PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN BIJI SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS L) TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA LANSIA PENDERITA REUMATIK DI PSTW MECI ANGI KOTA BIMA
PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN BIJI SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS L)
TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA LANSIA PENDERITA REUMATIK
DI PSTW MECI ANGI KOTA BIMA
1
1
1 Sukardin, Febriati Astuti, Ainun Jaariah
1 Staf Pengajar STIKES Mataram
INTISARI
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena infalamasi dan
degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Prevalensi reumatik di Indonesia menurut hasil penelitian mencapai 23,6% sampai 31,3%. Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian rebusan biji seledri (Apium Graveolens L) terhadap intensitas nyeri nyeri pada lansia penderita reumatik di PSTW Meci Angi Kota Bima.
Desain yang digunakan Analisa komparasional. Penelitian ini dilakukan PSTW
Meci Angi Kota Bima. Tehnik pengambilan sampel adalah purposif sampling dan didapatkan jumlah responden sebanyak 30 lansia yaitu dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data dikumpulkan menggunakan lembar wawancara yang langsung ditanyakan oleh peneliti kepada lansia. Analisa data yang digunakan adalah Uji T-Tes Independent dengan α=0,05. Dari hasil analisa data maka didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian rebusan biji seledri terhadap intensitas nyeri pada lansia penderita reumatik yang dibuktikan denga n Uji T Independent dimana didapatkan P=0,037 < α=0,05. Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian rebusan biji seledri (APium
Graveolens L) terhadap intensitas nyeri reumatik pada lansia. Untuk lebih
mengoptimalkan pelayanan dan diharapkan kepada perawat agar dapat memberikan rebusan biji seldri kepada lansia yang mengalami nyeri reumatik.
Kata kunci : Lansia, biji seledri, rematik.
PENDAHULUAN Diperkirakan pada tahun 2020 jumlahnya
bertambah menjadi 11,34% (Darmojo, Indonesia akan mengalami
2006). Peningkatan jumlah Lanjut Usia peningkatan jumlah penduduk usia lanjut yang tinggi tersebut berpotensi secara dramatis pada abad 21. Berdasarkan menimbulkan berbagai macam data proyeksi penduduk tahun 1990-2025 permasalahan baik dari aspek sosial, dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada ekonomi, budaya, maupun kesehatan tahun 2000, jumlah penduduk usia lanjut seperti Hipertensi, Artritis reumatoid mencapai 7,29 % (sekitar 15,2 juta jiwa) (Nugroho, 2000). dari total jumlah penduduk Indonesia. Menurut Arthritis Foundotion maupun jaringan yang di sekitar sendi 2006, jumlah penderita arthritis atau (Wijayakusuma, 2008). Reumatik gangguan sendi kronis lain di Amerika merupakan salah satu penyebab nyeri Serikat terus meningkat. Pada tahun 1990 sendi, khususnya sendi-sendi kecil di terdapat 38 juta penderita dari sebelumnya daerah pergelangan tangan dan jari-jari.
35 juta pada tahun 1985 Data tahun 1998 Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat memperkirakan hampir 43 juta atau 1 dari penyakit reumatik dapat berlangsung 6 orang di Amerika menderita gangguan terus-menerus dan semakin lama semakin sendi, dan pada tahun 2005 jumlah berat tetapi ada kalayan berlangsung penderita arthritis sudah mencapai 66 juta selama beberapa hari dan kemudian atau hampir 1 dari 3 orang menderita sembuh dengan pengobatan. Namun gangguan sendi. Sebanyak 42,7 juta demikian, kebanyakan penyakit reumatik arhritis dan 23,2 juta sisanya adalah kambuh kembali secara berulang-ulang penderita dengan keluhan nyeri sendi sehingga menyebabkan kerusakan sendi kronis Sedangkan prevalensi reumatik di secara menetap, Keluhan kaku dan nyeri Indonesia menurut hasil penelitian sendi pada penyakit reumatik adakalanya mencapai 23,6% sampai 3l,3% (Olwin, disertai oleh perasaan mudah lelah (Olwin 2009).
