TEKNIK PEMERIKSAAN GENU PADA KASUS OSTEO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sendi atau artikulasio, adalah istilah yang digunakan untuk
menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang kerangka. Ilmu yang
mempelajari persendian disebut artrologi. Sendi lutut adalah sendi engsel
dengan perubahan dan yang dibentuk kedua kondil femur yang bersendi
dengan permukaan superior kondil- kondil tibia ( Pearce, 2009 ).
Osteoathrosis merupakan suatu penyakit sendi menahun yang
dimulai dari kerusakan dan kemunduran fungsi tulang rawan sendi.
Osteoarthrosis dikenal juga dengan nama osteoarthritis merupakan
penyakit degeneratif sendi yang dapat menyerang sendi manapun pada
tubuh manusia, terutama pada sendi yang menerima pembebanan terlebih
seperti

sendi

panggul

dan


lutut

(http://stopwarofisrael-

palestina.blogspot.com/).
Sendi lutut mempunyai berbagai macam proyeksi pemotretan maka
untuk mendapatkan radiograf yang lebih informatif dari sendi lutut pada
kasus osteoarthrosis dibutuhkan teknik tertentu untuk membantu
menampakkan penyempitan celah sendi dan derajat kerusakan valgus dan
varus pada sendi lutut. Penilaian dilakukan dengan membandingkan ruang

1

space sendi lutut yang cidera dengan sendi lutut stabil. Oleh karena itu
diperlukan proyeksi pemotretan serta posisi pasien yang tepat.
Pemeriksaan radiografi pada kasus radang sendi (arthritis) sendi lutut
direkomendasikan oleh Leach, Gregg dan Siber untuk menggunakan proyeksi AP
(Antero Posterior) weight- bearing perbandingan antara dua sendi yang
berpasangan. Posisi weight bearing ini akan menampakkan keadaan sendi lutut

yang sesuai dengan kondisi anatomis lutut normal (Ballinger, 2003).

Berbeda dengan yang ada di beberapa referensi, di instalasi
radiologi RSUD Salatiga pemeriksaan sendi lutut atau genu dengan kasus
osteoarthrosis dilakukan dengan proyeksi AP dan lateral perbandingan
dengan posisi pasien supine, hal ini dikarenakan pasien non kooperatif.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin menyajikan kasus ini
dalam bentuk laporan kasus dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN
GENU PADA KASUS OSTEOARTHROSIS DENGAN PASIEN NON
KOOPERATIF DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD SALATIGA”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Genu pada Kasus Osteoarthrosis
dengan Pasien Non Kooperatif di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga?
2. Apa kelebihan dan kelemahan dari proyeksi yang digunakan?
3. Bagaimana upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan
genu di Instalasi RSUD Salatiga?

C. Tujuan Penulisan

2


1. Untuk

mengetahui

Teknik

Pemeriksaan

Genu

pada

Kasus

Osteoarthrosis dengan Pasien Non Kooperatif di Instalasi Radiologi
RSUD Salatiga.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari proyeksi yang
digunakan.
3. Untuk mengetahui upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada

pemeriksaan genu di Instalasi RSUD Salatiga.
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah PKL 1.
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Hasil penulisan ini dapat memberi pengalaman dan menambah
wawasan tentang pemeriksaan osteoarthrosis.
2. Institusi
Hasil penulisan ini dapat menambah referensi tentang pemeriksaan
osteoarthrosis.
3. Pembaca
Dapat menambah wawasan dan memberikan pemahaman tentang
teknik pemeriksaan genu pada kasus osteoarthrosis di Instalasi
Radiologi RSUD Salatiga.
4. Institusi Rumah Sakit
Untuk menambah referensi tentang pemeriksaan genu pada kasus
osteoarthrosis.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Penulis melakukan pengamatan secara langsung jalanya kegiatan
pemeriksaan radiologi di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga.

