ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2016

1. Pendahuluan

Per ekonomi an Indonesi a dar i t ahun ke tahun telah mengal ami keadaan yang pasang sur ut. Keadaan ter sebut disebabkan kar ena adanya per saingan ket at di er a gl obalisasi dan pasar bebas di kancah i nt er nasional. Hal itu bisa dibukti kan dengan adanya kr isi s ekonomi pada tahun 1997 dan kondi si keuangan gl obal yang belum membaik sei r ing kr isis utang di Amer i ka t ahun 2008 yang member ikan dampak negatif cukup besar ter hadap hampir semua i ndust r i, khususnya sektor per bankan. Pengal aman dar i kr isis keuangan gl obal ter sebut mendor ong per lunya peningkat an efekt ivitas kiner ja per bankan.

Dewayant o (2010) menyimpul kan beber apa penyebab menur unnya kiner ja per bankan, yai tu: (1) Semaki n meningkatnya kr edit ber masal ah per bankan, yang menyebabkan bank har us menyedi akan cadangan penghapusan ut ang yang cukup besar sehingga mengakibatkan kemampuan bank member i kan kr edit menjadi t er batas; (2) Dampak l ikuidit as bank yang mengaki bat kan tur unnya keper cayaan masyar akat ter hadap per bankan dan pemer intah, sehi ngga memi cu penar i kan dana secar a besar -besar an; (3) Semakin tur unnya per modalan bank-bank; (4) Banyak bank yang tidak mampu melunasi kewaji bannya kar ena menur unnya ni lai tukar r upi ah; dan (5) Manajemen bank yang tidak pr ofesional.

Dengan adanya cor por at e governance, per bankan dituntut untuk ber oper asi dengan car a yang aman, sehat, dan mematuhi per atur an yang ber laku dan r egulasi yang diter apkan ( Wi lson, 2006). Mekanisme cor por at e gover nance juga dinilai sebagai sistem yang mengendalikan per usahaan, melindungi kepent ingan st akeholder s, mencipt akan ni lai tambah (value added) untuk semua st akeholder s (Monks, 2003). Selain i tu cor por at e gover nance dapat mengar ahkan kemajuan dan keper cayaan dal am sistem keuangan. Kajian peneli tian ter bar u menunjukkan bahwa corpor at e gover nance dapat meningkat kan keuntungan yang lebih tinggi,angka per tumbuhan penjualan yang lebih tinggi, dan capit al expendit ur e yang lebih r endah (Walfgang, 2003).

Ber kaitan dengan dir eksi, penelit ian Mahmood dan Abbas (2011) yang juga di dukung dengan adanya hasil kajian Wulandar i (2006) dengan Her malin dan Weisbach (2003) dan Pr atiwi (2012) ber hasil menemukan adanya pengar uh ukur an dir eksi dalam meningkatkan kiner j a keuangan per usahaan. Hasi l penelit ian-penel itian ter sebut membukti kan t eor i yang menyatakan bahw a indikator dew an dir eksi mer upakan salah satu indikator pent ing cor por at e gover nance dalam menunjang peningkatan kiner ja per usahaan. Dir eksi memil iki kuasa yang besar dalam mengelola sumber daya yang ada di dalam per usahaan dan dal am menentukan ar ah kebijakan per usahaan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Lai n halnya dengan Bukhor i dan Rahar j a (2012) yang hasil peneliti annya menunjukkan bahw a ukur an dir eksi ti dak ber pengar uh ter hadap kiner ja per usahaan. Semakin meningkatnya jumlah dir eksi juga akan akan membuat pengawasan sul it dil akukan, sehingga menimbul kan per masalahan agensi yang muncul dar i pemisahan antar a manaj emen dan cont r ol.

Selain dew an komi sar is dan di r eksi, komponen mekani sme pemant auan pengendalian inter nal yai tu komisar is independen (Dew ayant o,2010). Komi sar i s independen mer upakan anggot a dewan komisar is yang t idak memi liki hubungan keuangan, kepengur usan, kepemili kan saham dan/ at au hubungan keluar ga dengan anggot a dew an komi sar i s lainnya, dir eksi dan/ at au pemegang saham pengendali at au hubungan lain yang dapat mempengar uhi kemampuannya untuk ber t indak independen. Pel aksanaan cor por at e gover nance, ter utama komisar is independen dapat meningkat kan pr ofitabilit as per usahaan dengan meni ngkat kan kiner ja keuangan per usahaan, mengur angi ri siko yang mungkin dilakukan ol eh dewan komisar is dengan keputusan-keputusan yang mengunt ungkan dir i sendir i dan umumnya cor por at e gover nance dapat meni ngkat kan keper cayaan investor (Tr inanda et al, 2010).

Selain dew an komi sar i s, dir eksi, kepemil ikan institusional , dan komisar is independen, ukur an per usahaan juga menjadi indikator penting dal am menil ai kiner ja keuangan per usahaan. Ukur an per usahaan menjadi tolok ukur besar kecilnya suatu per usahaan dan menjadi salah satu

JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52 JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52

Peneli tian ini menguji var iabel cor por at e gover nance t er hadap kiner ja keuangan per usahaan yang diukur dengan menggunakan Cash Fl ow Ret ur n On Asset s (CFROA). CFROA mer upakan salah satu pengukur an kiner j a keuangan per usahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasil kan laba oper asi. CFROA dihitung dar i l aba sebelum bunga dan pajak di tambah depr esiasi dibagi dengan t otal aktiva. Alasan menggunakan CFROA sebagai alat pengukur kiner j a keuangan per usahaan adalah kar ena dalam hubungannya dengan kiner ja, lapor an keuangan di jadi kan dasar unt uk penil ai an kiner ja per usahaan. Ar us kas (cash fl ow) yang ter dapat di dalam lapor an keuangan mempunyai ni lai lebi h untuk menjami n kiner ja per usahaan di masa mendatang.

2. Kajian Pustaka

2.1. Kinerja Keuangan Perusahaan

Penilaian kiner ja keuangan mer upakan sal ah satu fakt or yang amat penting bagi shar ehol der s dan per usahaan, ter masuk per usahaan di sektor per bankan. Per bankan adalah segala sesuatu yang ber kaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, ser ta car a dan pr oses dalam melaksanakan kegiat an usahanya. Dal am Booklet Per bankan Indonesi a (2012) dinyat akan bahwa bank memi liki kedudukan yang str ategis, yakni sebagai: (1) Penunjang kel ancar an si stem pembayar an, (2) Pel aksanaan kebijakan monet er , dan (3) Pencapaian stabi litas sist em keuangan, sehingga diper lukan per bankan yang sehat , tr anspar an, dan dapat di per tanggungjawabkan. Oleh kar ena itu, per bankan sebagai salah satu lembaga keuangan di Indonesi a di tuntut unt uk memiliki kiner ja yang bai k.

