STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIA

STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIAN AMPID ULUN MATOI SUKU DAYAK AGABAG DI DESA TETABAN KECAMATAN SEBUKU KABUPATEN NUNUKAN

Oleh:

NIMBROT NIM. 1002035045

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2017

STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIAN AMPID ULUN MATOI SUKU DAYAK AGABAG DI DESA TETABAN KECAMATAN SEBUKU KABUPATEN NUNUKAN TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018 SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Pada Program Studi Konsentrasi Sosiologi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman

Oleh : NIMBROT NIM : 1002035045

UNIVERSITAS MULAWARMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI KONSENTRASI SOSIOLOGI S1 SAMARINDA 2017

RITUAL KEMATIAN DALAM BAHASA AGABAG AMPID ULUN MATOI DA SUKU NU DAYAK AGABAG GUDA DESA NU TETABAN KECMATAN SEBUKU AM KABUPATEN NU NUNUKAN. ARTI NYA : ADALAH RITUAL KEMATIAN SUKU DAYAK AGABAG

ABSTRAK

Nimbrot, Studi Tentang Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan,di bawah bimbingan Drs. H. Massad Hatuwe M.Si dan Drs. Martinus Nanang, M.A.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Studi Tentang Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan dengan indikator : bagaimanaTentang Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan

Jenis penelitian yang Digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Analisis data yang. Digunakan adalah analisis data kualitatif yang diawali dengan proses pengumpulan data, penyederhanaan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini mengunakan tehnik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan yaitu dengan melakukan pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara untuk mendapatkanin formasi yang lebih jelas sesuai denganyang dibututhkan dalam penelitian.

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran secara keseluruhan bahwa tentang proses ritual adat kematian suku dayak abagag di desa tetaban kecamatan sebuku kabupaten nunukan sudah cukup baik di lihat dari Proses ritual adat kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan

Pelaksanaan ritual kematian suku Dayak Agabag dilatar belakangi oleh kepercayaan Nenek Moyang yang dikenal dengan nama Amakan (acara seratus hari), ketika dalam masyarakat Dayak Agabag ada salah satu keluraga yang meninggal maka gong dibunyikan yang menandakan bahwa ada orang meninggal. Bagi masyarakat yang mendengar suara gong tersebut bisa memberikan informasi kepada Desa lain termasuk keluarga orang yang baru meninggal tadi.

RIWAYAT HIDUP

Nimbrot, lahir di Desa kunyit pada tanggal 12 Agustus tahun 1992 Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan merupakan anak Pertama dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan bapak Pelatius dan ibu Bagilawan.

Pada tahun 1999 mulai memasuki Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 003 Kunyit dan lulus tahun 2004. Kemudian pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di SMP Terbuka 1 Nunukan Kecamatan Nunukan Selatan dan lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sebuku dan lulus tahun 2010

Kemudian melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Universitas Mulawarman pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi, dengan Program Studi Pembangunan Sosial Konsentrasi Sosiologi pada Tahun 2010. Selanjutnya pada bulan Juni s/d Juli 2014 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Desa Binaan Angkatan XXXX di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara.

SURAT PERNYATAAN KEASLIAAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini saya : Nama

: NIMBROT NIM

: 1002035045 Program Studi

: Sosiologi Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya, bahwa skripsi saya yang berjudul:”STUDI

TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIAN SUKU DAYAK AGABAG DI DESA

TETABAN KECAMATAN SEBUKU KABUPATEN NUNUKAN ” adalah asli hasil penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi hasil karya orang lain.

Samarinda, 20 Juli 2017 Yang menyatakan

NIMBROT NIM. 1002035042

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk mereka yang telah setia berada di setiap perjalanan hidup saya, kepada :

Papa dan Mamaku tercinta, Penulis tiada hentinya bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala nikmat-NYA yang telah membuat penulis dilahirkan oleh dua sosok Orang Tua yang LUAR BIASA…Terimakasih atas segala Do’a dan Kasih Sayangnya kepada penulis dari kecil hingga saat ini dan sampai nanti, mendukung dan menguatkan

penulis untuk sampai di titik ini… Untuk tunangan saya tercinta terima kasih atas doanya dan kesebarannya menunggu

hingga selesai serta temen dan saudaraku, terimakasih atas segala Do’a dan dukungannya selama ini kepada saya..

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman.....................................................

35

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

31

3.1 Daftar Nama Yang Menjadi Sumber Data Primer...............

37

4.1 Jarak Desa Ke Kota............................................................

37

4.2 Batas Desa..........................................................................

38

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin..........................

39

4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian.........................

40

4.5 Jumlah Penduduk Menurut Tinggi Pendidikan……………

42

4.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan……

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

66

1 Dokumentasi Penelitian....................................................

67

2 Surat Penelitian dari Fakultas...........................................

68

3 Surat balasan penelitian....................................................

69

4 Kartu Revisi Seminar Proposal.........................................

70

5 Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi Pembimbing I,II.....

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif 42

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 4.1 Luas Kecamatan Kayan Selatan berdasarkan Desa 44

2. Tabel 4.2 Jmulah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan berdasarkan jenis kelamin 45

3. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan Mata Pencaharian 46

4. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan kelompok Umur 47

5. Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan Agama 48

6. Tabel 4.7 Jumlah Pegawai Kantor Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan Pangkat/Golongan 53

xi

KATA PENGANTAR

Syalom...

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan karunia-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini, penyelesaian skripsi ini sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.

