Uji Aktivitas Antibakteri Kitosan, Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dan Kombinasinya Terhadap Salmonella thypi dan Lactobacillus plantarum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri
2.1.1 Uraian umum
Istilah bakteri berasal dari kata “bakterion” dari bahasa Yunani yang berarti
tongkat atau batang.Sekarang istilah bakterion sering dipakai untuk menyebut
sekelompok mikroorganisme yang bersel satu (Adam, 1991). Menurut Dwijoseputro
(1978) morfologi bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu bentuk basil, kokus,
dan spiral:
a.
Bentuk basil
Berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Basil dapat dibedakan atas:
1. Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung
tumpul.
2. Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.
3. Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung
tajam.
b.
Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Bentuk kokus ini
dapat dibedakan atas:
1. Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua-dua.
2. Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok berempat.
3. Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok merupakan satu untaian.
4. Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandeng panjang serupa tali leher.
6
Universitas Sumatera Utara
5. Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.
c.
Bentuk spiral
Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral .
2.2 Bakteri Patogen dan Non Patogen
Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya yang merugikan atau
menguntungkan yaitu, bakteri patogen dan bakteri non patogen (Fong dan Elvira,
1987).
2.2.1 Bakteri Patogen
Bakteri patogen berbahaya karena menyerang tanaman atau jaringan tubuh
hewan dan sering mensekresi enzim atau racun ke dalam jaringan (Fong dan Ferris,
1987). Bakteri patogen juga menyerang sistem pencernaan manusia, beberapa bakteri
patogen yang sering menginfeksi saluran cerna manusia diantaranya adalah genus
Escherichia yaitu Escherichia coli, genus Citrobacter, genus Shigella yaitu Shigella
sonnei ataupun Shigella dysenteriae dan genus Salmonella yaitu Salmonellatyphi
(Misnadiarly dan Djajaningrat, 2014).
2.2.1.1 Salmonella typhi
Genus salmonella lebih kompleks dan terdiri dari bermacam-macam
grup.Salmonella mempunyai bentuk batang, dan biasanya bergerak dengan flagel
peritrif, Salmonella typhi tidak pernah membentuk gas (Misnadiarly dan
Djajaningrat, 2014).
Salmonella dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan juga hewan, pada
manusia dapat menyerang jaringan ekstra intestinal menyebabakan demam
enterik.Keadaan yang paling parah berupa demam typhoid.Salmonella mempunyai
spesies paling banyak dan tipe antigen lebih dari 1500.Karena itu, untuk klasifikasi
7
Universitas Sumatera Utara
Salmonella didasarkan pada susunan antigennya (Misnadiarly dan Djajaningrat,
2014).
Salmonella typhosa berbentuk batang pendek gemuk dengan diameter 0,5-0,8
mikron dan panjang 1-3 mikron. Bergerak karena memiliki flagella peritrika tidak
berselubung, tidak berspora dan Gram negatif (-).Salmonella typhosa bersifat aerob
dan fakultatif aerob dan dapat tumbuh hampir di semua media dengan pH 7,2 dan
suhu 370C (Misnadiarly dan djajaningrat, 2014).
2.2.2 Bakteri Non Patogen
Bakteri non patogen melakukan banyak fungsi yang berguna seperti
pembuatan yoghurt, keju, dan susu acidophilus. Bakteri probiotik merupakan
mikroorganisme non patogen yang memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi
dan kesehatan.Bakteri Probiotik utama adalah genus Lactobacillus dan genus
Bifidobacterium (Schrezenmeir dan de Vrese, 2001; Fong dan Ferris, 1987).
2.2.2.1 Genus Lactobacillus
Genus Lactobacillus merupakan kelompok bakteri gram positif berbentuk
batang, biasanya non motil, tidak membentuk spora, dan anaerob fakultatif.Bakteri
ini menghasilkan asam laktat atau campuran asam laktat, etanol, asam asetat dan CO2
(bergantung pada spesies) melalui fermentasi karbohidrat (Wardah, 2013).
Genus Lactobacillus tidak bergerak dan tidak berspora, merupakan Gram
positif biasanya terdapat dalam susu, daging, air, anggur, buah-buahan, juga sebagai
parasit dalam mulut, saluran pencernaan dan vagina (Misnadiarly dan djajaningrat,
2014). Lactobacillus memiliki peran penting dalam mengontrol pH usus melalui
produksi asam yang menurunkan pH usus sehingga membatasi pertumbuhan bakteri
patogen (Lee dan Salminen, 2009).
8
Universitas Sumatera Utara
Bakteri Lactobacillus plantarum digunakan dalam fermentasi daging dan
sayuran serta dapat memproduksi asam laktat (Wardah, 2013).Lactobacillus
plantarum
termasuk
dalam
bakteri
heterofermentasi
fakultatif.Lactobacillus
plantarum memiliki toleransi yang tinggi pada kondisi lingkungan dengan pH
rendah.Lactobacillus plantarum sering ditemukan dalam makanan hasil fermentasi
yang biasanya memiliki pH dibawah 4,0 dan juga mampu hidup dalam kondisi asam
di dalam perut manusia. Lactobacillus plantarum merupakan flora normal dalam
saluran cerna manusia, yang terdapat pada hampir sepanjang saluran cerna (Molin,
2010).
2.3 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme menurut Pratiwi (2008),
yaitu fase lag, fase log, fase stasioner, dan fase dead.
a. Fase lag
Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada
suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel,
yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada
kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan.
b. Fase log
Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada
kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media,
dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa
yang bertambah secara eksponensial.
