HAK ASASI MANUSIA HAM DALAM PELAYANAN KE

HAK ASASI MANUSIA (HAM)
DALAM PELAYANAN KESEHATAN

MAKALAH
Memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
Yang dibimbing oleh Bapak Abdul Hanan S.Kep, Ns, M.Kes

-

Oleh
Kulsum Febri Dwi S
Dwi Andika Mulya S
Noor Rochmat H
Normalita Dwi P S
Yusi Idah Safitri
Alifah F Izzah
Anggun Nilam C
Siti Nur Jannah
Indri Ifadatul K


(1501470012)
(1501470013)
(1501470014)
(1501470016)
(1501470017)
(1501470018)
(1501470019)
(1501470020)
(1501470021)

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN LAWANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
November 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “HAK
ASASI MANUSIA (HAM) DALAM PELAYANAN KESEHATAN” ini dapat
terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui peran hak asasi

manusia dalam pelayanan kesehatan
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Abdul Hanan S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah pemabahasan ini.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Teman-teman sekelas yang telah menyumbangkan banyak ide terhadap
laporan penelitian ini.
4. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin
dalam laporan penelitian ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu
penulis mohon maaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.


Lawang, 11 November 2015
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
KATA PENGANTAR..............................................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii
BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................

1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................
1
1.3. Tujuan Pembahasan...........................................................................................

2
1.4. Manfaat Pembahasan.........................................................................................
2
1.4.1. Bagi Mahasiswa.........................................................................................
2
1.4.2. Bagi Dosen................................................................................................
2
1.4.3. Bagi Masyarakat........................................................................................
2
BAB II

PEMBAHASAN ......................................................................................

3
2.1. Konsep Dasar HAM...........................................................................................
3
2.1.1. Pengertian HAM.....................................................................................
3
2.1.2. Rule of Law...............................................................................................
4


2.2. Sejarah Perkembangan HAM.............................................................................
5
2.2.1. Sejarah HAM di Dunia............................................................................
5
2.2.2. Sejarah HAM di Indonesia......................................................................
6
2.3. Problematik dan Amandemen HAM ...............................................................
7
2.3.1. Problematik HAM....................................................................................
7
2.3.2. Amandemen HAM...................................................................................
8
2.4. HAM dalam Pelayanan Kesehatan..................................................................
12
BAB III PENUTUP.................................................................................................
16
3.1. Kesimpulan........................................................................................................
16
3.2. Saran..................................................................................................................

17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia,
tanpa hal itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. HAM tersebut
diperoleh bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan
masyarakat. HAM berlaku untuk semua orang tanpa diskriminasi. HAM tidak bisa
dilanggar oleh siapa pun.
Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala di tanda tangani
Magna Charta (1215), oleh raja John Lackland. Kemudian juga penandatanganan
Petition of Right pada tahun 1628 oleh raja Charles I. Dalam hubungan ini raja
berhadapan dengan utusan rakyat (House of Conmouns). Di hubungan inilah
maka perkembangan hak asasi manusia itu sangat erat hubungannya dengan

perkembangan demokrasi. Di Indonesia, hak asasi manusia tercantum dalam UUD
1945 yang tertuang dalam pembukaan alinea kedua, pasal-pasal dan penjelasan.
Indonesia merupakan negara yang benar-benar menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
Pada masa berakhirnya pemerintahan orde baru terjadi amandemen UUD
1945. Undang-undang yang diamandemen termasuk undang-undang tentang
HAM. Sebelum Amandemen UUD ‘45, pasal 28 hanya terdiri dari satu baris.
Sementara setelah Amandemen UUD ’45 II yang disahkan pada 18 Agustus 2000,
terjadi perubahan besar yaitu dengan ditambahkannya satu bab khusus yang
membahas tentang HAM berisi 10 pasal (28A-28J). Kesehatan juga merupakan
salah satu hak asasi manusia yang dimiliki oleh semua orang. Apabila seseorang
sehat maka ia akan tetap meneruskan hidup dan akan mendapatkan hak asasi
manusia yang lain. Oleh karena itu, negara wajib menjamin akan terpenuhinya
hak kesehatan ini. Dengan adanya peraturan tentang kesehatan maka dalam
pelayanan kesehatan pihak pemberi pelayanan wajib memandang hak asasi
manusia pihak penerima pelayanan.
1.2.

Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah konsep dasar HAM?
1.2.2. Bagaimana sejarah perkembangan HAM?
1.2.3. Apa saja problematik dan amandemen HAM?
1.2.4. Bagaimana penerapan HAM dalam pelayanan kesehatan?
1.3.

Tujuan Pembahasan

1.3.1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar HAM.
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan HAM.
1.3.3. Untuk mengetahui berbagai problematik dan amandemen HAM.
1.3.4. Untuk mengetahui penerapan HAM dalam pelayanan kesehatan.
1.4.

Manfaat Pembahasan

1.4.1.

Bagi Mahasiswa


-

Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar, sejarah perkembangan,
problematik dan amandemen HAM.

-

Mahasiswa dapat mengetahui peran HAM dalam pelayanan kesehatan.

-

Mahasiswa dapat meneruskan perjuangan penegakan HAM di Indonesia

1.4.2. Bagi Dosen
-

Dosen menjadi lebih terarah dalam memberikan kuliah tentang HAM
dalam pelayanan kesehatan.

-


Dosen dapat membuat kuliah menjadi lebih menarik dan mengena kepada
mahasiswa dengan membuat bahan mengajar secara kreatif dan inovatif.

1.4.3. Bagi Masyarakat
-

Masyarakat mengetahui peran HAM dalam pelayanan kesehatan.

-

Masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan ketika dirinya merasa
hak asasinya tidak dipenuhi dalam bidang kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Konsep Dasar HAM


2.1.1. Pengertian
“HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
diganggu gugat oleh siapa pun” (Jakni,2014:220). HAM terdiri dari tiga kata yaitu
hak,

asasi

dan

manusia.

Hak

adalah

kewenangan/kewajiban

untuk

melakukan/tidak melakukan sesuatu. Asasi adalah segala sesuatu yg bersifat
mendasar & fundamental yg selalu melekat pd objeknya. Manusia adalah umat,
ciptaan, tuhan yg berakal budi. Jadi HAM dapat diartikan sebagai hak-hak
mendasar pada diri manusia.
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan terjemahan dari istilah human
rights atau the right of human.Secara terminologi istilah ini artinya adalah HakHak Manusia.HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai
dengan kodratnya. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB),
dalam Teaching Human Rights, United Nations, HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan
bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia”.
Dasar dari semua hak asasi manusia adalah manuisa memperoleh
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan apa yang dia inginkannya. Hak
asasi manusia merupakan suatu kebutuhan dari realitas sosial yang bersifat
universal. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM sudah
menjadi bagian dari manusia secara otometis sejak lahir. HAM berlaku untuk
semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, suku, pandangan
politik, budaya atau asal usul sosial dan bangsa. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak
seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain.

Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).
Macam-macam HAM sebagai berikut:
 Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Contoh: kebebasan memeluk agama, kebebasan menyatakan pendapat
 Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
Contoh: hak memiliki sesuatu, hak untuk melakukan jual beli
 Hak Asasi Hukum (Rights of Legal Equality)
Contoh: hak untuk mendapat layanan dan perlindungan hukum dengan
adil
 Hak Asasi Politik (Political Rights)
Contoh: hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
 Hak Asasi Sosial dan Kebudayaan (Social and Cultural Rights)
Contoh: hak memperoleh pengajaran
 Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Contoh: hak mendapatkan pembelaan hukum di pengadilan.
2.1.2. Rule of Law
“Rule of Law adalah konsep tentang common law yaitu seluruh aspek
negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip
keadilan dan egalitarian” (Jakni, 2014:109). Unsur-unsur rule of law menurut A.
V. Dicey adalah supremasi aturan-aturan hukum, kedudukan yang sama di dalam
mengahadapi hukum dan terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang
serta keputusan-keputusan pengadilan. Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya
pemerintahan yang demokrasi menurut Rule of Law adalah adanya perlindungan
konstitusional, badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, pemilihan
umum yang bebas, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan untuk berserikat/
berorganisasi dan beroposisi dan pendidikan kewarganegaraan.
Hubungan rule of law dengan HAM adalah saling berkaitan dan saling
mengisi. Inti dari rule of law adalah terjaminnya hak asasi manusia terutama di
bidang hukum dan pengadilan. Rule of law lebih menekankan pada hak asasi
peradilan (procedural rights) yaitu harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat.

2.2.

Sejarah Perkembangan HAM
2.2.1. Sejarah HAM di Dunia
Perkembangan pemikiran HAM di dunia adalah sebagai berikut:

a. Magna Charta
Pada tahun 1215 oleh Raja John Lackland ditandatangani perjanjian tentang
HAM untuk pertama kalinya. Hal ini disebabkan karena terjadinya
perjuangan kaum bangsawan dan gereja untuk melindungi hak-hak mereka
dari kekuasaan absolut raja.
b. Petition of Rights
Ditandatangani oleh Raja Charles I pada tahun 1628. Disini raja berhadapan
dengan parlemen yang terdiri dari utusan rakyat.
c. Habeas Corpus Act
Ditandatangani pada tahun 1679 di Britania Raya karena HAM sering
dilanggar maka muncullan perjanjian ini, yaitu tentang peraturan diperiksa
dimuka hakim, dimana seseorang hanya dapat ditahan atas dasar perintah
hakim dengan mengemukakan dasar hukum penahanan tersebut.
d. Bill of Rights Inggris
Pada tahun 1689 terjadi revolusi yaitu perebutan kekuasaan antara Raja James
dengan Marry II/William II dan dimenangkan oleh Raja William II sehingga
disusun Deklarasi tentang Hak dan Kebebasan Warga dan tata cara Suksesi
Raja. Disini raja mulai tunduk pd kekeuasaan parlemen.
e. Bill of Rights Amerika
Pada tahun 1776 di Virginia disusun oleh George Mason yang berupa
kesepakatan

13

neg.bagian

AS.

dan

berisi

kebebasan

beragama,pers,menyatakan pendapat dan berserikat, melindungi indifidu dr
penggeledahan & penangkapan, hak atas proses hukum yang benar dan
larangan perbudakan.
f. Four Freedom
Pada tahun 1941 di Amerika oleh presiden Franklin D.Roosevelt yang berisi
empat hak yaitu hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak
kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang

diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dan hak kebebasan dari
ketakutan.
g. Declaration des Droits de L’Homme et du Citoyen .
Awalnya terjadi kekuasaan Raja yang absolut kemudian muncul tokoh
Montesquieu dengan diikuti oleh JJ.Roessau yg menghendaki adanya
demokrasi. Kemudian lahirlah perjanjian ini pada tanggal 26 agustus 1789
oleh Assemble Nationale . Isi deklarasi ini titik beratnya pada 5 hak yaitu
pemilikan harta (propiete), kebebasan (liberte), persamaan (egalite),
keamanan(securite), dan perlawanan terhadap penindasan (resistence a
L’oppression).
h. Universal Declaration of Human Rights
Ditandatangani oleh negara-negara nggota PBB pada 10 Desember 1948 pada
Sidang Umum PBB di Paris. Konvensi tersebut berisi antara lain hak setiap
orang atas hidup dilindungi oleh undang-undang, menghilangkan hak hidup
orang tak bertentangan dan hak setiap orang untuk tidak dikenakan siksaan
atau perlakuaan tak berperikemanusiaan atau merendahkan martabat manusia.
2.2.2. Sejarah HAM di Indonesia
Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol
pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta
mendapatkan perlakuan yang sama yaitu hak kemerdekaan. Kemudian HAM
juga dibahas dalam persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sehingga
akhirnya Pembukaan UUD 1945 disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Di Indonesia, hak asasi manusia tercantum daam UUD 1945 yang tertuang
dalam pembukaan, pasal-pasal dan penjelasan. Pada pembukaan UUD 1945
alinea pertama tertulis “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan...”. Dari kalimat ini telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia dan akna terus melindungi hak
asasi manusia masyarakatnya.
2.3.

