PERILAKU BUDAYA NATING DI KOTA PAGARALAM
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kota Pagar Alam adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Selatan yang
dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 8 Tahun 2001 (Lembaran Negara
RI Tahun 2001 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4115),
sebelumnya kota Pagar Alam termasuk kota administratif dalam lingkungan
Kabupaten Lahat. Kota ini memiliki luas sekitar 633,66 km² dengan jumlah
penduduk 126.181 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sekitar 199 jiwa/km².
Kota ini berjarak sekitar 298 km dari kota Palembang dan juga berjarak sekitar 60
km di sebelah barat daya Kabupaten Lahat. Kota ini sekarang dipimpin oleh Dra.
Hj. Ida Fitriati, M.Kes., dan Novirzah Djazuli, S.E. Sebagai wali kota dan wakil
wali kota Pagar Alam periode 2013-20189
89
http://www.pagaralamkota.go.id/ (Di akses pada tanggal 31 Maret 2015, pukul 22.45
wib)
60
Luas wilayah kota Pagaralam kurang lebih 633,66 Km2, Secara gegrafis
kota Pagaralam berada pada posisi 4 derajat lintang selatan (LS) dan 103.15
derajat Bujur Timur (BT), Sebagai atap daerah provinsi Sumatera Selatan, kota
Pagaralam berada pada ketinggian 100 – 1000 Mdl ( Meter dari permukaan laut )
dari luas wilayah dataran tinggi di daerah ini berada dibawah kaki Gunung Dempo
+ 3159 Meter. Kota Pagaralam mempunyai 5 kecamatan yang diantaranya:
Kecamatan Pagaralam Selatan, Pagaralam utara, Dempo selatan, Dempo utara dan
dempo tengah., dengan rata-rata suhu berkisar 14 – 34 derajat celcius potensi ini
tentunya dapat menjadikan perekonomian masyarakat pagaralam lebih baik90
Batas daerah ini adalah:
Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Lahat
Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu
Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten lahat
Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Lahat
Berdasarkan pengamatan dari Pos pengamatan Gunung Api Dempo, suhu
udara minimum di Kota Pagar Alam selama Tahun 2010 adalah 19 0C sedangkan
suhu maksimum adalah 30 0C Jumlah Hujan terbanyak terjadi pada bulan
Februari yaitu 25 hari.
90
http://pagaralambesamah.blogspot.com/p/letak-kota-pagar-alam.html.
Di akses pada tanggal 31 Maret 2015, pukul 22.45 wib
61
Kota Pagar Alam selalau mengalami kenaikan jumlah penduduk yang
sangat drastis yang awalnya pada tahun 2000 jumlah penduduknya hanya 112.025
jiwa jumlah itu pun pada sepuluh tahun kemudian berpopulasi lebih kurang
126.363 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,22%. Dikarenakan
adanya faktor Transmigrasi yang ingin menetap di kota Pagar Alam.Penduduk
kota Pagar Alam terdiri dari berbagai suku bangsa. Selain penduduk asli (suku
Melayu), ada banyak juga suku Jawa, suku Minang, suku Batak, Orang
Peranakan, Arab-Indonesia, dan India-Indonesia.
Kecamatan yang memiliki penduduk terpadat adalah kecamatan Pagaralam
selatan yang jumlah penduduknya mencapai 689.69 jiwa/km2, dan kecamatan
yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah kecamatan Dempo selatan
dengan kepadatan penduduk sekitar 5793 jiwa/km2.
Sebagian besar keadaan tanah di Kota Pagar Alam berasal dari jenis
Latosol dan Andosol dengan bentuk permukaan bergelombang sampai berbukit.
Jika dilihat dari kelasnya, tanah di daerah ini pada umumnya adalah tanah kelas I
(satu) yang mengandung kesuburan yang tinggi.
Hal ini terbukti dengan Daerah Kota Pagar Alam yang merupakan
penghasil sayur-mayur, buah-buahan, dan merupakan salah satu Sub terminal
Agribisnis (STA) di Provinsi Sumatera Selatan
62
B. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Pagaralam dengan pertimbangan bahwa
Pagaralam merupakan sentra penghasil Padi dan Kopi di provinsi Sumatera
Selatan. Komoditas tanaman pangan terutama padi dan kopi menkadi perhatian
dalam penelitian karena merupakan mata pencaharian utama petani di kota ini dan
komoditas ini sangat potensial untuk dikembangkan, selain itu karena di
Pagaralam petaninya mempunyai suatu kebiasaan melakukan ‘nating’ yang
apabilan dikaji dalam perspektif Islam akan menarik utnuk diteliti sehingga dalam
pelaksanaannya jauh dari unsur-unsur yang dilarang dalam agama dan dapat
menjadi sarana untuk saling tolong menolong dalam masyarakat petaniitu sendiri.
