MASALAH SOSIAL DALAM KASUS KEMISKINAN Ol

MASALAH SOSIAL DALAM KASUS
KEMISKINAN

Oleh:
DITA YUSIFA
D0311024

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
2011

BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat yang meliputi
gejala-gejala sosial,struktur sosial dan perubahan sosial. Sosiologi menelaah
gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial
dalam lapisan masyarakat, lembaga masyarakat, proses sosial, perubahan sosial
dan kebudayaan serta perwujudannya.Gejala-gejala tersebut ada yang tidak
berlangsung normal sebagaimana yang dikehendaki masyarakat dan merupakan

gejala-gejala abnormal atau gejala-gejala patologis, hal ini disebabkan adanya
unsur-unsur masyarakat yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya yang
menyebabkan kekecewaan dan penderitaan.Gejala-gejala abnormal tersebut dapat
dinamakan sebagai masalah-masalah sosial.salah satu contoh masalah sosial
masyarakat adalah kemiskinan.
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental maupun fisik dalam kelompok tersebut.Kemiskinan
sebagai suatu fenomena sosial yang tidak hanya dialami oleh negara-negara yang
sedang berkembang tetapi juga terjadi di negara-negara yang sudah mempunyai
kemapanan di bidang ekonomi.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang diakibatkan oleh kondisi nasional
suatu negara dan situasi global.Dengan adanya globalisasi ekonomi dan
ketergantungan antar negara dapat memberikan tantangan dan kesempatan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara dan juga memberikan
resiko ketidakpastian perekonomian dunia,kependudukan maupun lingkungan
hidup.Pada umumnya semua kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada
peningkatan kesejahteraan rakyat.Dampak dari berbagai kebijakan tersebut adalah
masih banyaknya penduduk miskin di indonesia.


B.Rumusan masalah
1. Mengapa masalah sosial dapat menimbulkan gejala-gejala normal dan
abnormal ?
2. Mengapa kemiskinan dapat disebut sebagai fenomena sosial ?
3. Apa saja penyebab kemiskinan ?
4. Bagaimana cara menanggulangi kemiskinan ?

C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengenai masalah sosial terhadap kasus kemiskinan antara lain:
1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan di
lingkungannya.
2. Mengungkapkan permasalahan kemiskinan yang di alami masyarakat dan cara
menanggulanginya.
3. Meningkatkan rasa tenggang rasa, sosialisasi terhadap sesama, dan
menurunkan kesenjangan sosial.

D.Manfaat Penelitian
A. bagi penulis
1. Memperdalam wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu pengetahuan
sosiologi.

2. Menambah ilmu pengetahuan penulis terhadap sosiologi terutama
mengenai masalah sosial dalam masyarakat.
3. Mengetahui perkembangan dan kemajuan keadaan sosial di dalam
kehidupan bermasyarakat.

B.bagi pembaca
1. Menambah pengalaman pembaca untuk memperdalam ilmu pengetahuan
sosiologi.
2. Menambah wawasan pembaca terhadap sosiologi mengenai masalah
sosial.
3. Mengetahui perkembangan sosiologi di dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://forum.detik.com
http://www.detiknews.com

BAB 2
LANDASAN TEORI
A.Pengertian Masalah Sosial

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsurunsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan
hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu
seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat
ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat,
pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

B.Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama diperbincangkan
karena berkaitan d Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan
kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat
menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok

atau masyarakat.

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu

seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat
ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat,
pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

engan tingkat kesejahteraan masyarakat dan upaya penanganannya. Dalam
Panduan Keluarga Sejahtera (1996: 10) kemiskinan adalah suatu keadaan dimana
seorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang
dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya
dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam Panduan IDT (1993: 26) bahwa
kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena
dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan
kekuatan yang ada padanya. Mengamati secara mendalam tentang kemiskinan dan
penyebabnya akan muncul berbagai tipologi dan dimensi kemiskinan karena
kemiskinan itu sendiri multikompleks, dinamis, dan berkaitan dengan ruang,
waktu serta tempat dimana kemiskinan dilihat dari berbagai sudut pandang.

