Laporan Observasi IPS di SD

LAPORAN OBSERVASI IMPLEMENTASI PERENCANAAN, MODEL, DAN EVALUASI PEMBELAJARAN IPS DI SDN 1 TANGGULANGIN KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH T.P. 20132014

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Pembelajaran IPS

Dosen Pengampu: Tusriyanto, M.Pd.

Disusun Oleh:

  1. Diah Woro Kurniasih

  2. Fandi Israwan

  3. Fathi Falaha Zauma

  4. Liya Masda Mayasari

  5. Novita Hidayati

Kelas: B PGMI IV SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

  Semoga berkah dan keselamatan tercurah kepada kita semua. Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, telah memberikan kemudahan dan kelancaran dari persiapan, proses observasi, analisis, hingga terselesaikannya penyusunan laporan observasi ini.

  Kami ucapkan terimaksih kepada semua pihak yang membantu dan terlibat selama kegiatan observasi ini dilaksanakan, diantaranya Kepala SDN 1 Tanggulangin Kecamatan Punggur, beserta dewan guru yang menjadi obyek pengamatan. Tidak lupa diucapkan terimakasih kepada Bapak Tusriyanto, M.Pd selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Metode Pembelajaran IPS yang telah memberikan bimbingan dan arahansaat sebelum pelaksanaan observasi, hingga terselesaikannya penulisan laporan kegiatan observasi ini.

  Penulis berharap agar penyusunan laporan observasi ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berkaitan dengan penerapan proses pembelajaran IPS di kelas, terutama untuk jenjang pendidikan dasar. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan observasi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengundang saran, kritik, serta masukan dari pembaca sekalian.

  Metro, Mei 2014

  Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Di dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak terlepas dari hal-hal yang bersifat menyeluruh seperti merencanakan, melaksanakan, sampai dengan monitoring dan evaluasi. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar suatu mata pelajaran, langkah yang harus dilakukan guru adalah melakukan analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga dapat dirumuskan tujuan pembelajaran dan dikembangkan bahan ajarnya, kemudian dikembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan dipilih strategi yang tepat sesuai dengan tujuan, isi serta suasanan belajar yang dihadapi peserta didik. Kemudian penutup, yang didalamnya mencakup evaluasi, baik evaluasi terhadap proses pembelajaran maupun hasil belajarnya, dan hasilnya menjadi masukan untuk perencanaan pembelajaran berikutnya.

  Salah satu mata pelajaran di tingkat SDMI yang perlu ditingkatkan kegiatan pembelajarannya oleh guru demi memenuhi kebutuhan keilmuan di bidang sosial peserta didik adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS tidak dapat dilepaskan dari interaksi fungsional perkembangan masyarakat Indonesia dengan sistem dan praktis pendidikannya. Maka kini pembelajaran IPS di SDMI adalah suatu fondasi besar yang memperkokoh IPS di sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Hanya saja dengan berbagai keterbatasan kini IPS menjadi pelajaran yang sangat tidak menarik dan membuat mengantuk. Karena pelajaran IPS diparadigmakan sebagai pembelajaran dalam sebagian ranah kognitif saja yaitu menghafal, padahal IPS adalah pengetahuan yang luas dan tidak mengandung paradigma yang sesempit itu.

  Perlu adanya suatu perbaikan dalam pembelajaran IPS di SDMI. Masih banyak sekali aspek-aspek yang harus kita perbaiki seperti model dan metode yang kurang tepat atau sikap-sikap guru yang tidak sesuai dengan keterampilan-keterampilan IPS yang akan diajarkan, maupun hasil evaluasi yang kurang memuaskan.

  Berangkat dari berbagai permasalahan yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran maka penulis melakukan pengamatanobservasi mengenai implementasi pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri 1 Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 20132014.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dijawab dalam observasi ini adalah “Bagaimanakah implementasi pembelajaran IPS di SDN 1 Tanggulangin Kecamatan Punggur?”

C. Tujuan Kegiatan Observasi

  Observasi dilakukan melalui pengamatan pada saat guru melaksanakan KBM. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk melakukan pengamatan implementasi pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri 1 Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 20132014.. Hasil pengamatan didiskripsikan untuk dianalisis terkait dengan kegiatan pembelajaran serta permasalahan yang muncul.

