PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM KOMUN

Kampus Tercinta – IISIP Jakarta
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM
KOMUNISME

MAKALAH KELOMPOK
Mata Kuliah:
Pengantar Ilmu Politik

Disusun Oleh:
Tri Rama Irlangga (2011140020)
Yogi Poli (2011145001)
Redita Adenisty (2011230006)
Yulius Dimas Wisnu (2012110021)

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.

Latar Belakang Masalah
Pada permulaan abad ke-19 keadaan kaum buruh di Eropa Barat menyedihkan.
Kemajuan industri secara pesat telah menimbulkan keadaan sosial yang sangat
merugikan kaum buruh, seperti misalnya upah yang rendah, jam kerja yang panjang,
tenaga perempuan dan anak yang disalah-gunakan sebagai tenaga murah, keadaan di
dalam pabrik-pabrik yang membahayakan dan mengganggu kesehatan. Keadaan buruk
ini mengubah hati orang banyak, antara lain cendekiawan-cendekiawan seperti Robert
Owen di Inggris (1771-1858), Saint Simon (1760-1825) dan Fourier (1772-1837) di
Prancis untuk mencoba memperbaikinya. Pemikiran orang-orang ini terdorong oleh rasa
perikemanusiaan, tanpa disertai tindakan-tindakan maupun konsepsi yang nyata
mengenai tujuan dan strategi dari perbaikan itu, sehingga oleh orang lain teori-teori
mereka dianggap angan-angan belaka. Karena itu mereka lalu disebut kaum Sosialis
Utopi (utopia = dunia khayalan) (Budiardjo, 2008: 139).
Masih dalam buku yang sama, dijelaskan pula bahwa Karl Marx (1818-1883)
banyak mengecam keadaan ekonomi dan sosial di sekelilingnya, akan tetapi ia
berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat diperbaiki secara tambal sulam dan harus
diubah secara radikal melalui pendobrakan sendi-sendinya. Untuk keperluan itu ia

menyusun suatu teori sosial yang menurutnya didasari hukum-hukum ilmiah dan karena
itu pasti akan terlaksana. Untuk membedakan ajarannya dari gagasan-gagasan Sosialis
Utopi ia menamakan ajarannya Sosialisme Ilmiah (Scientific Socialism). Sejak masa
mahasiswa, Marx melakukan kegiatan politik yang dianggap radikal. Sesudah diusir dari
Jerman ia menetap di London, Inggris. Bekerja sama dengan Friedrich Engels, ia
menerbitkan bermacam-macam karangan, di antaranya yang paling terkenal ialah
Manifesto Komunis dan Das Kapital (Budiardjo, 2008). Marx menawarkan teori
masyarakat kapitalis yang didasarkannya pada pandangan tentang hakikat manusia, yang
bahwasanya manusia itu produktif; dalam artian untuk bertahan hidup, mereka perlu
bekerja di dalam alam dengan cara mengolah hasil alam sedemikian rupa, baik dalam
bentuk makanan, pakaian, peralatan, tempat berlindung, dan kebutuhan lain yang
memungkinkan mereka untuk bertahan hidup. Di sepanjang sejarah, proses alamiah ini
pun mulai terkikis oleh beberapa hal, yakni dikarenakan oleh kejamnya kondisi

masyarakat primitif lalu kemudian oleh beragam penyesuaian struktural yang diadakan
masyarakat dalam perjalanan sejarah. Namun, dari sekian hal, masyarakat kapitalis
memiliki peran yang lebih besar sebagai penyebab kehancuran yang paling buruk;
hancurnya proses produktif alamiah mencapai puncaknya dalam kapitalisme 1 (Ritzer &
Goodman, 2008: 25).
Dalam


