PHI 4 KOMPONEN DALAM SISTEM HUKUM POSITIF INDONESIA

HUKUM TERTULIS/
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
M. Hamidi Masykur, S.H., M.Kn.

◦ HUKUM TERTULIS
Adalah hukum yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk
mengatur kehidupan bersama manusia dalam masyarakat agar
dapat berjalan tertib dan teratur
◦ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.

LEMBAGA

MPR

PRESIDEN

DPR

PRODUK


DASAR HUKUM
DALAM UUD dan UU 10
TAHUN 2004

UUD 1945
TAP MPR
TUS MPR

Pasal 3*** UUD 1945

UU
PERPU
PP
PERPRES

Pasal 5(1)* ,Ps.20(1) ,Pasal 21UUD’45
Pasal 22 UUD’45
Pasal 5 (2) UUD’45
UU 10 TAHUN 2004


UU

Pasal 20 (1 dan 2)* dan 21* UUD’45
Lihat amandemen I, II dan IV

AZAS PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN YANG BAIK
(pasal 5 UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan)
1.

kejelasan tujuan;

2.

kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;

3.


kesesuaian antara jenis dan muatan;

4.

dapat dilaksanakan;

5.

kedayagunaan dan kehasilgunaan;

6.

kejelasan rumusan; dan

7.

keterbukaan.

AZAS MATERI MUATAN
PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN

(pasal 6 (1) UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan)
1. pengayoman;
2.

kemanusiaan;

3.

kebangsaan;

4.

kekeluargaan;

5.

kenusantaraan;

6.


bhineka tunggal ika;

7.

keadilan;

8.

kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

9.

ketertiban dan kepastian hukum; dan atau

10. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

JENIS DAN HIERARKI
PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN

(Pasal 7 (1) UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan)
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2.

Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang;

3.

Peraturan Pemerintah;

4.

Peraturan Presiden;

5.

Peraturan Daerah.

Contoh 1:
Ketentuan UUD dilaksanakan dengan UU:

◦ Pasal 2 (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang undang
◦ KETENTUAN PASAL 2 UUD DILAKSANAKAN DENGAN UU TENTANG
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR, DAN DPRD

Contoh 2:
Ketentuan UUD dilaksanakan dengan Keppres Pasal 17 UUD
45:
◦ (1) Presiden dibantu oleh menteri menteri negara.
◦ (2) Menteri menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. *)
◦ (3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. *)
◦ KETENTUAN PASAL 17 UUD DILAKSANAKAN DENGAN KEPUTUSAN
PRESIDEN TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI DEPARTEMEN, KEPPRES
SUSUNAN ORGANISASI DEPARTEMEN

LEMBAGA NEGARA
&
PRODUK HUKUM

LEMBAGA NEGARA

MAJELIS
PERMUSYAWARATAN
RAKYAT
(MPR)
◦ Pasal 2**** UUD 45: Susunan terdiri atas anggota DPR dan
anggota DPD
◦ Pasal 3*** UUD 45: MPR Berwenang mengubah dan menetapkan
UUD
◦ UUD termasuk dalam jenis peraturan per-UU-an yang diatur dalam
UU no. 10 Tahun 2004

PRODUK HUKUM MPR:

(pasal 98 TAP MPR No. I/MPR/83 tentang Peraturan Tata tertib MPR)
◦ TAP MPR
◦ Adalah putusan Majelis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat ke luar
dan ke dalam Majelis
◦ TAP MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang legislatif dilaksanakan

dengan UU
◦ TAP MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif dilaksanakan
dengan Keppres

◦ TUS MPR
◦ Adalah putusan Majelis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat ke
dalam Majelis
◦ Pasal 2(3) UUD 45: Segala putusan MPR ditetapkan dengan suara yang
terbanyak.

