Analisis Musikal Dan Tekstual Ayat-Ayat Asa Di Waar Dalam Ibadah Mingguan Umat Sikh Di Gurdwara Tegh Bahadar, Medan Polonia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Sikh adalah ‘agama’ keenam terbesar yang ada di dunia (Jack David Eller

dalam Introducing Anthropology of Religion 2007: 187). Sikh didirikan oleh Guru
Nanak Dev Ji (1469-1539) di Punjab pada akhir abad ke-15, dan berkembang
pesat pada abad ke-16 sampai 17. Agama ini mayoritas berkembang pada
masyarakat suku Punjabi itu sendiri.
Pesatnya perkembangan agama Sikh juga menyebabkan terjadinya
penyebaran ke seluruh wilayah di dunia. Begitu juga dengan wilayah di Indonesia,
secara khusus di Sumatera Utara. Menurut Tengku Luckman Sinar (1991), dalam
tahun 1930 sudah lebih dari 5000 orang masyarakat Sikh tersebar di Sumatera
Utara antara lain di kota Medan, Binjai, Lubuk Pakam, Kisaran, Pematang
Siantar, Perbaungan, dan Tebing Tinggi.
Sikh secara umum merupakan salah satu ajaran agama. Akan tetapi,
menurut Bapak Daliph Singh1, kata Sikh itu sendiri mempunyai tiga makna,
yakni:

1. Belajar terus-menerus.
2. Hidup dalam kesederhanaan.
3. Percaya hanya kepada satu Tuhan yang disebut dengan Waheguru2.

Bapak Dalip Singh merupakan salah satu Pendeta kaum Sikh yang saat ini bertugas di
Gurdwara Tebing Tinggi.
Waheguru merupakan sebutan kepada Tuhan kaum Sikh.

Universitas Sumatera Utara

Seperti semua agama yang ada di dunia, Sikh juga memiliki tata cara
penyembahan tersendiri terhadap Waheguru. Penyembahan rutin mereka salah
satunya ialah ibadah bersama jemaat yang mereka lakukan di Gurdwara3 setiap
hari Minggu yang dimulai pukul 09.00 WIB dan biasanya berakhir pada pukul
12.00 WIB. Setelah mengikuti ibadah secara langsung, penulis mendapati bahwa
ibadah Sikh terdiri dari 3 bagian besar yang dimulai dengan pelaksanaan Asa Di
Waar lalu Kirtan dan diakhiri dengan Ardas. Asa Di Waar berasal dari kata ‘Asa’
yang mempunyai arti pengharapan, ‘Di’ yang artinya ‘kepada Tuhan’, dan Waar
yang artinya nyanyian. Jadi Asa Di Waar dapat diartikan sebagai nyanyiannyanyian yang berisi tentang perngharapan kepada Tuhan. Asa Di Waar
merupakan kumpulan 24 ayat yang diambil dari halaman empat ratus enam puluh

dua sampai empat ratus tujuh puluh lima (462-475) kitab suci Sikh yang bernama
“Sri Guru Grant Sahib” yang biasanya untuk mempermudah penggunaannya
dibuat ke dalam 1 buah buku. Kirtan adalah bentuk pemujaan kepada Waheguru.
Ayat yang dimaksudkan dalam hal ini menurut umat Sikh adalah kumpulan dari
beberapa kalimat yang merujuk pada tujuan yang sama yang dijadikan dalam satu
bagian besar. Ini dilakukan dengan menyanyikan lagu-lagu pujian yang diambil
dari kitab suci Sri Guru Granth Sahib. Ardas adalah doa yang umum bagi umat
Sikh dan biasanya dilakukan di akhir ibadah. Ini adalah suatu cara untuk
mengingat Waheguru, kesepuluh guru dan juga pengorbanan yang dilakukan
semua umat Sikh.

3

Gurdwara ialah nama rumah ibadah kaum Sikh. Gurdwara artinya gerbang menuju
Guru. Gurdwara dapat dikenali dari jauh dengan tiang tinggi yang diujungnya berkibar bendera
berwarna kuning yang mereka sebut dengan Nishan Sahib (bendera kaum Sikh).

