this PDF file KEPADATAN DAN KERAGAMAN SPORA FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA DAERAH PERAKARAN BEBERAPA TANAMAN PANGAN DI LAHAN PERTANIAN DESA SIDERA | Yusriadi | Agroland 1 PB

J. Agroland 24 (3) : 237 - 246, Desember 2017

ISSN : 0854-641X
E-ISSN : 2407-7607

KEPADATAN DAN KERAGAMAN SPORA FUNGI MIKORIZA
ARBUSKULA PADA DAERAH PERAKARAN BEBERAPA
TANAMAN PANGAN DI LAHAN PERTANIAN
DESA SIDERA
Density and Diversity of Fungi Spores of ArbuzcularMycorrhizal
at Root Zones of Some Crops in Agricultural Land
Sidera of Central Sulawesi Indonesia
Yusriadi1), Yosep Soge Pata’dungan2), Uswah Hasanah2)
1)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, PaluEmail: yusriadiagt11@gmail.com
2)
Fakultas PertanianUniversitaTadulako

ABSTRACT
This study aimed to determine the density and diversity of spores of arboscularmycorrhizal fungi

(AMF) inrhizosphereof five crops. The method used in this research was exploratory descriptive.
The sites of soil samples taken were done purposively around the rizhospere of the plant selected.
Soil analysis and spore observations were conducted in the Laboratory of Soil Science and in the
Laboratory of Agronomy of Faculty of Agriculture of Tadulako University, respectively. Higher
number of spores was found in the rhizosphere of soybean and only a few numbers in cassava
rhizosphere. Low soil pH, P-total and C-organic tend to lower the number of spore living around
the crop rhizosphere. The morphological characteristics of the spores found included sphere,
ellipse, and oval, while the color comprised of brown, dark brown, transparent, yellow and
brownish yellow. The size of the arbuscular spores ranged from 63 – 250 m.
Keywords: Arboscularmycorrhizal fungi, crops, and rhizosphere.

PENDAHULUAN
Pertanian merupakan suatu sektor
penting yang berkaitan erat dengan usaha
memenuhi kebutuhan pangan manusia.
Namun masalah yang timbul ialah kebutuhan
pangan terus meningkat, tetapi dilain pihak
penyediaan pangan sulit ditingkatkan.
Tanah merupakan salah satu faktor pembatas
dalam pertanian, luas tanah tidak dapat

ditingkatkan namun yang dapat ditingkatkan
ialah cara meningkatkan produktivitas di
lahan yang sama (Margarettha dan Itang,
2008). Salah satu upaya untuk meningkatkan
daya dukung tanah terhadap pertumbuhan
tanaman adalah dengan pemanfaatan FMA
yang dapat diaplikasikan pada lahan
marjinal juga lahan kering. Menurut
Aldeman et al.,(2006) infeksi mikoriza dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
kemampuannya.
Kesuburan tanah tidak terlepas dari
keseimbangan biologi, fisika dan kimia,
ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan
sangat menentukan tingkat kesuburan lahan
pertanian. Tanpa disadari selama ini
sebagian besar pelaku tani di Desa Sidera
hanya mementingkan kesuburan yang
bersifat kimia saja, yaitu dengan

memberikan pupuk anorganik seperti : urea,
TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus
menerus dengan dosis yang berlebihan.
Oleh sebab itu perludilakukan penelitian
FMA sebagai pupuk hayati.
Padi merupakan tanaman pangan yang
sangat penting karena beras masihdigunakan
sebagai makanan pokok bagi manusia,
sebagian besar penduduk dunia terutama
237

Asia sampai sekarang. Beras merupakan
komoditas strategis di Indonesia karena
beras mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kestabilan ekonomi dan politik
(Purnamaningsih, 2006). Tanaman jagung
merupakan komoditas pangan terpenting
kedua setelah padi. Tanaman jagung sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan
ternak. Jagung mengandung senyawa

karbohidrat, lemak, protein, mineral, air,
dan vitamin. Singkong merupakan hasil
pertanian yang jumlahnya berlimpah dan
perlu alternatif lain dalam pemanfaatannya
untuk menunjang program ketahanan
pangan sesuai dengan PP Nomor 68 Tahun
2002 tentang Ketahanan Pangan. Kedelai
memiliki kandungan gizi tinggi yang
berperan untuk membentuk sel-sel tubuh
dan menjaga kondisi sel-sel tersebut.
Kedelai mengandung protein 75-80% dan
lemak mencapai 16-20 serta beberapa
asam-asam kasein (Suhardi,2002).Tanaman
umbi sebagai sumber pangan karena
kandungan karbohidrat yang tinggi juga
mengandung vitamin. Umbi dari hasil tanaman
ubi banyak digunakan sebagai bahan baku
produk olahan seperti, tepung tapioka dan
produk-produk makanan lainnya(Turmudi
dkk, 2005).

