KONSEP ALAM SEMESTA DAN PENDIDIKAN ISLAM (1)

KONSEP ALAM SEMESTA DAN PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM
DISUSUN
OLEH KELOMPOK IV :
FATIMAH AHMAD RAMBE
KHAIRANI
IDA SURI SAHARA
NOVIA ERIANA

A. Terminologi alam semesta
Di dalam kitab Al-Takrifat oleh Ar-Jurjany kata alam secara bahasa memiliki arti segala hal yang
menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali. Sedangkan secara terminologi alam
berarti segala sesuatu yang maujud selain Allah swt, yang dengan ini Allah dapat dikenali, baik dari
segi nama maupun sifatnya.1
Alam semesta menurut Abu Al-‘ainain diistilahkan dengan al-kaun, yang berarti segala
sesuatu yang diciptakan Allah, yang mencakup nama segala jenis makhluk, baik yang dapat dihitung
maupun yang hanya dapat didiskripsikan. Al-kaun sebagai wujud Allah dapat dibagi dalam kategori,
yaitu Alam al-syakdah yang dapat dikenali melalui panca indera seperti langit dan bumi, dan alam
ghaib yang hanya dapat dikenali melalui wahyu ilahi, seperti alam malaikat dan jin. 2
B. Proses Penciptaan Alam Semesta

Didalam Qur’an surah as-sajadah ayat 4 menjelaskan proses terjadinya alam semesta.
Artinya : Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam
enam masa, kemudian dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu dari pada-Nya seorang
penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
Pada ayat tersebut, banyak perbedaan mengenai masa atau waktu penciptaan langit dan
bumi. Dimana pendapat penafsiran mengenai masa penciptaan langit dan bumi ada yang
menyatakan enam hari, menurut penafsiran Qs. Al-A’raf : 54 dan Qs. Hud :7. Dalam penafsiran
tersebut artinya enam hari kali 24 jam. Seorang ilmuwan Mesir yang bernama Zaghulul an-Najjar
mengemukakan bahwa pada awal masa penciptaan langit dan bumi, kecepatan edar bumi dalam
porosnya sangat tinggi, sehingga jumlah hari dalam setahun melebihi 2.200 hari dengan panjang

1Ali bin muhammad ar-jurjani, Kitab Al-ta’rifat.h.145.
2Ali khalil Abu al-‘ainain, Falsafah ar-tarbiyah al-islamiyah.h.84-91.

malam dan siang hanya kurang 4 jam. Kemudian sedikit demi sedikit kecepatannya berkurang
dimana sekarang ini mencapai 24 jam.3
Zaghlul an-Najjar juga menguraikan bahwa proses penciptaan alam semesta melalui enam periode,
yakni :
1. Periode ar-Ratq, yakni gumpalan yang menyatu ini merupakan asal kejadian langit dan bumi.
Seperti dalam surah Al-Anbiya : 30 yang berbunyi :

Artinya : Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?
Setelah ayat-ayat yang lalu mengemukakakan argumen tentang ke esaan Allah SWT; baik
yang bersifat asli, yakni yang dapat dicerna oleh akal, maupun yang naqli, yakni yang
bersumber dari kitab-kitab suci, kini kaum muslim di ajak untuk menggunakan nalar mereka
guna sampai kepada kesimpulan yang sama dengan apa yang di kemukakan itu. Nalar
mereka di gugah oleh ayat diatas dengan menyatakan: dan apakah orang-orang yang kafir
belum juga menyadari apa yang telah kami jelaskan melalui ayat yang lalu dan tidak melihat
yakni menyaksikan dengan mata hati dan pikiran sejelas pandangan mata, bahwa langit dan
bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu kemudian kami pisahkan keduanya. Dan
kami jadikan dari air yang tercurah dari langit , yang terdapat didalam bumi dan yang
terpancara dalam bentuk sperma segala sesuatu hidup. Maka, apakah mereka buta
sehingga mereka tidak beriman tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT? Atau belum juga
percaya bahwa tidak ada satupun dari makhluk yang terdapat di langit dan di bumi yang
wajar di pertuhankan?
Kata Ratqaan dari segi bahasa berarti terpadu, sedang kata fataqnahuma terambil
dari kata fataqa yang berarti terbelah/terpisah. Berbeda-beda pendapat ulama tentang
maksud firman-Nya ini. Ada yang memahaminya dalam arti langit dan bumi tadinya

