KONSERVASI BAHASA DAERAH LAIYOLO YANG HA
KONSERVASI BAHASA DAERAH LAIYOLO YANG HAMPIR PUNAH DI
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN
Muh. Arief Muhsin
Universitas Muhammadiyah Makassar
[email protected]
Abstrak
Adapun tujuan penelitian ini yang ingin dicapai adalah; Untuk menemukan
penyebab terjadinya kepunahan Bahasa Laiyolo, dan untuk menciptakan
bentuk konservasi dalam mencegah kepunahan Bahasa Laiyolo. Metode
penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif yakni suatu
metode dalam meneliti suatu obyek, suatu sistem pemikiran atau suatu kilas
peristiwa pada masa sekarang. Data-data diperoleh dari berbagai sumber atau
informasi, baik melalui buku, jurnal, internet, wawancara, observasi dan studi
dokumentasi, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan
mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan data-data yang diperoleh
mengenai konservasi bahasa daerah Laiyolo yang hampir punah di Kabupaten
Kepulauan Selayar. Terancam punahnya bahasa Laiyolo disebabkan karena
beberapa factor diantanya yaitu factor urbanisasi dan perkawinan antar etnis,
kurangnya sosialisasi orang tua dalam memperkenalkan bahasa ibu mereka,
remaja yang sudah tidak tertarik mempelajari bahasa Laiyolo karena mereka
menganggap bahasanya yang begitu lebay (berlebihan) dalam hal
pengucapannya, kebijakan pemerintah dalam penggunaan bahasa dalam
pendidikan serta tekanan bahasa dominan dalam suatu wilayah masyarakat
multibahasa yang berdampingan dan dampak arus globalisasi yang
menyebabkan berkurangnya penutur bahasa Laiyolo. Bahasa Laiyolo yang
sudah terancam punah memerlukan konservasi agar bahasa ini tetap lestari
dan tetap digunakan oleh masyarakat Kab. Kepulauan Selayar. Ada beberapa
konservasi yang ditawarkan oleh penulis yaitu mengangkat bahasa daerah
Laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra seperti cerpen, novel, puisi, komik dan
sebagainya. Selain itu, penulis juga berencana membuat pondok bahasa
Laiyolo baik itu di Selayar maupun di luar Selayar agar bahasa Laiyolo tetap
dapat dipelajari oleh masyarakat Sulawesi Selatan sekalipun mereka tidak
berada di lokasi secara langsung. Bentuk konservasi yang lain yaitu
memadukan bahasa laiyolo ke dalam bentuk permainan edukatif seperti
permainan ular tangga dan kuartet yang menggunakan bahasa Laiyolo.
Bahasa Laiyolo yang sudah terancam punah memerlukan konservasi agar bahasa ini
tetap lestari dan tetap digunakan oleh masyarakat Kab. Kepulauan Selayar. Ada
beberapa konservasi yang ditawarkan oleh penulis yaitu mengangkat bahasa daerah
Laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra seperti cerpen, novel, puisi, komik dan
sebagainya. Selain itu, penulis juga berencana membuat pondok bahasa Laiyolo baik
itu di Selayar maupun di luar Selayar agar bahasa Laiyolo tetap dapat dipelajari oleh
masyarakat Sulawesi Selatan sekalipun mereka tidak berada di lokasi secara
langsung. Bentuk konservasi yang lain yaitu memadukan bahasa laiyolo ke dalam
bentuk permainan edukatif seperti permainan ular tangga dan kuartet yang
menggunakan bahasa Laiyolo.
Kata Kunci : Bahasa Daerah, Konservasi dan Laiyolo,
I.
Pendahuluan
Bahasa adalah karakter yang menjiwai suatu bangsa. Bahasa menjadi alat
pemersatu bangsa yang digunakan oleh masyarakat untuk saling berkomunikasi dan
berinteraksi satu sama lain. Bahasa sangatlah dekat dengan kita terutama bahasa
daerah atau bahasa ibu yang merupakan lambang identitas lokal. Di Indonesia
terdapat berbagai macam bahasa daerah yang tersebar di berbagai wilayah dan
menjalin kontak sosial dengan bahasa yang lain, seperti bahasa asing dan bahasa
Indonesia itu sendiri. Dalam kontak sosial ini sudah tentu tidak terhindarkan adanya
saling memengaruhi di antara bahasa-bahasa yang terlibat kontak. Bahasa yang kuat
akan bertahan dan mempersempit ruang gerak bahasa-bahasa lain yang berkeadaan
lemah. Dalam kontak sosial, terjadi gejala kedwibahasaan. Salah satu akibat yang
ditimbulkan yaitu gejala kepunahan dari suatu bahasa. Sulawesi Selatan sendiri
menurut Nuswantoro (2014), terdapat 64 bahasa daerah dan salah satu diantarannya
terancam punah yaitu Bahasa Laiyolo yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Bahasa Laiyolo merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Kabupaten
Kepulauan Selayar. Bahasa Laiyolo dituturkan di Kecamatan Bontosikuyu, Desa
Laiyolo, dimana hanya sebagian kecil masyarakat Sulawesi Selatan yang mengenal
bahasa Laiyolo. Tidak mengherankan, karena penutur bahasa ini memang para orang
tua yang telah lanjut usia (40 tahun ke atas). Penelitan SIL (2006) menyatakan bahwa
bahasa Laiyolo hanya dituturkan oleh 250 orang. Bahkan, hasil survey terakhir pada
salah satu kantor pemerintahan di Kabupaten Selayar (Mei, 2010) menyiratkan bahwa
bahasa ini sedang mengalami proses kematian (language death), (Jimey Rahmawati
14 April 2011). Salah satu penyebab ancaman kepunahan itu yaitu pengguna bahasa
atau penutur bahasa tersebut jumlahnya semakin sedikit.
Ancaman kepunahan itu perlu diimbangi dengan suatu program atau tindakan
yang volumenya jauh lebih besar dibandingkan dengan volume ancaman kepunahan
yang terimplementasi dalam program perkembangan. Oleh karena itu diperlukan
solusi cerdas untuk mencegah punahnya Bahasa Laiyolo dengan melakukan
Konservasi Bahasa Daerah Laiyolo yang Hampir Punah di Kabupaten
Kepulauan Selayar.
II. TELAAH PUSTAKA
Adhisakti, dalam Belantara Indonesia (2013) mendefinisikan konsep konservasi
adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan
dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat
atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara
dengan baik. Di sisi lain Rachman (2012) mengatakan konservasi mempunyai arti
pelestarian yaitu melestarikan/ mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan
kemampuan lingkungan secara seimbang.
Pelestarian bukan saja dalam bidang lingkungan namun mencakup segala aspek
termasuk budaya dan bahasa. Dengan demikian sifat konserfasi ini dapat dilakukan
untuk melestarikan bahasa daerah yang mendekati kepunahan.
Bahasa daerah menurut Saroneto (2014) adalah suatu bahasa yang dituturkan
dalam suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, baik itu pada suatu
daerah kecil negara bagian federal atau provinsi ataupun daerah yang lebih luas.
Menurut Syamsuri (2014) bahasa daerah adalah bahasa yang disamping bahasa
nasional yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah di dalam wilayah
Republik Indonesia, bahasa-bahasa daerah merupakan sebagian dari kebudayaan
Indonesia. Sementara menurut Darwis (2011) bahasa daerah dapat terus hidup dan
berkembang bukan dengan memperbanyak kegiatan kongres, melainkan dengan
menjadikannya berprestise. Agar bahasa daerah ini berprestise dan dipandang
berharga oleh penuturnya sendiri.
1. Peran bahasa dan sastra daerah dalam budaya lokal
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (2011), bahasa etnik/daerah atau sering disebut bahasa ibu (minor
language) telah menjadi agenda UNESCO dengan menetapkan tanggal 21 februari
sebagai hari bahasa ibu internasional. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk
mempertahankan pemakaian serta memberdayakan fungsi bahasa etnik/daerah.
Kondisi tersebut sangatlah relavan dengan kondisi Indonesia yang terdapat sekitar
700 bahasa etnik, dengan jumlah penutur yang sangat beragam, dari puluhan ribu
sampai puluhan juta. Dalam konteks sosiolinguistik, pemertahanan (language
maintenance) bahasa ibu/ daerah tersebut adalah dalam konteks bilingual yang dalam
hal ini terdapat bahasa ibu/daerah (minor language) bersehadapan dengan bahasa
utama (major language), seperti bahasa nasional. Menurut Crystal di dalam Mariani
(2011), upaya mempertahankan bahasa ibu/daerah (language maintenance) lazim di
defenisikan sebagai upaya untuk, antara lain,
a. Mewujudkan universitas kultural,
b. Memelihara identitas etnik,
c. Memungkinkan adaptabilitas sosial,
d. Secara psikologis menambah rasa aman bagi anak/ seseorang,dan
e. Meningkatkan kepekaan linguistis.
Kelima tujuan di atas satu sama lain saling terkait dalam konteks kebudayaan.
