KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROPOSAL SKRIPSI

1.

Judul
PENGARUH

Nama

: Novalino Pawori Mingge

NIM

: 3201410013

Jurusan


: Geografi

Prodi

: Pend. Geografi

IMPLEMENTASI

PROGRAM

AKSELERASI

TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA SMP
3 PATI KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2013/2014
2.

Latar Belakang
Menurut UU No 20 Tahun 2003 merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara.
UUD 1945 pasal 31 menyebutkan bahwa “setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”. Amanat yang terkandung dalam ayat tersebut
adalah mendapatkan pendidikan merupakan hak setiap individu tanpa
memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun
demikian, pendidikan yang diharapkan bukanlah sebatas pemberian dan
pentransferan ilmu dari pengajar ke peserta didik saja, tetapi pendidikan yang
mampu mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang lebih unggul dan
dapat menghadapi kehidupannya dimasa yang akan datang. Lebih lanjut
dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan peserta didik dalam

menampilkan keunggulan dirinya yang cerdas, kreatif serta mandiri. Untuk
menciptakan peserta didik yang unggul tersebut, pendidikan harus
berorientasi untuk menciptakan generasi muda yang mandiri dengan
memberikan pendidikan yang bermutu. Namun

pada kenyataannya


penyelenggaraan pendidikan secara reguler yang dilaksanakan selama ini
lebih banyak bersifaat massal, yaitu lebih berorientasi pada kuantitas untuk
dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang segera
tampak

dari

penyelenggaraan

pendidikan

seperti

ini

adalah

tidak

terakomodasinya kebutuhan individual siswa. Siswa yang relatif lebih cepat

daripada yang lain terlayani secara baik sehigga potensi yang dimilikinya
tidak dapat tersalur atau berkembang secara optimal. Padahal di hakikat
pendidikan yang sebenarnya adalah untuk memungkinkan peserta didik
mengembangkan potensi kecerdasan dan bakatnya secara optimal.
Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 5 ayat 4 yang berbunyi, “Warga negara yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan
khusus.” Selain itu juga terdapat pada Pasal 12 ayat 1 yang berbunyi, “Setiap
peserta didik pada satuan pendidikan berhak: ... (b) mendapatkan pelayanan
pendidikan

sesuai

dengan

bakat,

minat,

dan


kemampuannya;

(f)

menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masingmasing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.”
Untuk SLTP ditindaklanjuti dengan Kep. Mendikbud Nomor
054/U/1993. Kep. Mendikbud pasal 16 ayat (1) menyebutkan bahwa “siswa
yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan
program belajar lebih awal dari waktu yag telah ditentukan, dengan ketentuan
telah mengikuti pendidikan SLTP sekurang-kurangnya dua tahun.”
Untuk memfasilitasi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa dalam halnya peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu dengan penyelenggaraan kelas
akselerasi. Kelas akselerasi merupakan salah satu program unggulan di dalam
dunia pendidikan Indonesia. Tujuan utama dari kelas akselerasi adalah
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing

dalam dunia kerja. Hal ini diperlihatkan dari bahan ajar dapat dipercepat dari
yang seharusnya dikuasai siswa pada saat itu dan siswa dapat menyelesaikan

sekolahnya satu tahun lebih cepat dibandingkan dengan kelas reguler maupun
kelas RSBI.
Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Depdiknas, yang
menyatakan bahwa :
Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan kualitas sumberdaya manusia dengan cara memberikan
wadah kepeada peserta didik yang berbakat dan cerda istimewa yang
diidentifkasi oleh tenaga profesional dan mempunyai pencapaian kinerja
tinggi. Kinerja tinggi ditunjukkan dengan pencapaian den mempunya
kemampuan dalam salah satu area atau kombinasi beberapa bidang studi.
Adapun area kemampuan yang ditunjukkan oleh siswa cerdas istimewa
adalah kemampuan kecerdasan umum, bakat akademik khusu, berfikir kreatif
dan produktif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan psikomotorik, dan
seni peran dan visual.
Program akselerasi dapat diselenggarakan dalam 3(tiga) bentuk pilihan
seperti kelas reguler, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa belajar bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas rehuler
(model terpadu/inklusif). Bentuk penyelenggaraan pada kelas dapat dilakukan
dengan model sebagai berikut :
a. Kelas reguler dengan kelompok (cluster)

Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
belajar bersama dengan siswa lain (normal) di kelas reguler dengan
kelompok khusus.
b. Kelas reguler dengan pull out
Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler, namun dalam waktu
tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruamg sumber (ruang khusus) untuk
belajar mandiri, belajar kelompok, dan belajar dengan guru pembimbing
khusus.
1. Kelas Khusus, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus.

