IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENUMBUHAN BUDI PEKERTI DI SMAN 1 KARANGANYAR | Mariana | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 10874 22858 1 SM

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENUMBUHAN BUDI PEKERTI
DI SMAN 1 KARANGANYAR
Octanti Mariana, Atik Catur Budiati, Nurhadi
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
octantimariana@gmail.com
ABSTRACT
The aim of this study is to find out the strategy in implementing the policy
of character development in SMAN Negeri 1 Karanganyar. Based on the
research, it can be concluded that there are 5 strategies that is conducted by the
school to implement policy of character building in SMAN 1 Karanganyar. The
first , introducing the school environment and doing seminar about character
building development while flag ceremonial. The second , making it becomes a
habit in teaching and learning in class. The third , making it becomes a habit in
non curricula activity. The fourth , there is attitude scoring in learning report. The
last, there is a rule and punishment. In the analysis of Emile Durkheim’s social
fact theory , character building development is a social fact. Developing
character building shows the spirit of moral discipline, bonding in social groups
and and the authority that manage it.. Those three case is element of moralities
from Emil Durkeim social fact
Keywords: Implementation, Character Building Development, Social fact

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui strategi implementasi kebijakan
penumbuhan budi pekerti di SMAN Negeri 1 Karanganyar. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan ada 5 strategi yang dilakukan sekolah untuk
mengimplementasikan kebijakan penumbuhan budi pekerti di SMAN 1
Karanganyar. Pertama melalui sosialisasi kegiatan seremonial yaitu saat upacara
bendera, pelaksanaan Pengenalan Lingkungan Sekolah dan seminar penumbuhan
budi pekerti. Kedua, pembiasaan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Ketiga, pembiasaan dalam kegiatan non kurikuler. Keempat, adanya penilaian
sikap dalam laporan pembelajaran. Kelima, adanya peraturan dan sanksi yang
mengikat. Dalam analisi teori fakta sosial Emile Durkheim, penumbuhan budi
pekerti merupakan sebuah fakta sosial. Dalam penumbuhan budi pekerti
menunjukkan semangat disiplin moral, adanya keterikanan terhadap kelompok
sosial dan adanya otoritas yang mengaturnya. Ketiga hal tersebut merupakan
unsur moralitas dari teori fakta sosial Emile Durkheim.
Kata Kunci : Implementasi, Penumbuhan Budi Pekerti, Fakta Sosial

perempuan. Kejadian ini meningkat

Pendahuluan

Persoalan pendidikan moral
atau budi pekerti

sampai saat ini

masih menjadi fokus pembicaraan
yang menarik untuk selalu dikaji dan
dicarikan

solusinya.

Berbagai

permasalahan yang dialami oleh
remaja

maupun

para


pemuda

Indonesia seperti tindak kekerasan,
pornografi, meningkatnya dekadensi
moral etika atau sopan santun para
pelajar, meningkatnya ketidakjujuran
pelajar

seperti

membolos,

menyontek,

berkurangnya

rasa

hormat terhadap orang tua, guru dan
terhadap figur-figur yang seharusnya

dihormati,

timbulnya

gelombang

perilaku yang merusak diri seperti
perilaku seks bebas, penyalahgunaan
narkoba dan perilaku bunuh diri.
(Kemendikbud, 2015:1)
Berdasarkan penyajian data
dan informasi kementrian pemuda
dan olahraga tahun 2015; Selama
tahun 2015 saja jumlah pelaku tindak
kriminal yang dilakukan anak dan
remaja yang terjadi di Indonesia
sebanyak 3.280 kasus dimana 2.797
kasus dikerjakan oleh remaja lakilaki dan 483 kasus oleh remaja

sekitar


4,3

persen

dari

tahun

sebelumnya dan kasus kriminalitas
pada anak ini selalu meningkat setiap
tahunnya. Data yang dikutip dari
Solopos

edisi

20

Maret


2017

sepanjang tahun 2016, ada 105 anak
yang terlibat kasus kekerasan di
Surakarta dan sekitarnya. Bukan
hanya

kasus

kriminal

maupun

kekerasan yang banyak terjadi di
kalangan pelajar. Banyak berita yang
menayangkan lunturnya nilai sopan
santun dan menghormati orang yang
lebih dewasa, khususnya guru. Pada
hari selasa 11 Oktober 2016 tersebar
foto-foto yang menunjukkan tingkah

laku anak SMA yang tak sopan
terhadap gurunya yang sudah lanjut
usia. Siswa yang diketahui bernama
Ilham dari SMA Toddopuli 6 ini
duduk

dengan

mengangkat

kaki

diatas meja gurunya yang bernama
Pak

Ambo.