Oleh karena itu, pemberdayaan bahasa ibu/ daerah. seyogianya merupakan strategi
kebudayaan.
2. Bahasa yang Punah
Umumnya bahasa daerah di Indonesia tergolong bahasa kecil karena hanya
didukung oleh kurang dari satu juta penutur, makin lama makin menyusut jumlah
pendukungnya, dan umumnya tidak memiliki tradisi tulis. Kecuali bahasa Jawa,
Sunda, Melayu, Bali, Batak, dan Bugis yang memang didukung oleh berjuta-juta
penutur dan bertradisi tulis asli, aksara Arab, tradisi tulis latinnya yang
dikembangkan selama ini, sebagian besar bahasa daerah tidak mengenal tradisi tulis.
Terhambatnya pewarisan, pembakuan, pengembangan, dan upaya pemberdayaannya,
berakar juga dari persoalan ketidakberaksaraan bahasa-bahasa daerah.
Bahasa di provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku
Tenggara, misalnya hanya di dukung oleh beberapa ribu, beberapa ratus penutur.
Jumlah penutur muda pendukung bahasa daerah itu makin menyusut karena arus
transmigrasi, urbanisasi dan mobilitas sosial, lintas etnis dan daerah yang makin kuat
menggejala. Berdasarkan hasil penelitian Bagus (2002), dan Mbete (2002), sanak
keluarga sebagai benteng terakhir, khususnya di kota dan desa desa yang sudah
tergolong maju, bahasa daerah tidak mendapat posisi dan fungsi penting lagi karena
sudah di ambil alih oleh bahasa Indonesia. Banyak ahli waris muda yang sudah malu,
tidak percaya, dan tidak mampu menggunakan bahasa daerah. Makin kecil bahkan
makin langkah pula “ahli-ahli” budaya dan bahasa daerah yang mencintai dan
mengembangkan bahasa, sastra dan budaya daerahnya. Sejumlah bahasa daerah
memang sudah berada pada taraf yang rapuh dan mencemaskan. Diantara bahasabahasa daerah di Indonesia ini memang ada yang hanya menyisahkan segelintir
penutur tua dan secara lingual tidak interaktif lagi antargenerasi. Banyak generasi
mudah berpendidikan tinggi dan tingkat mobilitasnya tinggi, tidak mampu lagi
berbicara dan berdialog dalam bahasa daerah dengan generasi tuanya dalam hal adat
dan budaya lokal.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah descriptive research merupakan penelitian yang
dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Sedangkan penelitian kualitatif
menurut Norman K. Denzim, Professor Sosiologi University of Illionis da Yvonna
S. Lincoln, Profesor Higher Education Texas A & M University (2009: 2)
merupakan fokus perhatian dengan beragam metode yang mencakup pendekatan
interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya.
Adapun tujuan dari metode penelitian deskriptif kualitatif yakni penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas
sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek
penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari fenomena
tersebut.
B. Objek Penelitian
Menurut Husen Umar (2005: 303), objek penelitian menjelaskan tentang apa
dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian
dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-hal lain jika dianggap perlu.
Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 38) pengertian objek penelitian adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Adapun objek dalam penelitian ini adalah Bahasa Laiyolo yang terdapat di
Kabupaten kepulauan Selayar, Kecamatan Bontosikuyu, Desa Laiyolo.
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono dalam Theresia (2015), ”teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data.” Senada dengan Sugiyono, Juliansyah Noor
(2011: 138) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan cara
pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Untuk memperoleh data dan keterangan dalam penelitian maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawacara merupakan proses membuktikan informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah wawancara mendalam. Menurut Sugiyono (2006: 138-140) hal
yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah
intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan
kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis
wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau
responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden).
2. Observasi
Tujuan observasi adalah agar dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan
sosial yang sukar didapatkan dengan metode lainnya. Dari observasi kita akan
dapat mengetahui masalah-masalah dan petunjuk-petunjuk pemecahannya. Jadi
observasi bertujuan untuk mendapatkan berbagai data konkret secara langsung
dilapangan atau tempat penelitian.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi atau biasa disebut kajian dokumen merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam
rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian. Studi dokumentasi
dilakukan ketika data yang ingin didapat dari subjek tidak bisa didapatkan.
D. Teknik Analisis Data
1.
2.
3.
4.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan langkah -langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin
(2003: 70) yaitu sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Display Data
Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)
IV. HASIL PENELITIAN
A. Penyebab Bahasa Laiyolo Hampir Punah
Bahasa laiyolo merupakan salah satu bahasa yang terancam punah yang
berasal dari Kec. Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar. Saat ini penutur bahasa
laiyolo hanya orang tua yang sudah lanjut usia yang berjumlah 253 orang saja, hal
ini sesuai dengan pendapat dari Summer Institute of Linguistics (SIL) (2008) yang
menyebutkan bebrapa faktor yang berhubungan dengan kepunahan bahasa, yaitu
kecilnya jumlah penutur, usia penutur, digunakan atau tidak digunakannya bahasa
ibu oleh anak-anak, dan lain sebagainya. Sehingga kami sebagai peneliti tertarik
untuk meneliti mengenai bahasa laiyolo yang hamper punah.
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepunahan bahasa laiyolo, yaitu:
1. Urbanisasi dan perkawinan antar etnis
Urbanisasi merupakan salah satu penyebab terancam punahnya bahasa
didaerah laiyolo. Urbanisasi berpengaruh karena jika dua orang dari daerah
pindah ke kota besar atau ibukota, maka dalam berinteraksi dengan etnis lain
bahasa etnisnya sendiri cenderung ditinggalkan. Mereka akan memilih bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi antar-etnik dan tidak lagi menggunakan
bahasa daerahnya masing-masing.
Hal ini dapat dibuktikan pada remaja yang melanjutkan studi-nya di luar dari
Kabupaten Selayar. Kebanyakan dari mereka memilih melakukan urbanisasi
dengan alasan karena di tempat tinggalnya belum ada sebuah sekolah maupun
universitas yang layak mereka jadikan sebagai tempat untuk menuntut ilmu.
Selain itu, Perkawinan campuran menyebabkan penggunaan bahasa etnis
kedua pihak yang menikah ditinggalkan dan sebagai gantinya kedua pihak saling
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan untuk
meningkatkan pemahaman. Hal ini terjadi karena tidak adanya pemahaman
bahasa masing-masing diantara mereka. Sehingga mereka merasa sulit untuk
berkomunikasi ketika menggunakan bahasa daerah dan menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan penyambung komunikasi. Cara itu
dianggap lebih baik daripada harus bersikap divergensi atau konvergensi dengan
bahasa etnis yang lain.
2. Peran orang tua yang tidak mengajarkan bahasa daerah laiyolo kepada
anak-anak mereka
Faktor kedua yang menyebabkan kepunahan bahasa yaitu karena para orang
tua tidak lagi mengajarkan kepada anak-anaknya bahasa ibu mereka dan mereka
juga tidak secara aktif menggunakannya di rumah atau dalam berbagai ranah
komunikasi. Kurangnya sosialisasi orang tua ke anak-anaknya terhadap bahasa
laiyolo merupakan hal yang sangat disayangkan oleh para peneliti.
Kebanyakan orang tua saat ini juga cenderung mengajarkan bahasa Indonesia
kepada anak-anak mereka, karena mereka khawatir jika anak-anak mereka terus
menerus diajarkan atau terbiasa menggunakan bahasa daerah mereka akan
kesulitan untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas ketika mereka berada
pada daerah yang berbeda. Dan hal ini juga di dukung oleh peraturan setiap
sekolah yang mengharuskan setiap siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia
ketika berkomunikasi dalam daerah sekolah sehingga anak-anak yang merupakan
generasi penerus suatu budaya akan tersingkirkan pengetahuan mengenai budaya
lokal.
3. Remaja yang tidak mau lagi mempelajari/mengunakan bahasa laiyolo
Remaja sangatlah berperan penting dalam pelestarian suatu budaya. Karena
remaja merupakan cikal bakal penerus budaya-budaya suatu daerah, begitupun
dengan pelestarian suatu bahasa. Seharusnya anak muda atau remajalah yang
menjadi pewaris bahasa ibu mereka. Namun mereka terjerat dalam lingkungan
dimana mereka tidak terlatih untuk memproduksi bahasa tersebut.
4. Peran pemerintah dalam melestarikan bahasa laiyolo
Kepunahan bahasa juga datang dari kebijakan pemerintah, penggunaan
bahasa dalam pendidikan serta tekanan bahasa dominan dalam suatu wilayah
masyarakat multibahasa yang berdampingan. Kebijakan pemerintah untuk
mengutamakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi membuat sebagian
masyarakat menerapkannya dan telah terbiasa berdialog menggunakan bahasa
Indonesia, sehingga bahasa daerahnya sendiri sudah jarang sekali mereka
gunakan.
