EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA
EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA
FISIKA DIK B 2015
KAITAN ASESMEN DENGAN EVALUASI
O
L
E
H
KELOMPOK I
RKAWATI
(4152121013)
ELA ROJA
(4151121022)
EFI RAMAYANI
(4152121021)
FANI APRILLIANA
(4153121020)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika. Kami juga berterima
kasih pada Bapak Teguh Pebri Suherman,Spd.,M.Pd selaku Dosen mata kuliah Evaluasi Proses
dan Hasil Belajar Fisika Universitas Negeri Medan yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika Kami juga menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Di dalam makalah ini
mungkin terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika Universitas Negeri Medan ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Medan, Agustus 2017
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
1. Latar Belakang....................................................................................4
2. Rumusan Masalah...............................................................................4
3. Tujuan.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................5
1. ASESMEN..................................................................................5
A. Pengertian Asesmen..............................................................5
B. Sejarah Asesmen...................................................................7
C. Tujuan Asesmen.........................................................8
D. Prinsip-prinsip Asesmen........................................................10
E. Asesmen Autentik (Asesmen Kinerja).................................12
F. Asesmen Portofolio...............................................................14
2. EVALUASI.................................................................................19
1. Devinisi Evaluasi...................................................................19
2. Tujuan Evaluasi.....................................................................19
3. Fungsi Evaluasi Pendidikan..................................................20
4. Fungsi evaluasi......................................................................21
5. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi.....................................21
6. Kaitan Assesment dan Evaluasi.............................................25
BAB III PENUTUP.................................................................................26
Kesimpulan...........................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
3
Istilah evaluasi dan asesmen seringkali dipertukarkan, namun sebenarnya terdapat
perbedaan yang ensesial diantara keduanya. Asesmen dalam hal ini dinyatakan sebagai suatu
cara yang tepat untuk mengungkap proses dan kemajuan belajar. Asesmen dapat memberikan
umpan balik secara berkesenambungan tentang siswa untuk perbaikan pembelajaran.
Sementara itu evaluasi dinyatakan sebagai pemberian nilai (judgement) terhadap hasil
belajar berdasarkan data yang diperoleh melalui asesmen. Selain dari itu, terdapat pula beberapa
istilah lainya yaitu tes, testing, dan pengukuran yang juga sering kali dipertukarkan oleh guru.
2. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian asesmen
b) Bagaimana sejarah asesmen
c) Apa saja tujuan asesmen
d) Bagaimana prinsip-prinsip asesmen
3. Tujuan
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan intruksional oleh siswa
sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi
dan dapat berupa:
1. Penempatan pada tempat yang tepat.
2. Pemberian umpan balik.
3. Diagnosis kesulitan belajar siswa,
4. Penentuan kelulusan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. ASESMEN
A. PENGERTIAN ASESMEN
4
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh stigginis (1994) sebagai penilaian prosrs,
kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes. Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano
(2001) sebagai “ The process of Collecting data which s,hows the development of learning “.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk
penilaian proses belajar belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal
penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Gabel (1993 : 388 – 390) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar
yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes
benar – salah, tes pilihan ganda , tes melengkapi, dann tes jawaban terbatas. Sementara itu yang
tergolong ke dalam asesmen alternatif (non –tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek,
penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat,
penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interview (wawancara).
Wiggins (1984) menyatakan bahwa assessmen merupakan sarana yang secara kronologis
membantu guru dalam monitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakan
bahwa assessmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal
yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen ,menitikberatkan
penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al . (1994)
menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang tellah
dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut
diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan
tetapi juga kemajuan belajarnya.
Asesmen merupakan proses mendokumentasi, melalui proses pengukuran, pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan keyakinan peserta didik. Dapat dinyatakan pula bahwa asesmen
merupakan sistematik untuk memperoleh informasi tentang apa yang diketahui, dilakukan, dan
dikerjakan oleh peserta didik. Berikut disajikan beberapa pengertian asesmen yang disampaikan
oleh pakar asesmen pembelajaran:
a) Khan, Hardas, dan Ma (2005) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses
mendokumentasikan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan.
b) NAEYC (1990) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses pengamatan, pencatatan
dan selanjutnya pendokumentasian pekerjaan yang dikerjakan peserta didik dan caracara peserta didik mengerjakannya, untuk dijadikan sebagai dasar dari berbagai
pembuatan keputusan pendidikan yang mempengaruhi anak.
c) Dodge dan Bickart (1994) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses memperoleh
informasi tentang anak untuk membuat keputusan tentang pendidikannya.
5
d) Hills (1992) menyatakan bahwa asesmen terdiri atas tahap pengumpulan data tentang
perkembangan dan belajar peserta didik, menentukan kebermaknaan tujuan program,
memadukan informasi kedalam perencanaan program, dan mengkomunikasikan temuan
kepada orang tua dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa assasmen merupakan
Metode dan alat asesmen meliputi: observasi, asesmen amndiri oleh pesertadidik, tugas
praktek harian, contoh hasil pekerjaan peserta didik, tes tertulis, skala penilaian, proyek, laporan
tertulis, review kinerja, dan asesmen portofolio. Kinerja peserta didik dinilai dari informasi yang
dikumpulkan melalui kegiatan asesmen, pendidik menggunakan pemahamannya, pengetahuan
tentang belajar, dan pengalaman peserta didik, kemudian membandingkannya dengan criteria
yang telah dirumuskan dalam membuat penilaian mengenai kinerja peserta didik berkenaan
dengan hasil belajaryang telah ditetapkan.
Evaluasi memiliki kesamaan dengan asesmen, asesmen biasanya berkaitan dengan
prestasi belajar peserta didik. Dalam pemakaian yang lebih sempit, asesmen disamakan dengan
ujian, sedangkan dalam pemakaian yang lebih luas, asesmen disamakan dengan evaluasi. Oleh
karena itu evaluasi pendidikan biasanya meliputi asesmen hasil belajar peserta didik. Evaluasi
memiliki tujuan untuk mengetahui sikap peserta didik, kesadaran karir, kepekaan budaya,
praktek pembelajaran, kurikulum, personel sekolah, dan sebagainya.
Beberapa pratisi
pendidikan ada yang menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian, namun ada pula
yang memandang berbeda, yakni isi evaluasi dipandang lebih luas dibandingkan dengan asesmen
karena evaluasi berkaitan dengan pembuatan keputusan tentang nilai atau harga dari suatu objek.
Asesmen dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu karakteristik tertentu, seperti
deskripsi tujuan, sementara evaluasi dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu
karakteristik dan penentuan nilai atau harga suatu objek. Shepard (1994) membedakan antara
istilah asesmen dengan tes, walaupun secara teknis keduanya memiliki makna yang sama. Dia
menyatakan tes sebagai kegiatan pengukuran tradisional, pengukuran pra akademik dan
perkembangan anak yang tidak standar, dan menggunakan istilah asesemen yang mengacu pada
proses pengamatan dan penilaian anak yang sesuai dengan perkembangan anak.
Perbedaan lain berkaitan dengan objek yang dikaji. Asesmen biasanya berkaitan dengan peserta
didik. Dalam pemakaian yan paling sempit, asesmen disamakan dengan ujian. Dalam pemakaian
yang paling luas, asesmen digunakan secara bergantian dengan evaluasi. Evaluasi kegiatan
pendidikan dapat menggunakan asesmen hasil belajarpeserta didik namun dalam skala yang
6
lebih luas. Evaluasi dapat mencakup tujuan seperti sikap peserta didik, kesadaran karier peserta
didik, kepekaan cultural, praktik mengajar, dan sebagainya.
B.Sejarah Asesmen
Kegiatan asesmen muncul pertama kali di China pada tahun 206 sebelum masehi ketika
dinasti Han memperkenalkan ujian untuk membantu proses seleksi pegawai kerajaan. Pada tahun
822 setelah masehi dinasti Tang melaksanakan ujian tertulis bagi calon pegawai kerajaan, ujian
itu berlangsung selama beberapa hari dan yang lulus mencapai 2%, calon pegawai yang berhasil
kemudian diberikan asesmen lisan oleh raja.
Di Eropa, ujian yang digunakan selama abad pertengahan digunakan untuk membantu
seleksi calon pendeta dan kesatria, dan anak-anak sekolah di uji pengetahuan tentang katekismus.
Universitas Paris pertama kali memperkenalkan ujian forma selama abad 12. Ujian itu adalah
perselisihan tentang teologi. Pada tahun 1974an, Universitas Cambridge mulai menggunakan
ujian lisan untuk membandingkan peserta didik, sama dengan ujian yang diselenggarakan oleh
dinasti Han di China. Selama abad ke 18, Universitas Cambridgedan Oxford mulai menguji
kemampuan matematika kepada peserta didiknya dengan menggunakan ujian tertulis kemudian
menggunakan kertas untuk asesmen pada semua mata kuliah.
Amerika Serikat memperkenalkan ujian tertulis pada pada tahun 1830an dalam upaya
mengurangi subjektivitas asesmen. Horace Mann memperkenalkan ujian tertulis di Boston
Public School untuk membandingkan kinerja sekolah. Walaupun demikian, kontribusi utama
Amerika Serikat dalam sejarah ujian itu dating selama perang dunia pertama ketika Angkatan
Bersenjata Amerika Serikat memperkenalkan tes IQ berskala besar untuk mengangkat sejumlah
besar calon prajurit yang akan menduduki jabatan di Angkatan Bersenjata. The Army Alpha,
sebagaimana yang telah dikenal, merupakan pertanyaan pilihan ganda dan diterapkan pada dua
juta calon prajurit.
C. Tujuan Asesmen
Asesmen memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses (Herman,
Aschbacher, and Winters, 1992). Asesmen yang berkaitan dengan tujuan isi digunakan
untuk menentukan seberapa jauh peserta didik telah mempelajari pengetahuan dan
keterampilan spesifik. Dalam hal ini asesmen harus terfokus pada hasil belajar peserta
didik. Asesmen yang berkaitan dengan proses digunakan untuk mendiagnosis
7
kekuatan dan kelemahan peserta didik serta merencanakan pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi peserta didik.
asesmen pembelajaran pada dasarnya tergantung pada penggunaan jenis-jenis
asesmen. Ada empat jenis asesmen dalam pembelajaran, yaitu: (a) asesmen formatif
dan sumatif; (b) asesmen objektif dan subjektif; (c) asesmen acuan normatif dan acuan
patokan, dan (d) asesmen formal dan informal.
a) Asesmen formatif dan sumatif
Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan di akhir pembelajaran, dan digunakan
untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik. Asesmen formatif
umumnya dilaksanakan selam proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan asesmen
formatif dapat berbentuk pemberian balikan atas pekerjaan peserta didik, dan tidak
akan dijadikan sebagai dasar untuk kenaikan kelas peserta didik. Dalam konteks
belajar, asesmen sumatif dan formatif disebut dengan asesmen belajar.