Universitas Sumatera Utara

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis lebih lanjut akan membahas tentang

Asa Di Waar secara spesifik, yang merupakan bagian pertama dalam tata ibadah
mingguan Sikh karena bagian kedua dan ketiga dari ibadah agama Sikh telah
dibahas lebih dahulu pada karya ilmiah dalam bentuk skripsi.
Asa Di Waar merupakan kidung pujian yang selalu menjadi pendahuluan
dalam ibadah. Asa Di Waar dalam ibadah rutin umat Sikh biasanya dinyanyikan
dengan iringan ensambel musik, seperti harmonium dan tabla. Asa Di Waar
memakai konsep repetisi dalam pelaksanaannya, sebagai contoh ayat pertama
dinyanyikan oleh pemimpin (yang bertindak sebagai pimpin di sini ialah pemusik
secara langsung) lalu ayat itu diulangi lagi oleh para peserta (yang bertindak
sebagai peserta adalah jemaat). Demikian seterusnya sampai ayat ke-24 selesai
dinyanyikan. Asa Di Waar biasanya berdurasi kurang lebih sembilan puluh (90)
menit.
Dalam pelaksanaannya, Asa Di Waar berarti membaca ayat-ayat yang
berupa pengharapan kepada Waheguru dengan cara dinyanyikan. Oleh sebab
penyajian dinyanyikan maka Asa Di Waar memiliki melodi dan teks. Dalam hal
ini, Asa Di Waar dilaksanakan dengan cara strofik; yaitu melodinya dinyanyikan
secara berulang-ulang tetapi teksnya berubah-ubah sesuai dengan isi setiap ayat.
Lebih lanjut penulis ingin melihat hubungan antara teks dan melodi (musikal)
pada Asa Di Waar. Hal ini menjadi satu dari beberapa alasan penulis untuk
mengangkat topik ini sebagai objek penelitian.

Hal lain yang menjadi kepentingan penulis untuk mengangkat judul ini
sebagai karya ilmiah ialah menurut hasil wawancara dengan bapak Daliph Singh,

Universitas Sumatera Utara

penulis mendapati bahwa ke-24 ayat pada Asa Di Waar memiliki cerita dan
makna tersendiri. Sehingga penulis ingin melihat lebih jauh tentang makna yang
terkandung di dalam Asa Di Waar ini.
Asa Di Waar ini merupakan bagian dari ibadah keagaaman, maka
penelitian dilakukan di Gurdwara Tegh Bahadar, yang terletak di Jalan Polonia,
Medan. Lebih lanjut, tesis ini akan diberi judul, “Analisis Musikal dan Tekstual
Pembacaan Ayat-Ayat Asa Di Waar dalam Ibadah Mingguan Umat Sikh di
Gurdwara Tegh Bahadar, Medan Polonia.”

1.2

Pokok Permasalahan
Dalam penulisan proposal ini, penulis membuat batasan masalah untuk

menghindari ruang lingkup pembahasan yang meluas. Selain itu, batasan masalah

juga berguna untuk memfokuskan pokok pembahasan dalam tulisan ini.
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah:
1.

Bagaimanakah struktur musik pembacaan Asa Di Waar dalam ibadah di
Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan.

2.

Bagaimanakah struktur teks pembacaan Asa Di Waar yang disajikan pada
ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan.

3.

Bagaimanakah makna teks berdasarkan pokok pikiran yang terkandung dalam
pembacaan Asa Di Waar pada ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh
Bahadar, Polonia, Medan.

Universitas Sumatera Utara


1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis struktur musik yang terdapat pada pembacaan Asa Di
Waar dalam ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar,
Polonia, Medan.
2. Menganalisis struktur teks pada pembacaan Asa Di Waar dalam
Ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan.
3. Menganalisis makna teks berdasarkan pokok pikiran yang terdapat
dalam pembacaan Asa Di Waar dalam ibadah masyarakat Sikh di
Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan.

1.3.2 Manfaat penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang analisis tekstual dan musikal serta
memberitahukan pokok pikiran yang terkandung dalam pembacaan
Asa Di Waar dalam ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh

Bahadar, Polonia, Medan.
2. Sebagai salah satu referensi ilmiah yang dapat memberikan suatu
kajian musikologis suatu ibadah religi yang mengandung unsur-unsur
musikal kepada disiplin ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni
khususnya, dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Universitas Sumatera Utara

3. Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya
yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini.
4. Memperluas

pengetahuan

dan

wawasan

penulis


dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di jurusan
Penciptaan dan Pengkajian Seni.

