AFILIASI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN EKONO

AFILIASI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NEGARA
Oleh:
Lia Kian
13300108010020
email:lian.sps.uinjkt@gmail.com
ABSTRAK
Kesimpulan besar dari tulisan ini adalah Semakin baik
kondisi politik dan keyakinan serta ketaatan dalam beragama
maka akan semakin baik arah pembangunan ekonomi dalam
menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan sebalik
semakin tidak adanya sinergistas antara politik dan agama maka
akan sulit bagi suatu Negara dalam melakukan pembangunan
ekonominya.
Berdasarkan kontruk teori yang diperoleh dari diskursus
terhadap agama dan politik dalam tulisan ini penulis searah
dengan Filetti, Andrea (2014), Laustsen Carsten Bagge (2013),
Sezgin, Yüksel dan Mirjam Künkler (2014), Black Antony (2010) dan
Schall, James V (1998) disimpulan religiusitas terhadap sikap
politik menunjukkan bahwa agama dapat memainkan beragam
peran yang lebih luas dari modernitas, antara politik dan agama
dengan segala kompleksitasnya memiliki hubungan. Heterogenitas

agama memiliki dampak besar pada prospek pembangunan
bangsa dan demokratisasi politik dalam suatu negara. Barat
memandang agama dan politik sebagai kategori yang terpisah,
Muslim melihat ini akibat dari kegalan barat yang memisahkan
agama dan politik. pemikiran politik Islam terutama didasarkan
pada wahyu (ditafsirkan dalam berbagai cara), sementara
pemikiran politik Barat didasarkan pada filosofi dan melihat pikiran
dan keyakinan sekitarnya politik agama dari filsafat Aristoteles
filsafat dan agama posisinya yang lebih tinggi daripada politik.
Penulis menentang pendapat dari Vlas Natalia dan Sergiu
Gherghina (2012), Gonzalez, Michelle A (2012), Manglos Nicolette
(2013) dan Helbardt (2013) disimpulkan semakin pentingnya
agama untuk politik, hubungan seperti itu penting untuk
pemahaman yang lebih baik tentang prospek konsolidasi
demokrasi prasangka yang ada sesuai dengan yang Islam
mengarah ke sikap otoriter, refleksi tentang masa depan agama
dalam politik dalam pemilihan presiden, sebuah isu yang akan
terus menjadi faktor yang signifikan dalam penentuan dukungan
pemilih dengan tokoh agama yang aktif secara positif membentuk
kepentingan politik di hampir semua negara. identitas agama dan

status agama minoritas sering pada kepentingan politik. Efek
agama dalam politik saling ketergantungan yang menunjukkan
dalam potensi inklusif dan memecah belah serta alih-alih agama
1

yang digunakan untuk mewujudkan tujuan politik, politik menjadi
instrumen pelaksanaan praktik keagamaan.
Sumberdata yang digunakan dalam penulisan ini bersumber
dari data sekunder yang diperoleh dari buku, majalah, internet dan
dokumentasi lain yang berkenaan dengan kajian permasalahan
dan tulisan ini. Penulisan ini bersifat deskriptif kualitatif dengan
pendekatan library riset.
Kata Kunci: Afiliasi, Politik, Ekonomi Negara
A. Pendahuluan
Agama dan Negara merupakan dua variabel penting yang
memiliki hubungan dengan pembangunan politik dan ekonomi
suatu Negara. Agama dan dan Negara mengatur semua sisi
kehidupan masyakat. Agama merupakan bingkai kepercayaan
terhadap Tuhan yang maha esa dalam membangun karakter dan
kepribadian manusia, Negara merupakan tempat tinggal manusia

hidup dimuka bumi. Negara lahir sebagai syarat lahirnya suatu
pemerintahan, melalui kedaulatan politik maka Negara dan
pemerintahan dapat diakui dan sejalan dengan sinergistas dengan
pengakuan Agama sebagai kepercayaan ketuhanan masyarakat
yang diakui oleh negara.1 Islam adalah sebuah agama yang
universal, islam seringkali dipandang sekedar kepercayaan yang
mengkedepankan hubungan antara manusia dan Allah, Emile
Durkheim mengatakan “ide tentang agama adalah
roh
masyarakat.2 Beberapa kalangan berpendapat, Islam merupakan
satu kesatuan yang mempunyai kesatuan sosial politik yang tidak
dapat dipisahkan, pendapat ini dipertegas dengan adanya doktrin
“sesungguhnya islam itu adalah agama dan negara ( Inna al-islaam
Din Wa Daula)”.3
Menurut Azyumardi Azra islam bersifat ilahiah berasal dari
wahyu sakral dan suci sedangkan politik berkenaan dengan
kehidupan
profan
yang
terkadang

melibatkan
trik-trik
4
manupulatif. Bahtiar Efendy juga menjelaskan bahwa islam politik
1 Penulis memandang agama dan Negara merupakan dua variable
yang memiliki hubungan sinergistas dalam kehidupan masyarakat dan
pemerintahan.
2Durkheim menyatakan bahwa fakta sosial lebih fundamental
daripada fakta individual, kepentingan individu yang diutamakan akan
berdampak pada keburukan sistem sosial. Daniel L. Pals, Dekontruksi
kebenaran; Kritik Tujuh Teori Agama, ( Yogyakarta: IRCiSoD, 2001), 137.
3Abd Salam Sarif, “Politik Islam Antara Aqidah dan Kekuasaan”
Dalam A.Maftuh Abegriel, dkk, Negara Tuhan: The Thematic Echlopedia,
(Yogyakarta;SR-Ins Publishing, 2004), 6.
4Azyumardi Azra, Islam subtantif: Agar Umat Tidak Jadi Buih,
(Bandung: Mizan, 2000), 144.

2

telah menemukan format baru yang mencakup landasan teologis,

di Indonesia prakteknya secara sintetis dapat dikembangkan
antara pemikiran politik islam dan negara. 5 Besarnya negara yang
ada dalam islam, Nabi meninggalkan Madinah yang kemudian
kepimpinannya diteruskan oleh Umar Bin Khatab, dimasa Umar
Bin Khatab, Islam adalah bagian imperium dunia dari pantai timur
atlantik hingga sampai pada Asia Tenggara, Menurut Abdrurahman
Wahid ketidakjelasan konsep, yang menjadi konseptual negara
islam berukuran mendunia atau sebuah bangsa saja, dan juga
tidak jelas negara bangsa (nation state) ataukah negara kota (city
state).6
Konsep negara kota dalam pemikiran kenegaraan dari alfarabi yang dituangkan dalam karyanya Ara Alh al-Madinah alFadhilah merupakan konsep ini secara subtansial di ilhami atau di
inspirasi atas karya plato dalam buku Republic, sehingga konsep
al-Madinah al-Fadhilah, al- farabi berpendapat bahwa manusia
adalah makluk sosial yang memiliki kebutuhan dalam hidup
bermasyarakat atau bernegara yang juga membutuhkan dalam
memenuhi tujuan hidup kebahagian dunia dan akhirat. al-Farabi
memberi warna islam islam dalam pada pandangan plato dan
aristoteles adalah tujuan masyarakat ukhrawi dari pembentukan
negara.7
Idealisasi negara al-Farabi memandang tidak memandang