Salah satu bentuk asesmen formatif adalah asesmen diagnostic. Asesmen diagnostic
mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik untuk mengidentifikasi
program belajar yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Asesmen mandiri oleh
peserta didik merupakan bentuk asesmen diganostik yang melibatkan peserta didik
mengakses dirinya sendiri.
b) Asesmen objektif dan subjektif
Asesmen bentuk objektif merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki satu jawaban yang benar.
Asesmen subjektif merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban yang
benar (atau lebih dari satu cara mengungkapkan jawaban yang benar). Ada beberapa jenis
pertanyaan berbentuk objektif dan subjektif. Jenis pertanyaan berbentuk objektif yaitu
pertanyaan yang memiliki alternatif jawaban benar dan salah, pilihan ganda, pertanyaan
menjodohkan, dan jawaban ganda. Pertanyaan subjektif yaitu pertanyaan yang membutuhkan
jawaban luas dan ada yang berbentuk uraian.
c) Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
Asesmen acuan patokan, biasanya menggunakan tes acuan patokan, merupakan asesmen yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Asesmen acuan patokan membandingkan kemampuan peserta didik dengan criteria,
atau asesmen yang memfokuskan diri pada kinerja individu yang diukur berdasarkan pada
8
criteria atau standar absolute. Asesmen acuan patokan seringkali digunakan untuk mengukur
kompetensi peserta didik.
Prosedur asesmen acuan patokan mencakup urutan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Identifikasi hasil belajar yang diharapkan.
Rumuskan kriteria. Jika memungkinkan, libatkan peserta didik dalam merumuskan
kriteria
Rencanakan kegiatan belajar yang membantu peserta didik memperoleh pengetahuan
dan keterampilan
Sebelum kegiatan belajar berlangsung, komunikasikan kriteria tersebut dan pekerjaan
yang akan diakses.
Berikan contoh kinerja yang diinginkan.
Implementasikan kegiatan belajar.
Gunakan beberapa metode asesmen berdasarkan tugas yang diberikan.
Kaji kembali data asesmen dan evaluasi masing-masing tingkat kinerja peserta didik atau
kualitas pekerjaan dengan menggunakan kriteria
Apabila diperlukan, berikan tanda huruf (misalnya A, B, C, D) yang menunjukkan
pemenuhan hasil belajar peserta didik dan orangtua
Laporkan hasil asesmen kepada peserta didik dan orangtua
Asesmen acuan normatif, atau dikenal dengan penentuan rangking berdasarkan kurva
norml, biasanya menggunakan tes acuan normatif, tidak digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain yaitu
asesmen yang distandarkan pada sekelompok individu yang kinerjanya dinilai dalam
hubungannya dengan kinerja individu lainnya. Asesmen ini sangat efektif untuk membandingkan
kemampuan peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Asesmen untuk ujian masuk sekolah
biasanya emnggunakan asesmen acuan normative, karena asesmen ini dapat menunjukkan
proporsi jumlah calon peserta didik yang lulus datau diterima di sekolah atau di universitas , dan
bukan menunjukkan tingkat kemampuan calon peserta didik yang sesungguhnya.
d) Asesmen formal dan informal
Asesmen formal biasanya diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis, seperti tes tertulis.
Asesmen formal diberikan skor dalam bentuk angka atau penentuan rangking berdasarkan pada
kinerja peserta didik.
9
Asesmen informal tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking akhir peserta didik. Asesmen
ini biasanya dilakuan dengan cara yang lebih terbuka, seperti kegiatan asesmen yang
dilaksanakan melalui observasi, inventori, partisipasi, evaluasi diri dan teman sebaya, dan
diskusi.
D. Prinsip-prinsip Asesmen
Asesmen yang baik harus berdasarkan pada landasan pendidikan. Landasan pendidikan
ini meliputi pengorganisasian sekolah dalam memenuhi kebutuhan belajar seluruh peserta didik,
memahami cara peserta didik belajar, menetapkan standar tinggi pada kegiatan belajar peserta
didik dan memberikan kesempatan bealajar peserta didik yang memadai.
Ada tujuh prinsip dalam menerapkan asesmen belajar. Berikut disajikan ketujuh prinsip yang
dimaksud :
a) Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki belajar peserta didik
Asesmen kelas maupun berskala besar, diorganisir dengan tujuan untuk memperbaiki belajar
peserta didik. Asesmen ini memberikan informasi yang sangat bermanfaat mengenai apa yang
telah dicapai oleh peserta didik terhadap tujuan belajar dan mengenai kemampuan belajar
masing-masing peserta didik. Asesmen menggunakan metode yang konsisten dengan tujuan
belajar, kurikulum, pembelajaran, dan pengetahuan mutakhir tentang peserta didik.
b) Asesmen bertujuan untuk mendukung belajar peserta didik
Asesmen baik yang digunakan untuk laporan kemajuan peserta didik, sertifikasi peserta didik,
dan informasi untuk perbaikan dan akuntabilitas sekolah adalah dimaksudkan untuk mendukung
belajar peserta didik. Pendidik dan sekolah membuat keputusan, seperti kenaikan kelas,
kelulusan peserta didik adalah didasarkan pada informasi yang diperoleh secara terus menerus,
bukan data yang diperoleh dari asesmen akhir semester. Demikian pula informasi yang
digunakan untuk perbaikan dan akuntabilitas sekolah juga berasal dari data pekerjaan dan
asesmen peserta didik yang diperoleh secara terus menerus.
Asesmen akuntabilitas menggunakan prosedur pengambilan sampel pekerjaan peserta didik.
Asesmen ini mengembangkan standar teknis dan standar itu digunakan untuk memastikan agar
asesmen yang diterapkan memiliki kualitas tinggi, serta digunakan untuk memantau konsekuensi
pendidikan atas penggunaan asesmen tersebut.
c) Objektif bagi semua peserta didik
Asesmen yang baik akan memberikan keyakinan bahwa semua peserta didik akan memperoleh
perlakuan yang sama. Asesmen menggunakan berbagai metode dalam mengakses kemajuan
10
peserta didik serat cara-cara peserta didik mengungkapkan pengetahuan dan pemahamannya
terhadap mata pelajaran. Asesmen tidak akan melenceng dan mampu menggambarkan
pengetahuan dan keterampilan aktual peserta didik.
d) Kolaborasi professional
Pendidik yang memiliki sikap objektif adalah penting bagi persyaratan asesmen yang berkualitas.
Pendidik menentukan dan berperan serta dalam pengembangan professional serta bekerjasama
untuk memperbaiki system asesmen. Kemampan professional iu diperkuat melalui sekelompok
pendidik memberikan skor pekerjaan peserta didik. Sekolah, Pemerintah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Pusat perlu menyediakan sumberdaya yang diperlukan
untuk pengembangan professional pendidik dalam menerapkan asesmen pembelajaran.
e) Partisipasi Komite Sekolah dalam Pengembangan Asesmen
Pelaksanaan asesmen perlu melibatkan orangtua, anggota masyarakat, peserta didik, bersamasama pendidik dan pakar yang memiliki keahlian tertentu, dalam pengembangan asesmen.
Diskusi tujuan dan metode asesmen perlu melibatkan orang-orang yang peduli dengan
pendidikan. Orangtua, peserta didik, anggota masyarakat memiliki latar belakang berbagai
keahlian, pendidik dan tenaga kependidikan perlu melibatkan diri dalam membentuk sistem
asesmen yang berkualitas.
f) Keteraturan Dan Kejelasan Komunikasi Mengenai Asesmen
Pendidik, sekolah, pemerintah kabupaten/ kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat
secara jelas dan teratur mendiskusikan praktik asesmen dan peserta didik serta kemajuan
program dengan peserta didik , keluarga , dan masyarakat. Penddik dan sekolah
mengkomunikasikan tujuan, metode, dan hasil asesmen. Pendidik dan sekolah melaporkan apa
yang diketahui dan yang mampu dilakukan oleh peserta didik, apa yang perlu dipelajari oleh
peserta didik, dana apa yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk perbaikan perilaku
pesertadidik.
Laporan tentang prestasi belajar peserta didik berkenaan dengan pencapaian tujuan belajar juga
perlu dilaporkan. Contoh-contoh asesmen dan pekerjaan peserta didik perlu diperlihatkan kepada
orang tua dan masyarakat agar mereka mnegetahui kinerja peserta didik. Hasil asesmen perlu
dilaporkan bersama-sama dengan informasi tertentu yang erkaitan dengan program pendidikan,
ketersediaan sumberdaya, dan prestasi sekolah lainnya.
g) Peninjauan Kembali Dan Perbaikan Asesmen
11
Asesmen perlu dikaji kembali dan diperbaki untuk memastikan bahwa asesmen itu benar-benar
memberikan manfaat bagi peserta didik. Tindakan ini harus dilakukan secara berkesinambungan.
Meskipun asesmen itu telah dipandang memadai, namun perlu diperbaiki mengingat kondisi
selalu berubah dan pengetahuan yang terjadi di masyarakat selalu meningkat.
Peninjauan kembali merupakan dasar bagi pembuatan keputusan dalam mengubah
sebagian atau seluruh asesmen. Peninjauan kembali itu melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan ( Stakeholders) dalam system pendidikan. Analisis biaya manfaat
(cost- benefit analysis) juga perlu dilakukan untuk mengetahui efek asesmen terhadap
belajar.
E. Asesmen Autentik (Asesmen Kinerja)
Asesmen yang diterapkan di sekolah umumnya menggunakan test formal. Implementasi
ujan seperti ini banyak menimbulkan pertanyaan karena tidak mampu memberikan indikator
terhadap apa yang telah dipelajari oleh peserta didik, dan seringkali peserta didik membuat
terkaan atas butir soal pilihan ganda, sehingga peserta didik tidak belajar berpartisipasi di dunia
nyata. Pendekatan alternatif untuk menilai peserta didik dewasa ini lebih banyak melibatkan
peserta didik di dalamproses evaluasi yang dipandang mampu meningkatkan minat dan motivasi
belajar.
Test standar umumnya digunakan untuk memungkinkan sekolah untuk membuat standar
yang jelas dan konsisten terhadap peserta didik. Test tersebut akhir-akhir ini digunakan untuk
berbagai tujuan di luar evaluasi kelas. Test tersebut digunakan untuk menempatkan peserta didik
di kelas tertentu, membimbing peserta didik untuk membuat keputusan mengenai berbagai mata
pelajaran, dan untuk akuntabilitas terhadap keefektivan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
berdasarkan kinerja peserta didik.
Apabila tuntutan hasil test peserta didik harus tinggi, pendidik cenderung mengajarkan
materi pembelajaran yang akan diujikan untuk memperbaiki kinerja peserta didik. Apabila suatu
ujian dimaksudkan untuk menilai ketramplan yang diiinginkan dan untuk menggambarkan
penguasaan materi pembelajaran, hal ini bukan menjadi masalah. Namun demikian, test standar
umumnya menggunakan bentuk pertanyaan yang menggunakan jawaban pendek atau pilihan
ganda karena memberikanpeluang pengolahan hasil valuasi lebih efisien. Teknik evaluasi seperti
ini biasanya mengukur ketrampilan kognitif tingkat rendah, sementara itupeserta didik perlu
menggunakan ketrampilan yang lebih kompleks ketika mereka berada di luar kelas.
