Analisis Musikal Dan Tekstual Ayat-Ayat Asa Di Waar Dalam Ibadah Mingguan Umat Sikh Di Gurdwara Tegh Bahadar, Medan Polonia

BAB II
IDENTIFIKASI MASYARAKAT SIKH DI KOTA MEDAN

2.1

Gambaran Umum Kota Medan
Medan merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara. Kota ini

merupakan kota terbesar di pulau Sumatera. Kota Medan memiliki luas 26.510
hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan
demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas
wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara
geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98°
44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan
berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Dimana di
sebelah utara kota Medan berbatasan dengan selat Malaka. Di sebelah timur kota
Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Di sebelah selatan kota
Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang, dan di sebelah barat kota
Medan juga berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang.
Iklim Kota Medan, dipengaruhi oleh letaknya yang berada di Pesisir
Timur Pulau Sumatera yang berarti dekat dengan Selat Malaka. Keadaan ini

menyebabkan iklim Kota Medan cenderung panas ataupun tropis dengan suhu
berkisar antara 24’-36’.
Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 M di bagian Utara-Belawan
sampai 37,5 m di bagian Selatan di atas permukaan laut. Daerah Utara sampai 3

Universitas Sumatera Utara

Km dari pantai, terdiri dari rawa-rawa yang mempunyai kedalaman 0,5 m sampai
2,5 m ketika pasang surut dan pasang naik7.
Secara konstitusional Negara Indonesia di bagi dalam daerah provinsi dan
daerah yang lebih kecil (Kota-Kabupaten). Masing-masing daerah pada dasarnya
memiliki sifat otonom dan administratif. Adanya daerah, menjadikan adanya
pemerintahan daerah, pertimbangan situasional, historis, politis, psikologis dan
tehnis pemerintahan, merupakan latar belakang pemikiran strategis perlunya
pemerintahan daerah di Indonesia.
Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang pada dasarnya menjadi
semangat penyusunan dan diperlakukannya UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33
Tahun 2004, yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar penyelenggaraan
pemerintahan di daerah, dengan prinsip demokratis, peran serta masyarakat,
pemerataan, keadilan dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Adanya pemerintahan daerah berkonsekuensi adanya Pemerintahan
Daerah. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyalenggara pemerintah
daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat
digambarkan sebagai berikut:

7

Said Efendi, Strategi Pembangunan Mewujudkan Kota Medan Bestari, 1997, Medan:
Yayasan Pola Pengembangan Daerah Medan-Indonesia, hlm. 57.

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Binamarga Pemko Medan
Tabel 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan

Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima
(5) sifat, yaitu : ( 1) Pemberian pelayanan, (2) Fungsi pengaturan (penetapan
perda), (3) Fungsi pembangunan, (4) Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi
dengan Pemerintah Propinsi /Pusat), (5) Fungsi koordinasi dan perencanaan

pembangunan kota.
Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur
agama, suku etnis, budaya dan keragaman adat istiadat. Hal ini memunculkan
karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara
Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi
demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan
dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat
kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi
proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fikir masyarakat dan

Universitas Sumatera Utara

perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan
yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini
mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat
kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian
rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor,
antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang
diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi.

Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat
dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk
mulai menurun.
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian
sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung
untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),
meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,
termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan
yang diterapkan.

Universitas Sumatera Utara

No.

Kecamatan

01


Medan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

39,414

41,528

80,942

Tuntungan
02

Medan Johor


61,085

62,766

123,851

03

Medan Amplas

56,175

56,968

113,143

04

Medan Denai


71,181

70,214

141,395

05

Medan Area

47,813

48,713

96,544

06

Medan Kota


35,239

37,341

72,580

07

Medan Maimun

19,411

20,170

39,581

08

Medan Polonia


25,989

26,805

52,794

09

Medan Baru

17,576

21,940

39,516

10

Medan Selayang


49,293

50,024

98,317

11

Medan Sunggal

55,403

57,341

112,744

12

Medan Helvetia


70,705

73,552

144,257

13

Medan Petisah

29,367

32,382

61,749

14

Medan Barat

34,733

36,038

70,771

15

Medan Timur

52,635

55,998

108,633

16

Medan

45,144

48,184

93,328

Perjuangan
17

Medan Tembung

65,391

68,188

133,579

18

Medan Deli

84,520

82,273

166,793

19

Medan Labuhan

56,676

54,497

111,173

20

Medan Marelan

71,287

69,127

140,414

21

Medan Belawan

48,889

46,617

95,506

Jumlah

1,036,926

1,060,684

2,097,610

Sumber: BPS Kota Medan, Sensus Penduduk 2010
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Universitas Sumatera Utara