9
Universitas Sumatera Utara
c. Fase stationer
Pada fase ini, pertumbuhan mikroorganisme terhenti dan terjadi keseimbangan
antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati.Kematian sel
diimbangi oleh pembentukan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan.
d. Fase dead
Pada fase ini, jumlah sel yang mati meningkat.Faktor penyebabnya adalah
ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik.
2.4 Faktor-faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Bakteri
Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti zat makanan (nutrisi), temperatur, oksigen dan pH (Pratiwi, 2008).
a. Zat makanan (nutrisi)
Kebanyakan bakteri memerlukan zat-zat anorganik seperti garam-garam yang
mengandung natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg), besi (Fe), klor (Cl), sulfur
(S), dan fosfor (P), sedang beberapa spesies tertentu masih membutuhkan tambahan
mineral seperti mangan (Mn) dan molybdenum (Mo) (Dwijoseputro,1978).
b. Temperatur
Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi
kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Pada temperatur yang sangat tinggi akan
terjadi denaturasi protein yang bersifat ireversibel, sedang pada temperatur yang
sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti. Pada temperatur pertumbuhan optimal
akan terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang
maksimal. Berdasarkan ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
10
Universitas Sumatera Utara
1. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperature maksimal
200C, optimal 0-150C.
2. Bakteri psikrofil fakultatif, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur
maksimal 300C, optimal 20-300C, serta dapat tumbuh pada 00C.
3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur minimal
450C, optimal 55-600C, optimal 55-650C, maksimal pada temperatur
1000C.
4. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat tumbuh pada temperatur
minimal 15-200C, maksimal 450C, optimal pada 20-450C (Pratiwi, 2008)
c. Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal mikroorganisme yang bersifat
aerob dan anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen untuk bernafas,
sedangkan mikroorganisme anaerob tidak memerlukan oksigen, adanya oksigen
justru akan menghambat pertumbuhannya (Pratiwi, 2008).
d. pH
pH merupakan indikasi penurunan ion hidrogen, peningkatan dan penurunan
konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan timbulnya ionisasi gugus-gugus dalam
protein, asam amino, dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan denaturasi protein
yang mengganggu pertumbuhan sel. Mikroorganisme asidofil tumbuh pada kisaran
pH 1,0-5,5; mikroorganisme neutrofil tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0;
mikroorganisme alkalofil tumbuh pada pH 8,5-11,5 sedangkan mikroorganisme
alkalofil eksterm tumbuh pada pH kisaran ≥10.
11
Universitas Sumatera Utara
2.5 Zat yang Bersifat Antibakteri
2.5.1 Antibiotik
Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiotis, yang berarti substansi
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme.
Namun
pada
perkembanganya, antibiotis ini disebut antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas
untuk substansi yang diketahui memiliki kemampuan untuk menghalangi
pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme. Berdasarkan spektrum atau
kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit
(narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas (broad spectrum).Antibiotik
berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri
saja.Sedangkan antibiotik berspekrum luas dapat menghambat atau membunuh
bakteri dari golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi, 2008).
Mekanisme aksi antibiotik meliputi dengan cara menghambat sintesis dinding
sel, merusak membran plasma, menghambat sintesis protein, menghambat sintesis
asam nukleat dan menghambat sintesis metabolit esensial (Pratiwi, 2008).
2.5.2 Zat Non Antibiotik
Zat non antibiotik biasanya berasal dari ekstrak tumbuhan maupun hewan
yang mampu menghambat atau membunuh mikroorganisme yang merugikan seperti
bakteri. Adapun contoh dari zat non antibiotik adalah seperti kitosan dan minyak
kelapa murni, dimana kitosan dengan kosentrasi 0,5% dan 1% telah mampu
menghambat bakteri yang terdapat pada ikan asin yang dikeringkan (Killay, 2013).
Sama hal nya dengan kitosan, minyak kelapa murni juga merupakan suatu bahan
alam yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme yang merugikan.
Hasil hidrolisis minyak kelapa murni pada konsentrasi 200µl/ml menunjukkan daya
12
Universitas Sumatera Utara
hambat pertumbuhan bakteri Salmonella yang cukup kuat dan pada konsentrasi 25%
hasil hirolisis minyak kelapa murni telah mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi (Manurung, 2015; Elysa, 2015).
2.6 Kitosan
2.6.1 Uraian Umum
Kitosan adalah suatu polisakarida yang diperoleh dari hasil deasetilasi
kitin.Kitosan
merupakan turunan kitin yang tidak larut dalam air dan pelarut
organik, tetapi larut dengan cepat dalam asam organik encer seperti asam asetat,
asam sitrat, dan asam mineral lain (Se-kwon, 2011). Kitosan memiliki sifat relatif
lebih reaktif dari kitin dan mudah diproduksi dalam bentuk serbuk, pasta, film, serat
(Hafdani, 2011). Kitosan merupakan bahan bioaktif, kitosan sebagai bahan bioaktif
dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan teri kering yang diasinkan.
(Agustin, 2009; Se-kwon, 2011).
Gambar 2.1 Rumus Struktur kitosan.
Kitin adalah jenis polisakarida terbanyak kedua di bumi setelah selulosa dan
dapat ditemukan pada skeleton invertebrata dan beberapa pada dinding sel
jamur.Kitin mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak beracun, tidak larut
dalam air, asam organik encer, dan asam-asam organik, tetapi larut dlam larutan
13
Universitas Sumatera Utara
dimetil acetamida dan litium klorida (Se-kwon, 2011).Rumus struktur kitin dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rumus Struktur kitin.