Pada saat moment yang istimewa dan membahagiakan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya penulisan skripsi ini adalah atas bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya, M.si, selaku Rektor Universitas Mualwarman Samarinda yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di perguruan Tinggi

2. Bapak Drs. H. Muhammad Noor, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman yang memberikan kepada penulis untuk menuntut ilmu dan menyelasaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman

3. Bapak Drs. H. Massad Hatuwe M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi, serta Program Studi Sosiologi Ibu Dra. Lisbet Situmurang, M.Si telah memberikan 3. Bapak Drs. H. Massad Hatuwe M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi, serta Program Studi Sosiologi Ibu Dra. Lisbet Situmurang, M.Si telah memberikan

4. Bapak Drs. H. Massad Hatuwe, M.Si, Selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Martinus Nanang, M.A, selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang senangtiasa memberikan saran, arahan, serta kesabaran dalam membimbing penulis.

5. Bapak Sariffudin S.Sos. M.Si seluku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Lisbet Situmurang. M.Si selaku dosen Penguji II terima kasih banyak telah berkenan memberi saran dan kritik untuk menyempurnakan skripsi ini

6. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan pengatahuan dan ilmu yang sangat bermamfaat bagi penulis selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta staff pengajar, tata usaha, dan akademik yang berada di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak membantu penulis.

7. Bapak Jonni, S.Pd.K Selaku Kepala Desa Tetaban serta staff aparatur Desa terima kasih atas kesediannya untuk meluangkan waktu dan informasinya, jalinan persaudaraan, atas ide, masukan dan sembutan hangat yang diberikan.

8. Bapak bakuas selaku ketua Adat Desa Tetaban, serta tokoh masyarakat Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan keterangan untuk penulis selama penelitian.

9. Kedua orang tua saya yang tercinta ayahhanda palatius dan Ibunda tercinta bagilawan, serta adik tercinta ekahewi dishub dan keluarga adik jumalia dan jenalien Oktaviani terima kasih atas doa kasih sayang dan yang selalu memberikan kepercayaan kepada saya selama menempuh pendidikan.

10. Keluarga besar ayahanda (Palatius) Om Latihan Sekeluarga, Om Alpius sekeluarga, Tante Mayang sekeluarga, Tante siuk sekeluarga, Tante Kanyatan Sekeluarga, Tante Lihat sekeluarga, serta nenek tercinta Almarhum Duasil dan Almarhum Ngolontod terima kasih atas do’anya perhatian seta kasih sayang dan batuannya dalam bentuk materil selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.

11. Keluarga besar Ibunda (Bagilawan) Om selewangi sekeluarga, om yanto sekeluarga, om satibin sekeluarga, om jalul sekeluarga, tante gunsung sekeluarga, tante serikat sekeluarga, tante lidia sekeluarga, serta nenek tercinta Lasitung dan Almarhum nenek Sepaya, terima kasih atas do’anya perhatian serta kasih sayang dan batuannya dalam bentuk materil selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.

12. Keluarga besar Bapak Ambrin Sitanggang terima kasih atas dukungan dan motivasi serta bentuk materil selama penulis menempuh pendidikan

13. Untuk Kekasih saya tercinta Liana SPd terima kasih banyak telah memberikan dukungan, motivasi, dan banyak meluangkan waktu penulis untuk menyelesaikan skripsi.

14. Rekan-rekan Forum Keluarga Mahasiswa Dayak Agabag (FKMDA) dan Forum Komunikasi Mahasiswa Dayak – Indonesia (FKMD-I) yang telah memerikan dorongan dan semangat kepada penulis, pada saat ini penulis mengucapkan banyak terima kasih. Good Bless.

15. Khusus Tuhan Yesus, terima kasih atas jawaban doa, hikmat dan kesehatan selalu dari tuhan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan juga telah membantu secara materi maupun non materi penelitian dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini baanyak terdapat kekurangan sesuai dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata semoga segala bantuan, doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan penulis dedikasihkan dalam melaksanakan tanggungjawab seanjutnya. Semoga rahmat dan karunia dari Tuhan selalu memyertai kita. Amin

Samarinda, Agustus 2017

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebudayaan Nasional Indonesia berasal dari beraneka ragam budaya daerah. Kebudayaan daerah itu sendiri adalah merupakan kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang juga merupakan sumber devisa Negara, karena selain merupakan penarik objek wisata, kebudayaan yang menggambarkan corak kebhinekaan bangsa Indosesia. Dalam Pasal 23 UUD 1945 disebutkan “Negara menunjukan kebudayaan Nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai- nilai budayanya”

Berkenan dengan adanya keanekaragaman kebudaya yang dimiliki oleh berbagai golongan etnik di Indonesia, disatu pihak masing-masing kebudayaan tersebut memperlihatkan adanya prinsip-prinsip kesamaan dan saling persesuaian antara satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menjadi landasan bagi terciptanya kebudayaan nasional Indonesia. Di lain pihak kebudayaan-kebudayaan tersebut juga memperlihatkan adanya perbedaan-perbedaan.

Kalimantan Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki kemajemukan masyarakat maupun kebudayaan. Salah satu etnis yang mendiami di wilayah ini adalah Suku Dayak. Pada umumnya suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal dipedalaman, gunung, dan Kalimantan Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki kemajemukan masyarakat maupun kebudayaan. Salah satu etnis yang mendiami di wilayah ini adalah Suku Dayak. Pada umumnya suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal dipedalaman, gunung, dan

Suku Dayak Agabag sangat menghormati orang yang meninggal dunia dan juga roh-roh para leluhur Dayak Agabag. Bagi suku Dayak Agabag orang yang meninggal dunia harus dihormati karena kepercayaan masih hidup, hanya berpindah alam saja dijagat raya. Oleh karena itu ritual kematian ini sering dilaksanakan apabila ada orang yang meninggal dunia. Proses kematian suku Dayak Agabag ini dilakukan pertam kali oleh nenek moyang Dayak Agabag yang terdahulu sampai dengan turun-menurun hingga dan masih berlaku serta dilaksanakan. Bagi suku Dayak Agabag perayaan kematian ini sangat berharga bahkan harus lerah meninggalkan waktu bekerja. Pada masa sekarang ini kebudayaan tersebut sedikit demi sedikit telah mengalami pergeseran nilai-nilai.

