PERAN BANK INDONESIA DALAM STABILITAS KE (2)

PERAN BANK INDONESIA DALAM STABILITAS KEUANGAN
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem
pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga
stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
(perbankan dan sistem pembayaran).
Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas
moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan
banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat
dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan
terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas
keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan
moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi
kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem
keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan
secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara
fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan
akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang
menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga
masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.

Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam
memelihara stabilitas sistem keuangan? Sebagai bank sentral,

Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup
kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas
moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi
pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal
ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak
langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter
melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan
cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas
moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang
disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan
kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan.

Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan
melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di
negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang
dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di
sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan
mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya
kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan
yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui

kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta
penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang
ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan
disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh.
Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement)
dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta
sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan.
Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara
berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur
Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan

menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar
(failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem
pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius
dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan
tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular
(contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat
sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan
pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran
yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan
menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau
dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement)
yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem
pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank
Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi
risiko potensial dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank
Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai
mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara
macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan

sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential
shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui
riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan
indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor
keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan
menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam
sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman
sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of
the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional
Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna
menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi
sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi
normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank
yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu
terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal,
fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami
kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan
untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai

LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral
hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan

persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan
likuiditas tersebut.
elihara stabilitas Rupiah melalui stabilitas moneter dan didukung
oleh stabilitas keuangan. Jadi dalam prakteknya, fungsi untuk
menjaga stabilitas moneter tidak dapat terlepas dari fungsi
menjaga stabilitas sistem keuangan.
Strategi
Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan diperlukan strategi
monitoring stabilitas sistem keuangan dan solusi bila terjadi krisis.
Strategi tersebut mencakup koordinasi dan kerjasama,
pemantauan, pencegahan krisis dan manajemen krisis.

1. Koordinasi dan kerjasama
Upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, selain
dilakukan oleh Bank Indonesia juga oleh instansi terkait
lainnya. Jadi berbagai instrumen dalam stabilitas sistem
keuangan, tidak hanya ditentukan oleh bank sentral, tetapi

juga oleh otoritas lainnya. Untuk pengelolaan informasi dan
efektivitas kebijakan dalam stabilisasi sistem keuangan,
maka perlu adanya koordinasi antara lembaga tersebut. Hal
ini dimaksudkan agar setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh
otoritas yang terlibat dalam stabilitas sistem keuangan,
dapat terhindar dari pertentangan dan dampak negatif.

Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa koordinasi
sulit terjadi apabila fungsi pengawasan & pengaturan
perbankan dipisahkan dari bank sentral. Namun jika
pemisahan terpaksa harus dilakukan, maka koordinasi dapat
dilakukan melalui pembentukan Forum Stabilitas Sistem
Keuangan yang beranggotakan bank sentral (Bank
Indonesia), otoritas pengawas sistem keuangan, dan
pemerintah yang didukung oleh kekuatan hukum.
2. Pemantauan
Pemantauan terhadap stabilitas keuangan penting dilakukan
untuk mampu mengukur tekanan risiko yang akan timbul,
khususnya gangguan yang bersifat sistemik atau dapat
menciptakan krisis. Melalui deteksi dini ini, pencegahan

terjadinya instabilitas keuangan yang mematikan
perekonomian dapat dilakukan melalui kebijakan bank
sentral maupun pemerintah. Pemantauan stabilitas
keuangan merupakan tugas bank sentral yang merupakan
satu kesatuan dalam menjaga stabilitas keuangan. Ada dua
indikator utama yang menjadi target pemantauan, yakni
indikator microprudential dan indikator makroekonomi.
Kedua indikator tersebut saling melengkapi sebagai aksi dan
reaksi dalam sistem keuangan dan ekonomi. Pemantauan
indikator microprudential dilakukan terhadap kondisi mikro
institusi keuangan dalam sistem keuangan. Melalui

pemantauan ini dapat diketahui potensi risiko likuiditas,
risiko pasar, risiko kredit dan rentabilitas institusi keuangan,
yang dimaksudkan untuk mengukur ketahanan sistem
keuangan. Pemantauan indikator makroekonomi juga perlu
dilakukan terhadap kondisi makroekonomi domestik maupun
internasional yang berdampak signifikan terhadap stabilitas
keuangan. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut,
selanjutnya dilakukan analisis guna memprediksi kondisi

stabilitas sistem keuangan.