realitas politik saat itu, dimana pemerintah islam berbentuk
negara nasional, bagi al-Farabi sistem yang terbaik terdapat pada
negara kota.8 Dimana Islam adalah agama yang menjunjung tinggi
peradaban dan harkat martabat kemanusiaan yang memadukan
antara aspek material dan spiritual, keduniawian dan keukhrowian.
Islam bertujuan menciptakan sebuah sistem dimana prinsip
keadilan berada di atas keuntungan segelintir atau sekelompok
orang.9 Islam adalah agama yang menjunjung tinggi peradaban
dan harkat martabat kemanusiaan. Islam selalu menjunjung tinggi
5Bahtiar Efendy, Teologi Baru Politik Islam: Pertautan Agama,
Negara dan Demokrasi, (Yogyakarta:Galang Press, 2001), 121.
6Abdurahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama
Masyarakat Negara Demokrasi (Jakarta:Wahid Institut, 2006), 83.
7Plato berpendapat tujuan negara untuk mencapai kebahagiaan,
tanpa menyebut ukhrawi, Aristoteles berpendapat tujuan negara itu
untuk kepentingan warganya agar hidup baik dan bahagia, Lihat Soehina.
Ilmu Negara, ( Yogyakarta: Liberti, 1996), 24.
8Negara kota yang dimaksud adalah dibagi menjadi negara utama
yaitu disebut (al-Madinah al-Fadilah) sedangkan selanjutnya disebut
negara bodoh, sesat, rusak dan merosot (al-Madinah al-Jahilah al-Fasiqah

al-Dallah dan al-Mubadilah). Richard Walzer, al-farabi on The Perfect
State: Abu Nasr al-Farabi’s Mabadi Ara
Ahl al-Madinah al-Fadilah,
( Newyork: Oxford University, Press, 1985), 228.

3

prinsip keadilan dan kemaslahatan. Islam merupakan bagian
integral pemikiran gerak dalam pembangunan dalam diri manusia.
Islam peradaban menentang sistem modernitas yang lebih
cenderung kapitalis dan mengekploitasi sumberdaya dengan
mengabaikan prinsip kemaslahatan bangsa dan negara.
Masyarakat muslim di negara islam hendaknya menjalakan syariat
dan tabiat islam. Tabiat dan risalah Islam, menunjukkan bahwa
Islam merupakan agama yang yang universial dan syari’at yang
komprehensif, dimana syari’at Islam tabiatnya harus memasuki
seluruh aspek kehidupan, sehinggga tidak terbayangkan urusan
negara diabaikan dan diserahkan kepada kaum liberalis dan
atheis.10
B. Diskursus Agama dan Politik

Hubungan antara agama / religiusitas dan nilai-nilai
demokrasi merupakan topik panas dalam ilmu politik. Di satu sisi,
'sekuler' memandang agama sebagai inheren yang bertentangan
dengan sikap demokratis (karena dogmatisme dan tertutup
pikiran) dan berpendapat bahwa religiusitas intens dapat
menimbulkan hambatan bagi difusi nilai-nilai demokrasi. Di sisi
lain, beberapa sarjana telah menantang keyakinan dan telah
secara empiris menunjukkan bahwa agama tidak berarti dukungan
yang lebih rendah untuk demokrasi. Menurut Filetti Pengaruh
religiusitas terhadap sikap politik menunjukkan bahwa agama
dapat memainkan beragam peran dalam konteks yang berbeda
tergantung
pada
bagaimana orang
melihat
itu
dalam
konseptualisasi yang lebih luas dari modernitas.11 Seperti yang
terjadi di Georgia dan Azerbaijan. Menurut Laustsen studi tentang
politik dan agama saat ini terfragmentasi ke tingkat yang hampir

tidak dapat menyebutnya sebagai salah satu bidang akademik.
Ada empat pendekatan yang berbeda secara fundamental untuk
studi politik dan agama yang terdiri agama politik, politik agama,
agama sipil dan teologi politik, empat pendekatan tersebutu

9Suharto, Edi, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik: Peran
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial Dalam
Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, (Bandung:Alfabeta. 2007).
10Yusuf, Qardhawi, Menuju Pemahaman Islam Yang Kaffah:
Analisis Komprehensif Tentang Pilar, Karakteristik, Tujuan dan SumberSumber Acuan Islam. (Jakarta: Insan Cemerlang, 2003), 392.
11Filetti, Andrea. "Religiosity in the South Caucasus: searching for
an underlying logic of religion’s impact on political attitudes." Journal Of
Southeast European & Black Sea Studies 14, no. 2 (June 2014): 219238. Humanities
International
Complete,
EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).

4


memilik hubungan antara politik dan agama dengan segala
kompleksitasnya.12
Di Indonesia hubungan agama dan politik telah didominasi
menjadi salah satu birokratisasi-peraturan isu agama oleh
Departemen Agama. kebijakan terhadap agama dari institusi
pelaksana (yaitu, pengadilan atau birokrasi) dari modus delegasi
(vertikal dibandingkan horizontal) yang membentuk hubungan
antara
pembuat
kebijakan
dan
lembaga
mengimplementasikannya. Heterogenitas agama memiliki dampak
besar pada prospek pembangunan bangsa dan demokratisasi
politik, dan pentingnya kebijakan terhadap agama, dalam proses
demokrasi politik dalam suatu negara.13Menurut Vlas Natalia14
semakin pentingnya agama untuk politik, hubungan seperti itu
penting untuk pemahaman yang lebih baik tentang prospek
konsolidasi demokrasi sekarang dan masa depan, prasangka yang
ada sesuai dengan yang Islam mengarah ke sikap otoriter berbeda

dengan gereja yang memiliki peran penting yang dimainkan oleh
kepuasan dengan demokrasi dan keyakinan dalam membentuk
sikap demokratis lintas agama.
Agama dan politik memiliki hubungan yang erat dalam
enam puluh tahun terakhir. Hal Ini dimulai dengan membangun
peran agama dalam arena politik yang lebih luas. beberapa
refleksi tentang masa depan agama dalam politik dalam pemilihan
presiden, sebuah isu yang akan terus menjadi faktor yang
signifikan dalam penentuan dukungan pemilih.15 Agama dianggap
sebagai variabel diabaikan baik dalam konflik kekerasan dan
politik. Agama dianggap sebagai dalih ideologis penyebab konflik
dari ekonomi atau politik. Persepsi top-down tidak berlaku dalam
12Laustsen, Carsten Bagge. "Studying Politics and Religion: How
to Distinguish Religious Politics, Civil Religion, Political Religion, and
Political Theology." Journal Of Religion In Europe 6, no. 4 (December
2013):
428-463. Humanities
International
Complete,
EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
13Sezgin, Yüksel1, and Mirjam2 Künkler. "Regulation of “Religion”
and the “Religious”: The Politics of Judicialization and Bureaucratization in
India and Indonesia." Comparative Studies In Society & History 56, no. 2
(April
2014):
448-478. Humanities
Full
Text
(H.W.
Wilson),
EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
14Vlas, Natalia, and Sergiu Gherghina. "Where does religion meet
democracy? A comparative analysis of attitudes in Europe." International
Political Science Review 33, no. 3 (June 2012): 336-351. Social Sciences
Abstracts (H.W. Wilson), EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
15Gonzalez, Michelle A. "Religion And The Us Presidency: Politics,
The Media, And Religious Identity." Political Theology 13, no. 5 (October
2012): 568-585. Religion and Philosophy Collection , EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).