2. Sekolah Khusus, dmana semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah
siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Penyelenggaran pembeleajaran

SMP Negeri 3 Pati menjadi salah satu proyek percontohan Depdiknas
Provinsi Jawa Tengah dalam soal penerapan pengembangan kelas imersi
sejak Tahun Pelajaran 2005/2006. Dari lima SMP se-Jawa Tengah hanya SMP
Negeri 3 Pati yang merupakan satu-satunya berada di wilayah Karesidenan

Pati. Sedangkan empat di antaranya yaitu SMP Negeri 5 Semarang, SMP
Negeri 1 Magelang, SMP Negeri 2 Purwokerto, dan SMP Negeri 1 Kabupaten
Tegal. Dua tahun berikutnya tepatnya pada Tahun Pelajaran 2007/2008 kelas
akselerasi mulai dibuka.
Sekolah SMP Negeri 3 Pati merupakan salah satu sekolah unggulan
yang berada di Pati. Sejak tahun 2008 SMP Negeri 3 Pati telah membuka
program kelas akselerasi, dimana didalam kelas ini terdapat siswa-siswi yang
mempunyai kemampuan kecerdasan yang lebih. Kelas akselerasi ini
dirancang menjadi kelas unggulan di SMP Negeri 3 Pati. Tentu saja dalam
proses seleksi masuk kelas akselerasi ini menggunakan tes IQ berbeda dengan
kelas reguler. Setiap kelas akselerasi yang ada di SMP Negeri 3 Pati memiliki
minimal 5 siswa-siswi dan maksimal 20 siswa-siswi. Muatan materi
kurikulum untuk program akselerasi tidak berbeda dengan kurikulum standar
yang digunakan untuk program reguler. Perbedaannya terletak pada
penyusunan kembali struktur program pengajaran dalam alokasi waktu yang
lebih singkat (pemadatan).
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial seperti: Sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik,hokum dan budaya (Diknas,2004:3). Ilmu pengetahuan Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu

pendekatan indisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang
memiliki peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik. Ada
tiga tujuan membelajarkan IPS kepada siswa, yaitu agar setiap peserta didik
menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik berkemampuan
berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan masalah sosial, dan agar
peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya (Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama, 2004: 15). Pada jenjang SMP, pencapaian
tujuan yang demikian itu bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena (1)
saat ini mata pelajaran IPS menjadi pelajaran yang dianggap kurang penting
dibandingkan dengan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi lainnya, seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan
IPA; yang ditunjukkan melalui kenyataan bahwa IPS tidak lagi menjadi mata
pelajaran yang diujikan secara nasional; (2) IPS juga diasumsikan oleh
masyarakat dan kalangan guru sendiri sebagai pelajaran yang tidak menarik
karena hanya bersifat hafalan, kurang menantang untuk berpikir, sarat dengan
kumpulan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus
dihafal dan tidak perlu dibuktikan (Sanjaya, 2008:226); dan (3) adanya

kenyataan bahwa mata pelajaran IPS di beberapa sekolah, khususnya sekolahsekolah swasta, terkadang diajarkan oleh guru yang tidak memiliki basis IPS
(Wasino, 2007).

Gambar 1. Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam pembelajaran IPS di SMP dengan menggunakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sangat dianjurkan menggunakan
pendekatan terpadu. Hal ini tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2005 tentang Standar Isi yang menyatakan bahwa
substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA

Terpadu” dan “IPS Terpadu”. Model pembelajaran terpadu merupakan salah
satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan
pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI)
sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA).
Dalam kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Pati tentunya ada mata pelajaran IPS
yang diajarkan. Berbicara mengenai pembelajaran IPS terkadang banyak
kendala yang dialami di dalam kelas, dari anggapan pelajaran IPS tidak
menarik, kebanyakan hafalan, dan penyampaian materi pelajaran IPS selalu
menggunakan metode ceramah sehingga terkadang membosankan. Maka dari
itu dalam kelas akselerasi dituntut adanya pengembangan metode dan strategi

dalam menyampaikan materi IPS. Dari sini peneliti mengambil judul
“Pengaruh Penerapan Program Akselerasi Terhadap Hasil Belajar Mata
Pelajaran Ips Siswa Smp 3 Pati Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2013/2014”
3.

Rumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai latar belakang
masalah di atas, maka dalam hal ini peneliti dapat merumuskan permasalahan
yang kan dibahas. Adapun rumusan masalah yang di bahas adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas akselerasi SMP N 3
Pati ?
2. Apakah ada pengaruh implementasi Program Akselerasi Terhadap Hasil
Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Smp 3 Pati Kabupaten Pati Tahun
Ajaran 2013/2014 ?
3. Seberapa besar pengaruh implementasi Program Akselerasi Terhadap Hasil
Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Smp 3 Pati Kabupaten Pati Tahun
Ajaran 2013/2014 ?

4.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui
implementasi pembelajaran IPS pada kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Pati
tahun ajaran 2013/2014.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1.

Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas akselerasi
SMP N 3 Pati.

2.

Untuk

mengetahui

pengaruh

implementasi

Program Akselerasi

Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Smp 3 Negeri Pati
Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2013/2014.
3.

Untuk

mengetahui

besarnya

pengaruh

implementasi

Program

Akselerasi Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Smp
Negeri 3 Pati Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2013/2014.
5.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
yakni:
1.

Manfaat Teoritis
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu mengenai program percepatan belajar (akselerasi).

2.

Manfaat Praktis
a.

Bagi guru
1.

Menambah

kemampuan

dalam

mengelola

perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran yang sesuai dengan
program pendidikan kelas akselerasi.
2.

