PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA DI LINGKUNG

PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA DI LINGKUNGAN
SEKITAR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN
LINGKUNGAN IPB
MEASUREMENT OF LIGHT INTENSITY IN THE
ENVIRONMENT AROUND THE DEPARTMENT OF CIVIL
AND ENVIRONMENTAL ENGINEERING, IPB
Jemmy Arismaya1, Melia Hergiana2
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
Jln. Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680
[email protected], [email protected]
Abstrak: Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja merupakan hal yang
sangat penting untuk diperhatikan, salah satunya adalah pencahayaan ruangan. Intensitas
penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan, merupakan suatu
aspek lingkungan fisik yang penting untuk keselamatan kerja. Lux meter digunakan sebagai alat
pengukur intensitas cahaya, titik pengukuran di setiap tempat ditentukan berdasarkan SNI 167062-2004. Penelitian kali ini menunjukan bahwa kelima ruangan yang diamati yaitu ruang
sekertariat departemen SIL, toilet wanita, dapur, mushola Al-Fath dan laboratorium kualitas
udara memiliki tingkat intensitas cahaya yang belum memenuhi standar SNI 03-6575-2001 dan
Keputusan Menteri Kesehatan No.261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja. cara penanggulangan yang dapat dilakukan diantaranya adalah
menambahkan sumber pencahayaan seperti lampu dan memaksimalkan pencahayaan alami dari
sinar matahari agar dapat masuk ke dalam ruangan.

Kata kunci: intensitas cahaya, lux meter, SNI 03-6575-2001
Abstract: Occupational health and safety (Hse) at every workplace is very important thing to note,
one of which is the lighting of the room. The intensity of illumination is the abundance of light
arriving at a surface area of, is an aspect of the physical environment which is essential for safety.
Lux meter is used as a tool for measuring the intensity of light, measurement point in each place
are determined based on SNI 16-7062-2004. This research showed that Fifth Chamber observed
that the Secretariat for the space Department of SIL, women's restrooms, kitchen, small mosque
Al-Fath and air quality laboratory has a light intensity level has not met the standards of the SNI
03-6575-2001 and the decision of the Minister of health no. 261/Menkes/SK/II/1998 regarding the
Health requirements of the working environment. How countermeasures can be done such as
adding sources such as lamps and lighting to maximize natural lighting from sunlight so that it
can enter into the room.
Keywords: light intensity, lux meter, SNI 03-6575-2001

PENDAHULUAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja merupakan hal
yang sangat penting untuk diperhatikan. Pengembangan dan peningkatan K3
disektor kesehatan dilakukan untuk menekan serendah mungkin resiko penyakit
yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan
efesiensi (Pusat Hyperkes dan Keselamatan Kerja 2008).

Salah satu faktor permasalahan yang mengganggu kesehatan dan kenyamanan
kerja ialah permasalahan mengenai pencahayaan ruangan kerja yang kurang atau
berlebih. Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang
memenuhi persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika
pencahayaan terlalu besar atau pun lebih kecil, pupil mata harus berusaha
menyesuaikan cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya mata harus

berkontraksi secara berlebihan. Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat
lelah (Departemen Kesehatan 2003).
Pengembangan sumber daya manusia terutama dari aspek kualitas memerlukan
peningkatan perlindungan terhadap kemungkinan akibat teknologi atau proses
produksi sehingga keselamatan, kesehatan, kesejahteraan dan produktifitas kerja
akan lebih meningkat pula. Oleh karena itu perlu diketahui dan dimasyarakatkan
usaha-usaha pengendalian dan pemantauan lingkungan kerja agar tidak membawa
dampak atau akibat buruk kepada tenaga kerja yang berupa penyakit atau
gangguan kesehatan ataupun penurunan kemampuan atau produktifitas kerja
(Pusat Hyperkes dan Keselamatan Kerja 2008).
Mengingat pentingnya masalah kesehatan dan keselamatan kerja, dalam hal ini
mengenai pencahayaan ruangan, maka penelitian ini dirasa penting untuk
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur intensitas cahaya dalam

ruangan sehingga dapat dibandingkan dengan baku mutu terbaru yang
diberlakukan oleh pemerintah. Hal lain yang tidak kalah penting adalah evaluasi
mengenai penerangan di ruangan yang dijadikan bahan penelitian, sehingga
lingkungan kerja yang nyaman dan sehat dapat tercipta.