Langkah berikutnya dalam melakukan penelitian dengan melakukan
pemilihan secara sengaja (purposive) terhadap beberapa kecamatan yang ada di
Pagaralam dimana sebagian besar penduduknya adalah petani yang menanam padi
dan kopi, diantaranya yaitu kecamatan Pagaralam selatan dan kecamatan Dempo
utara.
63
C. Gambaran Tentang Sistem dan Proses ‘Nating’ Di Kota Pagaralam
Dalam kehidupan masyarakat di Pagaralam telah lama dikenal istilah
nating , perilaku ekonomi ini telah sangat banyak dilakukan oleh para petasni kopi
dan padi, menurut beberapa tokoh masyarakat dan pelaku nating itu sendiri
mendefinisikan istilah nating adalah:
”suatu proses kegiatan dimana petani mentatingka (menggadaikan) sebagian
sawah atau kebunya kepada keluarga (kerabat) dekat, pemilik modal, agen
ataupun tengkulak untuk mendapatkan sejumlah uang untuk membiayai
kebutuhan hidupnya dengan perjanjian yang disepakati bersama antara
petani pelaku nating dengan si penating (pemilik dana)”
Jadi dalam nating terdapat dua pihak yang bekerjasama, yakni pihak yang
menyerahkan tanah atau petani pelaku nating dan pihak kedua adalah pihak
penerima tanah atau pihak penerima gadai (penating). Pihak penerima nating
inilah yang harus menyerahkan sejumlah uang tertentu.
Menurut Holidi91 nating ada dua macam yaitu:
a. Nating biasa (tidak kuasa) : artinya petani pemilik lahan menatingkan
(menggadaikan) sawah atau kebun kepada kerabat, penduduk sekitar,
tengkulak ataupun kepada agen yang disebut penating (yang memiliki
modal), dengan perjanjian atau kesepakatan petani pemilik sawah atau
kebun boleh menggarap sawah, ladang atau kebunnya, dan bila sudah
panen hasilnya dengan persentase yang ditentukan dan dalam jangka
waktu yang ditentukan pula, biasa nya dalam jangka waktu 1 tahun
atau lebih.
91
Tokoh masyarakat Pagaralam sekaligus pelaku nating
64
b. Nating kuasa : petani pemilik lahan menatingkan (menggadaikan)
sawah, ladang, kebun kepada penating tetapi petani tersebut tidak
diberi kuasa untuk menggarap lahanya, dan penating berhak menyuruh
orang lain atau buruh tani yang dia kehendaki untuk menggarap nya,
untukpersentase hasil biasanya pemilik modal lah yang berkuasa penuh
menentukan persentase dari hasil panen.
Tabel 1. Perbandingan sistem nating kuasa dan non kuasa
Uraian
Batas Yuridiksi
Nating kuasa
Nating biasa
Petani tidak punya hak untuk Petani masih mempunyai
hak
menggarap lahan
untuk
menggarap
lahan
Status
Selagi
belum
ditebus
Kepemilikan
menjadi hak penating (pemilik kepemilikan lahan tetap
modal)
Hasil Panen
Hasil
lahan Selagi
belum
ditebus
menjadi pemilik lahan.
pada
dikendalikan oleh
umumnya Hasil
dibagi
penating kesepakatan
(pemilik modal) dan pemilik pemilik
sesuai
antara
lahan
dan
modal yang berhak menentukan penating selaku pemilik
persentase bagi hasil pada setian modal.
masa panen.
65
Besaran Jaminan
Untuk nating kuasa biasanya Nating
biasa
dengan
dalam jumlah lahan yang luas jumlah pinjaman uang
dan dalam jumlah pinjaman dan jaminan lahan yang
yang lebih besar disbanding lebih kecil.
nating biasa.