Berkomunikasi dengan mengguanakn bahasa Indonesia, dapat memberikan
kesempatan masyarakat Indonesia untuk meraih peluang ekonomi lebih besar
daripada mereka yang hanya menguasai bahasa daerah, meskipun masih lebih
rendah dari peluang mereka yang menguasai bahasa asing. Hal ini sungguh
kontras dengan tujuan pemerintah menerapkan kebijakannya untuk
mengutamakan bahasa Indonesia agar tetap lestari namun bahasa daerah justru
semakin punah karena kurangnya yang menuturkannya dalam berkomunikasi
sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa mahasiswa yang berasal dari
kepulauan selayar yaitu 50 orang responden 43 diantaranya mengatakan belum
ada upaya dari pemerintah dalam mengatasi terancam punahnya bahasa laiyolo.
Hal ini menandakan bahwa perhatian pemerintah setempat mengenai pelestarian
suatu budaya local belum ada atau dengan kata lain kasus ini belum dilirik oleh
pemerintah setempat. Berdasarakan hasil analisis kami hal ini sangatlah
disayangkan karena suatu budaya merupakan salah satu aset kekayaan suatu
daerah yang harusnya di pertahankan atau dilestarikan.
5. Dampak arus globalisasi dalam pelestarian bahasa daerah laiyolo
Perkembangan arus globalisasi merupakan salah satu penyebab terancam
punahnya suatu bahasa. Pernyataan mengenai terancam punahnya bahasa laiyolo
sejalan dengan pendapat dari Grimes dalam Darwis (2013) yang mengemukakan
ada enam gejala yang menandai kepunahan bahasa pada masa depan, yaitu (1)
penurunan secara drastis jumlah penutur aktif, (2) semakin berkurangnya ranah
penggunaan bahasa, (3) pengabaian atau pengenyahan bahasa ibu oleh penutur
usia muda, (4) usaha merawat identitas etnik tanpa menggunakan bahasa ibu, (5)
penutur generasi terakhir sudah tidak cakap lagi menggunakan bahasa ibu,
artinya tersisa penguasaan pasif (understanding without speaking), dan (6)
punahnya dialek-dialek suatu bahasa. Berdasarkan pendapat diatas sudah dapat
disimpulkan bahwa bahasa laiyolo benar-benar sudah terancam punah karena
penutur bahasa ini memang para orang tua yang telah lanjut usia (40 tahun ke
atas). Berdasarkan penelitian langsung yang kami lakukan salah satu responden
yaitu (balai bahasa).
Zaman ini juga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perkembangan globalisasi
sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu Negara. Seperti halnya
dengan persiapan masyarakat Indonesia yang akan menghadapi MEA
(Masyarakat Ekonomi Asean) dimana masyarakat di tuntut untuk belajar bahasa
internasional yaitu bahasa Inggris yang berfungsi untuk menjalin komunikasi
dengan pasar-pasar internasional lainnya. Sehingga hal ini sangat mempengaruhi
eksistensi bahasa daerah yang harusnya dilestarikan namun karena semakin
majunya suatu zaman maka bahasa daerah juga mulai bergeser digantikan
dengan bahasa-bahasa yang lebih modern.
B. Konservasi Bahasa Laiyolo
Adapun bentuk konservasi yang di tawarkan oleh penulis mengenai terancam
punahnya bahasa daerah laiyolo yaitu:
1. Mengangkat bahasa daerah laiyolo dalam bentuk tulisan
Salah satu bentuk konservasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengangkat
bahasa daerah laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra, salah satunya yaitu
membuat sebuah komik yang berceritakan tentang bahasa laiyolo dan tradisi unik
yang ada disana. Komik merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan
gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk jalinan cerita. Komik khusus bahasa laiyolo ini kami buat agar
supaya para remaja merasa tertarik untuk mempelajari dan membaca bahasa
tersebut dengan inovasi baru dan didesain se-modern mungkin. Agar unik, kita
bisa menyisipkan istilah atau ungkapan-ungkapan bahasa daerah dalam komik
itu.
Komik bahasa laiyolo ini di buat karena berdasarkan hasil penelitian yang
kami lakukan remajalah yang berperan penting dalam pelestarian bahasa daerah
laiyolo. Dan dari hasil penelitian kami, ternyata sebagian besar dari remaja di
desa laiyolo sudah tidak lagi mau mempelajari bahasa tersebut karena dianggap
tidak menarik dan menggunakan aksen yang lebay (bahasa yang berlebihan).
Selain dibuatkan komik, bentuk pelestarian lain dalam bentuk tulisan sastra
yaitu pembuatan novel, puisi, cerpen dan lain sebagainya dengan menggunakan
bahasa laiyolo. Hal ini dilakukan agar supaya masyarakat menjadi terbiasa untuk
mendengarkan bahasa-bahasa daerah laiyolo dan hal ini juga bertujuan karena
pada jaman modernisasi seperti saat ini para remaja lebih tertarik memperlajari
hal-hal yang lebih modern, unik dan menyenangkan.
2. Memadukan bahasa laiyolo dalam bentuk Permainan
a. Permainan ular tangga
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir dari permainan tersebut.
Permaianan yang kami tawarkan sebagai salah satu bentuk konservasi/pelestarian
yaitu permainan yang berbentuk ular tangga. Permainan ular tangga ini kami
angkat karena permainannya dianggap sesuatu yang unik, seru dan setiap anak
senang memainkannya. Sehingga tanpa diajarkan oleh orang tua, para anak-anak
akan tahu kosa kata tersebut dengan sendirinya.
Gambar
Tata cara dalam permaianan ular tangga ini yaitu setia orang yang
berhenti pada setiap kotak akan menyebutkan kata laiyolo sesuai dengan
petunjuk yang ada pada kotak, misalnya gambar mobil maka orang yang
berhenti di angka mobil tersebut akan menyebutkan kata mobil dalam bahasa
laiyolo, begitupun dengan gambar-gambar berikutnya. Hal ini dilakukan agar
supaya kosakata-kosakata dalam bahasa laiyolo dapat terus diingat dan
digunakan.
b. Permaian kartu Kuartet
Permainan kedua yang kami tawarkan adalah permainan kartu Kuartet,
yaitu permainan yang mengutamakan penggunaan kosakata dalam
memainkannya. Permainan kartu kuartet yaitu permainan yang bergambar yang
mengacu pada tema yang sama dengan judul gambar di tulis pada bagian atas
dari kartu. Permainan kuartet termasuk kedalam salah satu permainan
komunikatif yang digunakan untuk mempelajari bahasa laiyolo sebagai salah
satu bahasa daerah yang hampir punah.
Permainan kartu ini dianggap sebagai salah satu bentuk konservasi yang
dapat melestarikan bahasa laiyolo, kerena permainan kartu kuartet dianggap
mampu diminati oleh para anak-anak yang merupakan generasi penerus bahasa
tersebut. Adapun contoh dari kartu kuartet yaitu:
Pemandangan
Ngapa
Bonto
Polo
Uhe teddu
1
Pemandangan
ngapa
Bonto
Polo
Uhe teddu
2
Pemandangan
Ngapa Bonto
Polo
Uhe teddu
3
Pemandangan
ngapa
Bonto
Polo
Uhe teddu
4
Gambar
Contoh kuartet
“Gambar yang terdapat pada kartu kuartet beragam, mulai dari gambar
kartun, superstar, hewan, bintang film, dan juga dapat dalam bentuk
pengetahuan. Seperti yang terlihat di atas, terdapat empat kartu yang
telah menjadi satu “kuartet“. Setiap kartu dari satu “kuartet” memiliki
judul yang sama pada bagian atas kartu, yaitu “Pemandangan”, serta
terdapat empat subjudul di bawahnya (judul gambar), yang salah satu
dari keempat subjudul tersebut berwarna berbeda (merah) dan
mewakili gambar yang terdapat pada bagian bawah subjudul tersebut.”
“Setiap pemain harus melengkapi kartu-kartu agar menjadi
“kuartet“, sebagai contoh, jika seorang pemain memiliki kartu berjudul
“Pemandangan” dengan subjudul berwarna merah “pantai”, maka
pemain tersebut harus melengkapi tiga subjudul lainnya (sungai,
gunung, dan air terjun) yang merupakan bagian dari kartu berjudul
“Pemandangan” tersebut.”
Salah satu bentuk konservasi yang kami lakukan yaitu dengan
mengangkat bahasa laiyolo kedalam berbagai permainan disebabkan
karena saat ini para remaja tidak tertarik lagi untuk mau mempelajari
bahasa laiyolo, hal ini dikarena berbagai macam faktor seperti
perkembangan arus globalisasi, orang tua yang tidak lagi mengajarkan
bahasa laiyolo kepada anak-anaknya, karena bahasa laiyolo dianggap
sebagai bahasa yang pengucapan terlalu berlebihan atau dengan kata lain
lebay. Sehingga kami memberikan solusi yaitu engan memainkan suatu
permainan dengan memadukan bahasa laiyolo didalamnya agar supaya
anak-anak akan merasa senang dan tertarik lagi untuk mempelajari bahasa
tersebut.