3

2. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak –
pihak terkait yang berhubungan dengan penulisan laporan ini.
3. Studi Pustaka
Penulis membandingkan pemeriksaan genu antara tinjauan teori
dengan praktek di lapangan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode pengumpulan data dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Yang berisi tentang anatomi dan fisiologi genu, osteoarthrosis,
teknik pemeriksaan genu dan proteksi radiasi.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Yang berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan.
BAB IV PENUTUP
Yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Genu

4

1. Anatomi
Sendi lutut adalah sendi engsel dengan perubahan dan yang
dibentuk kedua kondil femur yang bersendi dengan permukaan
superior kondil- kondil tibia. Patela terletak di atas permukaan pateler
yang halus pada femur dan di atas itu patela meluncur sewaktu sendi
bergerak. Patela berada di depan bagian- bagian persendian yang
utama, tetapi tidak masuk ke dalam formasi sendi lutut.
Struktur interartikuler. Beberapa struktur penting berada di
dalam sendi lutut. Tulang rawan semilunaris terletak di atas
permukaan persendian yang berupa dataran tinggi dari tibia guna
memperdalamnya untuk penerimaan kondiler dari femur (Pearce,
2009).


Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Permukaan patella
Ligamen cruciatum posterior
Ligamen cruciatum anterior
Meniscus medial
Meniscus lateral
Ligamen kollateral fibular
Ligamen kollateral tibial

Gambar 1. Anatomi sendi lutut dari posisi anterior (Ballinger, 2003).


5

Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ligamen cruciatum anterior
Ligamen cruciatum posterior
Meniscus lateral
Meniscus medial
Ligamen kollateral fibular
Ligamen kollateral tibial
7. Fibula

Gambar 2. Anatomi sendi lutut dari posisi posterior (Ballinger, 2003).


Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Femur
Patella
Meniscus
Cairan sinovial
Meniscus
Kartilago articular
Tibia

Gambar 3. Anatomi sendi lutut dari posisi lateral (Ballinger, 2003).
Genu terdiri dari beberapa bagian antara lain:
a. Tulang Rawan

Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus
yang terdiri atas sel kondrosit dan matriks. Matriks tulang rawan
terdiri atas sabut- sabut protein yang terbenam di dalam bahan
amorf

(http://rahmatnani.wordpress.com/2012/02/20/tulang-

rawan/).

6

Mencegah gesekan tulang terhadap satu sama lain adalah
salah satu fungsi tulang rawan utama. Misalnya, tulang rawan di
lutut dan siku bekerja seperti bantal dalam tulang dan membantu
menghindari

nyeri

sendi


(http://smabiologi.blogspot.com/2013/07/fungsi-tulang-rawankartilago.html).
b. Meniscus
Cartilago

semilunaris

(meniscus)

adalah

lamella

fibrocartilago berbentuk C , yang pada potongan melintang
berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat
pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas.
Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan
condylus femoris.
Fungsi

meniscus

ini

adalah

memperdalam

fascies

articularis condylus tibialis untuk menerima condyluemoris yang
cekung. Cartilago Semilunaris terdiri dari dua yaitu cartilago
semilunaris medialis bentuknya dan cartilago semilunaris lateralis
(http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/a
natomi-fitriani.pdf).
c. Cairan Sinovial
Cairan sinovial adalah cairan bening lengket yang
dilepaskan oleh membran sinovial dan bertindak sebagai pelumas
7

untuk sendi dan tendon (http://kamuskesehatan.com/arti/cairansinovial/).
Cairan sinovial merupakan materi kental yang jernih
seperti putih telur. Materi ini terdiri dari 95% air dengan pH 7,4
dan merupakan campuran polisakarida (sebagian besar asam
hialurunat), protei, dan lemak. Cairan sinovial berfungsi untuk
melumasi dan memberikan nutrisi pada permukaan kartilago
artikular. Cairan ini juga mengandung sel fagosit untuk
mengeluarkan fragmen jaringan mati (debris) dari rongga sendi
yang cidera atau infeksi (Sloane, 2004).
d. Membran Sinovial
Membran sinovial (juga dikenal sebagai sinovium atau
strata synoviale) adalah jaringan lunak yang ditemukan antara
kapsul artikular (kapsul sendi) dan rongga sendi sendi sinovial
(http://en.wikipedia.org/wiki/Synovial_membrane).
Membran sinovial sendi lutut adalah terbesar dalam tubuh.
Selain melapisi struktur sendi, membran itu juga membentang ke
atas dan ke bawah sampai di bawah ligamen patela, dan
membentuk beberapa bursa (kantong) sekitar sendi (Pearce,
2009).
e. Bursa
Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang
terletak di bagian bawah dan belakang pada sisi lateral didepan