Dari dua jenis nating yang dijelaskan diatas, masih terdapat satu jenis lagi
nating yang dalam masyarakan Pagaralam mulai marak dilakukan, yakni nating
rumah, hampir sama dengan proses nating biasa, namun dalam nating rumah
pemilik modal hanya memberikan sejumlah uang untuk digunakan pemilik rumah,
namun pemilik modal berhak untuk menetapkan sewa kepada pemilik rumah
selama pemilik rumah masih menempati rumah tersebut dan dalam waktu
perjanjian yang ditentukan pemilik rumah wajib mengembalikan uang pinjaman
dan uang sewa rumah.
Terjadinya nating sudah berlangsung lama dan membudaya di kehidupan
petani Pagaralam, dan biasanya bila pelaku nating belum bisa menebus tanah
maupun rumahnya dalam batas aktu yang ditentukan sebagai kesepakatan awal,
maka si penating (pemilik modal) dapat memberikan tempo (perpanjangan waktu)
kepada pelaku nating untuk menebus tanah maupun rumah mereka, namun bila
sampai tidak tertebus juga, maka tanah maupun rumah itu baru jadi milik penating
(pemilik modal) dan biasanya diiringi dengan penambahan uang nating kepada
pemilik tanah ataupun rumah itu.
66
Banyak faktor yang menyebabkan petani di Pagaralam melakukan
peraktek nating, hal ini tercermin dari peruntukan dan kegunaan uang yang merka
peroleh dari nating itu sendiri, secara umum mereka gunakan untuk konsumsi,
biaya sekolah anak, produksi, dagang, persedekahan, maupun membeli perabot
atau kebutuhan rumah tangga lainnya, hal ini dapat dilihat dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Tien yustini yang yang menerangkan bahwa dari
187 responden yang terdiri dari petani padi dam kopi, disimpulkan bahwa petani
kopi dan padi menggunakan uang pinjaman atau uang dari menating kan barang
mereka untuk kebutuhan produksi atau modal usaha tani, berikut hasil penelitian
nya.
Tabel 2. Karakteristik petani berdasarkan kegunaan uang pinjaman dari nating 92
Kegunaan uang
pinjaman
Petani Kopi
Jumlah
%
Petani Padi
Jumlah
%
Total
Jumlah
%
produksi
43
38,4
44
58,7
87
46,5
Konsumsi
25
33,0
24
16,0
37
29,8
44
39,3
29
25,3
63
33,7
Pangan
Lainnya
Keterangan:
Lainnya : biaya anak sekloah, membeli baranag, dagang dan persedekahan atau
pesta.
92
Sumber hasil penelitan disertasi Tien Yustini, Universitas Sriwijaya,2011, hal 108.
67
Jadi merujuk dari hasi penelitian diatas dalam masa transisi sebelum dan
pasca panen padi maupun kopi banyak petani melakukuan nating untuk
memenuhi kebutuhan modal persiapan panen, dan sisanya pelaku nating
meggunakan untuk kebutuhan kebutuhan konsumsi dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya.
Ada satu hal yang menarik dari hasil penelitian diatas, ternyata selain
bermotif ekonomi uang dari hasil nating digunakan untuk kebutuhan prestise atau
gengsi dalam melakukan pesta pernikahan, dimana kebiasaan masyarakat
Pagaralam melakukan pesta syukuran pernikahan secara besar-besaran dengan
diawali berkumpul di rumah keluarga yang mengadakan pesta selama berhari-hari
sebelum hari puncak acara atupun setelah acara, dan tentunya memerlukan
memerlukan biaya untuk makan, minum, upacara adat dan sebagainya, meskipun
terkadang mereka harus berhutang dan menating kan harta yang mereka miliki,
dan inilah yang menjadi salah satu sumber faktor budaya yang tentunya menjadi
faktor ekonomi (konsumtif motife) yang menjadi penyebab petani melakukan
nating.
Dengan melakukan nating tentunya aka nada risiko yang akan dihadapi
petani ataupun pelaku nating itu sendiri. Akibat dari sejumlah uang yang mereka
pinjam dengan nating dari menggadaikan sawah, kebun maupun rumah mereka,
setidaknya harus mengurangi pengeluaran mereka, menurunnya pendapatan,
bahkan bila mereka tidak mampu mengembalikan uang yang dipinjam risiko yang
terberat adalah kehilangan lahan pertanian ataupun rumah mereka, tapi bagi
meraka mereka yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan usaha taninya
68
atau usaha-usaha di bidang lainnya mereka tidak menggunakan uang nating
tersebut untuk keperluan yang bersifat konsumtif tapi setelah melakukan nating
justru mereka berfikir bagaimana meningkatkan usaha mereka agar dapat
mengembalikan uang nating telat pada waktunya.