Meningkatkan keterampilan dan kompetensi yang memenuhi
standar pendidikan nasional dan internasional dalam mengelola
pembelajaran di kelas akselerasi.

3.

Meningkatkan kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar
siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum program pendidikan
di kelas akselerasi.

b.

Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
penulis dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dari

bangku kuliah serta dapat digunakan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Geografi pada Universitas Negeri Semarang.
c.

Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan
bacaan dan masukan atau sebagai bahan referensi penelitian
selanjutnya.

6.

Penegasan Istilah
Beberapa istilah yang terdapat dalam penelitian ini dan perlu dijelaskan
secara operasional adalah:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang (Poerwadarminto, 1990:664).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengaruh adalah penerapan
program akselerasi.
2. Kelas Akselerasi
Kelas akselerasi adalah kelas VII di SMP Negeri 3 Pati Tahun Ajaran
2014/2015 yang menerapkan pendekatan atau metode percepatan belajar
(akselerasi).
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran
setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2004:4).
Yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang
telah dicapai oleh siswa akselerasi dalam menguasai mata pelajaran IPS
yang tercermin dalam nilai ulangan umum semester 1 tahun pelajaran
2014/2015.

7.

Kajian Pustaka
A. Konsep Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannnya (Slameto, 2003:2)
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan setiap orang
dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di
dalam

perkembangan,

kebiasaan,

sikap,

keyakinan,

tujuan,

kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang.
2.

Jenis-Jenis Belajar
Jenis belajar menunjuk pada fokus apa yang dipelajari oleh
pembellajar, atau dapat disebut dengan variasi kemampuan yang
dipelajari. Kemampuan ini merupakan kinerja yang harus diamati
dalam menentukan hasil belajar, sebab dari kinerja yang ditunjukkan
oleh pembelajar dapat diketahui apakah pembelajar itu telah belajar
ataukah belum atau tidak belajar. Jenis-jenis belajar antara lain :
a) Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan seseorang bila ia
dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas dan ekstensif.
b) Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Menurut

Gesalt

teori

wawasan

merupakan

proses

mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk
menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan
penyelesaian suatu persoalan.

c) Belajar Diskriminatif (discriminatif learning)
Suatu uasaha untuk memilih beberapa sifat
situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman
dalam bertingkah laku.
d) Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang
sampai pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian.
e) Belajar insidental (insidental learning)
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar
itu selalu berarah-tujuan. Belajar disebut insidental bila tidak
ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu
mengenai materi yang akan diujikan.
f)

Belajar instrumental (instrument learning)
Reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti
oleh tanda-tanda yang mengarah pada siswa akan mendapat
hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.

g) Belajar intensional (intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar
insidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.
h) Belajar laten (latent learning)
Perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak
terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten.
i)

Belajar mental (mental learning)
Belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan
observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakangerakan orang lain.

j)

Belajar produktif (productive learning)
Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer
prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke
situasi lain.

k) Belajar verbal (verbal learning)
Belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan
dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam
eksperiment klasik dari Ebbinghaus.

3.

Unsur-Unsur Belajar
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat
berbagai unsur yang saling kait mengait sehingga menghasilkan
perubahan perilaku (Gagne, 1997:4). Beberapa unsur yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
a) Peserta Didik
Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga
belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan
belajar.
b) Ransangan (stimulus)
Merupakan sebuah peristiwa yang merangsang penginderaan
peserta didik. Banyak stimulus yang berada di lingkungan
seseorang. Suara, sinar, warna, panas, tanaman, gedung, dan
orang adalah stimulus yang selalu berada dilingkungan
seseorang. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus
memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminatinya.
c) Memori
Memori yang ada pada peserta didik berisi berbaga kemampuan
yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sika yang
dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.
d) Respon
Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori. Peserta didik
yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori
memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam
peserta didik diamati pada akhir proses belajar yang disebut

4.

dengan perubahan perilaku ata perubahan kinerja (performance).
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspekaspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang
dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku
yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam peserta
didikan, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik

setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan
peserta didikan. Tujuan peserta didikan merupakan deskripsi tentang
perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang
menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlach dan Ely, 1980).
Menurut Darsono (2000:112) mengukur hasil belajar termasuk
dalam pengukuran psikologis. Dalam pengukuran psikologis ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip tersebut antara
lain:
a) Pengukuran psikologis bersifat tidak langsung (indirect) berarti
untuk mengukur gejala hasil belajar perlu diungkap dahulu
dengan alat yang disebut tes.
b) Hasil

pengukuran

psikologis

dipengaruhi

oleh

jenis

instrumennya (tesnya). Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil
ukur yang obyektif diperlukan alat yang valid dan reliabel.
c) Hasil pengukuran psikologis diwarnai oleh kondisi orang yang
diukur. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa pengukuran
hasil belajar itu perlu dilakukan dengan cermat, khususnya pada
saat pengukuran hasil belajar berlangsung.
Menurut Sardiman (1988:30) mengemukakan tujuan belajar
adalah