Dalam UUD RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dijelaskan bahwa “ lembaga Adat merupakan mitra kerja pembangunan antara pemerintah daerah dan Pemerintah Desa dalam rangka membina memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan Adat istiadat sebagai norma kaidah dengan keyakinan sosial yang tumbuh dan berkembang dalam kelebagaan Adat.

Menurut bapak Roben Jangkat selaku Dewan Adat Dayak Agabag masyarakat hukum Adat bersifat teritoral yaitu masyarakat hukum Adat yang disusun berasaskan lingkaran daerah, adalah masyarakat hukum Adat yang para anggotanya merasa bersatu dan karena merasa bersama-sama merupakan kesatuan Menurut bapak Roben Jangkat selaku Dewan Adat Dayak Agabag masyarakat hukum Adat bersifat teritoral yaitu masyarakat hukum Adat yang disusun berasaskan lingkaran daerah, adalah masyarakat hukum Adat yang para anggotanya merasa bersatu dan karena merasa bersama-sama merupakan kesatuan

Oleh sebab itu masyarakat di Kabupaten Nunukan sangat majemuk. Maka kebudayaan yang ada di Kabupaten Nunukan beraneka ragam coraknya, Adat kebudayaan yang berlaku di kabupaten Nunukan juga berbeda-beda. Masyarakat yang majemuk, Adat kebudayaan yang sudah dimiliki dari asal daerah masing-masing suku saling mempengaruhi. Adat kebudayaan yang satu dapat juga terpengaruh oleh Adat budaya lain.

Salah satu suku Dayak Agabag di Kalimantan Utara adalah Dayak Agabag. Dan budaya suku Dayak Agabag mempunyai tradisi yang coraknya berbeda dengan suku Dayak lain yang ada di Kalimantan Utara terutama Nunukan. Adapun tradisi budaya suku Dayak Agabag diantaranya yaitu mengenai perayaan kematian yang melalui berbagai proses dalam pelaksanaanya, karena suku Dayak Agabag mempunyai landasan norma dan kebersamaan yang disebut Amakan yaitu nilai norma kebersamaan dan suku ini juga merasakan hikmah dari ritual kematian tersebut, sehingga hal ini ramai dilakukan jika ada kerabat mereka yang meninggal dunia.

Bagi suku Dayak Agabag ritual acara kematian tersebut dirayakan secara besar-besaran bersama dengan masyarakat lain yang berasal dari desa-desa lain maupun kecamatan lain yang bisa menghadiri ritual kematian tersebut dengan tujuan untuk menghormati orang yang telah meninggal dan juga para keluarga yang ditinggalkan.

Ritual adat kematian di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan dilakukan atas kepercayaan yang dianut, yang berarti ritual tersebut tidak tergantung pada lingkupan geografis. Ritual adat suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan terlihat dalam struktur sosial, saling terkait dan saling terpengaruh. Kepercayaan Amakan merupakan pusat kekuatan pendorong bagi masyarakat Dayak Agabag terselenggaranya ritual adat kematian. Selain itu ritual atau pemakaman di daerah Tanah Dayak Agabag Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan masih ada. Ritual adat kematian ini juga diyakni akan menghibur keluarga yang berduka sehingga berduka bisa terhibur dan tidak merasakan kesedihan yang lebih mendalam serta berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang mereka cintai, yaitu dengan melakukan ritual adat seperti tari-tarian, lagu (kukui) adat Dayak Agabag yang menggunakan alat tradisional gong dapat memberikan rasa tenang dan memberikan kekuatan kepada keluarga yang sedang berdukacita.

Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada ritual adat kematian sebagai topik sentral. Oleh karena ritual ini bagi golongan etnis Dayak masih tetap diselenggarakan terutama paling menonjol pada suku Dayak Agabag. Ritual kematian sering diadakan di desa-desa dimana adanya ornag meninggal dunia khususnya di daerah Kecamatan Sebuku.

Adapun perangkat yang digunakan adalah Gong dan Kukui. Gong merupakan alat tradisional yang dipukul dengan pemukul khusus yang dibunyikan oleh orang-orang yang pintar memukul gong tersebut dengan suara yang merdu.

kesan sejarah atau cerita untuk mengenang almarhum sewaktu masih hidupnya. Kukui yang diiringi dengan lagu-lagu ritual yang dibagi beberapa jenis antara lain:

a.) Kukui kalinge,artinya lagu awal mulai jam 08.00 –12.00 Kukui kalinge menceritakan tentang sejarah asal-usul Dayak Agabag turun-menurun, kukui kalinge sejenis pantun yang berbalas-balasandan bersifat sendirian (memuji atau menghina)

b.) Kukui Alamat, artinya lagu tengah malam mulai jam 12.00 – 04.00 subuh. Kukui alamat ini member hiasan bahasa yang dalam santun sehingga

mengharukan bagi pendengar yang mendengarka. Kukui alamat memberikan kesan tentang hubungan antara manusia dengan alam jagad rayadan member dorongan serta motivasi yang tinggi pada seseorang untuk memperjuangkan hidup tanpa pamri.

c.)

