PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN. docx

PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN SISWA DI SDN 1 JARAK SIMAN
PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Kepada
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Ujian Akhir Program Strata Satu (S1)
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Guru MI

Disusun oleh :
MISBAHUL ARFIN ALBUSTANI (210612038)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2016

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL
Nama


: Misbahul Arfin Albustani

NIM

: 210612038

Jurusan

: Tarbiyah

Program Studi
Judul Penelitian

: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
: Problematika Guru dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo

Telah diujikan dalam sidang seminar proposal Prodi PGMI

dan diterima sebagai persyaratan penyusunan skripsi.
Ponorogo, 22 Maret 2016
Mengesahkan
Ka Prodi PGMI

Dr. Moh. Mukhlas, M.Pd
NIP.
1. Penguji 1

196701152005011003
Kharisul Wathoni M.Pd
I
(…………………….)

2. Penguji 2

Yuenti Sova P. M.Pd

(…………………….)


I.

JUDUL PENELITIAN
PROBLEMATIKA
GURU

DALAM

MENINGKATKAN

KEDISIPLINAN SISWA DI SDN 1 JARAK SIMAN PONOROGO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016.
II.

LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, maka pendidikan
sangat dibutuhkan bagi peserta didik guna menjadi manusia yang
berkualitas untuk menghadapi perkembangan dan tantangan zaman yang
akan dating, karena zaman sekarang ini begitu cepat dalam perubahan,
khususnya dalam dunia pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah

usaha sadar untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia peserta
didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka1
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting
untuk membentuk generasi muda yang siap menggantikan estafet generasi
tua dalam rangka meraih masa depan yang cerah. Selain itu pendidikan
sangat berperan mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka.2
Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan
pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas
sedang latihan atau training lebih menekankan pada pembentukan
ketrampilan atau skill.3 Pendidikan mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi

dirinya

untuk

memiliki

kekuatan


spiritual

keagamaan,

1 Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 1.
2 Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), 9.
3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), 55.

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.4
Seorang guru waktu mengajar selalu berusaha menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan. Suasana belajar yang menyenangkan
mendorong gairah belajar yang tinggi. Salah satu masalah dalam
menciptakan iklim belajar yang menyenangkan ialah masalah disiplin.
Setiap kegiatan proses pembelajaran guru sering menghadapi perilaku
siswa yang bermasalah.5
Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia
harus ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik. Jika disiplin
ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan menjadi

kebiasaan bagi peserta didik. Untuk itu guru dituntut memiliki
keterampilan dalam membina kedisiplinan peserta didik tersebut. Disiplin
merupakan suatu latihan, pikiran, atau badan, atau kemampuan moral
untuk memperbaiki perilaku melalui metode-metode hukum. 6
Guru merupakan orang tua di sekolah bagi peserta didik. Oleh
karenanya, guru sangat berperan sekali dalam keberhasilan membentuk
perilaku peserta didik. Melalui peraturan dan tata tertib guru sebisa
mungkin mampu menerapkan sikap disiplin pada setiap anak didiknya.
Tidak semua peraturan dan tatatertib akan diikuti dengan baik apabila
tidak ada kemauan dari pihak siswa untuk mematuhinya. Kesediaan siswa
untuk mematuhi atau mengingkari peraturan dan tata tertib tersebut sangat
4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 (PT. Kloang Klede putra timur bekerja sama dengan Koperasi Primer Praja Mukti
1 Departemen Dalam Negeri), 3.
5 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), 145-146.
6Syarifan Nurjan, Karakteristik Sekolah Unggul (CV Duta Graha Pustaka, 2002), 123124.

dipengaruhi pula oleh konsekuensi atau akibatnya, baik positif atau
negatif. Di dalam proses pendidikan, hadiah dan hukuman merupakan

akibat dari pematuhan dan pengingkaran terhadap peraturan dan tata tertib,
dan keduanya itu dikategorikan sebagai alat-alat pendidikan.7
Guru merupakan salah satu sarana pendidikan untuk membina dan
mewujudkan kedisiplinan peserta didik. Akan tetapi wajar jika akan timbul
berbagai masalah dalam dunia pendidikan yang disebabkan perkembangan
dan kebutuhan jasmani sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan melihat
sosial dan budayanya yang berubah juga akan mengubah, bahkan
menimbulkan banyak masalah baru dalam dunia pendidikan.
Kedisiplinan menjadi hal yang yang penting dalam menciptakan
perilaku peserta didik yang tidak menyimpang dari tata tertib di sekolah.
Karena kedisiplinan terkait erat dengan pengetahuan dan perilaku yang
positif, seperti kebenaran, kejujuran, tanggung jawab tolong menolong,
kasih sayang, patuh atau taat, hormat kepada guru, dan sebagainya.8
Dalam suatu aktivitas di suatu lembaga sekolah, tidak selalu
berjalan dengan lancar, terkadang dijumpai berbagai hambatan, problem,
dan tantangan, baik internal maupun eksternal. Dan termasuk dalam
kontek kedisiplinan siswa. Hal ini selain disebabkan karena adanya
perubahan dan tuntutan kehidupan di zaman modern, juga karena adanya
perkembangan social, budaya dan teknologi yang berkempang di
kehidupan saat ini.


7Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka
Cipta, 1980), 114.
8 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas ; Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas
yang Kondusif (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), 158.

Berdasarkan

pengalaman

awal,

peneliti

mendapati

adanya

problematika yang dijumpai guru dalam meningkatkan kedisiplinan
peserta didik di SDN 1 Jarak kecamatan Siman kabupaten Ponorogo.

Problema yang dijumpai diantaranya banyak siswa yang susah diatur,
sering bolos, kurangnya papan tata tertib yang memungkinkan bisa dibaca
dan diketahui oleh siswa, kurangnya pendidikan non formal yang diikuti
siswa, kurangnya motivasi dari orang tua.
Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian si SDN 1 Jarak, Siman, Ponorogo dengan judul
“Problematika Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SDN 1
Jarak Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016”
III.

FOKUS PENELITIAN
Agar diperoleh gambaran yang jelas dan terhindar
dari interpretasi, serta mengingat kemampuan penulis,
baik waktu, tenaga materi, fasilitas, ilmu pengetahuan
yang relative terbatas, maka dalam penelitian ini penulis
membahas

tentang

problematika


guru

dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016 yang meliputi (1)
Problematika yang ditemui guru dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman Ponorogo tahun
pelajaran 2015/2016 (2) Factor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya problematika dalam peningkatan kedisiplinan
siswa di SDN 1 Jarak siman Ponorogo tahun pelajaran

2015/2016 (3) Upaya guru dalam menyikapi problematika
peningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016.
IV.

RUMUSAN MASALAH
1. Problematika apa


yang

ditemui

guru

dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak
siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya
problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa
di SDN 1 Jarak siman Ponorogo tahun pelajaran
2015/2016?
3. Bagaimana

upaya

guru

dalam

mengatasi

problematika peningkatkan kedisiplinan siswa di SDN
V.

1 Jarak Siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan fokus pembahasan, maka
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui problematika yang ditemui guru
dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1
Jarak siman Ponorogo.
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya

problematika

dalam

peningkatan

kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman Ponorogo.
3. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi
problematika peningkatkan kedisiplinan siswa di SDN
1 Jarak Siman Ponorogo.
VI.

MANFAAT PENELITIAN KEGUNAAN PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat sebagai berikut :
A. Secara teoretis
Secara teoritik penelitian ini bisa bermanfaat
untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi
peneliti selanjutnya dan bisa bisa dijadikan bahan
rujukan penelitian bagi pihak yang berkepentingan
dalam rangka

penelitian yang lebih lanjut dan

berkembang.
B. Secara praktis
1. Bagi sekolah
Dari hasil penelitian

ini

diharapkan

dapat

mengetahui probematika yang dihadapi guru
dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 2
Jarak Siman Ponorogo, sehingga dapan member
solusi dalam meningkatkan kediplinan siswa.
2. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi
problematika

yang

dihadapi

guru

dalam

meningkatkan kedisiplinan.
3. Bagi siswa
Dapat menambah motivasi dan semangat siswa
sehingga sikap kedisiplinan akan meningkat.
4. Bagi Peneliti
Dapat
menambah
wawasan
dan
mengembangkan

ilmu

pengetahuan

serta

pengalaman

lebih

baik

terhadap

ilmu

pengetahuan terutama dalam dunia pendidikan.
VII.

KAJIAN

TEORI

DAN

TELAAH

HASIL

PENELITIAN

TERDAHULU
A. Kajian Teori
1) Peran guru dalam Mendisiplinkan Peserta
Didik
Tugas guru dalam pembelajaran tidak
terbatas

pada

penyampaian

materi

pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus
membentuk kompetensi dan peribadi peserta
didik. Oleh karena itu, guru harus senantiasa
mengawasi perilaku peserta didik, terutama
pada

jam-jam

sekolah,

agar

tidak

terjadi

penyimpangan perilaku atau tindakan yang
indisiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam
rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus
mampu menjadi pembimbing, contoh atau
teladan, pengawas, dan pengendali seluruh
perilaku peserta didik.
Sebagai
pembimbing,
berupaya

untuk

guru

harus

membimbing

dan

mengarahkan perilaku peserta didik ke arah
yang positif, dan menunjukkan pembelajaran.
Sebagai

contoh

atau

teladan,

guru

harus

memperlihatkan perilaku disiplin yang baik
kepada

peserta

didik,

karena

bagaimana

peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya
tidak

menunjukkan

sikap

disiplin.