2007). Kasus reumatik pada PSTW Meci Penanganan nyeri dapat dilakukan
Angi Kota Bima berdasarkan hasil dengan terapi farmakologi dan terapi non wawancara dalam studi pendahuluan pada farmakologi. Terapi farmakologi dengan bulan oktober tahun 2013 terdapat menggunakan siklooksigenase inhibitor sebanyak 50 lansia dimana dalam 3 bulan (COX inhibitor) sering menimbulkan efek terakhin jumlah lansian yang menderita samping yaitu gangguan gastrointestinal reumatik hanya sebanayak 30 lansia tetapi misalnya heartburn (Kozier, 2004). saat ini lansia yang menderita reumatik Salah satu terapi non farmakologi sebanayak 35 lansia (70%) mengalami yaitu terapi herbal yang sering reumatik. dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional
Reumatik adalah kelompok oleh masyarakat adalah seledri (Apium penyakit reumatologi, yang menunjukan graveolens L ). Seledri (Apium graveolens suatu kondisi dengan nyeri dan kaku yang ) memiliki efek antirematik, obat
L
menyerang anggota gerak atau sistem penenang, diuretik ringan dan antiseptik digunakan untuk radang sendi, encok, dan terutama untuk reumatoid (Barnes, dkk 2005).
Dari hasil penelitian terdahulu dilaporkan bahwa tanaman seledri (Apium
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a.
Sampel
PSTW “Meci Angi” Kota Bima yaitu sebanyak 35 orang.
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah kelayan lansia yang mengalami nyeri reumatik yang tinggal di
METODE PENELITIAN Populasi
Mengidentifikasi intensitas nyeri sesudah diberi rebusan biji seledri pada lansia penderita reumatik di PSTW Meci Angi Kota Bima. Menganalisa Pengaruh pemberian rebusan biji seledri terhadap intensitas nyeri pada lansia penderita reumatik di PSTW Meci Angi Kota Bima.
b.
Mengidentifikasi intensitas nyeri sebelum diberi rebusan biji seledri pada lansia penderita reumatik di PSTW Meci Angi Kota Bima.
Tujuan Khusus
graveolens L ) memiliki kandungan
) terhadap intensitas nyeri pada lansia penderita reumatik di PSTW Meci Angi Kota Bima.
graveolens L
Tujuan umum adalah untuk mengetahui Pengeruh pemberian rebusan biji seledri(Apium
TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum
?”
penelitian terdahulu terbukti bahwa flavonoid memiliki aktivitas sebagai anti aterosklerosis, anti inflamatori, antioksidan dan antihipertensi (Gross, 2004). maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh pemberian rebusan biji seledri(Apium graveolens L) terhadap perubahan intensitas nyeri persendian pada lansia yang menderita reumatik di PSTW Meci Angi Kota Bima. Dari latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang merupakan fokus penelitian ini, yait u: “Apakah pemberian rebusan biji seledri (Apium graveolens L) mempengaruhi intensitas nyeri pada lansia penderita reumatik di PSTW Meci Angi Kota Bima
al . 2009; Zhou et al. 2009). Pada
senyawa terpenoid dan flavonoid (Yao et
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan di PSTW “Meci Angi” Kota Bima terdapat jumlah lansia yang berada di PSTW sebanyak 50 orang lansia yang menderita reumatik sebanyak 35 (pra-pasca tes dalam satu kelompok lansia terdapat beberapa lansia yang kontrol). menderita reumatik memasuki kriteria Ciri dari tipe penelitian ini adalah inklusi, dari kriteria inklusi maka terdapat mengungkapkan hubungan sebab akibat kelompok perlakuan dengan jumlah dengan cara melibatkan dua kelompok sampel yaitu 15 lansia dan kelompok subyek. Kelompok subyek diwawancara kontrol sebanyak 15 lansia jadi terdapat 30 sebelum dilakukan intervensi, kemudian jumlah sampel dalam penelitian ini. diwawancara sehari setelah intervensi
Teknik Sampling (Nursalam, 2008).
Sampling adalah proses menyeleksi Analisa Data porsi dari populasi untuk dapat mewakili Analisa data pada penelitian ini dilakukan populasi. Tehnik sampling merupakan uji statistik dengan menggunakan uji T- pengambilan sampel agar memperoleh dengan bantuan program spss versi 16.0 sampel yang benar-benar sesuai dengan
HASIL PENELITIAN
keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2008).
Tabel. 1.1 Intensitas nyeri responden Pada penelitian ini sampel diambil sebelum dan sesudah diberikan reusan biji dengan menggunakan tehnik Non seledri (Apium Graveolens L).
Probability Sampling dengan purposive Pre test Post test No sampling , dimana pengambilan sampel ini
Intensitas n % n %
berdasarkan tujuan tertentu, subyek yang
nyeri
diambil merupakan yang paling banyak
1
7
47
mengandung ciri-ciri pokok populasi
2
2
4
27 (Arikunto, 2010).