2.2

Sejarah Lahirnya Agama Sikh
Sikhisme (bahasa:Punjabi) adalah agama keenam terbesar di dunia. Agama

ini berkembang pesat pada abad ke 16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari
kata Sikh, yang berarti “murid” atau “pelajar”. Agama Sikh atau Sikhisme adalah
sebuah agama orang India, agama baru ini mengandung sedikit ajaran Islam dan
Hindu di bawah semboyan “Bukan Hindu dan bukan Muslim”.
Agama Sikh bermula di Sultanpur, berhampiran dengan Amritsar di
wilayah Punjab, India. Pendiri dari agama Sikh ini ialah Guru Nanak (1469-1539),
seorang yang pada asalnya beragama Hindu tetapi atas keinginannya untuk
menjadikan sebuah agama yang boleh diterima oleh semua orang di India, Guru
Nanak telah menggabungkan ciri-ciri terbaik agama Islam dan Hindu. Beliau
dilahirkan dalam keluarga Hindu yang ketat pada tahun 1469. Guru Nanak sejak
kecil sudah menunjukkan pemberontakan terhadap ajaran Hindu. Sebuah kisah
yang paling terkenal adalah bagaimana Guru Nanak kecil menolak pemasangan
benang suci janeu8. Dalam tradisi Brahmin, bocah kecil yang beranjak dewasa
akan mendapatkan benang suci putih yang diikatkan melingkar dari pundak kiri
ke pinggang kanan. Benang ini dipakai terus sepanjang hidup. Setidaknya sekali
dalam setahun, janeu kaum Brahmin diganti dalam upacara khusus. Hanya orang
kasta Sudra (kasta terendah) yang tidak melingkarkan janeu di tubuh mereka.
Tetapi Guru Nanak tak peduli, tetap tak mau memasang benang itu ke tubuhnya.
Baginya, kualitas manusia bukan ditentukan oleh benang.

8

Janeu adalah benang suci umat Hindu.

Universitas Sumatera Utara

Beliau bersabda,
“Meskipun mereka melakukan pencurian, perzinahan, kebohongan,
pelecehan, perampokan, dosa yang tak terbilang jumlahnya, menyakiti sesama
makhuk siang malam, tetapi benang kapas selalul dilingkarkan Brahmana ke
tubuh mereka. Mereka menggelar upacara, membunuh kambing, menyiapkan
makanan, dan orang suci berkata ‘pasanglah janeu’. Ketika janeu itu sudah tua,
benang itu dibuang, diganti yang lain. Tidaklah dawai itu kekal dan abadi kalau ia
selalu rusak dan dibuang.”
Semasanya, Guru Nanak sering berdebat dengan pemuka agama Hindu
dan Muslim. Saripati keagungan kedua agama besar itu juga nampak dalam
ajarannya. Guru Nanak adalah musafir, menempuh perjalanan beribu-ribu
kilometer untuk mencari kebenaran hidup, pencerahan batin, dan keagungan
Tuhan. Ia melintasi gunung-gunung salju Himalaya menuju Tibet, melintasi
padang pasir Sindh, menyeberangi lautan Arabia, menempuh perjalanan suci ke
tanah Mekkah, Baghdad, Persia, Afghan, untuk belajar dari alam semesta raya.
Sri Guru Granth Sahib, kitab suci umat Sikh, bukan hanya ditulis oleh guru-guru
Sikh, tetapi juga oleh orang suci dari kepercayaan dan agama lain.
Hanya ada satu Tuhan, manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan
tanpa perlu perantaraan ritual atau pendeta, dan penolakan terhadap pembedaan
manusia berdasar kasta dan gender adalah poin-poin utama dalam ajaran Sikh.
Oleh karena itu, agama Sikh seperti Islam percaya kepada adanya satu
Tuhan tetapi Tuhan penganut Sikh dipanggil Waheguru. Selepas beliau meninggal
dunia, penggantinya juga diberi pangkat guru. Sebanyak sepuluh guru telah
mengambil alih tempat Guru Nanak dan secara perlahan-lahan, mereka telah
menjauhkan diri dari agama Hindu dan Islam.

Universitas Sumatera Utara

Rangkaian ini berakhir pada tahun 1708 selepas kematian Sri Guru Gobind
Singh yang tidak meninggalkan pengganti manusia tetapi meninggalkan satu
himpunan skrip suci yang dipanggil Adi Granth. Skrip ini kemudian diberi nama
Sri Guru Granth Sahib (yang merupakan kitab suci umat Sikh). Sri Gobind Singh
juga telah menubuhkan sebuah persatuan “Persaudaraan Khalsa Sikh”.