3. Melestarikan bahasa daerah laiyolo lewat pariwisata
Salah satu bentuk konservasi/pelestarian yang direkomendasikan
kepada pemerintah yaitu dengan memasukkan bahasa daerah laiyolo
sebagai warisan budaya lokal dan aset bangsa dalam bentuk pariwisata.
Hal ini dilakukan karena pemerintah sangat berperan penting dalam
pelestarian suatu budaya bangsa yang harus dilestarikan. Salah satu
bentuk
C. Kosa kata dalam bahasa laiyolo
Adapun beberapa kosa kata dalam bahasa laiyolo yang kami peroleh dari hasil
wawancara dengan masyarakat laiyolo yaitu:
Bahasa Indonesia
Bahasa Daerah Laiyolo
Saya
Aku
Kamu
Koo
Mau
Minging
Air
Uhe
Kebun
Nau
Mandi
Penriu
Dimana
RiTe E
Makan
Kannre
Pulang
Balili
Naik
Bure
Selesai
Leggamo
Besok
Laile
Bersama
Poranga
Pergi
Lekka
Ayam
Kadola
Makan
Pokanre
Tidak Mau
Mentu
Berangkat
Plai
Bukan
Nindro
Mari
Maemo
Kalian
Pergi
Jalan
Besar
Gunung
Sungai
Pantai
Air Terjun
Sanai
Talengka
Dala
Ogge
Bonto
Polo
Ngapa
Uhe teddu
Tabel
Berdasarkan pada penelitian yang kami lakukan, terdapat empat
responden yang mengetahui cara berbahasa Laiyolo. Adapun contoh kalimat
dalam bahasa Laiyolo yang kami peroleh dari beberapa responden yaitu:
1. Aku da prenta (Saya yang memerintah)
2. Maemo pokanre kadola (Mari makan ayam)
3. Aku minging balili (Aku ingin pulang )
4. Aku leggamo penriu (Saya selesai mandi)
V. KESIMPULAN
Bahasa Laiyolo merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di
Kabupaten Kepulauan Selayar. Bahasa Laiyolo dituturkan di Kecamatan
Bontosikuyu, Desa Laiyolo, dimana hanya sebagian kecil masyarakat Sulawesi
Selatan yang mengenal bahasa Laiyolo. Tidak mengherankan, karena penutur
bahasa ini memang para orang tua yang telah lanjut usia (40 tahun ke atas).
Terancam punahnya bahasa Laiyolo disebabkan karena beberapa factor
diantanya yaitu factor urbanisasi dan perkawinan antar etnis, kurangnya sosialisasi
orang tua dalam memperkenalkan bahasa ibu mereka, remaja yang sudah tidak
tertarik mempelajari bahasa Laiyolo karena mereka menganggap bahasanya yang
begitu lebay (berlebihan) dalam hal pengucapannya, kebijakan pemerintah dalam
penggunaan bahasa dalam pendidikan serta tekanan bahasa dominan dalam suatu
wilayah masyarakat multibahasa yang berdampingan dan dampak arus globalisasi
yang menyebabkan berkurangnya penutur bahasa Laiyolo.
Bahasa Laiyolo yang sudah terancam punah memerlukan konservasi agar
bahasa ini tetap lestari dan tetap digunakan oleh masyarakat Kab. Kepulauan
Selayar. Ada beberapa konservasi yang ditawarkan oleh penulis yaitu mengangkat
bahasa daerah Laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra seperti cerpen, novel, puisi,
komik dan sebagainya. Selain itu, penulis juga berencana membuat pondok bahasa
Laiyolo baik itu di Selayar maupun di luar Selayar agar bahasa Laiyolo tetap dapat
dipelajari oleh masyarakat Sulawesi Selatan sekalipun mereka tidak berada di
lokasi secara langsung. Bentuk konservasi yang lain yaitu memadukan bahasa
laiyolo ke dalam bentuk permainan edukatif seperti permainan ular tangga dan
kuartet yang menggunakan bahasa Laiyolo. Seluruh konservasi ini diharapkan
mampu menumbuhkan minat masyarakat untuk terus menggunakan bahasa
Laiyolo dalam berkomunikasi sehari-hari khususnya di Selayar agar bahasa
Laiyolo dapat terus lestari dan terhindar dari ancaman kepunahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, S. Handa. 2012. Peneliti Hukum. http://penelitihukum.org/tag/definisibahasa-daerah/. Diunduh pada Tanggal 21 Februari 2015, pukul 13:42 WITA
Agus, Susanto . 2014. Makalah Hakikat, Fungsi Dan Karakteristik Bahasa. www.
pendidikanindonesia.org/2014/09/makalah-hakikat-fungsi-dan.html. Diunduh
pada Tanggal 03 Maret 2015, pukul 16:15 WITA.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2011. Pemberdayaan Bahasa Indonesia Memperkukuh Budaya
Bangsa Dalam Era Globalisasi Risalah Kongres Bahasa Indonesia VIII.
Jakarta Timur: Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan. Hal 136, 138, 829, 831.
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat dalam
Perkembangan dan Pembinaan. 2014. Laporan Kegiatan Morfologi Verba
Bahasa Laiyolo Tahun 2014. Makassar: Balai Bahasa. Hal 18.
Belantara Indonesia. 2013. Pengertian Konservasi. http://www. Belantara
indonesia.org/2013/06/pengertian-konservasi.html. Diunduh pada tanggal
(sasaran konservasi). Diunduh pada Tanggal 23 Februari 2015, pukul 14:30
WITA.
Darwis, Muhammad. 2011. Nasib Bahasa Daerah di Era Globalisasi: Peluang dan
Tantangan. http://repository.unhas.ac.id. Diunduh pada tanggal 21 Februari
2015, pukul 09: 15 WITA.
Faisal, Muh. Hakikat, Fungsi dan Ragam Bahasa Indonesia. http://pditt.belajar.
kemdikbud.go.id/RM/aggregator/materiterbuka/open/dikti/Mata%20Kuliah%
20Awal/Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_1_0.pdf.
Diunduh pada Tanggal 12 Februari 2015, pukul 13: 20 WITA.
Geulis, Vivi. 2012. Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli. http://www.academia.
edu/5783317/_Pengertian_Bahasa_Menurut_Para_Ahli.
Diunduh
pada
Tanggal 12 Februari 2015, pukul 13:45 WITA.
Hardianto, Maman. (2012). Pengertian Konservasi. https://www.scribd.com/
doc/80536741/PENGERTIAN-KONSERVASI. Diunduh pada Tanggal 18
Februari 2015, pukul 10:15 WITA
Juli, Ja. 2014. Fungsi Bahasa. http://www.academia.edu/3614957/FUNGSI_
BAHASA. Diunduh pada tanggal 21 Februari 2015, pukul 14:25 WITA.
Lestari, Endah. 2013. Konservasi Taman Nasional Bukit Baka- Bukit Raya
Kalimantan
Barat.
http://www.academia.edu/5291129/KAWASAN_
KONSERVASI_BUKIT_BAKA_BUKIT_RAYA_KALIMANTAN_BARA
T. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2015, pukul 13:20 WITA.
Netra, I Made. 2009. Perilaku Seksis dalam Bahasa Seni Pertunjukan Ragam Humor
Di Kota Denpasar Kajian Bahasa dan Jender. http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/21247/1/log-apr2009-5%20(3).pdf. Diunduh
pada Tanggal 03 Maret 2015, pukul 20: 17 WITA.
Patilima, Hamid. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, cv. Hal 3.
Rachman, Maman. 2012. Konservasi Nilai dan Warisan Budaya. Semarang:
Indonesian Journal of Conservation. Hal 31.
Rusyanti, Hetty .2013. Pengertian Bahasa Menurut Ahli. http://www. kajianteori.
com/2013/03/pengertian-bahasa-menurut-ahli.html. Diunduh pada tanggal 13
Februari 2015, pukul 20:15 WITA.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
Kencana Prenada Media group. Hal 59.
Saroneto 2014. Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi.
https://www.scribd.com/doc/201391037/Makalah-Bahasa-Daerah-PemudaDan-Globalisasi. hlm 4. Diunduh pada Tanggal 15 Februari 2015, pukul
22:35 WITA.
Syamsuri, Andi Sukri. 2014. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Dasar Umum.
Makassar: Pustaka Lontara. Hal 6, 9.
Theresia, Febrina. 2015. Bab III Metode Penelitian. http://www.academia.edu/
5449167/BAB_III_Metode_Penelitian. Diunduh pada Tanggal 27 Februari,
pukul 13:00 WITA.
Tim Pustaka Phoenix. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta
Barat: PT Medis Pustaka Phoenix. Hal 98, 477.
Wahab, Abdul. 2011. Masa Depan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. Universitas
Negeri Malang.
Yahya, Dede. 2012. Karakteristik Bahasa dan Fungsi Bahasa. http://belajar.
dedeyahya.web.id/2012/03/karakteristik-bahasa-dan-fungsi-bahasa.html.