8

dan bawah tendon origo muskulus popliteus. Bursa ini membuka
kearah sendi melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis
dan tendon muskulus popliteus.
Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di
depan, dan enam terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat
pada tempat terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit,
otot, atau tendon.
Bursa anterior terdiri dari, bursa supra patellaris, bursa
prepatellaris, bursa infrapatellaris superficialis, dan bursa
infrapatellaris profunda. Bursa posterior terdiri dari, bursa
recessus subpopliteus dan bursamuskulus semimebranous.
Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan,
tendon insertio m. biceps femoris, tendon m. sartorius, m. gracilis
dan m. semitendinosus sewaktu berjalan ke insertionya pada tibia.
Di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius dan di bawah
caput

medial

origo

m.

gastrocnemius

(http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/a
natomi-fitriani.pdf).
f. Ligamen
Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra
capsular yang sangat kuat, saling menyilang didalam rongga
sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan
9

anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini
penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae
(http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/a
natomi-fitriani.pdf).
2. Fisiologi
Meskipun permukaan- permukaan persendiannya tidak begitu
tepat sesuai satu dengan lainnya, sendi lutut dikelilingi ligamen yang
sangat kuat pula (inilah syarat terpenting). Ligamen dan otot inilah
yang membuat sendi lutut menjadi sendi terkuat dan paling stabil
dalam tubuh dan jarang kena dislokasi traumatik.
Untuk kestabilannya sendi lutut tergantung pada otot yang
mengelilinginya, khususnya otot kuadrisep femoris, yang harus selalu
dapat berkembang dengan baik. Otot- otot utama yang bekerja pada
lutut adalah, ekstensi otot kuadrisep femoris, fleksi otot paha dan
gastroknemius, serta rotasi medial otot popliteus, yaitu otot yang
terletak dalam di sebelah belakang tibia (Pearce, 2009)
B. Osteoarthrosis
Osteoathrosis merupakan suatu penyakit sendi menahun yang
dimulai dari kerusakan dan kemunduran fungsi tulang rawan sendi.
Osteoarthritis dikenal juga dengan nama osteoarthritis merupakan penyakit
degeneratif sendi yang dapat menyerang sendi manapun pada tubuh
manusia, terutama pada sendi yang menerima pembebanan terlebih seperti

10

sendi panggul dan lutut. Osteoarthrosis terjadi secara pelahan dan progesif
yang

dapat

mengakibatkan

berkurang

cairan

sinovium

sehingga

memperburuk rawan sendi dan terbentuknya taji atau osteofit pada tepitepi sendi. Osteoarthritis dapat menimbulkan kelainan pada struktur lutut
dan dapat menimbulkan berbagai macam keluhan seperti, keterbatasan
gerak sendi, adanya nyeri, kekakuan sendi/ stifness, oedem atau
pembengkakan sendi.
Penyebabnya diantara lain, usia, jenis kelamin, obesitas, over use,
kecacatan genu varus atau valgus, trauma. Osteoarthrosis dapat
menimbulkan perubahan patologis akibat proses degenerasi pada tulang
rawan sendi dan tulang subkondral, dimana terjadi erosi dan permukaan
sendi sehingga menjadi kasar dan timbul osteofit, sehingga celah sendi
menyempit sedangkan pada ligament akan terjadi iritassi dan pemendekan
yang disebabkan karena immobilisasi yang menyebabkan otot-otot sekitar
menjadi lemah. Gejala dan tanda klinis, keterbatasan gerak, nyeri,
kekakuan, krepitasi, kelemahan dan atropi otot, deformitas, instabilitas
sendi.