Selain

menaikkan


kakinya disamping meja guru, siswa
ini juga merokok sambil bergaya
disamping gurunya yang tampak
miris, sambil membaca buku dan tak
bisa berbuat apa-apa. (brilio.net).
Bukan hanya itu, berdasarkan berita
di kompas.com pada tanggal 2

November 2016 ada kasus murid

mngetahui

tonjok bu guru. Kasus ini terjadi saat

sekolah dalam mengimplementasikan

proses konseling diruang bimbingan

penumbuhan budi pekerti di SMAN


konseling SMU Pusaka, Kalimalang.

1 Karanganyar.

bagaimana

strategi

Dengan berbagai data yang
telah

disebutkan

diatas,

menggambarkan bahwa ada yang
tidak beres dengan pendidikan di

Kajian Pustaka

Pendidikan Budi pkerti
Sehubungan

dengan

topik

Indonesia. Melihat persoalan yang

pendidikan

demikian, banyak orang kemudian

beberapa definisi mengenai budi

berpaling pada pendidikan, dimana

pekerti. Budi pekerti mengacu pada

pendidikan nasional dianggap telah


pengertian dalam bahasa inggris,

gagal dalam menyemai moral serta

yang

karakter bangsa yang berbudi luhur.

moralitas.

Berbagai kasus kekerasan, kriminal,

beberapa pengertian antara lain : adat

ketidaksopanan pelajar terhadap guru

istiadat, sopan santun, dan perilaku.

menggambarkan betapa pendidikan

Namun

pengertian

budi pekerti di Indonesia belum

secara

hakiki

terimplementasi

Sementara

dengan

baik.

budi

pekerti,

diterjemahkan
Moralitas

itu

ada

sebagai
mengandung

budi

adalah

pekerti
perilaku.

menurut

draft

Padahal jika dilihat dari sejarah

kurikulum berbasis kompetensi 2001,

penerapan pendidikan budi pekerti,

budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku

pendidikan

sudah

manusia yang akan diukur menurut

diterapkan di Indonesia sejak tahun

kebaikan dan keburukannya melalui

1947.

budi

norma agama, norma hukum, tata

pekerti yang belum terimplementasi

krama dan sopan santun, norma

dengan baik pada pendidikan di

budaya dan adat istiadat masyarakat.

Indonesia, Peneliti terdorong untuk

Nurul (2007: 17). Budi pekerti akan

melakukan

mengidentifikasi

budi

Melihat

implementasi

pekerti

pendidikan

penelitian

bagaimana

penumbuhan

budi

pekerti di SMAN 1 Karanganyar.
Lebih khusus lagi, peneliti ingin

perilaku

positif

yang diharapkan dapat terwujud
dalam

perbuatan,

perkataann,

pikiran,

sikap,

perasaan,

dan

kepribadian peserta didik.

masyarakat. Berdasarkan peraturan

Istilah budi pekerti menurut
Kamus

Besar

serasi antara keluarga, sekolah, dan

Bahasa

Indonesia

baru Kementrian Pendidikan dan
kebudayaan

tersebut,

sekolah

(2010: 170) terdiri dari dua kata,

diharapkan bisa menjadi “taman”

yaitu budi dan pekerti yang tidak

yang

dapat

kata

Indonesia akan mendapatkan suasana

tersebut adalah bagian integral yang

belajar yang penuh tantangan namun

saling terkait. Budi berarti panduan

menyenangkan dan menumbuhkan

akal dan perasaan untuk menimbang

budi pekerti luhur. Bersaman dengan

baik buruk. Pekerti berarti perangai,

dimulainya

tingkah

2015/2016,

dipisahkan

laku,

demikian

,

kedua

akhlak.

budi

Dengan

tahun

anak-anak

ajaran

baru

kemendikbud

berarti

mencanangkan gerakan penumbuhan

kesadaran yang ditampilkan oleh

Pendidikan Budi Pekerti melalui

seseorang dalam berperilaku.