2.2.1

Ciri kaum sikh
Ciri yang dapat dilihat dari agama Sikh bahwa mereka mengunakan tutup

kepala baik laki-laki maupun perempuan. Penutup kepala yang mereka gunakan
adalah dastar atau sorban. Sorban tersebut digunakan untuk menutup rambut
mereka. Hal ini dilakukan karena menurut perintah agama mereka bahwa mereka
tidak boleh memotong rambutnya dan harus menutupi rambut mereka.
Penggunaan sorban ini adalah pilihan bagi umat Sikh. Artinya dalam kehidupan
sehari-hari mereka berhak memilih untuk menggunakan penutup kepala atau
tidak. Namun dalam kegiatan ibadah ataupun upacara keagamaan umat Sikh harus
menggunakan penutup kepala. Aturan ini juga berlaku bagi setiap orang yang
memasuki kawasan Gurdwara. Baik itu umat Sikh ataupun tamu dan para
pengunjung yang datang.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Umat Sikh menggunakan penutup kepala didalam Gurdwara
Selain ciri diatas, ciri-ciri masyarakat Sikh secara khusus dapat diketahui
melalui khalsa. Kata "Khalsa" berarti "murni", para Khalsa adalah umat Sikh yang
telah mengikuti upacara suci ‘Amrit’ yang diprakarsai oleh Guru Sikh ke-10, Guru
Gobind Singh. Upacara baptisan Khalsa dilakukan sebagai bagian dari evolusi
spiritual yang pribadi ketika memulai siap untuk sepenuhnya hidup sesuai dengan
harapan yang tinggi dari Guru Gobind Singh. Semua Sikh diharapkan mengikuti
Khalsa atau bisa bekerja sama menuju tujuan itu. (www.sikhs.org)
Upacara baptisan Khalsa termasuk minum dari Amrit (air gula diaduk
dengan belati) di hadapan lima Khalsa sikh serta Guru Granth Sahib. Para Khalsa
diperintahkan untuk menuruti peraturan berikut ini: (a) Anda tidak akan pernah
menghilangkan rambut dari bagian tubuh-Mu, (b) Anda tidak akan menggunakan
tembakau, alkohol atau minuman keras lainnya, (c) Anda tidak akan makan
daging dari hewan disembelih dengan cara Islam, (d) Anda tidak berzinah. Para
Khalsa kemudian diperbolehkan memakai simbol-simbol fisik Khalsa di
sepanjang waktu serta mengikuti kode etik Khalsa9.
9

Wawancara dengan bapak Kirpal Singh, 6 Juli 2012

Universitas Sumatera Utara

Setelah melakukan Khalsa maka mereka harus menggunakan benda-benda
kepercayaan jasmaniah berikut ini:
(1) Karra
Karra yang berarti pertalian atau persaudaraan yang erat diantara pengikut
agama Sikh. Karra merupakan sebuah Gelang yang terbuat dari baja
tertentu. Maknanya yaitu: ikutilah agama secara menyeluruh, melambangkan
suatu kebulatan antara sesama umat Sikh, dan yang terakhir adalah sebagai
penangkal dari aura-aura dan kekuatan negatif.

Gambar 2.2 Karra
(2) Khanga yang berarti sisir. Umat Sikh harus terlihat rapi. Dengan
menggunakan sisir ini mereka merapikan rambut yang kekusutan dan
membersihkan rambut dari kotoran.

Gambar 2.3 Khanga
(3) Kesh yang berarti memelihara rambut sebagai suatu symbol kepercayaan
kepada Tuhan dan mengajarkan kerendahan hati. Setelah dibaptis Umat Sikh
dilarang untuk memotong rambut yang ada di sekujur tubuhnya.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Kesh
Saat ini penggunaan Kesh mengalami perubahan. Dimana, tidak semua
lelaki Sikh menggunaan Kesh tersebut. Hal ini dilakukan karena pada saat ini juga
tidak semua lelaki Sikh berambut panjang.
(4) Kirpan merupakan pedang kecil. Ini merupakan simbol dari aktifitas
kebaikan, penghormatan dan juga penghormatan pada diri sendiri. Namun pada
zaman sekarang kirpan banyak digantikan dengan pedang-pedangan karena takut
dianggap sebagai teroris.

Gambar 2.5 Kirpan
(5) Kachha yang berarti celana pendek. Merupakan suatu simbol pengawasan
terhadap diri sendiri dan sifat moral yang tinggi.