Sebagai

pengawas, guru harus senantiasa mengawasi
seluruk perilaku peserta didik, terutama pada
jam-jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi
pelanggaran terhadap disiplin dapat segera
diatasi.
mampu

Sebagai

pengendali,

mengendalikan

guru

seluruh

harus
perilaku

peserta didik di sekolah. Dalam hal ini guru
harus mampu secara efektif menggunakan alat
pendidikan secara
sasaran,

baik

tepat waktu

dalam

dan

memberikan

tepat
hadiah

maupun hukuman terhadap peserta didik.9
2) Kedisiplinan
a.Pengertian Disiplin
Istilah disipin berasal dari bahasa Latin
“Diciplina” yang dipakai dalam kegiatan belajar
mengajar di lingkungan pendidikan dan istilah
tersebut juga dipakai dalam bahasa inggris
yakni “Disciple” yang mempunyai arti patuh
kepada seorang pemimpin. Ketika ini dikaitkan

9 E. Mulyasa, Menjai Guru Profesional (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA,
2009), 173.

dengan kegiatan belajar mengajar maka ada
unsur bawahan yaitu siswa yang harus patuh
dengan

berbagai

peraturan-peraturan

yang

telah dibuat oleh lembaga atau lebih pada
pemimpin

yang

mana

disini

adalah

guru

pengajar.10
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
disiplin

diartikan

dengan

tata

tertib

dan

ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan
atau tata tertib.11
Sementara

itu,

The

Liang

Gie

mengartikan disiplin sebagai suatu keadaan
tertib yang mana orang-orang yang tergabung
dalam suatu organisasi tunduk pada peraturanperaturan yang telah ada dengan senang
hati.12
b.Macam-macam Disiplin
Ada tiga macam disiplin yaitu:
1) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep
otoritarian.

Menurut

kacamata

konsep

ini,

peserta didik di sekolah dikatakan mempunyai
disiplin tinggi manakala mau duduk tenang
10 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa (Jakarta: PT Grasindo,
2004), 30-31.
11 Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
268.
12 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas ; Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan
Kelas yang Kondusif, 159.

sambil

memperhatikan

uraian

guru

ketika

sedang mengajar. Peserta didik diharuskan
mengiyakan

saja

terhadap

apa

yang

dikehendaki guru, dan tidak boleh membantah.
Dengan demikian, guru bebas memberikan
tekanan kepada peserta didik, dan memang
harus

menekan

peserta

didik.

Dengan

demikian, peserta didik takut dan terpaksa
mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.
2) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep
permissive. Menurut konsep ini, peserta didik
haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di
dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di
sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat
kepada peserta didik. Peserta didik dibiarkan
apa saja sepanjang itu menurutnya baik.
3) Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan
konsep

kebebasan

yang

terkendali

atau

kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin
demikian,

memberikan

kebebasan

seluas-

luasnya kepada peserta didik untuk berbuat
apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan ia,
haruslah ia tanggung. kebebasan jenis ketiga

ini

juga

lazim

dikenal

dengan

kebebasan

terbimbing.13
c. Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Kedisiplinan
Adapun faktor yang mempengaruhi
kedisiplinan adalah sebagai berikut:

1)

Faktor Dalam (Intern)

Faktor dari dalam ini berupa kesadaran dalam
diri seseorang yang mendorong seseorang
tersebut untuk menerapkan disiplin pada
dirinya sendiri.
2)

Faktor Luar (Ekstern)

Faktor dari luar ini berasal dari selain faktor
dalam, yakni meliputi:
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga ini sangat penting
terhadap perilaku seseorang termasuk tingkat
kedisiplinannya. Karena keluarga disini
merupakan lingkungan yang paling dekat pada
13 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), 173-174.

diri seseorang dan tempat pertama kali
seseorang berinteraksi.
Ki Hajar Dewantara dalam Moh. Shochib
menyatakan
“pusat

bahwa

keluarga

pendidikan”

yang

merupakan

pertama

dan

terpenting

karena

sejak

timbulnya

adab

kebiasaan

sampai

kini,

keluarga

selalu

mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiaptiap manusia. Sehubungan dengan ini, disiplin
diri

sangat

diperlukan bagi anak

agar

ia

memiliki budi pekerti yang baik. Bantuan yang
diberikan oleh orang tua adalah lingkungan
kemanusiaan yang yang disebut pendidikan
disiplin diri.14
b) Lingkungan Sekolah
Selain lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah

juga

mempengaruhi

kedisiplinan

seorang anak. Di sekolah banyak cara yang
dilakukan

dalam

Misalnya

melalui

dilakukan

setiap

menegakkan
kegiatan
hari

kedisiplinan.