TINJAUAN PUSTAKA
Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas
permukaan (Ahmadi 2009). Menurut Suma’mur (1993), Intensitas penerangan
merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting untuk keselamatan kerja.
Tempat kerja memerlukan intensitas penerangan yang cukup agar pekerja dapat
melihat dengan baik dan teliti. Intensitas penerangan yang baik ditentukan oleh
sifat dan jenis pekerjaan dimana pekerjaan yang teliti memerlukan intensitas
penerangan yang lebih besar.
Penerangan berdasar sumbernya dibagi menjadi tiga, pertama penerangan
alami yaitu penerangan yang berasal dari cahaya matahari, kedua penerangan
buatan yaitu penerangan yang berasal dari lampu, dan yang ketiga adalah
penerangan alami dan buatan yaitu penggabungan antara penerangan alami dari
sinar matahari dengan lampu/penerangan buatan (Cok Gd Rai 2006).
Penerangan di dalam ruangan tentunya memiliki sistem tersendiri. Prabu
(2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu sistem

pencahayaan langsung (direct lighting), pada sistem ini 90%-100% cahaya
diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Pencahayaan semi
langsung (semi direct lighting), pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan
langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke
langit-langit dan dinding. Sistem pencahayaan difusi (general diffus lighting),
pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Sistem
pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting), pada sistem ini 60%90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya
diarahkan ke bagian bawah. Terakhir adalah sistem pencahayaan tidak langsung
(indirect lighting), pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit
dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan.

METODE PRAKTIKUM
Penelitian ini dilakukan pada lima tempat berbeda di Departemen Teknik Sipil
dan Lingkungan IPB yaitu, ruang sekertariat, toilet wanita, dapur, mushola AlFath dan laboratorium kualitas udara. Langkah awal penelitian adalah persiapan
lux meter sebagai alat pengukur intensitas cahaya. Penutup sensor dibuka lalu
tombol select ditekan hingga layar menunjukan angka memiliki satuan lux.
Lagkah selanjutnya adalah pengukuran intensitas cahaya di lima ruangan tadi.
Titik pengukuran di setiap tempat ditentukan berdasarkan SNI 16-7062-2004.
Pengukuran pada setiap titik dilakukan dengan tiga kali pengulangan untuk

kemudian diambil rataannya. Berikut ini merupakan formulasi dalam penentuan
rataan dari data yang ada.
Pnt1+Pnt2+Pnt3+…
Pengukuran ke-n =
1
3
Rataan =
Keterangan :
p = pengukuran ket = titik pengukuran ke-

P1+P2+P3
3

(2)

Setelah semua data sudah diperoleh, data tersebut dibandingkan dengan KEPMENKES NO.261/MENKES/SK/II/1998 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja .

HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas cahaya yang ada pada lima ruangan yang diamati yaitu ruang

sekertariat departemen SIL, toilet wanita, dapur, mushola Al-Fath dan
laboratorium kualitas udara memiliki tingkat intensitas yang berbeda-beda. Tabel
1 berikut ini memperlihatkan tingkat intensitas cahaya pada masing-masing
ruangan tersebut.
Ruangan
Dep. SIL
K. Mandi
Dapur
Al-Fath
Laboratorium

Tabel 1 Intensitas cahaya pada ruangan yang diamati
Hasil (lux)
Pengukuran I
Pengukuran II
Pengukuran III
40.83
40.5
40.6
11

9.5
10.5
61
61
58
126.5
129
132.75
208
206.3
206

Rata-rata
40.64
10.33
60
129.42
206.76

Berikut ini merupakan contoh perhitungan tingkat intensitas cahaya di mushola

Al-Fath. Perhitungan ini menggunakan rumus 1 dan rumus 2 dalam
pengerjaannya.
54+62+133+257
Pengukuran 1 =
= 126.5 lux
4
45+66+135+270
= 129
lux
Pengukuran 2 =
4
50+66+125+290
= 132.75 lux
Pengukuran 3 =
4
126.5+129+132.75
Rata-rata =
= 129.42 lux
3


Mengacu pada data hasil pengukuran dalam tabel 1, intensitas cahaya pada
masing-masing ruangan dibandingkan dengan SNI 03-6575-2001 dan Keputusan
Menteri Kesehatan No.261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja .
Ruangan pertama yaitu sekertariat departemen SIL, di ruang ini intensitas
cahaya yang terukur sebesar 40.64 lux, ruangan ini belum memenuhi standar SNI
ataupun kepmenkes. Tingkat intensitas cahaya yang dianjurkan SNI untuk ruang
kerja adalah 100 lux. Kepmenkes menganjurkan intensitas cahaya di ruang kerja
adalah harus lebih dari 100 lux dalam hal ini ruang administrasi harus memiliki
tingkat intensitas cahaya minimal 300 lux.
Ruangan kedua yaitu kamar mandi, di ruangan ini juga belum memenuhi
standar SNI. Intensitas cahaya yang terukur di kamar mandi sebesar 10.33 lux
sedangkan SNI menganjurkan pencahayaan kamar mandi sebesar 250 lux.
Ruangan ketiga adalah dapur departemen SIL, ditempat ini tingkat intensitas
cahaya yang terukur adalah 60 lux, dibawah nilai yang dianjurkan dari SNI untuk
dapur sebesar 250 lux.
Ruangan keempat adalah mushola Al-Fath, hasil pengukuran menunjukkan
ruangan ini memiliki intensitas cahaya sebesar 129.42 lux. Pencahayaan di
ruangan ini masih belum memenuhi standar SNI yang menganjurkan tingkat
pencahayaan sebesar 200 lux untuk mushola. Terakhir adalah laboratorium

