HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP SERTA PERILAK

SARJANA KEDOKTERAN OLEH :

IRA RAHMANITA NIM : 108103000014

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 September 2011

Ira Rahmanita

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP SERTA PERILAKU IBU MENGENAI JAJANAN ANAK SD YANG MENGANDUNG BAHAN PENGAWET TERLARANG DAN PEWARNA BERBAHAYA DI KELURAHAN BERINGIN KOTA JAMBI TAHUN 2011

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Ira Rahmanita

NIM: 108103000014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian Berjudul HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP SERTA

PERILAKU IBU MENGENAI JAJANAN ANAK SD YANG MENGANDUNG BAHAN PENGAWET TERLARANG DAN PEWARNA BERBAHAYA DI

KELURAHAN BERINGIN KOTA JAMBI TAHUN 2011 yang diajukan oleh Ira Rahmanita (NIM: 108103000014), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada september 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 22 September 2011

DEWAN PENGUJI PIMPINAN FAKULTAS

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wara hmatullahi Wabarakatuh… Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia

yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini serta salawat dan salam kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat. saya haturkan terimakasih kepada:

1) Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan Dra. Farida Hamid, M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendengarkan keluh kesah kami angkatan 2008 PSPD dan senantiasa memberikan semangat agar terus berjuang untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

2) Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan kesempatan untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala yang telah mereka berikan.

3) dr. Alyya Siddiqa SpFK selaku dosen pembimbing I dan dr. Witri Ardini, MGK, SpGK sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan riset ini.

4) dr. Afrimal. Syafarudin, SpB(K)Onk, dr. Devy Ariany, M.Biomed, dr. Mukhtar. Ikhsan, SpP(K), MARS selaku tim penguji yang telah memberikan saran demi menyempurnakan riset ini.

5) Ibu Silvia Nasution M.Biomed selaku penanggung jawab riset PSPD 2008 yang selalu mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset.

6) Kepala kelurahan beserta seluruh staf yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di Kelurahan Beringin Kota Jambi.

8) Kedua orang tua saya tercinta H. Ismet Marjohan dan Hj. Rohima dan nenek saya tercinta H. Jawaniar terima kasih atas cinta, kasih sayang, pengorbanan, do’a, ridho, harapan, senyuman, pelukan, air mata serta pelajaran kehidupan yang selama ini telah diberikan kepada saya sejak berada dalam kandungan sampai saya bisa seperti sekarang.

9) Semua saudara saya abang, kakak ipar dan adik saya tersayang, Briptu Apriandi, Riki Yanto. ST, Yuli Putri Ayu, Ridho Putra dan Rinda Rahmanyani serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, dan selalu setia untuk berbagi dalam suka dan duka.

10) Seluruh teman dan sahabat di: PSPD 2008-2011, dan teman-teman yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan semua pihak kepada saya mendapat imbalan dari Allah SWT. Harapan saya penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi kedokteran, khususnya tentang bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya pada jajanan anak sekolah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 22 September 2011

Penulis

ABSTRAK

Ira Rahmanita. Pendidikan Dokter. Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Ibu di Kelurahan Beringin Kota Jambi Mengenai Jajanan Anak SD Yang Mengandung Pengawet Terlarang dan Pewarna Berbahaya. 2011

Jajanan yang mengandung bahan pengawet terlarang dan bahan pewarna berbahaya akan memberikan efek negative terhadap kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu di Kelurahan Beringin Kota Jambi mengenai jajanan anak sekolah dasar yang mengandung bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya. Metode penelitian bersifat studi potong lintang. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 105 responden. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Dari hasil penelitan didapatkan sebanyak 55 (52,4%) reponden memiliki pengetahuan yang kurang, 68 (64,8%) responden memiliki sikap yang sedang, dan 69 (65,7%) responden dan memiliki perilaku yang sedang. Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap, p=0,07 dan tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap dan perilaku p=0,592

Kata kunci: pengawet terlarang dan pewarna berbahaya, pengetahuan sikap perilaku

ABSTRACT

Ira Rahmanita. Doctor of Education Studies Program. Relationship knowledge, attitude, and behavior from mothers at Beringin village Jambi about primary school’s street food which contain prohibit preservative and danger colouring. 2011

Street food which contain prohibited preservative and danger colouring will give negative impact to consumer’s healthy. This research aims to description and related of knowledge, attitude and behavior from mothers at Beringin village Jambi about primary school’s street food which contain prohibit preservative and danger colouring. The methodology of research was cross sectional study. The data was collected with distribution questionnaire to 105 respondent. The data was analyzed using chi-square test. The research result was 55 (52,4%) respondent had low knowledge, 68 (64,8%) had medium attitude, 69 (65,7%) had medium behavior. There is no relationship between knowledge and attitude, p= 0,07 and there is no relationship between attitude and behavior, p= 0,592