ingin

mendapatkan

pengetahuan

,

ketrampilan

dan

penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti
akan menghasilkan, hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai
tujuan belajar tersebut, maka hasil belajar itu meliputi:
a) hal ihwal keilmuwan dan pengetahuan, konsep atau fakta
(kognitif)
b) hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)
c) hal

ihwal

kelakuan,

ketrampilan

atau

penampilan

(psikomotorik )
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah pencapaian tujuan belajar yang ditunjukkan dengan

perubahan perilakau siswa yang dapat diukur dengan alat penilaian
yang disebut dengan tes.
a) Macam-macam tes sebagai hasil belajar
Menurut Webster’s Collegiate yang dikutip dalam bukunya
Arikunto (2001:32-39) tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Ditinjau dari segi
kegunaan untuk mengukur siswa, tes ada 3 macam yaitu:
1) Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan

siswa

sehingga

berdasarkan

kelemahankelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian
perlakuan yang tepat. Yang termasuk dalam tes diagnostik
adalah tes penempatan/penjurusan IPA. IPS dan Bahasa
pada kelas III.
2) Tes Formatif
Tes formatif untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Yang
termasuk dalam tes formatif adalah ulangan harian, mid
semester.
3) Tes Sumatif
Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian
sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
Tujuannya untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar
para siswa. Yang termasuk dalam tes sumatif adalah
ulangan umum pada akhir semester.
5.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Sebelum seorang peserta didik dapat mencapai tujuan belajar,
dalam pencapaian itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi,

menurut Slameto (2003) faktor yang berpengaruh pada proses
belajar siswa dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Faktor internal (faktor jasmaniah)
1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan. Proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
sedang tidak baik. Agar seseorang dapat belajar dengan baik
maka

seseorang

tersebut

haruslah

mengusahakan

kesehatannya supaya tetap terjaga.
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah suatu faktor fisik yang kurang sempurna
keadaannya. Keadaan ini mempengaruhi proses belajar.
3) Faktor psikologis
Faktor ini lebih bersifat kejiwaan pada seseorang yang
sedang melakukan proses belajar, diantaranya:
(a) Intelegensi
Kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat.
(b) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada
suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.
(c) Minat
Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai
rasa senang.

(d) Bakat
Kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau beratih.
(e) Motif
Motif erat sekali dengan tujuan yang akan dicapai. Di
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak,
akan tetapi untuk mencapi tujuan itu perlu berbuat,
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah
motif

itu

sendiri

sebagai

daya

penggerak/pendorongnya.
(f) Kematangan
Suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang,
dimana

alat-alat

tubuhnya

sudah

siap

untuk

melaksanakan kecakapan baru.
(g) Kesiapan
Kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
4) Faktor Kelelahan
Kelelahan sangat mempengaruhi proses belajar, karena hal
ini dapat berdampak pada konsentrasi individu tersebut
sehingga perlu diusahakan kondisi yang sehat.

b) Faktor eksternal
1) Faktor keluarga
Cara orang tua mendidik anak di lingkungan keluarga akan
sangat mempengaruhi proses belajar siswa, selain itu
hubungan antara anak dengan orang tua, serta kondisi
maupun suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga tersebut.
(a) Cara orangtua mendidik,

Faktor ini sangatlah penting. Hal ini dipertegas oleh
Sutjipto

Wirowidjojo

menyatakan

bahwa

dengan
:

pernyataan

keluarga

adalah

yang

lembaga

pendidikan yang pertama dan utama. Cara orangtua
mendidik anak-anaknya akan berpengaryhh terhadap
belajarnya.
(b) Relasi antaranggota keluarga
Yang terpenting dari relasi ini adalah relasi orangtua
dan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya
atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut
mempengrauhi belajar anak.
(c) Suasana rumah
Dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian
yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak
berada dan belajar.
(d) Keadaan ekonomi keluarga
Memiliki hubungan dengan belajar anak. Senak yang
sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, fasilitas belajar juga dipenuhi jika keluarga
mempunyai dana.
(e) Pengertian orangtua
Ketika anak belajar tentunya perlu dorongan dan
pengertian dari orangtua. Bila anak sedang belajar
jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadangkadang anak mengalami lemah semangat, orangtua
wajib

memberi

pengertian

dan

mendorongnya,

membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami
anak di sekolah.
(f) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada

anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar
mendorong semangat anak untuk belajar.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa di
antaranya metode mengajar, kurikulum, hubungan guru
dengan siswa, disiplin sekolah, standar pembelajaran,
keadaan gedung, dan tugas rumah.
(a) Metode mengajar
Suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.
Menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo mengajar adalah
menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang
lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan
mengembangkannya.
(b) Kurikulum
Sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adadalh menyajikanbahan
pelajaranagar siswa mampu menerima, menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran itu.
(c) Relasi guru dengan siswa
Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa
akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata
pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebiak-baiknya. Hal tersebut terjadi
sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan
mempelajari

mata

pelajaran

yang

diberikannya,

akibatnya pelajarannya tidak maju.
(d) Disiplin sekolah
Memiliki hubungan erat dengan kerajinan siwa dalam
sekolah dan juga dalam belajar. Semakin staf sekloah
yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin
membat siswa menjadi displin pula.