Gambar 2.6 Kachha

Universitas Sumatera Utara

Dalam wawancara yang penulis lakukan, saat ini terjadi perubahan dalam
penggunaan Kachha ini. Dimana, saat ini, kachha tidak selalu digunakan oleh
semua kaum lelaki Sikh.
Uraian di atas merupakan ciri-ciri kaum Sikh pada masa awal agama ini
berdiri. Di dalam perkembangannya, beberapa penggunaan ciri ini banyak
bergesar. Sebagai contoh saat ini tidak semua laki-laki Sikh memanjangkan
rambutnya. Di dalam beberapa kali ibadah yang penulis ikuti, penulis menjumpai
banyak pria Sikh yang saat ini tidak berambut panjang. Tetapi pemuka agama
mereka seperti pendeta dan beberapa orang-orang tertentu masih memanjangkan
rambut mereka. Hal ini ditandai dengan penggunaan sorban oleh para pendeta.
Jemaat laki-laki yang lain, ada umumnya hanya memakai penutup kepala saja.
Dari keadaan ini, penulis juga melihat adanya perkembangan penggunaan sorban
oleh para laki-laki Sikh. Yang dimana, karena rambut mereka saat ini tidak lagi
panjang, maka mereka tidak lagi menggunakan sorban.

Gambar 2.7 Penggunaan Ciri Laki-laki Sikh
Untuk perempuan Sikh, biasanya menggunakan penutup kepala dan
pakaian yang menutup aurat, celana longgar, baju selutut, selendang 2 meter. Dan

Universitas Sumatera Utara

pakaian yang mereka kenakan mirip ataupun hampir sama dengan baju sari yang
sering digunakan oleh perempuan India pada umumnya.

Gambar 2.8 Penggunaan Ciri Perempuan Sikh

2.3

Keberadaan Agama Sikh di Medan
Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan tentang keberadaan Agama

Sikh di kota Medan. Beberapa hal yang menyangkut di dalamnya seperti sejarah
agama Sikh, sistem ibadah yang dimana nanti akan dibahas juga tentang tempat
ibadah yang merupakan lokasi penelitian penulis yaitu Gurdwara Tegh Bahadar,
Polonia, Medan. Sistem bahasa dan sistem kesenian juga akan menjadi bagian
dari pembahasan pada topik ini karena dianggap penting dan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari umat Sikh.

2.3.1

Sejarah agama sikh di medan
Ajaran Sikh masuk ke Indonesia melalui pedagang India dan Gujarat.

Namun menurut pengakuan dari salah seorang penganut agama Sikh bernama
Baldev Singh (41) disamping masuk melalui jalur perdagangan namun ada juga

Universitas Sumatera Utara

beberapa yang dibonceng oleh tentara sekutu pada perang dunia kedua. Mereka
dipekerjakan pada perkebunan-perkebunan milik pemerintah. Namun kurang
begitu terekspos beritanya. Kemudian mereka mulai masuk ke Indonesia secara
bertahap dan akhirnya menjadi berkembang. “Paktua saya dulu ikut menjadi
pejuang kemerdekaan, beliau meninggal pada tahun 1975”, tutur Baldev.
Di Indonesia umat Sikh sudah mencapai 80.000 Jiwa. Mereka hidup
menyebar di seluruh pelosok tanah air seperti Jakarta, Medan, dan Palembang.
Dan umat Sikh yang terbesar ada di wilayah Medan dan sekitarnya.
Telah diketahui bahwa sejak perkebunan tembakau dibuka (1863) di
Sumatera Utara oleh Jacobus Nienhys, buruh dari Cina, India, dan Pulau Jawa
didatangkan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di
berbagai wilayah di Sumatera Utara. Orang-orang Sikh yang bekerja di
perkebunan pada umumnya bekerja sebagai pengawas dan pengantar surat di
perkebunan, serta memelihara ternak sapi. Selain mereka yang didatangkan
sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan untuk tujuan berdagang dan
mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia (Zulkifli Lubis 2005).
Gelombang kedatangan buruh perkebunan inilah yang membawa
masyarakat Sikh, agama dan kebudayaannya masuk ke kota Medan.
Banyaknya umat Sikh yang ada di Medan, menyebabkan pembangunan
rumah ibadah Sikh lebih banyak dari kota-kota lain di Sumatera Utara. Di Medan,
ada 4 Gurdwara (rumah ibadah) Sikh yaitu: Gurdwara Perbandak Committee
(Jalan Teuku Umar), Gurdwara Shree Guru Arjundev Ji (Jalan Mawar Sari Rejo,

Universitas Sumatera Utara

Karang Sari, Polonia), Gurdwara Tegh Bahadar (jalan Polonia), dan Gurdwara
Nanak Dev Ji (jalan Karya Murni).