“Manifesto

Komunis”,

dikemukakan

bahwa

hukum

dasar

dari

perkembangan semua masyarakat yang antagonis adalah hukum perjuangan kelas,
perjuangan antara kelas yang menghisap dengan dihisap, antara kelas yang berkuasa
dengan kelas yang ditindas. Dengan adanya perjuangan kelas, maka masyarakat akan
berkembang ketingkat-tingkat yang lebih tinggi sampai pada masyarakat sosialis, dimana
saat itu kapitalis akan hancur dan proletar akan menang. Selain itu diungkapkan pula

peranan partai komunis yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kelas buruh dan
merupakan barisan pelopor (vanguard party) dari kelas pekerja (Suroso, 2001: 44).
Gerakan yang di usung oleh para penganut paham komunisme disebabkan oleh
pertentangan antara dua kelas utama di dalam masyarakat. Dalam masyarakat berkelas
pertama, yaitu masyarakat budak, terjadi pertentangan antara kelas budak dan kelas
pemilik budak. Masyarakat budak secara dialektis berubah menjadi masyarakat feudal
yang pada gilirannya pula terdorong oleh pertentangan antara kelas pemilik tanah dan
kelas penggarap tanah pertentangan yang dimenangkan oleh borjuasi berubah menjadi
masyarakat kapitalis. Menurut teori sosial ini, maka masyarakat kapitalis, terdorong oleh
pertentangan antara kaum kapitalis dan kaum proletar, akan berubah sebagai gerak
dialektis terakhir menjadi masyarakat komunis (Budiardjo, 2008: 144).
Dijelaskan pula dari sumber yang sama, perkembangan ini, menurut Marx, adalah
tidak terelakkan. Hal ini dikarenakan sudah merupakan hukum sosial. Dalam usaha
mencapai masyarakat komunis, kaum proletar akan memainkan peranan penting, mereka
merebut kekuasaan dari tangan kapitalis, mengambil alih segala alat produksi dan
melalui tahap transisi yang dinamakan diktator proletariat akhirnya akan tercapailah
masyarakat komunis. Mengenai diktator proletariat dikatakan oleh Marx, antara
masyarakat kapitalis dan masyarakat komunis terdapat suatu masa peralihan di mana
1


Kapitalisme adalah sistem ekonomi dimana sejumlah besar pekerja, yang hanya
memiliki sedikit hak milik, memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan
sejumlah kecil kapitalis yang memiliki hal-hal berikut: komoditas-komoditas, alat-alat
produksi, dan bahkan waktu kerja para pekerja karena mereka membeli para pekerja
tersebut melalui gaji. Namun, salah satu pemikiran sentral Marx adalah bahwa
kapitalisme bukan hanya sekedar sistem ekonomi, melainkan juga sebuah sistem
kekuasaan.

terjadi transformasi secara revolusioner dari masyarakat kapitalis menjadi masyarakat
komunis. Ini sesuai dengan adanya masa peralihan politik di mana negara merupakan,
tak lain tak bukan, diktator revolusioner dan kaum proletar.
1.2.

Rumusan Masalah
-

Apa itu Komunisme?

-


Bagaimana perkembangan komunisme di dunia?, dan

-

Bagaimana pula perkembangan komunisme di Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Komunisme
Bisa juga disebut sebagai aliran Marxisme. Pola pikir Marx sangatlah dipengaruhi
oleh Filsuf Jerman bernama G.W.F. Hegel dan Ludwig Feuerbach, sehingga Marx pun
mengambil dua elemen paling penting dari kedua pemikir tersebut, yakni dialektika
Hegel dan materialisme Feuerbach, lalu mengombinasi keduanya ke dalam orientasi
tersendiri. Marx mengambil posisi yang berbeda dengan menyatakan bahwa masalah
kehidupan modern dapat dilacak kembali pada sumber riil dan material. Maka dari itu,
solusinya hanya dapat ditemukan dengan dihancurkannya sistem-sistem tersebut melalui
aksi kolektif orang-orang dalam jumlah besar. Kalau Hegel lebih memilih untuk