1.4

Tinjuan Pustaka
Untuk menghindari pengulangan kajian yang sama, perlu dilakukan

serangkaian studi terdahulu yang berada dalam lingkup yang sama tetapi pada
fokus yang berbeda yakni mengkaji berbagai literatur yang membahas tentang
pembacaan Asa Di Waar, analisis teks dan musikal, serta peranan musik pengiring
dalam ibadah agama Sikh. Tulisan-tulisan tentang topik ini, sebahagian besar
adalah berupa skripsi di Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra (kini menjadi
Fakultas Ilmu Budaya), Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam bentuk skripsi sarjana Etnomusikologi antara lain adalah sebagai
berikut:
(1) Skripsi oleh Rina Simanjuntak dengan judul “Analisis Musikal dan Tekstual
Pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji pada Upacara Pahila Parkas Dihara

Masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Kota Tebing
Tinggi.” Dari skripsi ini penulis penting melihat bagaimana pembacaan kitab suci
mereka dan apakah Asa Di Waar juga dilaksanakan dalam upacara tersebut.
(2) Skripsi oleh Andro Mahardika dengan judul “Analisis Melodis Harmonium
dan Pola Ritem Tabla dalam Mengiring Ibadah Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar

Universitas Sumatera Utara

Polonia Medan.” Dari skripsi ini penulis penting melihat bagaimana hubungan
alat musik tersebut dalam pembacaan Asa Di Waar pada ibadah.
(3) Skripsi oleh Nehemia Herwinka Silaban dengan judul “Studi Deskriptif Kirtan
pada Ibadah Mingguan Masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia
Medan : Kajian Struktur Melodi dan Tekstual.” Dari skripsi ini penulis penting
melihat bagaimana kaitan Kirtan dengan Asa Di Waar dalam ibadah.
(4) Skripsi oleh Marini Pratiwi Sinaga dengan judul “Analisis Tekstual dan
Musikal Asa Di Waar Dalam Ibadah Agama Sikh di Gurdwara Perbandak
Committee, Tengku Umar, Medan”. menjadi acuan penulis untuk meneliti dan
menulis lebih dalam tentang Asa Di Waar dalam ibadah agama Sikh karena tesis
ini merupakan karya ilmiah lanjutan dari skripsi yang ditulis oleh penulis. Adanya
perbedaan karya ilmiah yang sudah ditulis sebelumnya dengan tesis yang akan

penulis lakukan terletak pada bagaimana pembacaan kitab ini dilakukan dalam
ibadah, bagaimana setiap ayat yang terdiri dari dua puluh empat ayat tersebut
dilantunkan dengan nyanyian, lalu seperti apa kaitannya dengan ansambel musik
pengiringnya.
(5) Skripsi Oleh Sandro Batubara dengan judul “Studi Deskriptif Pengucapan
Mantra Dalam Konteks Upacara Mandalabhisekam

Pada Masyarakat Hindu

Tamil Di Kuil Shiri Balaji Venkateshwara Koil Medan.” Dari Skripsi ini penulis
menemukan bahwa di dalam pembacaan itu menggunakan melodi lagu yang
statis. Hal ini juga terdapat di dalam pembacaan garapan musikal pembacaan Asa
Di Waar.

Universitas Sumatera Utara

(6) Skripsi oleh Thari Mayaratu dengan judul “Ajaran Ketuhanan Dalam Agama
Sikh”. Dari skripsi ini penulis mendapatkan pengetahuan tentang seperti apa
ajaran umat Sikh terhadap Ketuhanan yang mereka percayai. Hal ini juga terkait
dengan bagaimana mereka menilai Asa Di Waar patut untuk dilantunkan kepada

Tuhan yang mereka percaya.
(7) Tesis doktor oleh Sarjit S. Gill dengan judul “Peranan Gurdwara dalam
Pembentukan Identiti Sikh di Malaysia: Antara Ideal dan Praktis”. Dari tesis ini
penulis mendapat pandangan tentang Gurdwara sebagai tempat ibadah mendapat
arti yang begitu besar bagi umat Sikh. Hal ini juga dibicarakan oleh penulis dalam
karya ilmiah ini.
(8) Skripsi oleh Ayu Sri Mahasti dengan judul “Pangguni Uttiram (Suatu Ritual
Hindu Tamil di Kuil Shri Thendayudabani, Kota Lubuk Pakam, Sumatera
Utara)”. Skripsi ini memperlihatkan seperti apa nyanyian berfungsi dalam
berlangsungnya ritual agama bagi umat Hindu Tamil. Hal ini juga berkaitan
dengan karya ilmiah penulis tentang bagaimana nyanyian berfungsi dalam
peribadahan umat Sikh di Gurdwara.
(9) Skripsi oleh Destri Damayanti Purba dengan judul . “Studi Deskriptif Musik
dalam Konteks Upacara Adhi Tiruwila pada Masyarakat Hindu Tamil di Kuil Shri
Singgama Kali Koil Medan.” Dari skripsi ini penulis melihatnya adanya bahwa
musik yang dimainkan pada ibadah upacara di kuil ini mempunyai kesamaan
dengan yang ada di Gurdwara umat Sikh.
Penulis juga sangat terbantu dengan adanya kemajuan internet saat ini,
yang menyediakan banyak informasi yang kita butuhkan. Dengan melakukan