2.3.2

Sistem bahasa
Bahasa merupakan suatu bentuk perantara dalam melakukan komunikasi,

baik itu secara lisan maupun tulisan. Seperti yang telah penulis kemukakan pada
bab pertama, bahwa penganut agama Sikh pada umunya ialah bangsa India dengan
suku Punjabi, maka bahasa yang mereka gunakan ialah bahasa Punjabi. Walaupun
mereka juga tetap menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan suku
lain. Tetapi pada saaat di dalam tempat ibadah, sesama mereka umumnya mereka
menggunakan bahasa Punjabi.
Penggunaan, pengucapan, penulisan bahasa Punjabi sangatlah rumit dan
karena itu terkadang dari suku bangsa Punjabi itu sendiri ada yang tidak mengerti
bahasa Punjabi dan juga ada yang mengeri namun sulit mengucapkannya. Dalam
bahasa Punjabi terdapat dua jenis bahasa yang digunakan yaitu bahasa yang
digunakan pada kitab suci atau bahasa Punjabi halus yang dari Negara India asli
dan bahasa yang sudah tercampur dengan bahasa inggris atau bahasa Punjabi
kampung (Phende whali Punjab). Misalnya penyebutan kata besok, dalam bahasa
Punjabi halus disebut dengan khal sedangkan dalam bahasa Punjabi kampung
disebut phalke. Dengan demikian terkadang bahasa yang terdapat pada kitab suci
sangat sulit dimengerti jadi orang-orang yang menggunakannya adalah orangorang tertentu seperti para pendeta serta orang yang telah belajar bahasa yang ada
dalam kitab suci tersebut sedangkan bahasa Punjabi kampunh masih bisa

Universitas Sumatera Utara

dimengerti karena jenis bahasa tersebut dicampur dengan bahasa Inggris. Pada
suku Punjabi terdapat 35 (tiga puluh lima) vokal yang masing-masing huruf
mengandung arti yang berbeda. Dan dalam suku bangsa Punjabi tidak ada kata
tunggal dan kata jamak.

2.3.3

Aspek pendukung lain
Beberapa aspek pendukung lain dari keberadaan agama Sikh di Medan

dapat dilihat dari sistem mata pencaharian dan sistem kekerabatan mereka.

2.3.3.1 Sistem mata pencaharian
Pada masa saat ini, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
masyarakat Sikh di berbagai tempat secara umum memiliki mata pencaharian
yang hampir sama. Sistem mata pencaharian masyarakat Sikh dikenal dengan
sebutan ‘S4’, yaitu: sekolah, susu, sport, dan supir. Sekolah artinya menjadi
seorang guru dengan menempuh pendidikan yang tinggi, kebanyakan dari mereka
menjadi guru Bahasa Inggris. Susu artinya menjadi seorang peternak sapi atau
lembu yang sejak dulu susu perahannya sudah dikenal banyak orang. Sport artinya
membuka toko sport yang menjual semua peralatan olahraga. Supir artinya
menjadi seorang supir (Wawancara dengan Bapak Dalip Singh, 19 April 2012).
Dan pekerjaan lainnya sebagaimana yang dikatakan (Lubis,2005 : 146)
bahwa terdapat masyarakat Sikh yang berprofesi sebagai dokter, pengusaha,
dosen, akuntan dan lain sebagainya. Namun diantara semua pekerjaan diatas,
terdapat satu pekerjaan yang dilakukan dari turun-temurun yaitu beternak sapi.

Universitas Sumatera Utara

Dan ini terlihat di Polonia, meskipun mereka mempunyai pekerjaan yang lebih
bagus tetapi tetap saja mereka menjadi peternak sapi guna mendapatkan susu dan
minyak sapi. Susu hasil perahan ini dikonsumsi sendiri, dijual sedangkan minyak
sapinya digunakan untuk campuran makanan seperti makanan yang terdapat di
Gurdwara. Veneta (1998:26) menjelaskan bahwa dalam beternak sapi, umat Sikh
mendapatkan kesulitan memperoleh surat izin usaha dari pemerintah agar ternak
yang diperbolehkan keluar dari tanah peternak untu merumput di hutan, resiko
ternak mati, dicuri, sakit dan biaya pengobatan, jumlah susu berkurang karena
kurangnya rumput. Dan karena itu, tidak banyak lagi masyarakat Sikh bekerja
sebagai peternak sapi dan jika yang masih menekuninya itu karena ia memiliki
lahan yang luas sehingga di bagian belakang rumahnya dapat memelihara sapi.
Dan karena beberapa faktor itulah yang menyebabkan kurangnya suku bangsa
Punjabi yang memelihara sapi. Namun dalam hal ini mata pencaharian suku
bangsa ini menyatakan bahwa pada prinsipnya, jika mereka memiliki kemampuan
dalam hal ekonomi lebih baik membuka usaha sendiri dari pada harus bekerja
dengan orang lain (Nababan, Surya Christina, 2011).