3
3
2
13
1
7 RANCANGAN PENELITIAN
4
4
1
7
4
27
5
5
2
13
2
13 Tujuan dari penelitian ini untuk
6
6
2
13
1
7
mengetahui pengaruh pemberian rebusan
7
7
2
13
biji seledri (Apium grsveolens L) terhadap
8
8
2
13
intensitas nyeri reumatik pada lansia. Atas
Jumalah 15 100 15 100
dasar tujuan tersebut maka peneliti menggunakan rancangan
Pra
Dari tabel 1.1 dapat diketahui
Eksperimental dengan desian penelitian
bahwa intensitas nyeri responden sebelum pemberian rebusan biji seledri adalah nyeri ringan dengan intensitas nyeri 1 tidak ada, intensitas nyeri 2 sebanyak 4 lansia (27%), intensitas nyeri 3 sebanyak 2 lansia (13%), nyeri sedang dengan intensitas nyeri 4 sebanyak 1 lansia (7%), intensitas nyeri 5 sebanyak 2 lansia (13%), intensitas nyeri 6 sebanyak 2 lansia (13%), dan nyeri berat terkontrol dengan intensitas nyeri 7 sebanyak 2 lansia (13%), dan intensitas nyeri 8 sebanyak 2 lansia (13%). Sedangkan setelah pemberian rebusan biji intensitas nyeri 0 sebanyak 7 lansia (47%) dan nyeri ringan dengan intensitas nyeri 3 sebanyak 1 lansia (7%), intensitas nyeri 4 sebanyak 4 lansia (27%), intensitas nyeri 5 sebanyak 2 lansia (13%), dan intensiatas nyeri 6 sebanyak 1 lansia (7%).
Tabel 1.2. distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri reumatik pre-20
5
5
2
13
6
6
3
4
1
27
7
8
2
13
2
13 Jumlah 15 100 15 100
7
4
test dan post-test pada kelompok kontrol.
13
No Intensitas nyeri Pre test Post test n % n %
1
3
20
2
1
2
2
4
13
3
3
5
33
4
27
Dari tabel 1.2 diketahui bahwa intensitas nyeri responden pada kelompok kontrol saat pre-test adalah nyeri ringan dengan intensitas nyeri 1 sebanyak 2 lansia (13%), intensitas nyeri 2 tidak ada dan intensitas nyeri 3 sebanyak 5 lansia (33%), nyeri sedang dengan intensitas nyeri 4 sebanyak 1 lansia (7%), intensitas nyeri 5 sebanyak 2 lansia (13%), dan intensitas nyeri 6 sebanyak 3 lansia (20%), dan nyeri berat terkontrol dengan intensitas nyeri 7 tidak ada intensitas nyeri 8 sebanyak 2 tidak ada nyeri dengan intensitas nyeri 0 sebanyak 3 lansia (20%), nyeri ringan dengan intensitas nyeri 1 sebanyak 2 lansia (13%), intensitas nyeri 3 sebanyak 4 lansia (27%), intensitas nyeri 6 sebanyak 4 lansia (27%), dan nyeri berat terkontrol dengan intensitas nyeri 8 sebanyak 2 lansia (13%).
Tabel 1.3. Selisih intensitatas Nyeri Sebelum dan Sesudah diberikan Rebusan Biji seledri (Apiu Graveolens L) pada Lansia Penderita Reumatik di PSTW Meci Angi Kota Bima.8
8
5
24
5
3
8
23
6
6
22
3
5
25
21
1
1
20
1
1
19
6
6
18
3
3
3
17
3
Terjadinya penurunan nyeri sendi pada lansia pengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan Pendidikan. Berdasarkan tabel 4.1 umur lansia yang
terjadi penurunan tingkat nyeri antara lain: tidak ada nyeri 7 lansia dengan intensitas nyeri 0, dan yang mengalami nyeri ringan yaitu 1 lansia dengan intensitas nyeri 3, pada nyeri ringan 4 lansia dengan tingkat nyeri 4, 2 lansia dengan intensitas nyeri 5, dan 1 lansia dengan intensitas nyeri 6.
Graveolens L)
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang mengalami nyeri tingkat nyeri 2, 2 lansia dengan intesitas nyeri 3, pada nyeri sedang 1 lansia dengan intensitas nyeri 4, 2 lansia dengan intensitas 5, 2 lansia denagan intensitas nyeri 6, pada nyeri berat terkontrol 2 lansia dengan intensitas nyeri 7, dan 2 lansia dengan intensitas 8. Namun setelah diberikan rebusan biji seledri (Apium
(ApiumGraveolens L) pada kelompok perlakuan.