‘meletakkan dunia di atas kepalanya’ (yakni terfokus pada kesadaran bukan pada dunia
material riil), maka Marx secara tegas menempatkan dialektikanya pada basis material
(dalam hal ini: ekonomi) (Ritzer & Goodman, 2008: 22). Dalam buku Teori Sosiologi
(2008: 23) juga dijelaskan bahwa Marx dipengaruhi oleh gambaran ekonomi politik
tentang kejamnya sistem kapitalis dan eksploitasi buruh. Namun, kalau para buruh
dijadikan potret buruk dari sistem kapitalisme, Marx mengkritik para ahli ekonomi
politik karena melihat keburukan potret tersebut sebagai komponen yang tak
terhindarkan dari kapitalisme.
Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Buana pada edisi XVII tahun 2000,
dijelaskan bahwa masyarakat komunis yang dicita-citakan oleh Marx merupakan
masyarakat yang tidak mengenal kelas (classless society), yaitu suatu keadaan dimana
manusia dibebaskan dari keterikatannya kepada kepemilikan pribadi dan tidak ada
eksploitasi, penindasan dan paksaan. Akan tetapi merupakan hal yang aneh bahwa, untuk
mencapai masyarkat yang bebas dari paksaan itu, perlu melalui jalan kekerasan dan
paksaan, yaitu dengan perebutan kekuasan oleh kaum buruh dari tangan kapitalis. Teori
Marx sebagian besar adalah analisis terhadap kesenjangan dibawah sistem kapitalisme
dan terpusat pada bagaimana untuk menghilangkan sistem tersebut.

2.2.


Ideologi Komunis

Ritzer & Goodman (2008) menerangkan bahwa ideologi adalah cita-cita dan
pandangan-pandangan yang menyatakan kepentingan-kepentingan suatu kelas. Di dalam
masyarakat modern, masyarakat kapitalis, pada pokoknya terdapat dua kelas. Kelas
kapitalis (borjuis), yaitu mereka yang memiliki alat-alat produksi, yang tidak bekerja dan
hidup dari menghisap kerja kaum buruh. Kelas buruh (proletar) yaitu mereka yang tidak
memiliki alat-alat produksi, bekerja keras pada kapitalis, tetapi tidak mendapat hasil
yang cukup untuk hidup yang layak.
Masih dari sumber yang sama, dijelaskan kelas kapitalis hidup dari menghisap
kerja kaum buruh. Adanya kelas kapitalis karena adanya kelas buruh yang dihisap.
Untuk mendapat laba yang lebih banyak, kapitalis yang satu harus bersaing melawan
kapitalis-kapitalis lainnya. Dalam persaingan ini banyak kapitalis-kapitalis kecil jatuh
bangkrut. Dengan menghisap kerja kaum buruh, dan dengan bersaing, di dalam kelasnya
sendiri, itulah yang merupakan syarat-syarat pokok bagi perkembangan kapitalisme.
Oleh karena itu kebahagiaan kapitalis didasarkan atas penderitaan dari berjuta-juta massa
rakyat pekerja. Jadi kepentingan kapitalis ialah menghisap kelas buruh, dan
membangkrutkan

kapitalis-kapitalis


lainnya.

Semuanya

ini

ditujukan

untuk

mempertahankan sistem penghisapan. Oleh karena itu, semua cita-cita dan pandanganpandangan yang ditujukan untuk mewujudkan kepentingan mengeduk laba sebanyakbanyaknya, kepentingan untuk mempertahankan sistem penghisapan, adalah merupakan
ideologi daripada kelas kapitalis.
Budiardjo (2008) menerangkan bahwa ideologi komunis tidak hanya merupakan
sistem yang bisa diterapkan dalam sektor perpolitikan, namun juga dapat mencerminkan
gaya hidup yang berdasarkan nilai-nilai tertentu, yakni:
1. Gagasan monoisme (sebagai lawan dari pluralisme). Gagasan ini menolak adanya
golongan-golongan di dalam lapisan masyarakat sebab dianggap bahwa setiap
golongan yang memiliki aliran pemikiran yang berbeda dapat menimbulkan
perpecahan. Akibat yang dimunculkan oleh gagasan ini ialah adanya persatuan yang

dipaksakan dan oposisi yang ditindas.
2. Kekerasan dipandang sebagai alat yang sah dan harus dipakai untuk mencapai
komunisme. Paksaan ini dipakai dalam dua tahap, yakni terhadap musuh dan
terhadap pengikutnya sendiri yang dianggap belum sepenuhnya mempercayai nilainilai komunis. Namun pada saat ini, paksaan fisik telah digantikan dengan
indoktrinasi secara luas, terutama ditujukan kepada angkatan muda.