12
Untuk mendorong peserta didik menggunakan keterampilan kognitif tngkat tinggi dan
mengevaluasi peserta didik secara lebih komprehensif, ada beberapa assesmen alternatif yang
dapat digunakan. Umumnya assesmen alternatif itu menggunakan teknik evaluasi non standar
untuk menilai proses berpikir kompleks. Asesmen alternatif tersebut melput asesmen berbasis
kinerja dan asesmen acuan patokan.
Asesmen berbasis kinerja ( performance based assesment)merupkan bentuk ujian dimana
peserta didik menjawab suatu pertanyaan atau membuat produk atau mendemonsrasikan
ketrampilan atau menampilkan kemampuan atau pengetahuan. Dapat juga dinyatakan bahwa
assesmen berbasis kinerja merupakan assesmenyang mengaharuskan peserta didik membuat
respon terhadap suatu persoalan. Penerapan asesman berbasis kinerja ini mempersyaratkan
peserta didik secara aktif menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan tingkat tinggi yang telah dimiliki dalam memmecahkan masalah
yang bersifat realistik atau autentik. Beberapa jenis assesmen kinerja itu adalah tugas-tugas
membuat proyek individual atau kelompok, contoh tulisan atau karangan, memecahkan masalah
terbuka, wawancara atau presentasi lisan, eksperimen ilmiah, simulasi komputer, pertanyaan
yang membutuhkan kontruksi jawaban, dan portofolio . asesmen kinerja ini umumnya mendekati
kehidupan nyata, dimana peserta didik harus mengerjakan tugas dalam batas waktu tertentu.
Asesmen autentik merupakan jenis asesmen kinerja. Nama autentik itu diperoleh dari
fokus teknik evaluasi yang digunakan untuk mengukur tugas-tugas kompleks, relevan, dan di
dalam duna nyata. Asesmen autentikdapat berbentuk karya ilmiah dan memperbaiki karya tulis
ilmiah, memberikan analisis tentang peristiwa-peristiwa secara tertulis atau lisan, berkolaborasi
dengan orang lain dalam melaksanakan perdebatan dan melaksanakanpenelitian. Tugas-tugas
tersebut mempersyaratkan peserta didik mensintesis pengetahuan dan membuat jawaban dengan
benar. Validitas asesmen autentik didasarkan pada relevansi materi yang tersaji di dalam
kurikulum dengan keterterapannya di dalam dunia nyata. Asesmen autentik itu dapat
memperoleh reliabilitas tinggi apabila menggunakan kriteria evaluasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
Asesmen kinerja memiliki kemampuan untuk mengetahui minat peserta didik,
memperbaik prestasi belajar peserta didik, meningkatkan standar akademik, dan meningkatkan
pengembangan kurikulum yang lebih terpadu. Untuk melaksanakan asesmen kinerja itu, berikut
tahap-tahap yang harus dilalui.
13
a) aIdentifikasi hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran itu diperoleh dari tujuan
pembelajaran. Pertanyaannya adalah apakah yang ingin diketahui oleh peserta didik dan
apa yang dapat mereka kerjakan? Misalnya, dalam pelajaran IPS, pendidik
menghendakiagar peserta didik memahami dan menerapkan prinsip-prinsip demokratis,
seperti perlindungan hak-hak sipil.
b) Kembangkan tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari
tujuan pembelajaran. Setelah mengidentifikasi hasil belajar, pertanyaaan berikutnya
adalah apakah yang akan dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari
tujuanpembelajaran. Dalam hal ini peserta didik belajar dan mendemonstrasikan tujuan
pembelajaran denganberbagai cara, misalnya, dengan cara membaca, berbicara,
berdiskusi, bermain peran, menulis, pembuatan keputusan, atau pemecahan masalah.
c) Identifikasi hasil belajar tambahan yang didukung oleh tugas. Tugas yang kompleks
adalah lebih dari sekedar mendemonstrasikan dan menerapkan pengetahuan, misalnya
hak-hak
sipil
sebagai
suatu
prinsip-prinsip
demokratis.
Tugas
seperti
ini
mempersyaratkan beberapa tugas, termasuk di dalamnya ketrampilan dasar seperti
membaca, memperoleh informasi, menulis, dan ketrampilan berpikir kritis, mengevaluasi
data dan menarik kesimpulan. Karena tugas kinerja itu bersifat autentik, maka tugas itu
lebih banyak mendukung belajar dan lebih dari satu tujuan belajar.
d) Rumusan kriteria dan tingkat kinerja untuk mengevaluasi kinerja peserta didik. Dalam
tahap ini, pertanyannya adalah bagaimana pendidik mengetahui kualitas kegiatan peserta
didik? Salah satu cara untuk mengakses kinerja peserta didik adalah mengembangkan
krteria yang dapat digunakan untuk menilai dan mendeskrepsikan tingkat kinerja.
F.
Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio merupakan bentuk evaluasi kinerja yang paling populer. Portofolo
biasanya berbentuk file atau folder yang berisi koleksi karya pesertadidik. Pada mulanya
portofolio digunakan di bidang seni dan menulis, yang diawali mulai dari penulisan draft, revisi,
dan produk akhir untuk mengetahui kemajuan peserta didik. Walaupun begitu, asesmen
portofolio ini juga digunakan di bidang lain seperti matematika dan IPA. Dengan mencatat
kemajuan peserta didik, asesmen portofolio digunakan untuk mencatat keberhasilan peserta didik
dalam melaksanakan tugas.
Portofolio yang dirancang dengan baik bersi karya peserta didik yang berkaitan dengan
tugas-tugas instruksional, dan mencerminkan pencapaian tujuan kurikulum. Pendidik memiliki
14
kesempatan untuk memahami apa yang sedang dipelajari oleh peserta didk. Sebagai produk dari
kegiatan pembelajaran, portofolio menggambarkan ketrampilan berpikir kompleks dan belajar
kontekstual. Keputusan mengenai hal-hal apa yang dimaksudkan ke dalam portofolio tergantung
pada tujuan pembuatan portofolio. Pembuatan portofolio dapat digunakan untuk merekam karya
peserta didk, mengkomunikasikan pekerjaannya, dan menghubungkan pekerjaan peserta
didik dengan konteks yang lebih luas. Portofolio dapat dimaksudkan untuk memotivasi peserta
didik, meningkatkan belajar melalui refleks dan asesmen diri, dan digunakan untuk menilai
proses menulis dan berpikir peserta didik. Isi portofolio dapat digunakan untuk mengukur
kebutuhan peserta didik tertentu atau bidang-bidang studi tertentu. Materi di dalam portofolio
hendaknya diorganisir dalam bentuk kronologis. Pengorganisasian ini dapat memperlancar
penetapan waktu pembuatan komponen-komponen dari suatu folder. Portofolio juga dapat
diorganisir berdasarkan pada bidang-bidang kurikulum atau kategori perkembangan anak.
Portofolio dapat dievaluasi dengan dua cara, tergantung pada penggunaan skor. Pertama,
yaitu evaluasi berbasis kriteria. Kemajuan peserta didik dibandingkan dengan standar kinerja
yang sesuai dengan kinerja peserta didik lainnya, atau kurikulum. Tingkat prestasi dapat diukur
dalam bentuk seperti dasar, terampil, mahir atau dapat dievaluasi dengan berbagai tingkatan yang
pada akhirnya memberikan peluang untuk membuat perbedaan antar peserta didik. Tenik
evaluasi portofolio kedua adalah mengukur kemajuan peserta didik individual pada periode
waktu tertentu. Teknik ini digunakan asesmen perubahan pengetahuan atau keterampilan peserta
didik.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengakses portofolio. Metode evaluasi
portofolio dapat dioperasionalisasikan dengan menggunakan rubrik, yaitu pedoman penskoran
yang berisi rumusan semua dimensi yang diakses. Rubrik itu dapat berbentuk holistik yang
menghasilkan skor tunggal, atau dapat berbentuk analitik yang menghasilkan beberapa skor yang
memberi peluang evaluasi pengetahuan dan keterampilan penting. Penentuan rangking yang
bersifat holistik, kadang-kadang menggunakan asesmen portofolio, didasarkan pada kesan umum
dari suatu kinerja. Dalam hal ini penilai memadukan kesannya dengan skala nilai, umumnya
terfokus pada aspek-aspek kinerja spesifik.
Apakah penggunaan pendekatan holistik atau analitik, kriteria penskoran yang baik yaitu
mampu mengklarifikasi objektivitas dengan cara memberi informasi kepada peserta didik,
meningkatkan objektivitas dengan cara memberi informasi kepada peserta didik tentang seberapa
baik mereka itu akan diakses, dan membantu pendidik membuat skor yang akurat dan tidak bias.
15
Evaluasi portofolio juga dapat memanfaatkan pendidik dan peserta didik serta evaluasi teman
sebaya. Beberapa pendidik dapat meminta peserta didiknya mengevaluasi pekerjaannya sendiri
sebagai bentuk refleksi dan memantau kemajuan belajarnya sendiri.
Ada beberapa masalah berkenaan dengan asesmen portofolio. Salah satu masalahnya
adalah ketika asesmen ini digunakan dalam skala besar, karena portofolio memerlukan banyak
waktu dan biaya dalam melaksanakan evaluasi, terutama apabila dibandingkan dengan jenis
evaluasi lainnya. Pertanyaan lain yang muncul yaitu apakah peserta didik akan menerima
rangking atau skor yang diperoleh peserta didik mungkin beberapa apabila pekerjaan peserta
didik dikoreksi oleh pendidik yang berbeda.
Ada berbagai cara untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan objektivitas dan
reliabilitas asesmen portofolio. Pertama, ketika menilai kinerja, penggunaan rentang skor yang
kecil, misalnya A, B, C, D, dan E, dapat menghasilkan skor yang lebih reliabel jika dibandingkan
dengan penggunaan rentang skor yang lebih besar. Demikian pula, beberapa guru dapat
menggunakan grading holistik dalam mengevaluasi peserta didik. Apabila asesmen portofolio
didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, reliabilitasnya akan tinggi. Kedua,
peningkatan objektivitas asesmen portofolio dapat menggunakan beberapa evaluator. Dengan
menggunakan beberapa evaluator, penilaian portofolio dapat membantu memastikan bahwa skor
awal yang diberikan oleh evaluator akan menggambarkan kompetensi pekerjaan peserta didik.
Ketiga, untuk menguji reliabilitas kor adalah menilai kembali portofolio selama periode waktu
tertentu, mungkin satu bulan, kemudian membandingkannya dengan skor portofolio yang
diberikan awal penskoran, untuk menegtahui konsistensi penskoran.
Masalah lain adalah pengembangan dan pembuatan rangking pada tugas-tugas portofolio.
Untuk memcahkan masalah itu, tugas-tugas portofolio dapat didiskusikan oleh beberapa
pendidik yang memiliki latar belakang kebudayaan berbeda. Pendidik tersebut dapat melacak
kembali cara-cara peserta didik yang memiliki berbagai latar belakang kebudayaan
melaksanakan suatu pekerjaan dan mengakses kembali untuk mengetahui konsistensi penskoran.