Diunduh pada Tanggal 18 Februari 2015, pukul 22:00 WITA.
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN
Muh. Arief Muhsin
Universitas Muhammadiyah Makassar
[email protected]
Abstrak
Adapun tujuan penelitian ini yang ingin dicapai adalah; Untuk menemukan
penyebab terjadinya kepunahan Bahasa Laiyolo, dan untuk menciptakan
bentuk konservasi dalam mencegah kepunahan Bahasa Laiyolo. Metode
penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif yakni suatu
metode dalam meneliti suatu obyek, suatu sistem pemikiran atau suatu kilas
peristiwa pada masa sekarang. Data-data diperoleh dari berbagai sumber atau
informasi, baik melalui buku, jurnal, internet, wawancara, observasi dan studi
dokumentasi, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan
mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan data-data yang diperoleh
mengenai konservasi bahasa daerah Laiyolo yang hampir punah di Kabupaten
Kepulauan Selayar. Terancam punahnya bahasa Laiyolo disebabkan karena
beberapa factor diantanya yaitu factor urbanisasi dan perkawinan antar etnis,
kurangnya sosialisasi orang tua dalam memperkenalkan bahasa ibu mereka,
remaja yang sudah tidak tertarik mempelajari bahasa Laiyolo karena mereka
menganggap bahasanya yang begitu lebay (berlebihan) dalam hal
pengucapannya, kebijakan pemerintah dalam penggunaan bahasa dalam
pendidikan serta tekanan bahasa dominan dalam suatu wilayah masyarakat
multibahasa yang berdampingan dan dampak arus globalisasi yang
menyebabkan berkurangnya penutur bahasa Laiyolo. Bahasa Laiyolo yang
sudah terancam punah memerlukan konservasi agar bahasa ini tetap lestari
dan tetap digunakan oleh masyarakat Kab. Kepulauan Selayar. Ada beberapa
konservasi yang ditawarkan oleh penulis yaitu mengangkat bahasa daerah
Laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra seperti cerpen, novel, puisi, komik dan
sebagainya. Selain itu, penulis juga berencana membuat pondok bahasa
Laiyolo baik itu di Selayar maupun di luar Selayar agar bahasa Laiyolo tetap
dapat dipelajari oleh masyarakat Sulawesi Selatan sekalipun mereka tidak
berada di lokasi secara langsung. Bentuk konservasi yang lain yaitu
memadukan bahasa laiyolo ke dalam bentuk permainan edukatif seperti
permainan ular tangga dan kuartet yang menggunakan bahasa Laiyolo.
Bahasa Laiyolo yang sudah terancam punah memerlukan konservasi agar bahasa ini
tetap lestari dan tetap digunakan oleh masyarakat Kab. Kepulauan Selayar. Ada
beberapa konservasi yang ditawarkan oleh penulis yaitu mengangkat bahasa daerah
Laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra seperti cerpen, novel, puisi, komik dan
sebagainya. Selain itu, penulis juga berencana membuat pondok bahasa Laiyolo baik
itu di Selayar maupun di luar Selayar agar bahasa Laiyolo tetap dapat dipelajari oleh
masyarakat Sulawesi Selatan sekalipun mereka tidak berada di lokasi secara
langsung. Bentuk konservasi yang lain yaitu memadukan bahasa laiyolo ke dalam
bentuk permainan edukatif seperti permainan ular tangga dan kuartet yang
menggunakan bahasa Laiyolo.
Kata Kunci : Bahasa Daerah, Konservasi dan Laiyolo,
I.
Pendahuluan
Bahasa adalah karakter yang menjiwai suatu bangsa. Bahasa menjadi alat
pemersatu bangsa yang digunakan oleh masyarakat untuk saling berkomunikasi dan
berinteraksi satu sama lain. Bahasa sangatlah dekat dengan kita terutama bahasa
daerah atau bahasa ibu yang merupakan lambang identitas lokal. Di Indonesia
terdapat berbagai macam bahasa daerah yang tersebar di berbagai wilayah dan
menjalin kontak sosial dengan bahasa yang lain, seperti bahasa asing dan bahasa
Indonesia itu sendiri. Dalam kontak sosial ini sudah tentu tidak terhindarkan adanya
saling memengaruhi di antara bahasa-bahasa yang terlibat kontak. Bahasa yang kuat
akan bertahan dan mempersempit ruang gerak bahasa-bahasa lain yang berkeadaan
lemah. Dalam kontak sosial, terjadi gejala kedwibahasaan. Salah satu akibat yang
ditimbulkan yaitu gejala kepunahan dari suatu bahasa. Sulawesi Selatan sendiri
menurut Nuswantoro (2014), terdapat 64 bahasa daerah dan salah satu diantarannya
terancam punah yaitu Bahasa Laiyolo yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Bahasa Laiyolo merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Kabupaten
Kepulauan Selayar. Bahasa Laiyolo dituturkan di Kecamatan Bontosikuyu, Desa
Laiyolo, dimana hanya sebagian kecil masyarakat Sulawesi Selatan yang mengenal
bahasa Laiyolo. Tidak mengherankan, karena penutur bahasa ini memang para orang
tua yang telah lanjut usia (40 tahun ke atas). Penelitan SIL (2006) menyatakan bahwa
bahasa Laiyolo hanya dituturkan oleh 250 orang. Bahkan, hasil survey terakhir pada
salah satu kantor pemerintahan di Kabupaten Selayar (Mei, 2010) menyiratkan bahwa
bahasa ini sedang mengalami proses kematian (language death), (Jimey Rahmawati
14 April 2011). Salah satu penyebab ancaman kepunahan itu yaitu pengguna bahasa
atau penutur bahasa tersebut jumlahnya semakin sedikit.
Ancaman kepunahan itu perlu diimbangi dengan suatu program atau tindakan
yang volumenya jauh lebih besar dibandingkan dengan volume ancaman kepunahan
yang terimplementasi dalam program perkembangan. Oleh karena itu diperlukan
solusi cerdas untuk mencegah punahnya Bahasa Laiyolo dengan melakukan
Konservasi Bahasa Daerah Laiyolo yang Hampir Punah di Kabupaten
Kepulauan Selayar.
II. TELAAH PUSTAKA
Adhisakti, dalam Belantara Indonesia (2013) mendefinisikan konsep konservasi
adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan
dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat
atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara
dengan baik. Di sisi lain Rachman (2012) mengatakan konservasi mempunyai arti
pelestarian yaitu melestarikan/ mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan
kemampuan lingkungan secara seimbang.
Pelestarian bukan saja dalam bidang lingkungan namun mencakup segala aspek
termasuk budaya dan bahasa. Dengan demikian sifat konserfasi ini dapat dilakukan
untuk melestarikan bahasa daerah yang mendekati kepunahan.
Bahasa daerah menurut Saroneto (2014) adalah suatu bahasa yang dituturkan
dalam suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, baik itu pada suatu
daerah kecil negara bagian federal atau provinsi ataupun daerah yang lebih luas.
Menurut Syamsuri (2014) bahasa daerah adalah bahasa yang disamping bahasa
nasional yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah di dalam wilayah
Republik Indonesia, bahasa-bahasa daerah merupakan sebagian dari kebudayaan
Indonesia. Sementara menurut Darwis (2011) bahasa daerah dapat terus hidup dan
berkembang bukan dengan memperbanyak kegiatan kongres, melainkan dengan
menjadikannya berprestise. Agar bahasa daerah ini berprestise dan dipandang
berharga oleh penuturnya sendiri.
1. Peran bahasa dan sastra daerah dalam budaya lokal
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (2011), bahasa etnik/daerah atau sering disebut bahasa ibu (minor
language) telah menjadi agenda UNESCO dengan menetapkan tanggal 21 februari
sebagai hari bahasa ibu internasional. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk
mempertahankan pemakaian serta memberdayakan fungsi bahasa etnik/daerah.
Kondisi tersebut sangatlah relavan dengan kondisi Indonesia yang terdapat sekitar
700 bahasa etnik, dengan jumlah penutur yang sangat beragam, dari puluhan ribu
sampai puluhan juta. Dalam konteks sosiolinguistik, pemertahanan (language
maintenance) bahasa ibu/ daerah tersebut adalah dalam konteks bilingual yang dalam
hal ini terdapat bahasa ibu/daerah (minor language) bersehadapan dengan bahasa
utama (major language), seperti bahasa nasional. Menurut Crystal di dalam Mariani
(2011), upaya mempertahankan bahasa ibu/daerah (language maintenance) lazim di
defenisikan sebagai upaya untuk, antara lain,
a. Mewujudkan universitas kultural,
b. Memelihara identitas etnik,
c. Memungkinkan adaptabilitas sosial,
d. Secara psikologis menambah rasa aman bagi anak/ seseorang,dan
e. Meningkatkan kepekaan linguistis.
Kelima tujuan di atas satu sama lain saling terkait dalam konteks kebudayaan.
Oleh karena itu, pemberdayaan bahasa ibu/ daerah. seyogianya merupakan strategi
kebudayaan.