2.3.3.2 Sistem kekerabatan
Masyarakat Sikh menganut sistem kekerabatan patrilineal, yang artinya
garis keturunan ditentukan melalui seorang laki-laki atau seorang ayah. Misalnya
seorang laki-laki bermarga Sran menikah seorang perempuan bermarga Gill,
maka anaknya laki-laki atau perempuan akan memiliki marga ayahnya yaitu Sran.
Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat skema berikut ini:

Universitas Sumatera Utara





(A. Sran)



(C. Sran)

(B. Gill)



(D. Sran)



(E. Sran)

Bagan 2.1 Sistem Kekerabatan
Patrilineal Sikh
Masyarakat Sikh dapat dikenali dari ciri khas namanya. Setiap laki-laki,
diberi gelar ‘Singh’ di belakang namanya, contoh: Y Singh Sran. Dan untuk
perempuan diberi gelar ‘Kaur’ di belakang namanya, contoh: X. Kaur Gill.
Berikut merupakan beberapa contoh marga yang ada pada masyarakat Sikh:
Sekhon, Maan, Dieol, Sran, Sandhu, Gill, Dhillon, Siwia, Senggah, Sidhu, dan
lain sebagainya.

2.4

Pokok Ajaran Sikh
Sikh merupakan salah satu agama yang ada di dunia ini. Sikh merupakan

agama yang paling muda dari semua agama yang ada di dunia ini. Agama ini
berkembang terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal
dari kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar". Agama ini merupakan agama
yang dianut oleh sebagian besar bangsa Punjabi di India.
Bersarkan pada artikel pertama dari Rehat Maryada10 seorang Sikh di
defenisikan adalah manusia yang percaya pada satu Tuhan (Ek Onkar), kesepuluh
guru mulai dari guru Nanak sampai guru Gobind Singh, kitab Sri Guru Granth
10

Rehat Maryada adalah aturan atau norma masyarakat sikh dalam hidup beradat dan
bertingkah laku.

Universitas Sumatera Utara

Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan baptisan yang diwariskan
oleh Guru kesepuluh, dan yang tidak berutang kesetiaan kepada agama lainnya.
(Rehat Maryada, Kode Etik Sikh).
Berikut ini merupakan lima pokok ajaran agama Sikh:
1. Sikh hanya mengakui adanya satu Tuhan. Dia adalah Tuhan yang sama
untuk semua orang dari semua agama.
2. Jiwa berjalan melalui siklus kelahiran dan kematian sebelum mencapai
bentuk manusia. Tujuan hidup kita adalah memimpin eksistensi teladan
sehingga orang dapat bergabung dengan Tuhan. Sikh harus ingat Tuhan
setiap saat dan mempraktekan kehidupan yang baik dan benar dengan tetap
menjaga keseimbangan antara kewajiban spiritual mereka dan kewajiban
temporal.
3. Jalan yang benar untuk mencapai keselamatan dan penggabungan dengan
Tuhan tidak memerlukan penolakan dari dunia atau hal lainnya, tetapi
menjalani kehidupan rumah tangga yang jujur dan menghindari godaan
duniawi dan dosa.
4. Sikhisme mengutuk ritual buta seperti puasa, mengunjungi tempat-tempat
ziarah, takhayul, ibadah orang mati, dan menyembah berhala.
5. Sikh mengajarkan bahwa orang-orang dari berbagai ras, agama, atau gender
adalah sama di mata Tuhan. Ini mengajarkan kesetaraan penuh pria dan
wanita. Wanita dapat berpartisipasi dalam setiap fungsi agama atau
melakukan

upacara

Sikh

atau

memimpin

jemaat

dalam

doa.

(www.sikhs.org)

Universitas Sumatera Utara

2.5

Kesepuluh Guru
Ada sepuluh guru yang sampai saat ini menjadi guru yang memberikan

pengajaran tentang Sikh. Mereka juga merupakan orang-orang yang menulis
tentang ajaran-ajaran baik dalam agama ini yang dibuat kedalam Sri Guru Granth
Sahib.

2.5.1 Guru nanak dev
Guru Nanak sebagai guru pertama dari umat Sikh, seperti yang telah kita
saksikan, mengajarkan agama yang berbeda dengan agama Hindu. Ide
keagamaannya hampir-hampir sama dengan ajaran Islam. Namun sebagai ironi
sejarah, dengan berlalunya waktu, maka kaum Sikh yang menyatakan diri sebagai
pengikut Guru Nanak.11

Gambar 2.9 Guru Nanak Dev
Guru Nanak merupakan salah wsatu guru yang banyak memberi ajaran
yang di masukkan ke dalam kitab suci agama Sikh, yang dimana dalam
kesehariannya mereka sering membaca dan meneladani ajaran baik dari guru ini.