Gambar 4. Sendi lutut normal dan sendi lutut yang terserang
osteoarthrosis
(http://www.sympathyc.com/usefulness/Deforming_o
steoarthrosis.html).
11

Pada osteoarthrosis keterbatasan ROM lutut karena adanya
penyempitan celah sendi akibat adanya osteofit yang juga menyebabkan
terjepitnya serabut afferent C dan termasuk juga saraf sensoris pada
jaringan di daerah sekitar sendi, kapsul yang mebungkus sendi, dan otototot yang melekat di sekitar sendi sehingga menimbulkan keterbatasan
ROM lutut. Akibat dari ketidakseimbangan antara regenersi dengan
degenerasi maka akan terjai pelunakan, perpecahan dan penglupasan lapisa
rawan sendi yang akan terlepas menjai korpus libera sehingga dapat
menimbulkan penguncian ketika sendi bergerak sehingga akan membuat
penderita

takut

untuk

menggerakkan

lututnya

secara

maksimal

(immobilisasi) akibat dari itu semua maka otot- otot disekitar seni akan
menjadi spasme dan lama- kelamaan akan terjadi kelemahan pada otot
penggerak sendi lutut dan juga akan mengakibatkan mikrosirkulasi
menjadi lambat yang diikuti dengan kolagen adhesion dan menimbulkan
kontraktur sehingga timbul nyeri yang mengakibatkan immobilisasi
sehingga terjadi keterbatasan gerak sendi lutut (http://stopwarofisraelpalestina.blogspot.com/).
C. Teknik Pemeriksaan Genu
1. Proyeksi Antero Posterior (AP) (Bontrager, 2010)
a. Posisi Pasien

:

1) Posisi pasien
supine dan tidak ada rotasi dari pelvis.
2) Berikan bantalan pada kepala.

12

3) Tungkai bawah seharusnya full ekstensi.
b. Posisi Obyek
:
1) Luruskan tungkai dan pusatkan sendi lutut pada pertengahan
meja pemeriksaan.
2) Rotasikan tungkai ke medial 30 – 50 untuk true AP sendi lutut.
3) Tempatkan sand bag di kaki dan ankle untuk kestabilan jika
diperlukan.
c. Central Ray (CR)
:
Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset atau menyudut 50 – 70
cephalad.
d. Central Point (CP)
:
Titik bidik pada titik kurang lebih 0,5 inchi dibawah apek patella.
e. FFD
: 100 cm
f. Ukuran kaset
: 18 x 24 cm
g. Kriteria gambar
:
1) Distal femur, proksimal tibia dan fibula terlihat dalam
radiograf.
2) Celah femorotibial joint terlihat membuka.

Gambar 5. Posisi pasien dan hasil radiograf proyeksi AP
(Ballinger, 2003).
2. Proyeksi Lateral ( Medio lateral ) (Bontrager, 2010)
a. Posisi pasien

:

1) Posisi pasien lateral recumbent.
2) Berikan bantalan pada kepala.

13

3) Sediakan pengganjal sendi lutut untuk mencegah over rotasi.
b. Posisi obyek

:

1) Tubuh dan tungkai diatur rotasi, sehingga sendi lutut pada
posisi true lateral.
2) Fleksikan sendi lutut 200 – 300.
3) Atur sendi lutut pada pertengahan kaset.
c. Central Ray (CR)

:

Arah sinar 50 - 70 kearah cephalad.
d. Central Point (CP)

:

Titik bidik 1 inchi ( 2,5 cm ) distal dari epikondilus medial.
e. FFD

: 100 cm

f. Ukuran kaset

: 18 x 24 cm

g. Kriteria gambar

:

1) Distal femur, proksimal tibia dan fibula serta patella terlihat
dalam radiograf.
2) Femoropatellar dan sendi lutut membuka.