2. Bahasa yang Punah
Umumnya bahasa daerah di Indonesia tergolong bahasa kecil karena hanya
didukung oleh kurang dari satu juta penutur, makin lama makin menyusut jumlah
pendukungnya, dan umumnya tidak memiliki tradisi tulis. Kecuali bahasa Jawa,
Sunda, Melayu, Bali, Batak, dan Bugis yang memang didukung oleh berjuta-juta
penutur dan bertradisi tulis asli, aksara Arab, tradisi tulis latinnya yang
dikembangkan selama ini, sebagian besar bahasa daerah tidak mengenal tradisi tulis.
Terhambatnya pewarisan, pembakuan, pengembangan, dan upaya pemberdayaannya,
berakar juga dari persoalan ketidakberaksaraan bahasa-bahasa daerah.
Bahasa di provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku
Tenggara, misalnya hanya di dukung oleh beberapa ribu, beberapa ratus penutur.
Jumlah penutur muda pendukung bahasa daerah itu makin menyusut karena arus
transmigrasi, urbanisasi dan mobilitas sosial, lintas etnis dan daerah yang makin kuat
menggejala. Berdasarkan hasil penelitian Bagus (2002), dan Mbete (2002), sanak
keluarga sebagai benteng terakhir, khususnya di kota dan desa desa yang sudah
tergolong maju, bahasa daerah tidak mendapat posisi dan fungsi penting lagi karena
sudah di ambil alih oleh bahasa Indonesia. Banyak ahli waris muda yang sudah malu,
tidak percaya, dan tidak mampu menggunakan bahasa daerah. Makin kecil bahkan
makin langkah pula “ahli-ahli” budaya dan bahasa daerah yang mencintai dan
mengembangkan bahasa, sastra dan budaya daerahnya. Sejumlah bahasa daerah
memang sudah berada pada taraf yang rapuh dan mencemaskan. Diantara bahasabahasa daerah di Indonesia ini memang ada yang hanya menyisahkan segelintir
penutur tua dan secara lingual tidak interaktif lagi antargenerasi. Banyak generasi
mudah berpendidikan tinggi dan tingkat mobilitasnya tinggi, tidak mampu lagi
berbicara dan berdialog dalam bahasa daerah dengan generasi tuanya dalam hal adat
dan budaya lokal.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah descriptive research merupakan penelitian yang
dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Sedangkan penelitian kualitatif
menurut Norman K. Denzim, Professor Sosiologi University of Illionis da Yvonna
S. Lincoln, Profesor Higher Education Texas A & M University (2009: 2)
merupakan fokus perhatian dengan beragam metode yang mencakup pendekatan
interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya.
Adapun tujuan dari metode penelitian deskriptif kualitatif yakni penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas
sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek
penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari fenomena
tersebut.
B. Objek Penelitian
Menurut Husen Umar (2005: 303), objek penelitian menjelaskan tentang apa
dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian
dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-hal lain jika dianggap perlu.
Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 38) pengertian objek penelitian adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Adapun objek dalam penelitian ini adalah Bahasa Laiyolo yang terdapat di
Kabupaten kepulauan Selayar, Kecamatan Bontosikuyu, Desa Laiyolo.
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono dalam Theresia (2015), ”teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data.” Senada dengan Sugiyono, Juliansyah Noor
(2011: 138) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan cara
pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Untuk memperoleh data dan keterangan dalam penelitian maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawacara merupakan proses membuktikan informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah wawancara mendalam. Menurut Sugiyono (2006: 138-140) hal
yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah
intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan
kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis
wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau
responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden).
2. Observasi
Tujuan observasi adalah agar dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan
sosial yang sukar didapatkan dengan metode lainnya. Dari observasi kita akan
dapat mengetahui masalah-masalah dan petunjuk-petunjuk pemecahannya. Jadi
observasi bertujuan untuk mendapatkan berbagai data konkret secara langsung
dilapangan atau tempat penelitian.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi atau biasa disebut kajian dokumen merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam
rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian. Studi dokumentasi
dilakukan ketika data yang ingin didapat dari subjek tidak bisa didapatkan.
D. Teknik Analisis Data
1.
2.
3.
4.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan langkah -langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin
(2003: 70) yaitu sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Display Data
Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)
IV. HASIL PENELITIAN
A. Penyebab Bahasa Laiyolo Hampir Punah
Bahasa laiyolo merupakan salah satu bahasa yang terancam punah yang
berasal dari Kec. Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar. Saat ini penutur bahasa
laiyolo hanya orang tua yang sudah lanjut usia yang berjumlah 253 orang saja, hal
ini sesuai dengan pendapat dari Summer Institute of Linguistics (SIL) (2008) yang
menyebutkan bebrapa faktor yang berhubungan dengan kepunahan bahasa, yaitu
kecilnya jumlah penutur, usia penutur, digunakan atau tidak digunakannya bahasa
ibu oleh anak-anak, dan lain sebagainya. Sehingga kami sebagai peneliti tertarik
untuk meneliti mengenai bahasa laiyolo yang hamper punah.
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepunahan bahasa laiyolo, yaitu:
1. Urbanisasi dan perkawinan antar etnis
Urbanisasi merupakan salah satu penyebab terancam punahnya bahasa
didaerah laiyolo. Urbanisasi berpengaruh karena jika dua orang dari daerah
pindah ke kota besar atau ibukota, maka dalam berinteraksi dengan etnis lain
bahasa etnisnya sendiri cenderung ditinggalkan. Mereka akan memilih bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi antar-etnik dan tidak lagi menggunakan
bahasa daerahnya masing-masing.
Hal ini dapat dibuktikan pada remaja yang melanjutkan studi-nya di luar dari
Kabupaten Selayar. Kebanyakan dari mereka memilih melakukan urbanisasi
dengan alasan karena di tempat tinggalnya belum ada sebuah sekolah maupun
universitas yang layak mereka jadikan sebagai tempat untuk menuntut ilmu.
Selain itu, Perkawinan campuran menyebabkan penggunaan bahasa etnis
kedua pihak yang menikah ditinggalkan dan sebagai gantinya kedua pihak saling
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan untuk
meningkatkan pemahaman. Hal ini terjadi karena tidak adanya pemahaman
bahasa masing-masing diantara mereka. Sehingga mereka merasa sulit untuk
berkomunikasi ketika menggunakan bahasa daerah dan menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan penyambung komunikasi. Cara itu
dianggap lebih baik daripada harus bersikap divergensi atau konvergensi dengan
bahasa etnis yang lain.
2. Peran orang tua yang tidak mengajarkan bahasa daerah laiyolo kepada
anak-anak mereka
Faktor kedua yang menyebabkan kepunahan bahasa yaitu karena para orang
tua tidak lagi mengajarkan kepada anak-anaknya bahasa ibu mereka dan mereka
juga tidak secara aktif menggunakannya di rumah atau dalam berbagai ranah
komunikasi. Kurangnya sosialisasi orang tua ke anak-anaknya terhadap bahasa
laiyolo merupakan hal yang sangat disayangkan oleh para peneliti.
Kebanyakan orang tua saat ini juga cenderung mengajarkan bahasa Indonesia
kepada anak-anak mereka, karena mereka khawatir jika anak-anak mereka terus
menerus diajarkan atau terbiasa menggunakan bahasa daerah mereka akan
kesulitan untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas ketika mereka berada
pada daerah yang berbeda. Dan hal ini juga di dukung oleh peraturan setiap
sekolah yang mengharuskan setiap siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia
ketika berkomunikasi dalam daerah sekolah sehingga anak-anak yang merupakan
generasi penerus suatu budaya akan tersingkirkan pengetahuan mengenai budaya
lokal.
3. Remaja yang tidak mau lagi mempelajari/mengunakan bahasa laiyolo
Remaja sangatlah berperan penting dalam pelestarian suatu budaya. Karena
remaja merupakan cikal bakal penerus budaya-budaya suatu daerah, begitupun
dengan pelestarian suatu bahasa. Seharusnya anak muda atau remajalah yang
menjadi pewaris bahasa ibu mereka. Namun mereka terjerat dalam lingkungan
dimana mereka tidak terlatih untuk memproduksi bahasa tersebut.
4. Peran pemerintah dalam melestarikan bahasa laiyolo
Kepunahan bahasa juga datang dari kebijakan pemerintah, penggunaan
bahasa dalam pendidikan serta tekanan bahasa dominan dalam suatu wilayah
masyarakat multibahasa yang berdampingan. Kebijakan pemerintah untuk
mengutamakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi membuat sebagian
masyarakat menerapkannya dan telah terbiasa berdialog menggunakan bahasa
Indonesia, sehingga bahasa daerahnya sendiri sudah jarang sekali mereka
gunakan.