merupakan satu gumpalan yang terpadu. Hujan tidak turun dan bumipun tidak ditumbuhi
pepohonan, kemudian Allah membelah langit dan bumi dengan jalan menurunkan hujan dari
langit dan menumbuhkan tumbuuh-tumbuhan di bumi. Ada lagi yang berpendapat bahwa
langit dan bumi tadinya merupakan sesuatu yang utuh tidak berpisah kemudian Allah
pisahkan dengan mengengkat langit ke atas dan membiarkan bumi tetap ditempatnya
berada dibawah lalu memisahkan keduanya dengan udara.
Thabathaba’i memahami kandungan ayat ini sebagai bantahan terhadap penyembah
berhala yang memisahkan antara penciptaan dan pengaturan alam raya menurut mereka,
Allah adalah pencipta, sedang tuhan-tuhan yang mereka sembah adalah pengatur. Nah, ayat
ini menyatukan penciptaan dan pengaturan dibawah satu kendali, yakni kendali Allah SWT.
“sampai sekarang-tulis ThabaThaba’i-kita masih terus menyaksikan pemisahan bagian-bagian
bumi didarat dan di udara; pemisahan aneka jenis tumbuhan dari bumi, aneka binatang dari
binatang, manusia dari manusia, dan tampak bagi kita yang berpisah itu lahir dalam bentuk
3Tafsir Al-Misbah, Vol,h.358.

yang baru serta ciri-ciri yang berbeda setelah terjadinya pemisahan. Langit dengan segala
benda-benda angkasa yang terdapat disana, keadaannya pun seperti keadaan satuan-satuan
yang disebut di atas. Benda-benda langit dan bumi tempat kita berpijak demikian juga
halnya. Hanya saja, karena keterbatasan usia, kita tidak dapat menyaksikan keadaan langit
dan bumi seperti apa yang kita saksikan pada bagian-bagian kecilnya. Kita tidak dapat

menyaksikan pembentukan dan kehancuran tetapi betapa pun demikian, harus di akui baik
planet-planet di langit dan bumi serta bagian-bagiannya yang terkecil semua adalah materi
sehingga semua –yang kecil atau yang besar-secara umum sama dalam hukum-hukumnya.
Demikian lebih kurang Thathaba’i yang kemudian berkesimpulan bahwa terulangnya berkalikali apa yang kita lihat pada perincian benda-benda atau kehidupan dan kematian apa yang
terdapat di bumi dan dilangit, menunjukkan bahwa suatu ketika langit dan bumi pernah
merupakan satu-kesatuan (gumpalan) tanpa pemisahan bumi dari langit kemudian atas
kehendak Allah, keduanya dipisahkan atas kehendak dan dibawah pengaturan dan kendali
Allah sang pencipta Agung itu.
Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan salah satu mukjizat Al-quran yang mengungkapkan
peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar
dengan bukti-bukti yang cukup kuat yang menyatakan bahwa langit dan bumi merupakan
satu gumpalan atau yang diistilahkan oleh ayat ini dengan Ratqan, lalu gumpalan itu berpisah
sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit. Memang, kita tidak dapat
memperataskan nama Al-quran mendukung teori tersebut. Namun, agaknya tidak ada
salahnya teori-teori itu memperkaya pemikiran kita untuk memahami maksud firman Allah
diatas.
Lalu dalam tafsir Al-Muntaqhab dikemukakan dua diantara sekian banyak teori tersebut.
Teori pertama, berkaitan terciptanya tata surya. Disini disebutkan bahwa kabut disekitar
matahari menyebar dan melebar pada ruangan yang dingin. Butir-butir kecil gas yang
membentuk kabut bertambah tebal pada atom-atom debu yang bergerak amat cepat. Atomatom itu kemudian mengumpul akibat terjadinya benturan dan akumulasi dengan membawa