D. Ruang Lingkup Kegiatan Observasi

  Observasi yang dilakukan dibatasi pada pelaksanaan pembelajaran IPS dalam satu kali tatap muka, bukan observasi secara keseluruhan (whole-listic). Hal ini dimaksudkan agar observasi terfokus untuk mengidentifikasi dan menganalisis proses pembelajaran IPS yang dilakukan dalam satu kali tatap muka yang dimulai dengan kegiatan membuka hingga menutup atau mengakhiri pelajaran yang berkaitan dengan model pembelajaran sampai evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPS yang diobservasi.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Perencanaan Pembelajaran

  Murdick and Ross (1982) menyatakan ”planning is a thought that procedure the action; it involves development and selection from alternatives as the necessary course of action to achieve an objective”. Artinya: Perencanaan merupakan pemikiran yang mendahului tindakan, mencakup pengembangan dan pemilihan alternatifalternatif tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Nana Sujana (1988) mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran adalah memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM). Yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan menetapkan) komponenkomponen pengajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara pencapaian kegiatan (metode dan teknik) serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis.

  R. Ibrahim (1993) menyatakan secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai tujuan tersebut, materi bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan. Gambaran aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau dalam rumusan kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang terdapat dalam perencanaan pengajaran. Kegiatan belajar mengajar yangdirumuskan oleh guru harus mengacu pada pada tujuan pembelajaran ,sehingga perencanaan pengajaran merupakan acuan yang jelas, operasional, sistematis, sebagai acuan guru dan siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku.Tujuan perencanan pembelajaran diantaranya,

  1. Menjabarkan kegiatan dan bahan yang akan disajikan guru dalam

  pengajaran.

  2. Memberikan arah dan tugas yang harus ditempuh dan dilaksanakan

  guru dalam pengajaran.

  3. Mempermudah guru dalam melaksanakan tugasnya.

  4. Menumbuhkan rasa percaya diripada guru dalam

  melaksanakantugasnya.

  5. Menjamin kontinuitas bahan pelajaran dalam pengajaran.

B. Hakikat Model Pembelajaran

  1. Pendekatan Pembelajaran

  Pendekatan pembelajarandapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

  2. StrategiPembelajaran

  Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan dalam pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Dalam pengertian sempit bahwa istilah strategi itu sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pengertian luas sebagaimana dikemukakan Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

  a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil

  (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

  b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic

  way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

  c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps)

  yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

  d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan

  patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

  Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

  a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni

  perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

  b. Mempertimbangkan

  pembelajaran yang dipandang paling efektif.

  c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau

  prosedur, metode dan teknik pembelajaran.

  d. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran

  keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Sementara itu, Kemp (Wina Sanjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

  Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Sanjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaransifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Sanjaya (2008).

  3. MetodePembelajaran

  Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran.

  Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab secara umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari kata method (Inggris), artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memeroleh sesuatu.

  Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa pengertian metodepada prinsipnya sama yaitu merupakan suatu cara dalam rangka pencapaian tujuan, dalam hal ini dapat menyangkut dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun keagamaan. Unsur–unsur metode dapat mencakup prosedur, sistimatik, logis, terencana dan aktivitas untuk mencapai tujuan. Adapun metode dalam pembahasan ini yaitu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistimatik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak dapat lepas dari interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar, sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.

  Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan

  Berdasarkan hal tersebut maka kedudukan metode dalam pembelajaran mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam:

  a. Pemberian dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar

  dalam rangka memberikan dorongan kepada warga belajar untuk terus mau belajar.

  b. Pengungkap tumbuhnya minat belajar, yaitu cara dalam

  menumbuhkan rangsangan untuk tumbuhnya minat belajar warga belajar yang didasarkan pada kebutuhannya.

  c. Penyampaian bahan belajar, yaitu cara yang digunakan sumber

  belajar dalam menyampaikan bahan dalam kegiatan pembelajaran.

  d. Pencipta iklim belajar yang kondusif, yaitu cara untuk

  menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi warga belajar untuk belajar.

  e. Tenaga untuk melahirkan kreativitas, yaitu cara untuk

  menumbuhkan kreativitas warga belajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

  f. Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, yaitu cara untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.

  g. Pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar, cara untuk

  untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.

  Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengankata lain, strategi merupakan “a plan of operation Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengankata lain, strategi merupakan “a plan of operation

  4. TeknikPembelajaran

  Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

  Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam

  5. Model Pembelajaran

  Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

  Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

  Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

  Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang

C. Hakikat Evaluasi

  Anas Sudiono mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evaluation”, akar katanya value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Menurut A. Fajar, evaluasi dapat diartikan sebagai usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses yang dilakukan oleh seseorang. Berdasarkan pendapat tersebut, evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas berbagai komponen berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggungjawaban peserta didik dalam melaksanakan tugas belajarnya.