69
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kota Pagar Alam adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Selatan yang
dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 8 Tahun 2001 (Lembaran Negara
RI Tahun 2001 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4115),
sebelumnya kota Pagar Alam termasuk kota administratif dalam lingkungan
Kabupaten Lahat. Kota ini memiliki luas sekitar 633,66 km² dengan jumlah
penduduk 126.181 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sekitar 199 jiwa/km².
Kota ini berjarak sekitar 298 km dari kota Palembang dan juga berjarak sekitar 60
km di sebelah barat daya Kabupaten Lahat. Kota ini sekarang dipimpin oleh Dra.
Hj. Ida Fitriati, M.Kes., dan Novirzah Djazuli, S.E. Sebagai wali kota dan wakil
wali kota Pagar Alam periode 2013-20189
89
http://www.pagaralamkota.go.id/ (Di akses pada tanggal 31 Maret 2015, pukul 22.45
wib)
60
Luas wilayah kota Pagaralam kurang lebih 633,66 Km2, Secara gegrafis
kota Pagaralam berada pada posisi 4 derajat lintang selatan (LS) dan 103.15
derajat Bujur Timur (BT), Sebagai atap daerah provinsi Sumatera Selatan, kota
Pagaralam berada pada ketinggian 100 – 1000 Mdl ( Meter dari permukaan laut )
dari luas wilayah dataran tinggi di daerah ini berada dibawah kaki Gunung Dempo
+ 3159 Meter. Kota Pagaralam mempunyai 5 kecamatan yang diantaranya:
Kecamatan Pagaralam Selatan, Pagaralam utara, Dempo selatan, Dempo utara dan
dempo tengah., dengan rata-rata suhu berkisar 14 – 34 derajat celcius potensi ini
tentunya dapat menjadikan perekonomian masyarakat pagaralam lebih baik90
Batas daerah ini adalah:
Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Lahat
Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu
Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten lahat
Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Lahat
Berdasarkan pengamatan dari Pos pengamatan Gunung Api Dempo, suhu
udara minimum di Kota Pagar Alam selama Tahun 2010 adalah 19 0C sedangkan
suhu maksimum adalah 30 0C Jumlah Hujan terbanyak terjadi pada bulan
Februari yaitu 25 hari.
90
http://pagaralambesamah.blogspot.com/p/letak-kota-pagar-alam.html.
Di akses pada tanggal 31 Maret 2015, pukul 22.45 wib
61
Kota Pagar Alam selalau mengalami kenaikan jumlah penduduk yang
sangat drastis yang awalnya pada tahun 2000 jumlah penduduknya hanya 112.025
jiwa jumlah itu pun pada sepuluh tahun kemudian berpopulasi lebih kurang
126.363 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,22%. Dikarenakan
adanya faktor Transmigrasi yang ingin menetap di kota Pagar Alam.Penduduk
kota Pagar Alam terdiri dari berbagai suku bangsa. Selain penduduk asli (suku
Melayu), ada banyak juga suku Jawa, suku Minang, suku Batak, Orang
Peranakan, Arab-Indonesia, dan India-Indonesia.
Kecamatan yang memiliki penduduk terpadat adalah kecamatan Pagaralam
selatan yang jumlah penduduknya mencapai 689.69 jiwa/km2, dan kecamatan
yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah kecamatan Dempo selatan
dengan kepadatan penduduk sekitar 5793 jiwa/km2.
Sebagian besar keadaan tanah di Kota Pagar Alam berasal dari jenis
Latosol dan Andosol dengan bentuk permukaan bergelombang sampai berbukit.
Jika dilihat dari kelasnya, tanah di daerah ini pada umumnya adalah tanah kelas I
(satu) yang mengandung kesuburan yang tinggi.
Hal ini terbukti dengan Daerah Kota Pagar Alam yang merupakan
penghasil sayur-mayur, buah-buahan, dan merupakan salah satu Sub terminal
Agribisnis (STA) di Provinsi Sumatera Selatan
62
B. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Pagaralam dengan pertimbangan bahwa
Pagaralam merupakan sentra penghasil Padi dan Kopi di provinsi Sumatera
Selatan. Komoditas tanaman pangan terutama padi dan kopi menkadi perhatian
dalam penelitian karena merupakan mata pencaharian utama petani di kota ini dan
komoditas ini sangat potensial untuk dikembangkan, selain itu karena di
Pagaralam petaninya mempunyai suatu kebiasaan melakukan ‘nating’ yang
apabilan dikaji dalam perspektif Islam akan menarik utnuk diteliti sehingga dalam
pelaksanaannya jauh dari unsur-unsur yang dilarang dalam agama dan dapat
menjadi sarana untuk saling tolong menolong dalam masyarakat petaniitu sendiri.