kandungan sejumlah gas berat. Seiring dengan berjalannya waktu, akumulasi itu semakin
bertambah besar hingga membentuk planet-planeet, bulan, dan bumi dengan jarak yang
sesuai. Penumpukan itu sendiri, mengakibatkan bertambah kuatnya tekanan yang pada
gilirannya membuat temperatur bertambah tinggi. Dan pada saat kulit bumi mengkristal
karena dingin, dan melalui proses sejumlah letusan larva yang terjadi setelah itu, bumi
memeroleh sejumlah besar uap air dan karbondioksida akibat surplus larva yang mengalir.
Salah satu faktor yang membantu terbentuknya oksigen yang segar diudara setelah itu
adalah aktivitas dan interaksi sinar matahari melalui asimilasi sinar bersama tumbuhan
generasi awal dan rerumputan.
Selanjutnya, dikemukakan oleh beberapa pakar penyusun tafsir Al-Muntakhab itu
bahwa teori kedua yang dapat difahami dari firman Allah diatas menyatakan bahwa bumi
dan langit pada dasar nya tergabung secara koheren sehingga tampak seolah satu massa. Hl
ini sesuai dengan penemuan mutakhir mengenai teori terjadinya alam raya. Menurut
penemuan itu, sebelum terbentuk seperti sekarang ini, bumi merupakan kumpulan sejumlh
besar kekuatan atom yang saling berkaitan dan dibawah tekanan sangat kuat yang hampir
tidak dapat dibayangkan oleh akal. Selain itu, penemuan mutakhir itu juga menyebutkan
bahwa semua benda langit sekarang beserta kandungan-kandungannya, termasuk
didalamnya tata surya dan bumi, sebelum terakumulasi sangat kuat dalam bentuk bola yang

jari-jarinya tidak lebih dari 3 juta mil. Lanjutan firman Allah yang berbuunyi

”.....fataqlahuma.....” merupakan isyarat tentang apa yang terjadi dari pada cairan atom
pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam
raya keseluruh penjur, yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah,
termasuk tata surya dan bumi.
Firmannya waja’alnaa min al-maa’i kulli syai in hayyin / kami jadikan dari air segala
sesuatu hidup diperselisihkan juga maknanya. Ada yang memahaminya dalam arti segala
yang hidup membutuhkan air atau pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan
air atau kami jadikan dari cairan yang terpancar dari sulbi (sperma) segala yang hidup dari
jenis binatang.
Para pengarang tafsir al – muntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah dibuktikan
kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi (ilmu
tentang susunan dan fungsi sel), misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen
terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk
hidup baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsur
yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup. Air dapat berfungsi sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses
interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri. Sedangkan, fisiologi
menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing orgaan dapat berfungsi
dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian. 4
2. Periode al-Fatq, yakni masa terjadinya dentuman dahsyat yang disebut dengan teori Big

Bang, sehingga mengakibatkan terjadinya awan atau kabut asap.
3. Periode terciptanya unsur-unsur pembentukan langit yang terjadi melalui gas hidrogen dan
helium.
Didalam Q.S. Al-Baqarah ayat 29, Quraish shihab menyatakan dalam tafsir Al-Misbah
“ Dia-lah (Allah ), yang menciptakan segala yang ada dibumi untuk kamu kemudian Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.”
Bagaimana kalian kafir, padahal Allah bukan hanya menghidupkan kamu didunia,
tetapi juga menyiapkan sarana kehidupan didunia, Dia-lah Allah SWT. Yang menciptakann
untuk kamu apa yang ada dibumi. Semua sehingga semua yangn kamu butuhkan uuntuk
kelangsungan dan kenyamanan hidup kamu terhampar, dan itu adalah bukti kemahakuasaanNya. Yang Kuasa melakukan itu pasti kuasa untuk menghidupkan yang mati.
Kemudian Dia berkehendak menuju ke langit. Kata kemudian dalam ayat ini bukan
dalam arti selang masa, tetapi dalam arti peringkat, yakni peringkat sesuatu yang disebut
sesudahnya yaitu langit dan apa yang ditampungnya lebih agung, lebih besar, indah, dan
misterius daripada bumi. Maka Dia, yakni Allah, menyempurnakan mereka yakni menjadikan
tujuh langit dan menetapkan hukum-hukum yang mengatur perjalanannya masing-masing,
serta menyiapkan sarana yang sesuai bagi yang berada disana, apa dan atau siapapun. Itu
semua diciptakan-Nya dalam keadaan sempurna dan amat teliti. Dan itu semua mudah
baginya karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.


4 Tafsir al-misbah volume 8

Firman-Nya : Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada dibumi untuk kamu
difahami oleh banyak ulama sebagai menunjukkan bahwa pada dasarnya segala apa yang
terbentang dibumi ini dapat digunakan oleh manusia, kecuali jika ada dalil yang
melarangnya. Sebagian kecil ulama tidak memahami demikian. Mereka mengharuskan
adanya dalil yang jelas untuk memahami boleh atau tidaknya sesuatu , bahkan ada juga yang
berpendapat bahwa pada dasarnya segala sesuatu terlarang kecuali kalau ada dalil yang
menunjukkan izin menggunakannya.
Kata Istawa pada mulanya berarti tegak lurus, tidak bengkok, selanjutnya, kata itu
difahami secara majasi dalam arti menuju kesesuatu dengan cepat dan penuh tekad
bagaikan yang berjalan tegak lurus tidak menoleh kekiri dan kekanan. Makna Allah menuju
langit adalah kehendak-Nya untuk mewujudkan sesuatu seakan –akan kehendak tersebut
serupa dengan seseorang yang menuju kesesuatu untuk mewujudkannya dalam bentuk
seagung dan sebaik mungkin. Karena itu pula lanjutan ayat itu menyatakan fasawwa hunnal
lalu dijadikan-Nya yakni bahwa langit itu dijadikan-Nya dalam bentuk sebaik mungkin, tanpa
sedikit aib atau kekurangan pun. Dalam Q.S. Al-Mulk :7:3 dinyatakan-Nya : “(Allah) yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan
Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”.