11

Tentang kesepuluh guru bersumber dari buku Bhagat Lakshman Singh, The Life and
Work of Guru Gobind Singh (terjemahan).

Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Guru angad dev
Guru Pewaris pertama dari Guru Nanak dan Guru yang kedua adalah Bhai
Lehna, belakangan disebut sebagai Guru Angad (1539–1552). Dia adalah
pengikut yang berbakti dari Guru Nanak, dan menjalani hidup sederhana seperti
guru besarnya. Sumbangan Guru Angad yang terbesar kepada sejarah Sikh dan
agamanya adalah pembagian naskah Punjabi. Gurmukhi, catatan yang di
dalamnya terdapat hymne dan kata-kata dari Guru Nanak. Ini membentuk inti dari
kitab suci Sikh yang belakangan hari berkembang menjadi Sri Guru Granth
Sahib.

Gambar 2.10 Guru Angad Dev

2.5.3 Guru amar das
Guru ketiga adalah Amar Das (1552–1574). Dia mengorganisir kaum Sikh
dalam 22 Manjis atau rayon, dan mendirikan lembaga dapur umum yang bebas
bea, disebut Guru-ka-Langgar, di mana orang-orang dari segala kasta makan

Universitas Sumatera Utara

bersama-sama. Dinyatakan bahwa Guru Amar Das sebagai pembaharu sosial yang
besar.

Gambar 2.11 Guru Amar Das

2.5.4

Guru ramdas ji
Guru keempat adalah Ramdas Ji (1574–1581). Dia memulai pembangunan

sebuah danau besar, disebut Amritsar (danau Nectar) dan merencanakan juga
pembangunan Kuil Emas di tengah-tengah danau itu. Ramdas mulai
mengumpulkan sumbangan tetap untuk manajemen masyarakat Sikh dan kegiatan
khusus resmi lainnya. Ramdas Ji adalah Guru yang pertama kali menunjuk
puteranya sendiri sebagai penggantinya, jadi dialah yang secara resmi menjadikan
Guru sebagai keturunan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.12 Guru Ramdas Ji

2.5.5

Guru arjan dev
Guru yang kelima, Arjun (1581 – 1606) yang memainkan peranan

menentukan dari sejarah kaum Sikh. Awal mulanya, dia meneruskan
pembangunan Kuil Emas dan menyediakan bagi kaum Sikh suatu markas dan
tempat berlatih. Kedua, dia mengumpulkan Kitab Suci Sikh, Sri Guru Granth
Sahib, di mana dia memasukkan karangannya sendiri bersama-sama keempat
pendahulunya. Ketiga, dia mengorganisir kaum Sikh dalam suatu masyarakat
terpisah dengan kitab suci tersendiri, dan menjadikan danau suci beserta kuil suci
mereka. Ini permulaan dari Negeri Sikh, dan Guru Arjun disebut oleh para
pengikutnya Sanchcha Padshah (Maharaja Sejati).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.13 Guru Arjan Dev

2.5.6 Guru har gobind
Guru yang keenam, Har Gobind (1606 – 1645), dikelilingi tukang pukul
dan memerintahkan para pengikutnya untuk mempersenjatai diri. Dalam kuil-kuil
Sikh, mengutip Kushwant Singh, “sebagai ganti menyanyikan puji-pujian
perdamaian, maka para jamaah memperdengarkan balada untuk menggugah
semangat kepahlawanan, sebagai ganti ceramah-ceramah agama, mereka
mendiskusikan rencana-rencana penaklukkan militer.” Mereka menjadi besar,
mempunyai angkatan bersenjata yang terlatih baik, terdiri dari infantri, kaveleri,
dan unit-unit arteleri. Di bawah kepemimpinan Har Gobind, mereka terlibat
konflik bersenjata dengan pasukan-pasukan kerajaan kaisar Shah Jehan dalam
beberapa kali pertempuran.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.14 Guru Har Gobind

2.5.7

Guru har rai
Guru ketujuh, Har Rai (1645 – 1661) adalah cucu Har Gobind. Dia tetap

menjaga semangat militer kaum Sikh. Dia bersahabat dengan putera Maharaja
Shah Jehan yang bersikap liberal, Dara Shikoh, dan membantunya dalam perang
perebutan tahta melawan Aurangzeb. Har Rai mengabaikan putera sulungnya
Ram Rai, karena yang belakangan ini mempunyai hubungan persahabatan dengan
Maharaja Moghul Aurangzeb, dan kemudian menunjuk putera keduanya, yakni
Har Krishan (1661–1664) sebagai penggantinya.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.15 Guru Har Rai

2.5.8 Guru har krishan
Har Krishan masih kanak-kanak ketika ditunjuk sebagai Guru. Kakaknya
yang lebih tua, Ram Rai memisahkan diri dan membentuk sekte yang terpisah.
Hari Krishen meninggal disaat dia berumur baru sembilan tahun. Di saat kematian
Guru Hari Krishan, maka beberapa orang menyatakan bahwa mereka berhak
menjadi gadi dari Guru.