Problematik dan Amandemen HAM
2.3.1. Problematik HAM

Pada saat jatuhnya Pemerintahan Soeharto, masa orde baru dialakukan
banyak amandemen pada UUD 1945. Hal tersebut karena terjadi beberapa
masalah yaitu sebagai berikut:
Pertama, pencantuman HAM dalam perubahan UUD 1945 dari Pasal 28A
s/d Pasal 28J UUD 1945, tidak lepas dari situasi serta tuntutan perubahan yang
terjadi pada masa akhir pemerintahan Orde Baru, yaitu tuntutan untuk
mewujudkan kehidupan demokrasi, penegakkan supremasi hukum, pembatasan
kekuasaan negara serta jaminan dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia
sebagai antitesa dari berbagai kebijakan pemerintahan Orde Baru yang
mengabaikan

aspek-aspek

tersebut.

Kedua, terjadi perdebatan panjang mengenai adanya kecurigaan dari
sebagian anggota MPR bahkan sebagian anggota masyarakat kita bahwa konsep
HAM yang bersumber dari barat, tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia
yang berdasarkan prinsip-prinsip koletivitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, karena HAM yang berasal dari barat mengandung nilai-nilai kebebasan
yang berdasarkan individualisme. Perdebatan mengenai masalah ini mencapai titik
temu ketika disetujui adanya pembatasan HAM yang diatur dalam Pasal 28J UUD
1945.
Ketiga, pasal lain yang menyita waktu perdebatan dan loby yang
melelahkan adalah rumusan Pasal 28E ayat (1). Terkait dengan “aliran
kepercayaan”. Semula tiga baris pertama rumusan ayat (1) tersebut kata “dan
kepercayaannya itu” setelah kata agama, yang mengikuti rumusan Pasal 29 ayat
(2). Penambahan kata “kepercayaannya itu” ditentang oleh sebagian anggota dan
meminta agar dua kata tersebut dihapuskan. Pada sisi lain anggota yang sangat
keberatan dengan penghapusan dua kata itu, karena dua kata tersebut tercantum
juga dalam pasal 29 ayat (2). Jalan keluar atas perbedaan ini yang disetujui
bersama adalah mengenai aliran kepercayaan diakomodir pada ayat (2) Pasal 28E
ini yaitu hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap
sesuai

dengan

hati

nurananinya.

Keempat, pasal-pasal lainnya mengenai HAM disetujui dengan tanpa
perdebatan yang lama dan termasuk pasal-pasal perubahan UUD 1945 yang
disetujui dengan mulus dibanding dengan perubahan pasal yang lainnya. Hanya