kualitas udara, berdasarkan standar SNI dan kemenkes tingkat intensitas cahaya
yang dianjurkan untuk laboraorium adalah sebesar 500 lux, sedangkan dari hasil
pengukuran adalah 206.76 lux.
Hasil pengukuran intensitas cahaya dari kelima ruangan yang diamati dan
dibandingkan dengan SNI 03-6575-2001 dan Keputusan Menteri Kesehatan
No.261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja ,
ternyata semua tempat memiliki nilai intensitas cahaya yang dibawah dari nilai
yang dianjurkan. Hal ini dapat terjadi karena pengukuran dilakukan pada saat
penerangan yang ada tidak maksimum, yaitu ketika tidak semua lampu dalam
keadaan menyala. Penyebab lainnya adalah kesalahan paralaks dari praktikan,
seperti pada saat pengukuran lux meter tertutupi sehingga cahaya tidak
sepenuhnya teramati.
Ada beberapa cara penanggulangan yang dapat dilakukan agar intensitas
cahaya di kelima ruangan tersebut memenuhi standar. Cara penanggulangan
tersebut diantaranya adalah menambahkan sumber pencahayaan seperti lampu dan
memaksimalkan pencahayaan alami dari sinar matahari agar dapat masuk ke
dalam ruangan.
Hal yang tidak kalah penting adalah perencanaan pencahayaan sebuah ruangan
untuk mencegah kurangnya pencahayaan di ruangan tersebut. Pencahayaan
sebuah ruangan harus direncanakan dengan fungsi ruangan tersebut nantinya.

Sistem pencahayaan yang tepat selain baik untuk kesehatan dan keselamatan
kerja, juga memungkinkan pemakaian energi yang lebih efisien dan efektif.

SIMPULAN
Penelitian kali ini menunjukan bahwa kelima ruangan yang diamati yaitu
ruang sekertariat departemen SIL, toilet wanita, dapur, mushola Al-Fath dan
laboratorium kualitas udara memiliki tingkat intensitas cahaya yang belum
memenuhi standar SNI 03-6575-2001 dan Keputusan Menteri Kesehatan

No.261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja .
Beberapa cara penanggulangan yang dapat dilakukan diantaranya adalah
menambahkan sumber pencahayaan seperti lampu dan memaksimalkan
pencahayaan alami dari sinar matahari agar dapat masuk ke dalam ruangan.

Saran
Perlu adanya penelitian mengenai cara penanggulangan yang tepat, sehingga
kurangnya intensitas penerangan di ruangan yang diamati dapat terataasi dengan
baik.

Daftar Pustaka
Ahmadi Ruslan. 2009. Fisika Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia
Cok Gd Rai Padmanaba. 2006. Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap
Produktivitas Mahasiswa Desain Interior .
DEPKES RI. 2003. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
1202/MENKES/SK/VIII/2003.
Prabu. 2009. Sistem dan Standar Pencahayaan Ruang.
Pusat Hyperkes dan Keselamatan Kerja. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perkantoran. Jakarta: Balai Hiperkes Dan Keselamatan Kerja
Suma’mur, PK. 2009. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja . Jakarta: Sagung
Seto

Lampiran 1. Nilai standar baku mutu intensitas cahaya di ruangan
dan tempat kerja
Tabel 2 Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan SNI 036575-2001
Fungsi Ruangan
Kamar mandi
Dapur
Ruang kelas
Laboratorium

Tingkat Pencahayaan
(lux)
250
250
250
500

Kelompok Renderasi
Warna
1 atau 2
1 atau 2
1 atau 2
1

Lobby, koridor

100

1

Masjid / mushola

200

1 atau 2

Keterangan

Pencahayaan pada
bidang vertikal
sangat penting untuk
menciptakan suasana
/ kesan ruang yang
baik
Untuk tempat-tempat
yang membutuhkan
tingkat pencahayaan
yang lebih tinggi
dapat digunakan
pencahayaan
setempat

Tabel 3 Tingkat pencahayaan minimum ruang kerja dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No.261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja .
Jenis Kegiatan

Tingkat Pencahayaan
Minimal (lux)

Pekerjaan kasar dan tidak
terus menerus

100

Pekerjaan kasar dan terus
menerus

200

Pekerjaan rutin

300

Pekerjaan agak halus

500

Pekerjaan halus

1000

Pekerjaan amat halus

1500
Tidak menimbulkan
bayangan

Pekerjaan terinci

3000
Tidak menimbulkan
bayangan

Keterangan
Ruang penyimpanan dan
ruang peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinu
Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar
Ruang administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin dan
perakitan/penyusun
Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin kantor
pekerja pemerikasaan atau
pekerjaan dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus
dan perakitan halus
Mengukur dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat
halus
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus

Lampiran 2. Dokumentasi alat

Gambar 1 Lux Meter