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.9. Definisi operasional ......................................................................... 27

4.2.1 Karakteristik Responden berdasarkan tingkat pendidikan............... 35

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaaan.............. 35

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia........................ 35

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jumlah Anak.......... 35

4.3.1. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Tujuan Pemberian Bahan Pengawet Pada makanan………………. 36

4.3.2. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Tujuan Pemberian Pewarna Pada makanan...................................... 36

4.3.3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Jenis Pengawet Yang Biasanya Digunakan Pada Jajanan………… 37

4.3.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Jenis Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pengawet.................... 37

4.3.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap Ciri-ciri Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pengawet………... 38

4.3.6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Pengaruh Jajanan Yang Menggunakan Pengawet Terhadap Kesehatan………………………………………………………….. 38

4.3.7. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Jenis Pewarna Yang Biasanya Digunakan Pada Jajanan ...................... 39

4.3.8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Jenis Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pewarna .......................... 39

4.3.9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Ciri-ciri Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pewarna…………. 40

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keunggulan jajanan adalah murah, mudah didapat serta cita rasanya enak. Namun jajanan juga berisiko terhadap kesehatan karena dalam proses pengolahannya sering kali ditambahkan pewarna seperti rhodamin B, methanil yellow dan pengawet

makanan seperti formalin dan boraks. 1 Penggunaan rhodamin B dan methanil yellow, pengawet formalin dan boraks

dilarang karena bersifat karsinogenik kuat yang dapat menyebabkan kanker hati, kandung kemih, dan saluran cerna. 2

Dari hasil analisis sampel jajanan Badan Pengawas Obat dan Makanan antara Februari 2001 hingga Mei 2003, didapatkan bahwa dari 315 sampel, 155 (49%) mengandung rhodamin B, dari 1222 sampel, 129 (11%) mengandung boraks dan dari 242 sampel, 80 (33%) mengandung formalin. Pangan yang mengandung rhodamin B di antaranya kerupuk, makanan ringan, kembang gula, sirup, biskuit, minuman ringan, cendol, dan manisan. Pangan yang mengandung formalin adalah mie ayam, bakso, dan tahu. Sedangkan pangan yang menggunakan boraks adalah bakso, siomay,

lontong, dan lemper. 3 Pada tahun 2006 BPOM melakukan penelitian pada jajanan anak sekolah di

478 sekolah dasar di 26 ibukota propinsi di Indonesia, dengan jumlah sampel sebanyak 2903 sampel. Pengambilan sampel dilakukan terhadap beberapa jenis jajanan, yaitu sirup, jeli, agar-agar, es mambo, lolipop, mie siap konsumsi, bakso, dan kudapan (bakwan, tahu isi, dsb). Dari penelitian ini sebanyak 6 % mie menggunakan

formalin, dan kurang dari 8 % bakso menggunakan boraks. 1 formalin, dan kurang dari 8 % bakso menggunakan boraks. 1

sikap sedang dan sebanyak 75 % responden memiliki perilaku sedang. 4 Selain itu Rina Nuzulia pada tahun 2007 juga melakukan penelitian mengenai

persepsi orang tua mengenai keamanan pangan jajanan anak sekolah dasar. Dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa sebanyak 94,97% orang tua menganggap jajanan

anak sekolah dasar mengandung bahan kimia berbahaya. 5 Di Kelurahan Beringin Kota Jambi terdapat tiga Sekolah Dasar Negeri yang

saling berdekatan dan berada diantara pemukiman penduduk. Anak-anak yang tinggal di sana sebagian besar bersekolah di salah satu SD Negeri tersebut. Di setiap sekolah banyak pedagang yang menjual berbagai macam jajanan.

Siswa sekolah selalu ingin mencoba jajanan yang dijajakan namun mereka tidak pernah memperhatikan kandungan jajanan yang mereka makan. Hal ini harus menjadi perhatian banyak pihak antara lain pemerintah, sekolah dan orang tua. Kurangnya perhatian dan pengawasan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan dan gangguan kesehatan. Peran orang tua terutama ibu sangatlah penting karena ibu dapat menjadi informan bagi anak-anaknya. Dalam hal ini ibu harus dapat menyampaikan informasi mengenai jajanan yang mengandung bahan tambahan berbahaya dan pengaruhnya terhadap kesehatan serta ibu juga harus bisa mengarahkan anak-anak untuk dapat memilih dan mengkonsumsi jajanan sehat. Alasan inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang gambaran dan hubungan pengetahuan, sikap serta perilaku ibu mengenai jajanan anak SD yang mengandung bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya di Kelurahan Beringin kota Jambi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan penelitian tentang bagaimana hubungan pengetahuan, sikap serta perilaku ibu di Kelurahan Beringin

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap serta perilaku. Jika perilaku didasari pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng.