Dibandingkan dengan tes formal (tes tertulis dan sejenisnya) asesmen portofolio memiliki
berbagai keuntungan, diantaranya :
a) Dengan menunjukkan apa yang dikerjakan peserta didik pada suatu portofolio, mereka
dapat mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensinya kepada pendidik, sekolah,
dan orang tuanya. Portofolio ini memberikan informasi yang sangat penting di dalam
menilai mutu pendidikan dan mutu prestasi peserta didik.
16
b) Karena terfokus pada hasil pembelajaran, portofolio dapat diintegrasikan dengan
kegiatan pembelajaran.
c) Sasaran asesmen portofolio adalah kemampuan peserta didik dalam berpikir kompleks,
pemahaman mendalam dan penerapan pengetahuan. Bukan sebaliknya pengetahuan dan
keterampilan terbatas, seperti mengingat fakta ataupun konsep.
d) Karena portofolio menawarkan berbagai cara kepada peserta didik untuk
mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat kerjakan, maka
peserta didik terdorong menjadi pembelajar reflektif yang bertanggung jaawab atas
pertumbuhan dan perkembangannya sendiri.
e) Portofolio memberikan kesempatan kepada pendidik untuk memahami apa yang
dipelajari oleh peserta didiknya, sehingga para pendidik dapat merancang pembelajaran
yang dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Walaupun para pendidik dalam menggunakan asesmen portofolio itu memerlukan banyak
waktu dalam mengembangkan, mengimplementasikan, dan menskor portofolio, namun
penggunaannya memiliki konsekuensi positif terhadap belajar dan pembelajaran. Demikian pula
asesmen ini dapat meningkatkan keterampilan, prestasi, dan motivasi peserta didik untuk belajar.
Dalam menerapkan asesmen portofolio, ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu:
a) Perencanaan dan pengorganisasian
1) Kembangkan perencanaan portofolio yang bersifat fleksibel. Apakah tujuan yang akan
dicapai melalui portofolio itu ? aspek-aspek apa saja yang diperlukan ? kapan dan
bagaimana aspek-aspek itu ditetapkan ? kriteria apakah yang akan diterapkan untuk
refleksi dan evaluasi ?
2) Rencanakan waktu secukupnya agar peserta didik mempersiapkan dan mendiskusikan
aspek-aspek portofolio. Asesmen portofolio memerlukan banyak waktu dan pemikiran
dibandingkan dengan koreksi ujian tertulis.
3) Mulai dengan satu aspek belajar dan hasil belajar peserta didik, kemudian semakin
meningkat sejalan dengan apa yang dipelajari peserta didik. Proses menulis karangan,
misalnya adalah sangat cocok untuk didokumentasikan melalui portofolio.
4) Pilih aspek-aspek yang dimaksudkan di dalam portofolio yang mampu menunjukkan
kemajuan peserta didik atau penugasan tujuan pembelajaran.
5) Pilih setidak-tidaknya dua aspek, yakni indikator yang diperlukan atau aspek-aspek inti,
dan sampel pekerjaan yang dipilih. Kumpulan indikator inti atau yang dipersyaratkan itu
17
hendaknya
menunjukkan
kemajuan
peserta
didik.
Sampel
pekerjaan
pilihan
menunjukkan kekuatan dan minat individu peserta didik.
6) Tempatkan daftar tujuan di depan masing-masing portofolio, bersamaan dengan daftar
indikator yang dipersyaratkan dan tempat mencatat aspek-aspek pilihan, agar supaya
pendidik dan peserta didik mudah mengetahui isinya.
b) Implementasi
1) Lekatkan perkembangan aspek-aspek portofolio di dalam kegiatan kelas yang sedang
berlangsung untuk menghemat waktu, dan pastikan bahwa aspek-aspek portofolio itu
merupakan cerminan dari pekerjaan peserta didik, dan mampu meningkatkan
keautentikan.
2) Berikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk mempersiapkan, memilih, menilai,
dan menyimpan portofolionya sendiri.
3) Bagi aspek-aspek portofolio yang telah dipilih, refleksi model dan asesmen diri akan
membantu peserta didik menyadari proses yang mereka lakukan, apa yang mereka
pelajari dan telah mereka pelajari, dan apa yang dapat mereka lakukan pada waktu yang
berbeda.
4) Catat komentar pendidik dan peserta didik dengan segera terhadap portofolio tersebut,
dan lekatkan komentar itu pada aspek-aspek portofolio. Biarkan peserta didik membuat
komentar atas portofolionya sendiri.
5) Selektif. Portofolio bukan sebagai kumpulan sampel karya peserta didik yang
sembarangan. Portofolio berisi aspek-aspek dari karya peserta didik terpilih yang mampu
meningkatkan belajar peserta didik.
c) Hasil
1) Analisis aspek-aspek portofolio untuk memahami pengetahuan dan keterampilan peserta
didik. Melalui analisis ini pendidik akan memahami kekuatan dan kebutuhan peserta
didik, proses berpikir, prakonsepsi, kesalahan konsepsi, pola-pola kesalahan, dan
perbandingan perkembangan.
2) Gunakan informasi portofolio itu untuk mendokumentasikan kegiatan belajar peserta
didik, untuk disampaikan kepada orang tua, dan memperbaiki pembelajaran di kelas.
18
2. EVALUASI
PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN
1. DEFINISI EVALUASI
Bloom et. Al (1971)
“ evaluasi, sebagaimana kita lihat, adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk
menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan
menetapkan sejauh mana tingkat perubahan badam pribadi siswa”
Stufflebeam et. Al (1971)
Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi
yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
2. TUJUAN EVALUASI
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar- mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan intruksional
oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud
merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa:
a. Penempatan pada tempat yang tepat.
b. Pemberian umpan balik.
c. Diagnosis kesulitan belajar siswa,
d. Penentuan kelulusan.
Untuk masing-masing tindak lanjut yang di kehendaki ini diadakan tes, yang diberi nama:
a. Tes penempatan (placement test)
Tes ini disajikan pada awal tahun pelajaan untuk mengukur kesiapan siswa dan
mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran
untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah
dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan.
b. Tes formatif (formative test)
Tes ini disajikan di tengah program pengajaran untuk memantau (memonitor)
kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun
kepada guru.
c. Tes diagnostik (diagnostic test)
Tes ini bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan
perbaikannya. Tujuannya adalah agar dapat diperoleh informasi bahwa unit tertentu
belum dikuasai sehingga soalnya tidak dapat dijawab meskipun soal-soal itu umunya
mudah.atas dasar informasi semacam ini guru dapat mengupayakan perbaikannya.
19
d. Tes sumatif (sumative test)
Tes jenis ini biasannya di berikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang
pendidikan. Tes ini di maksudkan untuk memberikan memberikan nilai yang menjdi
dasar penentuan kelulusan dan atau pemberian sertifikat bagi yang telah
menyelesaikan pelajaran dengan berhasil baik.
3. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
a. Evalusi Berfungsi Selektif.
Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan
seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara
lain :
1). Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.
2). Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
3). Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
4). Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah.
b. Evaluasi bersifat Diagnostik.
Apabila alat yang di gunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka
dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu
diketahui pula sebab musebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi,
sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih
mudah dicari cara untuk mengatasi.
c. Evaluasi bersifat sebagai penempatan.
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan dinegara barat adalah sistem belajar
sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan paket belajar, baik
berbentuk modul atau paket belajar lain.sebagai alasan dari timbulnya sistem ini
adalah adanya pengakuan besar terhadap pengakuan individual.
d. Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan.
Fungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum,sarana, dan sistem
kurikulum.
4. FUNGSI EVALUASI
Evalusi dalam proses pengembangan sistem pendidikan dimaksudkan untuk:
1. Perbaikan sistem
20
Evaluasi lebih merupakan kebutuhan yang datang dari dalam
sistem itu
sendiri karena evaluasi itu dipandang sebagai faktor yang memungkinkan
dicapainya hasil pengembangan yang optimal dari sistem yang bersangkutan.
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
Dalam Pertanggungjawaban hasil yang telah dicapainya, pihak pengembang
perlu mengemukakan kekuatan dan kelemahan dari sistem yang sedang
dikembangkannya serta usaha lebih lanjut yang diperlukan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut.
3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.
5. PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK EVALUASI
A. Prinsip-prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi.
Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan disempurnanya teknik evaluasi
diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil
evaluasi pun akan kurang dari yang diharapkan. Prinsip-prinsip termaksud adalah sebagai
berikut:
1. Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di
samping tujuan instruksional dan materi serta metode pengajaran (ingat segitiga
Tyler). Tujuan instruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi
merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu,
perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan
pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan
instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.
2. Keterlibatan siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk
dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar
yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Penyajian evaluasi
oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan
informasi mengenai kemajuannya dalam program belajar –mengajar. Siswa akan
merasa kecewa apabila usahanya tidak dievaluasi.
3. Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan
materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan
yang hendak diukur. Tidak dapat dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar
atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukur bahan yang belum disajikan
dalam kegiatan belajar-mengajar.
4. Pedagogis
21
Di samping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga
perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi
pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi
untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan
sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi
merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang berhasil.
5. Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggung
jawaban (accountability). Pihak-pihak termaksud antara lain orang tua, calon
majikan, masyarakat lingkungan pada umumnya, dan lembaga pendidikan sendiri.
Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat
dipertimbangkan pemanfaatannya.
B. Teknik Evaluasi
Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu: teknik tes dan teknik non-tes.
1. Teknik non-tes
Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Skala bertingkat (rating scale)
Kuesioner (questionnaire)
Daftar cocok (check-list)
Wawancara (interview)
Pengamatan (observation)
Riwayat hidup.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai hasil yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppenheim menggatakan “Rating gives a numerical value to
some kind of judgement”, maka suatu skala disajikan dalam bentuk angka.
b. Kuesioner
Kuesioner (questionnaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya,
kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data
diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapatnya dan lain-lain.
1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan
diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi
oleh bukan orang yang dimintai keterangan nya. Kuesioner tidak
22
langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bahan,
anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
2) Ditinjau dari segi cara menjawab
Ditinjau dari segi cara menjawabnya maka dibedakan atas:
Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban langkah sehingga pengisi hanya tinggal
member tanda pada jawaban yang dipilih.
Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner
terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci
dengan jelas sehingga jawabannya akan beranekaragam.
c. Daftar cocok (check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pertanyaan (yang
biasanya singkat-singkat), di mana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan
tanda cocok ditempat yang sudah disediakan.
d. Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adalah suatu cara digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Interviu bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya.
2. Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subjek evaluasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun
terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab
pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh
penanya.
e. Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada 3 macam observasi:
1. Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam
pada itu pengamatmemasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang
diamati.
2. Observasi sistematik, yaitu observasin di mana faktor-faktor yang diamati sudah
didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kategorinya.
3. Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam
kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur penting dalam
situasi sedemikian rupa sehingga situa
FISIKA DIK B 2015
KAITAN ASESMEN DENGAN EVALUASI
O
L
E
H
KELOMPOK I
RKAWATI
(4152121013)
ELA ROJA
(4151121022)
EFI RAMAYANI
(4152121021)
FANI APRILLIANA
(4153121020)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika. Kami juga berterima
kasih pada Bapak Teguh Pebri Suherman,Spd.,M.Pd selaku Dosen mata kuliah Evaluasi Proses
dan Hasil Belajar Fisika Universitas Negeri Medan yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika Kami juga menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Di dalam makalah ini
mungkin terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika Universitas Negeri Medan ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Medan, Agustus 2017
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
1. Latar Belakang....................................................................................4
2. Rumusan Masalah...............................................................................4
3. Tujuan.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................5
1. ASESMEN..................................................................................5
A. Pengertian Asesmen..............................................................5
B. Sejarah Asesmen...................................................................7
C. Tujuan Asesmen.........................................................8
D. Prinsip-prinsip Asesmen........................................................10
E. Asesmen Autentik (Asesmen Kinerja).................................12
F. Asesmen Portofolio...............................................................14
2. EVALUASI.................................................................................19
1. Devinisi Evaluasi...................................................................19
2. Tujuan Evaluasi.....................................................................19
3. Fungsi Evaluasi Pendidikan..................................................20
4. Fungsi evaluasi......................................................................21
5. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi.....................................21
6. Kaitan Assesment dan Evaluasi.............................................25
BAB III PENUTUP.................................................................................26
Kesimpulan...........................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
3
Istilah evaluasi dan asesmen seringkali dipertukarkan, namun sebenarnya terdapat
perbedaan yang ensesial diantara keduanya. Asesmen dalam hal ini dinyatakan sebagai suatu
cara yang tepat untuk mengungkap proses dan kemajuan belajar. Asesmen dapat memberikan
umpan balik secara berkesenambungan tentang siswa untuk perbaikan pembelajaran.
Sementara itu evaluasi dinyatakan sebagai pemberian nilai (judgement) terhadap hasil
belajar berdasarkan data yang diperoleh melalui asesmen. Selain dari itu, terdapat pula beberapa
istilah lainya yaitu tes, testing, dan pengukuran yang juga sering kali dipertukarkan oleh guru.
2. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian asesmen
b) Bagaimana sejarah asesmen
c) Apa saja tujuan asesmen
d) Bagaimana prinsip-prinsip asesmen
3. Tujuan
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan intruksional oleh siswa
sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi
dan dapat berupa:
1. Penempatan pada tempat yang tepat.
2. Pemberian umpan balik.
3. Diagnosis kesulitan belajar siswa,
4. Penentuan kelulusan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. ASESMEN
A. PENGERTIAN ASESMEN
4
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh stigginis (1994) sebagai penilaian prosrs,
kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes. Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano
(2001) sebagai “ The process of Collecting data which s,hows the development of learning “.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk
penilaian proses belajar belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal
penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Gabel (1993 : 388 – 390) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar
yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes
benar – salah, tes pilihan ganda , tes melengkapi, dann tes jawaban terbatas. Sementara itu yang
tergolong ke dalam asesmen alternatif (non –tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek,
penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat,
penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interview (wawancara).
Wiggins (1984) menyatakan bahwa assessmen merupakan sarana yang secara kronologis
membantu guru dalam monitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakan
bahwa assessmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal
yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen ,menitikberatkan
penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al . (1994)
menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang tellah
dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut
diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan
tetapi juga kemajuan belajarnya.
Asesmen merupakan proses mendokumentasi, melalui proses pengukuran, pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan keyakinan peserta didik. Dapat dinyatakan pula bahwa asesmen
merupakan sistematik untuk memperoleh informasi tentang apa yang diketahui, dilakukan, dan
dikerjakan oleh peserta didik. Berikut disajikan beberapa pengertian asesmen yang disampaikan
oleh pakar asesmen pembelajaran:
a) Khan, Hardas, dan Ma (2005) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses
mendokumentasikan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan.
b) NAEYC (1990) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses pengamatan, pencatatan
dan selanjutnya pendokumentasian pekerjaan yang dikerjakan peserta didik dan caracara peserta didik mengerjakannya, untuk dijadikan sebagai dasar dari berbagai
pembuatan keputusan pendidikan yang mempengaruhi anak.
c) Dodge dan Bickart (1994) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses memperoleh
informasi tentang anak untuk membuat keputusan tentang pendidikannya.
5
d) Hills (1992) menyatakan bahwa asesmen terdiri atas tahap pengumpulan data tentang
perkembangan dan belajar peserta didik, menentukan kebermaknaan tujuan program,
memadukan informasi kedalam perencanaan program, dan mengkomunikasikan temuan
kepada orang tua dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa assasmen merupakan
Metode dan alat asesmen meliputi: observasi, asesmen amndiri oleh pesertadidik, tugas
praktek harian, contoh hasil pekerjaan peserta didik, tes tertulis, skala penilaian, proyek, laporan
tertulis, review kinerja, dan asesmen portofolio. Kinerja peserta didik dinilai dari informasi yang
dikumpulkan melalui kegiatan asesmen, pendidik menggunakan pemahamannya, pengetahuan
tentang belajar, dan pengalaman peserta didik, kemudian membandingkannya dengan criteria
yang telah dirumuskan dalam membuat penilaian mengenai kinerja peserta didik berkenaan
dengan hasil belajaryang telah ditetapkan.
Evaluasi memiliki kesamaan dengan asesmen, asesmen biasanya berkaitan dengan
prestasi belajar peserta didik. Dalam pemakaian yang lebih sempit, asesmen disamakan dengan
ujian, sedangkan dalam pemakaian yang lebih luas, asesmen disamakan dengan evaluasi. Oleh
karena itu evaluasi pendidikan biasanya meliputi asesmen hasil belajar peserta didik. Evaluasi
memiliki tujuan untuk mengetahui sikap peserta didik, kesadaran karir, kepekaan budaya,
praktek pembelajaran, kurikulum, personel sekolah, dan sebagainya.
Beberapa pratisi
pendidikan ada yang menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian, namun ada pula
yang memandang berbeda, yakni isi evaluasi dipandang lebih luas dibandingkan dengan asesmen
karena evaluasi berkaitan dengan pembuatan keputusan tentang nilai atau harga dari suatu objek.
Asesmen dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu karakteristik tertentu, seperti
deskripsi tujuan, sementara evaluasi dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu
karakteristik dan penentuan nilai atau harga suatu objek. Shepard (1994) membedakan antara
istilah asesmen dengan tes, walaupun secara teknis keduanya memiliki makna yang sama. Dia
menyatakan tes sebagai kegiatan pengukuran tradisional, pengukuran pra akademik dan
perkembangan anak yang tidak standar, dan menggunakan istilah asesemen yang mengacu pada
proses pengamatan dan penilaian anak yang sesuai dengan perkembangan anak.
Perbedaan lain berkaitan dengan objek yang dikaji. Asesmen biasanya berkaitan dengan peserta
didik. Dalam pemakaian yan paling sempit, asesmen disamakan dengan ujian. Dalam pemakaian
yang paling luas, asesmen digunakan secara bergantian dengan evaluasi. Evaluasi kegiatan
pendidikan dapat menggunakan asesmen hasil belajarpeserta didik namun dalam skala yang
6
lebih luas. Evaluasi dapat mencakup tujuan seperti sikap peserta didik, kesadaran karier peserta
didik, kepekaan cultural, praktik mengajar, dan sebagainya.
B.Sejarah Asesmen
Kegiatan asesmen muncul pertama kali di China pada tahun 206 sebelum masehi ketika
dinasti Han memperkenalkan ujian untuk membantu proses seleksi pegawai kerajaan. Pada tahun
822 setelah masehi dinasti Tang melaksanakan ujian tertulis bagi calon pegawai kerajaan, ujian
itu berlangsung selama beberapa hari dan yang lulus mencapai 2%, calon pegawai yang berhasil
kemudian diberikan asesmen lisan oleh raja.
Di Eropa, ujian yang digunakan selama abad pertengahan digunakan untuk membantu
seleksi calon pendeta dan kesatria, dan anak-anak sekolah di uji pengetahuan tentang katekismus.
Universitas Paris pertama kali memperkenalkan ujian forma selama abad 12. Ujian itu adalah
perselisihan tentang teologi. Pada tahun 1974an, Universitas Cambridge mulai menggunakan
ujian lisan untuk membandingkan peserta didik, sama dengan ujian yang diselenggarakan oleh
dinasti Han di China. Selama abad ke 18, Universitas Cambridgedan Oxford mulai menguji
kemampuan matematika kepada peserta didiknya dengan menggunakan ujian tertulis kemudian
menggunakan kertas untuk asesmen pada semua mata kuliah.
Amerika Serikat memperkenalkan ujian tertulis pada pada tahun 1830an dalam upaya
mengurangi subjektivitas asesmen. Horace Mann memperkenalkan ujian tertulis di Boston
Public School untuk membandingkan kinerja sekolah. Walaupun demikian, kontribusi utama
Amerika Serikat dalam sejarah ujian itu dating selama perang dunia pertama ketika Angkatan
Bersenjata Amerika Serikat memperkenalkan tes IQ berskala besar untuk mengangkat sejumlah
besar calon prajurit yang akan menduduki jabatan di Angkatan Bersenjata. The Army Alpha,
sebagaimana yang telah dikenal, merupakan pertanyaan pilihan ganda dan diterapkan pada dua
juta calon prajurit.
C. Tujuan Asesmen
Asesmen memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses (Herman,
Aschbacher, and Winters, 1992). Asesmen yang berkaitan dengan tujuan isi digunakan
untuk menentukan seberapa jauh peserta didik telah mempelajari pengetahuan dan
keterampilan spesifik. Dalam hal ini asesmen harus terfokus pada hasil belajar peserta
didik. Asesmen yang berkaitan dengan proses digunakan untuk mendiagnosis
7
kekuatan dan kelemahan peserta didik serta merencanakan pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi peserta didik.
asesmen pembelajaran pada dasarnya tergantung pada penggunaan jenis-jenis
asesmen. Ada empat jenis asesmen dalam pembelajaran, yaitu: (a) asesmen formatif
dan sumatif; (b) asesmen objektif dan subjektif; (c) asesmen acuan normatif dan acuan
patokan, dan (d) asesmen formal dan informal.
a) Asesmen formatif dan sumatif
Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan di akhir pembelajaran, dan digunakan
untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik. Asesmen formatif
umumnya dilaksanakan selam proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan asesmen
formatif dapat berbentuk pemberian balikan atas pekerjaan peserta didik, dan tidak
akan dijadikan sebagai dasar untuk kenaikan kelas peserta didik. Dalam konteks
belajar, asesmen sumatif dan formatif disebut dengan asesmen belajar.