5

banyak kasus 'politisasi agama' contoh-contoh empiris yang
diambil dari Sri Lanka, Myanmar, dan Thailand. Menurut Helbardt16
Alih-alih agama yang digunakan untuk mewujudkan tujuan politik,
politik menjadi instrumen pelaksanaan praktik keagamaan. Ini
adalah proses yang tidak eksklusif, mereka saling mempengaruhi
dan menciptakan dinamika mereka sendiri, yang mengarah yang
mengarah pada konflik kekerasan.
Menurut Manglos, Nicolette tokoh agama yang aktif secara
positif membentuk kepentingan politik di hampir semua negara.
identitas agama dan status agama minoritas sering pada
kepentingan
politik.
Efek
agama
dalam
politik
saling
ketergantungan yang menunjukkan dalam potensi inklusif dan
memecah belah.17 Politik agama di Elizabethan Inggris dengan
ketidakmampuan
negara
untuk
menegakkan
ketatnya
keseragaman agama, politik dan agama yang terpisah baik dalam
pembenaran ditawarkan untuk penganiayaan terhadap Katolik. 18
Agama, rakyat, sektarianisme, dan gerakan sinkretis merupakan
peran gerakan-gerakan melahirkan agama baru dan bentuk lain
dari religiusitas alternatif dalam masyarakat Cina. Peraturan
pemerintah China terhadap kehidupan beragama dan asal-usul
historis dari banyak tradisi yang tidak disetujui oleh pemerintah.19
Dalam perspektif ini bukan lah melanggar dari hak azasi manusia,
gerakan pembentukan agama baru yang tidak diakui oleh
pemerintah.
Tradisi keagamaan termasuk penyiksaan dapat diartikan
sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Sama halnya dalam hal
penyiksaan oleh masyarakat religius cenderung menjadi produk
orientasi interpretatif. Berkaitan dengan agama, moral hak asasi
16Helbardt, SaschaHellmann-Rajanayagam, DagmarKorff, Rüdiger.
"Religionisation of Politics in Sri Lanka, Thailand and Myanmar." Politics,
Religion & Ideology 14, no. 1 (March 2013): 36-58. Religion and
Philosophy Collection, EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
17Sejak 1980-an, sub-Sahara Afrika (SSA) telah mengalami
gelombang besar demokratisasi, dan ekspansi bersamaan Kristen
independen dan Reformis Islam. Manglos, Nicolette D., and Alexander A.
Weinreb. "Religion and Interest in Politics in Sub-Saharan Africa." Social
Forces 92, no. 1 (September 2013): 195-219. Education Research
Complete, EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
18Collinson, Patrick. "The politics of religion and the religion of
politics in Elizabethan England."Historical Research 82, no. 215 (February
2009): 74-92. Humanities International Complete , EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).
19Walton, Jonathan. "Old-Time Religion in New New China:
Alternative Religious Movements in the Post-Mao Era." Cross Currents 64,
no. 2 (June 2014): 262-281. Humanities Full Text (H.W. Wilson),
EBSCOhost (accessed September 24, 2014).

6

manusia telah membuatnya menjadi sulit untuk mengakui bahwa
agama bisa mentolerir tindakan kekerasan.20
"moralitas
kepentingan" pikiran filosofis Mencius dan Xunzi. berusaha keras
untuk (kembali) membangun tatanan politik sipil yang terbaik bisa
melayani kesejahteraan rakyat dengan menolak dikotomi ketatnya
moralitas dan sistem bunga dalam berusaha yang dartikan ren
(kebajikan) dan yi (kebenaran) dan dimanfaatkan oleh li (ritual
Konghucu).21 Begitu juga Agama sipil Amerika (ACR) dimulai pada
tahun 1967, dan telah secara berkala dihidupkan kembali sebagai
sumber wawasan analitik dan harapan normatif sejak saat itu. ACR
tidak hanya universalis, keyakinan kenabian, juga merupakan
ekspresi identitas kesukuan yang ascribes karakter tertentu dan
tujuan kepada rakyat Amerika. ACR, atau politik yang melibatkan
imigrasi dan presiden Barack Obama yang dapat dipahami
sepenuhnya tanpa mempertimbangkan perhubungan identitas
agama-ras nasional.22
Pemahaman agama dan politik membatasi kapasitas ulama
dan aktor keagamaan sama-sama untuk merasakan pengaruh
yang signifikan akan tindakan dan ritual keagamaan dalam ranah
politik. kegiatan didominasi agama, seperti shalat, zakat dan
perhotelan untuk orang asing, dapat memiliki implikasi politik
yang signifikan, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang hal demikian sebagai tindakan keagamaan mengambil
makna politik.23 Hubungan antara agama sekuler di Australia
sangat kompleks dan tidak ada transisi sederhana dari masyarakat
agama yang sekuler. munculnya perintah moral dari perdebatan
ekonomi dimulai pada paruh kedua abad kesembilan belas, di
Australia di mana perdagangan bebas didasarkan pada teologi

20An-Na῾im, Abdullahi Ahmed. "Critical Reflections on Torture,
Religion and Politics." Muslim World 103, no. 2 (April 2013): 259266. Humanities
International
Complete,
EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).
21Sungmoon,
Kim.
"Politics
And
Interest
In
Early
Confucianism." Philosophy East & West 64, no. 2 (April 2014): 425448. Humanities
International
Complete,
EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).
22Williams, Rhys H. "Civil Religion and the Cultural Politics of
National Identity in Obama's America."Journal For The Scientific Study Of
Religion 52, no. 2 (June 2013): 239-257. Humanities International
Complete, EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
23Wilson, Erin K. "Theorizing Religion as Politics in Postsecular
International Relations." Politics, Religion & Ideology 15, no. 3 (September
2014): 347-365. Religion and Philosophy Collection , EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).