3. Negara merupakan alat untuk mencapai komunisme. Hal ini dikarenakan semua alatalat kenegaraan seperti kepolisian, tentara, kejaksaan, dan sebagainya, telah dipakai
untuk diabdikan pada tercapainya komunisme. Sebagai akibatnya, negara memiliki
pengaruh dan campur tangan yang begitu luas di berbagai bidang, baik dari sektor
politik, hukum, budaya dan sosial.
2.2.1.

Perkembangan Paham Komunisme di Dunia

2.2.2.

Rusia (Uni Soviet) Sebagai Negara Tempat Berkembangnya Paham Komunisme
Dukungan terbesar kepada ajaran Marx justru dialami di suatu negara yang
industrinya baru setengah berkembang, yaitu di Rusia. Berkat kegiatan Lenin serta
dibantu oleh adanya kekecewaan serta kekacauan akibat kekalahan tentara Czar

dalam perang dunia 1, gagasan-gagasan Marx dijadikan pola untuk membentuk
masyarakat baru atas runtuhnya masyarakat lama melalui suatu revolusi. Lenin
berhasil mendirikan suatu negara yang menerapkan dan meneruskan ajaran Marx
akan tetapi untuk keperluan itu ajaran Marx yang tadinya ditunjukan khususnya
kepada masyarakat Eropa Barat abad ke-19 yang sudah maju industrialisasinya, perlu
ditambah, diubah, dan dilengkapi. Untuk dapat diselenggarakan dalam masyarakat
yang tingkat industrialisasinya masih belum terlalu tinggi dan untuk kemudian
disesuaikan dengan perubahan-perubahan politik dan sosial abad ke-20, gagasan
Marx telah diberi tafsiran yang khusus yang dinamakan Marxisme atau Komunisme
oleh pemimpin-pemimpin Rusia seperti Lenin, Stalin, Khruschchev, dan kawankawan.

2.2.3. China Sebagai Negara Asia Pertama Penganut Paham Komunisme
RRC merupakan suatu negara komunis yang ada sejak abad ke-20 yang lalu.
Secara resmi negara ini masih dikenal sebagai negara komunis, meskipun sejumlah
ilmuwan politik kini tidak mendefinisikannya sebagai negara komunis. Tidak ada
definisi yang tepat yang dapat diberikan untuk jenis pemerintahan yang dipakai
negara ini, hal ini terjadi karena strukturnya tidak dikenal pasti. Cina merupakan
negara yang diperintah oleh para kaisar selama 2000 tahun dengan sebuah
pemerintahan pusat yang kuat dengan pengaruh Kong Hu Cu. Setelah tahun 1911,
Cina diperintah secara otokratis oleh beberapa panglima perang dan setelah 1949
didobrak oleh partai komunis Cina.