Gambar 6. Posisi pasien dan hasil radiograf proyeksi lateral
(Ballinger, 2003).
3. Proyeksi Antero Posterior Weight-Bearing (Bontrager, 2010)

14

Posisi ini akan memperlihatkan keadaan celah sendi lutut
yang sesuai dengan keadaan normal secara anatomis dari sendi lutut
(Ballinger, 2003).
a. Posisi pasien

:

Posisi pasien berdiri diatas step stool agar pasien terangkat
sehingga cukup untuk sinar horizontal.
b. Posisi obyek

:

1) Posisikan kaki lurus di depan dengan tekanan pada kedua kaki.
2) Sediakan pengganjal sebagai kestabilan pasien.
3) Pusatkan sendi lutut pada pertengahan meja pemeriksaan.
c. Central Ray (CR)

:

Arah sinar horizontal tegak lurus kaset / film, 5 0 – 100 caudad
pada pasien kurus; pada pertengahan diantara sendi lutut setinggi
0,5 inchi di bawah apek patella.
d. Central Point (CP)

:

Titik bidik pada titik pertengahan antara kedua lutut setinggi 0,5
inchi di bawah apek patella.
e. FFD

: 100 cm

f. Ukuran kaset

: 24 x 30 cm

g. Kriteria gambar

:

1) Celah

sendi

femorotibial

terbuka

dan

berada

pada

pertengahan film. Jika lutut normal celah sendi akan sama
pada kedua sisi kanan dan kiri.

15

2) Patella mengalami superposisi dengan femur dan sebagian
kaput fibula akan superposisi dengan tibia.
3) Terlihat jaringan lunak di sekitar sendi.

Gambar 7. Posisi pasien dan hasil radigraf proyeksi weightbearing (Ballinger, 2003).
D. Proteksi Radiasi
Menurut BAPETEN, proteksi radiasi adalah tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat
paparan radiasi (http://ainunsofhaina.blogspot.com/2013/02/pengertianfalsafah-dan-asas-asas.html).

1.

Proteksi Pasien terhadap Radiasi (Rasad, 1992)
a. Pemeriksaan sinar X hanya atas permintaan seorang dokter
b. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer
c. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga
daya tembusnya lebih kuat
d. Jarak fokus- pasien jangan terlalu pendek.
e. Daerah yang disinari harus seoptimal mungkin
f. Waktu penyinaran sesingkat mungkin
g. Alat kelamin dilindungi sebisanya

16

h. Pasien hamil, terutaa trisemester pertama, tidak boleh diperiksa
radiologik
2.

Proteksi terhadap Dokter Pemeriksa dan Petugas Radiologi Lainnya
(Rasad, 1992)
a. Hindari penyinaran bagian- bagia tubuh yang tidak terlindung
b. Pemakaian sarung tangan dan apron yang berlapis Pb
c. Hindari melakukan sinar tembus
d. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang- tulang kepala
e. Akomodasi mata sebelum melakukan pemeriksaan sinar tembus
paling sedikit selama 20 menit.
f. Gunakan alat-alat pengukur sinar Roentgen
g. Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai
h. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor atau rusaknya
perlengkapan-perlengkapan pelindung berlapis Pb
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Ilustrasi Kasus
Nomor CM

: 12- 13- 212788

Nama

: Ny. A

Umur

: 66 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

17

Alamat

: Sraten

Poli / Ruang

: Ruang Melati

Nomor Register Rontgen

: 1013/RI29

Dokter Pengirim

: dr. Husna. K

Klinis

: Suspect Gout

2. Riwayat Pasien
Pasien jatuh dari kendaraan bermotor pada hari Jumat 4 Oktober
2013. Pasien merasakan nyeri pada kedua lututnya dan lutut sebelah
kanan mengalami pembengkakan. Pada hari Minggu 6 Oktober 2013,
pasien dibawa ke Rumah Sakit.
Untuk membantu menegakkan diagnosa dari IGD dokter
mengirim pasien ke Instalasi Radiologi untuk melakukan foto rongten.
3. Posedur Pemeriksaan
a. Persiapan Alat
1) Pesawat sinar-x

Gambar 8. Pesawat sinar-x dan control table.