Universitas Sumatera Utara

penelusuran data online dari beberapa situs internet, penulis mendapat banyak
anjuran-anjuran situs lain seperti id.wikipedia.org, repository USU, blog-blog
(sebagai contoh: http://www.dw.com/id/asal-usul-agama-kaum-sikh/a-16151272),
dokumen PDF, dan lain-lain. Semua informasi dan data yang didapat baik melalui
skripsi, buku, artikel dan internet membantu penulis untuk mempelajari dan
membandingkannya demi kesempurnaan penulisan proposal ini.

1.5

Konsep dan Kerangka Teori

1.5.1 Konsep
Menurut R. Merton (dalam Koentjaraningrat 1994: 21), konsep merupakan
defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel
mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris. Maka dari itu,
penulis akan memaparkan beberapa konsep yang berhubungan dengan tulisan ini.

1.5.1.1 Konsep yang digunakan
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis akan menggunakan beberapa
teori, di antaranya:
1. Konsep Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 37), analisis
adalah penguraian suatu pokok permasalahan atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Dengan demikian, kata analisis dalam penulisan ini berarti hasil analisa

Universitas Sumatera Utara

objek penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian yang akan dibahas
dalam tulisan ini adalah ibadah rutin masyarakat Sikh dan pokok
pembahasan difokuskan pada Asa Di Waar yang disajikan secara musikal
serta makna teks yang terdapat di dalamnya. Analisis pemikiran tekstual
akan menguraikan teks daripada Asa Di Waar serta hubungannya dengan
musikal yang didapat di dalamnya serta ansambel musik pengiring.

2. Konsep Musik
Menurut Musik adalah kejadian bunyi atau suara dapat dipandang
dan dipelajari jika mempunyai kombinasi nada, ritem dan dinamika
sebagai komunikasi secara emosi estetika atau fungsional dalam suatu
kebiasaan atau tidak berhubungan dengan bahasa (Malm dalam terjemahan
Takari 1993: 8)4. Dari pengertian musik tersebut, dapat dipahami bahwa
musikal merupakan hal yang berkenaan atau mengandung unsur musik.
H. Lang dan L. Harp dalam Harvad Dictionary of Music tulisan
Willi Apel (1965: 473) berpendapat, bahwa musikologi menyatukan
domain-domain seluruh ilmu yang menyangkut produksi, rupa, dan
aplikasi dari fenomena fisik bunyi. Berdasarkan beberapa konsep di atas,
maka dapat dikatakan bahwa untuk mengkaji struktur musik dalam
pembacaan kitab Asa Di Waar digunakan pendekatan musikologi.

Music Culture of the Pasific, the Near East and Asia karya William P. Malm tahun 1977
yang dialih bahasakan menjadi Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah dan Asia oleh
Muhammad Takari, Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara pada
tahun 1993.

Universitas Sumatera Utara

Asa Di Waar yang merupakan pembacaan ayat dari isi kitab yang
dilakukan pada ibadah masyarakat Sikh dapat penulis nyatakan sebagai
bahan kajian etnomusikologi karena mengandung unsur musikal atau dapat
dikategorikan sebagai nyanyian yang di dalamnya terdapat kombinasi yang
mengandung unsur nada, ritem dan dinamika.

3. Konsep Teks
Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang,
kutipan dari Kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis
untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1995: 1024). Dari pengertian teks
tersebut, maka tekstual merupakan hal yang berhubungan atau berkaitan
dengan teks. Sesuai dengan tulisan ini, maka pengertian teks yang dipakai
adalah kutipan dari Kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan yang
kemudian akan dianalisa makna yang terkandung dalam teks tersebut.
Pengertian masyarakat (society dalam Bahasa Inggris) dalam
Oxford Advanced Learner’s Dictionary sixth edition (2000: 1226) adalah:
(1) people in general, living together in communities; (2) a
particular community of people who share the same customs,
laws, etc; (3) a group of people who join together for a
particular purpose; (4) the group of people in a country who are
fashionable, rich and powerful; (5) the state of being with other
people
(orang-orang yang secara umum hidup bersama dalam komunitas; sebuah
komunitas khusus oleh orang-orang yang berbagi dalam adat istiadat yang
sama, norma-norma yang sama dan sebagainya; sekelompok orang-orang