upacara

tertentu

yang

kemudian

14Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan
Disiplin Diri (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 10.

dilanjutkan dengan pemeriksaan kebersihan
dan potong kuku, pengecekan ketertiban sikap
dalam mengikuti upacara dapat digunakan
sebagai upaya penegakan kedisiplinan.15
d. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin
di Sekolah
Ada teknik dalam membina disiplin
1) Teknik external control
Merupakan teknik yang mana disiplin
peserta didik haruslah dikendalikan dariluar
peserta didik. Menurut teknik ini, peserta
didik di dalam kelas harus terus-menerus
didisiplinkan dan jika perlu ditakuti dengan
hukuman dan hadiah. Hukuman diberikan
kepada peserta didik yang tidak disiplin,
sedangkan

hadiah

diberikan

kepada

peserta didik yang disiplin.
2) Teknik Internal control
Merupakan teknik yang mana kebalikan
dari

teknik

mengusahakan

external
agar

control,

yaitu

peserta

didik

mendisiplinkan diri sendiri. Kunci sukses
15M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), 46.

teknik ini adalah ada pada keteladanan
guru dalam berdisiplin.
3) Teknik Cooperative control
Merupakan teknik yang mana antara guru
sebagai

manajer

dengan

peserta

didik

harus saling bekerja sama dengan baik
dalam menegakkan disiplin.16
e. Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Pembentukan Disiplin
1) Teladan
Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih
besar pengaruhnya dibandingkan dengan
kata-kata. Karena itu, contoh dan teladan
disiplin dari atasan, keala sekolah, dan guruguru,

serta

penata

usaha

sangat

berpengaruh terhadap disiplin para siswa.
Mereka

lebih

mudah

mereka

lihat,

mereka

dengar.

meniru

dibandingkan
Disini

apa

yang

apa

yang

factor

telaadan

disiplin sangat penting bagi disiplin siswa.

2) Lingkungan berdisiplin
16 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas …, 162-164.

Seseorang

juga

lingkungan.

dapat

Bila

dipengaruhi

berada

oleh

dilingkungan

berdisiplin, seseorang dapat terbawa oleh
lingkungan

tersebut.

Salah

satu

cirri

manusia adalah kemampuan beradaptasi
dengan

lingkungan.

adaptasi

ini,

ia

Dengan

dapat

potensi

mempertahankan

hidupnya.
3) Latihan berdisiplin
Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui
proses

latihan

dan

kebiasaa.

Artinya,

melakukan disiplin secara berulang-ulang
dan membiasakan dalam praktek-praktek
disiplin

sehari-hari.

Dengan

latihan

dan

membiasakan diri, disiplin akan terbentuk
dalam diri siswa. Disiplin telah menjadi
kebiasaan.17
B. Telaah Hasil Penelitian terdahulu
Selain peneliti telah menjelaskan landasan teori
yang dipakai sebagaimana tersebut diatas, peneliti
juga melakukan telaah pustaka terhadap hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan.

17 Tulus Tu’u, Peran Disiplin, 42-43.

Yang

pertama

saya

mengambil

dari

skripsi

terdahulu dengan penyusunnya adalah Mohamad
Sofi, alumni STAIN Ponorogo, NIM
dengan
murid

judul
kelas

“Upaya
VII

210308039,

meningkatkan

dan

VIII

kedisiplinan

melalui

kegiatan

kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda
Mayak Tonatan Ponorogo tahun ajaran 2011-2012”
Adapun hasil penelitian ini adalah (a) Pelaksanaan
kegiatan kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah Darul
Huda Mayak Tonatan Ponorogo berjalan cukup baik
sudah terorganisasi dengan cukup baik dan kegiatan
yang diagendakan bisa berjalan dengan baik. (b)
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kedisiplinan murid kelas VII dan VIII melalui kegiatan
kepramukaan diantaranya adalah : pemberian materi
kepramukaan, memberikan keteladanan, peraturan,
pemberian
penjelajahan,

hukuman,

upacara,

perkemahan,

Gladian

Pimpinan

Regu,

dan

pelantikan.
Yang kedua saya mengambil skripsi terdahulu
yang disusun oleh

Ali Mustofa, NIM 243042008,

dengan judul Upaya peningkatan kedisiplinan siswa
melalui scoring (studi kasus di SMKN 1 Badegan
Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009)