serangkaian kegiatan non kurikuler,

Konsep

yaitu rangkaian kegiatan harian dan

Kebijakan

pekerti

didalamnya

Penumbuhan

budi Pekerti
Penumbuhan

budi

pekerti

periodik

wajib

maupun

pilihan,

seperti

yang

tertuang

dalam

bertujuan untuk menjadikan sekolah

Permendikbud tentang Penumbuhan

sebagai

Pendidikan

taman

belajar

yang

Budi

Pekerti

untuk

menyenangkan bagi siswa, guru, dan

menumbuhkembangkan

tenaga

dan karakter positif yang telah

kependidikan,

menumbuhkembangkan

kebiasaan

yang baik sebagai bentuk pendidikan

nilai-nilai

dijelaskan diatas.
Kompeten,

anti-kekerasan,

karakter sejak di keluarga, sekolah,

dan berintegritas merupakan bagian

dan

menjadikan

dari budi pekerti. Namun, seorang

pendidikan sebagai gerakan yang

siswa tidak mungkin bisa berbudi

melibatkan pemerintah, pemerintah

pekerti dalam waktu sekejap. Ini

daerah, masyarakat, dan keluarga;

langkah

dan/atau;

menumbuhkembangkan

pembiasaan. Maka dari itu, dalam

lingkungan dan budaya belajar yang

Permendikbud No.23 Tahun 2015

masyarakat;

panjang

dan

perlu

tentang Penumbuhan Budi Pekerti

Teori Fakta Sosial Menurut Emile

disebutkan alur pembudayaan agar

Durkheim

siswa dapat berbudi pekerti luhur.

Dalam

bukunya

yang

Alur itu adalah diajarkan, dibiasakan,

berjudul Pendidikan Moral Suatu

dilatih konsisten, menjadi kebiasaan,

Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi

menjadi karakter dan pada akhirnya

Pendidikan, Durkheim menyatakan

menjadi budaya. Alur pembudayaan

hubungan antara Fungsi Pendidikan

tersebut dapat dilihat daridari contoh

kaitannya

berikut.

dalam

pendidikan adalah suatu sarana sosial

pembudayaan hidup bersih alurnya

untuk membentuk moral masyarakat.

adalah sebagai berikut : diajarkan

Sekolah mempunyai fungsi yang

cara hidup bersih dan bahaya hidup

sangat penting dan khusus untuk

kotor.

menciptakan

Misalkan

Alur

selanjutnya

adalah

dengan

Moralitas

:

makhluk baru yang

dibiasakan membersihkan yang kotor

dibentuk sesuai dengan kebutuhan

dan

masyarakat.

membuang

sampah

pada

Individualisme

harus

tempatnya. Ketika sudah menjadi

dibatasi karena individualisme yang

kebiasaan

berlebihan dalam pendidikan dapat

(

membersihkan

tanpa
dan

disadari)
membuang

mengakibatkan

kegagalan

pribadi

sampah pada tempatnya.. pada tahap

dan kekacauan sosial. Pendidikan

dilatih

moral

konsisten

maka

siswa

merupakan

penangkal

diarahkan bila tidak dikerjakan daan

terhadap penyakit-penyakit seperti

ditegur bila melanggar. Pada tahap

itu.” (Durkheim, 1990: xiii)

sudah menjadi karakter maka siswa

Moralitas atau etika bagi

akan suka dengan kebersihan dan

Durkheim tidak bisa dianggap hanya

merasa tidak nyaman apabila melihat

menyangkut suatu ajaran normatif

sampah tidk pada tempatnya. Dan

tentang baik dan buruk, melainkan

ketika hidup bersih tersebut sudah

suatu “sistem fakta yang diwujudkan,

menjadi budaya maka mmasyarakat

(yang) terkait dalam keseluruhan

akan

yang

sistem dunia” moralitas bukan saja

bersih.