1. Intensitas nyeri pada lansia penderita reumatik sebelum dan setelah diberikan rebusan biji seledri
Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasil yang telah diperoleh, beberapa hal yang perlu dibahas antara lain:
Pembahasan
Berdasarkan uji T test Independen ada pengaruh pemberian rebusan biji seledri (Apium graveolens L) terhadap intensitas nyeri dengan P=0,037 < α=0,05
3
30
3
3
29
2
6
4
28
6
6
27
3
3
26
3
5
Kelompok No Skor pre-test Skor post- test Selisih
6
2
7
2
3
5
6
3
3
5
4
4
4
8
2
6
8
3
2
2
2
4
4
1
P E R L A K U A N
2
2
3
5
8
16
3 K O N T R O L
5
8
15
2
4
6
14
2
7
2
13
3
4
7
12
3
3
11
1
4
5
9
3 Uji Hipotesis
pada umur ≥70 tahun. Ini berarti bahwa semakin matang usia seseorang maka semakin matang pula perkembangan pola pikirnya terutama dalam bereaksi terhadap nyeri (mengatasi nyeri) (potter and Perry, 2005). Selain itu dalam Stuart and Sunnden (1995) mengatakan bahwa semakin tinggi usia seseorang maka jiwanya semakin matang terutama dalam meminimalkan rasa nyeri.
Selain itu menurut Hurlock, 1990 dalam saipul Nur (2003), memperkuat bahwa dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tingkat kedewasaannya, hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa dalam mempersepsikan rasa nyeri.
Dilihat dari tabel
4.2 menunjukkan bahwa wanita lebih banyak mengalami nyeri persendian dari pada pria. Pada perempuan lebih sering terjadi reumatik seperti radang sendi (arthritis), sendi tulang yang keropos (osteoporosis), dan osteoartritis yang mengakibatkan nyeri sendi pinggang karena pada perempuan terjadi perubahan metabolik, meliputi penurunan estrogen pada menopause dan penurunan aktivitas yang mengakibatkan hilangnya masa tulang (osteoporosis). Dengan adanya osteoporosis tersebut tulang menjadi rapuh dan mudah patah, kapur yang hilang. Selain itu juga mangalami patah tulang pergelangan , juga patah tulang belakang dan sendi panggul setelah 65 tahun (Aspiani, 2008). Selain itu juga perempuan memiliki emosi yang labil sehingga lebih cepat stress dan dapat meningkatkan ansietas, dimana nyeri dapat meningkat dengan meningkatnya ansietas.
Dilihat dari tabel 4.3 bahwa yang mengalami nyeri paling banyak yaitu lansia yang tidak sekolah, hal ini membuktikan bahwa pendidikan sangat pinggang. Individu yang berpendidikan akan mempunyai koping yang lebih baik dari pada yang tidak berpendidikan, sehingga dapat mengeliminir rasa nyeri yang terjadi. Menurut Nursalam (2001) bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2. Analisa Pengaruh Perubahan Intensitas
Nyeri Terhadap Penurunan nyeri pada Lansia Penderita Reumatik.
Berdasarkan analisa menggunakan SPSS didapatkan nilai P < α yaitu 0,037 < 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05 dari data tersebut terlihat pemberian rebusan biji seledri (Apium menutup mekanisme pertahanan. Namun,
pada lansia penderita reumatik
apabila masukan yang dominan berasal dari
menunjukkan bahwa adanya pengaruh
serabut delta A dan serabut C, maka akan
yang signifikan rebusan biji seledri (Apium
membuka pertahanan tersebut dan klien Graveolens L) terhadap intensitas nyeri mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika
pada lansia penderita reumatik. Hal ini
impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat
sesuai dengan pendapat Dalimatha (2008)
pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang
yang menyatakan bahwa rebusan biji memodifikasi nyeri. seledri (Apium Graveolens L) dapat
Pada tahap modulasi nyeri/pada
meringankan nyeri penderita reumatik
jalur desenden, efek dari air hangat
dengan pemberian 1,3g biji seledri yang
(termoreseptor) pada alur saraf desenden dapat
kemudian direbus menggunakan air melepaskan opiat endogen, seperti endorfin
dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami
sebanyak 2 liter sehinggan menyisakan air
yang berasal dari tubuh yang dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah.
kali dalam sehari.
Neuromedulator ini menutup mekanisme Dalam teori gate control dari pertahanan dengan menghambat pelepasan
Melzack dan Wall (1965) mengatakan bahwa substansi P yang dapat mengurangi nyeri impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh bahkan menghentikan nyeri (Potter and Perry, mekanisme pertahanan di sepanjang sistem 2005). saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
Kesimpulan pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat
Berdasarkan hasil penelitian yang
sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup
pertahanan tersebut merupakan dasar teori telah dilakukan dapat dirumuskan
menghilangkan nyeri.kesimpulan sebagai berikut:
Saat terjadi nyeri suatu 1.
