HUKUM KONSTITUSI DI INDONESIA id

HUKUM KONSTITUSI DI INDONESIA
Oleh
Prisca Oktaviani Samosir

A. Latar Belakang

Sejak zaman Yunani Purba istilah konstitusi telah dikenal, hanya konstitusi itu
masih diartikan materiil kaena konstitusi itu belum diletakkan dalam suatu naskah yang
tertulis Ini dapat dibuktikan pada paham Aristoteles yang membedakan istilah Politea
dan nomoi. Politiea diartikan sebagai konstitusi, sedangkan nomoi adalah UndangUndang biasa. Di antara kedua istilah tersebut terdapat perbedaan yaitu bahwa politea
mengandung kekuasaan yang lebih tinggi dari pada nomoi, karena politea mempunyai
kekuasaan membentuk sedangkan pada nomoi kekuasaan itu tidak ada, karena ia hanya
merupakan materi yang harus di bentuk agar supaya tidak bercerai berai.1
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Prancis “constituer” yang berarti
membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksudkan ialah pembentukan suatu
Negara atau menyusun dan meyatakan suatu Negara. 2 Phillips Hood and Jackson
sebagaimana dikutip JimlyAsshiddiqie mengemukakan bahwa konstitusi merupakan: A
body of laws, customs and conventions that define the composition and powers of the
organs of the State and that regulate the relations of the various State organs to one
another and to the private citizen.3
Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah suatu Konstitusi

dalam arti positif, karena ia merupan satu-satunya keputusan politik yang tertinggi yang
dilakukan oleh bangsa Indonesia yang merobah nasibnya dari suatu bangsa yang dijajah

1 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV Sinar Bakti, 1986, hlm. 62.
2 Dahlan Thaib dkk, Teori Hukum dan Konstitusi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 6.
3 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitualisme Indonesia, Jakarta: Konpress, 2005, hlm. 16-17.

menjadi bangsa yang merdeka.4 Hakikat Negara dimaksudkan sebagai suatu
penggambaran tentang sifat daripada Negara. Negara sebagai wadah daripada suatu
bangsa yang diciptakan oleh Negara itu sendiri untuk mencapai cita-cita atau tujuan
bangsanya. Tujuan Negara adalah merupakan kepentingan utama daripada tatanan suatu
Negara.
Pada 17 Agustus 1945, dua hari setelah penyerahan Jepang kepada sekutu dalam
perang Dunia II, bangsa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan. Konstitusi
Indoneisa sebagai suatu “revolusi grondwet”, telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan
“Undang-Undang Dasar” Negara Republik Indonesia. Dari sudut pandangan hukum,
suatu revilusi yang jaya dengan sendirinya merupakan suatu kenyataan yang
menciptakan hukum.5

Apabila suatu Konstitusi telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka
Konstitusi itu bukan saja berlaku dalam ari hukum (legal), tetapi juga merupakan suatu
kenyataan (reality) dalam arti sepenuhnya diperlukan dan effektif. Oleh karenanya perlu
diketahui bagaimana hukum Konstitusi yang berada di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis merumuskan masalahnya
yaitu “ Bagaimanakah Hukum Konstitusi yang berada dan berlaku di Indonesia ?”.

4 Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op.cit., Hlm. 71.
5 Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Jakarta: Aksara Baru, 1981, hlm. 13.

C. Pembahasan
1. Norma Dasar dan Konstitusi Indonesia
Tata urutan norma hukum Indonesia jika dilihat dari teori norma hukum Hans
Nawiasky menempatkan Pancasila sebagai norma fundamental atau norma dasar Negara
yang merupakan norma hukum tertinggi. Pembentukan norma hukum berakhir pada
suatu norma dasar yang paling tinggi sehingga menjadi norma dasar tertinggi dari
keseluruhan tata hukum yang membentuk kesatuan tata hukum.
Hans Nawiasky mengembangkan teori dari Hans Kelsen dengan mengaitkan

dengan norma hukum dalam suatu Negara. Menurut Hans Nawiasky seperti yang
dikutip Maria Farida Indrati S, dalam bukunya menyatakan bahwa selain norma itu
berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis norma hukum suatu Negara juga berkelompokkelompok dan pengelompokan norma hukum dalam suatu Negara itu terdiri atas empat
kelompok besaryaitu:
Kelompok I

: Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara

Kelompok II : Staatsgrundgesetz (Aturan Dasar Negara / Aturan Pokok
Negara)
Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-Undang Formal)
Kelompok IV : Verordnung & Autonome Satzung (Aturan Pelaksana & Aturan
Otonom)6