Berkomunikasi dengan mengguanakn bahasa Indonesia, dapat memberikan
kesempatan masyarakat Indonesia untuk meraih peluang ekonomi lebih besar
daripada mereka yang hanya menguasai bahasa daerah, meskipun masih lebih
rendah dari peluang mereka yang menguasai bahasa asing. Hal ini sungguh
kontras dengan tujuan pemerintah menerapkan kebijakannya untuk
mengutamakan bahasa Indonesia agar tetap lestari namun bahasa daerah justru
semakin punah karena kurangnya yang menuturkannya dalam berkomunikasi
sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa mahasiswa yang berasal dari
kepulauan selayar yaitu 50 orang responden 43 diantaranya mengatakan belum
ada upaya dari pemerintah dalam mengatasi terancam punahnya bahasa laiyolo.
Hal ini menandakan bahwa perhatian pemerintah setempat mengenai pelestarian
suatu budaya local belum ada atau dengan kata lain kasus ini belum dilirik oleh
pemerintah setempat. Berdasarakan hasil analisis kami hal ini sangatlah
disayangkan karena suatu budaya merupakan salah satu aset kekayaan suatu
daerah yang harusnya di pertahankan atau dilestarikan.
5. Dampak arus globalisasi dalam pelestarian bahasa daerah laiyolo
Perkembangan arus globalisasi merupakan salah satu penyebab terancam
punahnya suatu bahasa. Pernyataan mengenai terancam punahnya bahasa laiyolo
sejalan dengan pendapat dari Grimes dalam Darwis (2013) yang mengemukakan
ada enam gejala yang menandai kepunahan bahasa pada masa depan, yaitu (1)
penurunan secara drastis jumlah penutur aktif, (2) semakin berkurangnya ranah
penggunaan bahasa, (3) pengabaian atau pengenyahan bahasa ibu oleh penutur
usia muda, (4) usaha merawat identitas etnik tanpa menggunakan bahasa ibu, (5)
penutur generasi terakhir sudah tidak cakap lagi menggunakan bahasa ibu,
artinya tersisa penguasaan pasif (understanding without speaking), dan (6)
punahnya dialek-dialek suatu bahasa. Berdasarkan pendapat diatas sudah dapat
disimpulkan bahwa bahasa laiyolo benar-benar sudah terancam punah karena
penutur bahasa ini memang para orang tua yang telah lanjut usia (40 tahun ke
atas). Berdasarkan penelitian langsung yang kami lakukan salah satu responden
yaitu (balai bahasa).
Zaman ini juga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perkembangan globalisasi
sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu Negara. Seperti halnya
dengan persiapan masyarakat Indonesia yang akan menghadapi MEA
(Masyarakat Ekonomi Asean) dimana masyarakat di tuntut untuk belajar bahasa
internasional yaitu bahasa Inggris yang berfungsi untuk menjalin komunikasi
dengan pasar-pasar internasional lainnya. Sehingga hal ini sangat mempengaruhi
eksistensi bahasa daerah yang harusnya dilestarikan namun karena semakin
majunya suatu zaman maka bahasa daerah juga mulai bergeser digantikan
dengan bahasa-bahasa yang lebih modern.
B. Konservasi Bahasa Laiyolo
Adapun bentuk konservasi yang di tawarkan oleh penulis mengenai terancam
punahnya bahasa daerah laiyolo yaitu:
1. Mengangkat bahasa daerah laiyolo dalam bentuk tulisan
Salah satu bentuk konservasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengangkat
bahasa daerah laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra, salah satunya yaitu
membuat sebuah komik yang berceritakan tentang bahasa laiyolo dan tradisi unik
yang ada disana. Komik merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan
gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk jalinan cerita. Komik khusus bahasa laiyolo ini kami buat agar
supaya para remaja merasa tertarik untuk mempelajari dan membaca bahasa
tersebut dengan inovasi baru dan didesain se-modern mungkin. Agar unik, kita
bisa menyisipkan istilah atau ungkapan-ungkapan bahasa daerah dalam komik
itu.
Komik bahasa laiyolo ini di buat karena berdasarkan hasil penelitian yang
kami lakukan remajalah yang berperan penting dalam pelestarian bahasa daerah
laiyolo. Dan dari hasil penelitian kami, ternyata sebagian besar dari remaja di
desa laiyolo sudah tidak lagi mau mempelajari bahasa tersebut karena dianggap
tidak menarik dan menggunakan aksen yang lebay (bahasa yang berlebihan).
Selain dibuatkan komik, bentuk pelestarian lain dalam bentuk tulisan sastra
yaitu pembuatan novel, puisi, cerpen dan lain sebagainya dengan menggunakan
bahasa laiyolo. Hal ini dilakukan agar supaya masyarakat menjadi terbiasa untuk
mendengarkan bahasa-bahasa daerah laiyolo dan hal ini juga bertujuan karena
pada jaman modernisasi seperti saat ini para remaja lebih tertarik memperlajari
hal-hal yang lebih modern, unik dan menyenangkan.
2. Memadukan bahasa laiyolo dalam bentuk Permainan
a. Permainan ular tangga
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir dari permainan tersebut.
Permaianan yang kami tawarkan sebagai salah satu bentuk konservasi/pelestarian
yaitu permainan yang berbentuk ular tangga. Permainan ular tangga ini kami
angkat karena permainannya dianggap sesuatu yang unik, seru dan setiap anak
senang memainkannya. Sehingga tanpa diajarkan oleh orang tua, para anak-anak
akan tahu kosa kata tersebut dengan sendirinya.
Gambar
Tata cara dalam permaianan ular tangga ini yaitu setia orang yang
berhenti pada setiap kotak akan menyebutkan kata laiyolo sesuai dengan
petunjuk yang ada pada kotak, misalnya gambar mobil maka orang yang
berhenti di angka mobil tersebut akan menyebutkan kata mobil dalam bahasa
laiyolo, begitupun dengan gambar-gambar berikutnya. Hal ini dilakukan agar
supaya kosakata-kosakata dalam bahasa laiyolo dapat terus diingat dan
digunakan.
b. Permaian kartu Kuartet
Permainan kedua yang kami tawarkan adalah permainan kartu Kuartet,
yaitu permainan yang mengutamakan penggunaan kosakata dalam
memainkannya. Permainan kartu kuartet yaitu permainan yang bergambar yang
mengacu pada tema yang sama dengan judul gambar di tulis pada bagian atas
dari kartu. Permainan kuartet termasuk kedalam salah satu permainan
komunikatif yang digunakan untuk mempelajari bahasa laiyolo sebagai salah
satu bahasa daerah yang hampir punah.
Permainan kartu ini dianggap sebagai salah satu bentuk konservasi yang
dapat melestarikan bahasa laiyolo, kerena permainan kartu kuartet dianggap
mampu diminati oleh para anak-anak yang merupakan generasi penerus bahasa
tersebut. Adapun contoh dari kartu kuartet yaitu:
Pemandangan
Ngapa
Bonto
Polo
Uhe teddu
1
Pemandangan
ngapa
Bonto
Polo
Uhe teddu
2
Pemandangan
Ngapa Bonto
Polo
Uhe teddu
3
Pemandangan
ngapa
Bonto
Polo
Uhe teddu
4
Gambar
Contoh kuartet
“Gambar yang terdapat pada kartu kuartet beragam, mulai dari gambar
kartun, superstar, hewan, bintang film, dan juga dapat dalam bentuk
pengetahuan. Seperti yang terlihat di atas, terdapat empat kartu yang
telah menjadi satu “kuartet“. Setiap kartu dari satu “kuartet” memiliki
judul yang sama pada bagian atas kartu, yaitu “Pemandangan”, serta
terdapat empat subjudul di bawahnya (judul gambar), yang salah satu
dari keempat subjudul tersebut berwarna berbeda (merah) dan
mewakili gambar yang terdapat pada bagian bawah subjudul tersebut.”
“Setiap pemain harus melengkapi kartu-kartu agar menjadi
“kuartet“, sebagai contoh, jika seorang pemain memiliki kartu berjudul
“Pemandangan” dengan subjudul berwarna merah “pantai”, maka
pemain tersebut harus melengkapi tiga subjudul lainnya (sungai,
gunung, dan air terjun) yang merupakan bagian dari kartu berjudul
“Pemandangan” tersebut.”
Salah satu bentuk konservasi yang kami lakukan yaitu dengan
mengangkat bahasa laiyolo kedalam berbagai permainan disebabkan
karena saat ini para remaja tidak tertarik lagi untuk mau mempelajari
bahasa laiyolo, hal ini dikarena berbagai macam faktor seperti
perkembangan arus globalisasi, orang tua yang tidak lagi mengajarkan
bahasa laiyolo kepada anak-anaknya, karena bahasa laiyolo dianggap
sebagai bahasa yang pengucapan terlalu berlebihan atau dengan kata lain
lebay. Sehingga kami memberikan solusi yaitu engan memainkan suatu
permainan dengan memadukan bahasa laiyolo didalamnya agar supaya
anak-anak akan merasa senang dan tertarik lagi untuk mempelajari bahasa
tersebut.