ketiga soal itulah yang menjadi perdebatan panjang atas sepuluh pasal mengenai
HAM ini di MPR pada saat itu. Selanjutnya bahwa ketentuan HAM dalam UUD
1945 yang menjadi basic law adalah norma tertinggi yang harus dipatuhi oleh
negara. Karena letaknya dalam konstitusi, maka ketentuan-ketentuan mengenai
HAM harus dihormati dan dijamin pelaksanaanya oleh negara. Karena itulah pasal
28I ayat (4) UUD 1945 menegaskan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakkan,
dan pemenuhan HAM adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.
2.3.2. Amandemen HAM
Sebelum Amandemen UUD ‘45, pasal 28 hanya terdiri dari satu baris.
Sementara setelah Amandemen UUD ’45 II yang disahkan pada 18 Agustus 2000,
terjadi perubahan besar yaitu dengan ditambahkannya satu bab khusus yang
membahas tentang HAM berisi 10 pasal (28A-28J).
Penyebab Terjadinya Amandemen Pasal 28
1. Tuntutan untuk mewujudkan kehidupan demokrasi, penegakkan supremasi
hukum, pembatasan kekuasaan negara serta jaminan dan penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia.
2. Terjadi perdebatan panjang mengenai adanya kecurigaan dari sebagian
anggota MPR bahkan sebagian anggota masyarakat kita bahwa konsep
HAM yang bersumber dari barat.
3. Terjadi perdebatan dan loby yang melelahkan dalam rumusan Pasal 28E
ayat (1) terkait dengan “aliran kepercayaan”.
4. Kenyataan masih seringnya pelanggaran HAM terjadi di negeri ini, antara
lain; kasus pembunuhan aktivis Munir, kasus penggusuran warga, jual-beli
bayi, aborsi, masih banyak terjadi perlakuan diskriminasi antara si kaya
dan si miskin, hukum memihak kekuasaan, korupsi dan kolusi di
pengadilan, masalah kesenjangan sosial, busung lapar, pengangguran dan
kemiskinan.
Sebelum Amandemen:
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Setelah Amandemen:

BAB XA
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya.
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih

pendidikan

kewarganegaraan,

dan

memilih

pengajaran,
tempat

memilih

tinggal

di

pekerjaan,
wilayah

memilih

negara

dan

meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan,mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain.
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun.

(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan dengan
prinsip Negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.
Dampak Negatif Amandemen Pasal 28:
1. Terjadi perdebatan panjang mengenai Hak Asasi Manusia.
2. Terdapat penyalahgunaan penggunaan konstitusi mengenai Hak Asasi
Manusia.
3. Masih banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia di masyarakat.
4. Amandemen UUD ‘45 dinilai belum transformatif karena konstitusi ini
masih bersifat parsial, lebih terfokus pada aspek restriktif negara dan aspek
protektif individu dalam Hak Asasi Manusia.
Dampak Positif Amandemen Pasal 28:
1. Indonesia memiliki dasar konstitusional yang jelas mengenai Hak Asasi
Manusia.
2. Sebagai cermin dari tekad bangsa Indonesia untuk menegakkaan HAM
sesuai dengan pernyataan pada Pembukaan UUD 1945.

3. Sebagai penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia yang meliputi:
4.

a. hak atas kewarganegaraan,

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

b. hak atas hidup,
c. hak untuk mengembangkan diri,
d. hak atas kemerdekaan pikiran dan kebebasan memilih,
e. hak atas informasi,
f. hak atas kerja dan penghidupan layak,
g. hak atas kepemilikan dan perumahan,
h. hak atas kesehatan dan lingkungan sehat,
i. hak berkeluarga,
j. hak atas kepastian hukum dan keadilan,
k. hak bebas dari ancaman, diskriminasi dan kekerasan,
l. hak atas perlindungan,
m. hak memperjuangkan hak,
n. hak atas pemerintahan.

18. Sebagai dasar hukum yang kuat mengenai Hak Asasi Manusia sehingga peraturan
lainnya yang kedudukannya di bawah UUD 1945 tidak boleh bertentangan.
19. Sebagai antisipasi dari kecurigaan bahwa konsep HAM selama ini diadaptasi oleh
bangsa Indonesia dari Barat oleh amandemen pada pasal Pasal 28J UUD 1945
yang mengatur adanya pembatasan HAM.

2.4.

HAM dalam Pelayanan Kesehatan
20.

Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis. Karena itu
kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa
kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional. Tanpa
kesehatan, seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haknya yang
lain. Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang haknya
atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani pekerjaan yang layak,
tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan berkumpul serta
mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan demi masa
depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati sepenuhnya
kehidupan sebagai manusia.Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi
manusia dan sebagai kondisi yang diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak
lain telah diakui secara internasioal. Hak atas kesehatan meliputi hak
untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang sehat, hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, dan perhatian khusus terhadap
kesehatan ibu dan anak. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights
(UDHR) menyatakan:

21.

Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk
kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak
atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial
yang diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit,
cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, lanjut usia, atau keadaan-keadaan
lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar
kekuasaannya. Ibu dan anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan
khusus. Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar
perkawinan, harus menikmati perlindungan sosial yang sama.

22.

Jaminan hak atas kesehatan juga terdapat dalam Pasal 12 ayat (1)
Konvensi Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang
ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) tanggal 16 Desember
1966, yaitu bahwa negara peserta konvenan tersebut mengakui hak setiap
orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal

kesehatan fisik dan mental. Perlindungan terhadap hak-hak Ibu dan anak
juga mendapat perhatian terutama dalam Konvensi Hak Anak. Instrumen
internasional lain tentang hak atas kesehatan juga terdapat pada Pasal 12
dan 14 Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan, dan ayat 1 Deklarasi Universal tentang
Pemberantasan Kelaparan dan kekurangan Gizi.
23.

Pada lingkup nasional, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Jaminan atas hak memperoleh
derajat kesehatan yang optimal juga terdapat dalam pasal 4 UU Nomor 23
Tahun 1992 tentang kesehatan. Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia berisi:

24. •

Bab III Bagian Pertama, pasal 9Hak untuk Hidup.

25. •

Bab III Bagian Kelima, pasal 21keluhan pribadi..tidak boleh jadi

obyek penelitian tanpa persetujuan.
26. •

Penjelasan Pasal 41 ayat 1: Kemudahan dan perlakuan khusus

adalah pemberian pelayanan, jasa, atau penyediaan fasilitas dan sarana
kelancaran, keamanan, kesehatan dan keselamatan.
27. Ada beberapa hal hubungan HAM dan kesehatan yaitu:
28. • Pelanggaran thd HAM dapat memunculkan masalah kesehatan yg serius.
Misal: kasus KDRT, penganiayaan thd istri/anak, belum ada perlindungan
hukum yg baik, tata cata tradisional yg digolongkan sbg pelanggaran
HAM:perbudakan/pengucilan dsb.
29. • Kebijakan dan program kesehatan bisa memunculkan pelanggaran HAM.
Misal: Program Askeskin yg kurang monitor scr baik shg akses maskin thd
kesehatan sulit dan terdiskriminasi.
30. Indikator keberhasilan program kesehatan dalam pemenuhan Hak atas
Kesehatan:
31. • Ketersediaan (fasilitas perawatan maupun peralatan,rancangan program
yg baik dsb)

32. • Keterjangkauan (Pelayanan kesehatan dapat terjangkau semua orang, tak
diskriminasi, informasi yg akurat)
33. • Penerimaan (Menghargai etika medis, perbedaan sosial budaya,
kerahasiaan, meningkatkan status kesehatan dsb)
34. • Kualitas (kualitas sesuai perkembangan dunia kedokteran terkini)
35. Problem Kesehatan yang berhubungan dengan HAM:
36. • Kematian Ibu yg masih tinggi, KB yg belm merata (Program kesehatan
reproduksi)
37. •

Gizi buruk, kematian bayi dan balita yg masih tinggi (Program

Kesehatan Anak)
38. • Diare, ISPA, DBD, Malaria (Program Kesling)
39. • Pencemaran dan kelangkaan air (Program air Bersih)
40. • Problem2 Program HIV/ AIDS
41. • Problem2 Khusus program TBC
42.

Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan wajib menjunjung
tinggi hak asasi manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini
sesuai dengan prinsip-prinsip etis etika keperawatan terutama prinsip
justice/ keadilan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat tidak
boleh membeda-bedakan pasiennya. Baik dari segi suku, ras, agama,
warna kulit, bangsa dan jenis kelamin. Perawat harus memberikan
pelayanan kesehatan secara merata karena hal itu merupakan hak asasi
manusia yang dimiliki oleh setiap orang. Hal ini juga dicantumkan dalam
kode etik keperawatan Indonesia bab 1 pasal 1 yang berbunyi “Perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat

manusia,

keunikan

klien

dan

tidak

terpengaruh

oleh

pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial”.
43.
44.
45.
46.
47.

48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.

BAB III
PENUTUP

64.
65.

3.1. Kesimpulan
66.

HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak yang melekat pada diri

setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
diganggu gugat oleh siapa pun HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun
diwarisi. HAM sudah menjadi bagian dari manusia secara otometis sejak lahir.
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
suku, pandangan politik, budaya atau asal usul sosial dan bangsa. HAM tidak bisa
dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain.
67.

Sejarah

Perkembangan

HAM

di

dunia

dimulai

dari

penandatanganan Magna Charta oleh John Lockland pada tahun 1215 sampai
dengan penandatanganan Universal Declaration of Human Rights oleh negaranegara anggota PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Sejarah Perkembangan
HAM di Indonesia dimulai dari pencantuman penegakan hak asasi merdeka dalam

pembukaan UUD 1945 alinea kedua sampai dengan terjadinya Amandemen UUD
1945 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28A—J.
68.

Sebelum Amandemen UUD ‘45, pasal 28 hanya terdiri dari satu

baris. Sementara setelah Amandemen UUD ’45 II yang disahkan pada 18 Agustus
2000, terjadi perubahan besar yaitu dengan ditambahkannya satu bab khusus yang
membahas tentang HAM berisi 10 pasal (28A—28J). Kesehatan juga merupakan
salah satu hak asasi manusia yang dimiliki oleh semua orang. Apabila seseorang
sehat maka ia akan tetap meneruskan hidup dan akan mendapatkan hak asasi
manusia yang lain. Oleh karena itu, negara wajib menjamin akan terpenuhinya
hak kesehatan ini. Dengan adanya peraturan tentang kesehatan maka dalam
pelayanan kesehatan pihak pemberi pelayanan wajib memandang hak asasi
manusia pihak penerima pelayanan.
69.
70.
71.
72.
73.

3.2. Saran
Disarankan kepada seluruh masyarakat untuk selalu berusaha

untuk mewujudkan hak asasi manusia dan tidak melanggar hak asasi manusia
orang lain terutama dalam bidang pelayanan kesehatan.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.

87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.

DAFTAR PUSTAKA

Jakni. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

Bandung: Alfabeta
104.

Hikmah, F. 2013. Sejarah Berdirinya HAM dan Hubungannya dengan

HAM

Bidang

Kesehatan,

(http://faiqkatul.blogspot.co.id/2013/12/v-

behaviorurldefaultvmlo.html), diakses pada 11 November 2015.
105.

Salahuddin, H. 2009. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 [1],

(http://hendrigamaina.blogspot.co.id/2009/09/hak-asasi-manusia-dalam-uud19451. html), diakses pada 24 September 2015.
106.

Setiawan, D. 2010. Hak Asasi Manusia dalam Amandemen UUD 1945,

(http://www.danisetiawanku.com/2010/01/hak-asasi-manusia-dalamamandemen-uud.html), diakses pada 24 September 2015.
Wahid, S. 2013. Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia,
(http://makalahplus.blogspot.co.id/2013/08/kesehatan-sebagai-hak-asasimanusia.html), diakses pada 14 November 2015.

107.

108.

Sudrajat, J. 2011. Mewujudkan hak asasi manusia di bidang kesehatan,

(http://www.antaranews.com/berita/287778/mewujudkan-hak-asasi-manusiadi-bidang-kesehatan), diakses pada 14 November 2015.
109.