PRESIDEN
◦ Pasal 4 (1) UUD 45: Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan
◦ Pasal 5 (1)* UUD 45: Presiden berhak mengajukan rancangan
undang-undang kepada DPR
◦ Pasal 5 (2) UUD 45 :Presiden menetapkan peraturan pemerintah
untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya
◦ Pasal 20 (3)* Jika rancangan undang undang itu tidak mendapat
persetujuan bersama, rancangan undang undang itu tidak boleh
diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

◦ Pasal 20 (4)* UUD 45: Presiden mengesahkan rancangan undangundang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang

◦ Pasal 20 (5)** UUD 45: Dalam hal rancangan undang undang
yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden
dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undangundang
tersebut disetujui, rancangan undang undang tersebut sah menjadi
undang undang dan wajib diundangkan.

◦Pasal 22 UUD 45: (1) Dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa, Presiden
berhak menetapkan peraturan pemerintah
sebagai pengganti undangundang.

PRODUK HUKUM PRESIDEN

(Pasal 1 UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan)




Undang- undang adalah peraturan perundang- undangan
yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat dengan
persetujuan bersama Presiden.



Peraturan pemerintah pengganti undang- undang adalah
peraturan perundang- undangan yang ditetapkan oleh
presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa.



Peraturan pemerintah adalah peraturan perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan
Undang- undang sebagaimana mestinya.



Peraturan Presiden adalah peraturan peraturan
perundang- undangan yang dibuat oleh presiden.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
• Pasal 20:
• (1)* DPR memegang kekuasaan membentuk UU.
• (2)* Setiap rancangan UU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama.

• Pasal 21: Anggota DPR berhak
mengajukan usul rancangan UU.*)
Kesimpulan: Presiden maupun DPR berhak
mengajukan rancangan UU

UNDANG-UNDANG
• Undang- undang adalah peraturan
perundang- undangan yang dibentuk oleh
dewan perwakilan rakyat dengan
persetujuan bersama Presiden.
• Paul Laban (Jerman): 2 pengertian UU
1. UU dalam arti materiel: penetapan
kaidah hukum yang tegas, sehingga
hukum mempunyai kekuatan mengikat
2. UU dalam arti formil: setiap keputusan
yang merupakan UU karena cara
terjadinya

◦Apabila UU telah disahkan Presiden, untuk
memiliki kekuatan hukum harus
diundangkan dalam Lembaran Negara oleh
sekretaris negara pada tanggal yang sudah
ditentukan dalam UU tersebut
◦Apabila tidak terdapat tanggal, maka mulai
berlaku 30 hari sejak diundangkan dalam
Lembaran negara (untuk Jawa Madura) dan
100 hari (diluar Jawa Madura)
◦Berlaku fctie hukum:
◦ “SETIAP ORANG DIANGGAP TELAH MENGETAHUI ADANYA SUATU
UNDANG-UNDANG, SEHINGGA BAGI ORANG YANG MELANGGGAR
KETENTUAN UU TIDAK ADA ALASAN YANG MENGATAKAN BAHWA BELUM
MENGETAHUI ADANYA UU TERSEBUT”

MATERI UU
Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi halhal yang mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi:
1.hak-hak asasi manusia;
2.hak dan kewajiban warga negara;
3.pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta  pembagian
kekuasaan negara;
4.wilayah negara dan pembagian daerah;
5.kewarganegaraan dan kependudukan; dan
6.keuangan negara.
Di samping itu, materi muatan Undang-Undang juga bisa berasal dari
perintah Undang-Undang lain.

◦ Dari 6 materi , terdapat sekitar 38 delegasian yang ditentukan
dalam UUD 1945
◦ Dari 6 dan 38 indikasi,  ditambah delegasian dari UU lain,
Permintaan atau kebutuhan masyarakat (nasional atau
internasional) dan Kebutuhan penyelenggaraan kepemerintahan
◦ Telah ditetapkan oleh Baleg dan pemerintah  terdapat 284 RUU
yang akan dibahas dalam periode 2004-2009.
◦ Mampukah DPR dan Pem.?