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
adalah salah satu kelompok fungi yang
hidup di dalam tanah, termasuk golongan
endomikoriza yang mempunyai struktur
hifa yang disebut arbuskula. Arbuskula
berperan sebagai tempat kontak dan transfer
hara mineral antara cendawan dan tanaman
inangnya pada jaringan korteks akar.
Mikoriza terbentuk karena adanya simbiosis
mutualisme antara cendawan atau fungi
dengan sistem perakaran tumbuhan dan
keduanya saling memberikan keuntungan
(Hidayat 2003). Manfaat yang dapat
diperoleh dari adanya asosiasi mikoriza
yaitu peningkatan unsur hara, meningkatkan
ketahanan terhadap kekeringan dan tahan
terhadap serangan patogen. Peningkatan
serapan hara akibat kolonisasi FMA
disebabkan oleh tiga hal, yaitu FMA mampu
mengurangi jarak yang harus ditempuh

238

permukaan akar tanaman untuk mencapai
unsur hara, meningkatnya serapan unsur
hara dan konsentrasi padapermukaan
penyerapan, mengubah secara kimia sifatsifat unsur hara kimia sehingga memudahkan
penyerapan unsur hara tersebut ke dalam
akar tanaman (Harumi, 2006).
Salah satu tempat eksplorasi FMA
yang potensial adalah daerah pertanian
Sidera. Mayoritas di daerah tersebut bekerja
di sektor pertanian pangan dan hortikultura,
khususnya sebagai petani pangan seperti
Singkong (Minihot utilissima ), padi (Oryza
sativa L.), Jagung, Ubi jalar (Ipomoea batatas
L) dan kedelai (Glycine max). Tanaman
pertanian yang beragam ini menjadi objek
yang menarik untuk diketahui macam-macam
FMA yang berasosiasi pada tanaman tersebut.
Mikoriza merupakan organisme

yang berasal dari golongan cendawan yang
menggambarkan suatu bentuk hubungan
simbiosis mutualisme antara fungi dengan
akar tanaman tingkat tinggi (Brundrett et
al.,1996). Adapun manfaat mikoriza bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sebagai inangnya, adalah meningkatkan
penyerapan unsur hara dari tanah, sebagai
penghalang biologis terhadap infeksi
pathogen akar, meningkatkan ketahanan
tanaman
terhadap
kekeringan
dan
meningkatkan hormon pemacu tumbuh
(Prihastuti, 2007). Menurut Aggangan et al
(1998), pada lingkungan yang miskin hara
ataupun lingkungan yang tercemar limbah
berbahaya sekalipun FMA dapat tetap hidup
dan menginfeksi tanaman.

Fungi mikoriza arbuskula (FMA)
dapat ditemukan hampir pada semua
ekosistem, termasuk pada lahan masam
(Kartika, 2006) dan alkalin (Swasono,
2006). Menurut Smith dan Read (2008),
FMA dapat berasosiasi dengan hampir 90%
jenis tanaman.Walaupun demikian, tingkat
populasi dan komposisi jenis FMA sangat
beragam dan dipengaruhi oleh karakteristik
tanaman dan faktor lingkungan seperti suhu,
pH tanah, kelembaban tanah, kandunganfosfor
dan nitrogen, serta konsentrasi logamberat
(Daniels dan Trappe, 1980). Eksplorasi

jenis-jenis FMA pada berbagai tanaman
pangan merupakan studi awal yang penting
dan diperlukan untuk dapat mengidentifikasi
dan memetakan jenis-jenis FMA dominan
dan spesifik yang ada. Kegiatan ini sangat
pentinguntuk

mendapatkan
informasi
tentang keanekaragaman jenis-jenis FMA
potensial sebagai sumber material penting
untuk seleksi mendapatkan isolat FMA
yang potensial dan efektif, serta mampu
beradaptasi pada kondisi lahan dan
komoditas spesifik.
Keefektivan setiap jenis FMA selain
tergantung pada jenis FMA itu sendiri juga
sangat tergantung pada jenis tanaman dan
jenis tanah serta interaksi antara ketiganya
(Brundrett et al.,1996). Setiap jenis tanaman
memberikan tanggap yang berbeda terhadap
FMA, demikian juga dengan jenis tanah,
berkaitan erat dengan pH dan tingkat
kesuburan tanah. Setiap FMA mempunyai
perbedaan penyerapan unsur hara dari
dalam tanah dan pertumbuhan tanaman
(Daniels dan Menge,1981), sehingga dalam