7

natural optimis berjuang dengan keyakinan yang memiliki akar
kuat dalam bentuk sekuler Calvinisme.24
Pemikir Muslim, dimulai dengan al-Mawardi (974-1058),
berusaha untuk mengembalikan subsumption politik dalam
agama, terutama selama revolusi Syiah abad keenam belas di
Iran. Sementara hari ini, Barat memandang agama dan politik
sebagai kategori yang terpisah, Muslim melihat ini akibat dari
kegalan barat yang memisahkan agama dan politik. pemikiran
politik Islam terutama didasarkan pada wahyu (ditafsirkan dalam
berbagai cara), sementara pemikiran politik Barat didasarkan pada
filosofi.25 Schall melihat pikiran dan keyakinan sekitarnya politik
agama dari filsafat Aristoteles. filsafat dan agama posisinya yang
lebih tinggi daripada politik.26
Pengaruh agama dan politik dan sebaliknya tidak lagi
menjadi sumber kontroversi akademis. Namun, kebanyakan
ilmuwan politik dan sosiolog mengeksplorasi hubungan ini dengan
berfokus pada suatu negara, di seluruh dunia dan di seluruh waktu
untuk menjelajahi sifat dari hubungan antara agama dan politik.27
Seperti komentar Haynes: "Gagasan sekularisasi dapat dipahami
untuk menjadi baik anti-agama atau netral ke arah itu" istilah
"sekularisme" membutuhkan definisi yang lebih luas. Untuk
masyarakat multi-budaya dan multi-agama, sekularisme bukan
merupakan pilihan ideologis tapi strategi politik.28 Teori politik
Perancis Benjamin Constant (1767-1830), kekuasaan pemerintah
atau kepemimpinannya dari pihak liberal yang muncul dalam
Restorasi era politik Perancis, Rosenblatt menegaskan bahwa
sejarah liberalisme Constant juga harus menekankan ide
agamanya Protestan dan tanggapan untuk debat agama Eropa
24Melleuish, Gregory. "A Secular Australia? Ideas, Politics and the
Search for Moral Order in Nineteenth and Early Twentieth Century
Australia." Journal Of Religious History 38, no. 3 (September 2014): 398412. Humanities
International
Complete,
EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).
25Black, Antony. "Religion and Politics in Western and Islamic
Political Thought: A Clash of Epistemologies?." Political Quarterly 81, no. 1
(March
2010):
116-122. Humanities
International
Complete,
EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
26 Schall, James V. "Aristotle: Religion, Politics, and Philosophy."
Perspectives on Political Science 27, no. 1(Winter, 1998): 5-12.
http://search.proquest.com/docview/194693743?accountid=25704.
27 Wilcox, Clyde. "Politics & Religion." Political Science Quarterly
119,
no.
2
(Summer,
2004):
357-8,
http://search.proquest.com/docview/208280623?accountid=25704.
28 Kumaraswamy, P. R. "Religion in Third World Politics." Domes 5,
no.
4
(Oct
31,
1996):
26,
http://search.proquest.com/docview/205061070?accountid=25704.

8

antara tahun 1780-an dan 1820-an.29 agama di dunia dan memiliki
pengaruh politik dan kehidupan publik hal ini menunjukan
pentinnya keterlibatan agama dalam politik dunia.30 perlunya
dibangun bagi kebebasan sipil dan kebebasan beragama.31
Ensiklopedia di Amerika Politik Landscape Series direktori
organisasi yang terlibat dalam agama dan politik, dan batas waktu
dimulai dengan 1787 ratifikasi Konstitusi AS dan berakhir pada
tahun 1998. John Barat yang memberikan gambaran yang sangat
baik dari pengaruh agama dalam politik Amerika, meskipun ia
melompat atas isu-isu agama diangkat oleh Perang Dunia II.32 Hal
ini seirng dengan buku Sharkansky yang menganalisis pola-pola
konflik peran agama dalam politik Israel. kontroversi agama dan
negara di Israel memiliki sifat ritual. Ini adalah konflik yang sedang
berlangsung di mana pihak yang terlibat berusaha untuk
menghindari keputusan yang jelas, dan tak satu pun dari mereka
mencapainya.33
Di Hungaria, menurut salah satu pengamat, "gereja tidak
siap untuk runtuhnya komunisme", sedangkan di Jerman, yang lain
bersikeras, lembaga Protestan "tidak cukup dilengkapi dengan
baik untuk kebutuhan baru dari populasinya".34 Marty, editor
senior Century Kristen dan profesor emeritus di University of
Chicago School of Divinity, meneliti hubungan agama dan politik
berpendapat lembaga-lembaga keagamaan tradisional memiliki
29 Kramer, Lloyd. "Liberal Values: Benjamin Constant and the
Politics of Religion." French Politics, Culture & Society 29, no. 1 (Spring,
2011): 130-4.
http://search.proquest.com/docview/871493298?
accountid=25704.
30 Williams, Rhys. "The Desecularization of the World: Resurgent
Religion and World Politics." Sociology of Religion 62, no. 1 (Spring,
2001):
131-2,
http://search.proquest.com/docview/216768923?
accountid=25704.
31 Niose, David. "The Stillborn God: Religion, Politics, and the
Modern West." The Humanist 68, no. 1 (Jan, 2008): 45-6.
http://search.proquest.com/docview/235313465?accountid=25704.
32 Crawford, Gregory A. "Encyclopedia of Religion in American
Politics." Reference & User Services Quarterly 38, no. 4 (Summer, 1999):
412-3,
http://search.proquest.com/docview/217917263?accountid=25704.
33 Don-Yehiya, Eliezer. "Rituals of Conflict: Religion, Politics and
Public Policy in Israel." The American Political Science Review 92, no. 2
(06, 1998): 492-3, http://search.proquest.com/docview/214401909?
accountid=25704.
34Christiano, Kevin J. "Politics and Religion in Central and Eastern
Europe: Traditions and Transitions." Sociology of Religion 57, no. 3 (Fall,
1996):
332-3,
http://search.proquest.com/docview/216768189?
accountid=25704.

9

pengaruh politik yang kuat saat ini.35 Gottlieb, seorang profesor
humaniora, mengakui politik sayap kiri sendiri dan perspektif
agama saat ia mengambil untuk tugas liberal dan konservatif,
religius dan sekuler, dan pemikir sosial dan kebijakan dalam
melihat ini menyerap pada penggabungan agama dan politik
dalam menangani isu-isu sosial dalam menangani berbagai isu,
termasuk hak asasi manusia, lingkungan, globalisasi, dan
kemiskinan dunia.36 Dalam perspektif ekonomi Hubungan antara
politik negara dan diri dalam tindakan agama, ketidak terpisahan
dari sekuler dan sakral dalam konstitusi kehidupan masyarakat
Asia Tenggara dan membuat kontribusi penting untuk antropologi
simbolik dengan penentuan kontradiksi dalam bangsa ideologi
negara sebagai logika alternatif membentuk simbolisme agama
dari eksploitasi kapitalis atau komoditisasi.37
Fenomena masyarakat Islam di Afrika Utara dan Timur
Tengah yang modern dilihat dari beberapa fenomena yang saling
terkait: pertama, Islam sebagai teologi; Kedua, Islam sebagai
sejarah; dan, ketiga, Islam politik. Fenomena tersebut merupkan
faktor dalam masyarakat Islam klasik dan modern. Hal ini
dibuktikan dengan adanya serangan tragis di Amerika Serikat
pada tanggal 11 September 2001, yang disebut "terorisme
Islam."38
Memperhatikan bahwa Islam politik merupakan
fenomena modem, sebuah "penemuan tradisi" karena tidak
pernah ada negara Islam dan tidak ada dalam konsep seperti
dalam Quran, Kerangka intelektual dalamn diri negara-negara
Islam" (Arab Saudi dan Iran); negara menghadapi ideologi dan
pragmatis Islamisms (Mesir dan Pakistan); Demokrasi Muslim
(Turki dan Indonesia); dan gerakan perlawanan nasional Islam
(Hamas dan Hizbullah).39
35 Nixon, C. R. "Politics, Religion, and the Common Good." Library Journal
125,
no.
7
(Apr
15,
2000):
97,
http://search.proquest.com/docview/196742984?accountid=25704.
36Bush, Vanessa. "Joining Hands: Politics and Religion Together for
Social Change." The Booklist 98, no. 21 (07, 2002): 1800,
http://search.proquest.com/docview/235472670?accountid=25704.
37Beng-Lan Goh. "SPIRITED POLITICS: Religion and Public Life in
Contemporary Southeast Asia." Pacific Affairs 79, no. 2 (Summer, 2006):
348-9,
http://search.proquest.com/docview/217699678?
accountid=25704.
38Abu-Rabi, Ibrahim. "Religion and State: The Muslim Approach to
Politics." The Muslim World 93, no. 2 (04, 2003): 327-31.
http://search.proquest.com/docview/216433528?accountid=25704.
39 Springborg, Robert. "The Many Faces of Political Islam: Religion
and Politics in the Muslim World." Middle East Policy 15, no. 1 (Spring,
2008):
166-70,
http://search.proquest.com/docview/203673508?
accountid=25704.