Sayyid Quthub dalam tafsirnya berkomentar tentang ayat ini lebih kurang sebagai
berikut : ”banyak sekali uraian para mufassir dan teolog tentang penciptaan langit dan bumi.
Mereka berbicara tentang sebelum penciptaan dan sesudahnya, juga tentang arti Istawwal
berkehendak menuju. Mereka lupa bahwa sebelum dan sesudah adalah dua istilah yang
digunakan manusia dan keduanya tidak menyentuh sisi Allah SWT. Mereka juga lupa bahwa
Istawwa adalahh istilah kebahasaan yang disiini hanya menggambarkan bagi manusia
makhluk terbatas ini, satu gambaran tentang sesuatu yang tidak terbatas. Perdebatan yang
terjadi dikarenakan teolog muslim menyangkut ungkapan-ungkapan Al-Qur’an itu, tidak lain
kecuali salah satu dampak buruk dari sekian dampak buruk filsafat yunani dan uraian –uraian
tentang ketuhanan orang yahudi dan Nasrani yang bercampur dengan akal Islam yang
murni. Tidaklah wajar bagi kita dewasa ini terjerumus dalam kesalahan tersebut sehingga
merperburuk keindahan aqidah Islam dan keindahan Al-Qur’an. Pesan ayat ini adalah bumi
diciptakan buat manusia. Dan kata Buat manusia perlu digaris bawahi, yakni bahwa Allah
menciptakannya agar manusia berperan sebagai khalifah, berperan aktif dan utama dipentas
bumi ini; berperan utama dalam perisiwa-peristiwanya serta pengembangannya. Dia adalah
pengelola bumi dan pemilik alat, bukan dikelola oleh bumi dan menjadi hamba yang diatur
atau dikuasai oleh alat. Tidak juga tunduk pada perubahan dan perkembanganperkembangan yang dilahirkan oleh alat-alat, sebagaimana diduga bahkan dinyatakan oleh
faham materialisme. “ demikian sayyid Quthub”.
Adapun tentang Istawwa maka – menurutnya – tidak ada tempat untu
mempersoalkan hakikat maknanya karena kata itu adalah lambang yang menunjuk pada”

kekuasaan “. Demikian juga halnya dengan makna berkehendak menuju penciptaan. Inipun
tidak ada tempatnya untuk dibahas, sebagaimana halnya tidak ada tempatnya untuk
membahas apa yang dimaksud oleh ayat ini dengan “tujuh langit” serta bentuk dan jaraknya.
Cukup kita memahami pesannya bahwa informasi Allah ini bertujuan mengecap orang-orang
kafir yang mempersekutukan Allah padahal Diaadalah pencipta yang menguasai alam raya,

yang menghamparkan bumi manusia dan menyerasikan langit agar kehidupan didunia
menjadi nyaman.
Semua itu tidak ada tempatnya untuk dibahas karena keterbatasan akal manusia
sekaligus karena membahasnya dan mengetahuinya sedikitvpun tidak berkaitan dengan
tujuan penciptaan manusian sebagai hamba Allah dan khalifah didunia. 5
4. Periode terciptanya bumi dan benda-benda angkasa dengan terpisahnya awan berasap itu
serta memandatnya akibat daya tarik.
5. Periode adalah masa penghamparan bumi serta pembentukan kulit bumi lalu
pemecahannya, pergerakan oasis dan pembentukan benua-benua dan gunung-gunung serta
sungai-sungai dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan dalam Qs. An-Naziat : 30-33, yang
berbunyi :
Artinya : Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya,
dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhnya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh, semua itu untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternak.