Kukui Madtawang,artinya lagu dekat subuh mulai jam 04.00 – 06.00. Kukui Madtawang bersifat permohonan atau permintaan yang sangat dalam, yang kebanyakan orang saki tuntuk mengertiatau memahami yang dimaksud. Kukui madtawang memberikan kesan perpisahan yang sangat sedih dan tidak jarang orang mengeluarkan air mata. Karena seolah-olah perpisahan merupakan pertemuan yang terakhir kalinya.

d.) Kukui Penutup, yaitu Kuku iawal yang sifatnya minta pamit. Maka dengan adanya kukui dan tari-tarian seperti ini sangat menghibur

keluarga yang sedang berduka dan kalangan masyarakat Dayak Agabag, serta wisatawan local maupun asing yang sedang menyaksikan dan dapat keluarga yang sedang berduka dan kalangan masyarakat Dayak Agabag, serta wisatawan local maupun asing yang sedang menyaksikan dan dapat

Dari observasi dilapangan peneliti menemukan bahwa proses adat atau kegiatan adat berkurang, hal ini disebabkan karena kurangnya tingkat kepedulian pemuda sebagai generasi penerus adat, dan juga kurangnya kerjasama kaum pemuda dengan pengurus adat yang ada. Sebagaimana kita tahu, bahwa wujud adat merupakan pencerminan dasar prilaku kita, yang bersifat mengatur dan mengadakan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan permasalahan yang ada diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul“ Studi Tentang Proses Ritual Adat Suku Dayak

Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.

1.2. Rumusan Masalah

Menurut Sugiyono (2004 : 33), mengemukan masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang sebenar-benarnya terjadi. Dari pendapat diatas dijelaskan bahwa masalah terjadi karena ada penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan.

Surachmad (1998 : 34), mengemukakan masalah adalah setiap kesulitan yang mengerakkan manusia untuk memecahkannya. Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, maka pengertian masalah menurut Sudjarwo (2001 : 1), adalah merupakan segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya.

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah penelit iuraikan diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah dalam penelitian ini, “ Bagaimana ritual kematian suku Dayak Agabag di desaTetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan’’

1.3. TujuanPenelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hal yang dapat diperoleh setelah penelitian selesai. Husen (2001 : 29), mengatakan bahwa tujuan penelitian adalah pertanyaan apa yang hendak kita capai. Tujuan penelitian dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang membaca laporan penelitian ini dapa tmengatahui dengan pasti apa tujuan penelitian kita sesungguhnya.

Menurut Sukandarumida (2004 : 111), mengatakan tujuan penelitian adalah untuk memperoleh yang baru atau asli dalam usaha memecahkan suatu masalah yang setiap saat timbul dimasyarakat.

Selanjutnya Menurut Kaenlan (2005 : 234), mengemukakan tujuan penelitian pada hakekatnya merupakan rumusan singkat untuk menjawab masalah penelitian. Ruseffendi (1994 : 12), mengemukakan bahwa tujuan penelitian adalah salah satu cara untuk memberikan kebenaran.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, tujuan penelitian merupakan salah satu bentuk untuk mengatahui dan memahami masalah-masalah yang terjadi agar dapat dijawab dengan sebenarnya.

Adapun tujuan penelitian mengadakan penelitian di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan ini sebagai berikut :

1. Mendeskrifikasikan Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.

2. Mengidentifikasikan Faktor-faktor penyebab berkurangnya kegiatan-kegiatan adat dalam Ritual Kematian Suku Dayak Agabag.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna atau bermanfaa tuntuk :

1. Kegunaan Secara Teoritis : a.) Memberikan informasi atau bahan litelatur dari hasil yang telah diteliti. b.) Dapat memberikan sumbangan pemikiran daninformasi pengatahuan

tentang proses ritual adat kematian suku Dayak Agabag dalam Kalangan masyarakat lainnya secara umum.

2. Kegunaan Secara Praktis : a.) Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah agar dapat memperhatikan budaya suku Dayak Agabag khususnya di Kecamatan Sebuku, dan ikut berperan serta mengembangkan dan melestarikan buday asuku Dayak Agabag dalam rangka pembangunan budaya bangsa sebagai wujud kepedulian kita dalam upaya pembangunan nasional Indonesia.

b.) Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para penelitilain sebagai salah satu sumber bahan penelitian selanjutnya.

BAB II KERANGKA DASAR TEORI

2.1. Teori dan Konsep

Dalam suatu penelitian dipergunakan teori-teori sebagai landasan atau pedoman terhadap masalah yang menjadi topic permasalahan.Teori juga berguna sebagai pegangan dalam menguraikan suatu konsep guna mendukung obyek penelitian. Teori menurut Snelbecker yang dikutip oleh J. Moleong (2000 : 34), “ seperangkat proposisi yang terintergrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang diamati dan berfungsi sebagai wahana meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati’’.

Menurut Sugiyono (2003 : 55), “ Teori adalah seperangkat konsep asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam organisasi’’.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teori merupakan pedoman untuk melanjutkan dan menentuhkan cara dan metode apa yang baik dan tepat untuk kelanjutannya guna mendukung penelitian.

Konsep merupakan bagian fikiran yang mencoba menggambarkan dengan deretan kata-kata tentang eksistensi suatu fenomena dengan cirri-ciri dan karakteristik.

Peneliti mengutip pendapat M.B Ali dan T. Deli (1997 : 346), bahwa “Konsep adalah merupakan rencana yang dituangkan dalam kertas rencangan dan Peneliti mengutip pendapat M.B Ali dan T. Deli (1997 : 346), bahwa “Konsep adalah merupakan rencana yang dituangkan dalam kertas rencangan dan

2.2. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruan system gagasan, tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa dan rasa manusia yang berasal dari budi dan akal manusia yang diciptakan berdasar pola tindakan dan sifat interaksi antara manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan lingkungannya dimasyarakat setempat.Dari budaya tersebut digunakan untuk kebahagian pemilik kebudayaan tersebut.Oleh karena itu kebudayaan tersebut harus dilestarikan dan dikembangkan agar tidak punah terkikis oleh budaya asing.