2.6.2 Aktivitas Antibakteri Kitosan
Kitosan memiliki sifat antimikroba, karena dapat menghambat bakteri
patogen dan mikroorganisme penyebab pembusukan dimana termasuk jamur, bakteri
gram positif-negatif.Kitosan memiliki bentuk spesifik mengandung gugus amino
dalam rantai karbonnya yang bermuatan positif sangat reaktif, sehingga mampu
berikatan
dengan dinding sel bakteri
yang bermuatan negatif (Hafdani,
2011).Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya sifat antimikrobial dari kitosan
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Sifat antimikroba dari kitosan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mikroorganisme
Staphylococcus
aureus
Staphylococcus
aureus
Bacillus subtilis
Escherichia coli
Pseudomonas
aeruginosa
Salmonella
enterica
Escherichia coli
Thropozoites
gallinae
Aeromonas
hydrophila
Konsentrasi
Produk
2%
Raw
oysters
Result
Pertumbuhan S. aureus
sangat terhambat pada
raw oysters yang
dilapisi dengan 2%
chitosan
Ref.
(A)
40c
100 µg
-
20c
18c
16
(B)
c
32c
-
0a
(C)
-
0a
(D)
Ikan nila
segar
38,104mg/mlb
(E)
200 ppm
125-1250
ppm
1%
Keterangan:
a: MBC (Minimum Bactericidal Concentration), b: MIC (Minimum Inhibitory
Concentration) (mg/ml), c: diameter zona hambat (mm),
(A): P. Chhabra, et al., 2006, (B): Yadav dan Bishe, 2004, (C): Liu, et al., 2005, (D):
Killay, 2013, (E): Mahatmanti, et al., 2010.
2.7 Minyak Kelapa Murni (VCO)
2.7.1 Uraian Umum
Minyak kelapa virgin atau sering disebut minyak kelapa murni (Virgin
Coconut Oil, VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos
nucifera).Tanaman kelapa banyak tumbuh di daerah tropis sehingga minyaknya
disebut juga minyak tropis (tropical oil).Walaupun peran VCO sangat besar dalam
kehidupan manusia, tidak semua orang menyukai kehadirannya.Hal ini disebabkan
adanya isu negatif yang telah banyak beredar bahwa minyak kelapa dapat
menyebabkan kolesterol, penyakit jantung, kegemukan, dan jerawat.Kandungan
asam lemak jenuh yang terdapat pada minyak kelapa murni divonis sebagai
15
Universitas Sumatera Utara
penyebabnya.Perlu diketahui bahwa lemak jenuh yang terdapat pada VCO adalah
lemak jenuh dengan rantai sedang dan pendek.Lemak jenuh rantai sedang dan
pendek sangat mudah dicerna dan diserap tubuh (Sutarmi dan rozaline, 2005).Berikut
ini standar mutu minyak kelapa murni dan komposisi asam lemak dalam VCO dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Standar mutu minyak kelapa virgin
No
1.
Jenis
Keadaan:
Persyaratan
Khas kelapa segar,
1.1 Bau
tidak tengik normal,
1.2 Rasa
khas minyak kelapa
Satuan
tidak bewarna
1.3 Warna
hingga pucat
2.
Air dan senyawa menguap
3.
Bilangan penyabunan
4.
Bilangan iod
Asam lemal bebas (dihitung
sebagai asam laurat)
Asam lemak:
5.
6.
7.
8.
9.
Maks 0,2
4,1-11,0
%
mgKOH/g
minyak
g iod/100 gram
Maks 0,2
%
6.1 Asam kaproat (C6:0)
D - 0,7
%
6.2 Asam kaprilat (C8:0)
4,6 - 10,0
%
6.3 Asam kaprat (C10:0)
5,0 - 8,0
%
6.4 Asam laurat (C12:0)
45,1 – 53,2
%
6.5 Asam miristat (C14:0)
16,8 – 21
%
6.6 Asam palmitat (C16:0)
7,5 – 10,2
%
6.7 Asam stearat (C18)
2,0 – 4,0
%
6.8 Asam oleat (C18:1)
5,0 – 10,0
%
6.9 Asam linoleat (C18:2)
6.10 Asam linoleat
(C18:3)-(C24:1)
Cemaran mikroba
1,0 – 2,5
%
ND – 0,2
%
7.1 Angka lempeng total
Maks 10
Koloni/ml
8.1 Timbal (Pb)
Maks 0,1
mg/kg
8.2 Tembaga (Cu)
Maks 0,4
mg/kg
8.3 Besi (Fe)
Maks 5,0
mg/kg
8.4 Cadmium (Cd)
Maks 0,1
mg/kg
250,07-260,67
Cemaran Logam :
Cemaran Arsen (As)
CATATAN ND = No detection (tidak terdeteksi)
(Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2008)
17
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Manfaat Kandungan Gizi VCO
Minyak kelapa yang dijadikan sebagai obat biasanya disebut minyak kelapa
murni atau virgin coconut oil (VCO).Berbagai penyakit yang berasal dari virus dan
belum ditemukan obatnya dapat ditangkal dengan mengonsumsi VCO, seperti flu
burung, HIV/AIDS, hepatitis, dan jenis virus lainnya.Bukan itu saja VCO juga dapat
mengatasi kegemukan, penyakit kulit, hingga penyakit yang tergolong kronis,
misalnya jantung, darah tinggi, dan diabetes (Sutarmi dan Rozaline, 2005).
Dalam VCO terdapat MCFA. MCFA merupakan komponen asam lemak
berantai sedang yang memiliki banyak fungsi, antara lain mampu merangsang
produksi insulin sehingga proses metabolisme glukosa dapat berjalan normal
(Sutarmi dan Rozaline, 2005).
Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kapriat,
kaprilat, dan miristat yang terkandung dalam VCO berperan sebagai antivirus,
antibakteri, dan antiprotozoa.VCO relatif tahan terhadap panas, cahaya, dan oksigen
singel sehingga memiliki daya simpan yang lama (Sutarmi dan Rozaline,
2005).Rumus struktur asam laurat dan monolaurin dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Monolaurin
Asam Laurat
Gambar 2.3 Rumus Struktur asam monolaurin dan asam laurat.
2.7.3 Hidrolisis Trigliserida
Hidrolisis minyak atau lemak menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol.
Reaksi hidrolisis dapat terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak, atau
18
Universitas Sumatera Utara
mereaksikan dengan KOH atau NaOH (lebih dikenal dengan proses penyabunan)
(Ketaren, 2005). Hidrolisis secara enzimatik juga terjadi di dalam tubuh, yaitu
dengan bantuan enzim lipase.Enzim lipase ini terdapat pada mulut, lambung, dan
usus halus. Ketiga enzim tersebut akan menghidrolisis trigliserida pada posisi sn-1
dan sn-3. Hidrolisis trigliserida secara enzimatik dengan lipase spesifik pada posisi
sn-1 dan sn-3 adalah dengan menghidrolisis trigliserida hanya pada posisi sn-1,3
sehingga akan menghasilkan 2-monogliserida dan asam lemak bebas. Hasil hidrolisis
kemudian dipisahkan dengan larutan non polar yang terikat pada asam lemak bebas,
ataupun juga dilakukan dengan cara disentrifugasi pada kecepatan dan waktu tertentu
(Silalahi, 2002).
2.7.4 Penentuan Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak.Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang
digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak
atau lemak (Ketaren, 2005).
Asam
lemak bebas merupakan salah satu standar mutu VCO yang
dinyatakan sebagai persen dari asam lemak. Asam lemak bebas (dihitung sebagai
asam laurat) maksimumnya adalah 0,2%. Prinsip kerja penentuan asam lemak bebas
adalah pelarutan contoh miyak/lemak dalam pelarut organik tertentu (alkohol 96%
netral) dilanjutkan dengan titrasi menggunakan basa NaOH atau KOH (Badan
Standarisasi Nasional, 2008).
Rumus Penetuan Bilangan Asam
Bilangan asam=
���� 56,1
�
19
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: A = JumLah mL KOH untuk titrasi
N = normalitas larutan KOH
G = bobot contoh (gram)
BM KOH = 56,1
Rumus Pembakuan KOH (Normalitas KOH)
miligrek K.Biftalat = miligrek KOH
mg K. Biftalat
= V X N KOH
BE
N KOH =
mg K. Biftalat
BE X V
Keterangan: BE k.Biftalat = Bobot Ekuivalen = BM = 204,2
V = Volume titrasi KOH
N = Normalitas
Normalitas rata-rata :
N=
N1+N2+N3
3
Deviasi (%) = (Ni – N ) / N x 100%
2.7.5 Aktivitas Antibakteri VCO
VCO mengandung empat jenis MCFA, yaitu asam laurat (C-12, 48-53%),
asam kaprat (C-10, 7%), asam kaprilat (C-8, 8%), dan asam kaproat (C-6, 0,5%). Di
dalam tubuh MCFA diubah menjadi monogliserida, yaitu asam laurat menjadi
monolaurin, asam kaprilat menjadi monocaprylin, asam kaprat menjadi monocaprin
dan asam kaproat menjadi monocaproin yang mampu membunuh mikroorganisme
patogen termasuk bakteri, jamur dan ragi, virus dan protozoa. Kekuatan antibakteri
20
Universitas Sumatera Utara
MCFA dimanfaatkan secara alami oleh tubuh kita sendiri yaitu ditemukan dalam air
susu ibu untuk melindungi dan memberikan nutrisi kepada bayi (Enig, 1996).
Aktivitas antibakteri MCFA terbaik adalah dalam bentuk asam lemak bebas
dan monogliserida.Untuk memperoleh monogliserida dari trigliserida yang
terkandung dalam VCO dilakukan dengan menghidrolisis menggunakan enzim yang
spesifik bekerja hanya untuk menghidrolisis secara parsial yaitu dengan
menghidrolisis pada posisi sn-1 dan sn-3. Enzim yang spesifik bekerja pada posisi
sn-1 dan sn-3 adalah enzim lipase yang berasal dari Aspergillus niger, Mucor meihei
dan pakreas (Silalahi, 2002). Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya sifat
antimikrobial dari asam laurat, monolaurin dan VCO dapat dilihat pada Tabel 2.3.
21
Universitas Sumatera Utara
22
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Sifat antimikroba dari asam laurat, monolaurin dan minyak kelapa murni
No.
Sampel (Bahan Uji)
Konsentrasi
1.
2.
3.
2%
2%
500µg/ml
7.
8.
9.
10.
11.
12.
VCO
Krim VCO
α-monolaurin sintesis
Asam lemak C8 Asam
kaprilat
Asam lemak C10
Asam kaprat
Asam lemak C12
Asam laurat
Monolaurin
Asam kaprat
Asam laurat
1-monolaurin
1,3-Dilaurin
Triluarin
13.
VCO
14.
VCO hasil hidrolisis
penyabunan
4.
5.
6.
15.
16.
17.
Bakteri Gram Negatif
Staphylococcus
E.
