GENERASI MUDA DALAM KEPEMIMPINAN YANG BE

Generasi Muda dalam Kepemimpinan yang Berprestasi, Berbasis
Budaya Lokal, dan Berwawasan Global, sebagai Modal Emas
Pembangunan Bangsa
Andi Sitti Rohadatul Aisy
Universitas Hasanuddin

Manusia adalah kunci kesuksesan dalam prospek global yang kompetitif
sekarang ini, demikian kata Jack Welch (dalam Kusni, 2011:1), begitu pun pada
generasi muda. Secara harfiah, kamus Websters, Princeton mengartikan bahwa youth
yang diterjemahkan sebagai pemuda memiliki definisi, yaitu (1) a young person, (2) the
time of life between childhood and maturity, dan (3) early maturity. Sementara itu,

International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk
berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda. Berbicara mengenai pemuda atau
generasi muda, tentu tak lepas dari kata kepemimpinan. Kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian
tujuan organisasi (Mulyasa, 2002:107), sedangkan Supardi (dalam Dasar-Dasar Perilaku
Organisasi, 1993:30) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
mengarahkan, mempengaruhi, memotivasi, mengarahkan, menasehati, membimbing,
menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta
membina dengan maksud agar manusia sebagai media menejemen mau bekerja dalam

rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu kepemimpinan atau leadership menunjukkan suatu proses kegiatan
dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan, serta tingkah laku
terhadap orang lain yang ada di bawah pengawasannya.
Pertanyaannya kemudian adalah seperti apa etos kepemimpinan pemuda
Indonesia kini? Apa sebenarnya yang harus dilakukan generasi muda dalam konteks
kepemimpinan? Memasuki abad ke-21 ini, ada tiga tantangan yang dihadapi oleh para
generasi muda Indonesia, antara lain, menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN,
menjadi future leader , dan memiliki pengaruh global, ketiganya harus mutlak dimiliki
setiap insan generasi muda Indonesia; mampukah?

1

Mengingat kembali pada tahun 1998, pemuda Indonesia melakukan gerakan
reformasi terhadap pemerintahan orde baru, namun sayangnya hingga tulisan ini dibuat,
generasi muda Indonesia masih belum berhasil keluar dari berbagai krisis ancaman
disintegrasi bangsa dan bahkan moral bangsa yang kini semakin turun, sehingga hal
tersebut menjadi big problem bagi generasi muda Indonesia. Maka bagaimana nasib
bangsa dan generasi muda Indonesia di masa depan? Menjawab pertanyaan ini, maka
dibutuhkan adanya re-thinking (pemikiran kembali) sebagai upaya merenungkan,

menganalisis, mengkaji kembali terhadap apa yang sudah dilakukan, sedang dilakukan
saat ini, dan apa yang akan dilakukan di masa depan, dan re-inventing (penemuan
kembali) sebagai upaya untuk menemukan kembali jati diri yang hilang belakangan ini,
sebagai bentuk nation character building (pembangunan karakter bangsa) bagi generasi
muda. Selanjutnya dibutuhkan suatu prioritas pembangunan kepemudaan. Prioritas
pembangunan kepemudaan Indonesia meliputi dua hal, yang pertama, character
building atau pembangunan watak pemuda Indonesia, yaitu

upaya pengembangan

perilaku karakter untuk menanamkan rasa cinta pada Tuhan dan kebenaran,
menumbuhkan sikap tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, menumbuhkan sikap
amanah dan kejujuran, serta membangun sikap adil dan kepemimpinan. Kemudian yang
kedua competency improvement atau pengembangan kemampuan pemuda, yaitu upaya
pengembangan pemuda agar memiliki kecerdasan intelektual, kemampuan membaca
dan menghitung, dapat dipercaya dan mampu bekerjasama, serta mampu menyelesaikan
masalah dalam profesinya. Dengan pembangunan kepemudaan dari dua sisi tersebut
diharapkan generasi muda Indonesia menjadi generasi penerus pembangunan bangsa
yang professional yang didukung oleh etika moral yang terpuji.
Generasi muda merupakan ujung tombak dalam menciptakan perubahan di

setiap zamannya, maka sebagai wujud dari pembangunan kepemudaan dapat melalui
beberapa upaya dan strategi, diawali dengan meningkatkan kemampuan para generasi
muda dalam menciptakan berbagai karya-karya sebagai sebuah identitas bangsa. Tak
hanya asal berkarya, tetapi mampu menciptakan sebuah karya yang dilandasi dengan
prinsip yang kuat dan ambisi untuk terus belajar dan berprestasi. Sehingga sekecil
apapun karya yang dihasilkan dan dengan kemampuan apapun yang dimiliki, selama
didasari dengan kemauan untuk memberikan karya terbaik untuk negeri ini, maka akan