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat
keseimbangan aktivitas dari neuron sensori
nyeri sebelum diberikan rebusan biji
dan serabut kontrol desenden dari otak
seledri pada kelompok perlakuan dan
mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A
kelompok kontrol terdapat tingkat
dan C melepaskan substansi P untuk
yang paling tinggi pada kelompok
mentranmisi impuls melalui mekanisme
perlakuan yaitu tingkat 2 dengan 27%
pertahanan. Selain itu, terdapat termoreseptor,
sedangkan pada kelompok kontrol
neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih
yaitu tingkat 3 dengan 33,3%
cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan
2.
.2002. Riset Keperawatan dan Teknik Setelah pemberian rebusan biji seledri pada kelompok perlakuan dan Penulisan Ilmiah, Salemba kelompok kontrol terdapat tingkat Medika. Jakarta. yang paling tinggi pada kelompok Dalimartha S. 2008. Herbal Untuk perlakuan yaitu tingkat 0 dengan 47% Pengobatan Reumatik, Penebar sedangkan pada kelompok control Swadaya, Depok. yaitu tingkat 3 dengan 26,67% dan .2005. 96 resep untuk diminum pada tingkat 6 dengan 26,67%. dan Pemakaian Luar, Penebar
Swadaya, Depok.
3. Ada pengaruh yang signifikan antara
Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri pemberian rebusan biji seledri (APium
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)
Graveolens L) terhadap intensitas
Edisi Ke-3 , Balai Pustaka FKUI,
nyeri reumatik pada lansia dengan P=0,037.
Guyton, Arthur C; Hall JE. 1997. Buku
DAFTAR PUSTAKA
Ajar Fisiologi Kedokteran , editor
Adelta. 2011. Skala Nyeri Pada Lansia Bahasa Indonesia : Irawati
Yang Mengalami Nyeri Rematik Setiawan Edisi 9, EGC, Jakarta. .(onlin
Gross, 2004.the effect of multiple Reumatik.com:12 desember 2011). fractions of celery root (apium
Alabi Suhari. 2008. Pengaruh Pemberian
Graveolens l.) On blood pressure
Senam Lansia Terhadap of hypertension rats, (online) Penurunan Keluhan Nyeri Sendi
(http://www.foxitsoftware.com for di Wilayah Kerja Aikmel. evaluation only.com pada 24
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur oktober 2006).
Penelitian Suatu Pendekatan Hutapea, R. 2006. Sehat dan Ceria di
Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Usia Senja , Rineka Cipta, Jakarta. Cipta, Jakarta.
Jupiter. 2008. Resep Alami dari Pakar Astawan. 2010. Hipnotik Biji Seledri herbal, Sehat Keluarga, Depok.
(Apium Graveolens L.) Kenworthy, Snowley, Gilling. 2002. .(onlin
Common Fundation Studies In oktober 2011). Nursing, Third Edition, Churchill
Aziz A. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia, Livingstone, USA.
Salemba Medika, Jakarta.
Khair Yuflihul. 2011. Pengaruh
Trivolia Linn) Terhadap Sugiono. 2013. Metode Penelitian
Perubahan Status Nyeri pada Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Lanjut Usia yang Menderita Alfabeta, Bandung. Gangguan MuskulosSkeletal di Wijuaya Kusuma.2008.Atasi Asam Urat Dusun Lela Kecamatan Asakota Dan Reumatik, Puspa Swara, Kota Bima. Depok. Kozier Barbara : Glenora ERb : Audry Yulandra. 2007. Pembuatan Teh Herbal
Berman : Shirlee J. Snyder. 2004. Campuran Kelopak Bunga Rosella Fundamental Nursing : Concept (Hibiscus Sabdariffa) dan Herba and Procedures. Pearson Prentice Seledri (Apium Graveolens) Sehat Hall. USA. Keluarga, Depok. Lueckkeenotte, S.G. 1996. Gerontology
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Lanjut Usia , EGC, Jakarta.
Nursalam. 2008. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi III,Salemba Medika. Jakarta.
Olwin.2007. dan Determinan Penyakit Reumatik di Indonesia.com .(onlin Reumatik.com, Maj Kedokteran Indonesia, Volume:59, Nomor:12 Desember 2009. Potter, Patricia A; Anne Griffin Perry.
1997. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2 ,
Renata Komalasari (penterjemah), 2005, EGC, Jakarta. Reny yuliaspiani.2008. Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Geriatri,