S.
enteridis
coli
typhi
3
c
3c
2
Bakteri Gram positif
s.
typhimurium
S.
aureus
40,48a
21,00a
7a
S. epidermidis
S. subtilis
P.
acnes
(B)
3c
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri
2.1.1 Uraian umum
Istilah bakteri berasal dari kata “bakterion” dari bahasa Yunani yang berarti
tongkat atau batang.Sekarang istilah bakterion sering dipakai untuk menyebut
sekelompok mikroorganisme yang bersel satu (Adam, 1991). Menurut Dwijoseputro
(1978) morfologi bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu bentuk basil, kokus,
dan spiral:
a.
Bentuk basil
Berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Basil dapat dibedakan atas:
1. Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung
tumpul.
2. Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.
3. Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung
tajam.
b.
Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Bentuk kokus ini
dapat dibedakan atas:
1. Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua-dua.
2. Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok berempat.
3. Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok merupakan satu untaian.
4. Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandeng panjang serupa tali leher.
6
Universitas Sumatera Utara
5. Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.
c.
Bentuk spiral
Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral .
2.2 Bakteri Patogen dan Non Patogen
Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya yang merugikan atau
menguntungkan yaitu, bakteri patogen dan bakteri non patogen (Fong dan Elvira,
1987).
2.2.1 Bakteri Patogen
Bakteri patogen berbahaya karena menyerang tanaman atau jaringan tubuh
hewan dan sering mensekresi enzim atau racun ke dalam jaringan (Fong dan Ferris,
1987). Bakteri patogen juga menyerang sistem pencernaan manusia, beberapa bakteri
patogen yang sering menginfeksi saluran cerna manusia diantaranya adalah genus
Escherichia yaitu Escherichia coli, genus Citrobacter, genus Shigella yaitu Shigella
sonnei ataupun Shigella dysenteriae dan genus Salmonella yaitu Salmonellatyphi
(Misnadiarly dan Djajaningrat, 2014).
2.2.1.1 Salmonella typhi
Genus salmonella lebih kompleks dan terdiri dari bermacam-macam
grup.Salmonella mempunyai bentuk batang, dan biasanya bergerak dengan flagel
peritrif, Salmonella typhi tidak pernah membentuk gas (Misnadiarly dan
Djajaningrat, 2014).
Salmonella dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan juga hewan, pada
manusia dapat menyerang jaringan ekstra intestinal menyebabakan demam
enterik.Keadaan yang paling parah berupa demam typhoid.Salmonella mempunyai
spesies paling banyak dan tipe antigen lebih dari 1500.Karena itu, untuk klasifikasi
7
Universitas Sumatera Utara
Salmonella didasarkan pada susunan antigennya (Misnadiarly dan Djajaningrat,
2014).
Salmonella typhosa berbentuk batang pendek gemuk dengan diameter 0,5-0,8
mikron dan panjang 1-3 mikron. Bergerak karena memiliki flagella peritrika tidak
berselubung, tidak berspora dan Gram negatif (-).Salmonella typhosa bersifat aerob
dan fakultatif aerob dan dapat tumbuh hampir di semua media dengan pH 7,2 dan
suhu 370C (Misnadiarly dan djajaningrat, 2014).
2.2.2 Bakteri Non Patogen
Bakteri non patogen melakukan banyak fungsi yang berguna seperti
pembuatan yoghurt, keju, dan susu acidophilus. Bakteri probiotik merupakan
mikroorganisme non patogen yang memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi
dan kesehatan.Bakteri Probiotik utama adalah genus Lactobacillus dan genus
Bifidobacterium (Schrezenmeir dan de Vrese, 2001; Fong dan Ferris, 1987).
2.2.2.1 Genus Lactobacillus
Genus Lactobacillus merupakan kelompok bakteri gram positif berbentuk
batang, biasanya non motil, tidak membentuk spora, dan anaerob fakultatif.Bakteri
ini menghasilkan asam laktat atau campuran asam laktat, etanol, asam asetat dan CO2
(bergantung pada spesies) melalui fermentasi karbohidrat (Wardah, 2013).
Genus Lactobacillus tidak bergerak dan tidak berspora, merupakan Gram
positif biasanya terdapat dalam susu, daging, air, anggur, buah-buahan, juga sebagai
parasit dalam mulut, saluran pencernaan dan vagina (Misnadiarly dan djajaningrat,
2014). Lactobacillus memiliki peran penting dalam mengontrol pH usus melalui
produksi asam yang menurunkan pH usus sehingga membatasi pertumbuhan bakteri
patogen (Lee dan Salminen, 2009).
8
Universitas Sumatera Utara
Bakteri Lactobacillus plantarum digunakan dalam fermentasi daging dan
sayuran serta dapat memproduksi asam laktat (Wardah, 2013).Lactobacillus
plantarum
termasuk
dalam
bakteri
heterofermentasi
fakultatif.Lactobacillus
plantarum memiliki toleransi yang tinggi pada kondisi lingkungan dengan pH
rendah.Lactobacillus plantarum sering ditemukan dalam makanan hasil fermentasi
yang biasanya memiliki pH dibawah 4,0 dan juga mampu hidup dalam kondisi asam
di dalam perut manusia. Lactobacillus plantarum merupakan flora normal dalam
saluran cerna manusia, yang terdapat pada hampir sepanjang saluran cerna (Molin,
2010).
2.3 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme menurut Pratiwi (2008),
yaitu fase lag, fase log, fase stasioner, dan fase dead.
a. Fase lag
Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada
suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel,
yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada
kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan.
b. Fase log
Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada
kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media,
dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa
yang bertambah secara eksponensial.