1.4 Tujuan Penelitian

 Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap serta perilaku ibu

terhadap jajanan anak SD yang mengandung bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya

 Tujuan Khusus o Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap

jajanan anak SD yang mengandung bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya

o Mengetahui hubungan sikap dengan perilaku ibu terhadap jajanan anak SD yang mengandung bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya

1.5 Manfaat Penelitian

 Reponden Memberikan informasi dan edukasi kepada ibu tentang jajanan

anak SD mengandung bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya  Peneliti

Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti  Pemerintah Dapat menjadi bahan evaluasi sehingga pemerintah dapat

kepada masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 JAJANAN

Jajanan didefinisikan sebagai makanan yang siap untuk dimakan, sudah terlebih dahulu dimasak di tempat penjualan dan dijual dipinggir jalan atau lokasi ramai atau tempat umum. Jajanan bisa berupa minuman, makanan kecil atau makanan lengkap. Sifat dan jenis jajanan sangat beraneka ragam, mulai dari jajanan tradisional sampai dengan jajananan yang lebih modern. Jajanan umumnya digemari oleh semua lapisan masyarakat termasuk anak-anak usia sekolah dan telah menjadi bagian yang

tidak terpisahkan. 6 Menurut Food and Agriculture Organization jajanan atau yang dikenal

dengan street food didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang dapat langsung dimakan atau dikonsumsi. Meningkatnya jajanan di banyak Negara termasuk Indonesia adalah akibat peningkatan angka pengangguran,

urbanisasi, dan turisme. 7 Konsumsi jajanan diperkirakan akan terus meningkat, mengingat makin

terbatasnya anggota keluarga untuk mengolah makanan. Keunggulan jajanan adalah murah, mudah di dapat serta cita rasanya enak. Selain itu aspek positif lain dari jajanan adalah dapat menyumbang asupan energi bagi anak usia sekolah sampai 36%, protein 29% dan zat besi 52%, namun jajanan memiliki aspek negatif terhadap

kesehatan akibat dari penggunaan bahan tambahan terlarang dan berbahaya. 1

2.2 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Bahan tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya lebih baik. Bahan tambahan pangan pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah diteliti dan diuji lama sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan berbagai aturan yang diperlukan untuk mengatur pemakaian bahan

tambahan pangan secara optimal. 2 Menurut peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu

dan gizi pangan pada bab I pasal 1 bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan atau produk makanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa,

tekstur makanan, memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan utama. 1 Pemakaian bahan tambahan pangan di Indonesia diatur oleh Departemen

Kesehatan. Sementara pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (DIRJEN POM). Di Amerika, keduanya dilakukan oleh Food and Drug

Kesehatan RI No.329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan pewarna, penyedap rasa, aroma, pengemulsi, pemantap, pengental, pengawet,

anti oksidan, anti gumpal dan pemucat. 1 Dalam kehidupan sehari-hari bahan tambahan pangan sudah digunakan secara

umum oleh masyarakat, termasuk dalam pembuatan makanan jajanan. Pada praktiknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan pangan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan. Hal ini terutama karena ketidaktahuan produsen pangan, baik mengenai sifat-sifat dan keamanan bahan tambah pangan. Pengaruh bahan umum oleh masyarakat, termasuk dalam pembuatan makanan jajanan. Pada praktiknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan pangan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan. Hal ini terutama karena ketidaktahuan produsen pangan, baik mengenai sifat-sifat dan keamanan bahan tambah pangan. Pengaruh bahan

Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan bahan tambahan pangan yang sering dilakukan produsen pangan yaitu menggunakan bahan tambahan yang dilarang dan penggunaannya melebihi dosis yang diizinkan untuk makanan. Penggunaan bahan tambahan yang beracun yang melebihi batas akan membahayakan

kesehatan masyarakat dan berbahaya bagi pertumbuhan generasi yang akan datang. 2 Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah untuk mengawetkan

makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah, lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga mengundang selera, meningkatkan kualitas pangan, dan

menghemat biaya. 2 Fungsi bahan tambahan pangan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 235/MEN.KES/PER/VI/1979, yaitu sebagai (1) antioksidan, (2) antikempal, (3) pengasam, penetral, dan pendapar, (4) enzim, (5) pemanis buatan , (6) pemutih dan pematang, (7) penambah gizi (8) pengawet (9) pengemulsi, pemantap dan pengental, (10) pengeras, (11) pewarna alami dan sintetik,