  Evaluasi dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio dan penilaian diri. Tes dalam kegiatan evaluasidapat dilakukan dalam dua bentuk yakni pre-test dan post- test. Menurut jenisnya, evaluasi dibedakan menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa.

D. Teori Pembelajaran Sosial

  Nur (1997) menyatakan Bandura berpendapat bahwa apa yang kita ketahui dapat lebih banyak daripada apa yang kita perlihatkan. Pebelajar dapat saja memahami bagaimana masalah-masalah sosial yang ditawarkan dalam IPS namun kinerja yang jelek pada saat tes karena ia gugup atau sakit atau salah membaca soal dapat mempengaruhi hasil. Sementara pebelajar dapat saja telah memahami suatu materi, namun pengalaman ini dapat terdemonstrasikan sampai situasinya memungkinkan. Oleh karena itu, dalam teori kognitif sosial, dua-duanya faktor internal dan eksternal itu penting. Segala sesuatu yang terjadi di sekitar lingkungan sosial, faktor-faktor pribadi (seperti berpikir dan motivasi), dan perilaku dipandang saling berinteraksi, masing-masing faktor saling mempengaruhi dalam proses pembelajaran.

BAB III METODE PENGAMATAN

A. Pelaksanaan Observasi

  1. Tempat Pelaksanaan

  Kegiatan observasi dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah (lampiran 1). Kegiatan ini diawali dengan meminta izin kepada kepala sekolah yang dilakukan pada 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan kegiatan observasi. Pada awalnya observer merencanakan melakukan pengamatan di Kelas I-

  V, dan kepala sekolah mengizinkan hal tersebut. Namun dikarenakan suatu hal, pada saat pelaksanaan kegiatan observasi hanya dapat dilakukan di 2 (dua) kelas, yaitu di Kelas IV dengan jumlah 30 siswa dan Kelas V dengan jumlah 26 siswa.

  2. Waktu Pelaksanaan

  Observasi dilaksanakan pada hari Jumat, 25 April 2014, selama satu kali tatap muka pada jam ke 3 dan 4, yakni pada pukul 09.10-10.30. kegiatan ini dilaksanakan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 20132014.

B. Metode Pengumpulan Data

  1. Metode Observasi

  Dalam observasi yang dilaksanakan secara berkelompok ini pada awalnya membatasi ruang lingkup kegiatan observasi pada pengamatan pembelajaran di kelas dengan metode non partisipate obsevation, yang kemudian berkembang menjadi partisipate observation. Non partisipate observation adalah kegiatan pengamatan, dimana observer berdiri sebagai ‘orang luar’ dalam kegiatan observasi yang dilakukan. Kelompok observer hanya melihat, mengamati, mencatat, dan membuat dokumentasi observasi. Sedangkan partisipate observation adalah kegiatan pengamatan dimana pengamat selain mengamati situasi yang terjadi, juga melakukan keterlibatan langsung dalam latar yang diamati. Partisipate observation dilakukan setelah mendapat ijin dari guru bersangkutan.

  Keterlibatan observer dalam kegiatan pembelajaran dilakukan seminimal mungkin agar tidak mempengaruhi arah proses pembelajaran yang mengacu pada teori belajar tententu. Dilihat dari porsi intensi dan eksistensi observer dengan keterlibatan observer secara minimal merupakan kategori surface observation.

  Selama melakukan pengamatan, observer berpedoman pada instrumenkisi-kisi pengamatan yang meliputi kegiatan dari awal merencanakan sampai melakukan evaluasi dan memberikan umpan balik terhadap hasil evaluasi (lampiran 2).

  2. InterviewWawancara

  Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung atau dengan cara tanya jawab dengan kepala sekolah, beberapa guru kelas, dan beberapa siswa kelas IV dan V mengenai pendapat mereka tentang pembelajaran IPS SD dan beberapa kendala-kendala yang dihadapi ketika proses mengajar belajar di SDN 1 Tanggulangin.