18

2) Imaging Plate ukuran 24x 30 cm

Gambar 9. Imaging Plate
3) Image reader Fuji Capsula XL II dan Computed Radiography

Gambar 10. Image reader dan CR
4) Printer Fujifilm Drypix 4000

19

Gambar 11. Printer
5) Film ukuran 24 x 30 cm

Gambar 12. Kotak film ukuran 24 x 30 cm.
b. Persiapan Pasien
Pasien dianjurkan untuk melepas benda-benda yang dapat
mengganggu hasil radiograf. Selain itu sebelum pemeriksaan
pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan.
4. Teknik Pemeriksaan
a. Proyeksi AP
1) Posisi Pasien

:

a) Pasien tidur supine di atas brankar
20

b) Berikan bantalan pada kepala pasien
c) Tungkai ekstensi penuh
2) Posisi Obyek

:

a) Luruskan tungkai dan pusatkan genu pada pertengahan
imaging plate
b) Rotasikan tungkai ke dalam 3- 5 untuk true AP genu
3) Central Ray ( CR )

:

Vertikal tegak lurus terhadap imaging plate
4) Central Point ( CP )

:

Di pertengahan antara genu dextra dan sinistra
5) FFD

: 100cm

6) Ukuran Imaging Plate : 24 x 30 cm
7) Faktor Eksposi

: 50 kV 10 mAs

8) Hasil radiograf

:

Gambar 13. Hasil radiograf proyeksi AP.
b. Proyeksi Lateral

21

1) Posisi Pasien

:

a) Pasien tidur supine di atas brankar
b) Berikan bantalan pada kepala pasien
2) Posisi Obyek

:

a) Letakkan genu dextra pada salah satu sisi imaging plate
yang telah dibagi dua bagian.
b) Rotasikan tungkai dan genu ke eksternal.
c) Fleksikan genu (semampu pasien)
d) Lakukan hal yang sama untuk genu sinistra pada bagian
sisi imaging plate yang belum terekspose
3) Central Ray ( CR )

:

Vertikal tegak lurus imaging plate
4) Central Point ( CP )

:

1 inchi ( 2,5 cm ) distal dari epikondilus medial
5) FFD

: 100 cm

6) Ukuran Imaging Plate

: 24 x 30 cm dibagi dua

7) Faktor Eksposi

: 10 kV 50 mAs

8) Hasil radiograf

:

22

Gambar 14. Hasil radiograf proyeksi lateral.
5.

Pengolahan Film
Sistem pengolahan film di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga
menggunakan Computed Radiography.
Berikut langkah- langkahnya:
a. Registrasikan ID pasien pada CR untuk menyimpan hasil file
pasien sesuai jenis pemeriksaan yang dilakukan.
b. Imaging Plate yang telah terekspose dimasukkan ke reader untuk
diambil hasilnya, setelah data/ hasil gambar masuk ke CR,
keluarkan imaging plate dari reader.
c. Edit gambar sesuai kebutuhan, jika dirasa kondisi radiograf sudah
cukup, cetak hasilnya (printing) jangan lupa diberi marker sesuai
obyek yang diperiksa.
d. Tunggu hingga film/ hasil radiograf keluar dari printer kemudian
masukkan film ke dalam amplop yang sudah dilengkapi dengan
identitas pasien.