Salah satu bentuk asesmen formatif adalah asesmen diagnostic. Asesmen diagnostic
mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik untuk mengidentifikasi
program belajar yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Asesmen mandiri oleh
peserta didik merupakan bentuk asesmen diganostik yang melibatkan peserta didik
mengakses dirinya sendiri.
b) Asesmen objektif dan subjektif
Asesmen bentuk objektif merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki satu jawaban yang benar.
Asesmen subjektif merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban yang
benar (atau lebih dari satu cara mengungkapkan jawaban yang benar). Ada beberapa jenis
pertanyaan berbentuk objektif dan subjektif. Jenis pertanyaan berbentuk objektif yaitu
pertanyaan yang memiliki alternatif jawaban benar dan salah, pilihan ganda, pertanyaan
menjodohkan, dan jawaban ganda. Pertanyaan subjektif yaitu pertanyaan yang membutuhkan
jawaban luas dan ada yang berbentuk uraian.
c) Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
Asesmen acuan patokan, biasanya menggunakan tes acuan patokan, merupakan asesmen yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Asesmen acuan patokan membandingkan kemampuan peserta didik dengan criteria,
atau asesmen yang memfokuskan diri pada kinerja individu yang diukur berdasarkan pada
8
criteria atau standar absolute. Asesmen acuan patokan seringkali digunakan untuk mengukur
kompetensi peserta didik.
Prosedur asesmen acuan patokan mencakup urutan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Identifikasi hasil belajar yang diharapkan.
Rumuskan kriteria. Jika memungkinkan, libatkan peserta didik dalam merumuskan
kriteria
Rencanakan kegiatan belajar yang membantu peserta didik memperoleh pengetahuan
dan keterampilan
Sebelum kegiatan belajar berlangsung, komunikasikan kriteria tersebut dan pekerjaan
yang akan diakses.
Berikan contoh kinerja yang diinginkan.
Implementasikan kegiatan belajar.
Gunakan beberapa metode asesmen berdasarkan tugas yang diberikan.
Kaji kembali data asesmen dan evaluasi masing-masing tingkat kinerja peserta didik atau
kualitas pekerjaan dengan menggunakan kriteria
Apabila diperlukan, berikan tanda huruf (misalnya A, B, C, D) yang menunjukkan
pemenuhan hasil belajar peserta didik dan orangtua
Laporkan hasil asesmen kepada peserta didik dan orangtua
Asesmen acuan normatif, atau dikenal dengan penentuan rangking berdasarkan kurva
norml, biasanya menggunakan tes acuan normatif, tidak digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain yaitu
asesmen yang distandarkan pada sekelompok individu yang kinerjanya dinilai dalam
hubungannya dengan kinerja individu lainnya. Asesmen ini sangat efektif untuk membandingkan
kemampuan peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Asesmen untuk ujian masuk sekolah
biasanya emnggunakan asesmen acuan normative, karena asesmen ini dapat menunjukkan
proporsi jumlah calon peserta didik yang lulus datau diterima di sekolah atau di universitas , dan
bukan menunjukkan tingkat kemampuan calon peserta didik yang sesungguhnya.
d) Asesmen formal dan informal
Asesmen formal biasanya diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis, seperti tes tertulis.
Asesmen formal diberikan skor dalam bentuk angka atau penentuan rangking berdasarkan pada
kinerja peserta didik.
9
Asesmen informal tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking akhir peserta didik. Asesmen
ini biasanya dilakuan dengan cara yang lebih terbuka, seperti kegiatan asesmen yang
dilaksanakan melalui observasi, inventori, partisipasi, evaluasi diri dan teman sebaya, dan
diskusi.
D. Prinsip-prinsip Asesmen
Asesmen yang baik harus berdasarkan pada landasan pendidikan. Landasan pendidikan
ini meliputi pengorganisasian sekolah dalam memenuhi kebutuhan belajar seluruh peserta didik,
memahami cara peserta didik belajar, menetapkan standar tinggi pada kegiatan belajar peserta
didik dan memberikan kesempatan bealajar peserta didik yang memadai.
Ada tujuh prinsip dalam menerapkan asesmen belajar. Berikut disajikan ketujuh prinsip yang
dimaksud :
a) Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki belajar peserta didik
Asesmen kelas maupun berskala besar, diorganisir dengan tujuan untuk memperbaiki belajar
peserta didik. Asesmen ini memberikan informasi yang sangat bermanfaat mengenai apa yang
telah dicapai oleh peserta didik terhadap tujuan belajar dan mengenai kemampuan belajar
masing-masing peserta didik. Asesmen menggunakan metode yang konsisten dengan tujuan
belajar, kurikulum, pembelajaran, dan pengetahuan mutakhir tentang peserta didik.
b) Asesmen bertujuan untuk mendukung belajar peserta didik
Asesmen baik yang digunakan untuk laporan kemajuan peserta didik, sertifikasi peserta didik,
dan informasi untuk perbaikan dan akuntabilitas sekolah adalah dimaksudkan untuk mendukung
belajar peserta didik. Pendidik dan sekolah membuat keputusan, seperti kenaikan kelas,
kelulusan peserta didik adalah didasarkan pada informasi yang diperoleh secara terus menerus,
bukan data yang diperoleh dari asesmen akhir semester. Demikian pula informasi yang
digunakan untuk perbaikan dan akuntabilitas sekolah juga berasal dari data pekerjaan dan
asesmen peserta didik yang diperoleh secara terus menerus.
Asesmen akuntabilitas menggunakan prosedur pengambilan sampel pekerjaan peserta didik.
Asesmen ini mengembangkan standar teknis dan standar itu digunakan untuk memastikan agar
asesmen yang diterapkan memiliki kualitas tinggi, serta digunakan untuk memantau konsekuensi
pendidikan atas penggunaan asesmen tersebut.
c) Objektif bagi semua peserta didik
Asesmen yang baik akan memberikan keyakinan bahwa semua peserta didik akan memperoleh
perlakuan yang sama. Asesmen menggunakan berbagai metode dalam mengakses kemajuan
10
peserta didik serat cara-cara peserta didik mengungkapkan pengetahuan dan pemahamannya
terhadap mata pelajaran. Asesmen tidak akan melenceng dan mampu menggambarkan
pengetahuan dan keterampilan aktual peserta didik.
d) Kolaborasi professional
Pendidik yang memiliki sikap objektif adalah penting bagi persyaratan asesmen yang berkualitas.
Pendidik menentukan dan berperan serta dalam pengembangan professional serta bekerjasama
untuk memperbaiki system asesmen. Kemampan professional iu diperkuat melalui sekelompok
pendidik memberikan skor pekerjaan peserta didik. Sekolah, Pemerintah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Pusat perlu menyediakan sumberdaya yang diperlukan
untuk pengembangan professional pendidik dalam menerapkan asesmen pembelajaran.
e) Partisipasi Komite Sekolah dalam Pengembangan Asesmen
Pelaksanaan asesmen perlu melibatkan orangtua, anggota masyarakat, peserta didik, bersamasama pendidik dan pakar yang memiliki keahlian tertentu, dalam pengembangan asesmen.
Diskusi tujuan dan metode asesmen perlu melibatkan orang-orang yang peduli dengan
pendidikan. Orangtua, peserta didik, anggota masyarakat memiliki latar belakang berbagai
keahlian, pendidik dan tenaga kependidikan perlu melibatkan diri dalam membentuk sistem
asesmen yang berkualitas.
f) Keteraturan Dan Kejelasan Komunikasi Mengenai Asesmen
Pendidik, sekolah, pemerintah kabupaten/ kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat
secara jelas dan teratur mendiskusikan praktik asesmen dan peserta didik serta kemajuan
program dengan peserta didik , keluarga , dan masyarakat. Penddik dan sekolah
mengkomunikasikan tujuan, metode, dan hasil asesmen. Pendidik dan sekolah melaporkan apa
yang diketahui dan yang mampu dilakukan oleh peserta didik, apa yang perlu dipelajari oleh
peserta didik, dana apa yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk perbaikan perilaku
pesertadidik.
Laporan tentang prestasi belajar peserta didik berkenaan dengan pencapaian tujuan belajar juga
perlu dilaporkan. Contoh-contoh asesmen dan pekerjaan peserta didik perlu diperlihatkan kepada
orang tua dan masyarakat agar mereka mnegetahui kinerja peserta didik. Hasil asesmen perlu
dilaporkan bersama-sama dengan informasi tertentu yang erkaitan dengan program pendidikan,
ketersediaan sumberdaya, dan prestasi sekolah lainnya.
g) Peninjauan Kembali Dan Perbaikan Asesmen
11
Asesmen perlu dikaji kembali dan diperbaki untuk memastikan bahwa asesmen itu benar-benar
memberikan manfaat bagi peserta didik. Tindakan ini harus dilakukan secara berkesinambungan.
Meskipun asesmen itu telah dipandang memadai, namun perlu diperbaiki mengingat kondisi
selalu berubah dan pengetahuan yang terjadi di masyarakat selalu meningkat.
Peninjauan kembali merupakan dasar bagi pembuatan keputusan dalam mengubah
sebagian atau seluruh asesmen. Peninjauan kembali itu melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan ( Stakeholders) dalam system pendidikan. Analisis biaya manfaat
(cost- benefit analysis) juga perlu dilakukan untuk mengetahui efek asesmen terhadap
belajar.
E. Asesmen Autentik (Asesmen Kinerja)
Asesmen yang diterapkan di sekolah umumnya menggunakan test formal. Implementasi
ujan seperti ini banyak menimbulkan pertanyaan karena tidak mampu memberikan indikator
terhadap apa yang telah dipelajari oleh peserta didik, dan seringkali peserta didik membuat
terkaan atas butir soal pilihan ganda, sehingga peserta didik tidak belajar berpartisipasi di dunia
nyata. Pendekatan alternatif untuk menilai peserta didik dewasa ini lebih banyak melibatkan
peserta didik di dalamproses evaluasi yang dipandang mampu meningkatkan minat dan motivasi
belajar.
Test standar umumnya digunakan untuk memungkinkan sekolah untuk membuat standar
yang jelas dan konsisten terhadap peserta didik. Test tersebut akhir-akhir ini digunakan untuk
berbagai tujuan di luar evaluasi kelas. Test tersebut digunakan untuk menempatkan peserta didik
di kelas tertentu, membimbing peserta didik untuk membuat keputusan mengenai berbagai mata
pelajaran, dan untuk akuntabilitas terhadap keefektivan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
berdasarkan kinerja peserta didik.
Apabila tuntutan hasil test peserta didik harus tinggi, pendidik cenderung mengajarkan
materi pembelajaran yang akan diujikan untuk memperbaiki kinerja peserta didik. Apabila suatu
ujian dimaksudkan untuk menilai ketramplan yang diiinginkan dan untuk menggambarkan
penguasaan materi pembelajaran, hal ini bukan menjadi masalah. Namun demikian, test standar
umumnya menggunakan bentuk pertanyaan yang menggunakan jawaban pendek atau pilihan
ganda karena memberikanpeluang pengolahan hasil valuasi lebih efisien. Teknik evaluasi seperti
ini biasanya mengukur ketrampilan kognitif tingkat rendah, sementara itupeserta didik perlu
menggunakan ketrampilan yang lebih kompleks ketika mereka berada di luar kelas.