Kemiskinan dibagi dalam dua kriteria yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan
relatif :
1. Kemiskinan absolut
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diukur dengan tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. kemiskinan relatif
Kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah memiliki pendapatan
sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh lebih rendah dibanding
keadaan masyarakat sekitarnya.
Kemiskinan menurut tingkatan kemiskinan adalah kemiskinan sementara dan
kemiskinan kronis.
1. Kemiskinan sementara
Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang terjadi sebab adanya
bencana alam .
2. kemiskinan kronis
Kemiskinan kronis yaitu kemiskinan yang terjadi pada mereka yang
kekurangan ketrampilan, aset, dan stamina (Aisyah, 2001: 151).
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut:
1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan

timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah
yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia
karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas
juga rendah, upahnya pun rendah.
3. kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.
.

Logika berpikir yang dikemukakan Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000: 7) yang
mengemukakan bahwa negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor
country is poor because it is poor)
Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty ),Menurut Bayo
(1996: 18) yang mengutip pendapat Chambers bahwa ada lima
“ketidakberuntungan” yang melingkari orang atau keluarga miskin yaitu sebagai
berikut:
1. Kemiskinan (poverty)
2. Masalah kerentanan (vulnerability).
3. Masalah ketidakberdayaan.
4. Lemahnya ketahanan fisik
5. Masalah keterisolasian.

Masalah keberlanjutan pemanfaatan program IDT di desa Kopen kecamatan Teras
kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:
Faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan dana IDT yang meliputi
empat faktor atau variabel sebagai berikut:
a. Pemanfaatan dana IDT;
b. Jenis usaha;
c. Besar dana yang diterima;
d. Partisipasi anggota pokmas.
Beberapa variabel yang mempengaruhi pelaksanaan program IDT dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan dana IDT
Dalam pelaksanaan program IDT terdapat beberapa prinsip yang saling berkaitan
untuk menjelaskan konsep pemanfaatan dana bergulir IDT. Beberapa prinsip itu
antara lain sebagai berikut:
1) Prinsip Dana Bergulir
Dana yang disalurkan pemerintah kepada masyarakat melalui program
IDT sesuai dengan Inpres No.5 tahun 1993 merupakan bantuan khusus
bagi masyarakat miskin yang berupa modal kerja sebagai hibah bergulir
(Revolving Grant) dengan bimbingan teknis pemerintah untuk pembinaan,
penyuluhan dan motivasi.

2)Prinsip Keberlanjutan Pemanfaatan Dana IDT
Penanggulangan kemiskinan secara terencana dan terkoordinir telah
diupayakan pemerintah untuk dilaksanakan melalui prinsip-prinsip pokok
Menurut Suprapto (1999: 23) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan kemacetan dana yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pemakai dana berputar baik individu maupun kelompok sebaiknya
dikenai persyaratan supaya ada motivasi berusaha dan sudah memulai
aktivitas produktif sehingga dana berputar tidak hanya dianggap sekedar
sebagai hadiah cumacuma melainkan sebagai kebutuhan yang
pemanfaatannya harus dipertanggungjawabkan.

2. lembaga yang akan diserahi untuk mengelola dana yang akan berputar
harus betul-betul sudah siap karena lembaga ini yang nantinya akan
memantau pemanfaatannya dan mengatur penyebarannya pada pemakai
berikutnya.
3. perlu diciptakannya mekanisme kontrol dari masyarakat itu sendiri melalui
penyebarluasan penggunaan dana berputar kepada masyarakat.
2. Konsep Jenis Usaha
Jenis usaha ekonomi merupakan kegiatan produksi barang atau jasa yang
memberikan hasil atau keuntungan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan anggota pokmas dan keluarganya. Bersumber pada Panduan IDT
(1993: 24) jenis usaha yang dapat dibiayai dengan dana program IDT adalah jenis
usaha yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Cepat menghasilkan, jarak waktu antara pengeluaran yang harus
dilakukan dengan penerimaan hasil kegiatan tidak terlalu lama;
b. Mendayagunakan potensi yang ada dan dimiliki oleh desa;
c. Menghasilkan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar atau
dipasarkan sehingga memberikan nilai tambah;
3. Konsep Besar Dana Diterima
Berdasarkan Inpres no. 5 tahun 1993 tanggal 27 Desember 1993 tentang
Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan, program IDT merupakan bagian dari
gerakan nasional penanggulangan kemiskinan dengan menyediakan bantuan
khusus berupa modal kerja bagi kelompok penduduk miskin yang digunakan
untuk kegiatan usaha yang pemanfaatannya dapat dirasakan terutama pemenuhan
kebutuhan mendasar keluarga miskin.
4. Partisipasi Anggota Kelompok
Pelaksanaan program IDT sesuai dengan panduan IDT bersifat terbuka dan
berkesinambungan melalui pendekatan sebagai berikut:
a. Keterpaduan yaitu mengarahkan kegiatan pembangunan secara
lintas sektoral dan lintas daerah serta meletakkan upaya