Indikator Pengukuran Stabilitas Sistem Keuangan
Indikator microprudential (Agregat)
Kecukupan modal

Indikator makroekonomi
Pertumbuhan ekonomi

§ Rasio modal agregat

§ Tingkat pertumbuhan agregat

Kualitas Aset

§ Sektor ekonomi yang jatuh

- Bagi Kreditur

BOP


§ Konsentrasi kredit secara sektoral

§ Defisit neraca berjalan

§ Pinjaman dalam mata uang asing

§ Kecukupan cadangan devisa

§ Pinjaman terhadap pihak terkait,

§ Pinjaman luar negeri (termasuk

kredit macet (NPL) dan

struktur jangka waktu)

pencadangannya

§ Term of trade


- Bagi Debitur

§ Komposisi dan jangka waktu

§ DER (rasio hutang thd modal), laba
perusahaan
Manajemen

Sistem

aliran modal
Inflasi

Keuangan

Sehat
§ Pertumbuhan jumlah lembaga
keuangan, dan lain-lain


yang

§ Volatilitas inflasi
Suku Bunga dan Nilai Tukar
§ Volatilitas suku bunga dan nilai
tukar

Pendapatan dan Keuntungan
§ ROA, ROE, dan rasio beban
terhadap pendapatan
Likuiditas
§ Kredit bank sentral kpd Lemb.Keu,

§ Tingkat suku bunga domestik
§ Stabilitas nilai tukar yang
berkelanjutan
§ Jaminan nilai tukar
Efek menular

LDR, struktur jangka waktu aset

§ Trade spillover

dan kewajiban

§ Korelasi pasar keuangan

Sensitivitas terhadap risiko pasar
§ Risiko nilai tukar, suku bunga dan
harga saham
Indikator berbasis pasar
§ Harga pasar instrumen keuangan,
peringkat kredit, sovereign yield

Faktor-faktor lain
§ Investasi dan pemberian
pinjaman yang terarah
§ Dana pemerintah pada sistem
perbankan
§ Hutang jatuh tempo

spread, dll.

3. Pencegahan Krisis
Pencegahan krisis dilakukan dengan cara mencegah
ketidakstabilan dalam sistem keuangan. Terdapat berbagai
langkah kebijakan untuk mengatasi ketidakstabilan dalam sistem
keuangan. Langkah-langkah tersebut diadopsi dari
standar/regulasi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga
internasional, seperti International Monetary fund (IMF), Bank for
International Settlement (BIS), maupun asosiasi profesional
lainnya.

4. Manajemen krisis
Meskipun pendekatan untuk mencegah timbulnya krisis cukup
banyak, namun tidak ada jaminan bahwa krisis tidak akan terjadi
lagi. Karena potensi terjadinya krisis selalu ada, maka perlu
adanya pengelolaan krisis. Manajemen krisis ini berisi prosedur
penyelesaian krisis dan kejelasan peran serta tanggung jawab
dari masing-masing institusi yang terlibat didalamnya. Apabila
suatu bank dinyatakan dalam kesulitan misalnya, maka
diperlukan langkah-langkah di bawah ini:

 Institusi yang berwenang harus menetapkan apakah bank
yang dinyatakan dalam kesulitan itu tergolong sistemik atau
tidak.
 Proses penyelamatan harus ditetapkan secara hukum
mengingat adanya penggunaan dana publik dalam proses
penyelamatan tersebut.
 Peran Bank Indonesia, otoritas pengawasan, dan pemerintah
harus ditetapkan secara jelas.