Universitas Sumatera Utara

yang saling terikat untuk tujuan khusus; sekelompok orang-orang dalam
satu negara yang modern, kaya dan berkuasa; tempat di mana tinggal
dengan orang lain).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah sekelompok orang-orang yang tergabung dalam satu
komunitas yang mempunyai kebiasaan atau adat istiadat yang sama,
norma-norma yang sama, kepentingan atau tujuan yang sama, dan banyak
persamaan lain yang saling terikat satu dengan yang lain.
Kata Sikh yang dalam bahasa Punjabi:

฀฀฀฀,

berasal dari bahasa

Sansekerta yaitu śisya yang berarti “murid, mahasiswa” atau śiksa yang
berarti “pelajaran”. Menurut pasal I dari “Rehat Maryada“ (norma dan
ketentuan tingkah laku dalam Sikh), seorang Sikh didefinisikan sebagai
“setiap manusia yang setia percaya pada Yang Kekal; Kesepuluh Guru5,
dari Sri Guru Nanak Dev sampai Sri Guru Gobind Singh; Sri Guru Granth
Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan baptisan yang
diwariskan oleh kesepuluh Guru, dan yang tidak berutang setia kepada
agama lain”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembacaan merupakan
proses atau cara membaca, dan musikal adalah segala sesuatu yang
berkenaan dengan musik. Nyanyian merupakan bagian dari musik karena
mengandung unsur musik. Asa Di Waar merupakan ayat-ayat suci yang
Ada sepuluh guru dalam ajaran Sikh, yaitu: (1) Sri Guru Nanak Dev Ji, (2) Sri Guru Anggad Dev
Ji, (3) Sri Guru Amardas Ji, (4) Sri Guru Raamdas Ji, (5) Sri Guru Arjan Dev Ji, (6) Sri Guru
Hargobind Sahib Ji, (7) Sri Guru Har Rai Ji, (8) Sri Guru Har Krishan Sahib Ji, (9) Sri Guru Tegh
Bahadur Sahib Ji, (10) Sri Guru Gobind Singh Ji.

Universitas Sumatera Utara

dilantunkan dengan cara dinyanyikan dalam ibadah umat Sikh. Dalam
kajian ilmu Etnomusikologi, hal ini disebut dengan “chanting”.

4. Konsep Pokok Pikiran
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pokok pikiran adalah
istilah yang dipakai baik secara populer maupun dalam bidang filsafat
dengan pengertian umum “citra mental”. Pokok pikiran juga merupakan
rancangan yang tersusun di pikiran, yang bisa juga disebut dengan citacita. Pokok pikiran menyebabkan timbulnya konsep, yang merupakan
dasar bagi segala macam pengetahuan, baik sains maupun filsafat.
Ayat-ayat Asa Di Waar merupakan ayat-ayat suci yang
dilantunkan. Setiap umat yang melantunkannya juga memiliki konsep dan
cita-cita. Sesuai dengan wawancara dengan bapak Pendeta Dalbir6, umat
Sikh memiliki pokok pikiran terhadap Asa Di Waar yang mereka
lantunkan. Dari kedua puluh empat ayat, ayat Asa Di Waar memiliki
pokok pikiran dari ayat pertama sampai kedua puluh dua. Ayat kedua
puluh tiga dan kedua puluh empat tidak lagi memiliki pokok pikiran.
Karena kedua ayat terakhir merupakan ayat penutup Asa Di Waar. Pokok
pikiran yang nantinya akan penulis paparkan pada penjelasan lebih lanjut
merupakan pokok pikiran menurut umat Sikh.

I for a ku ci ya g saat i i

elaya i di Gurdwara Sari Rejo, Meda

Ja uari

Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Kerangka teori
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, teori diartikan sebagai suatu
keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) dan asas-asas, hukum-hukum
yang dijadikan dasar sesuatu serta pendapat cara-cara dan aturan-aturan untuk
melakukan sesuatu.

1.5.2.1 Teori yang digunakan
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis akan menggunakan beberapa
teori, di antaranya:
1. Teori Stukturalisme
Dalam menganalisa teks-teks yang terdapat dalam Asa Di Waar,
penulis memperhatikan beberapa teori. Seperti teori yang dikemukakan
oleh William P. Malm (1977:17-18) yang diterjemahkan oleh Rizaldi
Siagian, yaitu bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila
setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut
silabis. Sebaliknya apabila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa
nada disebut melismatis. Studi tentang teks juga memberikan kesempatan
untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen
pada musik, serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah
kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi.