2. Fungsi Konstitusi dalam Pembentukan Negara Indonesia
Konstitusi dengan istilah lain Constitution atau Verfasung dibedakan dari
Undang-Undang Dasar atau Grundgesetz. Herman Heller membagi Konstitusi itu dalam
tiga pengertian sebagai berikut:
1. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan (Die politische Verfassung als gesellschaftliche Wirklichkeit) dan ia belum

6 Maria Farida Indarti, Hukum Perundang-Undangan, hlm. 45

merupakan Konstitusi dalam arti hukum (ein Rechtsverfasssung) atau dengan
perkataan lain Konstitusi itu masih merupakan pengertian sosiologis atau politis dan
belum merupakan pengertian hukum.
2. Baru setelah orang mencari unsur-unsur hukumnya dari konstitusi yang hidup dalam
masyarakat itu untuk dijadikan sebagai suatu kesatuan kaidah hukum, maka
Konstitusi itu disebut Rechtvarssung (Die verselbstandigte Rechtverfassung).
3. Kemudian orang mulai menulisnya dalam suatu naskah sebagai Undang-undang
yang tertinggi yang berlaku dalam suatu Negara.7
Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan PPKI sehari setelah Proklamasi
kemerdekaan merupakan revolutie grondwet yang menentukan kehadiran Indonesia
sebagai Negara berdaulat. Dalam pengertian tersebut, UUD 1945 menurut Wirjono
Prodjodikoro merupakan permulaan dari segala macam peraturan yang pokok mengenai
sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar yang bernama Negara
Indonesia.8
Sejalan dengan itu, UUD 1945 menggunakan pendekatan stufenbau teori Hans
Kelsen merupakan Staatfundamentalnorm dan rechtidee yang di dalamnya termuat
pernyataan politik dan moral bangsa, juga cita serta tujuan Indonesia berbangsa dan
bernegara.9

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia adalah suatu naskah yang
singkat. Ia hanya berisi prinsip-prinsip umum serta menyerahkan pengaturan
selanjutnya kepada perundang-undangan yang lebih rendah. Banyak hal-hal yang sangat
penting mengenai pemerintahan yang tidak disuratkan ataupun tersirat dalam UndangUndang Dasar 1945, bahkan hal-hal yang dicantumkan di dalamnya seringkali
dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat berarti dua macam. Keadaan ini bukan saja
dapat dimengerti, bila orang mengetahui dalam suasana apa pembuatan naskah UndangUndang Dasar itu terjadi.10
7 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op.cit., hlm, 65.
8 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara di Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1977, hlm.
10
9 Armen Yasir, Hukum Perundang-undangan, Bandar Lampung: Penerbit Uniiversitas Lampung, 2007,
hlm. 75
10 Ismael, Op.cit., hlm. 13

Kedudukan konstitusi merupakan elemen esensial dalam sebuah negara. Tidak saja
karena konstitusi memberikan penegasan atas kedudukan dan relasi yang amat kuat antara
rakyat dan penguasa. Menurut Steenbeek, sebagaimana dikutip oleh Sri Soemnatri, UUD
berisi tiga pokok materi muatan, yakni pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi
manusia dan warganegara ; kedua ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang
bersifat fundamental; dan ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan
yang juga bersifat fundamental.11


3. Perubahan Konstitusi dan Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Dalam perubahan suatu konstitusi digolongkan menjadi dua, yakni flexible atau
rigid yang merupakan sifat siatu Konstitusi, yang dalam bahasa Indonesia dapat
diterjemahkan dengan luwes atau kaku. Yang menentukan suatu Konstitusi bersifat
flexible atau rigid dapat dipakai ukuran sebagai berikut:
1. cara merubah konstitusi;
2. apakah Konstitusi itu mudah atau tidak mengikuti perkembangan zaman.
Setiap konstitusi yang tertulis mencantumkan pasalnya tentang perubahan. Inilah
yang disebut konstitusi bersifat flexible. Sebaliknya ada pula Konstitusi yang
menetapkan syarat perubahan dengan cara istimewa, umpamanya perubahan itu harus
disetujui lebih dahulu oleh kedua perwakilannya, Tidak dituangkan secara tertulis
kedalam konstitusi cara perbuahan konstitusi tersebut, Konstitusi inilah yang bersifat
rigid.12
C.F. Strong menjelaskan bahwa perubahan konstitusi dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. oleh kekuasaan legislative, tetapi dengan pembatasan-pembatasan tertentu;
2. oleh rakyat melalui suatu referendum;
3. oleh sejumlah Negara bagian – khusus untuk Negara serikat
4. dengan kebiasaan ketatanegaraan, atau oleh suatu lemabag Negara yang khusus yang

dibentuk hanya untuk keperluan perubahan13
11 Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Medan: Kencana, 2005, hlm. 93.
12 Moh. Kusnardi, Op.cit., hlm. 77.
13 Sri Soemantri , Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Bandung: Alumni, 1979, hlm. 69.