(12) penyedap rasa dan aroma, (13) sekusetran, serta bahan tambahan lain. 8

2.3 BATAS PENGGUNAAN HARIAN / ACCEPTABLE DAILY INTAKE (ADI)

Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebihan pada umumnya akan bersifat racun (toksik) bagi hewan dan manusia. Oleh karena itu perlu ditetapkan batas penggunaan harian bahan tambahan kimiawi untuk perlindungan kesehatan konsumen. Acceptable Daily Intake (ADI) adalah suatu batasan berapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang dapat diterima dan dicerna setiap hari tanpa

mengalami resiko kesehatan. 9

Tetapi di Indonesia dan Negara berkembang lainnya digunakan berat badan standar sebesar 50 kg. 9

ADI dinyatakan dalam satuan mg bahan tambahan pangan per kg berat badan. Nilai ADI diperoleh dari data-data toksikologi pada hewan percobaan yaitu dari dosis tanpa efek diesktrapolasikan kepada manusia dengan menggunakan suatu faktor keamanan (safety factor) . Safety factor biasanya 100, sehingga ADI adalah dosis

tanpa efek dibagi 100. 9 Selain ADI, untuk menghitung batasan penggunaan harian dapat

menggunakan TMDI (Teoritical Maximum Daily Intake) dan EDI (Estimate Daily Intake) . Konsumsi maksimum sehari-hari secara teori (TMDI) dihitung dengan mengalikan rata-rata per kapita makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk setiap bahan makanan yang atau kelompok makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk setiap bahan makanan atau kelompok makanan dengan konsentrasi maksimum pemakaian yang diizinkan dari bahan makanan atau kelompok makanan dengan konsentrasi maksimum pemakaian yang diizinkan dari bahan tambahan berdasarkan

standar codex atau oleh peraturan nasional. 9 TMDI hanya memberikan gambaran kasar tentang konsumsi diet dari bahan

tambahan makanan karena TMDI tidak mempertimbangkan kebiasaan makanan dari kelompok-kelompok khusus. Sedangkan perkiraan konsumsi per hari (EDI) dari bahan tambahan makanan adalah sejumlah bahan tambahan yang dicerna oleh rata- rata kosumen yang berdasarkan penggunaan sebenarnya dari bahan tambahan di industri-industri, batas maksimum yang ditentukan oleh Good Manufacturing Practice (GMP ) atau perkiraan yang sedekat mungkin bahan tambahan yang

dikonsumsi oleh manusia atau konsumen. 9

2.4 BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Batas maksimum penggunaan yang aman dari bahan tambahan dapat dihitung berdasarkan nilai ADI, jumlah makanan harian yang dikonsumsi yang mengandung bahan tambahan makanan, dan berat badan rata-rata dari konsumen dewasa dalam

kilogram. 9 Dalam penggunaan maksimum yang umum dipakai berat badan rata-rata orang

dewasa yaitu 60 kg. Rumus yang dipakai adalah :

BMP = ADI x B x 1000 (mg/kg) K

Keterangan :

B = berat badan (kg) K = konsumsi makanan (g)

Batas maksimum penggunaan adalah batas penggunaan maksimum yang umum untuk orang dewasa. Anak-anak lebih peka atau mempunyai daya tahan yang lebih rendah terhadap bahan tambahan pangan dibandingkan orang dewasa. Berdasarkan kebutuhan kalori per kilogram berat badan untuk orang dewasa yaitu sekitar 40 kalori sedangkan untuk anak-anak, sekitar 100 kalori, maka untuk anak- anak faktor keamanan yang perlu digunakan adalah 2,5, artinya dalam perhitungan batas maksimum penggunaan berat badan rata-rata orang dewasa perlu dikalikan

dengan 2,5 untuk mendapatkan batas maksimum penggunaan untuk anak-anak. 9

2.5 BAHAN TAMBAHAN TERLARANG DAN BERBAHAYA

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No 722/Menkes/Per/IX/88 telah menetapkan 26 bahan tambahan pangan kategori pengawet yang aman dikonsumsi. Pada lampiran II peraturan tersebut juga ditetapkan bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan, dan beberapa pengawet seperti boraks dan formalin. Selain itu Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No 722/Menkes/Per/IX/88 telah menetapkan 26 bahan tambahan pangan kategori pengawet yang aman dikonsumsi. Pada lampiran II peraturan tersebut juga ditetapkan bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan, dan beberapa pengawet seperti boraks dan formalin. Selain itu

Menurut permenkes RI No 239/Menkes/Per/V/85, zat warna berbahaya pada pangan adalah auramin, alkanet, butter yellow, black 7984, burn umber, chrysoidine,scarlet GN, ponceau 3R, Rhodamin B, methanol yellow, oil orange SS,

citrus red, chocolate brown FB 2 .

