Aktivitas Antibakteri Hasil Hidrolisis Enzimatik Minyak Kelapa Murni Dan Minyak Inti Sawit Terhadap Staphylococcus aureus Dan Salmonella thypi Serta Escherichia coli

 

 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Minyak Kelapa Murni (VCO, Virgin Coconut Oil) berasal dari tanaman

kelapa (Cocos nucifera) yang telah turun temurun digunakan dan dimanfaatkan
dalam bidang kesehatan secara tradisional. VCO adalah minyak yang berasal dari
daging buah kelapa yang diproses tanpa pemanasan, sedangkan Minyak Inti Sawit
(PKO, Palm Kernel Oil) adalah minyak yang dihasilkan oleh inti sawit (Elaeis
guineensis). PKO merupakan hasil sampingan dari produk utama kepala sawit,
yaitu minyak sawit. Pemanfaatan PKO selama ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku untuk pembuatan berbagai jenis sabun dan industri
makanan, yaitu bahan baku pembuatan pangan yang tidak mengandung susu (nondairy confectionaries), bahan pengganti atau campuran dalam pembuatan coklat
dan mentega (Pantzaris dan Ahmad, 2001).
VCO memiliki komposisi asam lemak yang serupa dengan PKO, yaitu

memiliki kandungan asam laurat yang sangat tinggi mencapai hampir 50%,
sehingga disebut sebagai minyak laurat (Pantzaris dan Ahmad, 2001). Asam laurat
termasuk asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acid, MCFA) yang
mengandung 12 atom karbon. Asam laurat ini terikat dalam bentuk trigliserida. Di
dalam tubuh manusia akan diubah menjadi monolaurin, sebuah senyawa
monogliserida yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa (Ugbogu, et
al., 2006). MCFA mudah diserap kedalam sel kemudian kedalam mitokondria,
sehingga metabolisme meningkat. Dengan peningkatan metabolisme sel-sel
bekerja lebih efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti sel-sel yang rusak

 

1
Universitas Sumatera Utara

 

 

lebih cepat (Marina, et al., 2009; Sari, 2009; Srivastava dan Durgaprasad, 2008).

Kekuatan antibakteri MCFA dimanfaatkan secara alami oleh tubuh, ditemukan
dalam air susu ibu untuk melindungi dan memberi nutrisi pada bayinya. Asam
laurat berada dalam air susu ibu untuk memberikan kekebalan terhadap bayi
selama enam bulan pertama kehidupan ketika sistem imunitas belum berkembang.
Asam laurat memiliki kemampuan antibakteri tanpa merusak sel normal tubuh
atau pun menghambat pertumbuhan bakteri normal tubuh. Flora usus yang
terdapat pada bayi yang diberi air susu ibu adalah Lactobacillus bifidus,
Enterococcus, bakteria coliform, dan Staphylococcus (Enig, 1996).
Aktivitas antibakteri VCO sebagai MCFA yang terbaik adalah dalam
bentuk bebas dan monogliserida. Trigliserida dan digliserida tidak efektif sebagai
antibakteri. Dari semua asam lemak jenuh, asam laurat memiliki aktivitas
antimikroba lebih baik dibandingkan dengan asam kaprilat (C8:0), asam kaprat
(C10:0), dan asam miristat (C14:0). Karena merupakan lemak, VCO juga dapat
berpenetrasi melalui membrane lipid dari bakteri atau virus sehingga meskipun
suatu bakteri atau virus tidak dapat diobati dengan obat-obatan kimia, tetapi
dengan adanya VCO maka dapat melarutkan membran lipid tersebut sehingga
bakteri atau virus menjadi lisis/hancur. Secara umum dilaporkan bahwa asam
lemak dan monogliserida menginaktivasi mikrobakteri dengan cara merusak
membran plasma dari mikrobakteri tersebut (Kabara, et al., 1972; Enig, 1996;
Lieberman, et al., 2006).

Kemampuan antibakteri dari PKO telah diuji dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa PKO memberikan hambatan terhadap Escherichia coli,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp. PKO juga memberikan hambatan

 

2
Universitas Sumatera Utara

 

 

terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans (Ekwenye dan Ijeomah, 2005;
Ugbogu, et al., 2006).
Penelitian lain menyatakan bahwa hidrolisis dapat meningkatkan daya
hambat pertumbahan bakteri dari VCO, baik itu hidrolisis dengan enzim lipase
(Lipozym TL IM) maupun dengan NaOH (penyabunan). Hasil yang paling baik
ditunjukkan oleh hidrolisis dengan metode enzimatik dengan waktu inkubasi 12
jam. Peningkatan waktu inkubasi enzimatik sebanding dengan peningkatan

kandungan asam lemak bebas dalam VCO dan peningkatan aktivitas
antibakterinya (Permata, 2012).
Staphylococcus, terutama epidermidis merupakan sebagian dari flora
normal kulit manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan yang
lebih patogen adalah aureus yaitu bakteri gram positif yang bersifat invasif yang
dapat menyebabkan diare akut. Escherichia coli adalah bakteri gram negatif yang
merupakan bagian dari flora normal pada saluran pencernaan manusia. Bakteri ini
juga bersifat oportunis karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus
sehingga menimbulkan diare dan mampu menimbulkan infeksi pada jaringan
tubuh lain di luar usus. Salmonella thypi adalah bakteri gram negatif yang bersifat
patogen, yang menyerang usus dan menyebabkan demam tifoid (Gillespie dan
Bamford, 2009).
Jika dikonsumsi, lemak yang berbentuk trigliserida akan diubah menjadi
monogliserida oleh adanya enzim lipase. Ada tiga sumber enzim lipase yang
menghidrolisis lemak dalam pencernaan sebelum diabsorbsi usus, yaitu lipase air
liur, lipase lambung dan lipase pankreas. Enzim lipase dapat menghidrolisis
secara parsial asam lemak rantai pendek, sedang dan panjang, yaitu pada posisi

