerja-bangsa-jepang-china.html [1 September
2014]
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Revisi 2009:
Laporan Keuangan.
Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Sambutan Menteri Pendiidkan Nasional pada Peringatan
Hari Pendidikan Nasional tahun 2010. Jakarta: Kemendiknas, 2 Mei 2010.
www.kemdiknas.go.id.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Kicky. 2010. Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Negara Lain. [Online]. Tersedia:
http://kickydut.wordpress.com/2010/10/14/perbandingan-ekonomi-indonesia-antara-salahsatu-negara-lain/ [1 September 2014]
Lickona, Thomas, .1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and
Responsibility. Bantam Books, New York
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia. (2012). Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Sekretariat Negara.
Sihwahjoeni dan M.Gudono, 2000. Persepsi Akuntan terhadap Kode Etik Akuntan. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol.3, No.2, Juli: 168-184
Suparlan. 2011. Suara Akar Rumput Tentang Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Diperoleh 10 September 2014 dari http://www.suparlan.com/pages/posts /suara-akarrumput-tentang-pelaksanaan-pendidikan-karakter-disekolah-318.php
Suyanto.& Salamah, Ummi. 2009. Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogjakarta: Mitra
Cendikia Press.
Tri, Septiana.dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Produktif Akuntansi
di Smk Negeri 3 Surakarta. Jurnal Vol 1 No. 2 Hal. 1 s/d 14.
Wagiran. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Menyiapkan Tenaga Kerja Kejuruan
Menghadapi Tantangan Global. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis
UNY ke-46
Wagiran. 2008. The Importance of Developing Soft Skills in Preparing Vocational High School
Graduates. International Conference on VTE Research and Networking 2008: Nurturing
Local VTE Research Efforts: A Response to Global Challenges 7– 8 July 2008 Inna Grand
Bali Beach Hotel, Bali, Indonesia
________. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah
(hal.9 - 10). Jakarta: Pusat Kurikulum
________. 2010. Kumpulan Makalah Seminar Nasional “Pendidikan Karakter Membangun Bangsa
Beradab” Diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian UPI pada Tanggal 2008 Juli 2010 di
Auditorium Pascasarjana UPI

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25