Kiner ja bank dapat diar tikan sebagai hasil yang dicapai suatu bank dengan mengel ol a sumber daya yang ada dalam bank seefekti f dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Desfian, 2005). Penil ai an ki ner ja bank menjadi sangat penting di lakukan kar ena posisi per bankan yang vital di dal am stabilit as per ekonomian nasi onal. Per bankan memainkan per an penti ng dal am mobil isasi dana, alokasi kr edit , sist em pembayar an, dan implement asi kebijakan monet er (Mohammed dan Fatimoh, 2012). Selain itu, peni laian kiner ja bank juga sangat diper l ukan oleh set iap st akehol der s bank, yaitu manajemen bank, nasabah, mitr a bisnis, dan pemer intah di dal am pasar keuangan yang kompetitif. Bank yang dapat menjaga kiner janya dengan bai k, terutama tingkat pr ofitabilit asnya yang tinggi dan mampu membagikan di vi den, pr ospek usahanya dapat ter us ber kembang, ser ta dapat memenuhi pr udent ial banking r egulat ion dengan bai k, tentu akan mendapat keper cayaan penuh dar i publik.

Cash Flow Ret ur n On Asset s (CFROA) adalah salah sat u alat pengukur ki ner ja keuangan per usahaan yang ber hubungan langsung dengan lapor an keuangan yang dijadikan dasar untuk penilaian ki ner ja per usahaan. CFROA dihitung dar i l aba sebelum bunga dan pajak di tambah depr esiasi dibagi dengan total akti va ( Sam’ani, 2008). Arus kas (cash flow) yang ter dapat di dal am lapor an keuangan mempunyai nilai lebih untuk menjamin kiner ja per usahaan di masa mendat ang (Kieso dan Weygandt, 1995).

Cor net t et al ., (2006) menyat akan bahwa penggunaan CFROA dalam mengukur kiner j a keuangan per usahaan memi liki berbagai keunggulan sebagai ber i kut: (1) CFROA menunjukkan kemampuan akti va per usahaan dal am menghasil kan laba oper asi , (2) CFROA lebih memfokuskan kepada pengukur an kiner ja keuangan per usahaan saat i ni dan ti dak ter ikat dengan saham, dan (3) Adanya pengar uh mekanisme cor por at e gover nance dan ber hubungan positif dengan CFROA.

Tyahya Whisnu Hendr atni , Nana Nawasi ah, Tr isnani Indr iati / Anali si s pengar uh ,...

2.2. Corporate Governance

Istil ah cor por at e gover nance kemudian dipopuler kan oleh Cadbur r y Committ ee pada tahun 1992 dalam l apor annya yang dikenal sebagai Cadbur r y Repor t . Lapor an ini dipandang sebagai tit i k bal ik (t ur ni ng point ) yang menentukan pr aktik cor por at e gover nance di sel ur uh dunia (Tjager dkk., 2003). Cadbur r y Commit t ee mendefi ni sikan cor por at e gover nance sebagai ber i kut: “ A set of r ul es t hat define t he r elat ionshi p between shar eholder, manager s, cr edit ors, t he gover nment, empl oyees, and ot her int er nal and ext er nal stakeholder s in r espect t o t heir right s and r esponsibili ties.”

Or ganization For Economic Co-Oper ati on and Devel opment (OECD) (1999), mendefinisikan cor por at e gover nance sebagai sekumpul an hubungan antar a pihak manajemen per usahaan, boar d, dan pemegang saham, ser ta pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan per usahaan. Cor por at e gover nance juga mensyar at kan adanya st r ukt ur , per angkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kiner j a. Cor por at e gover nance yang bai k dapat member i kan per angsang at au insentif yang baik bagi boar d dan manajemen untuk mencapai tujuan yang mer upakan kepent ingan per usahaan dan pemegang saham dan har us memfasili tasi pemoni tor an yang efektif, sehi ngga mendor ong per usahaan untuk menggunakan sumber daya dengan lebi h efisien.

Dal am Per atur an Bank Indonesia Nomor 8/ 4/ PBI/ 2006 tentang Pel aksanaan Good Cor por at e Gover nance Bagi Bank Umum, good cor por at e gover nance adalah suatu tata kel ol a bank yang mener apkan pr i nsip-pr insip ket er bukaan (t r anspar ency), akunt abili tas (account abilit y), per tanggungjawaban (r esponsibilit y), independensi (independency), dan kewajar an (fair ness).

I ndikator Mekanisme Corporate Governance Dewan Komisaris

Dewan komi sar i s diyaki ni memil iki per an penting dalam pengelolaan per usahaan, khususnya dalam memoni tor manajemen puncak. Per usahaan yang mempunyai per sentase dew an komi sar i s ekster nal lebih r endah akan mempunyai pengawasan yang r endah ter hadap kiner j a per usahaan (Astuti dan Zuhr ohtun, 2007). Per an komi sar i s ini dihar apkan dapat memini malisir per masal ahan agensi yang timbul ant ar a dewan dir eksi dengan pemegang saham kar ena dewan komi sar i s yang menjalankan cor por at e gover nance dan ber tanggung jawab ter hadap pemegang saham (Ruvinsky, 2005).

Per anan dewan komisar is t er sebut sangat diper lukan untuk membantu dalam pemer iksaan keuangan per usahaan yang diper lukan untuk mekanisme cor por at e gover nance. Fungsi dewan komisar is yang lain sesuai dengan yang di nyatakan dalam Nat ional Code for Good Cor por at e gover nance 2001 adalah memasti kan bahwa per usahaan telah mel akukan t anggung jawab sosial dan memper timbangkan kepent ingan ber bagai st akeholder per usahaan sebaik memoni tor efekt ivitas pelaksanaan cor por at e gover nance.

Dir eksi

Jensen (1993) dan Lipton dan Lor sch (1992) dal am Beiner et al., (2003) mer upakan yang per tama menyimpul kan bahwa juml ah dir eksi mer upakan bagi an dar i mekanisme cor por at e gover nance yang pent ing, kar ena dean dir eksi dapat memast i kan bahw a manajer mengi kuti kepent ingan dewan. Dalam sist em t wo t ier, ter dapat dewan komisar is dan dew an di r eksi. Dalam mekanisme cor por at e gover nance , dir eksi mer upakan pi hak yang melakukan fungsi oper asi onal perusahaan sehar i-har i. Pada dasar nya, cor por at e gover nance mengacu pada sekumpulan mekanisme yang mempengar uhi keput usan yang akan diambil oleh manajer ket i ka ada pemi sahan antar a kepemilikan dan pengendali an. Pengendalian ter sebut t er l et ak pada fungsi dar i dir eksi .

Peni ngkat an ukur an dan diver sitas dar i dewan dir eksi ber pengar uh ter hadap kiner j a bank kar ena akan memberikan manfaat bagi per usahaan kar ena t er ci ptanya net wor k dengan pihak luar per usahaan dan ket er sediaan sumber daya (Faisal, 2005).

JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52

Kepemilikan I nstitusional

Menur ut Jensen dan Meckling (1976), kepemil ikan manajer ial dan kepemi likan institusional adalah dua mekanisme cor por at e gover nance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan (agency confl ict ). Tingginya kepemil ikan institusional akan mendor ong akti vi tas monitor ing kar ena besar nya pengar uh mer eka dalam kebi jakan manajemen.

Kepemili kan institusional umumnya ber tindak sebagai pihak yang memoni tor per usahaan. Bushee (1998) dalam Sir egar ( 2005) menyat akan bahwa kepemilikan inst itusional menjalankan per an monit or ing-nya yang mendor ong manajer untuk t idak mel akukan ti ndakan yang mer ugikan dalam jangka panjang. Per usahaan dengan kepemi likan inst itusional yang besar mengindi kasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar kepemi likan institusional maka semakin efisien pemanfaat an akt iva per usahaan. Dengan demi kian, pr opor si kepemilikan institusional ber ti ndak sebagai pencegahan ter hadap pembor osan yang dilakukan manajemen.

Komisaris I ndependen

Komisar is independen dapat digunakan untuk mengur angi masalah keagenan kar ena komi sar i s independen dapat mengkomuni kasi kan t ujuan dan keinginan pemegang saham kepada par a manajer . Munter dan Kr en (1995) menyat akan bahwa keanggot aan ekst er nal boar d dapat mendor ong ter ciptanya sistem manajemen yang jelas dan membatasi per ilaku opor tunisti k manajemen. Semakin meningkat komisar is independen, keput usan yang sejalan dengan kepenti ngan pemegang saham semakin meningkat (Weisbach, 1998).

Ber dasar kan teor i keagenan, kehadi r an komisar is i ndependen mer upakan mekanisme yang di har apkan dapat mel akukan pengawasan dan mengont r ol konfl ik kepentingan antar a cont r olling shar eholder s dan mi nor it y shar eholder s sehingga ter jadi efisiensi dalam manajemen per usahaan. Keputusan-keputusan yang dilakukan manajemen dapat sejalan sesuai dengan tujuan, yai tu memaksi mal kan kiner ja per usahaan dan yang ter penting adalah dewan komi sar i s independen dapat menunjukkan pengar uh efektivit as yang tinggi dalam meningkat kan kiner j a per usahaan (Daily dan Dal ton, 1993 dal am Fi danoski, et al . 2103).

Ukuran Perusahaan

Ukur an per usahaan mer upakan hal yang penting dalam pr oses pelapor an keuangan kar ena ukur an per usahaan menjadi tolok ukur besar kecil nya suatu per usahaan dan menj adi salah satu kr i teri a yang diper ti mbangkan oleh invest or dalam str at egi ber i nvestasi. I ndikator yang dapat di gunakan sebagai ukur an per usahaan adalah tot al penjualan, tot al akt iva, jumlah kar yawan, value added, kapitali sasi nilai pasar , dan ber bagai par amet er lainnya.

Per usahaan dengan aset yang besar dapat dengan mudah mengakses pasar modal. Dengan adanya kemudahan mengakses pasar modal, per usahaan ter sebut memili ki fleksi bi litas dan kemampuan mendapat kan dana (Puspi tasar i dan Er nawati , 2010). Ukur an per usahaan yang besar cender ung membagi kan di vi den untuk menghindar i konflik keagenan ant ar a pihak manajer dan pemil ik (Meggi nson, 1997). Per usahaan besar memi liki kont r ol yang lebi h bai k ter hadap kondisi pasar sehingga mer eka mampu menghadapi per sai ngan ekonomi. Selain itu, per usahaan besar memi liki lebih banyak sumber daya unt uk meningkat kan pr ofitabili tas per usahaan kar ena memiliki akses yang lebi h baik ter hadap sumber - sumber infor masi ekster nal di bandi ngkan dengan per usahaan kecil (Wiesantana, 2008).

2.3. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Keuangan

Peneliti an yang dil akukan oleh Fi danoski et al., (2013) membuktikan bahwa ukur an dewan komisar is mempunyai hubungan positif dan si gnifi kan ter hadap kiner ja keuangan per usahaan, yang juga ser ta mer ta menyat akan bahw a ukur an dewan komi sar is yang besar meningkat kan

Tyahya Whisnu Hendr atni , Nana Nawasi ah, Tr isnani Indr iati / Anali si s pengar uh ,...

kiner ja per usahaan dal am membangun hubungan dengan li ngkungan ekster nal, menyedi akan sumber daya untuk oper asional per usahaan. Semaki n besar kebutuhan untuk efektivitas hubungan ekster nal, maka semaki n besar ukur an dewan komisar is yang diper lukan. Hasil peneliti an t er sebut di dukung dengan hasil kajian yang dilakukan oleh Klapper dan Love (2002); War dhani (2007); dan Ri yanto (2011) yang menyat akan bahwa ukur an dew an komi sar i s ber hubungan positi f signifikan ter hadap kiner ja keuangan. Ber dasar kan urai an t er sebut, maka hipot esis yang di ajukan dalam penel itian i ni adalah sebagai ber ikut.

H 1 : Dewan komisar is memil iki pengar uh positif ter hadap kiner ja keuangan per usahaan

Direksi Terhadap Kinerja Keuangan

Peneliti an yang dilakukan oleh Mahmood dan Abbas (2011), ser ta Pr atiwi (2012) membukti kan bahw a ukur an di r eksi mempunyai hubungan posi tif dan signifi kan t er hadap ki ner ja keuangan per usahaan. Hasil -hasil peneli tian ter sebut didukung oleh peneli tian yang dilakukan ol eh Her mal in dan Weisbach (2003) dalam Beiner et al., (2003) yang menyatakan bahwa dewan dir eksi ter masuk dal am mekanisme cor por at e gover nance dan ber pengar uh ter hadap kiner ja per usahaan. Ber dasar kan ur ai an ter sebut, makahi potesis yang diaj ukan dalam penel itian ini adalah sebagai ber i kut.

H 2 : Di r eksi ber pengar uh positif ter hadap tingkat ki ner ja keuangan per usahaan.

Kepemilikan I nstitusional Terhadap Kinerja Keuangan

Peneliti an yang di lakukan oleh Susanti (2011) dan Sekar edi (2011) yang ber hasi l menemukan hubungan positif dan signifi kan antar a kepemi likan inst itusional dengan kiner ja keuangan per usahaan. Hasil -hasil penelit ian ter sebut mendukung t emuan Beiner et al., (2003), yaitu adanya pengar uh hubungan positi f antar a kepemi likan institusional dan kiner ja per usahaan. Hal ter sebut sesuai dengan t eor i yang dikemukakan oleh Bathal a (1994) dalam Susant i (2011) yang menyatakan bahw a kepemil ikan inst itusional mer upakan salah sat u monitor ing penting yang dapat memai nkan per anan akti f dan konsi sten dalam per usahaan. Mekanisme moni tor ing t er sebut akan menjamin peningkatan kemakmur an pemegang saham. Ber dasar kan ur aian t er sebut, maka hi potesis yang di ajukan dal am peneliti an i ni adal ah sebagai ber i kut.