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

(PERPU / NOODVERORDENINGSRECHT)
• Pasal 1 UU 10 Tahun 2004:
• Peraturan pemerintah pengganti undang- undang adalah peraturan
perundang- undangan yang ditetapkan oleh presiden dalam hal ikhwal
kegentingan yang memaksa.

• Pasal 22 UUD 45:
• (1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undangundang.
• (2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan DPR dalam
persidangan yang berikut.
• (3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus
dicabut.

• Attamimi:
• Noodverordeningsrecht Presiden adalah kewenangan Presiden untuk
membentuk peraturan pengganti dan karena itu setingkat UU serta
memberlakukannya sebelum memperoleh persetujuan DPR

Keterangan:
• Diperlukan agar keselamatan negara dapat dijamin oleh pemerintah dalam
keadaan genting, agar dapat bertindak cepat dan sesuai dengan UU.
• BERDASAR PERTIMBANGAN KEADAAN YANG MENDESAK PERLU DIKELUARKAN
UU DENGAN SEGERA
• Tetap harus dimintakan persetujuan oleh DPR
• Perpu memiliki kedudukan yang sama dengan UU

Contoh PERPU
1. Undang Undang no. 56 prp
Tahun 1960 tentang Penetapan
Luas Tanah Pertanian
2. Undang Undang no. 51 prp
Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah tanpa Ijin yang
Berhak atau Kuasanya
3. Undang Undang no. 1 prp Tahun
1992 tentang Penangguhan
Mulai Berlakunya UU no. 14
Tahun 1992 tentang lalu Lintas
dan Angkutan Jalan

MATERI PERPU
◦ SAMA DENGAN MATERI MUATAN UU
◦ LEBIH KE “HAL IKHWAL KEGENTINGAN YANG MEMAKSA”
◦ SUBSTANSI DIGANTUNGKAN PADA KEBUTUHAN PRESIDEN
DENGAN TETAP MEMPERHATIKAN MATERI MUATAN UU
◦ KEABSAHAN SUBSTANSI DIGANTUNGKAN PADA PERSETUJUAN DPR

UU Darurat

(dasar: pasal 96-97 UUD Sementara dan
Konstitusi RIS)
• Pasal 96 UUDS:

• Pemerintah berhak atas kuasa dan tanggungjawab sendiri menetapkan
UUDarurat…. Karena keadaan yang mendesak
• UUDarurat mempunyai kekatan dan sederajad dengan UU

• Pasal 97 UUDS:
• UUDarurat disampaikan kepada DPR pada sidang berikutnya
• Jika ditolak oleh DPR maka peraturan ini tidak berlaku karena hukum

• Contoh:
• UU no. 1 Drt tahun 1951 tentang Pemindahan Hak-hak atas Tanah dan
Benda-benda Tetap Lainnya yang takluk pada Hukum Eropa

• Kesimpulan:
• Kedudukan sama dengan PERPU,
• Perbedaan PERPU berdasar UUD 45, UUDarurat berdasar UUDS dan
Konstitusi RIS

PERATURAN PEMERINTAH (PP)
• Pasal 1 UU 10 Tahun 2004:

• Peraturan pemerintah adalah peraturan perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk
menjalankan Undang- undang sebagaimana mestinya.
• Pasal 5 ayat 2 UUD 45:

• Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk
menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya
• Fungsi PP:

• Melaksanakan ketentuan UU, karena UU hanya berisi
ketentuan pokok, sehingga ketentuan rinci diserahkan
pada peraturan lain yang lebih rendah tingkatannya
• Peraturan delegasi dari UU
• Materi PP:

• Penjabaran, penguraian, perincian lebih lanjut dari
ketentuan UU

Contoh:
◦ Pasal 19 UUPA : untuk kepastian hukum, diadakan pendaftaran tanah di
seluruh wilayah RI menurut ketentuan yang diatur dalam PP.
◦ PP 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah , diganti dengan PP no. 24
Tahun 1997