  Wawancara yang digunakan termasuk jenis wawancara tidak terstruktur, dimana observer tidak menggunakan pedoman wawancara yang sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

  3. Kesulitan dan Hambatan Observasi

  Dalam observasi yang dilakukan, guru kelas IV dengan jujur menyampaikan bahwa, yang bersangkutan belum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga pada bagian lampiran laporan ini, tidak terdapat RPP untuk Mata Pelajaran IPS Kelas IV, hanya RPP Kelas V yang dilampirkan (lampiran 3). RPP memiliki fungsi penting dalam kegiatan pembelajaran, karena deskripsi mengenai persiapan – pelaksanaan – penilaian proses pembelajaran tercantum dalam RPP. Namun demikian, hal ini tidak menjadi permasalahan yang signifikan dalam kegiatan observasi yang dilakukan. Oleh karenanya, dalam hasil observasi kelompok ini, penjabaran RPP tidak berasal dari RPP yang Dalam observasi yang dilakukan, guru kelas IV dengan jujur menyampaikan bahwa, yang bersangkutan belum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga pada bagian lampiran laporan ini, tidak terdapat RPP untuk Mata Pelajaran IPS Kelas IV, hanya RPP Kelas V yang dilampirkan (lampiran 3). RPP memiliki fungsi penting dalam kegiatan pembelajaran, karena deskripsi mengenai persiapan – pelaksanaan – penilaian proses pembelajaran tercantum dalam RPP. Namun demikian, hal ini tidak menjadi permasalahan yang signifikan dalam kegiatan observasi yang dilakukan. Oleh karenanya, dalam hasil observasi kelompok ini, penjabaran RPP tidak berasal dari RPP yang

  

  Refleksi yang dimaksud adalah penjabaran proses pembelajaran yang akan dideskripsikan secara runtut, sistematis, dan lengkap sebagaimana pengamatan yang dilaksanakan. Ini berarti ada peleburan istilah, bukan RPP (bukan rencana) tetapi pelaksanaan pembelajaran yang dideskripsikan secara naratif. Harapannya agar laporan observasi ini tersusun secara lengkap, disamping memudahkan kelompok observer dalam melakukan analisis yang dikaitkan dengan aplikasi teori belajar.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi

  1. Kurikulum

  Secara umum kurikulum yang dipakai disekolah masih menggunakan copy paste dari BNSP sehingga tidak ada pengembangan sama sekali hal ini sangat merugikan sebab indicator yang seharusnya dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah namun pada kenyataanya hal itu tidak dilakukan sehingga kegiatan pembelajaran terkesan memaksakan sehingga hasilnya tidak dapat maksimal.

  KTSP merupakan konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah, dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisien pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan masyarakat dan menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, industry dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. KTSP member peluang kepada Kepala Sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi disekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial yang muncul dari aktivitas, kreativitas, profesionalisme yang dimiliki. Dengan otonomi sekolah diharapkan dapat melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif sehingga sekolah dituntut memiliki tanggung jawab yang tinggi baik kepada orang tua, masyarakat maupun pemerintah. KTSP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan Negara. Namun pelaksanaan KTSP mata pelajaran IPS yang diberlakukan sejak tahun 2006 menimbulkan berbagai permasalahan di lapangan. Masalah-masalah tersebut adalah: Pelaksanaan Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat beberapa hal yang patut dicermati yaitu :

  Pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah terdapat keragaman, khususnya keragaman dalam pelaksanaan di setiap jenjang. Berbagai Pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah terdapat keragaman, khususnya keragaman dalam pelaksanaan di setiap jenjang. Berbagai

  yang kurang menguasai hal tersebut.

  2. RPP

  Belum semua guru dalam melakukan tugas mengajar malakukan persiapan secara maksimal terutama dalam penulisan RPP, sebagian besar masih menggunakan RPP cetakan sehingga ada kejanggalan antara Kurikulum dan RPP yang digunakan kadang tidak sama, kurangnya persiapan dalam mengajar karena belum semua guru menguasai penulisan RPP secara benar. Tuntutan KTSP yang harus memperlihatkan situasi dan kondisi sekolah atau daerah semestinya menjadi bahan dalam materi pelajaran. Hal ini terjadi dikarenakan perumusan indikator dan tujuan belum dirumuskan sendiri oleh guru. Ada kecenderungan, guru-guru membuat indikator mengcopy dari buku teks. Selain itu guru harus bisa membedakan rumusan indikator dan tujuan, sehingga tidak rancu dalam merumuskan silabus dan RPP.