Adapun hasil penelitian ini adalah (a) Dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah, pikah
SMKN 1 Badegan Ponorogo menerapkan sistem
scoring,

yaitu

pemberian

skor

pada

setiap

pelanggaran. Hasil dari penerapan scoring ini dapat
dirasakan oleh SMKN 1 Badegan, yaitu dengan
adanya sistem tersebut pihak guru dan staf lebih
bertanggung jawab serta lebih aktif. Pihak siswa juga
lebih disipin sehingga dalam mengikuti proses belajar
mengajar bisa lebih focus. (b) Sistem scoring di
SMKN 1 Badegan meningkatkan kedisiplinan siswa.
Siswa di SMKN 1 Badegan sangat mentaati peraturan
sekolah

karena

adanya

system

scoring.

(c)

Pelaksanaan scoring di SMKN 1 badegan ini menjadi
tanggung jawab sekolah secara umum tetapi secara
khusus dan structural ini menjadi tanggung jawab BP,
team tatib, dan wali kelas.dan yang mendukung
system scoring ini adalah semua pihak termasuk
orang tua, wali siswa, dan masyarakat sekitar
sekolah.
Yang ketiga saya mangambil telaah penelitian
terdahulu dari skripsi dari Nofia Nur Laili dengan
judul Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan

Kedisiplinan Peserta Didik di MI Tholabiyah Ngeterp
Jiwan Madiun Th. Pelajaran 2013/2014.
Adapun hasil kesimpulannya adalah (1) Proses
pembentukan

keisiplinan

peserta

didik

di

MI

Tholabiyah adalah : (a) Sebuah upaya ditak akan
terealisasikan tanpa usaha. (b) Kepala madrasah dan
guru berusaha memberikan contoh dan menjadi
tauladan. (c) Kepala madrasah sebagai orang yang
bertanggung jawab mengontrol guru dan siswa. (d)
Kepala madrasah selalu member support dan kritik
saran yang mendukung. (2) Upaya kepala madrasah
untuk

meningkatkan

kedisiplinan

siswa

di

MI

Tholabiyah adalah : (a) Menyusun berbagai upaya
dan program maupun peraturan yang sekiranya
dapat

menumbuhkan

disiplin.

Upaya

tersebut

seperti : sholat berjamaah, membiasakan berjabat
tangan, menjaga kbersihan, proses KBM sesuai
jadwal, ekstrakurikuler, seragam beserta atribut,
pemberian
memberikan

hukuman

bagi

ganjaran

yang

bagi

melanggar

yang

dan

berprestasi,

pelatihan adzan, senam jum’at pagi, membaca AlQur’an sebelum KBM, dan menjaga tata karma dan
ketertiban dijalan. (b) Upaya dan program tersebut

disusun

berdasarkan

atas

asas

kegamaan,

kedisiplinan, ketertiban, kesehatan, akademis, nonakademis, dan social.
Adapun perbedaan penelitian yang peneliti lakukan
dengan penelitian sebelumnya adalah jika penelitian yang
dilakukan Mohammad Sofi terfokus pada upaya dalam
meningkatkan kedisiplinan melalui kegiatan pramuka yang
ada di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mayak Tonatan
Ponorogo tahun ajaran 2011-2012, adapun pada penelitian
ini peneliti menekankan pada problem apa yang terjadi
dalam mengupayakan sebuah kedisiplinan pada siswa
Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Jarak, kecamatan Siman,
kabupaten Ponorogo, sehingga diharapkan semua siswa
pada SD Negeri 01 Jarak, kecamatan Siman, kabupaten
Ponorogo mampu melaksanakan semua peraturan dengan
disiplin.
Sedangkan perbedaan penelitian Ali Mustofa dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah jika penelitian Ali
Mustofa menekankan pada pemberian scoring terhadap
siswa

SMKN

1

Badegan

Ponorogo

sebagai

upaya

peningkatan kedisiplinan bagi siswa SMKN 1 Badegan
Ponorogo dan sebagai efek jera terhadap pelanggaran
yang dilakukan. Namun pada penelitian yang peneliti

lakukan lebih terfokus pada problematika apa yang ditemui
pendidik dalam menegakkan kedisiplinan di SD Negeri 01
Jarak, kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo, yang mana
problematika tersebut dapat teratasi dengan solusi yang
ditawarkan peneliti dalam penelitian ini.
Dan perbedaan penelitian Nofia Nur Laili dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah jika penelitian Nofia
Nur Laili membahas tentang upaya yang dilakukan Kepala
Sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di
MI Tholabiyah Ngeterp, Jiwan, Madiun tahun pelajaran
2013/2014

dengan

memberikan

contoh

dan

menjadi

tauladan kepada siswa MI Tholabiyah Ngeterp, Jiwan,
Madiun tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan dalam
penelitian yang peneliti lakukan fokus pembahasannya
kepada menguraikan problem yang ditemui guru dalam
upaya meningkatkan kedisiplinan di SD Negeri 01 Jarak,
Siman, Ponorogo, sehingga adanya solusi dalam mengatasi
problem tersebut dan terwujudnya kedisiplinan di SD
Negeri 01 Jarak, Siman, Ponorogo.