menyangkut sistem perilaku yang “

menjadi

berbudaya

masyarakat
hidup

(kemendikbud: 2015: 15)

sewajarnya” melainkan juga suatu

sistem

yang

didasarkan

pada

dasar. Pertama, moralitas haruslah

ketentuan-ketentuan. Dan ketentuan

dilihat sebagai suatu “fakta sosial”

ini adalah “ sesuatu yang berada di

yang

luar diri” si pelaku. Karena itu

keinginan subyektif. Fakta sosial

disamping

corak

harus dianggap sebagai fenomena

positivistis, studi tentang moralitas

sosial, yang terdiri atas aturan-aturan

semestinya juga bersifat rasionalistis

atau kaidah-kaidah dalam bertindak

dan sekuler. (Abdullah dan Leeden,

yang bisa dikenal dengan ciri khas

1986:9)

tertentu . karena itu “ mestilah

mempunyai

Moralitas

adalah

pantulan

kehadirannya

mungkin

untuk

terlepas

dari

melukiskannya,

dari masyarakat. Dalam hal ini

mengklasifikasikannya, dan untuk

masyarakat bukan saja merupakan

mencari

suasana yang melahirkan moralitas,

menerangkannya”.

melainkan juga tujuan dari tindakan

merupakan bagian yang fungsional

moral itu. Oleh sebab itulah dalam

dari masyarakat . “berbuat moralistis

proses

makin

berarti berbuat menurut kepentingan

diperlukan adanya pendidikan moral.

kolektif,” katanya. Dengan demikian

Pendidikan

berarti

jelaslah kiranya bahwa dalil teoritis

mengajarkan nilai-nilai kepada anak-

dari Durkheim adalah bahwa setiap

anak, melainkan juga alat untuk

masyarakat

menjinakkan hasrat dan dorongan

mempunyai

pribadi atau dengan kata lain, alat

Dan ketiga, moralitas terlibat pula

untuk

tumpuan

dalam proses historis yang bersifat

penguasaan diri. Tetapi lebih dari itu,

evolusionistis, berubah sesuai dengan

kata

struktur

perubahan

bukan

sosial

saja

mendapatkan

Durkheim,

tujuan

utama

pendidikan moral adalah “untuk

hukum

yang
Kedua,

pada

ia

dasarnya

moralitasnya

sosial.

bisa

sendiri.

(Abdullah

dan

Leeden, 1986:11)

melekatkan pada anak-anak perasaan

Moralitas dapat dipandang

akan harkat manusia.” (Abdullah dan

sebagai fakta sosial, karena memiliki

Leeden, 1986:16)

karakteristik eksternal, umum dan

Menurut

sosiologi

moral,

Durkheim bertumpu pada tiga sikap

memaksa.

Moralitas

merupakan

relaita yang berada diluar individu.

Moralitas hadir dalam kesadaran

sekolah ini adalah salah satu sekolah

individu karena dipelajarai melalui

yang telah menerapkan kebijakan

proses sosialisasi. Oleh sebab itu ia

penumbuhan budi pekerti. Metode

ada sebelum individu ada dan akan

yang dipakai dalam penelitian ini

tetap ada jika individu ini telah tiada

adalah metode penelitian kualitatif.

karena ia selalu di transmisikan dari

Metode penelitian kualitatif, dipilih

satu generasi ke generasi seterusnya

dengan pertimbangan

penelitian

melalui sosialisasi dalam masyarakat.

memuat deskripsi

dan

penafsiran

Proses transmisi ini atau dikenal

data

berupa

ucapan

dengan

(komunikasi

sosialisasi,

menyebabkan

yang

verbal. Data

yang

moralitas ini hadir dalam kesadaran

digunakan adalah data primer yang

semua masyarakat, tidak bersifat

berbentuk

individual.

moralitas

kata-kata) serta data sekunder yang

memiliki sifat memaksa, dimana

berbentuk tindakan serta dokumen.

semua

Sumber

data

penelitian

ini

Selanjutnya

anggota

mengindahkan

masyarakatnya

keberadaan

fakta

verbal (ucapan

atau

primer
yaitu

dalam

wawancara.

moralitas ini. Jika tidak, akan ada

Sumber data primer dicari melalui

sesuatu yang memaksa seseorang

wawancara

untuk berperilaku, bertindak dan

Sedangkan

merasa seperti yang dikehendaki oleh

menggunakan

fakta moralitas, jika diberadapkan

dokumen.

dalam

menggali informasi dan perspektif

penelitian

ini

kebijikan

tak

terstruktur.

data sekunder
observasi

berpikir

informan.

sebuah moralitas.