  3. Prosespembelajaran

  Aktivitas pembelajaran kurang variatif metode yang digunakan rata- rata metode ceramah, diskusi ada kecenderungan bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran hafalan. pemahaman seperti ini berakibat pada pembelajaran yang lebih menekankan pada verbalisme. Guru dalam menerapkan metode pembelajaran lebih menekankan pada metode yang lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Perlunya inovasi dan kreatifitas pembelajaran dari guru agar metode pembelajaran yang dilakukan hendaknya yang menuntut berbagai jenjang kemampuan siswa. Jenjang kemampuan siswa yang dituntut tidak hanya pada level yang rendah (menghafal). Berbagai keterampilan berpikir dapat dikembangkan, berpikir kritis, melakukan penelitian atau opserfasi, sehingga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dapat berkembang.

  4. Sarana Pembelajaran

  Sarana pembelajaran sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS. Pada umumnya sarana untuk mendukung pembelajaran

  IPS masih sangat minim kalau toh ada tinggkat pemanfaatanya masih relative rendah, guru masih kurang maksimal dalam memanfaatkan alat peraga yang ada, alat peraga sangat penting untuk membantu keberhasilan proses KBM karena dengan adanya sarana pembelajaran yang baik maka pembelajaran IPS dapat melihat realitas kehidupan sehari-hari yang merupakan suatu fenomena social agar pelajaran IPS tidak lagi dipahami sebagai mata pelajaran hafalan. Untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelajaran maka sebaiknya guru dapat menggunakan sarana pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar. Maka model pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih melihat kepada apa yang dapat dilihat langsung oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Model seperti ini dikenal dengan istilah Contextual Teaching Learning (CTL).

B. Deskripsi Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN 1 Tanggulangin

  1. Perencanaan Pembelajaran

  Pada observasi yang saya lakukan di SDN Tanggulangin kelas IV Guru tidak memformulasikan tujuan pembelajarannya dalam RPP yang seharusnya disesuaikan dengan kurikulumsilabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik, hal ini saya ketahui ketika saya mencoba menanyakan langsung kepada pengajar kelas empat tersebut dan beliau menjawab “Saya tidak membawa dan tidak mempersiapkan RPP dalam pembelajaran pada setiap harinya”.

  Pembelajaran berlangsung dengan sederhana dan apa adanya karena guru tidak menyusun bahan ajar secara runtut, logis, kontekstual dan mutakhir, termasuk cepat lambatnya kemampuan siswapun kurang diperhatikan oleh guru padahal dalam suatu kelas kemampuan siswa pasti berbeda dari satu siswa dengan siswa yang lain.

  Bahan ajar yang digunakan oleh gurupun terlihat tidak bervariasi, karena saya melihat guru kelas IV tersebut hanya mengandalkan satu buku cetak dan hanya menggunakannya secara monoton, dan para siswa terlihat tidak semuanya memiliki buku pegangan peserta didik berupa buku yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari.

  Strategi, metode, pendekatan, media yang digunakan dalam proses pembelajaran dikelas tersebut menurut saya kurang efektif dan menarik, guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa dan menggunakan media gambar itupun gambaran yang digambar sendiri oleh guru mata pelajaran tersebut di papantulis. Padahal menurut saya bila pembelajaran yang berlangsung tersebut menggunakan cara pembelajaran yang lebih menarik siswa akan lebih aktif dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung, karena saya melihat siswa merespon pembelajaran dengan baik walaupun dengan strategi, metode, pendekatan, media yang sangat sederhana tersebut.

  2. PelaksanaanKegiatan

  Pada awal permulaan dimulainya pembelajaran guru tidak melakukan runtutan proses awal pembelajaran seperti apersepsi dan motivasi karena guru dari pembukaan pembelajaran langsung kepembelajaran inti yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

  Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPS tersebut sudah terlihat baik, karena guru dapat menjelaskan dengan baik kepada siswa, guru dapat menguasai kelas, namun proses pembelajaran tersebut terlihat kaku dan monoton karena siswa hanya dituntut untuk mendengarkan penjelasan guru dan sesekali guru melakukan tanya jawab dengan siswa, tetapi siswa yang aktif dan pintar yang terlihat lebih menonjol dikelas sedangkan siswa yang tidak mengikuti pelajaran dengan baik dibelakang tidak diperhatikan. Guru sebenarnya sudah merespon aktif partisipasi siswa dan sudah menggunakan bahasa tulis dan bahasa lisan yang jelas saat pembelajaran.

  a. Metode

  Metode yang diterapkan guru adalah ceramah,dan tanya jawab.Guru memilih metode dengan menyesuaikan materi yang diajarkan. Dengan metode yang diterapkan oleh guru diharapkan siswa dapat menerima dan mengerti tentang materi yang diajarkan.

  b. Media

  Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru menggunakan buku paket,buku LKS,dan alat peraga yang digunakan oleh guru masih terbatas dengan menggunakan white board.

  c. PenanamanNilai

  Nilai-nilai yang ditanamkan melalui pembelajaran IPS adalah:

  1) Keberanian mengeluarkan pendapatfikiran.