Universitas Sumatera Utara

2. Teori Upacara
Selaras dengan pengertian upacara menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia bahwa upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang
terkait pada aturan tertentu menurut adat atau agama, penulis
mengkategorikan ibadah Sikh ke dalam bagian dari upacara. Asa Di Waar
yang merupakan bagian dari ibadah Sikh memiliki komponen-komponen
pada pelaksanaannya. Untuk menjelaskan tentang komponen-komponen
tersebut,

penulis

menggunakan

teori

yang

dikemukakan

oleh

Koentjaraningrat (1990 : 377) bahwa ada 4 komponen penting dalam
upacara, yaitu (1) tempat upacara, (2) waktu upacara, (3) benda-benda dan
alat-alat upacara, (4) pendukung dan pemimpin upacara.

3. Teori Ethnosciense
Menurut Carol M. Eastman dalam buku Aspects of Language and
Culture mengatakan, “Ethnoscience refers to the study of folk conceptual
systems in order to discover the conceptual world of a people through
their linguistic categories.” Hal ini menjadi acuan penulis bagaimana
penulis melihat bahwa etnosains merupakan ilmu yang mempelajari
tentang konsep masyarakat dan cara pandang mereka. Pandangan ini
mengacu pada bagaimana masyarakat melihat segala sesuatu dari sudut
pandang mereka sendiri. Begitu pula dengan pokok pikiran yang nanti
akan dibahas, pokok pikiran ini juga akan dilihat dari pandangan umat Sikh
itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

4. Teori Weighted Scale
Dalam bahasan yang lebih dalam, untuk menganalisis struktur
musik dalam Asa Di Waar, penulis menggunakan teori weighted scale
(bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi, yaitu (1) tangga nada
(scale), (2) nada dasar (pitch centre), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah
pemakaian nada (frequency of not), (5) jumlah interval, (6) pola-pola
kadensa, (7) formula melodi, dan (8) kontur. Kedelapan point ini akan
dipakai dalam penganalisaan stuktur musik.

5. Teori Analisis Melodi
Untuk menganalisis melodi yang terdapat dalam Asa Di Waar,
penulis menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Nettl yang
menyatakan,

ada

2

pendekatan

yang

dapat

digunakan

untuk

mendeskripsikan musik, yaitu : (1) Menganalisis dan mendeskripsikan apa
yang didengar, (2) Mendeskripsikan dan menulis apa yang dilihat. Dalam
mentranskripsi Asa Di Waar, penulis akan menggunakan kedua pendapat
tersebut, karena dalam melakukan analisis nantinya penulis akan
menganalisa musik dari apa yang dilihat dan data yang didapat di
lapangan, dan juga dari apa yang didengar pada saat penelitian di
lapangan.

Universitas Sumatera Utara

6. Teori Transkripsi
Menurut Nettl (1964:99), bahwa transkripsi adalah suatu proses
menotasikan bunyi atau membuat menjadi sumber visual. Dan pengertian
tersebut merupakan hal yang mendukung dari pembahasan skripsi ini.
Untuk menotasikan Asa Di Waar, penulis juga menyatakan bahwa ada dua
jenis notasi musik, yaitu : (1) Notasi Preskriptif, notasi yang bertujuan
menyajikan sebuah komposisi dari musik yang di dengar, (2) Notasi
Deskriptif, notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca
ciri-ciri atau detail-detail dari komposisi musik yang belum diketahui oleh
pembaca. Dalam pembahasan ini lebih lanjut, penulis akan menggunakan
notasi Deskriptif karena dalam penulisan ini akan memberikan informasiinformasi dan kajian detail yang terdapat dalam komposisi musik Asa Di
Waar.

7. Teori Analisis Wacana
Menurut Alex (2009) dalam bukunya “Analisis Teks Media Suatu
Pengantar untuk Analisis Wacana”, ada banyak model analisis wacana
yang diperkenalkan dan dikembnagkan oleh para hali, seperti model yang
dikembangkan oleh Roger Fowler dkk (1979), Theo Van Leeuwen (1986),
Sara Mills (1992), Norman Fairclough (1998) dan Teun A. Van Dijk
(1998). Tetapi model analisis wacana yang banyak digunakan adalah
model analisis wacana Van Dijk, yang menjelaskan bahwa struktur dan
proses terbentuknya wacana tidak cukup hanya dengan memperhatikan