◦ Pasal 67 UU no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan: untuk
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam PP
◦ PP 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU no. 1 Tahun 1974
◦ Ada pula PP yang berlakukan walaupun dalam UU tidak secara tegas diminta
dalam UU Perkawinan, misalnya:

◦ PP no. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi
pegawai negeri Sipil
◦ PP no. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Izin Perkawinan dan
perceraian Bagi Pegawai negeri Sipil

Mengapa menggunakan istilah
Peraturan Pemerintah?
◦ Dokumen sidang BPUPKI dan PPKI: tidak ada penjelasan
◦ Sangat dimungkinkan diperoleh dari nama peraturan serupa pada
masa Hindia belanda (terjemahan dari Regeringsvervodening
◦ regering = pemerintah
◦ Vervordening = peraturan

• Presiden dengan kekuasaan eksekutif,
dalam menjalankan UU memiliki kekuasaan
menetapkan PP
• Kekuasaan reglementaire
• kekuasaan yang dimiliki oleh kepala
negara yang dilaksanakan secara bebas
• dengan tujuan menjalankan atau secara
harfah untuk mengatur bekerjanya suatu
UU dan untuk melaksanakan sebaikbaiknya
• Kekuasaan legislatif presiden ≠ kekuasaan
reglementaire

Attamimi:
1.

PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana atau denda apabila UU
yang khusus “dijalankan” olehnya juga tidak mencantumkan sanksi
pidana atau denda.

2.

PP dapat dibentuk walau tidak ada UU yang memerintahkan dengan
tegas adanya kewenangan yang sudah “dilakukan” secara tidak
langsung dalam UUD 45 ayat 2 dalam wujud kekuasaan reglementaire.

3.

PP tidak dapat mengubah materi yang ada dalam UU yang “dijalankan”.
Mengubah materi meliputi menambah, mengurangi, menyisipi,
memodifkasi pengertian.

4.

PP hanya dapat berisi peraturan (regeling) atau kombinasi peraturan dan
penetapan (beschikking)

5.

Kecuali sangat diperlukan, PP tidak mendelegasikan lagi kewenangannya
kepada peraturan yang lebih rendah

MATERI MUATAN PP
◦ PP adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya (Pasal 1
angka 5 UU P3).
◦ Dalam penyusunan PP ini Presiden menetapkan PP untuk
menjalankan UU sebagaimana mestinya.
◦ “sebagaimana mestinya” adalah materi muatan yang diatur dalam
PP tidak boleh menyimpang dari materi yang diatur dalam UU yang
bersangkutan (Penjelasan Pasal 10 UU P3).
◦ Pemahaman makna tersebut terkait dengan lingkup pengaturan
yang diamanatkan oleh UU itu sendiri, artinya, delegasian materi
tertentu yang diperintahkan oleh UU kepada PP tidak melebar atau
meluas melampaui apa yang diperintahkan.

◦ Materi muatan PP adalah materi muatan UU, dalam arti bahwa PP
tersebut rangkaian yang selalu mengikuti rangkaian di depannya
dalam rangka melengkapi dan memperlancar pelaksanaan UU.
◦ Perbedaannya hanya terletak pada larangan pencantuman pidana
dan larangan-larangan lain yang sifatnya  memberikan beban
kepada masyarakat (terkait dengan HAM).
◦ Materi muatan PP bersubstansi di sekitar tugas, fungsi, dan
wewenang kepemerintahan yang memang diperintahkan untuk
melaksanakan UU.
◦ Ciri materi muatan PP lebih kepada hal-hal yang sifatnya teknis 
atau administratif untuk menjalankan UU.

PERATURAN PRESIDEN
• Peraturan Presiden adalah
peraturan peraturan perundangundangan yang dibuat oleh
presiden.
• Materi muatan Peraturan
Presiden berisi
• materi yang diperintahkan oleh
Undang-Undang atau
• materi untuk melaksanakan
Peraturan Pemerintah.