VIII.

METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis
pendekatan penelitian kualitatif.

menggunakan

Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena yang dialami oleh subyek penelitian.
Dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan
Peneliti Lapangan adalah Studi Kasus yaitu uraian dan
penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek
seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
(komunitas), suatu program atau suatu situasi sosial.
Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak
mungkin data menegani subjek yang diteliti.

18

Jenis penelitian studi kasus ini digunakan karena
peneliti dapat meneliti terkait tentang kejadian aktivitas di
SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.
B. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperanserta, namun peranan penelitilah
yang menentukan keseluruhan skenarionya. Sehingga
dalam penelitian ini, seorang peneliti bertindak sebagai
instrumen kunci sekaligus pengumpul data. Sedangkan
instrumen yang lain sebagai penunjang.19
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SDN 1 Jarak Siman
Kabupaten Ponorogo dan di lokasi ini layak diteliti

18Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2003), 201.
19Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), 163.

karena di SD ini masih banyak siswa yang kurang
disiplin.
D. Sumber Data
Data penelitian kualitatif ini data yang kami butuhkan
adalah :
1. Data tentang problematika yang dihadapi guru
dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
problematika dalam peningkatan kedisiplinan
peserta didik di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
3. Data tentang upaya guru dalam mengatasi
problematika dalam meningkatkan kedisiplinan
peserta didik.
Sedangkan sumber data utama dalam penelitian
ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala Sekolah SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
2. Bapak Ibu Guru SDN 1 Jarak siman Ponorogo
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
meliputi

wawancara,

observasi,

dokumentasi

dan

triangulasi.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 20
Wawancara kualitatif merupakan salah satu
teknik untuk mengumpulkan data dan informasi.
Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan.
Pertama,

dengan

wawancara,

peneliti

dapat

menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami
subjek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi
jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang
ditanyakan pada informan bisa mencakup hal-hal
yang bersifat lintas waktu, yang berkaiatan dengan
masa lampau, masa kini dan juga masa mendatang.
Wawancara

yang

digunakan

adalah

wawancara

kualitatif. Artinya, peneliti mengajukan pertanyaanpertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa
terikat oleh suatu suasana pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. 21
2. Teknik pengamatan
Ada
beberapa
alasan
penelitian

kualitatif

mengapa

pengamatan

dalam

dimanfaatkan

sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh
Guba dan Lincoln (1981:191-193)22 sebagai berikut
20Lexy Moleong, Metodologi Penenlitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), 135.
21Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), 176.
22 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 174-175.

ini.

Pertama

pengamatan

didasarkan

atas

pengalaman secara langsung, kedua pengamatan
memungkinkan

penelitian

untuk

melihat

dan

mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan
kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya

,ketiga pengamatan memungkinkan

peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun
pengetahuan yang langsung diperoleh dari data ,
keempat

sering

terjadi

ada

kekurangan

pada

peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya
ada

yang

pengamatan
memahami
dalam

keliru

atau

pengamatan

,

memungkinkan
situasi-situasi

kasus-kasus

komunikasi

biasa

tertentu

lainnya
dapat

yang

kelima

peneliti

mampu

rumit.

Keenam,

dimana

tidak

menjadi

teknik

alat

teknik

dimungkinkan,
yang

sangat

bermanfaat. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
data:
1) Problem kediplinan yang ada di SDN 1 Jarak,
Siman Ponorogo.
2) Faktor-faktor pengaruh

munculnya

problem

kedisiplinan di SDN 1 Jarak, Siman, Ponorogo.