Universitas Sumatera Utara

analisis teks saja, karena teks merupakan hasil dari sebuah praktek yang
harus diperhatikan. Oleh karen itu, van Dijk mengkemas kerangka analisis
wacana dalam tiga sub-bagian, yaitu:
1. Struktur Makro. Bagian ini merupakan bagian penjelasan secara
keseluruhan, dari bagian ini kita dapat melihat tema dari suatu wacana
supaya nantinya kita bisa melihat lebih detail bagian-bagian yang lebih
dalam. Jadi struktur makro ingin melihat secara garis besar dari sebuah
wacana yang disajikan. Dalam penulisan ini nantinya, struktur makro
membantu penulis untuk melihat Asa Di Waar dalam ibadah secara
keseluruhan sejak awal sampai akhir pembacaan.
2. Superstruktur. Bagian ini merupakan bagian keterkaitan antara satu
unsur dengan unsur yang lain sehingga nantinya dapat menjadi satu
wacana yang utuh. Sejalan dengan penulisan karya ilmiah ini, penulis
akan melihat bagaimana satu unsur dengan unsur yang lain saling
terkait dalam keberlangsungan pembacaan Asa Di Waar, seperti
bagaimana keterkaitan serta komunikasi umat Sikh dengan Tuhan yang
mereka yakini, dan lain sebagainya.
3. Struktur mikro. Bagian ini berfokus pada hal-hal yang sifatnya lebih
kecil seperti latar belakang, isi yang dapat diketahui dengan jelas,
menganilisis kata dan kalimat dari wacana. Sub bagian ini melihat halhal yang sifatnya lebih kecil, untuk nantinya juga akan dapat
digabungkan menjadi satu wacana yang utuh.

Universitas Sumatera Utara

8. Teori Semiotika Budaya
Menurut Charles Sanders Peirce (Berger, 2000 b:14, dalam Sobur,
2006: 34-35) menandaskan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objekobjek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab
akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tandatanda tersebut. Dalam melihat teks dalam pembacaan Asa Di Waar,
penulis mencoba menggunakan teori ini untuk melihat tanda-tanda yang
ada dalam teks tersebut yang bisa memberikan makna.

1.6

Metode Penelitian
Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut,

untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan (Koentjaraningrat 1990:41).
Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari
fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan
sesuatu (menurut kamus Webster’s New International dalam Nazir 1988: 13).
Jadi, metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta
atau kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang
bersangkutan.
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode pendekatan
kualitatif yang mengutamakan kualitas data. Data yang disajikan dalam bentuk
kata-kata atau kalimat dan datanya adalah data primer seperti data asli hasil
wawancara langsung dengan informan pangkal dan informan kunci dan juga data

Universitas Sumatera Utara

sekunder seperti dokumen dan dalam penelitian-penelitian yang menggunakan
metode pengamatan terlibat atau participant observation (Sitorus 2003: 25).

1.7

Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini dibagi atas enam bab. Bab pertama yang merupakan

pendahuluan dari seluruh bab menjelaskan tentang latar belakang masalah, pokok
permasalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, konsep dan kerangka
teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan teknik pengumpulan data. Bab
kedua menjelaskan tentang identifikasi masyarakat Sikh di kota Medan. Bab
ketiga menjelaskan tentang deskripsi Asa Di Waar pada ibadah rutin Sikh. Bab
empat membahas tentang analisis pokok pikiran Asa Di Waar. Bab lima
membahas tentang analisis musik dan teks Asa Di Waar dalam ibadah agama
Sikh. Bab enam yang merupakan penutup dari tesis ini akan memaparkan tentang
simpulan dan saran dari penulis.

1.8

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi yang dilandasi dengan
studi kepustakaan terutama untuk menemuka teori yang relevan dengan topik
penelitian.

Universitas Sumatera Utara

1.

Observasi
Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan

data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai
alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut
dan kulit (Bungin 2007: 115).
Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui
langsung detail Asa Di Waar pada masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar.
Selain melakukan pengamatan langsung dalam ibadah masyarakat Sikh, penulis
juga menjalin komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang
merupakan masyarakat Sikh itu sendiri.

2.

Wawancara
Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data

yang tidak didapat melalui observasi.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden
dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau
panduan wawancara (Nazir 1988: 234).
Lebih lanjut Sitorus (2003:32-33) menjelaskan tentang bentuk-bentuk wawancara.
Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada
dasarnya sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu
berstruktur, tidak berstruktur, atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau
dari segi pelaksanaannya, wawancara berstruktur disebut juga
wawancara terpimpin karena pewawancara telah membawa
sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara
tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya
bebas menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas

Universitas Sumatera Utara

terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin.
Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan
garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.
Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data
adalah wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya.
Langkah awal yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah
pertanyaan yang terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di
lapangan yang dihadapi penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga
muncul selain dari pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari
percakapan yang berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa
ingin tahu yang tinggi. Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan
wawancara kombinasi dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar
tentang hal yang akan ditanyakan.
Dalam penelitian ini penulis menentukan Bapak Dalip Singh sebagai
informan kunci karena beliau adalah salah satu pendeta Sikh di kota Tebing
Tinggi yang mengerti banyak tentang agama ini dan mampu berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia. dan sebagai informan pangkal penulis menentukan Ibu
Rajbir sebagai pemusik ibadah yang sering mengiringi Asa Di Waar dalam ibadah
di Gurdwara. Selain itu penulis juga mewawancarai pemain musik, dan beberapa
jemaat yang hadir.