Selain definisi kebudayaan diatas ada juga definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh sejarah Sosiologi yang dikutip oleh Soedjono Dirjo Sisworo (1985 : 226), yaitu sebagi berikut : 1.) B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kepada tindakan, kelakuan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Hal ini merupakan perwujudan dan kebudayaan yang bersifat abstrak.

Wujud kedua dari kebudayaan dinamakan system social, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri.Wujud ini bias diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam system social ini terdapat aktivitas- aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya dalam masyarakat.Misalnya dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup mereka sehari-hari di masyarakat. Sistem social ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat kongrit dalam bentuk perilaku dan bahasa.

Wujud ketiga dari kebudayaan disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud budaya ini hamper seluruhnya merupakan hasil fisik (aktifitas perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat). Sifat paling kongret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto yang diwujud besar ataupun kecil Contoh : Candi Borobudur (besar), kain batik dan baju (kecil).

Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan untuk dalam melindungi manusia terhadap alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagi : 1.) Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya. 2.) Wadah untuk menyalurkan perasana persaan dan kemampuan-kemampuan lain. 3.) Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia. 4.) Pembeda manusia dan binatang. 5.) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku didalam pergaulan.

6.) Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

7.) Sebagai modal dasar pembangunan. Unsur-unsur kebudayaan yakni :

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, misalnya: pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.

2. Sistem mata pencarian dan system ekonomi, misalnya: pertanian, peternakan, system produksi.

3. Sistem kemasyarakatan misanya: kekerabatan, system perkawinan, system warisan.

4. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tulisan.

5. Ilmu pengetahuan.

6. Kesenian, misalnya: seni suara, seni rupa, seni gerak.

7. Sistem religi. Masing-masing unsur kebudayaan Universal ini pasti menjalin dalam tiga wujud budaya tersebut diatas, yaitu wujud budaya, system social, dan unsur budaya

fisik. Demikian sistem ekonomi misalnya, mempunyai wujud sebagai konsep- konsep, rencana dan kebajaksanaan yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi juga mempunyai wujud berupa tindakan dan intraksi berpola antara produsen, pedagang dan konsumen.Selain itu dalam sistem ekonomi terdapat juga unsure-unsur yang fisik. Demikian sistem ekonomi misalnya, mempunyai wujud sebagai konsep- konsep, rencana dan kebajaksanaan yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi juga mempunyai wujud berupa tindakan dan intraksi berpola antara produsen, pedagang dan konsumen.Selain itu dalam sistem ekonomi terdapat juga unsure-unsur yang

2.3. Pengertian Adat

Mengingat masyarakat bangsa Indonesia sangat mejemuk, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, maka ditemukan perbedaan baik mengenai tingkah laku, mata pencarian, bahasa, tingkat pendidikan, agama maupun kebudayaan.

Adat merupakan pencerminan dari dasar prilaku masyarakat pada suatu waktu tertentu dan juga merupakan cakupan dari nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Dimana adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat tertentu saja bersifat mengatur dan mengadakan keseimbangan dalam kehidupan masyarakat.Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa adat berfungsi sebagai alat atau sarana untuk memperkokoh norma-norma serta nilai-nilai budaya yang telah berlaku secara turun-menurun dalam masyarakat. Oleh karena itu adat harus dipertahankan keberadaannya selama ia mampu mendukung kehidupan masyarakat untuk nmencapai kesejahteraan.

Adat adalah pencerminan dari keperibadian yang timbul dalam masyarakat dan merupakan salah satu penjelmaan dari jiwa masyarakat. Adat adalah merupakan hukum yang timbul dan terdapat dalam masyarakat Indonesia, merupakan gejala social, mempunyai sifat umum jiwa tertentu Djaren Saragih (1982 : 20). Adat Adat adalah pencerminan dari keperibadian yang timbul dalam masyarakat dan merupakan salah satu penjelmaan dari jiwa masyarakat. Adat adalah merupakan hukum yang timbul dan terdapat dalam masyarakat Indonesia, merupakan gejala social, mempunyai sifat umum jiwa tertentu Djaren Saragih (1982 : 20). Adat

Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa adat merupakan kebiasaan yang terdapat dalam suatu masyarakat yang bersifat mengikat dan mempunyai akibat hukum (sanksi) yang keberadaannya telah mendapat pengakuan dalam masyarakat itu.

Selain itu adat juga berfungsi mendidik masyarakat untuk mematuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam masyarakat, masyarakat senangtiasa meyakini akan apa yang telah terjadiu adat atau kebiasaan yang bias dilakukan oleh para pendahulunya sehingga saat ini masih dipegang teguh dilestarikan. Dari hasil budi dan daya manusia rendahnya sutau peredaban suatu bangsa.

2.4. Adat Istiadat Suku Dayak

Adat istiadat merupakan wujud ideal dari kebudayaan dan bersifat abstrak.Adat merupakan unsur yang penting sebagai identitas suatu masyarakat atau suatu bangsa. Begitu pula dengan adat suku dayak.