12
Untuk mendorong peserta didik menggunakan keterampilan kognitif tngkat tinggi dan
mengevaluasi peserta didik secara lebih komprehensif, ada beberapa assesmen alternatif yang
dapat digunakan. Umumnya assesmen alternatif itu menggunakan teknik evaluasi non standar
untuk menilai proses berpikir kompleks. Asesmen alternatif tersebut melput asesmen berbasis
kinerja dan asesmen acuan patokan.
Asesmen berbasis kinerja ( performance based assesment)merupkan bentuk ujian dimana
peserta didik menjawab suatu pertanyaan atau membuat produk atau mendemonsrasikan
ketrampilan atau menampilkan kemampuan atau pengetahuan. Dapat juga dinyatakan bahwa
assesmen berbasis kinerja merupakan assesmenyang mengaharuskan peserta didik membuat
respon terhadap suatu persoalan. Penerapan asesman berbasis kinerja ini mempersyaratkan
peserta didik secara aktif menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan tingkat tinggi yang telah dimiliki dalam memmecahkan masalah
yang bersifat realistik atau autentik. Beberapa jenis assesmen kinerja itu adalah tugas-tugas
membuat proyek individual atau kelompok, contoh tulisan atau karangan, memecahkan masalah
terbuka, wawancara atau presentasi lisan, eksperimen ilmiah, simulasi komputer, pertanyaan
yang membutuhkan kontruksi jawaban, dan portofolio . asesmen kinerja ini umumnya mendekati
kehidupan nyata, dimana peserta didik harus mengerjakan tugas dalam batas waktu tertentu.
Asesmen autentik merupakan jenis asesmen kinerja. Nama autentik itu diperoleh dari
fokus teknik evaluasi yang digunakan untuk mengukur tugas-tugas kompleks, relevan, dan di
dalam duna nyata. Asesmen autentikdapat berbentuk karya ilmiah dan memperbaiki karya tulis
ilmiah, memberikan analisis tentang peristiwa-peristiwa secara tertulis atau lisan, berkolaborasi
dengan orang lain dalam melaksanakan perdebatan dan melaksanakanpenelitian. Tugas-tugas
tersebut mempersyaratkan peserta didik mensintesis pengetahuan dan membuat jawaban dengan
benar. Validitas asesmen autentik didasarkan pada relevansi materi yang tersaji di dalam
kurikulum dengan keterterapannya di dalam dunia nyata. Asesmen autentik itu dapat
memperoleh reliabilitas tinggi apabila menggunakan kriteria evaluasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
Asesmen kinerja memiliki kemampuan untuk mengetahui minat peserta didik,
memperbaik prestasi belajar peserta didik, meningkatkan standar akademik, dan meningkatkan
pengembangan kurikulum yang lebih terpadu. Untuk melaksanakan asesmen kinerja itu, berikut
tahap-tahap yang harus dilalui.
13
a) aIdentifikasi hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran itu diperoleh dari tujuan
pembelajaran. Pertanyaannya adalah apakah yang ingin diketahui oleh peserta didik dan
apa yang dapat mereka kerjakan? Misalnya, dalam pelajaran IPS, pendidik
menghendakiagar peserta didik memahami dan menerapkan prinsip-prinsip demokratis,
seperti perlindungan hak-hak sipil.
b) Kembangkan tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari
tujuan pembelajaran. Setelah mengidentifikasi hasil belajar, pertanyaaan berikutnya
adalah apakah yang akan dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari
tujuanpembelajaran. Dalam hal ini peserta didik belajar dan mendemonstrasikan tujuan
pembelajaran denganberbagai cara, misalnya, dengan cara membaca, berbicara,
berdiskusi, bermain peran, menulis, pembuatan keputusan, atau pemecahan masalah.
c) Identifikasi hasil belajar tambahan yang didukung oleh tugas. Tugas yang kompleks
adalah lebih dari sekedar mendemonstrasikan dan menerapkan pengetahuan, misalnya
hak-hak
sipil
sebagai
suatu
prinsip-prinsip
demokratis.
Tugas
seperti
ini
mempersyaratkan beberapa tugas, termasuk di dalamnya ketrampilan dasar seperti
membaca, memperoleh informasi, menulis, dan ketrampilan berpikir kritis, mengevaluasi
data dan menarik kesimpulan. Karena tugas kinerja itu bersifat autentik, maka tugas itu
lebih banyak mendukung belajar dan lebih dari satu tujuan belajar.
d) Rumusan kriteria dan tingkat kinerja untuk mengevaluasi kinerja peserta didik. Dalam
tahap ini, pertanyannya adalah bagaimana pendidik mengetahui kualitas kegiatan peserta
didik? Salah satu cara untuk mengakses kinerja peserta didik adalah mengembangkan
krteria yang dapat digunakan untuk menilai dan mendeskrepsikan tingkat kinerja.
F.
Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio merupakan bentuk evaluasi kinerja yang paling populer. Portofolo
biasanya berbentuk file atau folder yang berisi koleksi karya pesertadidik. Pada mulanya
portofolio digunakan di bidang seni dan menulis, yang diawali mulai dari penulisan draft, revisi,
dan produk akhir untuk mengetahui kemajuan peserta didik. Walaupun begitu, asesmen
portofolio ini juga digunakan di bidang lain seperti matematika dan IPA. Dengan mencatat
kemajuan peserta didik, asesmen portofolio digunakan untuk mencatat keberhasilan peserta didik
dalam melaksanakan tugas.
Portofolio yang dirancang dengan baik bersi karya peserta didik yang berkaitan dengan
tugas-tugas instruksional, dan mencerminkan pencapaian tujuan kurikulum. Pendidik memiliki
14
kesempatan untuk memahami apa yang sedang dipelajari oleh peserta didk. Sebagai produk dari
kegiatan pembelajaran, portofolio menggambarkan ketrampilan berpikir kompleks dan belajar
kontekstual. Keputusan mengenai hal-hal apa yang dimaksudkan ke dalam portofolio tergantung
pada tujuan pembuatan portofolio. Pembuatan portofolio dapat digunakan untuk merekam karya
peserta didk, mengkomunikasikan pekerjaannya, dan menghubungkan pekerjaan peserta
didik dengan konteks yang lebih luas. Portofolio dapat dimaksudkan untuk memotivasi peserta
didik, meningkatkan belajar melalui refleks dan asesmen diri, dan digunakan untuk menilai
proses menulis dan berpikir peserta didik. Isi portofolio dapat digunakan untuk mengukur
kebutuhan peserta didik tertentu atau bidang-bidang studi tertentu. Materi di dalam portofolio
hendaknya diorganisir dalam bentuk kronologis. Pengorganisasian ini dapat memperlancar
penetapan waktu pembuatan komponen-komponen dari suatu folder. Portofolio juga dapat
diorganisir berdasarkan pada bidang-bidang kurikulum atau kategori perkembangan anak.
Portofolio dapat dievaluasi dengan dua cara, tergantung pada penggunaan skor. Pertama,
yaitu evaluasi berbasis kriteria. Kemajuan peserta didik dibandingkan dengan standar kinerja
yang sesuai dengan kinerja peserta didik lainnya, atau kurikulum. Tingkat prestasi dapat diukur
dalam bentuk seperti dasar, terampil, mahir atau dapat dievaluasi dengan berbagai tingkatan yang
pada akhirnya memberikan peluang untuk membuat perbedaan antar peserta didik. Tenik
evaluasi portofolio kedua adalah mengukur kemajuan peserta didik individual pada periode
waktu tertentu. Teknik ini digunakan asesmen perubahan pengetahuan atau keterampilan peserta
didik.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengakses portofolio. Metode evaluasi
portofolio dapat dioperasionalisasikan dengan menggunakan rubrik, yaitu pedoman penskoran
yang berisi rumusan semua dimensi yang diakses. Rubrik itu dapat berbentuk holistik yang
menghasilkan skor tunggal, atau dapat berbentuk analitik yang menghasilkan beberapa skor yang
memberi peluang evaluasi pengetahuan dan keterampilan penting. Penentuan rangking yang
bersifat holistik, kadang-kadang menggunakan asesmen portofolio, didasarkan pada kesan umum
dari suatu kinerja. Dalam hal ini penilai memadukan kesannya dengan skala nilai, umumnya
terfokus pada aspek-aspek kinerja spesifik.
Apakah penggunaan pendekatan holistik atau analitik, kriteria penskoran yang baik yaitu
mampu mengklarifikasi objektivitas dengan cara memberi informasi kepada peserta didik,
meningkatkan objektivitas dengan cara memberi informasi kepada peserta didik tentang seberapa
baik mereka itu akan diakses, dan membantu pendidik membuat skor yang akurat dan tidak bias.
15
Evaluasi portofolio juga dapat memanfaatkan pendidik dan peserta didik serta evaluasi teman
sebaya. Beberapa pendidik dapat meminta peserta didiknya mengevaluasi pekerjaannya sendiri
sebagai bentuk refleksi dan memantau kemajuan belajarnya sendiri.
Ada beberapa masalah berkenaan dengan asesmen portofolio. Salah satu masalahnya
adalah ketika asesmen ini digunakan dalam skala besar, karena portofolio memerlukan banyak
waktu dan biaya dalam melaksanakan evaluasi, terutama apabila dibandingkan dengan jenis
evaluasi lainnya. Pertanyaan lain yang muncul yaitu apakah peserta didik akan menerima
rangking atau skor yang diperoleh peserta didik mungkin beberapa apabila pekerjaan peserta
didik dikoreksi oleh pendidik yang berbeda.
Ada berbagai cara untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan objektivitas dan
reliabilitas asesmen portofolio. Pertama, ketika menilai kinerja, penggunaan rentang skor yang
kecil, misalnya A, B, C, D, dan E, dapat menghasilkan skor yang lebih reliabel jika dibandingkan
dengan penggunaan rentang skor yang lebih besar. Demikian pula, beberapa guru dapat
menggunakan grading holistik dalam mengevaluasi peserta didik. Apabila asesmen portofolio
didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, reliabilitasnya akan tinggi. Kedua,
peningkatan objektivitas asesmen portofolio dapat menggunakan beberapa evaluator. Dengan
menggunakan beberapa evaluator, penilaian portofolio dapat membantu memastikan bahwa skor
awal yang diberikan oleh evaluator akan menggambarkan kompetensi pekerjaan peserta didik.
Ketiga, untuk menguji reliabilitas kor adalah menilai kembali portofolio selama periode waktu
tertentu, mungkin satu bulan, kemudian membandingkannya dengan skor portofolio yang
diberikan awal penskoran, untuk menegtahui konsistensi penskoran.
Masalah lain adalah pengembangan dan pembuatan rangking pada tugas-tugas portofolio.
Untuk memcahkan masalah itu, tugas-tugas portofolio dapat didiskusikan oleh beberapa
pendidik yang memiliki latar belakang kebudayaan berbeda. Pendidik tersebut dapat melacak
kembali cara-cara peserta didik yang memiliki berbagai latar belakang kebudayaan
melaksanakan suatu pekerjaan dan mengakses kembali untuk mengetahui konsistensi penskoran.