kemampuannya meningkatkan Efektivitasnya
dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
di lapangan dapat dipastikan akan berbeda
pula. Informasi mengenai jenis-jenis FMA
pada rhizosfer khususnya tanaman pangan
(padi, jagung, singkong, ubi jalar,dan
kedelai) di Desa Sidera sejauh ini belum
pernah dilaporkan, Oleh karena itu, melalui
penelitian ini diharapkan dapat diidentifikasi
jenis-jenis FMA pada rhizosfer tanaman
pangan dan dapat dijadikan sebagai tahapan
awal dalam pemanfaatan FMA sebagai
pupuk hayati.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni–September
2015, lokasi pengambilan ampel tanahdi
Desa
Sidera
Kecamatan

Biromaru,
Kabupaten Sigi. Pengamatan Spora
dilaksanakan di Laboratorium Agronomi,
Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako.
Alat dan Bahan. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cangkul ,mistar,
plastic dan kertas label untuk pengambilan
sampel tanah. Alat alat laborotorium yang

digunakan untuk isolasi dan pengamatan
spora mikoriza adalah saringan 250 µm,
125 µm, 63 µm, saringan the, gelas plastik,
tusuk gigi, labu semprot, tabung reaksi,
sentrefunge, timbangan, cawan petri, gelas
ukur, corong plastik, dan mikroskop. Alat
yang digunakan analisis tanah adalah
timbangan analitik, pemanas oven bersuhu
105ºC desikator, tangkai penjepit, cawan
alumunium, naraca analitik, ketelitian 2
desimal,botol kocok 100 ml,pipet ukur
volume, gelas kimia, mesin pengocok, labu
semprot, pH meter, buret 25 ml, pengaduk
magnit, labu ukur 1000,500,100 ml, gelas
ukur 100 ml dan erlen meyer 250-500 ml.
Bahan utama yang digunakan yaitu
sampel tanah yang berasal dari Desa Sidera
Kab Sigi disekitar perakaran tanamana
pangan (jagung, padi, kedelai, singkong,
dan ubijalar) bahan-bahan laboratorium
yang digunakan yaitu kertas saring
berukuran 0,45 µm, kertas label, PVLG,
aquades, H2O, KCl 1 M, Kalium Dikromat
(K2Cr2O7), Asam Sulfat pekat (H2So4)
Natrium Florida (NaF) dan indikator
defenilamin.
Metode
Penelitian.
Metode
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriktif eksploratif. Pengambilan
tanah dilakukan dengan cara purposive
sampling yaitu pengambilan sampel tanah
yang lokasinya ditentukan berdasarkan
pertimbangan peneliti seperti terdapatnya
jenis-jenis tanaman pangan disekitar lahan
tersebut. pelaksanaan dilakukan dengan
surve lapangan dan didukung oleh data dari
laboratorium
sedangkan
tahap
dari
penelitian ini adalah pengambilan data
dilapangan,
penentuan
titik
lokasi,
pengambilan sampel tanah, analisis sifasifat tanah di laboratorium, isolasi spora
mikoriza dan identifikasi morfologi spora
fungi mikoriza arbuskula
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Spora FMA. Berdasarkan hasil
penelitian jumlah spora yang ditemukan
dari kelima sampel tanah pada daerah
perakan tanaman pangan di lahan pertanian
Desa Sidera dapat di lihat pada Tabel 1.
239

Jumlah spora tertinggi ditemukan
disekitar perakaran tanaman kedelai dengan
jumlah 354 spora per 10 g tanah, sedangkan
jumlah spora terendah terdapat disekitar
perakaran tanaman singkong dengan jumlah
23 spora per 10 g tanah. Menurut Daniels
dan skipper (1982) tanah mempunyai
populasi spora FMA yang tertinggi apabila
kerapatan sporanya 20 per g tanah.
Berdasarkan pendapat tersebut populasi
spora yang tergolong tinggi hanya sekitar
perakaran tanaman kedelai dengan jumlah
354 spora per 10 g tanah, sedangkan daerah
perakaran jagung, padi, ubi jalar, dan
singkong populasi sporanya tergolong
rendah.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa semakin kecil ukuran saringan yang
digunakan maka spora yang ditemukan
semakin banyak hal ini diduga spora yang
ditemukan lebih banyak jenis Glomus
seperti pernyataan Nusantara dkk., (2012)
bahwa spora glomus memiliki ukuran spora
rata-rata 50-100 µm sehingga spora yang
ditemukan lebih banyak pada saringan
berukuran 63 µm.
Karakteristik Morfologi Spora. Hasil
identifikasi Krakteristik morfologi spora
FMA yang ditemukan dari daerah perakaran
tanaman pangan di Desa Sidera dapat
dilihat pada table 1.
Tabel 1. Jumlah Fungi mikoriza arbuskula
(per 10 g tanah )
JenisTanaman
No