H 3 : Kepemil ikan i nsti tusi onal ber pengar uh posi tif ter hadap kiner ja keuangan per usahaan

Komisaris I ndependen Terhadap Kinerja Keuangan

Sesuai dengan teor i Watts and Zi mmer man (1986) dalam Susanti (2011) yang menyatakan bahwa semakin besar propor si komi sar i s independen, maka semakin efektif per anan komi sar i s independen di dalam melaksanakan fungsi monitor ing ter hadap per ilaku opor tunis manajemen. Per il aku opor tunis manajemen yang di awasi dengan baik ol eh komisar is independen akan dapat meningkat kan kiner ja per usahaan. Penelit ian yang dil akukan ol eh Br own dan Caylor (2004); Susanti (2011); dan Er kens et al. (2012) membukti kan bahwa t eor i yang t elah di jabar kan ter sebut benar dengan menunjukkan hasil penel itiannya bahwa komi sar i s independen mempunyai hubungan yang posi tif ter hadap kiner j a keuangan. Ber dasar kan ur aian t er sebut, maka hipot esi s yang diajukan dalam peneli tian ini adalah sebagai ber ikut .

H 4 : Komisar is i ndependen per usahaan ber pengar uh posi tif ter hadap kiner ja keuangan per usahaan.

Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan

Per usahaan dengan aset yang besar dapat dengan mudah mengakses pasar modal. Dengan adanya kemudahan mengakses pasar modal, per usahaan ter sebut memil iki fleksibili tas dan kemampuan mendapat kan dana ( Puspit asar i dan Er nawat i, 2010). Sel ai n i tu, per usahaan besar memili ki lebih banyak sumber daya untuk meningkat kan pr ofitabili tas per usahaan kar ena memiliki akses yang

JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52 JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52

H 5 : Ukur an per usahaan ber pengar uh positif t er hadap tingkat kiner j a keuangan per usahaan Ker angka Pemi ki r an Teor i ti

3. Metode Penelitian

3.1. Jenis dan Sumber Data

Dalam peneli tian ini jenis data yang digunakan adal ah data sekunder . Dat a sekunder adalah dat a- data yang diambil dar i catat an at au sumber lain yang t el ah ada sebelumnya. Dat a sekunder yang di gunakan mer upakan data l apor an t ahunan per usahaan per bankan tahun 2012-2016. Data di per oleh dar i Indonesian Capit al Market Dir ect or y (I CMD), annual r epor t yang di dapat melal ui Pojok Bur sa Efek I ndonesia (BEI) Fakultas Ekonomi dan Bi snis Uni ver sitas Pancasila dan dar i websi te www.idx.co.id .

Populasi dan sampel Pengambilan sampel dil akukan dengan menggunakan t ekni k non r andom sampli ng, yait u dengan

cara pengambi lan sampel yang ti dak semua anggota popul asi diber i kesempat an untuk dipil ih menjadi sampel. Salah satu tekni k pengambilan sampl ing yang ter masuk dal am teknik non r andom sampling adalah metode pur posive sampling. Metode pur posive sampling adalah pengambilan sampel ber dasar kan per ti mbangan subjekti f penelit i dimana syar at yang har us dipenuhi oleh sampel. Pemilihan sampel menggunakan met ode pur posive sampling ber dasar kan beber apa kr iter ia, yait u:

 Per usahaan per bankan yang ter daftar di Bur sa Efek Indonesia pada t ahun 2012-2016.  Per usahaan per bankan yang mempubli kasikan lapor an keuangan tahunan (annual r epor t )

secar a l engkap per iode 2012-2016 dalam Indonesian Capit al Mar ket Dir ect or y (ICMD) dan memiliki informasi lengkap mengenai dewan komisar is, di r eksi, kepemil ikan i nsti tusi onal, komi sar is independen, dan ukur an per usahaan.

Pr oses seleksi dalam menentukan kr iter ia yang telah dit entukan dapat dil ihat pada Tabel 1 ber i kut i ni :

Tabel 1. Proses Seleksi Penentuan Jumlah Sampel

No. Kualifikasi Sampel

Jumlah Perusahaan

1. Per usahaan per bankan yang t er daftar dalam Bur sa

Efek Indonesi a selama per i ode 2012-2016.

2. Per usahaan yang tidak konsi sten mempubli kasikan l apor an keuangannya sel ama per iode 2012-2016.

3. Per usahaan yang konsi sten mempubli kasikan lapor an keuangan secar a lengkap per i ode 2012- 2016 dan memil iki data lengkap yang ber kai tan dengan pengukur an var i abel yang di gunakan.

Sumber : Indonesian Capit al Mar ket Di r ect or y 2012-2016

Tyahya Whisnu Hendr atni , Nana Nawasi ah, Tr isnani Indr iati / Anali si s pengar uh ,...

3.2. Definisi Operasional Variabel Dependen

Kiner ja keuangan dalam peneli tian i ni di ukur dengan menggunakan Cash Flow Ret ur n On Asset s (CFROA). CFROA di hi tung dar i laba sebelum bunga dan pajak di tambah depr esi asi di bagi dengan total aktiva (Sam’ani, 2008). Ber i kut r umus CFROA:

EBIT  Dep Cash Flow Return On Assets (CFROA) 

Assets

Variabel I ndependen Ukuran Dewan Komisaris

Ukur an dewan komisar is adalah jumlah total anggot a dewan komisar is dalam suat u per usahaan. Ukur an dew an komisar is diukur dengan menggunakan i ndi kator jumlah anggota dew an komi sar i s suatu per usahaan (Dar w is, 2009).

Ukuran Direksi

Jumlah anggota di r eksi di sesuaikan dengan kompleksitas per usahaan dengan tetap memper hatikan efekt ivitas dal am pengambilan keput usan. Ukur an dir eksi diukur dengan juml ah anggot a dir eksi yang ada di dal am per usahaan (Sur anta dan Machfoedz, 2003).

Kepemilikan I nstitusional

Kepemi likan i nsti tusi onal mer upakan pr opor si kepemil ikan saham instit usi yang diperoleh dar i penjumlahan at as per sentase saham per usahaan yang di mi liki oleh per usahaan lain (Sam’ani, 2008).

Proporsi Komisaris I ndependen

Pr opor si dewan komi sar is independen diukur dengan menggunakan indikat or per sentase anggot a dewan komisar is yang ber asal dar i luar per usahaan t erhadap sel ur uh ukur an anggot a dewan komisar is per usahaan (Wi dhianni ngr um dan Amah, 2012) .

Ukuran Perusahaan

Ukur an per usahaan merupakan ti ngkat identifi kasi besar keci lnya suatu per usahaan. Var iabel ukur an per usahaan (SIZE) diukur dengan menggunakan logar i tma natur al (Ln) dar i total aset (Susanti, 2011).