10

Islam politik adalah fenomena modern, dengan akar dalam
kondisi sosial politik dari negara-negara Muslim di abad
kesembilan belas dan kedua puluh. Ini adalah produk dari interaksi
masyarkat muslim, militer, politik, ekonomi, budaya, dan
intelektual - dengan Barat selama dua ratus tahun terakhir,
periode ketika kekuasaan Barat telah dalam kekuasaan dan Muslim
telah menjadi objek, bukan subyek, dari sejarah.40 Pemimpin
politik Muslim telah menegaskan prinsip dan tujuan demokrasi,
good governance, kemakmuran ekonomi, keadilan sosial-ekonomi,
hak asasi manusia dan pluralisme sebagai tujuan Islam tersebut.
Dengan penetapan kebijakan mereka pada tujuan ini mereka juga
telah menarik konstituen yang lebih luas yang mencakup Muslim
dan non-Muslim, sekuler dan Islamis, dan telah mereda beberapa
kekhawatiran pemerintah Barat telah dengan Islam dalam politik
Islam.41 I
Dalam rangka untuk mencari jalan tengah untuk pengaturan
Indonesia pada periode pasca-Soeharto, 'akomodasi parsial'
kekhawatiran Muslim moderat sebagai pilihan yang layak untuk
hubungan yang lebih abadi antara Islam dan negara.42 Krisis Islam
kontemporer digambarkan dalam buku Muhammad Iqbal,
Dominasi Barat dan Islam Politik memberi kita gambaran yang
kaya sejarah intelektual seluruh periode modern islam modern, Bin
Sayeed melihat tantangan Barat tidak murni politik (meskipun
tentu memiliki aspek politik).43 Politik Islam di Eropa, Asia Tengah
dan terakhir Tengah, sejak tahun 1970-an, telah dilengkapi bukti
arti penting etnisitas sebagai prinsip oigainizing untuk aksi politik,
dan memaksa sejumlah ulama untuk berpikir ulang model
konseptual tentang hubungan antara identitas etnis dan agama
dan kewarganegaraan.44 Negara Asia Tengah menghadapi
40 Ayoob, Mohammed. "Political Islam: Image and Reality." World
Policy Journal 21, no. 3 (Fall, 2004): 1-14,.
http://search.proquest.com/docview/232587911?accountid=25704.
41 Rane, Halim. "The Impact Of Maqasid Al-Shari'ah On Islamist
Political Thought: Implications For Islam-West Relations." Islam and
Civilisational Renewal 2, no. 2 (01, 2011): 337,357,432-433.
http://search.proquest.com/docview/1314480578?accountid=25704.
42 Effendy, Bahtiar. "Islam And The State In The Indonesian
Experience." Islam and Civilisational Renewal 2, no. 1 (10, 2010):
126,144,225.
http://search.proquest.com/docview/1315154209?accountid=25704.
43 Weiss, Bernard G. "Western Dominance and Political Islam:
Challenge and Response." Domes 5, no. 2 (Apr 30, 1996): 15.
http://search.proquest.com/docview/205040280?accountid=25704.

44

Glavanis, Pandeli M. Political Islam within Europe: A
contribution to the analytical framework Innovation 11.4 (Dec 1998):

11

tantangan menanggapi kedua keprihatinan orang percaya, yang
merasa tertindas, dan pendukung negara sekuler, yang takut
munculnya norma-norma Islam dalam masyarakat etnis dan
agama yang beragam. Penguasa komunis era-Nazarbayev dan
Karimov mungkin akan meminta tuntutan peran yang lebih besar
dalam kehidupan masyarakat Islam di dua negara yang paling
padat penduduknya di kawasan itu, terutama di Uzbekistan, di
mana sentimen keagamaan paling kuat. Untuk Tajikistan dan
Kirgistan, kegagalan negara untuk memberikan keamanan dan
layanan dasar bagi warga negara memberikan pembukaan yang
jelas untuk kelompok agama subversif, baik asing atau didanai
oleh negara, sementara kecenderungan totaliter Turkmenistan
untuk mendewakan kepalanya negara tetap menjadi sumber
kekhawatiran.45
Kekuatan religio-politik yang siap untuk mengambil
kepemilikan kursi kekuasaan di sejumlah negara Arab mayoritas
kursi parlemen di Tunisia, Mesir, dan Maroko. Sentris dan modernis
dan menerima aturan dan prosedur permainan yang demokratis,
dalam membentuk lintasan politik masa depan masyarakat
mereka. Sebaliknya, Salafi dan Islam ultrakonservatif pada
umumnya, yang percaya bahwa Islam mengontrol semua bidang
sosial dan mengatur seluruh kehidupan manusia, kekuatan Islamis
untuk masa depan Timur Tengah dan hubungan internasional di
kawasan yang akan mempengaruhi transisi dari otoritarianisme ke
pluralisme.46 negara adalah suatu bentuk asosiasi politik, dan
asosiasi politik itu sendiri hanya salah satu bentuk asosiasi
manusia, sementara asosiasi lain berkisar dari perusahaan bisnis
untuk
gereja.
Manusia
berhubungan
satu
sama
lain,
bagaimanapun, tidak hanya dalam asosiasi tetapi juga dalam
pengaturan kolektif lainnya, seperti keluarga, lingkungan, kota,
agama, budaya, masyarakat, dan bangsa.47 Islam sebagai sistem
kepercayaan ilahi dan negara Islam sebagai sistem politik
manusiawi yang berkembang.48 Islam politik akan mengikuti
contoh dari Marxisme, yang tersebar dari Barat untuk berbagai
391-410.
45 "Faith States - Central Asia's Challenge to Political Islam."
Jane's Islamic Affairs Analyst 14, no. 4 (Apr 01, 2014).
http://search.proquest.com/docview/1509957914?accountid=25704.
46 Gerges, Fawaz A. "The Islamist Moment: From Islamic State to
Civil Islam?" Political Science Quarterly 128, no. 3 (Fall, 2013): 389-426.
http://search.proquest.com/docview/1438010055?accountid=25704.
47 Qadoos, Abdul, Abdul Ghaffar, Neghat Rukhsana, Saqib
Shehzad, and Syed Naeem Bad Shah. "State and the Chief of State in
Islam." Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business 3,
no.
6
(10,
2011):
816-26,
http://search.proquest.com/docview/907118918?accountid=25704.