penanggulangan kemiskinan sebagai bagian dari proses
pembangunan yangmenyeluruh dan terpadu.
b. Kegotongroyongan yaitu menumbuhkan rasa kebersamaan, yang
lebih kuat membantu yang lemah sehingga menciptakan
kesejahteraan bersama.
c. Keswadayaan yaitu menitikberatkan pada usaha yang berdasarkan
kemandirian.
d. Partisipatif yaitu melibatkan warga masyarakat khususnya
kelompok sasaran dalam pengambilan keputusan sejak
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemerataan hasil sesuai
dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat itu
sendiri.

e. Terdesentralisasi yaitu menurunkan wewenang pembuatan
keputusan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kepada
aparat pemerintah yang terdekat dengan penduduk miskin.

BAB III
PEMBAHASAN

A.Respon masyarakat terhadap masalah sosial
Masalah sosial terutama masalah kemiskinan, pemerintah atau masyarakat bisa
mengendalikan atau menyelesaikan masalah tersebut dengan cara kebersamaan atau
kekeluargaan dengan diadakannya program perdagangan di pasar modern atau
tradisional dengan berbagai macam bentuk, agar masyarakat terpacu untuk bisa
mengembangkan kreasi mereka masing-masing. Sehingga masyarakat bisa menghasilkan
pendapatan dan mengurangi jumlah kemiskinan di Indonesia.
Tindakan bersama yang diharapkan berdampak pada kondisi kehidupan yang lebih baik.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa masyarakat yang dapat mengelola dan mengatasi
masalah sosial, memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi di bandingkan
masyarakat yang lain.
Penanganan masalah sosial oleh masyarakat itu sendiri dalam berbagai hal saling
mengisi dan saling melengkapi , dengan tindakan penanganan yang dilakukan oleh
institusi pemerintah (Negara). Menempatkan usaha pelayanan sosial yang merupakan
salah satu implementasi dari kebijakan social oleh negara tersebut akan melibatkan
interkasi atau hubungan timbal balik.

B. . Penanganan Masalah Sosial Terhadap Kemiskinan
Pemerintah Daerah memiliki keleluasaan lebih banyak untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
sehingga pembangunan bisa mengarah pada pengelolaan secara bottom up. Dengan
demikian Pemerintah daerah bukan lagi sekedar operator pembangunan, tetapi juga
sebagai entrepreneur, koordinator, fasilitator dan stimulator.
Dengan pengelolaan yang bottom up akan menciptakan suatu pembangunan yang
kreatif yaitu pembangunan yang mampu memberikan ciri khas daerahnya sendiri
sehingga daerah tersebut nantinya akan memiliki keunggulan yang kompetitif.
Namun di lain pihak, anggaran pembangunan yang tersedia terbatas sedangkan
program pembangunan yang dibutuhkan relatif banyak. Dalam hal ini Pemerintah
Daerah dituntut untuk mampu melakukan penentuan prioritas program pembangunan
yang diusulkan dimana penyusunannya berdasarkan kriteria yang terukur dan mampu

meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menunjang impelementasi program
pembangunan,tersebut.
Kewenangan pengambil keputusan dan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan
serta pelayanan kepada masyarakat sepenuhnya ada pada pemerintah daerah dan
legislatifnya termasuk dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan. Salah satunya
adalah penyelenggaraan pelayanan bagi masyarakat miskin.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang harus segera tuntas karena keadaan miskin
membuat masyarakat menjadi lemah dan tidak bermartabat.
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai
kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih jauh
panggang daripada api. Kebijakan dan program yang dilaksanakan belum menampakkan
hasil yang optimal.
Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena kebijakan
dan program penanggulangan kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral. Oleh
karena itu diperlukan suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu,
terintegrasi dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Kunci
pemecahan masalah kemiskinan adalah memberi kesempatan kepada masyarakat miskin
untuk ikut serta dalam seluruh tahap pembangunan.