MATERI PERATURAN PRESIDEN
• Sesuai dengan kedudukan Presiden menurut
UUD, Perpres adalah peraturan yang dibuat
oleh Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara sebagai atribusi dari Pasal
4 ayat (1) UUD 45.
• Perpres dibentuk untuk menyelenggarakan
pengaturan lebih lanjut perintah UU atau PP baik
secara tegas maupun tidak tegas diperintahkan
pembentukannya (Penjelasan Pasal 11 UU P3).
 
 
 
 
 
 
 
 

PP ≠ PERPRES
◦ Persamaan:
◦ diperintahkan oleh UU
◦ ditandatangani Presiden dan sama-sama melaksanakan UU.

◦ Perbedaan:
◦ Materi Perpres mengarah pada pembentukan suatu institusi di bawah
Presiden yang pembentukannya diperintahkan UU (susunan organisasi,
tugas, fungsi, dan wewenang institusi tersebut).
◦ Tidak terkait dengan lintas sektoral

◦ Praktik: penentuan instrumen sering tidak konsisten.

PERATURAN DAERAH

(Pasal 1 dan 12 UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan)





Peraturan daerah adalah peraturan
perundang- undangan yang dibentuk oleh
dewan perwakilan rakyat daerah dengan
persetujuan bersama kepala daerah.
Materi muatan Peraturan Daerah adalah:
• seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan, dan
• menampung kondisi khusus daerah serta
• penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi.

MATERI PERDA
(UU TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH No. 32 Th. 2004)

• Pasal 10: muatan umum untuk
Perda setelah dikurangi urusan
Pemerintah (pemerintah pusat)
yang meliputi (6):
1.
2.
3.
4.
5.
6.

politik luar negeri;
pertahanan;
keamanan;
yustisi;
moneter dan fskal nasional; dan
agama.

Lanjutan….
• Pelimpahan sebagian urusan Pemerintah
kepada perangkat Pemerintah  atau
wakil Pemerintah di daerah atau dapat
menugaskan kepada pemerintahan
daerah dan/atau pemerintahan desa;
• Pelimpahan sebagian urusan
pemerintahan kepada Gubernur selaku
wakil Pemerintah; dan penugasan
sebagian urusan kepada pemerintahan
daerah/atau pemerintahan desa
berdasarkan asas tugas pembantuan.
• Delegasian dari peraturan perundangundangan di atasnya.

◦ Pasal 7 (2) UU 10 tahun 2004: Peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :
a.

Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat
daerah provinsi bersama dengan gubernur;

b.

Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan
rakyat daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota;

c.

Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan
perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa
atau nama lainnya.

◦ Pasal 7 (3) UU 10 tahun 2004 : Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pembuatan Peraturan Desa/peraturan yang setingkat
diatur dengan Peraturan Daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan.

◦ Pasal 26 UU 10 tahun 2004: Rancangan peraturan daerah dapat
berasal dari dewan perwakilan rakyat daerah atau gubernur, atau
bupati/walikota, masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, atau kota.
◦ Pasal 28 UU 10 tahun 2004


Rancangan peraturan daerah yang telah disiapkan oleh gubernur atau
bupati/walikota disampaikan dengan surat pengantar gubernur atau
bupati/walikota kepada dewan perwakilan rakyat daerah oleh
gubernur atau bupati /walikota



(2) Rancangan peraturan daerah yang telah disiapkan oleh dewan
perwakilan daerah disampaikan oleh pimpinan dewan perwakilan
rakyat daerah kepada gubernur atau bupati/walikota

MATERI MUATAN
PERATURAN PER-UU-AN
• SANGAT TERKAIT DENGAN JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• JENIS SATU JENJANG KE ATAS ATAU KE BAWAH TIPIS DAN TUMPANG
TINDIH
• JENJANG SEMAKIN KE ATAS, SEMAKIN ABSTRAK, BEGITU SEBALIKNYA
• JENJANG SEMAKIN KE BAWAH SEMAKIN MUDAH DILAKSANAKAN, BEGITU
SEBALIKNYA

MATERI MUATAN
PRODUK

MATERI MUATAN

UU

Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945
meliputi :
1.hak-hak asasi manusia
2.hak dan kewajiban warga negara;
3.pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara
serta pembagian kekuasaan negara;
4.wilayah negara dan pembagian daerah;
5.kewarganegaraan dan kependudukan;
6.keuangan negara,
Di samping itu, materi muatan Undang-Undang
juga bisa berasal dari perintah Undang-Undang
lain.