3.3. Teknik Analisis Data

Seper ti yang telah dipapar kan diatas, var iabel i ndependen dalam penelit ian ini antar a lain : Dewan Komisar is (Var iabel X 1 ), Dir eksi (Var iabel X 2 ), Kepemi likan Insti tusional (Var iabel X 3 ), Komisar is Independen (Var iabel X 4 ), Ukur an Per usahaan (Var i abel X 5 ). Dengan var iabel dependen yang di gunakan yaitu : Cash Fl ow Ret ur n On Asset (Var i abel Y). Ber dasar kan var iabel independen dan dependen ter sebut , maka dapat di susun per samaan sebagai ber i kut (Ghozal i, 2006):

Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 +e

Keter angan : Y = Cash Fl ow Ret ur n On Asset (CFROA)

a = Konstant a

b = Koefi sien r egr esi

X 1 = Dewan Komi sar i s

X 2 = Dir eksi

X 3 = Kepemili kan Instit usional

JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52

X 4 = Komi sar i s Independen

X 5 = Ukur an Per usahaan

e = Standar d er or

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Deskripsi Data

Statistik deskr i pti f var iabel peneliti an digunakan untuk member i kan gambar an t entang t anggapan r esponden mengenai var iabel -var i abel penel itian yang menunjukkan angka mini mum, maksi mum, r ata-r at a, dan standar deviasi. Ber dasar kan daftar nama per usahaan dan data Ki ner ja Keuangan (ROA), Pr opor si Dewan Komisari s Independen, Dewan Komisir asi Dewan Dir eksi , Kepemilikan Inst itusional (INST), dan Ukur an Per usahaan (SIZE) yang diolah menggunakan pr ogr am SPSS maka di per oleh hasil stati stik deskr ipti f sebagai ber i kut :

Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif

Jumlah Sampel

Variabel Penelitian

Min

Max

Mean SD

( N)

ROA

0,0208 0,01729 Dewan Komisar is

5,78 2,6037 Di r eksi

Dewan Komisar is

7,84 2,6037 Sumber : Dat a SPSS diolah, 2017

Ukur an Per usahaan

Ber dasar kan Tabel 2 dapat di ket ahui besar nya Ret ur n On Asset (ROA) ber kisar antar a -0,0081 dan 0,0982 dengan nilai r ata-r at anya sebesar 0,0208 dan st andar devi asi sebesar 0,01729. Per usahaan per bankan dengan Ret ur n On Asset (ROA) ter endah adalah PT Bank MNC Int er national Tbk pada tahun 2013 yakni sebesar -0,0081 sedangkan Ret ur n On Asset (ROA) ter tinggi dir aih oleh Bank Rakyat Indonesi a (Per ser o) Tbk pada tahun 2013 dengan nilai ROA sebesar 0,0982.

Besar nya dew an komisar is ber ki sar antar a 2 dan 10 dengan nil ai r ata-r ata (mean) sebesar 5,78 dan standar devi asi sebesar 2,6037. Per usahaan per bankan dengan dewan komi sar i s ter endah adalah PT Bank MNC Int er nati onal Tbk pada t ahun 2013 yakni sebesar 2 or ang sedangkan dewan komi sar i s ter tinggi adal ah Bank CIMB Ni aga Tbk tahun 2014-2016.

Besar nya dew an dir eksi ber kisar ant ar a 3 dan 12 dengan nil ai r at a-r ata (mean) sebesar 7,78 dan standar deviasi sebesar 0,20721. Per usahaan per bankan dengan nilai dewan dir eksi ter endah adal ah PT. Bank Bumi Ar t a Tbk hanya berjuml ah 3 pada tahun 2012-2016 sedangkan per usahaan per bankan dengan nilai dewan dir eksi t er ti nggi adalah Bank Danamon Indonesi a Tbk tahun 2012 sebanyak sebesar 12.

Besar nya kepemil ikan i nsti tusi onal (INST) ber kisar ant ar a 0,1100 dan 0,9910 dengan nilai mean sebesar 0,7305394 dan standar deviasi sebesar 0,749. Per usahaan per bankan dengan nilai kepemilikan isntit usional (INST) ter endah adal ah PT Bank Woor i Saudar a Indonesia 1906 Tbk pada tahun 2012-2013 sebesar 0,110 sedangkan per usahaan per bankan dengan nil ai kepemilikan institusi (INST) ter ti nggi adal ah PT. Bank Mandir i (Per ser o) Tbk pada tahun 2014-2015 sebesar 0,9910.

Tyahya Whisnu Hendr atni , Nana Nawasi ah, Tr isnani Indr iati / Anali si s pengar uh ,...

Pr opor si dew an komisar is independen ber kisar antar a 0,40 dan 1,00 dengan nilai r ata-r ata (mean) sebesar 0,597 dan st andar devi asi sebesar 0,71265. Per usahaan per bankan dengan pr opor si dewan komisar is independen t er endah adal ah PT. Bank CIMB Niaga Tbk pada t ahun 2015-2016 yakni sebesar 0,40 sedangkan pr opor si dewan komisar is independen ter tinggi adalah PT Bank MNC Int er national Tbk tahun 2012-2013 yakni sebesar 1,00.

Ukur an Per usahaan (SIZE) ber kisar antar a 6,4 dan 9,0 dengan nil ai mean 7,84 dan standar deviasi sebesar 2,6037. Per usahaan Per bankan dengan Ukur an Per usahaan (SIZE) ter endah adalah Bank of I ndia Indonesi a Tbk pada tahun 2012 sebesar 6,4 sedangkan Ukur an Per usahaan (SIZE) ter tinggi adal ah Bank Mandi r i (Per ser o) Tbk pada tahun 2016 sebesar 9,0.

4.2. Regresi

Analisis r egr esi linier ber ganda di gunakan untuk menget ahui besar nya pengar uh Dew an Komi sar i s (X 1 ), Dewan Dir eksi (X 2 ), Kepemil ikan Institusional (X 3 ), Komisar is Independen (X 4 ) dan Ukur an Per usahaan ( X 5 ) t er hadap Kinerja keuangan (Y). Dengan menggunakan pr ogr am SPSS 22 for windows, maka hasil anali sis r egr esi dapat di lihat pada di bawah ini.

Tabel 3. Model Summary Kinerja Keuangan

Adjusted

R Std. Er r or of

Model R R Squar e

Squar e

the Estimat e

a. Pr edi ctor s: (Constant), Ukur an Per usahaan, Kepemi likan

I nstit usional, Komisar is Independen, Dewan Komi sar i s, Dewan Dir eksi

Ber dasar kan t able model summar y diketahui bahwa besar nya hubungan antar a dew an komisar is, dewan di r eksi, kepemilikan inst itusional, komisar is i ndependen dan ukur an per usahaan (secar a simultan atau ber sama-sama) ter hadap ki ner ja keuangan 0,063. Hal i ni menunjukkan pengar uh yang tinggi. Sedangkan kontr ibusi at au sumbangan secar a si mult an var i able dew an komisar is, dewan dir eksi, kepemil ikan instit usional, komisar is i ndependen dan ukur an per usahaan ter hadap kiner ja adalah 6,3% sedangkan 93,7% dit entukan oleh var iabl e yang l ai n.