3) Upaya guru dalam mengatasi problematika
kedisiplinan

siswa

di

Ponorogo.
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi

SDN

ini

1

Jarak,

Siman,

digunakan

untuk

mengumpulkan data sumber non insani. Sumber ini
terdiri dokumen dan rekaman, “Rekaman” sebagai
setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan
oleh

individu

atau

organisasi

dengan

tujuan

membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan
“Dokumentasi”

digunakan

untuk

mengacu

atau

bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan
secara khusus untuk tujuan, seperti surat-surat,
buku catatan harian khusus, foto dan sebagaimana.23
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data :
1) Profil, visi dan misi, struktur pengurus di SDN 1
Jarak Siman Ponorogo
2) Nama Kepala Sekolah, Guru dan Pengurus di
SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, di
lakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan

23 Margono, Metodologi penelitian pendidikan (Jakarta : PT. RINEKA CIPTA, 2007),
181.

setelah

selesai

tertentu.
melakukan

Pada

pengumpulan
saat

analisis

data

wawancara,
terhadap

dalam

periode

peneliti

sudah

jawaban

yang

diwawancarai. Bila jawaban yang di wawancarai setelah
di analiss terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tetentu, di
peroleh data yang di anggap kredibel. Miles dan
Huberman

mengemukakan

bahwa

aktivitas

dalam

analisis data kualitatif di lakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh.24
Analisis data kualitatif, dapat di lakukan melalui
langkah-langkah berikut:
1. Reduksi data, data yang di peroleh dari lapangan
jumlahnya cukup

banyak, untuk itu maka perlu

di catat secara teliti dan rinci.

Semakin

lama

peneliti kelapangan, maka jumlah data akan
semakin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu
perlu segera di

lakukan analisis data melalui

reduksi data. Adapun data yang

peneliti

reduksikan meliputi sejarah SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo,

Problematika dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo,
24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R & D, cet. 19 (Bandung:
Alfabeta, 2013), 246.

serta

solusi

yang

dilakukan

guru

dalam

mengatasi problematika tersebut.
2. Display/penyajian data, setelah data direduksi,
maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan
antar

kategori,

flowchart

Dalam hal ini Miles dan

dan

sejenisnya.

Huberman menyatakan

“Yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks

yang bersifat naratif”. Adapun data yang

peneliti sajikan meliputi
problematika

yang

bagaimana
dihadapi

guru

dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa dan bagaimana
solusi yang dilakukan guru dalam menangani
problematika tersebut
3. Mengambil kesimpulan/verifikasi, langkah ketiga
dalam analisis

data

kualitatif

adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal

yang

sementara,

di

kemukakan

masih

bersifat

dan akan berubah bila tidak di

temukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung

pada tahap pengumpulan data berikut. Apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh
konsisten

bukti-bukti yang valid dan

saat

peneliti

kembali

kelapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang di
kemukakan

merupakan

kesimpulan

yang

kredibel.25 Adapun data yang peneliti simpulkan
meliputi segala problematika yang di hadapi guru
dalam meningkatkan kedisiplinan dan bagaimana
solusi yang dilakukan guru dalam menanggani
problematika tersebut.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang
diperbarui

dari

konsep

keandalan

realibilitas.26

kesahihan
Dalam

validitas

keabsahab

dan
data

diadakan pengecekan denagn teknik :
1. Pengamatan yang tekun
Ketekunan
pengatan

yangdimaksud

dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan dan isu yang sdang
dicari.
2. Pengecekan sejawat

25 Ibid, 247-252.
26Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2002), 171-177.

Yaitu mengekspos hasil sementara atau
hasil akhir yang diperoleh dalm bentuk diskusi
analitik dengan rekan-rekan sejawat.
3. Kecukupan referensial
Referensi yang cukup adalah sebagai alat
untuk menampung dan menyesuaikan kritik
tertulis untuk keperluan evaluasi, yaitu dengan
menyimpan informasi yang tidak direncanakan
sebagai alternative juka berhalangan tidak
tersedia alat rekam suara.
Teknik
triangulasi
pemeriksaan

adalah

keabsahan

teknik

atau

yang

memanfaatkan sesuatu yang diluar data atau
untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding

terhadap

data

triangulasi sebagai titik

itu.

Ada

4

pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik dan teori.27 Dari sini hal yang ingin
dapat dicapai peneliti dengan jalan :
1. Membandingkan
data
mpengamatan
wawancara.
2. Membandingkan

dengan
apa

hasil

data

yang

hasil

dikatakan

orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
27 Ibid, 178.

3. Membandingkan

apa

yang

dikatakan

orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya.
4. Membandingkan hasilwawancara dengan
isi suatu dokumen yang berkaitan
H. Tahapan – Tahapan Penelitian
Tahap-tahap peelitian dalam penelitian ini ada tiga
tahapan dan di tambah dengan tahap akhir dari
penelitian

yaitu

tahap

penulisan

laporan

hasil

penelitian. tahap-tahap penelitian tesebut adalah:
1. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun
rancangan

penelitian,

memilih

lapangan

penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan
menilai

keadaan

memanfaatkan
perlengkapan

lapangan,
informan,

penelitian

penelitian:
2. Tahap pekerjaan

dan

lapangan,

memilih

dan

menyiapkan
persoalan
yang

etika

meliputi:

memahami latar penelitian dan persiapan diri,
memasuki lapangan dan berperan serta sambil
mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data,28
4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
IX.