Rezim PRC sering dikatakan sebagai otokratis, komunis dan sosialis. Anggota
komunis yang bersayap lebih ke kiri menjulukinya sebagai negara kapitalis. Memang,
negara Cina semakin lama semakin menuju ke arah sistem ekonomi bebas. Dalam
suatu dokumen resmi yang dikeluarkan baru-baru ini, pemerintah menggariskan
administrasi negara berdasarkan demokrasi, meskipun keadaan sebenarnya tidak
seperti itu. Pemerintah RRC dikawal oleh Partai Komunis Cina (CCP). Walaupun
terdapat sedikit-banyak gerakan ke arah liberalisasi, seperti pemilu yang sekarang
diadakan di peringkat kampung dan sebagian badan perwakilan menampakkan sikap
tegas mereka dari masa ke masa, partai ini terus memiliki kawalan terutama atas
pemilihan jabatan-jabatan pemerintahan. Walaupun negara menggunakan cara
otokratis untuk mengusir elemen-elemen penentangan terhadap pemerintahannya.
Namun pada masa yang sama, negara juga mencoba mengurangi penentangan dengan
memajukan ekonomi dan melayani para penentang yang dianggap tidak berbahaya
terhadap pemerintah.
Pembatasan terhadap pandangan-pandangan politik juga rutin diadakandan
RRC secara berkala menghapuskanorganisasi-organisasi yang dianggap berbahaya
terhadap pemerintahan, seperti yang terjadi di Tiananmen pada tahun 1989. Selain itu,
RRC juga berhasil menghalangi gerakan massa yang dianggap berbahaya. Walaupun
penentangan berstruktur terhadap CCP tidak dibenarkan sama sekali, demonstrasi
rakyat semakin lama semakin kerap terjadi. Popularitas PKC di kalangan rakyat
sangat sulit diukur, karena tidak ada pemilu di tingkat nasional. Pada dasarnya Negara
Cina adalah Negara komunis yang dalam system pemerintahan dan perekonomiannya
menggunakan komunisme. Namun pada prakteknya, seiring berjalannya waktu dan
pergantian kepala pemerintahannya Kebijakan yang diambil oleh Cina lebih banyak
didasarkan pada kepentingan apa yang diperlukan pada saat itu. Cina di masa Mao
merupakan negara komunis yang agresif dengan sistem politik yang sangat otoriter.
Artinya, kebijakan-kebijakan Cina banyak lahir dengan Mao sebagai faktor
penentunya. Keagresivan Cina terlihat ketika Cina selalu berusaha mengintervensi
kehidupan negara lain di sekitarnya. Deng dalam memimpin Cina banyak
menggunakan aspek-aspek realis-pragmatis, artinya keputusan banyak disandarkan
pada situasi apa yang tengah berlangsung ketika keputusan tersebut dibuat.
Pemikiran politik yang ditawarkan oleh Deng Xiao-ping justru bertolak
belakang dengan pemikiran Mao. Untuk masalah ideologi, Cina di masa Deng tetap
menganut komunisme, namun dalam sisi praksisnya ideologi tersebut diterjemahkan

secara fleksibel. Variabel utama yang dijadikan pertimbangan oleh deng dalam
menafsirkan ajaran komunis tersebut adalah kepentingan ekonomi. Cina di era Mao
cenderung mengedepankan unsur-unsur revolusioner berupa sikap agresif dan
cenderung anti barat. Sedangkan di masa Deng, Cina cenderung akomodatif dan
berkooperatif dengan negara sekitarnya. Hal ini banyak ditentukan oleh persepsi
(pemikiran politik) Deng tentang kepentingan nasional Cina itu sendiri.
2.3.

Perkembangan Paham Komunisme di Indonesia
Penanaman kapital di Indonesia pada sejak akhir abad ke-19 meningkat dengan
cepat, yang membawa perubahan besar dalam kehidupan ekonomi dan sosial di
Indonesia. Untuk mengerjakan bahan-bahan mentah, imperialisme Belanda mendirikan
pabrik-pabrik, membikin pelabuhan-pelabuhan dan jalan-jalan kereta-api. Tetapi,
semuanya itu sekali-kali bukanlah untuk memajukan Indonesia, melainkan untuk
mengintensifkan penghisapan kolonial terhadap Rakyat Indonesia. Dengan demikian
pengaruh kapitalisme menjadi merasuk ke dalam masyarakat Indonesia, yang
mendorong lahirnya kelas-kelas baru dalam masyarakat Indonesia, yaitu: kelas
proletar, intelektual dan borjuasi Indonesia.
Lahirnya kelas proletar mendorong berdirinya organisasi serikat buruh. Di banyak
tempat di Indonesia mulai berdiri serikat buruh – serikat buruh, seperti serikat buruh
pelabuhan, serikat buruh kereta-api, serikat buruh percetakan dan serikat buruh – serikat
buruh di pabrik-pabrik lainnya. Pada tahun 1905 berdirilah serikat buruh kereta-api yang
bernama SS-Bond (Staats-Spoor Bond). Dalam tahun 1908 berdirilah Perkumpulan
Pegawai Spoor dan Trem (Vereniging van Spoor en Tram Personeel – VSTP), suatu
serikat