  2) Menghargai pendapat orang lain.

  3) Kejujuran. Setiap melakukan proses belajar mengajar, guru selalu memberikan berbagai nilai-nilai moral kepada siswanya walaupun secara tersirat.Dengan adanya penanaman nilai moral yang dilakukan guru, diharapkan siswa dapat menjadi warga negara yang memiliki moral yang baik,berakhlak mulia dan berguna bagi bangsanya.

  d. Sikap Guru dalam Penyampaian Materi

  Dalam menyampaikan materi IPS guru berbicara dengan suara yang teratur,maksudnya adakalanya guru berbicara dengan keras tetapi terkadang guru mengecilkan volume suaranya dengan maksud agar siswa mencoba memperhatikan apa yang sedang di ucapkan oleh gurunya. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar tersebut beberapa siswa ada yang aktif, tetapi ada juga siswa yang pasif hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja.Dalam hal ini tanpa mencoba menilai penampilan guru,tetapi hanya mengamati saja terlihat kemampuan guru dalam menguasai materi sudah sangat fasih dalam menjelaskan materi,walaupun dalam penguasaan kelas agak kurang maksimal.

  e. Kesulitan dalam Menyampaikan Materi IPS

  Dari wawancara yang kami lakukan,banyak guru kelas yang merasa kesulitan dalam mengajar materi IPS karena ada beberapa faktor,misalnya:

  1) Kurangnya buku paket IPS dan alat pendukung

  pembelajaran.

  2) Sering berubahnya materi IPS sesuai dengan kurikulum

  yang berlaku.

  3) Mencari metode pengajaran yang bervariasi sehingga

  siswa tidak mudah bosan pada saat berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar IPS.

  4) Guru belum begitu menguasai pembuatan RPP.

  f. Buku Ajar

  Guru menggunakan buku ajar yang sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP). Guru menggunakan buku paket BSE yang berjudul Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV. Buku tersebut didapat dari bantuan BOS sekolah. Setiap proses belajar mengajar, siswa mendapat buku paket setiap dua orang siswa mendapat satu buku, tapi buku paket tersebut harus dikembalikan setelah pelajaran selesai. Selain itu, guru memiliki buku pendukung seperti LKS. Guru menganjurkan setiap siswa memiliki LKS tersebut. Dalam pengamatan observer selama kegiatan KBM pembelajaran berjalan lancar, namun terkesan monoton hal ini disebabnkan inovasi dan kreativitas guru kurang berkembang ini dampak dari penggunaan RPP yang bukan buatan sendiri sehingga alur pembelajaran menjadi kurang berkembang.

  g. Sarana Pembelajaran

  Pada dasarnya di setiap sekolah telah memiliki sarana pembelajaran yang memadai namun belum semua guru mau memanfaatkan alat-alat peraga yang telah ada, alat peraga Pada dasarnya di setiap sekolah telah memiliki sarana pembelajaran yang memadai namun belum semua guru mau memanfaatkan alat-alat peraga yang telah ada, alat peraga

  3. KegiatanPenutup

  Pada kegiatan penutup guru memberikan tugas rumah kepada siswa dan telah memberikan arahan kegiatan tugas sebagi tidak lanjut dari pembejalaran setelah sebelumnya guru membahas materi secara bersama- sama dengan siswa-siswi yang ada dikelas.

C. Deskripsi Pembelajaran IPS di Kelas V SDN 1 Tanggulangin

  1. Perencanaan Pembelajaran

  Perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.

  Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan atau metode pengajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

  2. Proses Pembelajaran

  a. PengantarPembukaan

  Untuk pembukaan pelajaran di SDN 1 Tanggulangin pada Pelajaran IPS SD kelas V berlangsung kurang menyenangkan. Antara lain pada saat pembukaan tidak dimulai dengan salam seperti biasanya, keadaan pun tidak dimulai dengan gairah belajar atau pemberian motivasi. Tidak ada juga proses pembacaan absensi seperti biasanya. Yang terjadi adalah guru yang selalu bertanya, siapa yang tidak hadir.