12

nasionalisme lokal dan menciptakan upaya yang manjur untuk
menggulingkan rezim.49 Sebagai cara untuk mengacu pada
berbagai gerakan dan ide-ide yang telah menjadi semakin penting
bagi kehidupan publik dan adegan politik banyak negara di dunia
Muslim selama 30 tahun terakhir, istilah "fundamentalisme Islam"
menyiratkan bahwa advokasi banyak Muslim dari dasar-dasar
iman dari tradisi agama yang besar. Dilihat dari sudut ini, tuntutan
fundamentalis Islam serupa dari banyak orang Kristen, Hindu, Sikh
dan Yahudi.50
C. Sinergisitas Agama dan Politik dalam Pembangunan
Ekonomi
Berdasarkan kontruk teori yang diperoleh dari diskursus
terhadap agama dan politik dalam tulisan ini penulis searah
dengan pendapat Beng-Lan Goh (2006), Wilson Erin K (2014), dan
Melleuish Gregory (2014) yang menjelaskan ideologi negara
sebagai logika alternatif membentuk simbolisme agama dari
eksploitasi kapitalis atau komoditisasi, perlu nya membangun
tatanan politik sipil yang terbaik yang bisa melayani kesejahteraan
rakyat dengan menolak dikotomi ketatnya moralitas dan sistem
bunga dalam berusaha serta pemahaman agama dan politik
membatasi kapasitas ulama dan aktor keagamaan sama-sama
untuk merasakan pengaruh yang signifikan akan tindakan dan
ritual keagamaan dalam ranah politik. Seperti kegiatan didominasi
agama, seperti shalat dan zakat dan munculnya perintah moral
dari perdebatan ekonomi.51 Di dunia Islam, Meneliti sistem politik
yang telah disampaikan oleh Ibnu Khaldun tanpa tergantung pada
pikiran theoratic mutlak yang lebih dikenal dengan Konsep Negara,
Metode administrasi ideal sebagai kebijakan theoratic berbasis
48 Lawrence, Bruce. "Between the State and Islam / the Islamic
Quest for Democracy, Pluralism, and Human Rights." The Middle East
Journal
56,
no.
2
(Spring,
2002):
354-7,
http://search.proquest.com/docview/218495362?accountid=25704.
49 Mamdani, Mahmood. "Whither Political Islam?; the War for
Muslim Minds: Islam and the West." Foreign Affairs 84, no. 1 (Jan, 2005):
148.
http://search.proquest.com/docview/214306133?accountid=25704.
50 Denoeux, Guilain. "The Forgotten Swamp: Navigating Political Islam."
Middle East Policy 9, no. 2 (06, 2002): 56-81
http://search.proquest.com/docview/203766901?accountid=25704.
51Melleuish, Gregory. "A Secular Australia? Ideas, Politics and the
Search for Moral Order in Nineteenth and Early Twentieth Century
Australia." Journal Of Religious History 38, no. 3 (September 2014): 398412. Humanities
International
Complete,
EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).

13

Khilafah atau Imamah.52Dalam sejarah politik islam dimana daerah
Balkan sebagai salah satu pusat budaya dan seni yang paling
penting di Kekaisaran Ottoman. Kekaisaran Ottoman memberikan
perhatian khusus dalam pengembangan wilayah ini dan membuat
setiap investasi untuk membuatnya menjadi pusat politik dan
budaya.53 Efek dari kebangkitan Islam di seluruh dunia dalam
persaingan kekuasaan politik yang secara langsung dan tidak
langsung memberikan kontribusi terhadap perkembangan Islam
dalam politik. Periode awal Islam di daerah Malaysia, yang saat ini
dikenal sebagai Malaysia Barat, berbeda dengan di Nusantara.
Muslim telah tiba di Nusantara pada abad kelima akibat kegiatan
perdagangan.54
Negara Umayyah merupakan negara Islam pertama di
Zaman Abbasiyah. Sejak pendiriannya penguasa kebijakan negara
memandang secara politik negara telah menjadi faktor yang
paling penting. Masyarakat yang dinamis dan sehat dapat
menyebabkan hidup dalam memenuhi tugas negara, Ide ini
diadopsi sebagai langkah Abbasiyah sebelum Umayyah hilang dari
panggung sejarah.55 Kegagalan judicial review di negara-negara
Muslim dengan tidak adanya pemeriksaan yang efektif pada
kekuasaan penguasa oleh peradilan yang juga disebabkan faktor
politik dalam suatu negara. 56 Pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi juga dipengaruhi oleh Politik, dimana politik berpengaruh
terhadap kebijakan ekonomi dan begitu juga sebaliknya bahwa
ekonomi berpengaruh terhadap politik.57 Begitu juga dengan
konsep ekonomi politik islam. Konsep ekonomi politik islam telah
52Çiftçi, Ali, and Nihat Yilmaz. "Ibn Haldun'un Siyaset Teorisi Ve
Siyasal Sistem Siniflandirmasi. (Turkish)." Electronic Turkish Studies 8, no.
7 (Summer2013 2013): 83-93. (accessed September 5, 2014).
53Özcan, Nurgül. "Şuara Tezkirelerine Göre Selanikli Divan Şairleri.
(Turkish)." Journal Of International Social Research 6, no. 26 (Spring2013
2013): 414-427. (accessed September 5, 2014).
Sejarah
Turki
dibesarkan
pada
masa
pemerintahan
Ottoman,Banyak kota-kota seperti Uskup, Prizren, Pristine, Bosnia,
Yenişehir Fenar, Salonica host. Di kota yang menjadi tuan rumah mosaik
budaya dengan budaya yang berbeda hidup bersama, tokoh politik yang
tak terhitung banyaknya, pejabat negara, mistikus agama, intelektual
dan penyair.
54Bin Hassan, M 2007, 'Explaining Islam's Special Position and the
Politic of Islam in Malaysia', (Muslim World, 97, 2,) 287-316, viewed 5
September 2014.
55Hawting, Gerald R. "Bölüm: VIII Emevî Halifeliğinin Yikilişi.
(Turkish)." Dinbilimleri Journal 13, no. 2 (March 2013): 243-258. (accessed
September 5, 2014).
56Sambo, Abdulfatai, Kadouf, Hunud Abia.” A judicial review of
political questions under Islamic law” Intellectual (University of Ilorin,
Nigeria:Discourse. 2014, Vol. 22 Issue 1), 33-52.