Jumlah spora pada
setiap ukuran saringan
(µm)

Jumlah

1

Kedelai

250
0

125
2

63
352

354

2

Jagung

0

14

117

131

3

Padi

1

17

69

87

4

Ubi Jalar

0

7

27

34

5

Singkong

0

3

20

23

Tabel 1. Krakteristikmorfologi
spora
mikoriza
arbuskula
yang
ditemukan
disekitar
peraka
tanaman pangan dilahan pertanian
desa sidera.
240

Kedelai
Spora berbentuk bulat
berdasarkan tabel colour
chart mycorhiza spora
berwarna 40, 90 ,80 dan
memiliki ukuran spora>
63 µm.
Spora berbentuk oval
berdasarkan Tabel colour
chart mycorhiza spora
raberwarna 0, 20 ,60
dan memiliki ukuran
spora>63 µm.
Spora berbentuk bulat
berdasarkan Table colour
chart mycorhiza spora
berwarna 40, 100, 80
dan memiliki ukuran
spora >125 µm.
Spora
berbentukovalberdasark
an Table colour chart
mycorhiza
spora
berwarna 40, 100, 80
dan memiliki ukuran
spora> 125 µm
Jagung
Spora
berbentuk
bulatberdasakan Tabel
colour chart mycorihza
spora berwarna 20,50,20
dan memiliki ukuran
spora > 63 µm.

Spora berbentuk oval
berdasarkan Tabel colour
chart spora berwarna 0,
20, 60 dan memiliki
ukuran spora >125 µm.
Spora berbentuk lonjong
berdasarkan Tabel colour

Spora berbentuk bulat
berdasarkan Tabel colour
chart mycorihza spora
berwarna 20,20,40 dan
memiliki ukuran spora
>250 µm.

chart spora berwarna
20,40,20 dan memiliki
ukuran spora >125 µm.

Padi
Spora berbentuk bulat
Berdasarkan
Tabel
colour chart mycorhiza
berwarna 20,40,20 dan
memiliki ukuran >63
µm.

Ubijalar
spora berbentuk bulat
berdasarkan Tabel colour
chart mycorhiza spora
berwarna 20,40,40 dan
memiliki ukuran spora
>63 µm.

Spora berbentuk oval
berdasarkan
Tabel
colour chart mycorhiza
spora
berwarna
20,20,40 dan memiliki
ukuran spora > 63 µm.

Spora Berbentuk bulat
berdasarkan Tabel colour
chart mycorhiza spora
berwarna 40,100,60 dan
memiliki
ukuran
spora>63 µm.
Spora
berbentuk
elipslberdasarkan colour
chart
mycorhizaspora
berwarna 0,20,20 dan
memiliki ukuran spora
>125 µm.

Spora berbentuk bulat
berdasarkan Tabel colour
chart mycorhiza spora
berwarna
40,100,60
danmemiliki
ukuran
spora >125 µm.

Spora berbentuk bulat
berdasarkan Tabel colour
chart mycorhza berwarna
20,30,40 dan memiliki
ukuran spora >125 µm..

Sporaberbentuk

oval
berdasarkan Tabel warna
colour chart mychoriza
spora berwarna 60,100,80
dan memiliki ukuran
spora > 125 µm.

Spora berbentuk lonjong
berdasarkan Tabel warna
colour chart mychorihza
spora berwarna 20,30,20
dan memiliki ukuran
spora >125 µm.

Singkong.
pora berbentuk bulat
berdasakan Tabel colour
chart mycorihza spora
berwarna 20,50,20 dan
memiliki ukuran spora
>63 µm.
Spora berbentuk bulat
berdasarkan Tabel colour
chart spora berwarna
40,100,80 dan memiliki
ukuran spora>63 µm.
Spora berbentuk oval
berdasarkan Tabel colour
241

chart spora berwarna
0,20,60 dan memiliki
ukuran spora >125 µm.
Spora berbentuk lonjong
berdasarkan table colour
chart spora berwarna
20,40,20 dan memiliki
ukuran spora >125 µm.