Persamaan Regresi Berganda

Ber dasar kan hasil uji r egr esi li near ber ganda diat as, dapat dili hat bahw a konstanta ber ni lai positif yai tu sebesar 0,29 yang memili ki ar ti jika nilai var i abel dewan komisar is, dewan dir eksi, kepemilikan institusional, komisar is independen dan ukur an per usahaan dianggap konstan maka var i abel kiner ja keuangan ber tambah sebesar 0,29. Hasil koefi sien r egr esi ber ganda dapat dil ihat pada Tabel 7.

JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52

Tabel 4. Koefiesien Coefficients a

Si g Dewan Komisar is

Vari abel

Coef

std.er r or t-value

0.01 Dir eksi

0.008 Kepemil ikan Insti tusi onal

0.006 Komisar is Independen

0.275 Ukur an Per usahaan

Koefisien var iabel bebas var i abel dew an komisar is, dew an dir eksi dan ukur an per usahaan ber nilai positi f, sedangkan var iabel kepemi likan instit usional dan komisar is i ndependen ber nilai negat if. Hal ini ber ar ti var iabel dewan komisar is, dew an di r eksi dan ukur an per usahaan ber pengar uh positi f pada ki ner ja keuangan. Jika nil ai masing-masing var iable meni ngkat , maka kiner ja keuangan akan semaki n bai k. Per samaan r egr esi l inear ber ganda sebagai ber i kut :

ROA = 0,29 + 0,000065 DK + 0,00026 DR - 0,018 KI – 0,21 DKI + 0,002 UP

Koefisien Determinasi (R2)

Ber dasar kan hasi l per hitungan Tabel 5, didapatkan nilai R squar e 0,063. Hal i ni mengandung penger t ian bahw a 6,3 per sen var iasi var i abel ki ner ja keuangan dapat di jelaskan ol eh var i asi var i abel dewan komisar is, dewan dir eksi, kepemil ikan institusional, komi sar i s i ndependen dan ukur an per usahaan, sedangkan si sanya sebesar 93,7 per sen dipengar uhi oleh faktor -faktor lain yang ti dak masuk ke dalam model penelit ian.

Uji Statistik F

Pengujian ini ber t ujuan untuk mengetahui apakah model r egr esi yang digunakan dalam peneli tian ini l ayak atau tidak.

Tabel 5. ANOVA

Mean

Model

Sum of Squar es df

Squar e

F Si g.

.029 a Residual

1 Regr ession

a. Pr edictor s: (Const ant), Ukur an Per usahaan, Kepemilikan Institusional , Komisar is Independen, Dewan Komisar is, Dewan Di r eksi

b. Dependent Var iabl e: Kiner ja Keuangan

Ber dasar kan hasil r egr esi diper oleh nilai F hitung sebesar 2,265 dengan tingkat si gnifikansi sebesar 0,000. Kar ena signi fikansi F hitung l ebih keci l dar i 0,05, maka dapat di si mpulkan bahwa model r egr esi yang di gunakan untuk mengetahui pengar uh dewan komisar is, dewan dir eksi, kepemilikan institusional, komisar is independen dan ukur an per usahaan pada kiner ja keuangan di anggap l ayak (fit) .

Tyahya Whisnu Hendr atni , Nana Nawasi ah, Tr isnani Indr iati / Anali si s pengar uh ,...

Uji Statistik t

Hasil uji statisti k t (uji hipotesis) menunjukkan besar pengar uh var iabel i ndependen secar a indi vi dual dalam mener angkan var iasi var iabel i ndependen. Unt uk hasi l pengujian secar a par sial masi ng-masing var iabel independen ter hadap var iabel dependen dapat dijabar kan sebagai ber i kut.

1) Pengar uh Dewan Komisari s Ter hadap Kiner ja Keuangan Pengujian hipotesis per t a ma (H1) memiliki nilai β1=0,000065 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,010 (sig<0,05), sehingga Ho pada hi pot esis per tama di tolak. Jadi var iable Dewan Komi sar i s ber pengar uh positif pada kiner ja keuangan (ROA).

2) Pengar uh Dir eksi Ter hadap Kiner ja Keuangan P engujian hipotesis kedua (H2) memiliki nilai β2=0,000065 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008 (si g<0,05), sehingga Ho pada hipot esi s kedua dit ol ak. Jadi var i able dir eksi ber pengar uh positif pada kiner ja keuangan (ROA) .

3) Pengar uh Kepemil ikan I nsti tusi onal Ter hadap Kiner ja Keuangan Pengujian hipotesis ketiga (H3) memiliki nilai β3= -0,018 dengan ti ngkat signi fikansi sebesar 0,006 (sig<0,05), sehingga Ho pada hipotesis keti ga dit ol ak. Jadi var iable Kepemilikan

Instit usional ber pengar uh negatif pada ki ner ja keuangan (ROA).

4) Pengar uh Dewan Komisari s Independen Ter hadap Ki ner ja Keuangan Pengujian hipotesis keempat (H4) memiliki nilai β4= -0,021 dengan tingkat si gnifikansi sebesar 0,275 (sig<0,05), sehingga Ho pada hipotesis keempat di ter ima. Jadi var iable Dew an Komi sar i s

Independen tidak ber pengar uh pada ki ner ja keuangan (ROA).

5) Pengar uh Ukur an Per usahaan Ter hadap Ki ner ja Keuangan Pengujian hipotesis kelima (H5) memiliki nilai β5=0,002 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006 (si g<0,05), sehingga Ho pada hipot esi s kel ima di t olak. Jadi var iabl e Ukur an Per usahaan

ber pengar uh posit if pada ki ner ja keuangan (ROA).

4.3. Pembahasan Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan

Pengujian hipot esi s per tama memi liki nilai =0,000065 dengan t ingkat signifikansi sebesar 0,010 (sig<0,05), sehingga Ho pada hipotesis per tama ditolak. Jadi var iable Dewan Komi sar i s ber pengar uh posi tif pada kiner ja keuangan (ROA). Pengar uh var iable Dewan Komisar is ter hadap kiner ja keuangan pada bank yang ter daftar di Bur sa Efek Indonesia selama per iode 2012-2016 di per oleh ni lai t statisti k signi fikan sebesar 2.052 pada α=5%. Nilai t statistik tersebut berada jauh di at as ni lai kr it is (1,96).

Hasi l peneliti an ini sejal an dengan peneli tian yang dil akukan oleh Ahmad Minan Santoso (2015) yang menyat akan bahwa adanya komisar is independen akan meni ngkat kan pengawasan yang ada kar ena Dewan Komisar is I ndependen ber asal dar i l uar per usahaan. Ber tambahnya pengawasan dimaksudkan supaya per usahaan dapat mel akukan kegiat an usaha yang sehat dan ber kur angnya per il aku manajemen yang menyimpang. Akan t etapi, pengangkat an Dewan Komisar is Independen yang cender ung hanya untuk for mal itas untuk memenuhi per at ur an yang ada dan kur angnya kesadar an Dew an Komi sar i s Independen dalam melakukan pengawasan menyebabkan Dewan Komisar is Independen tidak ber pengar uh t er hadap peni ngkat an kiner ja.