observasi

dan

digunakan

untuk

mendapatkan data penelitian yaitu
di SMAN 1 Karangayar. SMAN 1
Karanganyar dipilih sebagai tempat
pelaksanaan

penelitian,

Sedangkan

studi dokumen

diupayakan untuk memperoleh data

Metode Penelitian
yang

dan

Wawancara diupayakan

penumbuhan budi pekerti merupakan

Tempat

dicari

karena

pendukung pelaksanaan penumbuhan
budi pekerti. Teknik pengambilan
subyek

penelitian

menggunakan

Purposive

sampling.

purposive

yaitu

sampel pada

Teknik

pengambilan

pertimbangan

dan

tujuan

tertentu yang dilakukan

Sosialisasi penumbuhan budi pekerti

dengan sengaja. Adapun pihak yang

dalam

diwawancara

dilakukan dalam berbagai kegiatan

untuk

data yang

kegiatan

seremonial

ini

berkaitan dengan penumbuhan budi

yaitu

pekerti ini adalah wakil kepala

pembina upacara setiap hari senin,

sekolah bidang kesiswaan, pembina

melalui

kegiatan

osis dan siswa kelas X dan XI.

Lingkuan

Sekolah

Trianggulasi yang digunakan pada

kegiatan seminar khusus tentang

penelitian

penumbuhan budi pekerti. Kegiatan

sumber

ini

yaitu

dan

trianggulasi

metode.

data secara

penyampaian

amanat

Pengenalan
(PLS),

dan

Teknik

seremonial ini efektif sebagai sarana

teknik

sosialisasi karena kegiatan-kegiatan

eksplanatif.

diikuti oleh hampir seluruh warga

analisis data menggunakan
analisis

saat

Miles

&

Huberman (Gunawan

2015

:210-

211) mengemukakan

sekolah
mengenai

sehingga

informasi

kebijakan

penumbuhan

tiga tahapan yang harus dikerjakan

budi

dalam menganalis data penelitian

dengan baik.

kualitatif, yaitu (1) reduksi data

2. Pembiasaan

(data reduction); (2) paparan data

pekerti

dapat

tersampaikan

dalam

kegiatan

belajar mengajar di kelas

(data display); dan (3) penarikan

Bentuk pembiasaan yang dilakukan

kesimpulan

dalam kegiatan belajar mengajar

dan

verifikasi

(verifying).

adalah masuk kedalam kelas tepat

Hasil Penelitian

waktu,

Berdasarkan

rumusan

penelitian,

hasil

bersalaman

kepada

guru

masalah

sebelum memasuki kelas, berdoa

penelitian

bersama dengan dipimpin oleh salah

menunjukkan bahwa ada 5 strategi

satu

dalam

implementasi

penumbuhan

menyanyikan lagu Indonesia Raya

budi

pekerti

SMAN

bersama-sama, melakukan literasi

di

1

Karanganyar :
1. Sosialisasi
seremonial

siswa

secara

bergantian,

dan diakhir pembelajaran diakhiri
melalui

kegiatan

dengan menyanyikan lagu daerah
dan juga doa bersama.
3. Kegiatan Non Kurikuler

Pembiasaan yang dilakukan dalam
kegiatan

nonkurikuler

Pembahasan

dilakukan

Penumbuhan

budi

pekerti

melalui kegiatan lomba penumbuhan

dapat dianalisi dengan teori fakta

budi pekerti dan juga kegiatan

sosial karena dalam penumbuhan

clasmeeting.

budi pekerti menunjukkan adanya

penumbuhan

Kegiatan
budi

lomba

pekerti

ini

sebuah semangat disiplin moral,

dilakukan untuk menilai pencapaian

menunjukkan

kebijakan penumbuhan budi pekerti

terhadap kelompok sosial begitu juga

yang telah dilakukan selama satu

menujukkan bahwa adanya otoritas

semester.

yang mengaturnya. Penjelasan dari 3

4. Penilaian sikap dalam laporan

hal tersebut akan dijelaskan berikut

pembelajaran

adanya

keterikatan

ini :