Dari hasil penelitian ini telah
dilakukan identifikasi morfologi spora fungi
mikoriza arbuskula indigenous dari
perakaran
tanaman
pangan
dilahan
pertanian Desa Sidera. Identifikasi spora
dilakukan berdasarkan morfologi spora
seperti bentuk spora dan warna spora. Untuk
menentukan warna spora menggunakan
tabel colour chart of mycorihza. Berdasarkan
hasil pengamatan dari identifikasi morfologi
ditemukan beberapa genus FMA yaitu
genus glomus, gigaspora dan acaulospora.
Genus glomus yang ditemukan
dicirikan dengan bentuk bulat, oval dan
lonjong dinding spora lebih dari 1 lapisan.
Dan warna genus glomus berfariasi mulai
dari bening, coklat muda, coklat tuah, kuning
kecoklatan hingga merah kecoklatan
(INVAM, 2014) berdasarkan hasil penelitian
genus glomus yang ditemukan berbentuk
lonjong ,bulat dan berwarna coklat tua.
Genus acoulospora menurut Hall
(1984). Spora acoulospora merupakan spora
tunggal didalam sporokarp, spora melekat
secara lateral pada hifa yang ujungnya
menggelembung dengan ukuran hampir
sama dengan spora, bentuk spora globos,
sub globos,elips dan melebar. Sedangkan
spora Acoulospora yang ditemukan
memiliki bentuk bulat lonjong dan
berwarna kuning kecoklatan.
Genus gigaspora dicirikan dengan
karakteristik khasnya memiliki bulbous
suspensor. Spora gigaspora berukuran
relative besar dan memiliki bentuk
bulat dan berwarna kuning, kuning
kecoklatan hingga coklat kekuningan
(INVAM, 2014). Spora yang ditemukan
berbentuk
bulat
berwarna
kuning
kecoklatan dan berukuran besar.
242

Berdasarkan hasil penelitian bahwa
Genus Glomus mendominasi di tiap titik
sampel. Hal ini menunjukkan bahwa Genus
Glomus mempunyai tingkat adaptasi yang
cukup tinggi terhadap berbagai kondisi
lingkungan. Bentuk spora, jumlah, danjenis
yang ditemukan pada masing–masing titik
sampel tanah yang berbeda juga bervariasi.
Keadaan
ini
menunjukkan
adanya
keanekaragaman mikoriza yang terdapat
pada masing–masing hamparan tanah. dari
kelima sampel tanah disekitar prakaran
tanaman pangan dilahan pertanian Desa
Sidera.
Hasil Analisis Tanah. Hasil analisis sifat
fisik dan kimia tanah dari kelima titik
pengambilan sampel meliputi pH, C-oganik,
P-total dan Kadar Air dapat dilihat pada
Tabel 3.
pH H2O tertinggi terdapat pada
prakaran tanaman singkong 7,66 selanjutnya
ubi jalar 7,26,padi 7,16 dan jagung 6,14.
Berdasarkan criteria sifat kimia tanah (LPT
1983 ). Tergolong kategori netral. Dan pada
pH terendah terdapat pada perakaran
tanaman kedelai 5,80 tergolong kategori
agak masam. Sedangkan C-organik tertinggi
pada perakaran tanaman kedelai 0,61
tergolong kategori sangat rendah, kemudian
disekitar perakaran tanaman padi 1,35
singkong 1,20 tergolong kategori masam.
Berdasarkan criteria penelitian sifat kimia
tanah ( LPT ,1983 ) nilai P total tertinggi
pada
perakaran
tanaman
singkong,
selanjutnya ubi jalar, padi, jagung 21-40
tergolong kategori agak masam, sedangkan
P total terendah terdapat pada perakaran
tanaman kedelai 9,27 tergolong kategori
masam. Tinggi rendahnya jumlah populasi
spora yang ditemukan kemungkinan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kandungan hara, pH kandunganp-total,Corganik dan kadar air (Tabel 3 ).
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia
tanah pH H2O sampel tanah kedelai dan
jagung tergolong sedang/agak masam pada
pH sampel tanah tanaman padi dan ubi jalar
tergolong netral, sedangkan pH sampel
tanah
singkong
tergolong
sangat