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Konstitusi (UndangUndang Dasar) yang pernah berlaku, yaitu:
1. UUD 1945, yang berlaku pada 17 Agustus 1945- 27 Desember 1949
2. Konstitusi RIS, yang berlaku pada 27 Desember 1949- 17 Agustus 1950
3. UUDS 1950, yang berlaku pada 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959, dan
4. UUD 1945 yang berlaku setelah adanya Dekrti Presiden 5 Juli 1959 sampai sekarang. 14

Ketika

masih

pembahasan

naskah

persiapan


oleh

Panitia

Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno sebagai Ketua
menyebutkan bahwa:
“… Undang-Undang Dasar Sementara yang buat sekarang ini, adalah UndangUndang Dasar sementara. Kalau boleh saya memakai perkataan: ini adalah UndangUndang Dasar kilat. Nanti kalau kita telah bernegara di dalam suasana yang lebih
tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Perwakilan Rakyat yang
dapat membuat Undang-Undang Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna.
Tuan-tuan mengerti, bahwa ini adalah sekedar Undang-Undang Dasar
Sementara, Undang-Undang Dasar kilat, bahwa barangkali boleh dikatakan pula, inilah
revolutie grondwet.15
4. Sistem Dasar Penyelenggaraan Negara
Di dalam konstitusi dinayatakan dengan tegas pemisahan antara kekuasaan
legislative dan kekuasaan eksekutif, yang satu sama lain tidak dapat mempengaruhi.
Dalam system pemerintahan presidensial pelaksanaan pemerintahan diserahkan kepada
presiden,


sedangkan

kekuasaan

kehakiman/pengadilan

menjadi

tanggungjawab

Mahkamah Agung. Kekuasaan membuatu Undang-undang berada pada DPR.
Dalam system praktek ini ada yang mengembangkan ajaran Trian Politica
Monteswuieu secara murni dengan separation of power, seperti di Amerika. Praktek
14 Majda El-Muhtaj, Op.cit.
15 Muhtadi, “Menuntaskan Perubahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945”, Jurnal Konstitusi, Vol III,
No 2, November 2011, hlm. 28

bertujuan agara diantara ketiga kekuasaan tersebut selalu terdapat keseimbangan dalam
keadaan tertentu. Secara presidensial diterapkan di Indonesia tidak murni menganut

Trias Politica karena selain kekuasaan tersebut masih ditambah keuasaan konstitutif
(MPR), eksaminatif/inspektif (BPK), konsultatif (DPA) dengan system pembagian
kekuasaan.
Sistem pemerintahan presidensil mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
a. dikepalai

seorang presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif (kepala

pemerintahan sekaligus kepala Negara)
b. kekuasaan eksekutif presiden dijalankan berdasarkan kedaulatan rakyat yang dipilih
rakyat dengan atau tanpa badan perwakilan.
c. Presiden mempunyai hak prerogative untuk mengangkat dan memberhentikan para
meneteri yang memimpin departemen/ non departemen.
d. Menteri hanya bertanggung jawab kepada Presiden, bukan kepada DPR
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Karena, antara presiden dan DPR
tidak dapat saling menjatuhkan dan membubarkan.16

5. Negara Hukum dan Demokrasi
Negara hukum selalu dihubungkan dengan Negara demokrasi (democrative rech
staat). Ciri pokok dalam Negara demokrasi yang berdasarkan hukum, bukan Negara

hukum yang demokratis. Ciri-ciri utama dari Negara demokrasi yang berdasarkan
hukum adalah:
1. Kekuasaan tertinggi bersumber dari rakyat: yang dengan sendirinya menimbulkan
pemerintahan oleh rakyat,
2. Negara berdasarkan asas demokrasi,
3. Adanya lembaga perwakilan.