(e) Alat pelajaran
Memiliki hubungan erat dengan cara belajar siswa,
karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada
waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk
menerima bahan yang diajarkan itu.
(f) Waktu sekolah
Waktu terjadinya proses belajar dan mengajar di
sekolah,

waktu

itu

dapat

dipagi

hari,

disiang,

sore/malam hari
(g) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya,
perlu memberi pelajaran di atsa ukuran satandar.
Aibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut
kepada guru. Guru dalam menuntut penguasaan materi
harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat
tercapai.
(h) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi
karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan
gedung harus memadai di dalam setiap kelas. Jadi
semakin baik keadaan gedung maka semakin baik
siswa dalam memahami pelajaran.
(i) Metode belajar
Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil
belajar siswa. Maka perlu belajar secara teratur setiap
hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara
belajar

yang

tepat

dan

meningkatkan hasil belajar.
(j) Tugas rumah

cukuo

istirahat

akan

Waktu belajar terutama adlaah di sekolah, di samping
untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk
kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan
terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjkana di
rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi
untuk kegiatan yang lain.
3) Faktor masyarakat
Yang termasuk faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar
siswa, di antaranya :
a)

Kegiatan siswa di masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil
bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak
waktu belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak
bijaksana dalam mengatur waktunya.

b) Media masyarakat
Media masyarakat yang baik akan memberi pengaruh yang
baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.
Sebaliknya media masyarakat yang jelek juga berpengaruh
jelek terhadap siswa.
c)

Teman bergaul
Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam
jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik
akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga
sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi
yang bersifat buruk juga.

d) Bentuk kehidupan masyarakat
kehidupan masyarakat yang baik akan memberi pengaruh
yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.

Sebaliknya

kehidupan

masyarakat

yang

jelek

juga

berpengaruh jelek terhadap siswa.
B. Kelas Akselerasi
1.

Dasar Hukum
Program Siswa Cepat atau kelas akselerasi berlandaskan pada
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyatakan sebagai berikut:
a) Pasal 8 ayat 2 yang berbunyi: “bahwa warga negara yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar bisa berhak
memperoleh perhatian khusus”.
b) Pasal 24 yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada suatu
satuan pendidikan mempunyai hak-hak antara lain sebagai
berikut:
Ayat 1 :

mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.

Ayat 2 :

mengikuti program pendidikan yang bersangkutan
atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk
mengembangkan kemampuan diri maupun untuk
memperoleh pengakuan ringkat pendidikan tertentu
yang telah dibakukan.

Ayat 6 :

menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari
waktu yang ditentukan.

2.

Tujuan Program Akselerasi
Ada 2 tujuan yang mendasari dikembangkannya program
percepatan belajar bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan dan
bakat istimewa :
a) Tujuan Umum

1) Memenuhi

kebutuhan

peserta

didik

yang

memiliki

karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan
afektifnya.
2) Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan
pendidikan bagi dirinya sendiri.
3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan
peserta didik.
4) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.
5) Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat
dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.
6) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.
b) Tujuan Khusus
1) Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program
pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya.
2) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran
peserta didik.
3) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang
mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta
didik secara optimal.
4) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan
spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara berimbang.
3.

Pengertian Akselerasi
Pengertian akselerasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) berarti :
a.

Percepatan,

b.

Peningkatan Kecepatan,

c.

Laju perubahan kecepatan
Sedangkan menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik (2004:186)

akselerasi berarti memberi kesempatan kepada siswa yang
bersangkutan untuk naik ke tingkat kelas berikutnya lebih cepat satu

atau dua sekaligus. Hal ini tentu saja tidak dapat dipenuhi bagi
semua siswa yang belajar dan bagi yang mampu merupakan suatu
kesempatan untuk mempercepat studinya di sekolah tersebut
sehingga dapat mempersingkat waktu studinya.
Menurut Dr. E. Mulyasa (2003:161) akselerasi berarti belajar
dimungkinkan untuk diterapkan sehingga siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata dapat menyelesaikan pelajarannya lebih
cepat dari masa belajar yang ditentukan. Akselerasi belajar tidak
sama dengan loncat kelas sebab dalam akselerasi belajar setiap siswa
tetap harus mempelajari seluruh bahan yang seharusnya dipelajari.
Akselerasi dapat dilakukan dengan bantuan modul atau lembar kerja
yang disediakan sekolah. Melalui akselerasi belajar peserta didik
yang berkemampuan tinggi dapat mempelajari seluruh bahan
pelajaran dengan lebih cepat dibandingkan peserta didik yang lain.
Menurut