9
Universitas Sumatera Utara
c. Fase stationer
Pada fase ini, pertumbuhan mikroorganisme terhenti dan terjadi keseimbangan
antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati.Kematian sel
diimbangi oleh pembentukan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan.
d. Fase dead
Pada fase ini, jumlah sel yang mati meningkat.Faktor penyebabnya adalah
ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik.
2.4 Faktor-faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Bakteri
Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti zat makanan (nutrisi), temperatur, oksigen dan pH (Pratiwi, 2008).
a. Zat makanan (nutrisi)
Kebanyakan bakteri memerlukan zat-zat anorganik seperti garam-garam yang
mengandung natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg), besi (Fe), klor (Cl), sulfur
(S), dan fosfor (P), sedang beberapa spesies tertentu masih membutuhkan tambahan
mineral seperti mangan (Mn) dan molybdenum (Mo) (Dwijoseputro,1978).
b. Temperatur
Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi
kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Pada temperatur yang sangat tinggi akan
terjadi denaturasi protein yang bersifat ireversibel, sedang pada temperatur yang
sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti. Pada temperatur pertumbuhan optimal
akan terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang
maksimal. Berdasarkan ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
10
Universitas Sumatera Utara
1. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperature maksimal
200C, optimal 0-150C.
2. Bakteri psikrofil fakultatif, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur
maksimal 300C, optimal 20-300C, serta dapat tumbuh pada 00C.
3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur minimal
450C, optimal 55-600C, optimal 55-650C, maksimal pada temperatur
1000C.
4. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat tumbuh pada temperatur
minimal 15-200C, maksimal 450C, optimal pada 20-450C (Pratiwi, 2008)
c. Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal mikroorganisme yang bersifat
aerob dan anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen untuk bernafas,
sedangkan mikroorganisme anaerob tidak memerlukan oksigen, adanya oksigen
justru akan menghambat pertumbuhannya (Pratiwi, 2008).
d. pH
pH merupakan indikasi penurunan ion hidrogen, peningkatan dan penurunan
konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan timbulnya ionisasi gugus-gugus dalam
protein, asam amino, dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan denaturasi protein
yang mengganggu pertumbuhan sel. Mikroorganisme asidofil tumbuh pada kisaran
pH 1,0-5,5; mikroorganisme neutrofil tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0;
mikroorganisme alkalofil tumbuh pada pH 8,5-11,5 sedangkan mikroorganisme
alkalofil eksterm tumbuh pada pH kisaran ≥10.
11
Universitas Sumatera Utara
2.5 Zat yang Bersifat Antibakteri
2.5.1 Antibiotik
Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiotis, yang berarti substansi
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme.
Namun
pada
perkembanganya, antibiotis ini disebut antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas
untuk substansi yang diketahui memiliki kemampuan untuk menghalangi
pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme. Berdasarkan spektrum atau
kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit
(narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas (broad spectrum).Antibiotik
berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri
saja.Sedangkan antibiotik berspekrum luas dapat menghambat atau membunuh
bakteri dari golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi, 2008).
Mekanisme aksi antibiotik meliputi dengan cara menghambat sintesis dinding
sel, merusak membran plasma, menghambat sintesis protein, menghambat sintesis
asam nukleat dan menghambat sintesis metabolit esensial (Pratiwi, 2008).
2.5.2 Zat Non Antibiotik
Zat non antibiotik biasanya berasal dari ekstrak tumbuhan maupun hewan
yang mampu menghambat atau membunuh mikroorganisme yang merugikan seperti
bakteri. Adapun contoh dari zat non antibiotik adalah seperti kitosan dan minyak
kelapa murni, dimana kitosan dengan kosentrasi 0,5% dan 1% telah mampu
menghambat bakteri yang terdapat pada ikan asin yang dikeringkan (Killay, 2013).
Sama hal nya dengan kitosan, minyak kelapa murni juga merupakan suatu bahan
alam yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme yang merugikan.
Hasil hidrolisis minyak kelapa murni pada konsentrasi 200µl/ml menunjukkan daya
12
Universitas Sumatera Utara
hambat pertumbuhan bakteri Salmonella yang cukup kuat dan pada konsentrasi 25%
hasil hirolisis minyak kelapa murni telah mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi (Manurung, 2015; Elysa, 2015).
2.6 Kitosan
2.6.1 Uraian Umum
Kitosan adalah suatu polisakarida yang diperoleh dari hasil deasetilasi
kitin.Kitosan
merupakan turunan kitin yang tidak larut dalam air dan pelarut
organik, tetapi larut dengan cepat dalam asam organik encer seperti asam asetat,
asam sitrat, dan asam mineral lain (Se-kwon, 2011). Kitosan memiliki sifat relatif
lebih reaktif dari kitin dan mudah diproduksi dalam bentuk serbuk, pasta, film, serat
(Hafdani, 2011). Kitosan merupakan bahan bioaktif, kitosan sebagai bahan bioaktif
dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan teri kering yang diasinkan.
(Agustin, 2009; Se-kwon, 2011).
Gambar 2.1 Rumus Struktur kitosan.
Kitin adalah jenis polisakarida terbanyak kedua di bumi setelah selulosa dan
dapat ditemukan pada skeleton invertebrata dan beberapa pada dinding sel
jamur.Kitin mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak beracun, tidak larut
dalam air, asam organik encer, dan asam-asam organik, tetapi larut dlam larutan
13
Universitas Sumatera Utara
dimetil acetamida dan litium klorida (Se-kwon, 2011).Rumus struktur kitin dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rumus Struktur kitin.