2.5.1 FORMALIN

Larutan formaldehid atau larutan formalin mempunyai nama dagang formalin, formol atau mikrobisida dengan rumus molekul CH 2 O mengandung kira-kira 37% gas formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan 10-15% metanol untuk

menghindari polimerisasi. 10 Formaldehid ( formalin oxymethylene ) terdapat dalam bentuk gas CH 2 O dalam

bentuk larutan yang digunakan sebagai antiseptic, untuk menghilangkan bau, desinfektan untuk rumah, perahu, gudang, dan kain, biasanya digunakan sebagai antiseptic untuk membunuh bakteri dan kapang, untuk mensterilkan peralatan

kedokteran, atau untuk mengawetkan mayat dan specimen biologi lainnya. 10 Formaldehid banyak digunakan dalam industri tekstil untuk mencegah bahan

menjadi kusut dan meningkatkan ketahanan bahan tenunan. Dalam bidang farmasi formalin digunakan sebagai pendetoksifikasi toksin dalam vaksin, dan juga untuk

obat penyakit kutil karena kemampuannya merusak protein. 10 Formalin juga sering dipakai sebagai pengawet mayat, kemasan formalin

diberi label dengan tanda gambar tengkorak, karena formalin berbahaya terhadap tubuh maka formalin dilarang digunakan di dalam produk pangan, namun kenyataanya masih banyak produsen yang menggunakan formalin untuk memperbaiki tekstur dan membuat makanan tahan lama. Formalin banyak digunakan pada produk tahu, mie ayam, mi goreng, segala jenis mi basah maupun bakso,

Dampak Terhadap Kesehatan

Berdasarkan sumbernya formaldehid untuk pengawet berasal dari hasil sintesis secara kimia. Formadehid merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak berwarna dengan bau yang menusuk. Uap formaldehid bereaksi cepat dengan selaput lendir hidung, tenggorokan, saluran cerna dan dapat menyebabkan iritasi mata. Formaldehid dapat masuk kedalam tubuh melalui inhalasi uap, kontak langsung dengan larutan yang mengandung formaldehid atau melalui makanan yang

mengandung formaldehid. 10 Konsentrasi 0,5 sampai 1 bpj di udara dapat dideteksi dari baunya.

Konsentrasi 2 sampai 3 bpj dapat menyebabkan iritasi ringan. Sedangkan pada konsentrasi 4 sampai 5 bpj pada umumnya tidak dapat ditoleransi oleh manusia.

Komposisi dan bentuk formaldehid mengandung 35-40% . 10 Sedangkan efek farmakologi atau efek kesehatan formaldehid adalah sebagai

berikut, berdasarkan hasil uji karsinogenik dan tumor formaldehid terhadap sejumlah tikus yang dipapari formaldehid pada konsentrasi 6-15 bpj menunjukan 1,5-43,2% mengalami kanker, sedangkan uji terhadap mencit yang dipapari formaldehid pada

konsetrasi 15 bpj, 2,4% mencit mengalami tumor. 10 Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia,

jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi di dalam sel, menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik dan bersifat mutagen, serta orang yang mengkonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan kegagalan peredaran darah. Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang

tajam menyesakan sehingga merangsang hidung, tenggorokan dan mata. 10 Departemen kesehatan RI berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI

No.722/Menkes/Per/IX/88 mendefinisikan bahan tambahan pangan seperti yang

Pemaparan formaldehid terhadap kulit menyebabkan kulit mengeras, menimbulkan kontak dermatitis dan reaksi sensitivitas, sedangkan pada sistem reproduksi wanita akan menimbulkan gangguan menstruasi, toksikemia, anemia pada kehamilan, peningkatan aborsi spontan, dan penurunan berat badan bayi yang baru lahir. Uap dari larutan formaldehid menyebabkan iritasi membran mukosa hidung, mata, dan tenggorokan apabila terhisap dalam bentuk gas pada kosentrasi 0,03-4 bpj selama 35 menit. Dapat terjadi iritasi pernfasan parah seperti batuk, disfagia, spasmus laring, bronchitis, pneumonia, udem pulmonary, dapat pula terjadi tumor hidung pada

mencit. 10 Formalin dapat bereaksi dengan cepat pada lapisan lendir saluran pencernaan