  Memulai pelajaran pada hari itu benar-benar sangat kacau. Sehingga ketika memasuki pelajaran baru yaitu “Proklamasi kemerdekaan Indonesia”. Mendengarnya kita pasti langsung tahu kalau itu adalah pelajaran yang berhubungan dengan Sejarah. Namun yang kami heran adalah yang dibahas selama 3 jam pelajaran IPS itu adalah mengenai tokoh-tokoh sejarah agama Budha. Kelompok kami mewawancarai

  8 dari 26 anak di kelas. Waktu itu kami ingin

  menanyakan mengenai apakah mereka telah mempelajari tokoh-tokoh agama Hindu di pertemuan sebelumnya, namun mereka secara lantang mereka menjawab tidak pernah, pantas saja sejak awal ibu guru mereka tidak memancing mereka dengan pertanyaan-pertanyaan Sejarah yang berkaitan.

  Sampailah kita pada saat ibu guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada saat itu tujuan pembelajarannya adalah “menceritakan proklamasi kemerdekaan Indonesia”. Pembelajaran dimulai dengan berbagai pembahasan materi.

  b. Situasi dan Kondisi Kelas

  Situasi dan kondisi pada saat itu kurang lebih kurang baik. Karena hari Jumat, paginya ada senam bersama. Sebagian anak agak terlihat sedikit lelah. Belum lagi pembelajaran IPS yang bagi sebagian anak memang agak membosankan. IPS dinilai tidak lagi menjadi pelajaran yang menyenangkan. Karena terkesan monoton dan hanya semata-mata hafalan, padahal perlu juga memahaminya.

  c. Kegiatan Inti

  1) Membaca dalam hati.

  Aktivitas membaca dalam hati bisa dibilang kurang efektif juga. Karena dalam keadaan yang bosan, membaca dalam hati sama sekali tidak menarik. Tidak ada salahnya sebenarnya bagi Ibu guru untuk membacakannya secara nyaring dan menguji kembali pengetahuan siswa dengan tanya jawab. Tokoh-tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dll.

  2) Model dan Metode Pembelajaran yang digunakan

  Model pembelajaran yang digunakan adalah model perseorangan. Hal ini sangat bertentangan dengan yang tertulis di RPP yaitu model pembelajaran cooperative learning dan diskusi kelompok, karena sama sekali tidak terlihat seperti itu. Metode pembelajaran juga bukan diskusi kelompok melainkan hanya menceritakan kembali setelah membaca dalam hati.

  3) Proses Penguatan

  Proses ini sangat erat kaitannya dengan model dan metode pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung cukup baik walaupun masih banyak kekurangan disana-sini. Banyak anak-anak yang masih merasa malu dan takut untuk menceritakan kembali tokoh-tokoh sejarah diatas karena mungkin tidak mengusai materi dan guru tidak segera mengadakan sesi tanya-jawab lisan, sehingga mungkin sedikit sekali pengetahuan yang terserap oleh anak.

  Adapun beberapa anak yang maju ke depan dan bersedia menceritakan kembali, rata-rata bersuara sangat kecil, mungkin takut salah atau ada apalah. Maka saat itu bagi guru untuk melakukan PENGUATAN, baik secara verbal maupun nonverbal. Bisa berupa pujian atau sentuhan dan hadiah.

  d. Penutup

  Untuk menutup pelajaran, guru mengadakan tanya jawab kembali tentang soal-soal evaluasi yang telah diujikan serta memeriksanya. Guru memberikan satu persatu pertanyaan secara lisan, kemudian sebagai umpan balik, anak-anak menjawab secara serentak. Permasalahnya adalah guru tidak menunjuk secara spesifik siapa anak yang akan menjawab pertanyaan yang diberikan.

  3. Evaluasi

  Jenis tes yang digunakan adalah tes formatif. Evaluasi hasil belajar siswa pun diukur dengan tes isian terdiri dari 4 nomor. Sebenarnya tes ini tidak mengukur kemampuan anak. Disebabkan karena soalnya cukup mudah. Hal ini juga tidak dapat dinilai mencapai tujuan pembelajaran

  “menceritakan proklamasi kemerdekaan Indonesia” karena tahap ini sebenarnya yang ditonjolkan adalah keterampilan bercerita itu sendiri. Pada tahap ini juga apabila memang sesuai dengan RPP seharusnya membahas hasil diskusi bersama-sama. Namun ternyata tidak begitu adanya. Bahkan banyak anak yang sepertinya belum terlalu mengerti.