Mimin

Haryati

(2006:95),

akselerasi

berarti

percepatan belajar sebagai implikasi dari sistem belajar tuntas
(master learning) juga menunjukkan adanya siswa yang memiliki
kecerdasan luar biasa dan mampu mencapai kompetensi yang telah
diterapkan jauh lebih cepat dan mempunyai nilai amat baik (>95)
siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa ini memiliki karakteristik
khusus yaitu tidak banyak memerlukan waktu dan bantuan dalam
menyelesaikan percepatan kompetensi yang telah ditetapkan,
misalnya program remedial dan pengayaan dapat mengganggu
optimalisasi belajarnya.
Dengan menghadapi peserta didik yang demikian, seorang
guru memberikan pelayanan yang terbaik yang seharusnya diberikan
yaitu

progra

akselerasi

(percepatan

belajar),

peserta

didik

menyelesaikan pencapaian kompetensi dasar yang ditentukan dengan
kecepatan luar biasa yang didukung dengan nilai > 95, maka
sebaiknya tidak perlu diberikan pengayaan tetapi langsung
mempelajari kompetensi dasar selanjutnya. Supaya program

akselerasi dapat terlaksana dengan baik maka program pelajaran
perlu dikemas dalam modul-modul atau paket pembelajaran, tanpa
hal ini maka program akselerasi sulit terlaksana.
Akselerasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjalani kurikulum yang ada dengan lebih cepat (Heward,1996).
Terdapat beberapa jenis dari akselerasi, yaitu:
a) Memasuki sekolah formal pada usia dini
b) Loncat kelas
c) Mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi
d) Kurikulum yang dipadatkan atau dipersingkat
e) Memasuki sekolah menengah atas dan universitas secara
bersamaan
f)

Memasuki universitas lebih awal
Menurut Drs. B. Subroto (1997:123) akselerasi dikenal dengan

nama maju berkelanjutan yang artinya adalah sistem administrasi
kurikulum yang memberikan kesempatan pada setiap siswa dapat
mengikuti pelajaran sesuai irama kecepatan belajarnya sendiri. Maju
berkelanjutan dibagi menjadi 3 sistem, yaitu:
a) Maju berkelanjutan kelompok
b) Maju berkelanjutan individu
c) Maju berkelanjutan berdasarkan perbedaan studi
4.

Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi
Program akselerasi dapat diselenggarakan dalam 3(tiga) bentuk
pilihan seperti kelas reguler, dimana siswa yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama-sama dengan siswa
lainnya

di

kelas

rehuler

(model

terpadu/inklusif).

Bentuk

penyelenggaraan pada kelas dapat dilakukan dengan model sebagai
berikut :
a) Kelas reguler dengan kelompok (cluster)

Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
belajar bersama dengan siswa lain (normal) di kelas reguler
dengan kelompok khusus.
b) Kelas reguler dengan pull out
Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler, namun
dalam waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruamg sumber
(ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan
belajar dengan guru pembimbing khusus.
1) Kelas Khusus, dimana siswa yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa dan bakat istimewa belajar
dalam kelas khusus.
2) Sekolah Khusus, dmana semua siswa yang belajar di
sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa.

5.

Lama Belajar
Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar
bagi siswa akselerasi atau yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa lebih cepat dibandingkan dengan siswa reguler. Pada
satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari 6 tahun dapat dipercepat
menjadi 5 tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
masing-masing dari 3 tahun dapat dipercepat menjadi 2 tahun.

6.

Persyaratan Peserta Didik
Siswa yang diterima sebagai peserta program pecerpatan
belajar danalah siswa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Persyaratan Akademis, yang diperoleh dari skor rata-rata nilai
Rapor, Nilai Ujian Nasional, serta Tes Kemampuan Akademis
dengan nilai sekurang-kurangnya 8,00.
b) Persyaratan Psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
psikologis meliputi tes kemampuan intektual umum, tes
kreativitas, an keterikatan pada tugas. Peserta yang lulus tes
psikologis adalah mereka yang memiliki kemampuan intektual
umum dengan kategori jenius (IQ ≥ 140) atau mereka yang
memiliki kemampuan intektual umum dengan kategori cerdas
(IQ ≥ 125) yang ditunjang dengan kreativitas dan keterikatan
terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.
c) Informasi Data Subyektif, yanitu nominasi yang diperoleh dari
diri sendiri (self nomination), teman sebaya (peer nomination),
orangtua (parent nomination), dan guru (teacher nomination)
sebagai

hasil

dari

pengamatan

dari

sejumlah

ciri-ciri

keberbakatan.
d) Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengn surat keterangan sehat
dari dokter.
e) Kesediaan calon siswa dan persetujuan orangtua.
7.

Tenaga Pengajar/Guru
Guru yang mengajar program akselerasi adalah guru-guru
biasa yang juga mengajar di program reguler. Hanya saja
sebelumnya mereka telah dipersiapkan dalam suatu lokakarya dan
workshop sehingga mereka memiliki pemahaman tentang perlunya
layanan

pendidikan

menyusun

Program

bagi

anak-anak

Kerja

Guru

berbakat,

(PKG),

keterampilan

pemilihan

strategi

pembelajaran, penyususnan catatan lapangan, serta melakukan
svaluasi pengajaran bagi Program Siswa Cepat.
8.