dan pernapasan. Didalam tubuh bahan ini secara cepat teroksidasi membentuk asam formiat terutama dihati dan sel darah merah. Formalin mungkin juga menyebabkan degenerasi saraf optic, karena terbentuknya asam format dalam jumlah banyak dan asidosis inilah yang menyebabkan timbulnya gejala umum dan dapat menimbulkan kematian. Formadehid dapat diserap melalui semua jalan saluran lambung atau usus ,

paru-paru, dioksidasi menjadi asam fornik dan sebagian kecil menjadi metal format. 11 Formalin termasuk kedalam karsinogenik golongan IIA. Golongan I adalah

sudah pasti menyebabkan kanker berdasarkan uji lengkap . sedangkan golongan IIA baru taraf diduga, karena data hasil uji pada manusia kurang lengkap. Memang orang yang mengkonsumsi tahu, mie bakso atau ayam berformalin beberapa kali saja belum merasakan akibanya. Efek dari bahan makanan yang mengandung formalin baru terasa beberapa tahun kemudian. Kandungan formalin yang tinggi akan meracuni tubuh, menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinigenik dan bersifat mutagen. Formaldehid telah dibuktikan bersifat mutagen dibeberapa system invitro dan telah diklasifikasikan sebagai mutagen yang lemah. Dalam jumlah sedikit formalin sulit dideteksi keberadaannya dalam darah karena formalin akan larut dalam

air serta akan dibuang keluar bersama cairan tubuh .10 Penelitian yang dilakukan oleh F. A Malek, K-U. Moritz, J. Fanghanel yang air serta akan dibuang keluar bersama cairan tubuh .10 Penelitian yang dilakukan oleh F. A Malek, K-U. Moritz, J. Fanghanel yang

melalui inhalasi dan proses pencernaan. 11 Efek formalin melalui inhalasi terhadap tikus juga menyebabkan timbulnya

carcinoma pada rongga hidung karena iritasi pada epitel hidung dan formalin juga menyebabkan carcinoma pada lambung tikus karena adanya irtitasi pada mukosa

lambung. 12,13 Efek samping formalin tidak secara langsung akan telihat. Efek ini hanya

terlihat secara komulatif, kecuali jika seseorang mengalami keracunan formalin dosis tinggi. Keracunan formalin bisa mengakibatkan iritasi lambung dan alergi. Formalin juga bersifat karsinogen dan mutagen. Dalam kadar tinggi formalin bisa

menyebabkan kegagalan peredaran darah. 1 Efek akut penggunaan formalin adalah tenggorokan dan perut terasa terbakar,

tengggorokan terasa sakit untuk menelan, mual, muntah dan diare, sakit kepala, hipotensi, kerusakan hati, jantung, otak dan limpa, pamnkreas dan system saraf pusat dan ginjal. Sementara efek kronis akibat penggunaan formalin adalah iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada

tenggorokan. 1

Ciri-Ciri Makanan Yang Mengandung Formalin

Beberapa makanan seperti tahu yang berformalin akan memperlihatkan ciri- ciri membal atau terasa kenyal serta tahan berhari-hari, tidak rusak sampai tiga hari Beberapa makanan seperti tahu yang berformalin akan memperlihatkan ciri- ciri membal atau terasa kenyal serta tahan berhari-hari, tidak rusak sampai tiga hari

dua hari. 2 Ciri-ciri makanan seperti mie basah yang mengandung formalin adalah tidak

rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari

15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius), bau agak menyengat, bau formalin tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal. Ciri-ciri bakso yang mengandung formalin tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat

Celsius), teksturnya sangat kenyal. 1

2.5.2 BORAKS

Asam boraks merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. 2

Asam borat (H 3 BO 3 ) merupakan senyawa bor yang dikenal dengan nama borax, mengandung 99,0% dan 100,5 % H 3 BO 3, mempunyai bobot. Boraks adalah senyawa berbentuk Kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan

normal. Dalam air, boraks dan berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat. 10 Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas, enamel,

sebagai pengawet kayu dan pembasmi kecoa. Namun zat ini juga sering disalah gunakan sebagai campuran untuk pembuatan bakso, kerupuk, mi basah, pisang molen, lemper, buras, siomay, lontong dan pangsit. Boraks biasanya digunakan dalam borat sebagai bahan pengawet khususnya dalam pembuatan bakso, kerupuk, pempek,

pisang, molen, pangsit, tahu dan bakmi. 1

Dampak Terhadap Kesehatan

Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ tubuh Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ tubuh

oleh saluran pernafasan dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa. 1 Boraks biasanya bersifat racun bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan

saraf pusat, ginjal dan hati. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi. Dan jika tertelan akan menimbulkan kerusakan pada usus, otak dan ginjal. Kalau digunakan berulang secara komulatif akan tertimbun dalam otak, hati dan jaringan lemak. Asam boraks ini akan menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala mual, muntah, diare,

iritasi kulit, dan gangguan sirkulasi darah. 2 Daya toksisitas boraks adalah LD-50 akut 4,5-4,98 g/kg berat badan (tikus),

pemakaian yang berlebihan dan berulang dapat menyebabkan toksik atau keracunan. Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada

anak dosis 5-6 gram. 10

Ciri Makanan Mengandung Boraks

Sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah suatu makanan mengandung boraks. Hanya lewat uji laboratorium, semua bisa jelas. Namun, penampakan luar memang bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa dijadikan pegangan untuk menentukan suatu makanan aman dari boraks atau tidak. Bakso yang mengandung boraks lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks, bila digigit akan kembali ke bentuk semula, tahan lama atau awet beberapa hari, warnanya tampak

lebih putih. 2

Penggunaan Bahan Pengawet Berbahaya

Pada Oktober 2004 BPOM Provinsi Bengkulu melakukan uji sampel sebanyak 75 sampel jajanan anak sekolah tingkat SD, SMP dan pasar panorama, dari hasil uji sampel tersebut ditemukan jajanan dan makanan mengandung boraks dan formalin. Di Lampung tim reserse Ekonomi Polda Lampung membongkar jaringan peredaran mi dan bakso berformalin dan menyita lima ton mie dan 3,4 kuintal bakso

yang mengandung formalin. 2 Boraks dan formalin sering kali digunakan sebagai pengawet untuk mie,

bakso, tahu, saos tomat, ikan segar, ikan asin, dan ayam potong. Dari hasil uji sampling yang dilakukan pada beberapa daerah pada tahun 2005-2006, terlihat bahwa

penggunaan bahan pengawet boraks dan formalin telah mencapai 60-70%. 1 Pada tahun 2006 BPOM melakukan pengawasan dan pemeriksaan makanan

jajanan seperti mie basah, tahu, dan ikan pada beberapa daerah di Indonesia (Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makasar, dan Mataram), dari jumlah sampel mie basah sebanyak 213 ditemukan sebanyak 137 (64,32%) sampel yang tidak memenuhi syarat dan hanya 76 sampel yang memenuhi syarat, dari jumlah sampel tahu sebanyak 290 ditemukan sebanyak 193 sampel memenuhi syarat dan sebanyak 97 (33,45%) sampel tidak memenuhi syarat, dari jumlah sampel ikan sebanyak 258 ditemukan sampel sebanyak 258 ditemukan sebanyak 190 sampel memenuhi syarat dan 68 (26,36%) sampel tidak memenuhi

syarat. 1

2.5.3 RHODAMIN B

Rhodamin B mempunyai banyak sinonim, antara lain D dan C Red no. 19, food red

15, dan ADC Rhodamin B. Bentuknya berupa serbuk kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu kemerahan. Rhodamin tidak berbau serta mudah larut 15, dan ADC Rhodamin B. Bentuknya berupa serbuk kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu kemerahan. Rhodamin tidak berbau serta mudah larut

dan industri kecil. 2 Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan

melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Rhodamin B sering digunakan pada produk seperti sirup, limun, es mambo, bakpao, es cendol, es

kelapa, beberapa kue basah serta makanan kipang, kerupuk dan saus sambal. 8 Berdasarkan analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofotometri,

didapatkan bahwa sifat racun Rhodamine B tidak hanya disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri. Bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbal dan arsen, dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur

tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan. 9 Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan

konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada

dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen. 10 Menurut penelitian BPOM pada tahun 2003 dari 103 sampel Mie (Basah)

ditemukan 50 (49%) sampel yang memenuhi syarat dan 53 (51%) sampel yang tidak memenuhi syarat. Dari 103 sampel Tahu, ditemukan 94 (78%) sampel yang

memenuhi syarat, dan sebanyak 9 sampel yang tidak memenuhi syarat. 6 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Labora Panjaitan tentang

pemeriksaan dan penetapan kadar boraks dalam bakso di Kota madya Medan menunjukkan bahwa 80% dari sampel yang diperiksa ternyata mengandung boraks (delapan sampel dari sepuluh sampel) dan kadar boraks yang di dapat dalam bakso

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asterina pada tahun 2006 tentang identifikasi kadar boraks pada mie basah di kota padang didapatkan hasil penelitian bahwa dari 10 sampel.ditemukan 5 sampel mengandung boraks, kadar yang paling rendah didapatkan yaitu 334.805 ppm, sedang kadar yang tinggi yaitu sebesar 557.