Pengaruh Direksi terhadap Kinerja Keuangan

Pengujian hipotesis kedua memil iki ni lai =0,000259 dengan ti ngkat si gnifikansi sebesar 0,008 (sig<0,05), sehingga Ho pada hipotesis kedua di tol ak. Jadi var i abl e dir eksi pada kiner ja keuangan (ROA). Pengar uh var iable di r eksi t er hadap ki ner ja keuangan pada bank yang ter daftar di Bur sa Efek I ndonesia selama per i ode 2012-2016 diper oleh nilai t statist ik signi fikan sebesar 1.986 pada

α=5%. Nilai t statistik tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Hasi l ini mendukung penel itian Wi dagdo dan Char i r i (2014), yang menyatakan dewan

di r eksi ber pengar uh ter hadap kiner ja per usahaan. Penel iti an ini sejal an dengan peneliti an yang

JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52 JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52

Pengaruh Kepemilikan I nsitusional terhadap Kinerja Keuangan

Pengujian hi potesis keti ga memi liki nilai = -0,018 dengan tingkat signi fikansi sebesar 0,006 (sig<0,05), sehingga Ho pada hipotesis ket i ga dit ol ak. Jadi var i able Kepemil ikan Insitusional pada kiner ja keuangan (ROA). Pengar uh var iable dir eksi ter hadap kiner ja keuangan pada bank yang ter daft ar di Bur sa Efek Indonesia selama per i ode 2012-2016 diper oleh ni lai t stati stik signifikan sebesar -1.979 pada α=5%. Nilai t statistik tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).

Hasi l penel itian ini tidak sejalan dengan penelit ian yang di lakukan oleh Yeter i na Wi di Nugr ahanti (2012) yang menyatakan bahwa Kepemili kan Institusional ber pengar uh positif signi fikan ter hadap Ki ner ja Keuangan Per bankan. Per bedaan ini di mungkinkan kar ena dalam peneliti an i ni menggunakan sampel ber jumlah 30 per usahaan per bankan dengan per iode peneliti an empat tahun (2011-2014), sedangkan penel itian Yeter ina Widi Nugr ahanti (2012) menggunakan 27 sampel dengan per iode dua tahun (2009-2010).

Menur ut asumsi peneliti , Kepemil ikan instit usional yang mer upakan kondisi dimana pihak institusi memil iki saham di suatu per usahaan dan biasanya dalam jumlah yang besar . Ber dasar kan peneliti an i ni , kepemil ikan i nsti tusi onal memang memil iki jumlah kepemili kan saham yang sangat tinggi sehingga institusi akan cender ung ber t indak untuk kepent ingan mer eka sendir i dengan mengor bankan kepent ingan pemegang saham mi nor itas dan akan membuat ter jadinya keti daksei mbangan dalam penentuan ar ah kebi jakan per usahaan yang nantinya malah lebih menguntungkan pemegang saham mayor itas yaitu pihak institusi.

Pengaruh Dewan Komisaris I ndependen terhadap Kinerja Keuangan

Pengujian hipotesis keempat memi liki nilai = - 0.21 dengan tingkat si gnifi kansi sebesar 0,275 (sig>0,05), sehingga Ho pada hi potesis keempat diter ima. Jadi var i able Dewan Komi sar i s Independen pada kiner ja keuangan (ROA). Pengar uh var iable Dewan Komisar is I ndependen ter hadap ki ner ja keuangan pada bank yang ter daftar di Bur sa Efek Indonesi a selama per iode 2012- 2016 diper oleh nil ai t statistik signifikan sebesar -1.098 pada α=5%. Nilai t stati st ik ter sebut ber ada jauh dibawah ni lai kr i tis (1,96).

Komi sar i s Independen adal ah anggot a dew an komisar is yang tidak memili ki hubungan keuangan, kepengur usan, kepemilikan saham dan/ atau hubungan keluarga dengan anggot a dewan komisar is l ai nnya, dir eksi dan/ at au pemegang saham pengendali at au hubungan l ain yang dapat mempengar uhi kemampuannya untuk ber ti ndak independen. Hasi l ini mendukung peneli tian Lestar i dan Cahyonowati (2013), yang menyatakan dewan komisar is independen tidak ber pengar uh t er hadap ki ner ja per usahaan. Dew an komisar is independen yang di ukur dengan komposi si dewan komi sar i s independen ter hadap komposisi dewan komi sar i s tidak ber pengar uh ter hadap kiner ja per usahaan, sebab jumlah dewan komi sar i s indepnden pada per usahaan sampel r ata-r at a sudah tinggi, sehi ngga kur ang mempengar uhi ki ner ja per usahaan. Secar a t eori komi sar i s independen dapat ber tindak sebagai penengah dal am suatu per seli si han yang ter jadi antar a par a manajer i nter nal dan mengawasi kebijakan dir eksi ser ta ber tugas sebagai pember i nasihat kepada di r eksi. Komisar is independen mer upakan sebuah posi si yang baik untuk melaksanakan fungsi pengawasan t er hadap pengel ol aan per usahaan supaya t er cipta suatu per usahaan yang good cor por at e gover nance, sehingga bi sa meningkat kiner ja per usahaan.

Tyahya Whisnu Hendr atni , Nana Nawasi ah, Tr isnani Indr iati / Anali si s pengar uh ,...

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan

Pengujian hi pot esis keli ma memi liki ni lai = 0,02 dengan ti ngkat signifikansi sebesar 0,006 (sig<0,05), sehingga Ho pada hi potesis kelima ditolak. Jadi var i able Kepemili kan Insitusional pada kiner ja keuangan (ROA). Pengar uh var iable dir eksi ter hadap kiner ja keuangan pada bank yang ter daft ar di Bur sa Efek Indonesia selama per i ode 2012-2016 diper oleh ni lai t stati stik signifikan sebesar 2.586 pada α=5%. Nilai t statistik tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).

Hasi l peneliti an ini sejalan dengan peneliti an Theacini dan Wi sadha (2014) mengat akan bahw a ukur an per usahaan mer upakan salah satu var i abel pent ing dalam pengelolaan per usahaan. Ukur an per usahaan mencer minkan seber apa besar aset total yang di miliki per usahaan. Tot al asset yang di mi liki perusahaan menggambar kan per modalan, ser ta hak dan kew aji ban yang di miliki nya.Semakin besar ukur an per usahaan, dapat di pasti kan semakin besar juga dana yang di kel ola dan semakin kompl eks pula pengel ol aannya. Per usahaan besar cender ung mendapat per hatian lebih dar i masyar akat luas. Dengan demiki an, bi asanya per usahaan besar memiliki kecender ungan untuk selalu menjaga st abil itas dan kondisi per usahaan. Unt uk menj aga stabili tas dan kondisi ini, per usahaan t entu saja akan ber usaha memper t ahankan dan t er us meningkat kan kiner janya. Hasil ini jugamendukung penel itian Theacini dan Wi sadha (2014) dalam peneli tiannya menemukan bukti bahwa ukur an per usahaan ber pengar uh ter hadap kiner ja keuangan perusahaan.