16 Yulia Neta, Hukum Ilmu Negara, Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung, 2011,
hlm. 110

Paham yang menghadirkan unsur hukum dalam menjaga akses pelaksanaan demokrasi
tersebut adalah konstitusionalisme. Negara Indoneisa adalah demokrasi berdasarkan
hukum.17
Negara hukum adalah suatu Negara yang bekerja berlandaskan pada UndangUndang Dasar (UUD) atau konstitusi dan berdasarkan tata tertib hukum yang sesuai
dengan pendapat, kehendak dan kepentingan umum. Hans Kelsen mengatakan bahwa
Negara itu suatu ketertiban kaedah (norma-ordering), ketertiban Negara (staatsorde)
adalah personifikasi dari ketertiban hukum (rechtsorde), karena itu Negara dan hukum
adalah dua pengertian yang identik18
Bila kita bicara tentang cita hukum dari Republik Indonesia yang
diproklamasikan 17 Agustus 1945, suatu republic kerakyatan (demokratis) yang
didirikan oleh pejuang-pejuang bangsa dengan semboyan “… dari rakyat, oleh rakyat,
untuk rakyat”. Cita-cita ini dirumuskan secara singkat bahwa Negara Republik
Indonesia adalah Negara hukum. Cita hukum Negara Republik Indonesia didirikan tidak
saja untuk mengakhiri penjajahan, tetapi juga untuk mencegah terulangnya penderitaan
masyarakat terjajah yang dicirikan oleh eksploitasi manusia, penindasan dan
penyalahgunaan kekuasaan.19
Yang pertama adalah bahwa dalam Negara hukum, kekuasaan itu tidak tanpa
batas, artinya kekuasaan itu tunduk pada hukum. Secara popular dikatakan bahwa
Negara hukum adalah Negara berdasarkan atas hukum, dan kekuasaan harus tunduk
pada hukum. Kedua, dalam Negara hukum semua orang sama di hadapan hukum.
Berarti bahwa hukum memperlakukan semua orang sama tanpa perbedaan yang
didasarkan atas ras (kerutunan), agama, keududkan sosial dan kekayaan.20
Perumusan hak dan kedudukan warga Negara di hadapan hukum ini merupakan
penjelmaan dari salah satu sila Negara Republik Indoneisa yakni sila keadilan sosial.
Dengan demikian, kedudukan seorang warga Negara dalam hukum di Indoneisa yang
17 Yulia Neta, Op.cit., hlm. 89.
18 Ibid, hlm. 123.
19 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan: Kumpulan Karya Tulis,
Bandung: PT Alumni, 2006, hlm. 179.
20 Ibid

merupakan republic yang demokratis berlainan sekali dengan Negara yang berdasar
supremasi rasial, maupun berdasarkan kapitalis.21
Pengertian demokrasi adalah suatu pemerintahan di mana rakyat ikut serta
memerintah (mederegeren), baik secara langsung yang terdapat pada masyrakatmasyarakat yang masih sederhana (demokrasi langsung), maupun secara tidak langsung
karena rakyat diwakilkan (demokrasi tidak langsung) yang terdapat dalam negaranegara modern termasuk Negara Indonesia. Azas demokrasi yang hidup di Indonesia
ialah kekeluargaan untuk mengabdi kepentingan bersama dalam mencapai tujuan yang
sama.22 Model demokrasi Indonesia adalah permusyawaratan untuk mencapai mufakat
bukan perhitungan suara sebagaimana model demokrasi barat.23
Sehingga demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah,
sedangkan hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna. Menurut Franz Magnis
Suseno, “Demokrasi yang bukan Negara hukum bukan demokrasi dalam arti
sesungguhnya. Demokrasi merupakan cara paling aman untuk mempertahankan control
atas Negara hukum”.24

D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan

21 Ibid.
22 Moh. Kusnardi, Op, cit., hlm. 19
23 Ismaeil Suny, Op.cit.,hlm. 223-224
24 Franz Magis Suseno , Mencari Sosok Demokrasi, Sebuah Telaah Filosofis, Jakarta: Gramedia, 1997,
hlm. 58

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan yaitu Kedudukan konstitusi merupakan
elemen esensial dalam sebuah negara. Tidak saja karena konstitusi memberikan penegasan
atas kedudukan dan relasi yang amat kuat antara rakyat dan penguasa. UUD berisi tiga
pokok materi muatan, yakni pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan
warganegara ; kedua ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
fundamental; dan ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang
juga bersifat fundamental.
2. Saran
Penulis menyarankan agar Konstitusi yang berlaku di Indonesia yaitu UndangUndang Dasar 1945 yang telah dibentuk oleh para pendiri Negara ini dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya untuk tercapainya cita-cita bangsa yang tertuang dalam konstitusi itu
sendiri.