23

6. Hasil Ekspertisi Dokter
a. Hasil

:

1) Tampak soft tissue swelling regio genu bilateral
2) Eminentia intercondilaris tak tampak meruncing
3) Tampak opasitas di joint space bilateral
4) Tampak osteofit di epicondylus lateralis os tibia bilateral, dan
condylus lateralis os femur sinistra
5) Tampak pertumbuhan osteochondral di os patella bilateral
aspek superior, tak tampak gambaran iritasi cortex maupun
punch of lesion
6) Sistema tulang yang tervisualisasi intact
b. Kesan

:

1) Gambaran osteoarthrosis genu bilateral dengan suspect
tendinosis
2) Tak tampak tanda- tanda gouty arthritis
B. Pembahasan
Pemeriksaan radiografi sendi lutut atau genu dengan kasus
osteoarthritis dianjurkan dalam berbagai referensi untuk dibuat proyeksi
perbandingan, dimaksudkan untuk membandingkan antara sendi yang sakit
dengan sendi yang nornal. Proyeksi yang dianjurkan dari beberapa
referensi adalah proyeksi AP Bilateral Weight Bearing dalam posisi
berdiri.

24

Pada

pemeriksaan

radiografi

sendi

lutut

dengan

kasus

osteoarthrosis proyeksi yang digunakan sama dengan proyeksi yang
digunakan pada kasus osteoarthritis. Di Instalasi RSUD Salatiga
pemeriksaan sendi lutut dengan kasus osteoarthrosis dibuat dengan
proyeksi AP dan lateral perbandingan dengan posisi pasien supine, hal ini
dikarenakan pasien non kooperatif dan tidak memungkinkan apabila
dilakukan pemeriksaan dengan posisi berdiri.
Menurut dokter radiologi RSUD Salatiga proyeksi AP dengan
posisi erect/ berdiri ataupun supine tidak mempengaruhi pembacaan foto
karena gambaran anatomi tetap sama. Proyeksi yang digunakan sudah
dapat memberikan informasi diagnostik tetapi tidak maksimal karena
posisi objek tidak true lateral sehingga gambaran radiograf yang tampak
adalah oblique.
Di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga sewaktu pemeriksaan pasien
tidak menggunakan apron. Upaya proteksi radiasi yang dilakukan adalah
pengaturan kolimasi lapangan dan waktu penyinaran yang optimal, yaitu
luas lapangan obyek yang disinari sekecil mungkin dengan waktu
sesingkat mungkin namun efektif, efisien dan mampu menghasilkan
radiograf yang informatif. Tidak melakukan pengulangan foto dan
memberi informasi bagi yang tidak berkepentingan untuk keluar dari area
pemeriksaan juga merupakan upaya proteksi radiasi yang dilakukan di
Instalasi Radiologi RSUD Salatiga.

25

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teknik pemeriksaan radiografi sendi lutut atau genu pada kasus
osteoarthrosis proyeksi yang digunakan sama dengan proyeksi
yang digunakan pada kasus osteoarthritis.
2. Teknik pemeriksaan osteoarthrosis di Instalasi Radiologi RSUD
Salatiga menggunakan proyeksi AP dan lateral perbandingan
dengan posisi supine dikarenakan pasien non kooperatif.
3. Ada kelebihan dan kelemahan dari proyeksi AP dan lateral
perbandingan dengan posisi supine pada kasus osteoarthrosis, di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan

:

1) Radiograf proyeksi AP dengan posisi supine sudah dapat
memberikan informasi diagnostik jadi dapat diterapkan
pada pemeriksaan dengan pasien non kooperatif.
b. Kekurangan :
1) Karena kondisi pasien yang non kooperatif dan pasien
tidak bisa diposisikan true lateral, maka gambaran
radiograf yang tampak tidak lateral melainkan oblique.