Adat istiadat Suku Dayak adalah wujud ideal dari kebudayaan dayak yang di dalamnya terdapat sistem nilai budaya, norma, hukum dan menjadi dasar serta pendorong yang kuat bagi kehidupan manusia dayak di dalam masyarakat. Yusmono

(1994 : 107). Adapun sistem budaya dayak yaitu suatu yang oleh orang dayak anggap bernilai, berharga, bermakna, dan penting untuk di dalam kehidupannya. Hal-hal tersebut bersifat sangat abstrak, umum dan luas.Sistem nilai budaya itu terdapat dalam jiwa emsional, dapat di rasakan dan sudah mendarah daging (mengakar) di dalam kehidupan itu sendiri. Sedangkan menurut Tjilik Riwut (2003 :63) menyatakan ada tiga landasan dasar pelaksanaan hukum adat suku dayak yaitu:

1. Menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan roh-roh nenek moyang dan dengan penciptanya.

2. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban internal warganya.

3. Menjaga stabilitas relasi dan ketertiban warga dengan warga lain diluar sesukunya. Berdasarkan pendapat yang diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa berbagai macam adat istiadat sesuai dengan sub suku dayak merupakan pendorong

bagi kehidupan manusia suku dayak didalam masyarakat dan berfungsi sesuai dengan sifat adat itu sendiri, yaitu menjaga keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat sesuku, manusia serta menjunjung tinggi derajat kepercayaan.

Untuk dapat menjamin kepentingan masyarakat sukudayak secara khusus, maka peran adat sangatlah sentral.Setiap permasalahan yang timbul di dalam masyarakat harus diselesaikan secara adat melalui adat dewan, karena setiap individu harus taat dan mematuhi serta menjunjung tinggi setiap ketentuan yang telah digariskan dalam aturan adat.

2.5. Karateristik Suku Dayak Agabag

Menurut penjelasan bapak Roben jangakat selaku Dewan Adat Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan, ada bebeapa sikap yang merupakan pandangan hidup Dayak Agabag yaitu : a.) Suku Dayak Agabag Pada umumnya bersikap jujur, ikhlas dan baik hati. b.) Suku Dayak Agabag pada umumnya ulet dan tekun dalam perjalanan hidupnya. c.) Memiliki rasa Soridalitas yang tinggi, rasa kesetiawanan dalam masyarakat. d.) Memiliki semangat berkorban yang tinggi, terutama untuk kalangan keluarga, dan

dalam keutuhan sesama. Setiap orang rela berkorban untuk kepentingan dan keutuhan sesama warganya.

e.) sangat patuh dan taat pada pimpinan, baik pimpinan adat, kepala desa, hukum adat bahkan pemerintah. f.) Lebih suka bermusyawarah untuk bermufakat, Musyawarah dan mufakat merupakan dasar kebersamaan hidup, sesuatu tindakan yang diambil harus diputuskan bersama.

g.) Sangat memelihara kerukunan dalam hidup bersama. Maka Segala soal yang dapat menganggu kerukunana sosial sedapat mungkin dihindarkan. h.) Suku Dayak Agabag memiliki ketaatan dalam menerima hukum-hukum adat yang

berlaku secara adat sesuai dengan perlakuannya (keselahan yang dilakukannya). i.) Memiliki rasa kegotong-royongan dalam masyarakat.

2.6. Pengertian Proses, Ritual dan Kematian.

a). Proses Dalam beberapa situasi, Proses membutuhkan Ketaatan pada rangkaian langkah spesifik dengan dekomentasi (kadang kala formal) produser dan persyaratan, termasuk langkah pengukuran dan pengadalian yang telah ditetapkan dengan baik. Proses adalah merupakan urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian, atau sumber daya manusia lainnya yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek dibawah pengaruhnya. (R.M.Samik-Ibrahim, 2001, soal mid test, http://ikc.depsos.go.id/umum/ibam-os-htm1/i2.htm1). Selanjutnya Menurut Yulius.S dan kawan-kawan dalam kamus bahasa Indonesia Proses adalah (a). Jalannya bekerjanya, (b). Cara mengerjakannya. Sedangkan menurut Baldrige proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika Ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten akan mengarah pada hasil yang diingikan.

b). Ritual Ritual merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara berupa persembahan atau sesajian dan bentuk menghormati, mengenang, menghayati suatu makna yang magis dan ikhwal dari suatu kejadian atau peristiwa yang

memberi suatu pengharapan, kebesaran jiwa dari yang mengenangkan atau yang melaksanakan kegiatan ritual tersebut. Ritual juga merupakan hasil budaya yang bernilai sakral dan bermakna religius yang mengandung pesan norma dan pengharapan baik bagi masyarakat. (daniel de Coppet 1992, Memahami Ritual (Asosiasi Eropa Antropologi sosial), hhtp://amazon.com-Ritual-Association Anthropologi). Ritual suatu religi itu adalah suatu sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan dan upacara-upacara yang keramat. Artinya terpisah dari pantang keyakinan- keyakinan dan upacara yang berorientasi kepada komunikasi moral yang disebut umat. Duheim (1982 : 95) yang dikutip oleh Koentjaraningrat dalam Buku Sejarah Teori Antropologi. Selanjutnya Menurut Wojowisito (1990 : 105), upacara adalah (a). Tanda kebesaran (kehormatan), (b). Peralatan, pertemuan pengobatan dan sebagainya. Ritual adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci (sanctifi the custom) Dhavamony (1995 : 175). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama. Ritual bisa pribadi atau berkelompok. Wujudnya bisa berupa doa, tari-tarian, nyanyian, zairah dan sebagainya. Berdasarkan pendapat diatas, jelas bahwa ritual merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan mengandung makna suatu ungkapan yang memberikan rasa terima kasih yang begitu besar yang dapat diwajibkan dalam bentuk suatu tanda penghormatan dan pengharapan kepada hal yang bersifat magis maupun sakral memberi suatu pengharapan, kebesaran jiwa dari yang mengenangkan atau yang melaksanakan kegiatan ritual tersebut. Ritual juga merupakan hasil budaya yang bernilai sakral dan bermakna religius yang mengandung pesan norma dan pengharapan baik bagi masyarakat. (daniel de Coppet 1992, Memahami Ritual (Asosiasi Eropa Antropologi sosial), hhtp://amazon.com-Ritual-Association Anthropologi). Ritual suatu religi itu adalah suatu sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan dan upacara-upacara yang keramat. Artinya terpisah dari pantang keyakinan- keyakinan dan upacara yang berorientasi kepada komunikasi moral yang disebut umat. Duheim (1982 : 95) yang dikutip oleh Koentjaraningrat dalam Buku Sejarah Teori Antropologi. Selanjutnya Menurut Wojowisito (1990 : 105), upacara adalah (a). Tanda kebesaran (kehormatan), (b). Peralatan, pertemuan pengobatan dan sebagainya. Ritual adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci (sanctifi the custom) Dhavamony (1995 : 175). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama. Ritual bisa pribadi atau berkelompok. Wujudnya bisa berupa doa, tari-tarian, nyanyian, zairah dan sebagainya. Berdasarkan pendapat diatas, jelas bahwa ritual merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan mengandung makna suatu ungkapan yang memberikan rasa terima kasih yang begitu besar yang dapat diwajibkan dalam bentuk suatu tanda penghormatan dan pengharapan kepada hal yang bersifat magis maupun sakral