SISTEMATIKA PEMBAHASAN

28 Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian kwalitatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008), 84-91.

Sitematikan pembahasan pada penelitian kualitatif
ini terdiri lima bab yang berisi:
Bab satu merupakan awal pembahasan skripsi yang
terdiri dari : latar belakang masalah rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian
dan sistematika pembahasan.
Bab dua berisi landasan teori atau telaah pustaka
yang berisi tentang landasan teori tentang peran guru
dalam

mendisiplinkan

peserta

didik,

kedisiplinan,

pengertian disiplin, macam-macam disiplin, factor yang
mempengaruhi disiplin, teknik dalam pembinaan disiplin
siswa, dan factor yang berpengaruh dalam pembentukan
kedisiplinan.
Bab tiga, merupakan paparan data hasil penelitian
yang terdiri dari latar belakang obyek penelitian yang
meliputi : sejarah berdirinya, letak geografis SDN 1 Jarak
Siman Ponorogo
Bab empat, merupakan hasil analisis masalah yang
meliputi analisis tentang : problematika yang dijumpai guru
dalam meningkatkan kedisiplinan, faktor-faktor pengaruh
munculnya problem kedisiplinan di SDN 1 Jarak, Siman,
Ponorogo, serta analisis tentang upaya yang dilakukan
guru dalam mengatasi problematika.

Bab kelima penutup, yang berisi kesimpulan dan
saran, bab ini dimaksudkan agar pembaca dan penulis
mudah dalam melihat inti hasil peneliti.

X.

OUTLINE DAFTAR ISI SEMENTARA
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Kehadiran Penelitian
3. Lokasi Penelitian
4. Sumber Data
5. Prosedur Pengumpulan Data
6. Analisis Data
7. Pengecekan Keabsahan Data
8. Tahapan – tahapan Penelitian
G. Sistematika Pembahasan
BAB II : PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN SISWA (Studi Kasus di SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016)
A. Kedisiplinan
a. Pengertian Disiplin
b. Macam-macam Disiplin
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
d. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin di
Sekolah

e. Faktor-faktor

yang

Berpengaruh

dalam

Pembentukan Disiplin
BAB III : DATA PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Bedirinya
2. Letak Geografis
3. Visi dan Misi
4. Kurikulum
5. Sarana dan Prsasarana
6. Keadaan Pergaulan Remaja
B. Deskripsi Data
1. Problematika yang dihadapi guru
2. Faktor-faktor penyebab
3. Upaya yang dilakukan guru
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Analisis tentang Problematika yang dihadapi guru
dalam meningkatkan kedisiplinan di SDN 1 Jarak,
Siman, Ponorogo.
B. Analisis tentang faktor-faktor pengaruh munculnya
problem

kedisiplinan

di

SDN

1

Jarak,

Siman,

Ponorogo.
C. Analisis tentang Upaya yang dilakukan guru dalam
mengatasi problematika di SDN 1 Jarak, Siman,
Ponorogo.
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

XI.

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2002.
Arikunto Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineks Cipta, 1980
Basrowi dan Suwandi. Memahami penelitian kwalitatif. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2008.
Djatisidi Indra. Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru.
Jakarta: Radar Jaya, 2001.
Ghony Djunaidi & Almanshur Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Hamalik Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2001.
Hidayatullah M. Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban
Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.
Imron Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 2007.

Meleong Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. cet. 31. Bandung : PT
Remaja Rusdakarya, 2013.
---------. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009.
---------. Metodologi Penenlitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000.
Muhaimin. Konsep Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991.
Mulyana Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2003.
Mulyasa E. Menjai Guru Profesional. Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA. 2009
Nurjan Syarifan dkk Karakteristik Sekolah Unggul. CV Duta Graha
Pustaka, 2002.
Sahertian Piet A.. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
RINEKA CIPTA, 2008.
Shochib Moh.. Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R & D. cet. 19.
Bandung: Alfabeta, 2013.
Syah, Muhibin. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006

Tu’u Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa. Jakarta: PT.
Grasindo. 2004.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1. PT. Kloang Klede putra timur
bekerja sama dengan Koperasi Primer Praja Mukti 1 Departemen
Dalam Negeri, 2003.
Wiyani Novan Ardy. Manajemen Kelas ; teori dan aplikasi untuk
menciptakan kelas yang kondusif. Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2013.