Dibandingkan dengan tes formal (tes tertulis dan sejenisnya) asesmen portofolio memiliki
berbagai keuntungan, diantaranya :
a) Dengan menunjukkan apa yang dikerjakan peserta didik pada suatu portofolio, mereka
dapat mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensinya kepada pendidik, sekolah,
dan orang tuanya. Portofolio ini memberikan informasi yang sangat penting di dalam
menilai mutu pendidikan dan mutu prestasi peserta didik.
16
b) Karena terfokus pada hasil pembelajaran, portofolio dapat diintegrasikan dengan
kegiatan pembelajaran.
c) Sasaran asesmen portofolio adalah kemampuan peserta didik dalam berpikir kompleks,
pemahaman mendalam dan penerapan pengetahuan. Bukan sebaliknya pengetahuan dan
keterampilan terbatas, seperti mengingat fakta ataupun konsep.
d) Karena portofolio menawarkan berbagai cara kepada peserta didik untuk
mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat kerjakan, maka
peserta didik terdorong menjadi pembelajar reflektif yang bertanggung jaawab atas
pertumbuhan dan perkembangannya sendiri.
e) Portofolio memberikan kesempatan kepada pendidik untuk memahami apa yang
dipelajari oleh peserta didiknya, sehingga para pendidik dapat merancang pembelajaran
yang dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Walaupun para pendidik dalam menggunakan asesmen portofolio itu memerlukan banyak
waktu dalam mengembangkan, mengimplementasikan, dan menskor portofolio, namun
penggunaannya memiliki konsekuensi positif terhadap belajar dan pembelajaran. Demikian pula
asesmen ini dapat meningkatkan keterampilan, prestasi, dan motivasi peserta didik untuk belajar.
Dalam menerapkan asesmen portofolio, ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu:
a) Perencanaan dan pengorganisasian
1) Kembangkan perencanaan portofolio yang bersifat fleksibel. Apakah tujuan yang akan
dicapai melalui portofolio itu ? aspek-aspek apa saja yang diperlukan ? kapan dan
bagaimana aspek-aspek itu ditetapkan ? kriteria apakah yang akan diterapkan untuk
refleksi dan evaluasi ?
2) Rencanakan waktu secukupnya agar peserta didik mempersiapkan dan mendiskusikan
aspek-aspek portofolio. Asesmen portofolio memerlukan banyak waktu dan pemikiran
dibandingkan dengan koreksi ujian tertulis.
3) Mulai dengan satu aspek belajar dan hasil belajar peserta didik, kemudian semakin
meningkat sejalan dengan apa yang dipelajari peserta didik. Proses menulis karangan,
misalnya adalah sangat cocok untuk didokumentasikan melalui portofolio.
4) Pilih aspek-aspek yang dimaksudkan di dalam portofolio yang mampu menunjukkan
kemajuan peserta didik atau penugasan tujuan pembelajaran.
5) Pilih setidak-tidaknya dua aspek, yakni indikator yang diperlukan atau aspek-aspek inti,
dan sampel pekerjaan yang dipilih. Kumpulan indikator inti atau yang dipersyaratkan itu
17
hendaknya
menunjukkan
kemajuan
peserta
didik.
Sampel
pekerjaan
pilihan
menunjukkan kekuatan dan minat individu peserta didik.
6) Tempatkan daftar tujuan di depan masing-masing portofolio, bersamaan dengan daftar
indikator yang dipersyaratkan dan tempat mencatat aspek-aspek pilihan, agar supaya
pendidik dan peserta didik mudah mengetahui isinya.
b) Implementasi
1) Lekatkan perkembangan aspek-aspek portofolio di dalam kegiatan kelas yang sedang
berlangsung untuk menghemat waktu, dan pastikan bahwa aspek-aspek portofolio itu
merupakan cerminan dari pekerjaan peserta didik, dan mampu meningkatkan
keautentikan.
2) Berikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk mempersiapkan, memilih, menilai,
dan menyimpan portofolionya sendiri.
3) Bagi aspek-aspek portofolio yang telah dipilih, refleksi model dan asesmen diri akan
membantu peserta didik menyadari proses yang mereka lakukan, apa yang mereka
pelajari dan telah mereka pelajari, dan apa yang dapat mereka lakukan pada waktu yang
berbeda.
4) Catat komentar pendidik dan peserta didik dengan segera terhadap portofolio tersebut,
dan lekatkan komentar itu pada aspek-aspek portofolio. Biarkan peserta didik membuat
komentar atas portofolionya sendiri.
5) Selektif. Portofolio bukan sebagai kumpulan sampel karya peserta didik yang
sembarangan. Portofolio berisi aspek-aspek dari karya peserta didik terpilih yang mampu
meningkatkan belajar peserta didik.
c) Hasil
1) Analisis aspek-aspek portofolio untuk memahami pengetahuan dan keterampilan peserta
didik. Melalui analisis ini pendidik akan memahami kekuatan dan kebutuhan peserta
didik, proses berpikir, prakonsepsi, kesalahan konsepsi, pola-pola kesalahan, dan
perbandingan perkembangan.
2) Gunakan informasi portofolio itu untuk mendokumentasikan kegiatan belajar peserta
didik, untuk disampaikan kepada orang tua, dan memperbaiki pembelajaran di kelas.
18
2. EVALUASI
PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN
1. DEFINISI EVALUASI
Bloom et. Al (1971)
“ evaluasi, sebagaimana kita lihat, adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk
menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan
menetapkan sejauh mana tingkat perubahan badam pribadi siswa”
Stufflebeam et. Al (1971)
Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi
yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
2. TUJUAN EVALUASI
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar- mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan intruksional
oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud
merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa:
a. Penempatan pada tempat yang tepat.
b. Pemberian umpan balik.
c. Diagnosis kesulitan belajar siswa,
d. Penentuan kelulusan.
Untuk masing-masing tindak lanjut yang di kehendaki ini diadakan tes, yang diberi nama:
a. Tes penempatan (placement test)
Tes ini disajikan pada awal tahun pelajaan untuk mengukur kesiapan siswa dan
mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran
untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah
dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan.
b. Tes formatif (formative test)
Tes ini disajikan di tengah program pengajaran untuk memantau (memonitor)
kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun
kepada guru.
c. Tes diagnostik (diagnostic test)
Tes ini bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan
perbaikannya. Tujuannya adalah agar dapat diperoleh informasi bahwa unit tertentu
belum dikuasai sehingga soalnya tidak dapat dijawab meskipun soal-soal itu umunya
mudah.atas dasar informasi semacam ini guru dapat mengupayakan perbaikannya.
19
d. Tes sumatif (sumative test)
Tes jenis ini biasannya di berikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang
pendidikan. Tes ini di maksudkan untuk memberikan memberikan nilai yang menjdi
dasar penentuan kelulusan dan atau pemberian sertifikat bagi yang telah
menyelesaikan pelajaran dengan berhasil baik.
3. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
a. Evalusi Berfungsi Selektif.
Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan
seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara
lain :
1). Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.
2). Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
3). Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
4). Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah.
b. Evaluasi bersifat Diagnostik.
Apabila alat yang di gunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka
dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu
diketahui pula sebab musebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi,
sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih
mudah dicari cara untuk mengatasi.
c. Evaluasi bersifat sebagai penempatan.
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan dinegara barat adalah sistem belajar
sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan paket belajar, baik
berbentuk modul atau paket belajar lain.sebagai alasan dari timbulnya sistem ini
adalah adanya pengakuan besar terhadap pengakuan individual.
d. Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan.
Fungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum,sarana, dan sistem
kurikulum.
4. FUNGSI EVALUASI
Evalusi dalam proses pengembangan sistem pendidikan dimaksudkan untuk:
1. Perbaikan sistem
20
Evaluasi lebih merupakan kebutuhan yang datang dari dalam
sistem itu
sendiri karena evaluasi itu dipandang sebagai faktor yang memungkinkan
dicapainya hasil pengembangan yang optimal dari sistem yang bersangkutan.
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
Dalam Pertanggungjawaban hasil yang telah dicapainya, pihak pengembang
perlu mengemukakan kekuatan dan kelemahan dari sistem yang sedang
dikembangkannya serta usaha lebih lanjut yang diperlukan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut.
3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.
5. PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK EVALUASI
A. Prinsip-prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi.
Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan disempurnanya teknik evaluasi
diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil
evaluasi pun akan kurang dari yang diharapkan. Prinsip-prinsip termaksud adalah sebagai
berikut:
1. Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di
samping tujuan instruksional dan materi serta metode pengajaran (ingat segitiga
Tyler). Tujuan instruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi
merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu,
perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan
pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan
instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.
2. Keterlibatan siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk
dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar
yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Penyajian evaluasi
oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan
informasi mengenai kemajuannya dalam program belajar –mengajar. Siswa akan
merasa kecewa apabila usahanya tidak dievaluasi.
3. Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan
materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan
yang hendak diukur. Tidak dapat dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar
atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukur bahan yang belum disajikan
dalam kegiatan belajar-mengajar.
4. Pedagogis
21
Di samping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga
perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi
pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi
untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan
sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi
merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang berhasil.
5. Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggung
jawaban (accountability). Pihak-pihak termaksud antara lain orang tua, calon
majikan, masyarakat lingkungan pada umumnya, dan lembaga pendidikan sendiri.
Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat
dipertimbangkan pemanfaatannya.
B. Teknik Evaluasi
Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu: teknik tes dan teknik non-tes.
1. Teknik non-tes
Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Skala bertingkat (rating scale)
Kuesioner (questionnaire)
Daftar cocok (check-list)
Wawancara (interview)
Pengamatan (observation)
Riwayat hidup.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai hasil yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppenheim menggatakan “Rating gives a numerical value to
some kind of judgement”, maka suatu skala disajikan dalam bentuk angka.
b. Kuesioner
Kuesioner (questionnaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya,
kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data
diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapatnya dan lain-lain.
1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan
diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi
oleh bukan orang yang dimintai keterangan nya. Kuesioner tidak
22
langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bahan,
anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
2) Ditinjau dari segi cara menjawab
Ditinjau dari segi cara menjawabnya maka dibedakan atas:
Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban langkah sehingga pengisi hanya tinggal
member tanda pada jawaban yang dipilih.
Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner
terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci
dengan jelas sehingga jawabannya akan beranekaragam.
c. Daftar cocok (check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pertanyaan (yang
biasanya singkat-singkat), di mana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan
tanda cocok ditempat yang sudah disediakan.
d. Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adalah suatu cara digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Interviu bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya.
2. Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subjek evaluasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun
terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab
pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh
penanya.
e. Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada 3 macam observasi:
1. Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam
pada itu pengamatmemasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang
diamati.
2. Observasi sistematik, yaitu observasin di mana faktor-faktor yang diamati sudah
didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kategorinya.
3. Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam
kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur penting dalam
situasi sedemikian rupa sehingga situa