3.

Perekaman atau dokumentasi
Untuk mendokumentasikan data yang berhubungan dengan Asa Di Waar

di Gurdwara Tegh Bahadar, penulis menggunakan kamera digital dan handycam

Universitas Sumatera Utara

sebagai media rekam. Adapun spesifikasi kamera digital yang digunakan adalah
merk Canon IXUS 80 IS, sedangkan spesifikasi handycam yang digunakan adalah
merk Sony Handycam DCR-SR65.

1.9

Teknik Analisis Data
Keseluruhan informasi dan bahan yang dikumpulkan dan diperoleh dari

studi kepustakaan dan hasil penelitian lapangan kemudian diolah, diseleksi, dan
disaring dalam kerja laboratorium untuk dijadikan data sesuai dengan objek
penelitian untuk penulisan tesis. Data yang dipergunakan untuk penulisan skripsi
ini adalah data-data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Penciptaan dan
Pengkajian Seni.
Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah menganalisis data.
Menurut Bungin (2007:153), ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data
kualitatif, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial
dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan (2)
menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena
sosial tersebut. Dengan menggunakan cara analisis ini, hasil penelitian akan
diungkapkan secara deskriptif berdasarkan data-data yang diperoleh. Analisis
kualitatif yang digunakan oleh penulis, dipakai untuk membahas komponen
pendukung Asa Di Waar pada masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar,
Polonia, Medan. Komponen pendukung tersebut adalah pemimpin ibadah, teks
nyanyian, alat musik, dan masyarakat Sikh yang ada di Gurdwara Tegh Bahadar,
Polonia, Medan.

Universitas Sumatera Utara

1.10

Lokasi, Jadwal, dan Pengalaman Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Gurdwara Tegh Bahadar jalan Polonia,

Medan. Alasan memilih lokasi tersebut karena merupakan satu dari empat
Gurdwara yang terdapat di Sumatera Utara dan selalu mengadakan ibadah rutin
setiap bagi masyarakat Sikh di tempat tersebut.
Rentang waktu yang digunakan dalam pelaksaan penelitian ini
direncanakan berkisar 6 bulan yang terbagi atas perumusan masalah 1 bulan,
tahap pengkajian untuk memperoleh pengetahuan teoretis tentang aspek yang
akan diteliti dalam pengumpulan data di lapangan 2 bulan, sedangkan tahap
analisis data dan deskripsi hasil penelitian 3 bulan. Sehingga diupayakan karya
ilmiah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Pengalaman yang dialami penulis semasa penelitian adalah penulis
menjadi pengamat terlibat (participant observer). Penulis ikut dalam ibadah
agama Sikh, walau tetap menjaga jarak sebagai peneliti. Penulis juga merasakan
apa yang dirasakan oleh para informan pelaku ibadah ini. Dalam melakukan
wawancara pada saat penelitian tentunya ditemui beberapa kendala. Proses
pendekatan kepada para informan menjadi pengalaman baik juga untuk
bagaimana pendekatan yang dapat dilakukan sehingga informan bersedia
menjawab setiap pertanyaan dan memberikan informasi yang akurat sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
Tesis ini merupakan tulisan lanjutan dari skripsi penulis. Dalam kajian
tesis ini, penulis menemukan hal-hal baru yang belum ditemukan pada saat
pengerjaan skripsi. Hal yang berbeda yang menjadi kajian penulis dalam tesis ini

Universitas Sumatera Utara

adalah, adanya pembahasan tentang pokok pikiran dalam setiap ayat. Hal ini yang
menjadi pengembangan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Adanya
kekurangan dalam penulisan skripsi, penulis tidak mendapati pengetahuan tentang
bahwasanya dari kedua puluh empat ayat tersebut hanya memiliki dua puluh dua
pokok pikiran. Sehingga dari penelitian tesis yang dilakukan, penulis mendapat
pengalaman penelitian yang lebih baru dan menarik.

Universitas Sumatera Utara