tinggi/alkalis. Menurut Setiadi (1994)
sebagian besar jamur FMA bersifat
asidofilik (senang dengan kondisi masam).
Hal ini membuat jumlah genus spora lebih
tinggi pada kondisi pH yang semakin
rendah. Menurut Prihastuti (2007) jamur
FMA dapat hidup dengan baik pada pH
tanah masam. Jamur FMA banyak
ditemukan dalam keadaan tidak aktif
(spora) pada kondisi pH tanah yang tidak
sesuai pertumbuhannya.
Berdasarkan
hasil
penelitian
hubungan pH dengan jumlah spora FMA
yang ditemukan yaitu semakin rendah nilai
pH semakin tinggi jumlah spora FMA yang
ditemukan begitupun sebaliknya, semakin
tinggi nilai pH jumlah spora FMA yang
ditemukan semakin rendah. Hal ini
disebabkan karna mikoriza lebih efektif
bekerja pada tanah yang kekurangan unsur
hara dibandingkan pada tanah yang cukup
hara. Hal ini sesuai pendapat (Hermawan
dkk, 2015) yaitu kondisi pH tanah yang
semakin masam akan menyebabkan
pasokan hara yang dibutuhkan bagi
tanaman semakin berkurang, maka disinilah
peran utama dari mikoriza yang membantu
tanaman dalam penyerapan unsur hara
didalam tanah. Selain itu juga kondisi pH
tanah yang masam akan mampu memanfaatkan
oleh mikoriza dalam beradaptasi dengan
lingkunga tersebut dan memungkinkan
spora akan semakin banyak berkembang
dikerenakan mikoriza memiliki sifat
"arcidophylis" senang
dengan kondisi
masam.
Faktor Lingkungan selanjutnya yang
mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah
populasi spora adalah C organik, Nilai Corganik yang tinggi dapat menyebabkan
jumlah spora jamur FMA meningkat
(Muzakkir, 2011). Hal ini juga diperkuat
oleh pendapat Madjid (2009) dalam
Nurhalimah etal., (2014), C-organik yang
tinggi dapat mengakibatkan jumlah spora
yang ditemukan tinggi. Hal ini hasil
penelitian menunjukan hal yang berbeda
yaitu jumlah sporah yang paling banyak
ditemukan pada tanah yang kandungan C-

organiknya 0,61 tergolong sangat rendah
terdapat pada tanaman. kedelai dengan
jumlah spora 354 di bandingkan C-organik
1,35 yang tergolong tinggi terdapat pada
tanaman padi dengan jumlah spora 87, hal
ini kemungkinan disebabkan oleh faktor
lain yang lebih dominan mempengaruhi
pembentukan spora seperti pH tanah, P
total, dan Kadar air.
Kandungan hara khususny P. Fungsi
mikoriza menjadi tidak aktif apabila
kondisi tingkat kesuburan tanah yang
baik, terutama dengan kandungan P tersedia
semakin tinggi. Kondisi ini akan merubah
sifatsibiosis mutualistik FMA, dimana
pada saat kesuburan tanah baik maka
tidak ada kebutuhan tanaman untuk
meminta bantuan FMA sehingga kolonisasi
FMA pada akar tidak dibutuhkan. Pada
ketersediaan hara yang rendah atau tanah
yang tidak subur, hifa dapat menyerap
hara dari tanah yang tidak dapat diserap
oleh akar sehingga pengaruh FMA terhadap
serapan hara tinggi. Tetapi pada kondisi
tanah yang subur dengan kandungan Pyang
cukup tinggi dalam tanah, akar tanaman
berperan sebagai organ penyerap hara
sehingga tanaman mengakumulasi P dalam
jumlah yang tinggi. Keadaan ini membuat
FMA tetap mendapatkan hasil fotosintat
dari tanaman untuk hidup, sehingga terjadi
penolakan respon terhadap kolonisasi yang
mempengaruhi metabolisme tanaman.
Salah satu sifat fisika tanah
yang berpengaruh terhadap jumlah spora
fungi mikoriza arbuskula adalah kadar
air tanah. Rainiyati, (2007) dalam Hartoyo,
(2011) menambahkan bahwa pada musim
kering FMA aktif untuk bersporulasi
membentuk spora.
Berdasarkan hasil penelitian jumlah
spora dan nilai kadar air ditemukan
disekitar perakaran tanaman kedelai yaitu
354 spora dengan nilai kadar air 7,12%,
pada tanaman jagung 131 spora dengan
nilai kadar air 11,45%, pada tanaman
padi 87 spora dengan nilai kadar air
26,97%, selanjutnya tanaman ubi jalar
34 dengan nilai kadar air 15,26%, dan pada
tanaman singkong 23 spora dengan nilai
kadar air 29,33%.
243