3. Melestarikan bahasa daerah laiyolo lewat pariwisata
Salah satu bentuk konservasi/pelestarian yang direkomendasikan
kepada pemerintah yaitu dengan memasukkan bahasa daerah laiyolo
sebagai warisan budaya lokal dan aset bangsa dalam bentuk pariwisata.
Hal ini dilakukan karena pemerintah sangat berperan penting dalam
pelestarian suatu budaya bangsa yang harus dilestarikan. Salah satu
bentuk
C. Kosa kata dalam bahasa laiyolo
Adapun beberapa kosa kata dalam bahasa laiyolo yang kami peroleh dari hasil
wawancara dengan masyarakat laiyolo yaitu:
Bahasa Indonesia
Bahasa Daerah Laiyolo
Saya
Aku
Kamu
Koo
Mau
Minging
Air
Uhe
Kebun
Nau
Mandi
Penriu
Dimana
RiTe E
Makan
Kannre
Pulang
Balili
Naik
Bure
Selesai
Leggamo
Besok
Laile
Bersama
Poranga
Pergi
Lekka
Ayam
Kadola
Makan
Pokanre
Tidak Mau
Mentu
Berangkat
Plai
Bukan
Nindro
Mari
Maemo
Kalian
Pergi
Jalan
Besar
Gunung
Sungai
Pantai
Air Terjun
Sanai
Talengka
Dala
Ogge
Bonto
Polo
Ngapa
Uhe teddu
Tabel
Berdasarkan pada penelitian yang kami lakukan, terdapat empat
responden yang mengetahui cara berbahasa Laiyolo. Adapun contoh kalimat
dalam bahasa Laiyolo yang kami peroleh dari beberapa responden yaitu:
1. Aku da prenta (Saya yang memerintah)
2. Maemo pokanre kadola (Mari makan ayam)
3. Aku minging balili (Aku ingin pulang )
4. Aku leggamo penriu (Saya selesai mandi)
V. KESIMPULAN
Bahasa Laiyolo merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di
Kabupaten Kepulauan Selayar. Bahasa Laiyolo dituturkan di Kecamatan
Bontosikuyu, Desa Laiyolo, dimana hanya sebagian kecil masyarakat Sulawesi
Selatan yang mengenal bahasa Laiyolo. Tidak mengherankan, karena penutur
bahasa ini memang para orang tua yang telah lanjut usia (40 tahun ke atas).
Terancam punahnya bahasa Laiyolo disebabkan karena beberapa factor
diantanya yaitu factor urbanisasi dan perkawinan antar etnis, kurangnya sosialisasi
orang tua dalam memperkenalkan bahasa ibu mereka, remaja yang sudah tidak
tertarik mempelajari bahasa Laiyolo karena mereka menganggap bahasanya yang
begitu lebay (berlebihan) dalam hal pengucapannya, kebijakan pemerintah dalam
penggunaan bahasa dalam pendidikan serta tekanan bahasa dominan dalam suatu
wilayah masyarakat multibahasa yang berdampingan dan dampak arus globalisasi
yang menyebabkan berkurangnya penutur bahasa Laiyolo.
Bahasa Laiyolo yang sudah terancam punah memerlukan konservasi agar
bahasa ini tetap lestari dan tetap digunakan oleh masyarakat Kab. Kepulauan
Selayar. Ada beberapa konservasi yang ditawarkan oleh penulis yaitu mengangkat
bahasa daerah Laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra seperti cerpen, novel, puisi,
komik dan sebagainya. Selain itu, penulis juga berencana membuat pondok bahasa
Laiyolo baik itu di Selayar maupun di luar Selayar agar bahasa Laiyolo tetap dapat
dipelajari oleh masyarakat Sulawesi Selatan sekalipun mereka tidak berada di
lokasi secara langsung. Bentuk konservasi yang lain yaitu memadukan bahasa
laiyolo ke dalam bentuk permainan edukatif seperti permainan ular tangga dan
kuartet yang menggunakan bahasa Laiyolo. Seluruh konservasi ini diharapkan
mampu menumbuhkan minat masyarakat untuk terus menggunakan bahasa
Laiyolo dalam berkomunikasi sehari-hari khususnya di Selayar agar bahasa
Laiyolo dapat terus lestari dan terhindar dari ancaman kepunahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, S. Handa. 2012. Peneliti Hukum. http://penelitihukum.org/tag/definisibahasa-daerah/. Diunduh pada Tanggal 21 Februari 2015, pukul 13:42 WITA
Agus, Susanto . 2014. Makalah Hakikat, Fungsi Dan Karakteristik Bahasa. www.
pendidikanindonesia.org/2014/09/makalah-hakikat-fungsi-dan.html. Diunduh
pada Tanggal 03 Maret 2015, pukul 16:15 WITA.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2011. Pemberdayaan Bahasa Indonesia Memperkukuh Budaya
Bangsa Dalam Era Globalisasi Risalah Kongres Bahasa Indonesia VIII.
Jakarta Timur: Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan. Hal 136, 138, 829, 831.
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat dalam
Perkembangan dan Pembinaan. 2014. Laporan Kegiatan Morfologi Verba
Bahasa Laiyolo Tahun 2014. Makassar: Balai Bahasa. Hal 18.
Belantara Indonesia. 2013. Pengertian Konservasi. http://www. Belantara
indonesia.org/2013/06/pengertian-konservasi.html. Diunduh pada tanggal
(sasaran konservasi). Diunduh pada Tanggal 23 Februari 2015, pukul 14:30
WITA.
Darwis, Muhammad. 2011. Nasib Bahasa Daerah di Era Globalisasi: Peluang dan
Tantangan. http://repository.unhas.ac.id. Diunduh pada tanggal 21 Februari
2015, pukul 09: 15 WITA.
Faisal, Muh. Hakikat, Fungsi dan Ragam Bahasa Indonesia. http://pditt.belajar.
kemdikbud.go.id/RM/aggregator/materiterbuka/open/dikti/Mata%20Kuliah%
20Awal/Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_1_0.pdf.
Diunduh pada Tanggal 12 Februari 2015, pukul 13: 20 WITA.
Geulis, Vivi. 2012. Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli. http://www.academia.
edu/5783317/_Pengertian_Bahasa_Menurut_Para_Ahli.
Diunduh
pada
Tanggal 12 Februari 2015, pukul 13:45 WITA.
Hardianto, Maman. (2012). Pengertian Konservasi. https://www.scribd.com/
doc/80536741/PENGERTIAN-KONSERVASI. Diunduh pada Tanggal 18
Februari 2015, pukul 10:15 WITA
Juli, Ja. 2014. Fungsi Bahasa. http://www.academia.edu/3614957/FUNGSI_
BAHASA. Diunduh pada tanggal 21 Februari 2015, pukul 14:25 WITA.
Lestari, Endah. 2013. Konservasi Taman Nasional Bukit Baka- Bukit Raya
Kalimantan
Barat.
http://www.academia.edu/5291129/KAWASAN_
KONSERVASI_BUKIT_BAKA_BUKIT_RAYA_KALIMANTAN_BARA
T. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2015, pukul 13:20 WITA.
Netra, I Made. 2009. Perilaku Seksis dalam Bahasa Seni Pertunjukan Ragam Humor
Di Kota Denpasar Kajian Bahasa dan Jender. http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/21247/1/log-apr2009-5%20(3).pdf. Diunduh
pada Tanggal 03 Maret 2015, pukul 20: 17 WITA.
Patilima, Hamid. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, cv. Hal 3.
Rachman, Maman. 2012. Konservasi Nilai dan Warisan Budaya. Semarang:
Indonesian Journal of Conservation. Hal 31.
Rusyanti, Hetty .2013. Pengertian Bahasa Menurut Ahli. http://www. kajianteori.
com/2013/03/pengertian-bahasa-menurut-ahli.html. Diunduh pada tanggal 13
Februari 2015, pukul 20:15 WITA.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
Kencana Prenada Media group. Hal 59.
Saroneto 2014. Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi.
https://www.scribd.com/doc/201391037/Makalah-Bahasa-Daerah-PemudaDan-Globalisasi. hlm 4. Diunduh pada Tanggal 15 Februari 2015, pukul
22:35 WITA.
Syamsuri, Andi Sukri. 2014. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Dasar Umum.
Makassar: Pustaka Lontara. Hal 6, 9.
Theresia, Febrina. 2015. Bab III Metode Penelitian. http://www.academia.edu/
5449167/BAB_III_Metode_Penelitian. Diunduh pada Tanggal 27 Februari,
pukul 13:00 WITA.
Tim Pustaka Phoenix. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta
Barat: PT Medis Pustaka Phoenix. Hal 98, 477.
Wahab, Abdul. 2011. Masa Depan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. Universitas
Negeri Malang.
Yahya, Dede. 2012. Karakteristik Bahasa dan Fungsi Bahasa. http://belajar.
dedeyahya.web.id/2012/03/karakteristik-bahasa-dan-fungsi-bahasa.html.
Diunduh pada Tanggal 18 Februari 2015, pukul 22:00 WITA.