 


3
Universitas Sumatera Utara

 

 

sn-1,3. Dengan demikian jika VCO dan PKO dikonsumsi, akan mengalami
hidrolisis parsial oleh adanya enzim lipase pada saluran pencernaan sebelum
diabsorbsi oleh usus (Silalahi, 1999).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri
dari hasil hidrolisis enzimatik VCO dan PKO menggunakan enzim lipase
(Lipozym TL IM) terhadap bakteri yang berada di usus, yaitu Staphylococcus
aureus, Salmonella thypi dan Escherichia coli. Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli adalah flora normal usus yang bersifat oportunis, sedangkan
Salmonella thypi adalah bakteri patogen. Staphylococcus aureus adalah bakteri
gram positif sedangkan Salmonella thypi dan Escherichia coli adalah bakteri gram
negatif

(Gillespie


dan

Bamford,

2009).

Bakteri

ini

digunakan

untuk

membandingkan sifat antibakteri hasil hidrolisis enzimatis VCO dan PKO
terhadap bakteri flora normal usus dan bakteri patogen, serta untuk
membandingkan sifat antibakterinya terhadap bakteri gram negatif dan gram
positif.
1.2


Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap PKO dan VCO. Sampel PKO dan VCO

dihidrolisis menggunakan enzim lipase (Lipozym TL IM). Hasil hidrolisis diuji
sifat antibakterinya terhadap bakteri S. aureus, S.thypi dan E. coli, yang
merupakan bakteri saluran pencernaan. Kemudian dilakukan perbandingan
perbedaan aktivitas antibakteri dari PKO dan VCO hasil hidrolisis. Kerangka pikir
dan alur kerja penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Lampiran 1.

 

4
Universitas Sumatera Utara

 

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
A. Hidrolisis Enzimatis VCO dan PKO
Sampel Uji


1. VCO

2. PKO

 

Variabel Bebas

Minyak
Hasil
Hidrolisis

Masa Inkubasi
Enzimatik
- 0 jam
- 2 jam
- 4 jam
- 6 jam
- 8 jam

- 10 jam
- 12 jam
- 14 jam
- 16 jam
- 18 jam

- V0
- V2
- V4
- V6
- V8
- V10
- V12
- V14
- V16
- V18

- 0 jam
- 2 jam
- 4 jam

- 6 jam
- 8 jam
- 10 jam
- 12 jam
- 14 jam
- 16 jam
- 18 jam

- P0
- P2
- P4
- P6
- P8
- P10
- P12
- P14
- P16
- P18

Variabel Terikat


Asam Lemak Bebas

Asam Lemak Bebas

Parameter

Bilangan Asam

Bilangan Asam

Minyak
dengan
bilangan
asam
tertinggi:
V

Minyak
dengan
bilangan
asam
tertinggi:
P

5

Universitas Sumatera Utara

 

B. Pengujian Sifat Antibakteri
Sampel Uji

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Kadar

Sifat Antibakteri
terhadap

Parameter

1. VCO

2. Minyak Hasil Hidrolisis VCO
dengan bilangan asam
tertinggi: V

- 100% (V 100)
- 75% (V 75)
- 50% (V 50)
- 25% (V 25)

3. PKO

 

4. Minyak Hasil Hidrolisis PKO
dengan bilangan asam
tertinggi: P

- 100% (P 100)
- 75% (P 75)
- 50% (P 50)
- 25% (P 25)

5. Baku Tetrasiklin

30 µg

6. Baku Kloramfenikol

30 µg

1. S. aureus
2. S. thypi
3. E. coli

Zone hambat
pertumbuhan bakteri

6

Universitas Sumatera Utara

 

1.3

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian di atas, dapat disusun

rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Berapa lama waktu optimum proses hidrolisis enzimatis untuk VCO dan
PKO?

2.

Bagaimana perbandingan aktivitas antibakteri VCO sebelum dan sesudah
dihirolisis enzimatik?

3.

Bagaimana perbanding anaktivitas antibakteri PKO sebelum dan sesudah
dihidrolis enzimatik?

4.

Bagaimanakah perbanding anaktivitas antibakteri antara VCO dan PKO
sebelum dan sesudah hidrolisis enzimatik?

1.4

Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Hidrolisis enzimatik dapat meningkatkan aktivitas antibakteri dari VCO.

2.

Hidrolisis enzimatik dapat meningkatkan aktivitas antibakteri dari PKO.

3.

Aktivitas antibakteri hasil hidrolisis VCO sebanding dengan hasil
hidrolisis PKO.

1.5

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui waktu optimum proses hidrolisis enzimatis VCO dan
PKO.

2.

Untuk mengetahui pengaruh hidrolisis enzimatis terhadap peningkatan
aktivitas antibakteri dari PKO dan VCO.

 

7
Universitas Sumatera Utara

 

3.

Untuk mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri hasil hidrolisis
enzimatis antara VCO dan PKO

1.6

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh

hidrolisis VCO dan PKO terhadap aktivitas antibakterinya terhadap bakteri
patogen yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia, sehingga dapat
meningkatkan pemanfaatan VCO dan PKO sebagai bahan baku atau bahan
tambahan dalam pembuatan sediaan antibakteri, susu formula, multivitamin, dan
sebagai bahan yang dapat membantu menguatkan saluran pencernaan.

 

8
Universitas Sumatera Utara