Langkah berikutnya dalam melakukan penelitian dengan melakukan
pemilihan secara sengaja (purposive) terhadap beberapa kecamatan yang ada di
Pagaralam dimana sebagian besar penduduknya adalah petani yang menanam padi
dan kopi, diantaranya yaitu kecamatan Pagaralam selatan dan kecamatan Dempo
utara.
63
C. Gambaran Tentang Sistem dan Proses ‘Nating’ Di Kota Pagaralam
Dalam kehidupan masyarakat di Pagaralam telah lama dikenal istilah
nating , perilaku ekonomi ini telah sangat banyak dilakukan oleh para petasni kopi
dan padi, menurut beberapa tokoh masyarakat dan pelaku nating itu sendiri
mendefinisikan istilah nating adalah:
”suatu proses kegiatan dimana petani mentatingka (menggadaikan) sebagian
sawah atau kebunya kepada keluarga (kerabat) dekat, pemilik modal, agen
ataupun tengkulak untuk mendapatkan sejumlah uang untuk membiayai
kebutuhan hidupnya dengan perjanjian yang disepakati bersama antara
petani pelaku nating dengan si penating (pemilik dana)”
Jadi dalam nating terdapat dua pihak yang bekerjasama, yakni pihak yang
menyerahkan tanah atau petani pelaku nating dan pihak kedua adalah pihak
penerima tanah atau pihak penerima gadai (penating). Pihak penerima nating
inilah yang harus menyerahkan sejumlah uang tertentu.
Menurut Holidi91 nating ada dua macam yaitu:
a. Nating biasa (tidak kuasa) : artinya petani pemilik lahan menatingkan
(menggadaikan) sawah atau kebun kepada kerabat, penduduk sekitar,
tengkulak ataupun kepada agen yang disebut penating (yang memiliki
modal), dengan perjanjian atau kesepakatan petani pemilik sawah atau
kebun boleh menggarap sawah, ladang atau kebunnya, dan bila sudah
panen hasilnya dengan persentase yang ditentukan dan dalam jangka
waktu yang ditentukan pula, biasa nya dalam jangka waktu 1 tahun
atau lebih.
91
Tokoh masyarakat Pagaralam sekaligus pelaku nating
64
b. Nating kuasa : petani pemilik lahan menatingkan (menggadaikan)
sawah, ladang, kebun kepada penating tetapi petani tersebut tidak
diberi kuasa untuk menggarap lahanya, dan penating berhak menyuruh
orang lain atau buruh tani yang dia kehendaki untuk menggarap nya,
untukpersentase hasil biasanya pemilik modal lah yang berkuasa penuh
menentukan persentase dari hasil panen.
Tabel 1. Perbandingan sistem nating kuasa dan non kuasa
Uraian
Batas Yuridiksi
Nating kuasa
Nating biasa
Petani tidak punya hak untuk Petani masih mempunyai
hak
menggarap lahan
untuk
menggarap
lahan
Status
Selagi
belum
ditebus
Kepemilikan
menjadi hak penating (pemilik kepemilikan lahan tetap
modal)
Hasil Panen
Hasil
lahan Selagi
belum
ditebus
menjadi pemilik lahan.
pada
dikendalikan oleh
umumnya Hasil
dibagi
penating kesepakatan
(pemilik modal) dan pemilik pemilik
sesuai
antara
lahan
dan
modal yang berhak menentukan penating selaku pemilik
persentase bagi hasil pada setian modal.
masa panen.
65
Besaran Jaminan
Untuk nating kuasa biasanya Nating
biasa
dengan
dalam jumlah lahan yang luas jumlah pinjaman uang
dan dalam jumlah pinjaman dan jaminan lahan yang
yang lebih besar disbanding lebih kecil.
nating biasa.
Dari dua jenis nating yang dijelaskan diatas, masih terdapat satu jenis lagi
nating yang dalam masyarakan Pagaralam mulai marak dilakukan, yakni nating
rumah, hampir sama dengan proses nating biasa, namun dalam nating rumah
pemilik modal hanya memberikan sejumlah uang untuk digunakan pemilik rumah,
namun pemilik modal berhak untuk menetapkan sewa kepada pemilik rumah
selama pemilik rumah masih menempati rumah tersebut dan dalam waktu
perjanjian yang ditentukan pemilik rumah wajib mengembalikan uang pinjaman
dan uang sewa rumah.