14 ppm. 10

2.5.4 METHANIL YELLOW

Methanil yellow juga merupakan salah satu zat pewarna yang tidak diizinkan untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan. Methanil yellow digunakan sebagai pewarna untuk produk-produk tekstil, cat, kayu, dan cat lukis. Methanil juga biasa

dijadikan indikator reaksi netralisasi asam basa. 3 Zat pewarna sintesis ini berbentuk serbuk bewarna kuning kecoklatan. Zat

berbahaya ini juga masih dapat ditemukan pada beberapa jenis makanan di sejumlah pasar, misalnya pada mie. Penambahan pada methanil yellow akan membuat mi basah berwarna kuning cerah. Beberapa jajanan anak-anak disekolah seperti manisan buah mangga dan kedondong juga memakai methanil yellow . Juga ditemukan pada bahan makanan kue basah, kerupuk, macam-macam jelly dan agar-agar. Pewarna ini termasuk kelompok azo dan dicurigai kuat mempunyai dampak buruk pada jaringan

hati, kandung kemih, saluran pencernaan 2 .

Dampak Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan

Pemakaian bahan pewarna pada pangan sintesis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan ternyata pewarna juga berbahaya terhadap kesehatan. Bahaya tersebut terjadi bila pewarna sintesis ini dimakan dalam jumlah kecil, namun berulang, perwarna sintesis ini dimakan dalam Pemakaian bahan pewarna pada pangan sintesis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan ternyata pewarna juga berbahaya terhadap kesehatan. Bahaya tersebut terjadi bila pewarna sintesis ini dimakan dalam jumlah kecil, namun berulang, perwarna sintesis ini dimakan dalam

Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan iritasi kulit dan kemerahan bila terkena kulit, hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita

sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia. 10 Dr. kinosita telah melihat adanya efek karsinogenik, salah satu percobaannya

adalah dengan cara memberi makan tikus dengan makanan yang mengandung zat warna, untuk dosis 3mg/hari pada tikus-tikus, sebagian mati sebelum 30 hari. Sisanya yang mampu bertahan sampai hari ke 150, telah terkena bermacam-macam tumor

hati, dengan dosis 1 mg tikus mengalami tumor hati. 10 Zat warna diabsorbsi dari dalam saluran pencernaan makanan dan sebagian

dapat mengalami metabolism oleh mikroorganisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung ke hati, melalui vena portal atau melalui system limfatik ke vena kava superior. Di dalam hati, senyawa ini dimetabolisme dan atau

dikonjugasikan, lalu ditransportasikan ke ginjal untuk diekskresikan bersama urin. 10

Ciri Makanan Yang Mengandung Pewarna

Jajanan yang menggunakan rhodamin warnanya merah mencolok sendangkan yang menggunakan methanil yellow warnanya kuning mencolok. Ciri-ciri lainnya adalah warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik., ada

2.6 PENGETAHUAN

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge . Dalam Encylopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sedemikian aktif sehingga subjek itu menyusun objek pada dirinya sendiri dalam kesatuan yang

aktif. 14,15,16,17 Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui i n d era penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 14,15,16,17 Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mepunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan

sebagainya. 14,15,16,17

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 14,15,16,17

4. Analisis (Analisys)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan

untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 14,15,16,17

5. Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang

telah ada. 14,15,16,17

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifkasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan

diatas. 14,15,16,17 diatas. 14,15,16,17

2.7 SIKAP

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak

senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik. 17 Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. 14,15,16,17

Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut: ” An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency with

regard to social object” “

A mental and neural state and neural of rediness, organized through expertence, exerting a directive or dynamic influenceup on the individuals responseto all objects and situation with which it is related

Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which in interaction with situation and other dispositional variables, guide and direct the

overt behavior of the individual. 14,15,16,17 Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetpai hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. 14,15,16,17 Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni :

1. Menerima ( receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon ( responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3. Menghargai ( valuing )

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab ( responsible )

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu

terhadap obyek sikap . 14,15,16,17 Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel . Suatu

skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala

memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap . 14,15,16,17 Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan

hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner. 14,15,16,17

2.8 PERILAKU

Perilaku sama dengan kelakuan dan juga tingkah laku seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. 14 Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah

Pengukuran perilaku dapat dilakukan tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Pengukuran dapat juga dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden,

pegukuran ini yang paling akurat dibandingkan dengan wawancara. 14,15,16,17 Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau

Stimulus – Organisme – Respon. 14,15,16,17 Skiner membedakan adanya dua proses yakni :

1. Responden respon atau reflexsive , yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya, respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2. Operan respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce , karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya

 Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

 Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.