buruh kereta-api yang militan

ketika

itu. Serikat-serikat

buruh ini

merupakan sekolah-sekolah politik bagi massa kaum buruh. Tetapi, perjuangan serikat
buruh adalah perjuangan yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan langsung
daripada para anggotanya, untuk perbaikan upah dan syarat-syarat kerja, suatu
perjuangan yang terbatas pada soal-soal sosial ekonomi. Kesadaran yang diperoleh lewat
aksi-aksi dan pemogokan-pemogokan belum mencapai tingkat kesadaran-kelas yang
sempurna, tetapi baru pada tingkat kesadaran pertentangan antara mereka sebagai buruhupahan terhadap majikannya itu sendiri yang memeras tenaganya, tingkat kesadaran
yang elementer, kesadaran yang masih terbatas untuk memperjuangkan nasibnya sendiri,
nasib golongannya.

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan gerakan buruh, kesadaran politik
dan orgarisasi kelas buruh pun meningkat pula. Kelas buruh menghendaki suatu
organisasi yang tidak hanya membatasi diri pada perjuangan serikat buruh, sebab hanya
dengan organisasi serikat buruh, sistem kapitalisme, yang merupakan sumber
kemiskinan dan kesengsaraan bagi seluruh massa pekerja, tidaklah dapat ditumbangkan.
Untuk menumbangkan sistem kapitalisme, kelas buruh harus menjalankan perjuangan
politik yang revolusioner. Muncullah ide bahwa kelas buruh harus mempunyai partai
sebagai wadah aspirasi mereka. Tingkat kesadaran kelas buruh ini yang mendorong
berdirinya suatu partai politik, yang merupakan alat untuk memperjuangkan cita-cita dan
politik daripada kelas buruh. Partai politik kelas buruh ini tidak hanya didirikan hanya
untuk memimpin perjuangan kelas buruh dalam rangka memperjuangkan perbaikan upah
dan syarat-syarat kerja kaum buruh saja, akan tetapi sampai dengan untuk merombak
susunan masyarakat yang memaksa seseorang yang tidak bermilik harus menjual
tenaganya kepada kaum kapitalis.
2.3.1. Partai Komunis Indonesia
Pada bulan Mei tahun 1914 di Semarang telah berdiri Perkumpulan SosialDemokratis Indonesia (Indiskhe Sociaal Democratiskhe Vereniging — ISDV), suatu
organisasi politik yang menghimpun intelektual-intelektual revolusioner bangsa
Indonesia dan Belanda. Tujuannya ialah untuk menyebarkan Marxisme di kalangan
kaum buruh dan Rakyat Indonesia. Perkumpulan Sosial-Demokratis Indonesia inilah
yang pada tanggal 23 Mei tahun 1920 berubah nama menjadi Partai Komunis
Indonesia (PKI). Lahirnya PKI merupakan peristiwa yang sangat penting bagi
perjuangan kemerdekaan Rakyat Indonesia. Pemberontakan kaum tani yang tidak
teratur dan bersifat perjuangan sedaerah atau sesuku dalam melawan imperialisme
Belanda, yang terus menerus mengalami kegagalan, sejak PKI berdiri, menjadi
diganti dengan perjuangan proletariat yang terorganisasi dan yang memimpin
perjuangan kaum tani dan gerakan revolusioner lainnya.
Pecahnya Revolusi Oktober di Rusia tahun 1917 sangat berpengaruh pada
proletariat Indonesia. Lahirnya PKI dan perkembangannya tidaklah dapat dipisahkan
dari pengaruh kemenangan Revolusi Oktober itu. Kemenangan Revolusi Oktober
Besar di Rusia itu telah membangkitkan kesadaran Rakyat-Rakyat jajahan. Revolusi
Oktober, memberi keyakinan kepada Rakyat Indonesia, bahwa imperialisme Belanda
pasti dapat digulingkan, dan Rakyat Indonesia akan dapat mendirikan negara