14

terdapat beberapa karya-karya yang telah dihasilkan melalui
proses pengumpulan karya-karya ekonomi politik islam dengan
melalui penelitian. Karya ekonomi politik islam seperti “ Islamic
Political Economy in Capitalist-Globalization” .58 Menurut Choudhury
pengaplikasian ekonomi politik islam berkaitan dengan negara dan
sub sistem pasarnya. Menurut Mohd Syakir Mohd Rosidi ekonomi
politik islam sebenarnya berasal dari dua bidang yang utama yaitu
bidang politik islam dan bidang ekonomi islam. 59 Kosugi
menyatakanbahwa ekonomi politik islam diantaranya tentang
pembiayaan ekonomi, penjagaan alam sekitar, instituisi islam,
perspektif global, sosio ekonomi dalam islam dan ekonomi islam. 60
Politik sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dikarenakan faktor pertama kebijakan-kebijakan tertentu yang
dilakukan oleh pemerintah dalam berbagai periode dapat
memperbesar dan memperkecil pertumbuhan dan faktor kedua
politik dapat membentuk iklim politik yang dapat mewarnai faktorfaktor penentu pertumbuhan ekonomi. 61 Menurut Yusuf alQaradhawi sistem politik islam ialah semua peraturan yang
dilaksanakan
oleh
pemerintah
dengan
keputusan
dan
kebijaksanaan untuk menjaga kepentingan manusia. 62 Tanggapan
yang menyatakan politik kotor hanyalah pengalaman politik kotor
57Jan Erik Lane dan Svante Ersson, Ekonomi Politik Komparatif:
Demokrasi
dan
Pertumbuhan
Benarkah
Kontradiktif,
(Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada, 2002), 222.
58Penyuntingan Karya penelitian tersebut dilakukan oleh Masudul
Alam Choudhury, Muhammad Syukri Salleh dan Abdad (1997),
Choudhury, M.A.et al, Islamic Political Economy in Capitalist-Globalization
, (Universiti Sains Malaysia: Publication and Distrutors Sdn.Bhd dan
International Project on Islamic Political Economy (IPIPE), 1997).
Karya-karya yang lain, seperti Ghost (1997:41-56) tentang ontologi
dalam ekonomi politik islam, Mikailu (1997:191-215) tentang implikasi
peleburan langsung korporat multinasional di Negeria, Mohamed Ariff
(1997:261-278) tentang ekonomi politik keuangan islam di Malaysia,
Usman Bugaje (1997:399-416) tentang gerakan islam dan politik di
Afrika, Ahmad Gusau (1997:417-438) tentang peranan gerakan politik
islam dalam perekonomi di Nigeri dan M. Nejatullah Siddiqi (1997:529534) tentang sifat dan kaedah ekonomi politik islam.
59Mohd Syakir Mohd Rosdi, “Dr. Burhanuddin Al-Helmi dan
Pembangunan Ekonomi Politik Islam di Malaysia (Universiti Sains
Malaysia: Disertasi Non Publikasi, 2010).
60Prof. Kosugi Yasushi dianugerahkan Doktor Honoris Causa dalam
bidang peradaban islam, sidang ketujuh Konvokesyen ke-40 Universiti
Kebangsaan Malaysia (UKM) pada tanggal 23 Oktober 2012, Ketika Kosugi
Yasushi menjabat sebagai pengarah Global Area Studies-Graduate School
of Asian and African Area Studies, di Kyoto University.
61Jan Erik Lane dan Svante Ersson, Ekonomi Politik Komparatif:
Demokrasi dan Pertumbuhan Benarkah Kontradiktif, 309.

15

yang digunakan oleh pihak barat sebagai bahan manipulasi dan
bahan eksploitasi, pihak barat telah melakukan serangan psikologi
politik untuk membiasakan umat islam dengan pendekatan
pemisahan politik dan Agama, Pemisahan politik dengan agama ini
turut diperbicangkan oleh para ulama, seorang ulama bermazhab
Syafi’i pernah berkata “Tidak boleh ada politik, kecuali yang sesuai
dengan syariat”.63
Ketimpangan pembangunan wilayah antara desa dan kota,
antara jawa dan luar jawa, antara pengusaha asing dan nasional
harus direstruktur secara politik perlunya campur tangan
pemerintah agar daulat pasar agar tidak menggusur daulat
rakyat.64Stabilitas politik negara
tetap dijaga dan dipelihara
karena menurut al-Mawardi stabilitas politik merupakan faktor
penting dalam peningkatan hasil produksi dalam kemajuan
ekonomi dan peluang investor asing dalam menanamkan
modalnya, welfare state menurut al-Mawardi juga dilihat dari
stabilitas nasional untuk memberikan rasa aman bagi investor. 65
Model design pembangunan yang diajarkan oleh Tuhan berupa
bukti yang agung, yang luas dan hakiki yaitu proses penciptaan
(al-taski>r), pengaturan (al-tadbir), perputaran (al-tadwi>r),
pengorganisasian (al-tanz}i>m), pensucian (al-tanz}i>f) dan
penugasan kesaksian (al-musha>hadah).66 integration, interaction
dan evolution merupakan proses pengetahuan yang berhubungan
dengan Tawhidi String Relationship, hubungan Circular Causation 67
yang memiliki hubungan dengan perilaku dalam pembangunan
social ekonomi masyarakat yang diterjemahkan dalam agama dan
politik bagi pemangku kepentingan.

62Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Kenegaraan, (Kuala Lumpur: Angkatan
Belia Islam Malaysia, 2002)
63Yusof al-Qaradhawy, Politik dan Agama, (Kuala Lumpur:
Angkatan Belia Islam Malaysia, 2009, 30.
64Sri-Edi Swasono, “Paradigma Baru Ilmu Ekonomi” Pidato
Workshop Nasional Arsitektur Ilmu Ekonomi Islam: Upaya Akselerasi
Sistem Ekonomi Islam di Indonesia, 20-23
65Francis Abraham, Perspective on Moderanization: Toward a
General Theory of Third World Development, Rusli Karim, Modernisasi di
Dunia Ketiga: Suatu Teori Umum Pembangunan, (Yogyakarta, Tiara
Wacana, 1991), 971-24.
66Bediuzzaman Said Nursi, Al-A>yat al-Kubra>, Menemukan Tuhan
Pada Wajah Alam Semesta (Jakarta: Anatolia, 2009), 20.
67Masudul Alam Choudhury, “The Nature Of Business Social Ethics
In Heterodox Epistemological Worldviews” (Sovremenna, Ekonomika,
Vol.9:2, 2013)
“Integration, Interaction and Evolusi in model Tawhidi String
Relationship (TSR) circular causation”.

16

D. Kesimpulan
Politik dan agama merupakan faktor penting dalam
pembangunan nasional suatu bangsa begitu juga di Indonesia.
Kedua variable ini merupakan variable eksternal dalam
mempengaruhi kebijakan dan arah pembangunan ekonomi Negara
Indonesia. Semakin baik kondisi politik dan keyakinan serta
ketaatan dalam beragama maka akan semakin baik arah
pembangunan ekonomi dalam menciptakan keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan sebalik semakin tidak adanya
sinergistas antara politik dan agama maka akan sulit bagi suatu
Negara dalam melakukan pembangunan ekonominya.
Pentingnya dua variable ini tetap menjadi fokus perhatian
bagi semua komponen bangsa Indonesia tanpa terkecuali
pemerintah, akan tetapi masyarakat, pengusaha dan stakeholder
lainnya bekerjasama dalam berafiliasi untuk menjalankan politik
demokrasi yang baik dan terhormat yang selalu mengkedapan
norma-norma dan aturan yang berlaku dengan dasar agama yang
diyakini. Agama merupakan suatu keyakinan dengan aturan yang
harus ditaati bagi pemeluknya, bagi agama islam Al-quran dan
hadist merupakan pinjakan dan pedoman dalam membangun
bangsa dan Negara. Afiliasi dan singergistas dari konteks politik
dan agama akan memberikan kontribusi positif dalam
pembangunan suatu bangsa, pinjakan politik dan keyakinan
agama yang baik maka Indonesia akan maju dalam
mengembangkan dan melaksanakan program pembangunan
ekonomi jangka panjang yang berkeadilan yang didasari dasar
Negara Pancasila yang juga mengatur tentang ketuhanan yang
maha esa.
E. Daftar Pustaka
Abu-Rabi, Ibrahim. "Religion and State: The Muslim Approach to Politics."
The
Muslim
World
93,
no.
2
(04,
2003):
327-31.
http://search.proquest.com/docview/216433528?accountid=25704.
An-Na῾im, Abdullahi Ahmed. "Critical Reflections on Torture, Religion and
Politics." Muslim
World 103,
no.
2
(April
2013):
259266. Humanities International Complete, EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).
Ayoob, Mohammed. "Political Islam: Image and Reality." World Policy
Journal
21,
no.
3
(Fall,
2004):
1-14,.
http://search.proquest.com/docview/232587911?accountid=25704.
Azra, Azyumardi. Islam subtantif: Agar Umat Tidak Jadi Buih, (Bandung:
Mizan, 2000), 144.
Bediuzzaman Said Nursi, Al-A>yat al-Kubra>, Menemukan Tuhan Pada
Wajah Alam Semesta (Jakarta: Anatolia, 2009), 20.
Beng-Lan Goh. "SPIRITED POLITICS: Religion and Public Life in
Contemporary Southeast Asia." Pacific Affairs 79, no. 2 (Summer,