2

dimaknai sebagai bentuk nyata kontribusi dan sinergisitas para generasi muda dalam
berperan membangun negeri ini, sebab pemimpin yang dibutuhkan sekarang adalah
pemimpin yang mampu memberikan karya nyata dan prestasi yang membanggakan.
Selain menjadi generasi muda yang penuh karya dan prestasi, sebagai generasi
yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin kebudayaan lokal sebagai identitas bangsa
menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari budaya-budaya luar, maka sebagai
anak bangsa dan intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa,
padanya harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan negara
bangsa dapat dipertahankan, bukankan bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai kebudayaannya? Generasi muda sebagai aset penerus eksistensi budaya

lokal sudah menjadi kewajiban baginya untuk berusaha dan berupaya untuk
melestarikan kebudayaan daerah yang sebagian sudah hampir punah, sehingga
kebudayaan

yang hampir punah itu bisa dibangkitkan lagi. Dalam perannya

melestarikan kebudayaan lokal dapat dibagi menjadi empat peran yaitu, sebagai pewaris
seni tradisional, sebagai pemilik seni tradisional, sebagai inovator dalam seni
tradisional, dan sebagai edukator dalam seni tradisional. Keempat peran tersebut dapat
dilakukan dengan baik oleh para pemuda dengan tergabung dalam kelompok (misalnya
sanggar seni), sehingga kelestarian seni tradisional dapat berjalan dengan baik.
Di samping menjadi generasi muda yang cinta akan keragaman budayanya,
menghadapi persaingan global tentu bukan hal yang ragu bagi para intelektual muda
Indonesia untuk melangkahkan kakinya mengarungi samudra dalam menambah
wawasan internasional, mengingat pemimpin yang berkualitas adalah pemimpin yang
berwawasan global. Bagi Indonesia, kesadaran pentingnya wawasan global sudah sejak
lama menjadi perhatian para pendiri bangsa. Bung Karno mengantisipasinya dengan
memasukkan internasionalisme sebagai prinsip kedua dalam rancangan dasar negara
Indonesia merdeka. Dinyatakan bahwa “internasionalisme tidak dapat tumbuh subur
kalau tidak berakar dalam buminya nasionalisme dan nasionalisme tidak dapat hidup

subur kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme” (Soekarno, 2006: 107).
Gagasan yang dikemukakan Bung Karno inilah yang kemudian menjadi landasan
bahwa bangsa Indonesia, termasuk para generasi mudanya perlu untuk terlibat aktif
dalam pergaulan antarbangsa. Menjadi generasi muda yang berwawasan mengenai

3

kehidupan berbagai negara di dunia saat ini merupakan kebutuhan, dengan wawasan
mengenai berbagai peristiwa di negara lain menjadikan para generasi muda mampu
mengambil tindakan dan berdampak positif bagi masyarakat dunia.
Negara dan bangsa ini memerlukan orang-orang yang berkualitas untuk
membangun bangsa dan melanjutkan cita-cita perjuangan mencapai tujuan nasional.
Oleh karena itu diharapkan di masa depan akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa dari
generasi muda yang berwawasan kebangsaan dan cinta tanah air, pemimpin dengan
pribadi yang memiliki sikap, intelektualitas dan perilaku yang luhur berdasarkan prinsip
keteladanan, keyakinan, keseimbangan, kedaulatan rakyat, dan prinsip keadilan sosial.
Dengan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat dan kental dengan kearifan lokal, serta
keinginan dan tekad untuk terus belajar meningkatkan ilmu dan wawasan yang luas
tanpa mengenal batas waktu, maka fungsi-fungsi syang dimiliki oleh seorang pemimpin
muda dapat teraplikasikan sesuai dengan karakter dan kultur daerahnya. Karakter yang

berbasis kearifan lokal akan menjadikan generasi muda memiliki socio-cultural ability
yang kuat untuk memasuki dunia global. Karakter yang berbudaya Indonesia akan
menuntun para penerusnya menjadi orang yang „ think globally, act locally‟ (berfirikir
global, bertindak lokal), yang artinya akan menuntun para generasi muda menjadi
pribadi yang down to earth (rendah hati) tapi memiliki kualitas yang tinggi.
Pemanfaatan potensi secara optimal dan mengimplementasikan dalam tindakan
akan membuat kita bangga dengan etos kepemimpinan sendiri dalam konteks kehidupan
sosial yang penting, baik itu membangun persatuan, leadership, serta dalam berinovasi.
Membangkitkan seluruh potensi generasi muda serta menumbuhkembangkan seluruh
budaya yang berorientasi pada tanggung jawab, merupakan cara terbaik untuk
memenangkan persaingan dalam era persaingan global. Hal yang perlu diutamakan
adalah mau memulai dan dari diri sendiri, karena jika bukan kita sebagai generasi
penerus bangsa, maka siapa lagi yang akan memimpin bangsa dan negara kita sendiri,
Indonesia.

4

DAFTAR PUSTAKA
Ingsih, K.. 2011. Menerapkan Etos Kerja Profesional Dalam Meningkatkan Kinerja .
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi

Terapan 2011, Semarang Jawa Tengah, 16 April.
Mulyasa, E.. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi .
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Soekarno. 2006. FilsafatPancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta: Media Pressindo.
Supardi. 1993. Dasar-Dasar Perilaku Organisasi. Yogyakarta: UII Press.

5