Fungsi dan Peranan Bank bagi perekonomian nasional



Fungsi dan Peranan Bank bagi perekonomian nasional



PENDAHULUAN
Bank mempunyai fungsi dan peranan penting dalam perekonomian nasional. jika di lihat
dari kondisi masyarakat sekarang, jarang sekali orang yang tidak mengenal dan tidak
berhubungan dengan Bank. Hampir semua orang berkaitan dengan lembaga keuangan.
Pada mulanya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang, sehingga dalam
sejarah perbankan arti bank di kenal sebagai meja tempat menukarkan uang, dimana
kegiatan penukaran uang tersebut sekarang dikenal dengan pedangang valuta asing
(money changer). Dalam perkembangan selanjutnya kegiatan perbankan berkembang lagi
menjadi tempat penitipan uang, yang kini di kenal dengan kegiatan simpanan (tabungan).
Kegiatan perbankan bertambah lagi sebagai tempat peminjaman uang. Kegiatan
perbankan terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat, dimana bank
tidak lagi sekedar sebagai tempat menukar uang atau tempat menyimpan dan meminjam
uang. Hingga akhirnya keberadaan bank sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi
masyarakat, hingga tingkat negara, dan bahkan sampai tingkat internasional.



LANDASAN TEORI
Mengenai fungsi perbankan Indonesia, secara umum diatur dalam Pasal 3 UU No. 7
Tahun 1992, yaitu: sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Adapun fungsi perbankan Indonesia secara luas adalah:
1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat atau penerima kredit.
2. Bank sebagai penyalur dana kepada masyarakat atau sebagai lembaga pemberi
kredit.
3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan pembayaran.



PEMBAHASAN
Fungsi Bank
1. Penghimpun dana Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka bank
memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu:
a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu pendirian.
b. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha perbankan
seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
c. Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana
yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik
oleh bank yang meminjam) dan memenuhi persyaratan. Mungkin Anda pernah
mendengar beberapa bank dilikuidasi atau dibekukan usahanya, salah satu penyebabnya
adalah karena banyak kredit yang bermasalah atau macet.
2. Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta
tetap.
3. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas pembayaran
uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek
wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.
Adapun secara spesifik bank bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of
develovment dan agen of services.
1. Penyalur/pemberi Kredit Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana yang
diperoleh, akan tetapi untuk pemanfaatannya bank menyalurkan kembali dalam bentuk
kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya dalam
pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan berupa
bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga kredit. Pemberian kredit akan
menimbulkan resiko, oleh sebab itu pemberiannya harus benar-benar teliti
1. Agent Of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankkan adalah
kepercayaan ( trust ), baik dalam penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat
akan mau menyimpan dana dananya di bank apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi
ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank
dan kepercayaan ini akan terus berlanjut kepada pihak debitor. Kepercayaan ini penting
dibangun karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik
dari segi penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran dana
tersebut.
2. Agent Of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan bank
berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan
perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat
melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan
jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi , distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan
dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini
tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
3. Agent Of Services
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Disamping
melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga memberikan penawaran

jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan bank ini erat
kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
Peran Bank
Dalam menjalankan kegiatannya bank mempunyai peran penting dalam sistem keuangan,
yaitu :
1. Pengalihan Aset (asset transmutation)
Yaitu pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit devisit. Dimana sumber dana
yang diberikan pada pihak peminjam berasal pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka
waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank
berperan sebagai pangalih aset yang likuid dari unit surplus (lender) kepada unit defisit
(borrower).
2. Transaksi (transaction)
Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan
transaksi. Dalam ekonomi modern, trnsaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari
transaksi keuangan. Untuk itu produk-produk yang dikeluarkan oleh bank (giro,
tabungan, depsito, saham dan sebagainya)merupakan pengganti uang dan dapat
digunakan sebagai alat pembayaran.
3. Likuiditas (liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk
berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing
mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingn likuiditas para
pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya.
Dengan demikian bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang
mengalami surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami
kekurangan likuiditas.
4. Efisiensi (efficiency)
Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa
mengubah produknya. Disini bank hanya memperlancar dan mempertemukan pihakpihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris (asymmetric
information) antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran bank
menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk itu jelas peran bank
dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk
menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya ekonomi.


KESIMPULAN
Bank mempunyai fungsi dan peranan penting dalam perekonomian nasional. Karena
semua orang menggunakan jasa perbankan dari mulai menjalankan bisnis, transaksi dan
menabung.