6. Periode keenam adalah periode pembentukan kehidupan dalam bentuk yang sederhana,
hingga penciptaan manusia.6
C. Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Alam diciptakan Allah swt untuk kemaslahatan umat manusia. Dari kekayaan alam yang terdapat di
hutan belantara, laut, perut bumi, dan ruang angkasa pada dasarnya diperuntukkan manusia. 7
Seperti yang tertera dalam Qs. Al-Baqarah:29, yang berbunyi :
Artinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tidak tertera jumlah kekayaan alam yang bersumber baik dari lautan, hutan belntara maupun perut
bumi yang diciptakanm Allah untuk kehidupan manusia. Manusia memanfaatkan kekayaan itu
dengan sebaik-baiknya akan menjadi makmur, akan terhindar dari bencana kemiskinan. Sebagai
contoh, Negara kita sendiri, indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam seperti pertambangan
yang dihasilkan dari perut bumi, luasnya lautan yang memberikan berbagai jenis ikan dan tumbuhan
laut serta pemandangan yang begitu indah, dan hutan belantara yang banyak terdapat di pulau
sumatera dan Pulau Kalimantan yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi manusia.
Selain tujuan penciptaan alam semesta untuk kemashlahatan umat manusia, penciptaan alam
semesta semesta juga bertujuan sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah swt, sebagaimana tertera
dalam Qs. Fushshilat : 53 yang berbunyi :
Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami segala di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri. Hingga jelas bagio mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah
benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Di dalam buku falsafah Pendidikan Islam karya Bapak Prof. Dr. Al-Rasyidin, M.Ag. Dalam
kehidupannya, manusia berinteraksi dengan alam semesta. Untuk itu manusia harus mengenal alam
5 Tafsir al-misbah , h.166-168
6Ibid,h.359.
7Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Pers pektif Filsafat, h.31.

semesta berikut karakter atau wataknya. Secara umum, alam itu bisa dibedakan ke dalam dua jenis :
(1) alam Syahadah dan (2) alam ghaib. Alam syahadah adalah wujud yang konkrit dan karenanya
dapat diindera. Alam syahadah tunduk kepada hukum evolusi, dalam arti berkembang dan berubahubah. Karenanya, ia adalah fenomena. Sedangkan alam ghaib adalahh wujud yang tidak tampak pada
indera dan karenanya ia adalah noumena. Dari sisi ini, karakternya hampir sama dengan manusia,
yaitu materi dan non materi. Keduanya merupakan wilayah pengkajian atau penyelidikan manusia.
Karenanya, pengetahuan itu tidak hanya menyangkut hal-hal yang empirik, tetapi juga supra
empirik.8
D. Implikasi Terhadap Pendidikan Islam
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan Kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Qs. Ali-imran: 190-191)
2. Alam Dijadikan Objek Penyelidikan
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit,
bagaimana ia tinggalkan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bagaimana ia
hamparkan? (Qs. Al-Ghasiyah:17-20)
Objek penelitian pada ayat itu hewan (unta), alam(gunung), dan bumi. Penelitian itu melahirkan ilmu
pengetahuan dan pengetahuan dan sekaligus menambah iman dan takwa manusia. Melalui
penelitian terhadap alam akan banyak terbuka rahasia alam yang dapat digunakan untuk menambah
khazanah ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
Selain itu, akan semakin tersingkap kebesaran Allah swt dan hal ini akan menambah iman dan takwa.
3. Diperlukan Adanya Institusi Pendidikan
Untuk melaksanakan penelitian dan studi terhadap alam diperlukan lembaga pendidikan. Lembaga
berfungsi memberi pelatihan dan pendidikan kepada pria peserta didik yang bertugas melakukan
penelitian dan studi terhadap alam.
4. Alam adalah Ayat Kauniyyah
Ayat kauniyyah maksudnya adalah ayat yang terlihat pada alam semesta. Hukum alam yang terdapat
di alam semesta merupakan ayat-ayat Allah swt. Melalui ayat kauniyyah ini dapat pula dijadikan
pembuktian tentang adanya Allah swt serta sifat-sifatnya yang terpuji.
5. Umat Islam Mesti Mempelajari ilmu Pengetahuan Yang Berhubungan Dengan Alam
Karena ilmu Pengetahuan Alam itu sangat penting untuk mensejahterakan umat islam dan membuat
manusia menjadi mudah, maka umat islam mestilah mempelajarinya.
7. Rancangan Kurikulum
8 Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam,h.4.

Kedudukan Ilmu Pengetahuan Alam dalam konsep Pendidikan Islam sangat penting sehingga Ilmu
Pengetahuan Alam dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Lembaga
Pendidikan Islam, mulai tingkat dasar sampai tingkat tinggi. 9

9 Ibid,h.32-37.