Pasal 8 UU
10/2004

PERPU

S.D.A.

Pasal 9 UU
10/2004

PP
PERPRES

DASAR

menjalankan UU sebagaimana mestinya

Pasal 10 UU
10/2004

materi yang diperintahkan oleh UU atau materi
untuk melaksanakan PP

Pasal 11 UU
10/2004

MATERI MUATAN
PRODUK
PERDA

MATERI MUATAN




Materi muatan Peraturan Daerah adalah
seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan, dan menampung kondisi khusus
daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Muatan umum untuk Perda setelah dikurangi
urusan Pemerintah (pemerintah pusat) yang
meliputi (6), pelimpahan pemerintah dan
pendelegasian UU

DASAR
UU no. 10
tahun 2004

UU no. 32
Tahun
2004

Peraturan per-UU-an selain dalam
UUD’45 dan UU 10 tahun 2004
(1). Keputusan Presiden:


Keputusan = besluit= kehendak dari pemerintah atau pembuat perUU-an



Keppres dapat berupa:


Peraturan/regeling: bersifat umum, berlaku untuk semua warga negara



Penetapan: beschikking: bersifat khusus/einmahlig (bersifat satu kali,
tidak terus menerus)


Pengangkatan rektor



Pemberian tanda jasa



Pemberian grasi, abolisi

◦ TAP MPR XX/MPR/1966 (ket.: sudah tidak berlaku): keppres bersifat
khusus (einmahlig) adalah untuk melaksanakan ketentuan UUD
yang bersangkutan, TAP MPR dalam bidang eksekutif dan Peraturan
Pemerintah.
◦ Pendapat ini tidak sepenuhnya benar:
◦ YA: Einmahlig: amnesti, grasi, abolisi, pengangkatan duta
◦ TIDAK: persamaan kedudukan dalam pemerintahan

◦ Keppres mandiri: materi muatannya bukan merupakan aturan
pelaksanaan yang menjabarkan atau memerinci peraturan
perundangan lainnya, misalnya Keppres no. 55 Tahun 1993 tentang
Pengadaan Tanah Bagi pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.

(2). Instruksi Presiden
◦ Instruksi hanya diberikan oleh pejabat kepada bawahannya,
sehingga hanya berlaku dan mengikat kepada bawahannya
◦ Contoh Instruksi Presiden no. 1 Tahun 1991 tentang
Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, berisi instruksi Presiden
kepada Menteri Agama untuk menyebarluaskan kompilasi Hukum
Islam, yang berisi:
1.

Buku I: tentang Hukum Perkawinan

2.

Buku II: tentang Kewarisan

3.

Buku III: tentang Perwakafan

(3). Menteri
◦ Menteri adalah pembantu presiden dan dalam tugasnya
bertanggungjawab kepada Presiden
◦ Di bidang pembuatan peraturan perundangan juga berasal dari
Presiden
◦ Peraturan Menteri: peraturan pelaksanaan dari Peraturan pemerintah,
Keputusan Presiden atau UU
◦ Contoh : PP Pendaftaran tanah dengan Peraturan Menteri Agraria no. 2 tahun
1978 ditetapkan biaya yang harus dipungut

◦ Keputusan Menteri: peraturan pelaksaan dari Instruksi Presiden atau UU
◦ Contoh: Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 dengan Keputusan menteri Agama
no. 154 tahun 1991 tentang Pelaksanaan Instruksi Presiden no. 1 Tahun 1991.

SEKIAN ..
TERIMA KASIH