Tabel 3. Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah pada daerah perakaran tanamn pangan dilahan
pertanian Sidera.
pH 1:2,5

1 Tanaman Kedelai
2 Tanaman Jagung

5,80

3,78

9,27

0,61

Kadar Air
Lapangan
(%)
7,12

6,14

4,46

22,80

0,62

11,95

3 TanamanPadi
4 Tanamanubi jalar

7,16

6,03

23,72

1,35

26,68

7,26
7,66

6,25
5,25

26,97
29,33

0,74
1,20

15,26
16,87

No

5

Sumber Tanaman

TanamanSingkong

H2O

KCL

Mikoriza
berkembang
pada
kelembapan dan kadar air yang stabil, tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Apabila kadar air dan kelembapan sangat
tinggi atau berlebihan dapat menyebabkan
kondisi anaerob sehingga menghambat
perkembangan mikoriza karena semua
jamur pembentuk mikoriza adalah obligat
aerob. Sedangkan kandungan air tanah yang
rendah menyebabkan kondisi lahan kering.
Lahan yang kering sangat mendukung bagi
perkembangan mikoriza, dimana ketersediaan
unsur hara yang rendah pada kondisi lahan
kering tersebut akan mengoptimalkan
perkembangan hifa mikoriza.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.) Dari kelima daerah perakaran tanaman
pangan, jumala populasi spora yang
2.) tertinggi ditemukan pada perakaran
tanaman kedelai dengan jumlah spora

P.Total
(mg/100g)

C-organik
(% )

354 per 10 g tanah selanjutnya populasi
tertinggi ke 2 yaitu pada tanaman
jagung dengan jumlah spora 131 per 10
g tanah, selanjutnya tanaman padi
dengan jumlah spora 87 per 10 g tanah,
kemudian tanaman ubi jalar dengan
jumlah spora 34 per 10 g tanah.
Sedangkan jumlah spora terendah pada
tanaman singkong dengan jumlah spora
23 per 10 g tanah.
3.) Populasi spora fungi mikoriza arbuskula
dipengaruhi beberapa faktor organik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
jumlah spora fungi mikoriza arbuskula
yang tertinggi ditemukan pada tanah
nilai, pH, p total dan C organik yang
rendah. Sedangkan jumlah fungi
mikoriza yang rendah ditemukan pada
tanah dengan nilai kadar air, dan p total
yang tinggi. lonjong, elips dan oval.
Krakteristik warna spora coklat, coklat
tua, bening, hitam,
4.) lonjong, elips dan oval. Jika dilihat dari
segi krakteristik morfologi spora FMA
yang ditemukan memiliki krakteristik
morfologi bentuk spora bulat.

DAFTAR PUSTAKA
Aggangan, NS,. B. Dell. and N. Malakezuk, 1998. Effect of chromium and nickel on growth of the
ectomycorrhizal fungus Pisolithusdan formation of ectomycorrhizae on Eucalyptus
urophylla . S. T. Blake Geoderma, 84 ; 33 – 39. Bawah di tegakan Sengon.
[Skripsi].Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