2.6.2 Aktivitas Antibakteri Kitosan
Kitosan memiliki sifat antimikroba, karena dapat menghambat bakteri
patogen dan mikroorganisme penyebab pembusukan dimana termasuk jamur, bakteri
gram positif-negatif.Kitosan memiliki bentuk spesifik mengandung gugus amino
dalam rantai karbonnya yang bermuatan positif sangat reaktif, sehingga mampu
berikatan
dengan dinding sel bakteri
yang bermuatan negatif (Hafdani,
2011).Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya sifat antimikrobial dari kitosan
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Sifat antimikroba dari kitosan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mikroorganisme
Staphylococcus
aureus
Staphylococcus
aureus
Bacillus subtilis
Escherichia coli
Pseudomonas
aeruginosa
Salmonella
enterica
Escherichia coli
Thropozoites
gallinae
Aeromonas
hydrophila
Konsentrasi
Produk
2%
Raw
oysters
Result
Pertumbuhan S. aureus
sangat terhambat pada
raw oysters yang
dilapisi dengan 2%
chitosan
Ref.
(A)
40c
100 µg
-
20c
18c
16
(B)
c
32c
-
0a
(C)
-
0a
(D)
Ikan nila
segar
38,104mg/mlb
(E)
200 ppm
125-1250
ppm
1%
Keterangan:
a: MBC (Minimum Bactericidal Concentration), b: MIC (Minimum Inhibitory
Concentration) (mg/ml), c: diameter zona hambat (mm),
(A): P. Chhabra, et al., 2006, (B): Yadav dan Bishe, 2004, (C): Liu, et al., 2005, (D):
Killay, 2013, (E): Mahatmanti, et al., 2010.
2.7 Minyak Kelapa Murni (VCO)
2.7.1 Uraian Umum
Minyak kelapa virgin atau sering disebut minyak kelapa murni (Virgin
Coconut Oil, VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos
nucifera).Tanaman kelapa banyak tumbuh di daerah tropis sehingga minyaknya
disebut juga minyak tropis (tropical oil).Walaupun peran VCO sangat besar dalam
kehidupan manusia, tidak semua orang menyukai kehadirannya.Hal ini disebabkan
adanya isu negatif yang telah banyak beredar bahwa minyak kelapa dapat
menyebabkan kolesterol, penyakit jantung, kegemukan, dan jerawat.Kandungan
asam lemak jenuh yang terdapat pada minyak kelapa murni divonis sebagai
15
Universitas Sumatera Utara
penyebabnya.Perlu diketahui bahwa lemak jenuh yang terdapat pada VCO adalah
lemak jenuh dengan rantai sedang dan pendek.Lemak jenuh rantai sedang dan
pendek sangat mudah dicerna dan diserap tubuh (Sutarmi dan rozaline, 2005).Berikut
ini standar mutu minyak kelapa murni dan komposisi asam lemak dalam VCO dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Standar mutu minyak kelapa virgin
No
1.
Jenis
Keadaan:
Persyaratan
Khas kelapa segar,
1.1 Bau
tidak tengik normal,
1.2 Rasa
khas minyak kelapa
Satuan
tidak bewarna
1.3 Warna
hingga pucat
2.
Air dan senyawa menguap
3.
Bilangan penyabunan
4.
Bilangan iod
Asam lemal bebas (dihitung
sebagai asam laurat)
Asam lemak:
5.
6.
7.
8.
9.
Maks 0,2
4,1-11,0
%
mgKOH/g
minyak
g iod/100 gram
Maks 0,2
%
6.1 Asam kaproat (C6:0)
D - 0,7
%
6.2 Asam kaprilat (C8:0)
4,6 - 10,0
%
6.3 Asam kaprat (C10:0)
5,0 - 8,0
%
6.4 Asam laurat (C12:0)
45,1 – 53,2
%
6.5 Asam miristat (C14:0)
16,8 – 21
%
6.6 Asam palmitat (C16:0)
7,5 – 10,2
%
6.7 Asam stearat (C18)
2,0 – 4,0
%
6.8 Asam oleat (C18:1)
5,0 – 10,0
%
6.9 Asam linoleat (C18:2)
6.10 Asam linoleat
(C18:3)-(C24:1)
Cemaran mikroba
1,0 – 2,5
%
ND – 0,2
%
7.1 Angka lempeng total
Maks 10
Koloni/ml
8.1 Timbal (Pb)
Maks 0,1
mg/kg
8.2 Tembaga (Cu)
Maks 0,4
mg/kg
8.3 Besi (Fe)
Maks 5,0
mg/kg
8.4 Cadmium (Cd)
Maks 0,1
mg/kg
250,07-260,67
Cemaran Logam :
Cemaran Arsen (As)
CATATAN ND = No detection (tidak terdeteksi)
(Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2008)
17
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Manfaat Kandungan Gizi VCO
Minyak kelapa yang dijadikan sebagai obat biasanya disebut minyak kelapa
murni atau virgin coconut oil (VCO).Berbagai penyakit yang berasal dari virus dan
belum ditemukan obatnya dapat ditangkal dengan mengonsumsi VCO, seperti flu
burung, HIV/AIDS, hepatitis, dan jenis virus lainnya.Bukan itu saja VCO juga dapat
mengatasi kegemukan, penyakit kulit, hingga penyakit yang tergolong kronis,
misalnya jantung, darah tinggi, dan diabetes (Sutarmi dan Rozaline, 2005).
Dalam VCO terdapat MCFA. MCFA merupakan komponen asam lemak
berantai sedang yang memiliki banyak fungsi, antara lain mampu merangsang
produksi insulin sehingga proses metabolisme glukosa dapat berjalan normal
(Sutarmi dan Rozaline, 2005).
Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kapriat,
kaprilat, dan miristat yang terkandung dalam VCO berperan sebagai antivirus,
antibakteri, dan antiprotozoa.VCO relatif tahan terhadap panas, cahaya, dan oksigen
singel sehingga memiliki daya simpan yang lama (Sutarmi dan Rozaline,
2005).Rumus struktur asam laurat dan monolaurin dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Monolaurin
Asam Laurat
Gambar 2.3 Rumus Struktur asam monolaurin dan asam laurat.
2.7.3 Hidrolisis Trigliserida
Hidrolisis minyak atau lemak menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol.
Reaksi hidrolisis dapat terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak, atau
18
Universitas Sumatera Utara
mereaksikan dengan KOH atau NaOH (lebih dikenal dengan proses penyabunan)
(Ketaren, 2005). Hidrolisis secara enzimatik juga terjadi di dalam tubuh, yaitu
dengan bantuan enzim lipase.Enzim lipase ini terdapat pada mulut, lambung, dan
usus halus. Ketiga enzim tersebut akan menghidrolisis trigliserida pada posisi sn-1
dan sn-3. Hidrolisis trigliserida secara enzimatik dengan lipase spesifik pada posisi
sn-1 dan sn-3 adalah dengan menghidrolisis trigliserida hanya pada posisi sn-1,3
sehingga akan menghasilkan 2-monogliserida dan asam lemak bebas. Hasil hidrolisis
kemudian dipisahkan dengan larutan non polar yang terikat pada asam lemak bebas,
ataupun juga dilakukan dengan cara disentrifugasi pada kecepatan dan waktu tertentu
(Silalahi, 2002).
2.7.4 Penentuan Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak.Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang
digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak
atau lemak (Ketaren, 2005).
Asam
lemak bebas merupakan salah satu standar mutu VCO yang
dinyatakan sebagai persen dari asam lemak. Asam lemak bebas (dihitung sebagai
asam laurat) maksimumnya adalah 0,2%. Prinsip kerja penentuan asam lemak bebas
adalah pelarutan contoh miyak/lemak dalam pelarut organik tertentu (alkohol 96%
netral) dilanjutkan dengan titrasi menggunakan basa NaOH atau KOH (Badan
Standarisasi Nasional, 2008).
Rumus Penetuan Bilangan Asam
Bilangan asam=
���� 56,1
�
19
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: A = JumLah mL KOH untuk titrasi
N = normalitas larutan KOH
G = bobot contoh (gram)
BM KOH = 56,1
Rumus Pembakuan KOH (Normalitas KOH)
miligrek K.Biftalat = miligrek KOH
mg K. Biftalat
= V X N KOH
BE
N KOH =
mg K. Biftalat
BE X V
Keterangan: BE k.Biftalat = Bobot Ekuivalen = BM = 204,2
V = Volume titrasi KOH
N = Normalitas
Normalitas rata-rata :
N=
N1+N2+N3
3
Deviasi (%) = (Ni – N ) / N x 100%
2.7.5 Aktivitas Antibakteri VCO
VCO mengandung empat jenis MCFA, yaitu asam laurat (C-12, 48-53%),
asam kaprat (C-10, 7%), asam kaprilat (C-8, 8%), dan asam kaproat (C-6, 0,5%). Di
dalam tubuh MCFA diubah menjadi monogliserida, yaitu asam laurat menjadi
monolaurin, asam kaprilat menjadi monocaprylin, asam kaprat menjadi monocaprin
dan asam kaproat menjadi monocaproin yang mampu membunuh mikroorganisme
patogen termasuk bakteri, jamur dan ragi, virus dan protozoa. Kekuatan antibakteri
20
Universitas Sumatera Utara
MCFA dimanfaatkan secara alami oleh tubuh kita sendiri yaitu ditemukan dalam air
susu ibu untuk melindungi dan memberikan nutrisi kepada bayi (Enig, 1996).
Aktivitas antibakteri MCFA terbaik adalah dalam bentuk asam lemak bebas
dan monogliserida.Untuk memperoleh monogliserida dari trigliserida yang
terkandung dalam VCO dilakukan dengan menghidrolisis menggunakan enzim yang
spesifik bekerja hanya untuk menghidrolisis secara parsial yaitu dengan
menghidrolisis pada posisi sn-1 dan sn-3. Enzim yang spesifik bekerja pada posisi
sn-1 dan sn-3 adalah enzim lipase yang berasal dari Aspergillus niger, Mucor meihei
dan pakreas (Silalahi, 2002). Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya sifat
antimikrobial dari asam laurat, monolaurin dan VCO dapat dilihat pada Tabel 2.3.
21
Universitas Sumatera Utara
22
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Sifat antimikroba dari asam laurat, monolaurin dan minyak kelapa murni
No.
Sampel (Bahan Uji)
Konsentrasi
1.
2.
3.
2%
2%
500µg/ml
7.
8.
9.
10.
11.
12.
VCO
Krim VCO
α-monolaurin sintesis
Asam lemak C8 Asam
kaprilat
Asam lemak C10
Asam kaprat
Asam lemak C12
Asam laurat
Monolaurin
Asam kaprat
Asam laurat
1-monolaurin
1,3-Dilaurin
Triluarin
13.
VCO
14.
VCO hasil hidrolisis
penyabunan
4.
5.
6.
15.
16.
17.
Bakteri Gram Negatif
Staphylococcus
E.
S.
enteridis
coli
typhi
3
c
3c
2
Bakteri Gram positif
s.
typhimurium
S.
aureus
40,48a
21,00a
7a
S. epidermidis
S. subtilis
P.
acnes
(B)
3c