Gambar 2.16 Guru Har Krishan

Universitas Sumatera Utara

2.5.9 Guru tegh bahadur
Orang yang akhirnya menjadi Guru ke sembilan adalah Tegh Bahadur
(1664–1675). Ram Rai sebagai saingan terdekat menjadi musuh bebuyutannya.
Rakyat India merasa tidak puas dengan kebijakan agama dari maharaja
Aurangzeb. Guru Tegh Bahadur berada di antara lawan maharaja yang melakukan
diskriminasi agama dan kurang toleran. Cunningham menulis bahwa Tegh
Bahadur telah mengorganisir rombongan perampok, dan menindas, serta
memaksa penduduk pedesaan.13 Ram Rai menarik perhatian Qadi yang marah
terhadap Guru. Qadi mengambil keuntungan di saat ketidakhadiran maharaja di
Delhi dengan memberlakukan hukum mati kepada Guru dengan alasan
memberontak Putera Guru Tegh Bahadur, Gobind Sind menjadi Guru berikutnya.

Gambar 2.17 Guru Tegh Bahadur
2.5.10 Guru gobind singh
Guru Gobind Singh merupakan guru kesepuluh dan sebagai guru terakhir
dari umat Sikh. Dia tidak mewariskan ajaran-ajarannya kepada keturunannya

Universitas Sumatera Utara

tetapi dia mewariskan semua ajaran termasuk ajaran kesembilan guru sebelumnya
kedalam sebuah kitab suci. Sehingga kitab suci tersebut dianggap sebagai guru
kesebelas yang dimana semua ajaran tentang agama Sikh tinggal di dalamnya.
Dalam

otobiografinya,

Bichitra

Natak,

dia

menulis:

“Tuhan

memerintahkan saya untuk pergi ke dunia. Pikiranku pada saat itu terpusat pada
bunga anggrek di kaki Tuhan. Saya tidak ingin pergi, tetapi Tuhan mengirimku ke
dunia dengan suatu mandat, firman Nya: ‘Aku pelihara engkau sebagai Putera Ku,
dan mengirimkan engkau untuk menegakkan kemuliaan dan menyelamatkan
rakyat.” Guru Gobind Singh melakukan suatu upacara yang disebut Khanda diPahul (Baptis Pedang), di mana dia memandikan lima murid yang terpilih disebut
Piyaras. Dia mengirimkan satu cawan besi dan menaruhkan beberapa gula dan air
di dalamnya. Kemudian dia mengaduknya dengan belati bersisi dua, dan
menyebut adukannya sebagai Amrita, dan kelima Piyara meminumnya kemudian
memakan sejenis bubur yang disebut Karah Parshad. Mereka diminta untuk
memakai nama ‘Singh’ (singa) dan memakai senjata pribadi serta memakai baju
perang.

Gambar 2.18 Guru Gobindh Singh

Universitas Sumatera Utara

2.6

Hari-Hari Besar Sikh
Berdasarkan wawancara kepada Bhai Dalip Singh, hari besar agama Sikh

adalah setiap hari lahir dan meninggalnya semua Guru, tahun baru Sikh dan juga
hari Vaisakhi atau hari jadi agama Sikh (1699).
No

Peristiwa / Nama Guru

Tanggal Peringatan
Kelahiran

Kematian

1

Tahun Baru Sikh

Tanggal 1 Bulan Cet atau 14 Maret

2

Vaisakhi

13 April

3

Guru Nanak Dev

15 April 1469

22 September 1539

4

Guru Angad Dev

31 Maret 1504

29 Maret 1552

5

Guru Amar Das

5 Mei 1479

1 September 1574

6

Guru Ram Das

24 September 1534

1 September 1581

7

Guru Arjan Dev

15 April 1563

30 Mei 1606

8

Guru Har Gobind

19 Juni 1595

3 Maret 1644

9

Guru Har Rai

26 Februari 1630

6 Oktober 1661

10

Guru Har Krishan

7 Juli 1656

30 Maret 1664

11

Guru Tegh Bahadur

1 April 1621

11 November 1675

12

Guru Gobind Singh

22 Desember 1666

7 Oktober 1708

Tabel 2.3 Hari Besar Agama Sikh

Gambar 2. 19 Kalender Sikh

Universitas Sumatera Utara