5. Keter batasan dan Agenda Penelitian Mendatang

Peneliti an ini hanya di lakukan selama lima tahun saja. Dan var iabel peneliti an juga hanya li ma var i abel saja. Di har apkan Peneli ti selanjutnya dapat melakukan penelit ian yang lebi h panjang wakt unya dan menggunakan var iabel penel itian yang lebih banyak. Begitu juga jumlah objek Banknya lebi h banyak dar i peneli tian yang sekar ang. Lebih bai k lagi ditambahkan dengan t eor i- teor i yang l ebih mendal am. Sehi ngga penelit ian menjadi lebi h baik dan lebih lengkap.

6. Kesimpulan

Ber dasar kan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat sar an sebagai ber i kut :

a Ukur an dewan komisar is ber pengar uh ter hadap kiner ja keuangan, kondisi ini ter jadi kar ena dengan banyaknya jumlah anggota dew an komisar is, maka pengawasan t er hadap dewan di r eksi menjadi jauh lebih baik, nasehat dan masukan untuk dew an di r eksi pun menjadi lebi h banyak. Sehingga kiner ja dar i manajemen menjadi lebih baik dan ber i mbas pul a pada meningkatnya kiner ja per usahaan.

b Dewan dir eksi ber pengar uh ter hadap kiner ja per usahaan, sebab dew an dir eksi sebagai manajemen senant iasa memi liki keinginan untuk meningkat kan kiner j a per usahaan.

c Kepemi likan Insitusional ber pengar uh negati f dan signifikan ter hadap Kiner ja Keuangan Per bankan yang ter daft ar di BEI per iode 2012-2016.

d Dewan komisar is independen yang diukur dengan komposisi dewan komisar is i ndependen ter hadap komposisi dewan komisar is ti dak ber pengar uh ter hadap kiner j a keuangan, sebab jumlah dewan komisari s independen pada per usahaan sampel r ata-r ata sudah ti nggi, sehingga kur ang mempengar uhi ki nerja per usahaan.

e Ukur an per usahaan ber pengar uh ter hadap ki ner ja per usahaan, hal ini ter jadi ukur an per usahaan dalam penelit ian i ni di ukur dengan melihat seber apa besar asset yang di miliki ol eh sebuah per usahaan. Aset yang dimil iki per usahaan ini menggambar kan hak dan kew aji ban ser ta per modal an per usahaan, sehingga dengan modal yang besar , memungkinkan per usahaan dapat beker ja dengan bai k dan kiner j a per usahaan semakin meningkat.

JRM B Volume 3, No 1, Februari 2018: 37 - 52

Daftar Pustaka

Adr ian Sut edi. (2011). Good Cor por ate Gover nance. Jakar ta : Sinar Gr afi ka. Ahmad Minan Sant oso. (2015). “Pengar uh GCG, CAR, dan NIM ter hadap Kiner ja Keuangan

Per bankan yang ter daftar di BEI per iode 2010-2013. Skr ipsi. Univer sitas Neger i Yogyakar t a.

Andr a Zeptian. (2013). “Anal isis Pengar uh Pener apan Cor por at e Gover nance, St r ukt ur Kepemi likan, dan Ukur an Per usahaan t er hadap Manajemen Laba pada Per bankan”. Skr ipsi. Univer si tas Di ponegor o.

Cholid Nar buko dan H.Abu Achmadi. Metodologi Penel itian. Jakar t a : Bumi Aksar a. Danang Suyonto. (2011). Analisis Regr esi dan Uji Hi potesis. Yogyakar ta : CAPS. Dar sono dan Ashar i . (2005). Pedoman Pr aktis Memahami Lapor an Keuangan. Yogyakar t a : Andi. Detiknews. (2011). Polr es Kampar Tahan Kepala BRI Ter kait Tr ansfer Fi ktif Rp 1,6 M dar i

htt p:/ / news.det ik.com/ ber ita/ 1583444/ polr es-kampar -tahan-kepala-br i-t er kait-t r ansfer - fiktif-r p-16-m pada tanggal 5 Apr il 2016 pukul 22.14 WIB.

Duwi Pr i yanto. (2013). Olah Data Stati stik dengan Pr ogr am PSPP ( Sebagai Alt er natif SPSS). Yogyakar t a : MediaKom.

Eka Har dika Sar i. (2011). “Pengar uh Pener apan Cor por at e Gover nance Ter hadap Kiner ja Keuangan pada Industr i Per bankan yang Ter daftar di Bur sa Efek I ndonesia (BEI) Tahun 2006-2008”. Skr ipsi. Univer sitas Diponegor o.

Fai za Nur Rohmah. (2013). “Pengar uh Pener apan Cor por ate Gover nance ter hadap Kiner ja Keuangan Per usahaan dengan Ear ni ngs Management sebagai Var iabel Moder asi”. Skr ipsi. Univer si tas Muhammadi yah Sur akar t a.

Fi tr ia Ingga Saemar gani. ( 2015). “Pengar uh Ukur an Per usahaan, Umur Perusahaan, Pr ofitabili tas Per usahaan, Solvabi litas Per usahaan, Ukur an KAP, dan Opini Audit or ter hadap Audit Delay”. Skr ipsi. Univer sitas Neger i Yogyakar ta.

Fr eder ic S. Miskhin. (2008). Ekonomi Uang, Per bankan, dan Pasar Keuangan. Jakar t a : Salemba Empat.

Fur y K Fitr i yah dan Di na Hi dayat. (2011). “Pengar uh Kepemili kan Institusional, Set Kesempatan Investasi, dan Ar us Kas Bebas t er hadap Utang”. Skr i psi . Uni ver sit as Diponegor o.

Har is Wi bi sono. (2004). Pengar uh Manajemen Laba t er hadap Kiner ja Per usahaan di Seputar Seasoned Equity Offer ings (Studi Empir is di Bur sa Efek Jakar t a). Tesis. Univer si tas Diponegoro.

Hennie Van Gr euni ng & Sonja Br ajovic Br atanovic. (2011). Anal yzi ng Banking Risk : Analisis Risi ko Per bankan. Jakar t a : Salemba Empat. Her man Dar mawi. (2012). Manajemen Per bankan. Jakar t a : Bumi Aksar a.

Imam Ghozali . (2011). Apli kasi Anal isis Multivar iate dengan Pr ogr am IBM SPSS 19. Semar ang : Badan Pener bit Univer si tas Di ponegor o.

Ir ham Fahmi. (2012). Anal isis Kiner ja Keuangan. Bandung : Alfabet a. Ir mala Sari . (2010). “Pengar uh Mekani sme Good Cor por at e Gover nance ter hadap Kiner ja