Indonesia yang bebas dan merdeka. Jadi Partai Komunis Indonesia lahir dalam zaman
imperialisme, sesudah di Indonesia ada kelas buruh, sesudah di Indonesia berdiri
serikat-serikat buruh dan Perkumpulan Sosial Demokratis Indonesia, yaitu organisasi
politik yang pertama daripada kaum Marxis Indonesia, sesudah Revolusi Oktober
tahun 1917.
Dari penjabaran yang telah dikemukakan, dapat terlihat bahwa lahirnya PKI
bukanlah suatu hal yang kebetulan, melainkan suatu hal yang sesuai dengan
perkembangan sejarah, suatu hal yang wajar. Namun di masa sekarang ini, polemik
pro-kontra tentang komunisme tetap menjadi daya tarik tersendiri untuk dikaji di era
pasca Perang Dingin. Pro-kontra tersebut diperkuat setelah di lima tempat yang
berbeda Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan permohonan maaf pada awal
2000 terhadap orang-orang yang menjadi korban penumpasan peristiwa G30S/PKI,
serta usulan agar larangan terhadap ajaran Komunisme yang tercantum di dalam
Ketetapan MPRS No. XXV Tahun 1966 dicabut. Ketetapan (Tap) MPRS No.
XXV/MPRS 1966 memuat pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah
Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia, dan larangan setiap
kegiatan

untuk

menyebarkan

atau

mengembangkan

paham

atau

ajaran

Komunisme/Marxisme (.
Ada dua alasan PKI dan paham Komunisme/Marxisme dilarang. Pertama,
paham Komunisme/Marxisme dinyatakan bertentangan dengan Pancasila, terutama
jika dihubungkan dengan sila kesatu Pancasila. Kedua, orang-orang dan golongan
penganut patram tersebut, khususnya PKI pada 1948 dan 1965, dikatakan telatr
beberapa kali berusaha merobohkan keselarasaan Pemerintah Republik Indonesia
yang sah dengan jalan kekerasan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan (Bang Yogi: tolong disimpulkan yaa bang, dan juga jangan lupa power
pointnya, thankyou :p)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi. Bantul: KREASI WACANA
Suroso, S. 2001. Asal-Usul Teori Sosialisme, Marxisme sampai Komune Paris. Jakarta:
Pustaka Pena
Jurnal dan Karya Tulis Ilmiah:
Jurnal Buana, Edisi XVII. 2000. Demokrasi dan Komunisme.
- http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/DIDI_TARMIDI/
Jurnal_(_DEMOKRASI_DAN_KOMUNISME_).pdf diakses pada 14 Oktober 2014,
pukul 13.03 WIB
Jurnal Studi Agama ‘Millah’, Vol. I. 2001. Komunisme Dalam Pergumulan Wacana Ideologi
Masyumi
- http://staff.uny.ac.id/ diakses pada 15 Oktober 2014, pukul 13.25 WIB
Lewi, Seny. 2009. Teori “Tiga Perwakilan” Jiang Zemin dalam Sosialisme Berkarakteristik
China. Depok: Universitas Indonesia
Universitas Sumatera Utara. Sejarah dan Perkembangan Komunisme di Indonesia

-

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
15 Oktober 2014, pukul 15.00 WIB

Wirawan, Wahyu. Aksi Partai Komunis Indonesia 1926-1965
- https://www.usd.ac.id diakses pada 15 Oktober 2014, pukul 14.15 WIB
Situs Online / Website:
http://www.marxists.org/indonesia diakses pada 14 Oktober 2014, pukul 13.13 WIB
http://natsugray.wordpress.com/2013/01/28/pengaruh-ideologi-komunis-di-indonesia/ diakses
pada 14 Oktober 2014, pukul 13.20 WIB