D. Solusi yang Ditawarkan

  1. Merencanakan Pembelajaran

  Perencanaan pembelajaran meliputi rumusan tentang apa yang akan dilakukan dalam memfasilsitasi kegiatan belajar peserta didik, dan bagaimana melakukannya, serta apa yang dapat diperoleh dan diserap peserta didik setelah menyelesaikan pembelajaran. Perencanaan sangat penting artinya bagi guru, sebab tanpa perencanaan yang baik, bukan hanya peserta didik yang tidak terarah dalam kegiatan belajarnya, tetapi guru juga tidak akan dapat mengontrol kegiatan pembelajaran yang dikembangkannya.

  Unsur-unsur yang sangat penting masuk dalam perencanaan pembelajaran adalah apa yang akan diajarkan, bagaimana mengajarkannya, dan bagaimana mengevaluasi hasil belajarnya. Pertanyaan apa yang akan diajarkan menyangkut berbagai kompetensi yang harus dicapai, indikator- indikatorkompetensinya, serta materi bahan ajar yang akan disampaikan untuk mencapai kompetensi tersebut. Kemudian pertanyaan bagaiamana mengajarkannya, harus dijawab dalam perencanaan pembelajaran tersebut dengan berbagai strategi yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran, termasuk pengembangan berbagai aktivitas opsional bagi peserta didik yang menyelesaikan tugas lebih cepat dari waktu rata-rata yang diperlukan. Sedangkan pertanyaan bagaimana mengevaluasi hasil belajar, dijawab dengan merancang evaluasi untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap materi yang mereka pelajari dalam pembelajaran.

  2. Apa yang Harus Dilakukan agar Pembelajaran Efektif?

  Pembelajaran efektif ditandai oleh sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik secara aktif dan interaktif. Pembelajaran bukan sekedar mengingat dan recall, bukan pula sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktikkan dalam kehidupan oleh peserta didik.

  Perencanaan pembelajaran yang baik tidak dengan sendirinya menjadikan pembelajaran efektif karena ditentukan pula oleh berbagai faktor yang saling berpengaruh satu sama lain. Meskipun demikian, pembelajaran efektif tidak akan pernah terwujud tanpa rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, sebagai guru yang profesional wajib membuat dan mengembangkan RPP dengan baik, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta wajib pula mempedomaninya dalam pembelajaran. Hal ini perlu ditekankan karena banyak guru yang membuat RPP hanya untuk kepentingan administratif, dan tidak dijadikan pedoman dalam pembelajaran sehingga tidak memberikan dampak bagi peserta didik.

  Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif, yaitu:

  a. Memulai Pembelajaran

  Memulai pembelajaran merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan pembelajaran yang sebenarnya. Memulai pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.

  Dalam implementasi KTSP banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk memulai atau membuka pembelajaran, antara lain melalui pembinaan keakraban dan pre-test.

  1) Pembinaan Keakraban

  Pembinaan keakraban merupakan upaya yang harus dilakukan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mempersiapkan peserta didik memasuki proses pembelajaran. Suasana yang akrab akan menumbuhkan hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik, dan antara peserta dengan peserta didik. Dalam pembinaan keakraban ini sebaiknya guru memperhatikan perbedaan individual dan karakteristik peserta didik.

  2) Pre-test (Tes Awal)

  dilanjutkan dengan tes awal. Tes awal adalah tes yang dilaksankan sebelum kegiatan pembelajaran dan pembentukkan kompetensi dimulai, sebagai penelaahan terhadap kemampuan peserta didik terhadap pembelajaran yang akan dilaksankan.

  b. Membentuk Kompetensi dan Karakter

  Membentuk kompetensi dan karakter peserta didik merupakan kegiatan inti pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang materi pokok serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan efektif jika seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya.

  ditandai dengan

  keikutsertaan peserta didik dalam pengelolaan pembelajaran, berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam pembelajaran. Tugas peserta didik adalah belajar, sedangkan keikutsertaan peserta didik dalam pengelolaan pembelajaran, berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam pembelajaran. Tugas peserta didik adalah belajar, sedangkan

  Membentuk kompetensi dan karakter peserta didik dapat dilakukan sebagai berikut.

  1) Doronglah peserta didik untuk menerapkan konsep,

  pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari;

  2) Praktikkan pembelajaran secara langsung agar peserta

  didik dapat membangun kompetensi dan karakter baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari;

  3) Gunakan metodologi yang paling tepat agar yerjadi