c). Kematian Mati adalah bercerainya roh dari badan, tetapi ia bukankah satu babak akhir dalam arena kehidupan dunia. Namun, ia sebagai suatu proses sementara bagi menempuh kehidupan yang kekal abadi yang bermula dari alam kubur. Setiap makhluk ini tidak terlepas dari mati. Kematian adalah merupakan suatu kejadian yan terjadi sekali dalam suatu waktu, bukan proses yang berkelanjutan atau fenomena berseri. Kematian merupakan hal yang penting dalam keluarga, sosial dan hubungan bisnis. Penurunan warisan dan pengontrolan bisnis sering kali bergantung ketika seseorang telah mati. Pada asebagian masyarakat primitif, semua jenis kebijakan merupakan individual dan moral. Ketika kepala satu keluarga, suku atau bangsa meninggal, kekuasaannya, bisa absulut dan diturunkan kepenurusannya. Tidakpastian dari pemimpin tidak adapat ditoleransi. Sistem legal biasanya mencakup persiapan untuk mengikat presumsi kematian jika seorang hilang dalam situasi yang membahayakan, yang todak mungkin dapat bertahan (kecelakaan perahu, peperangan, jatuh sakit).

Menurut kamus kedokteran kematian adalah sebagai berhentinya kehidupan (berhentinya fungsi vital dan sistem). Penekanan ditempat berhentinya pernafasan ke Menurut kamus kedokteran kematian adalah sebagai berhentinya kehidupan (berhentinya fungsi vital dan sistem). Penekanan ditempat berhentinya pernafasan ke

Selanjutnya Organisasi Kesehatan Dunia (OKD), mengatakan bahwa kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya suatu tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Kematian saja kita berada, ia akan tiba pada bila-bila masa tanpa diundang dan tanpa menerima tempo atau batas waktu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kematian merupakan terhentinya pernafasan manusia. Kematian terpisahnya roh dari tubuh manusia dan yang terjadi hanya sekali dalam suatu waktu tanpa batas waktu yang tidak dapat dipungkiri dalam hidup. Dengan demikian kematian menurut suku Dayak Agabag merupakan hal yang hanya dialami manusia sekali dalam hidup, oleh karena itu suku Dayak Agabag sangatlah mengaharukan kematian, sehingga mereka melakukan ritual, karena mereka percaya dengan melakukan ritual orang yang telah mati tadi bisa kembali ke alam sana dengan tentram dan tidak bergantayangan maupun menganggu keluarga yang di tinggal.

2.7. Ritual Adat Suku Dayak Agabag

a). Ritual Ritual irau menurut suku Dayak Agabag adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Agabag bersama untuk mengembangkan, melestarikan dan membangun budaya yang ada pada masyarakat suku Dayak Agabag pada khususnya di Kecamatan Sebuku. Irau merupakan kegiatan ritual yang dilakukan masyarakat Dayak Agabag guna melestarikan buday suku Dayak Agabag. Iraudilakukan oleh suku Dayak Agabag sebagi ritual yang dapat menggali kekayaan suku Dayak Agabag Irau suku Dayak Agabag ini terbagi 2 yaitu Ritual Ilau Kematian dan Ritual Iraudalam mengembangkan budaya suku Dayak Agabag.

Sebelum melaksanakan Irau tersebut tentunya harus mempunyai persiapan yang matang agar pada saat pelaksanaan Irau berjalan dengan lancar. Irau suku Dayak Agabag ini merupakan acara terbesar bagi suku Dayak Agabag karena dalam acara perayaannya mengundang beberapa kecamatan Khususnya Kecamatan Lumbis, Kecamatan Sembakung yang dihadiri oleh semua masyarakat yang ada pada tiap-tiap kecamatan tersebut. Dalam hal ini merayakan ritual adat seperti ritual Irau Kematian dan ritual Irau melestarikan budaya suku Dayak Agabag.