244

Aldeman, J. M., and J. B. Morton. 2006. Infectivity of Vesicular Arbuscular Mychorrizal Fungi
Influence Host SoilDiluent Combination on MPNEstimates and Percentage Colonization .
Soil Biolchen Journal.8(1) : 77-83.
Brundrett, M. C.,N. Bougherr.,B. Dells.,T Grove. and N. Malajczuk. 1996. Working with
Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. Prairie Printers, Canberra, Australia.
Daniels, B. A., and H. D. Skipper. 1982. Methods for therecovery and quantitative estimation of
propagules fromsoil.
Daniels, B. A., and J. M. Trappe. 1980. Factors affecting sporegermination of vesiculararbuscularmycorrhizal fungus, Glomus epigaeus. Mycologi.
Daniels, B. A.,and J. A. Menge. 1981. Evaluation of the commercial potential of the VAM fungus,
Glomus epigaeus. New Phytology 87: 345-353.
Hall IR., 1984. Taxonomy of VA mycorrhizal fungi. In: VA mycorrhizal (ed.) C.L.
Hartoyo, B., M. Ghulamahdi, L.K. Darusman, S.A. Aziz, and I. Mansur. 2011. Keanekaragaman
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Rizosfer Tanaman Pegangan (Centella
asiatica L) Urban. Jurnal Littri 17 (1) : 32-40.
Harumi N., 2006. Pengujian Efektivitas Inokulum Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dengan
Media Tanam danTanaman Inang berbeda pada Rumput.
Hermawan, H., A. Muin dan R.S. Wulandari. 2015. Kelimpahan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Pada Tegakan Ekaliptus (Eucalyptus pelita ). Jurnal Hutan Lestari 3 (1) : 124-132.
Hidayat MF. 2003. Pemanfaatan asam humat dan omega pada pemberian pupuk NPK terhadap
pertumbuhan Gmelina arborea Roxb. yang diinokulasikan cendawan mikoriza
arbuskula (CMA) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
INVAM. 2014. International Culture Collection Of (Vesicular) Arbuscular Mycorrhizal Fungi.
Tersedia di < URL: http://invam. caf. Wvu. Edu/Myco-info/Taxonomy/speciesdescriptions/>. diakses pada tanggal 25 Desember 2015.
Kartika, E., 2006. Tanggap Pertumbuhan, Serapan Hara, dan Karakter Morfofisiologi terhadap
Cekaman Kekeringan yang Bersimbiosis dengan FMA .Disertasi. Sekolah Pascasarjana
IPB, Bogor. 188p. (tidakdipublikasikan).
Lembaga Penelitian Tanah. 1983. Pedoman pengamatan tanah di lapangan. LPT.
Madjid, A., 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian.
Margarettha and Itang Ahmad Mahbub. 2008. Aplikasi Teknologi Cendawan Mikoriza sebagai
Pupuk Hayati pada Usaha Tani Jagung di Desa Solok Kecamatan Kepuh Ulu
Kabupaten Muaro, Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat. No. 46.
Musfal. 2010. Potensi Cendawan MikorizaArbuskula untuk Meningkatkan Hasil.
Muzakkir. 2011. Hubungan Antara Cendawan Mikoriza Arbuskula Indigeneous dan Sifat Kimia
Tanah di Lahan Kritis Tanjung Alai Sumatera Barat. Jurnal Solum 8 (2) :11-15.
Nurhalimah, S., S. Nurhatika and A. Muhibudin. 2014. Eksplorasi Mikoriza Vesikular Arbuskular
(MVA) Indigenous Pada Tanah Regosol di Pamekasan Madura. Jurnal Sains dan Seni
Pomits 3 (1) : 30-34.
245

Nusantara, A.D., Y.H. Bertham and I. Mansur. 2012. Bekerja dengan fungi mikoriza arbuskula.
Seameo Biotrop, Bogor.
Prihastuti, 2007. Isolasi dankarakterisasi mikoriza vesikular-arbuskular di lahankering masam,
Lampung Tengah. Berk. Penel. Hayati: 12 (99-106).
Purnamaningsih, Ragapadmi. 2006. Induksi Kalus dan Optimasi Regenerasi Empat Varietas
Padimelalu iKultur InVitro. Jurnal Agro Biogen 2 (2) : 74-80.
Rainiyati. 2007. Status dan Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Pisang Raja
Nangka dan Potensi Pemanfaatannya untuk Peningkatan Produksi Pisang Asal Kultur
Jaringan di Kabupaten Merangin, Jambi . Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
140p.
Setiadi, Y. 1990. Proses pembentukan mikoriza . Kerjasama PAUBioteknologi IPB dengan PAU
Bioteknologi UGM. Bogor.
Smith, S.E. and D.J. Read. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. Third edition : Academic Press.
ElsevierLtd. NewYork, London, Burlington, San Diego.768 p.
Suhardi, 2002. Hutan and Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. Kanisius. Yogyakarta.Ultisol.
Seminar Nasional Biologi. UGM. Yogyakarta. Hlm 76-85.Vesikular Arbuskular dan
Potensinya dalam Pengelolaan Kesuburan Lahan.
Swasono DH. 2006. Peranan Mikoriza Arbuskula dalam Mekanisme adaptasi beberapa varietes
beberapa bawang merah terhadap cekaman kekeringan di tanah pasir pantai
(Disertasi). Sekolah Pascaserjana,Institut Pertanian Bogor. 160 hlm.
Turmudi E, B. Gonggo M, A. Suhardi. 2005. Kemampuan Tanaman Ubi-ubian yang ditanam pada
lahan dengan cara pengolahan yang berbeda dalam menekan pertumbuhan AlangAlang. Jurnal AktaAgrosial Vol.8.

246