17

2006): 348-9, http://search.proquest.com/docview/217699678?
accountid=25704.
Bin Hassan, M 2007, 'Explaining Islam's Special Position and the Politic of
Islam in Malaysia', (Muslim World, 97, 2,) 287-316, viewed 5
September 2014.
Black, Antony. "Religion and Politics in Western and Islamic Political
Thought: A Clash of Epistemologies?." Political Quarterly 81, no. 1
(March 2010): 116-122. Humanities International Complete,
EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
Bush, Vanessa. "Joining Hands: Politics and Religion Together for Social
Change." The Booklist 98, no. 21 (07, 2002): 1800,
http://search.proquest.com/docview/235472670?accountid=25704.
Christiano, Kevin J. "Politics and Religion in Central and Eastern Europe:
Traditions and Transitions." Sociology of Religion 57, no. 3 (Fall,
1996): 332-3, http://search.proquest.com/docview/216768189?
accountid=25704.
Çiftçi, Ali, and Nihat Yilmaz. "Ibn Haldun'un Siyaset Teorisi Ve Siyasal
Sistem Siniflandirmasi. (Turkish)." Electronic Turkish Studies 8, no. 7
(Summer2013 2013): 83-93. (accessed September 5, 2014).
Collinson, Patrick. "The politics of religion and the religion of politics in
Elizabethan England."Historical Research 82, no. 215 (February
2009):
74-92. Humanities
International
Complete,
EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
Crawford, Gregory A. "Encyclopedia of Religion in American Politics."
Reference & User Services Quarterly 38, no. 4 (Summer, 1999):
412-3,
http://search.proquest.com/docview/217917263?
accountid=25704.
Daniel L. Pals, Dekontruksi kebenaran; Kritik Tujuh Teori Agama,
( Yogyakarta: IRCiSoD, 2001), 137.
Denoeux, Guilain. "The Forgotten Swamp: Navigating Political Islam."
Middle
East
Policy
9,
no.
2
(06,
2002):
56-81.
http://search.proquest.com/docview/203766901?accountid=25704.
Don-Yehiya, Eliezer. "Rituals of Conflict: Religion, Politics and Public Policy
in Israel." The American Political Science Review 92, no. 2 (06,
1998): 492-3, http://search.proquest.com/docview/214401909?
accountid=25704.
Edi, Suharto. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik: Peran
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial Dalam
Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, (Bandung:Alfabeta.
2007).
Efendy, Bahtiar. Teologi Baru Politik Islam: Pertautan Agama, Negara dan
Demokrasi, (Yogyakarta:Galang Press, 2001), 121.
Effendy, Bahtiar. "Islam And The State In The Indonesian Experience."
Islam and Civilisational Renewal 2, no. 1 (10, 2010): 126,144,225.
http://search.proquest.com/docview/1315154209?
accountid=25704.
Filetti, Andrea. "Religiosity in the South Caucasus: searching for an
underlying logic of religion’s impact on political attitudes." Journal
Of Southeast European & Black Sea Studies 14, no. 2 (June 2014):

18

219-238. Humanities International Complete, EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).
Francis Abraham, Perspective on Moderanization: Toward a General
Theory of Third World Development, Rusli Karim, Modernisasi di
Dunia Ketiga: Suatu Teori Umum Pembangunan, (Yogyakarta, Tiara
Wacana, 1991), 971-24.
"Faith States - Central Asia's Challenge to Political Islam." Jane's Islamic
Affairs Analyst 14, no. 4 (Apr 01, 2014).
Gerges, Fawaz A. "The Islamist Moment: From Islamic State to Civil
Islam?" Political Science Quarterly 128, no. 3 (Fall, 2013): 389-426.
http://search.proquest.com/docview/1438010055?
accountid=25704.
Glavanis, Pandeli M. Political Islam within Europe: A contribution to the
analytical framework Innovation 11.4 (Dec 1998): 391-410.
Gonzalez, Michelle A. "Religion And The Us Presidency: Politics, The
Media, And Religious Identity." Political Theology 13, no. 5 (October
2012):
568-585. Religion
and
Philosophy
Collection,
EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
Hawting,
Gerald
R.
"Bölüm:
VIII
Emevî
Halifeliğinin Yikilişi.
(Turkish)." Dinbilimleri Journal 13, no. 2 (March 2013): 243-258.
(accessed September 5, 2014).
Helbardt,
SaschaHellmann-Rajanayagam,
DagmarKorff,
Rüdiger.
"Religionisation of Politics in Sri Lanka, Thailand and
Myanmar." Politics, Religion & Ideology 14, no. 1 (March 2013): 3658. Religion and Philosophy Collection, EBSCOhost (accessed
September 24, 2014).
http://search.proquest.com/docview/1509957914?accountid=25704.
http://search.proquest.com/docview/871493298?accountid=25704.
Jan Erik Lane dan Svante Ersson, Ekonomi Politik Komparatif: Demokrasi
dan Pertumbuhan Benarkah Kontradiktif, (Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada, 2002), 222.
Jan Erik Lane dan Svante Ersson, Ekonomi Politik Komparatif: Demokrasi
dan Pertumbuhan Benarkah Kontradiktif, 309.
Kramer, Lloyd. "Liberal Values: Benjamin Constant and the Politics of
Religion." French Politics, Culture & Society 29, no. 1 (Spring,
2011): 130-4.
Kumaraswamy, P. R. "Religion in Third World Politics." Domes 5, no. 4 (Oct
31, 1996): 26, http://search.proquest.com/docview/205061070?
accountid=25704.
Laustsen, Carsten Bagge. "Studying Politics and Religion: How to
Distinguish Religious Politics, Civil Religion, Political Religion, and
Political Theology." Journal Of Religion In Europe 6, no. 4 (December
2013):
428-463. Humanities
International
Complete,
EBSCOhost (accessed September 24, 2014).
Lawrence, Bruce. "Between the State and Islam / the Islamic Quest for
Democracy, Pluralism, and Human Rights." The Middle East Journal
56,
no.
2
(Spring,
2002):
354-7,
http://search.proquest.com/docview/218495362?accountid=25704.

19

Mamdani, Mahmood. "Whither Political Islam?; the Wa