Kurikulum

Muatan materi kurikulum untuk program akselerasi tidak
berbeda dengan kurikulum standar yang digunakan untuk program
reguler. Perbedaannya terletak pada penyusunan kembali struktur
program pengajaran dalam alokasi waktu yang lebih singkat.
Program akselerasi ini akan menjadikan kurikulum standar yang
biasanya ditempuh siswa SMU dalam tiga tahun menjadi dua tahun.
Pada tahun pertama, siswa akan mempelajari seluruh materi kelas 1
ditambah dengan setengah materi kelas 2. Di tahun kedua, mereka
akan mempelajari materi kelas 2 yang tersisa dan seluruh materi
kelas 3. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema perbandingan
berikut ini.
Pengaturan kembali program pembelajaran pada kurikulum
standar yang biasanya diberikan dengan alokasi waktu sembilan
cawu menjadi enam cawu dilakukan tanpa mengurangi isi
kurikulum. Kuncinya terletak pada analisis materi kurikulum dengan
kalender akademis yang dibuat khusus. Seperti diketahui, untuk
siswa yang berbakat intelektual dengan keberbakatan tinggi, tidak
semua materi kurikulum standar perlu disampaikan dalam bentuk
tatap muka dan atau dengan irama belajar yang sama dengan siswa
reguler.
Oleh karena itu, setiap guru yang mengajar di kelas akselerasi
perlu terlebih dahulu melakukan analisis materi pelajarn untuk
menentukan sifat materi yang esensial dan kurang. Suatu materi
dikatakan memiliki konsep esensial bila memenuhi kriteria berikut
ini:
a) Konsep dasar
b) Konsep yang menjadi dasar untuk konsep berikut
c) Konsep yang berguna untuk aplikasi
d) Konsep yang sering muncu pada Ebtanas
e) Konsep yang sering muncuk pada UMPTB untuk SMU. Mata
pelajaran yang diidentiikasi sebagai konsep-konseo yang

esensial diprioritaskan untuk diberikan secara tatap muka,
sedangkan

materi-materi

yang

nonesensial,

kegiatan

pembelajarannya dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
mandiri.
9.

Proses Pembelajaran Akselerasi
Proses pembelajaran akselerasi merupakan suatu proses
internalisasi pengetahuan dalam diri individu. Aktivitas belajar akan
berlangsung efektif apabila seseorang yang belajar berada dalam
keadaan positif dan bebas dari tertekan (presure).
Selama ini proses belajar yang berlangsung di sekolah maupun
program-program

pelatihan

yang

diselenggarakan

cenderung

berlangsung dalam suasana yang monoton dan membosankan.
Dalam kondisi ini guru hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke
dalam kepala siswa yang berlaku pasif yang dikenal denga istilah
“pour and snoor”. Materi yang diajarkan hanya diceramahkan tanpa
ada upaya untuk melibatkan potensi siswa untuk berpikir dan
memberi respons terhadap pengetahuan yang ditransfer. Kadangkadang aktvitas belajar disertai dengan ancaman yang membuat
siswa cenderung menjadi tertekan. Aktivitas belajar terpisah ini, jelas
tidak akan membuat pembelajaran (learner) dapat menciptakan
pengetahuan secara optimal.
Agar dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, banyak
perubahan yang perlu dilakukan agar dapat membuat siswa
mengembangkan potensi yang dimilikinya menjadi kompetensu
aktual. Perubahan yang perlu dilakukan mencakup pengayaan
strategi dan metode pembelajaran yang dapat menjadi proses belajar
yang lebih baik bagi semua proses dan praktik pembelajaran, dan
menjadikan semua proses pembelajaran yang menyenangkan (fun)
dan dapat membuat semua siswa berkreasi dengan pengetahuan yang
dipelajarinya.

C. Mata Pelajaran IPS
Mata pelajaran ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial seperti: Sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik,hokum dan budaya (Diknas,2004:3). Ilmu pengetahuan Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan
satu pendekatan indisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial
(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang
memiliki peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik.
Ada tiga tujuan membelajarkan IPS kepada siswa, yaitu agar setiap
peserta didik menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik
berkemampuan berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan
masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan
budaya bangsanya (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2004: 15).
Pada jenjang SMP, pencapaian tujuan yang demikian itu bukan
merupakan pekerjaan yang mudah, karena (1) saat ini mata pelajaran IPS
menjadi pelajaran yang dianggap kurang penting dibandingkan dengan
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya,
seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA; yang
ditunjukkan melalui kenyataan bahwa IPS tidak lagi menjadi mata
pelajaran yang diujikan secara nasional; (2) IPS juga diasumsikan oleh
masyarakat dan kalangan guru sendiri sebagai pelajaran yang tidak
menarik karena hanya bersifat hafalan, kurang menantang untuk berpikir,
sarat dengan kumpulan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data, atau
fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan (Sanjaya, 2008:226);
dan (3) adanya kenyataan bahwa mata pelajaran IPS di beberapa sekolah,
khususnya sekolah-sekolah swasta, terkadang diajarkan oleh guru yang
tidak memiliki basis IPS (Wasino, 2007).

8.

Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan dua
variabel atau lebih. Jadi, hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban
tentatif atas masalah, yang kebenarannya perlu diverifikasi secara empiris.
Berdasarkan apa yang menjadi permsalahan dalam penelitian ini, maka
disusunlah hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis Umum:
“ada pengaruh penerapan Program Akselerasi Terhadap Hasil Belajar Mata
Pelajaran Ips Siswa Smp 3 Pati Kabupaten Pati”
Hipotesis Nol (H0:µ1= µ2) : Tidak terdapat pengaruh penerapan Program
Akselerasi Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Siswa Smp 3 Pati
Kabupaten Pati.
Hipotesis Kerja (Ha:µ1≠ µ2) : Terdapat pengaruh penerapan Program
Akselerasi Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Siswa Smp 3 Pati
Kabupaten Pati.

9.

Tempat Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian adalah di SMP Negeri 3 Pati yang
beralamat di jalan kol. R. Sugiyono no. 17, kabupaten Pati

10. Waktu
Waktu penelitian dimulai pada awal semester dan dilakukan observasi
sampai akhir semester di tahun kedua pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

11. Populasi
Menurut Arikunto (1998:115) populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian. Sugiyono (2009: 61) mengemukakan populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik simpulannya. Dari luasnya definisi populasi, maka penulis
membatasi definisi populasi yang merupakan seluruh unit-unit yang darinya
sampel dipilih, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
akselerasi kelas sekolah bertaraf internasional di SMP Negeri 3 Pati Tahun
Ajaran 2013/2014.
12. Sampel
Menurut Sugiyono (2009: 62), sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sementara teknik sampling
merupakan teknik pengambilan sampel.
Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik nonprobability sampling dengan purposive sampling (pengambilan
sampel tujuan). Purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan
penilaian subjektif peneliti berdasarkan pada karakteristik tertentu yang
dianggap mempunyai kaitan dengan karakteristik yang sudah diketahui
sebelumnya dengan pertimbangan tertentu.
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
IPS siswa kelas VII dan VIII akselerasi. Jumlah siswa kelas VII adalah 16
siswa dan siswa kelas VIII adalah 15 orang. Penulis menetapkan seluruh
anggota populasi dijadikan sampel penelitian.
Sampel penelitian untuk masing-masing kelas secara rinci dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Tabel 1
Penyebaran Anggota Populasi Penelitian
No

Kelas

L

Populasi
P

Jumlah

1.
2.

VII (Akselerasi)
VIII (Akselerasi)
Jumlah

4
6
10

12
9
21

16
15
31

13. Variabel
Masalah yang akan diteliti terdiri atas variabel bebas (X) yaitu program
akselerasi, serta variabel terikat (Y) hasil belajar mata pelajaran IPS,
kemudian akan diteliti apakah terdapat pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Keterkaitan antara variabel bebas dan terikat dalam penelitian
ini digambarkan dalam desain penelitian sebagai berikut:
Tabel 2
Desain penelitian
Variabel bebas
Variabel terikat

Siswa Kelas Akselerasi
(X)

Hasil belajar geografi
Aspek Penguasaan
Konsep dan Penerapan

XY

Konsep (Y)
14. Instrumen
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data. Suharsimi Arikunto (2007: 134) mengemukakan bahwa:
“kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul, ...
menyusun instrumen bagi kegiatan penelitian merupakan langkah penting
yang harus dipahami betul-betul oleh peneliti. Dalam penelitian ini instrumen
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu berupa dokumen studi
dokumentasi. Pada dokumen ini disusun atau ditentukan dokumen-dokumen
apa saja yang diperlukan sebagai sumber data penelitian seperti hasil tes
seleksi, transkrip nilai, laporan hasil belajar (rapor) legger, dan data-data lain
yang diperlukan.

Selain itu juga dibuat pedoman wawancara berupa kisi-kisi atau lembar
wawancara yang berisi catatan apa saja pertanyaan yang akan diajukan
kepada sumber data (terwawancara) mengenai informasi yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Adapun yang menjadi sumber datanya adalah
kepala sekolah SMP Negeri 3 Pati, guru, dan wali kelas yang bersangkutan
dengan variabel penelitian.
15. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian atau untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian yang telah
dinyatakan sebelumnya. Setelah data diperoleh melalui studi dokumentasi dan
wawancara, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel dengan
menggunakan teknik deskriptif dan teknik komparatif.
Metode analisis data yang relevan dalam penelitian ini adalah metode
analisis kuantitatif menggunakan statistik deskriptif dan inferensial.
a.

Statistik Deskriptif
Statistik

deskriptif

digunakan

untuk

mendeskripsikan

data

perolehan prestasi belajar siswa dalam penelitian seperti nilai rata-rata
(Mean), nilai tengah data (Median), nilai modus (Mode), Variansi
(Variance), simpangan baku (Standard Deviation), nilai terendah data
(Minimum) dan nilai tertinggi data (Maksimum).
b.

Statistik Inferensial
Statistik inferensial/ analitik digunakan peneliti untuk menetapkan
sejauh manakah dapat menyimpulkan (menggeneralisasi) hasil penelitian
dari data yang diperoleh dalam kelompok subjek yang terbatas (sampel)

bagi populasi penelitian. Dalam penelitian ini digunakan analisis
inferensial untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak dan
mngukur signifikasni rata-rata antara sampel yang diteliti yaitu dengan
uji-t tepatnya uji-t dua sampel (Independent sample T-Test).