Maka dari upacara Dayak Agabag ini adalah dipercaya sebagai simbol kemakmuran. Irau adat ini juga dapat membentuk suatu organisasi yaitu dewan adat yang dibentuk berdasarkan kelembangaan adat. Dewan adat dalam hal ini dibentuk untuk mengembangkan adat istiadat dengan melestarikan budaya serta melengkapi Maka dari upacara Dayak Agabag ini adalah dipercaya sebagai simbol kemakmuran. Irau adat ini juga dapat membentuk suatu organisasi yaitu dewan adat yang dibentuk berdasarkan kelembangaan adat. Dewan adat dalam hal ini dibentuk untuk mengembangkan adat istiadat dengan melestarikan budaya serta melengkapi

Selamatan adalah ritual yang kesukaan dan kegembiraan, seperti ritual kelahiran, perkawinan, naik rumah baru, ulang tahun, mendapat rezeki dan penanaman beni padi. Selamatan bagi suku Dayak Agabag merupakan suatu hal yang dirayakan yang sewaktu-waktu yang dihadiri oleh orang-orang tertentu saja dan juga keluarga dari yang melaksanakan keselamatan tersebut. Selamatan ini dilakukan dengan tujuan mensyukuri apa yang meraka berikan dalam kehidupannya. Menurut suku Dayak Agabag apabila tidak mensyukuri apa yang diberikan oleh yang Maha Kuasa, maka akan sia-sia. Mereka juga percaya bahwa bagi yang melaksanakan keselamatan tadi, roh-roh dari nenek moyang akan menambah rezeki kepada mereka, sehingga apa yang mereka dapat dalam kehidupan mereka tidak akan hilang dan mudah habis.

Selamatan suku Dayak Agabag ini hanya dilaksanakan pada malam hari kerena pada malam hari orang-orang yang diundang bisa hadir semua. Acara selamatan suku Dayak Agabag ini merupakan acara sederhana saja karena bentuk kepercayaan dilaksanakan dalam rumah.

2.8. Pemahaman Kematian Menurut Suku Dayak Agabag

Upacara adat bagi suku Dayak Agabag dibagi menjadi 2 macam yaitu : 1). Ritual adat Selamatan ialah ritual yang berhubungan dengan kesenangan atau kegembiraan misalnya : pesta perkawinan, pesta ulang tahun,naik rumah baru, mendapat rezeki, melahirkan dan sebagainya.

2). Ritual Irau berhubungan dengan kesedihan atau ritual kematian atau pemakaman dan juga untuk memperat hubungan tali kekeluargaan antara desa satu dengan desa yang lainnya dan antar kecamatan digabung menjadi satu dalam melestarikan budaya suku Dayak Agabag yang ada secara turun-menurun agar tidak punah.

Kematian adalah perpisahan antara roh dengan tubuh manusia. Roh kembali pada Sang Pencipta (Tuhan). Sedangkan tubuh kembali pada asal mulanya yaitu tanah dan debu. Kematian menurut suku Dayak Agabag adalah terpisahnya roh manusia dari tubuh manusia dan kembali ke alam jagad raya dimana disana dia akan tentram untuk selamanya dan bersama-sama dengan roh-roh yang telah terdahulu, kembalinya emas untuk sampai alam gaib dimana kehidupan sama tetap menjalin hubungan dengan kehidupan dialam nyata (dunia).

2.9. Tahap-tahap Pelaksanaan Proses Ritual Kematian Suku Dayak Agabag

Dalam kepercayaan Amakan yang menyatakan apabila seorang yang baru saja meninggal dunia, orang tersebut benar-benar telah dianggap mati dan kembali ke alamnya dimana asal mulanya ia diciptakan dan jenazahnya tidak boleh langsung dikuburkan. Tetapi harus melalui tahap-tahap ritual dalam tata cara yang telah digariskan oleh kepercayaan Amakan. Tahap-tahap ritual ini tadak berdasarkan atasa stratifikasi dalam masyarakat kerana tidak mempunyai tingkatan yang berbeda dalam pelaksanaan ritualnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, syarat-syarat ketentuan ajaran-ajaran kepercayaan Amakan, maka proses ritual adat kematian suku Dayak Agabag dapat diklasifikasikan atas beberapa bagian yaitu :

1. Angingkula, ilau Ritual ini merupakan ritual acaranya sangat meriah dan membutuhkan waktu

yang cukup lama. Dalam ritual Angaju Da Ulun Matoi selanjutnya dilakukan lagi 5 (lima) tahapan yaitu :

a). Amambadu da bangkay, (Artinya kasih baju jenazah yang sudah meninggal b). Ulun muoy antangi, (Artinya orang dari Desa yang lain datang menangis) c). Amuluy da uwong da mato,(Menyimpan uang dimata orang yang sudah

meninggal) d). Amonsoy Da pati,Artinya (Membuat peti jenazah) e). Anyuang da Pati,(Artinya kasih masuk jenazah di Peti) meninggal) d). Amonsoy Da pati,Artinya (Membuat peti jenazah) e). Anyuang da Pati,(Artinya kasih masuk jenazah di Peti)

2. Amungkak, amika Ritual ini dilaksanakan hanya sehari dan waktu pelaksanaannya pada siang hari. Dalam ritual ini masih dijabarkan lagi atas delapan 8 (delapan) tahapan yaitu :

a). Amonsoy da baloy abuat (Membuat rumah panjang atau lamin) b). Sumaluang(orang datang memberi sembako berupa barang atau uang c). Gilapas kajang(Melompat-melompat) d). Angkayou da kampung banyanyi sibalos(Berkunjung di desa lain sambil

bernyanyi berbalas-balasan) e). Aginum Angilad-gilad(Minum bersama-sama tamu) f). Anapap da baloy abuat(memukul rumah panjang Atau lamin) g). Agalap da umau da ayu sibalos(Memberi minyak di muka orang berbalas-

Dokumen yang terkait

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91