Terjadinya nating sudah berlangsung lama dan membudaya di kehidupan
petani Pagaralam, dan biasanya bila pelaku nating belum bisa menebus tanah
maupun rumahnya dalam batas aktu yang ditentukan sebagai kesepakatan awal,
maka si penating (pemilik modal) dapat memberikan tempo (perpanjangan waktu)
kepada pelaku nating untuk menebus tanah maupun rumah mereka, namun bila
sampai tidak tertebus juga, maka tanah maupun rumah itu baru jadi milik penating
(pemilik modal) dan biasanya diiringi dengan penambahan uang nating kepada
pemilik tanah ataupun rumah itu.
66
Banyak faktor yang menyebabkan petani di Pagaralam melakukan
peraktek nating, hal ini tercermin dari peruntukan dan kegunaan uang yang merka
peroleh dari nating itu sendiri, secara umum mereka gunakan untuk konsumsi,
biaya sekolah anak, produksi, dagang, persedekahan, maupun membeli perabot
atau kebutuhan rumah tangga lainnya, hal ini dapat dilihat dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Tien yustini yang yang menerangkan bahwa dari
187 responden yang terdiri dari petani padi dam kopi, disimpulkan bahwa petani
kopi dan padi menggunakan uang pinjaman atau uang dari menating kan barang
mereka untuk kebutuhan produksi atau modal usaha tani, berikut hasil penelitian
nya.
Tabel 2. Karakteristik petani berdasarkan kegunaan uang pinjaman dari nating 92
Kegunaan uang
pinjaman
Petani Kopi
Jumlah
%
Petani Padi
Jumlah
%
Total
Jumlah
%
produksi
43
38,4
44
58,7
87
46,5
Konsumsi
25
33,0
24
16,0
37
29,8
44
39,3
29
25,3
63
33,7
Pangan
Lainnya
Keterangan:
Lainnya : biaya anak sekloah, membeli baranag, dagang dan persedekahan atau
pesta.
92
Sumber hasil penelitan disertasi Tien Yustini, Universitas Sriwijaya,2011, hal 108.
67
Jadi merujuk dari hasi penelitian diatas dalam masa transisi sebelum dan
pasca panen padi maupun kopi banyak petani melakukuan nating untuk
memenuhi kebutuhan modal persiapan panen, dan sisanya pelaku nating
meggunakan untuk kebutuhan kebutuhan konsumsi dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya.
Ada satu hal yang menarik dari hasil penelitian diatas, ternyata selain
bermotif ekonomi uang dari hasil nating digunakan untuk kebutuhan prestise atau
gengsi dalam melakukan pesta pernikahan, dimana kebiasaan masyarakat
Pagaralam melakukan pesta syukuran pernikahan secara besar-besaran dengan
diawali berkumpul di rumah keluarga yang mengadakan pesta selama berhari-hari
sebelum hari puncak acara atupun setelah acara, dan tentunya memerlukan
memerlukan biaya untuk makan, minum, upacara adat dan sebagainya, meskipun
terkadang mereka harus berhutang dan menating kan harta yang mereka miliki,
dan inilah yang menjadi salah satu sumber faktor budaya yang tentunya menjadi
faktor ekonomi (konsumtif motife) yang menjadi penyebab petani melakukan
nating.
Dengan melakukan nating tentunya aka nada risiko yang akan dihadapi
petani ataupun pelaku nating itu sendiri. Akibat dari sejumlah uang yang mereka
pinjam dengan nating dari menggadaikan sawah, kebun maupun rumah mereka,
setidaknya harus mengurangi pengeluaran mereka, menurunnya pendapatan,
bahkan bila mereka tidak mampu mengembalikan uang yang dipinjam risiko yang
terberat adalah kehilangan lahan pertanian ataupun rumah mereka, tapi bagi
meraka mereka yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan usaha taninya
68
atau usaha-usaha di bidang lainnya mereka tidak menggunakan uang nating
tersebut untuk keperluan yang bersifat konsumtif tapi setelah melakukan nating
justru mereka berfikir bagaimana meningkatkan usaha mereka agar dapat
mengembalikan uang nating telat pada waktunya.
69