26

Hal

ini

mengakibatkan

informasi

diagnostik

yang

diperoleh kurang maksimal.
4. Upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan genu di
Instalasi Radiologi RSUD Salatiga adalah pengaturan kolimasi
lapangan dan waktu penyinaran yang optimal, tidak melakukan
pengulangan foto dan memberi informasi bagi yang tidak
berkepentingan untuk keluar dari area pemeriksaan.
B. Saran
Apabila ada permintaan foto rongten sendi lutut atau genu pada
kasus osteoarthrosis dengan proyeksi lateral perbandingan dan pasiennya
non kooperatif sehingga tidak bisa diposisikan true lateral, radiografer
harus memodifikasi teknik pemeriksaan. Yaitu dengan cara memposisikan
pasien tidur supine di atas brankar. Bagian genu sampai tungkai bawah
diberi pengganjal sebagai fiksasi agar posisi objek true lateral. Letakkan
kaset atau imaging plate pada sisi lateral genu, atur supaya imaging plate
dapat berdiri tegak dan pastikan seluruh bagian objek tercover, posisikan
genu pada pertengahan imaging plate, arah sinar yang digunakan adalah
horizontal tegak lurus dari sisi medial. Lakukan hal yang sama untuk
pemeriksaan genu dextra maupun sinistra.
Pada

waktu

pemeriksaan

genu

sebaiknya

pasien

tetap

menggunakan apron mengingat bahaya radiasi yang dapat diterima oleh
pasien. Apron ditarik sedikit ke atas agar tidak menutup objek dan
mengganggu jalannya pemeriksaan.

27

DAFTAR PUSTAKA

Ainunsofhaina. Pengertian, Falsafah, dan Asas- asas Proteksi Radiasi.
http://ainunsofhaina.blogspot.com/2013/02/pengertian-falsafah-danasas-asas.html, 12 Februari 2013, diakses pada tanggal 24 Oktober
2013.
Ballinger, P. W. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions and Radiologic
Procedures, Volume Two, Tenth Edition. St. Louis: CV Mosby
Company, 2003.
Bontrager, K. L, John P. Lampignano. Text Book of Radiographic Positioning and
Related Anatomy, Seventh Edition. St. Louid: Mosby Inc, 2010.
Definisi Cairan Sinovial. http://kamuskesehatan.com/arti/cairan-sinovial/, diakses
pada tanggal 13 Oktober 2013.
Lumongga, Fitriani. Sendi Lutut. http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatom
i-fitriani.pdf, 2004, diakses pada tanggal 8 Oktober 2013.
Pearce. E. C. Alih Bahasa oleh Sri Yuliani Handoyo. Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis, Edisi ke- 33. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2009.
Pewanangan, Centuri D. S. Teknik Pemeriksaan Radiografi Genu dengan
Proyeksi AP dan Lateral Perbandingan pada Kasus Osteoarthritis di
Instalasi Radiologi BPRSUD Salatiga. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang, 2007.
Prasetya, R. Perbandingan Pemeriksaan Sendi Lutut pada Kasus Osteoarthritis
dengan Posisi Berdiri dan Berbaring di Instalasi Radiologi Rso Prof.
Dr. R Soeharso Surakarta. Politeknik Kemenkes Semarang, 2006.
Rahmatnani. Tulang Rawan. http://rahmatnani.wordpress.com/2012/02/20/tulangrawan/, 20 Februari 2012, diakses pada tanggal 13 Oktober 2013.

28

Rasad, R. Iwan Ekayuda (ed). Radiologi Diagnostik, Edisi ke- 2. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI, 2005.

Sloane, Ethel. Alih Bahasa oleh James Veldam. Palupi Widyastuti, SKM (ed).
Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran, 2004.
Sridianti,

Tanti.
Fungsi
Tulang
Rawan
dan
Kartilago.
http://smabiologi.blogspot.com/2013/07/fungsi-tulang-rawankartilago.html, diakses pada tanggal 13 Oktober 2013.

Sutiyono, W. A. Teknik Pemeriksaan Radiografi Genu Bilateral pada Kasus
Osteoarthritis di Instalasi Radiologi RSUD Kota Salatiga. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang, 2011.

Synovial Membrane. http://en.wikipedia.org/wiki/Synovial_membrane, 8 Agustus
2013, diakses pada tanggal 18 Oktober 2013.

Tamie, DW. Osteoarthrosis. http://stopwarofisrael-palestina.blogspot.com/, 26
Januari 2009, diakses pada tanggal 14 oktober 2013.

29

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124