Penilaian sikap menjadi salah satu

1. Penumbuhan

Budi

pekerti

tolak ukur prestasi di SMAN 1

menunjukkan adanya semangat

Karanganyar sehingga sikap siswa

disiplin moral

menjadi aspek penting yang harus

Moralitas terdiri dari suatu

dinilai. Dimasukkannya nilai sikap

sistem kaidah atau norma mengenai

dalam laporan hasil pembelajaran

tindakan yang menentukan tingkah

siswa dapat memotivasi siswa untuk

laku

lebih

menentukan bagaimana kita harus

bersungguh-sungguh

dalam

melaksanakan

lagi

berbagai

kita.

bertindak

Kaidah

pada

tersebut

situasi-situasi

pembiasaan dalam penumbuhan budi

tertentu. Bertindak secara tepat tidak

pekerti.

lain adalah taat secara tepat terhadap

5. Adanya peraturan dan sanksi yang

kaidah yang ditetapkan. Semangat

mengikat

disiplin

moral

mengajarkan

kita

Adanya peraturan dan sanksi yang

untuk tidak bertindak sesuai dengan

mengikat

keinginan-keinanan

dapat

dilihat

melalui

sesaat

kita

adanya tata tertib yang mengatur

sebagai makhluk individu. Dalam hal

mengenai

diselengarakannya

ini disiplin moral mengajarkan kita

penumbuhan budi pekerti di SMAN

bahwa suatu tindakan hanya dapat

1 Karanganyar.

disebut

sebagai

tindakan

yang

bermoral atau tindakan yang benar

peraturan tersebut membatasi hasrat

bila kita mengendalikan keinginan-

atau keinginan tiap-tiap individu,

keinginan

melunakkan

mereka semua diatur dan harus

hasrat-hasrat tertentu dari dalam diri

tunduk dengan segala peraturan yang

individu. Disiplin moral ini berkaitan

ada. Dalam penumbuhan budi pekerti

juga dengan keteraturan perilaku

bentuk peraturannya tidak semua

pada saat-saat tertentu. Sehingga

tercantum dalam tata tertib tertulis

displin moral juga berarti bagaimana

namun

manusia berperilkau secara teratur

berbagai kegiatan yang dibiasakan

dan tetap sesuai nilai norma yang ada

untuk

(Durkheim, 1990: 18).

Dalam kebijakan tersebut

tertentu,

Semangat

dikerjakan

berbentuk

oleh

sekolah.
setiap

dalam

individu harus mampu menekan

dapat

hasrat pribadinya untuk datang ke

peraturan-

sekolah tidak setiap saat karena

peraturan yang mengatur perilaku

berdasarkan kebijakan penumbuhan

seluruh warga sekolah SMAN 1

budi pekerti, SMAN 1 Karanganyar

Karanganyar yang mengatur dan

membuat

membatasi

menerapkan jam masuk sekolah

penumbuhan
dilihat

disiplin

peraturannya

budi

dari

pekerti

adanya

perilaku

masyarakat

kebijakan

untuk

SMAN 1 Karanganyar. Kebijakan

pukul

penumbuhan budi pekerti ini bersifat

sekolah harus membiasakan diri

membatasi

untuk tidak datang terlambat.

keinginan-keinginan

individu di sekolah untuk berbuat

06.45

2. Adanya

dan

semua

keterikatan

warga

kelompok

sesukanya. Ada kaidah-kaidah yang

sosial dalam penumbuhan budi

harus ditaati. Dan terlebih dari itu,

pekerti

taat terhadap akidah-kaidah atau

Tindakan

moral

berarti

peraturan yang ada tersebut tidak

mengejar tujuan impersonal. Jika

hanya dilakukan dalam sekali waktu,

seseorang ingin menjadi makhluk

namun perlu untuk dilakukan secara

moral, manusia harus mengabdikan

teratur

Peraturan

dirinya kepada sesuatu yang bukan

tersebut berupa tata tertib tertulis

dirinya sendiri. Ia harus menyatu

maupun

dengan

dan

kontinyu.

tidak

tertulis.

Setiap

masyarakat,

betapapun

rendahnya tingkat persatuan tersebut.

memberi senyum, salam, sapa dan

Itulah

mencium tangan orang yang lebih

sebabnya

mengapa

tugas

pertama pendidikan moral adalah

dewasa

menyatukan anak dengan masyarakat

harus dengan rela melakukan itu

yang paling dekat dengannya yaitu

disekolah

keluarga. Dalam penumbuhan budi

peraturan

pekerti, setiap individu yang menjadi

senyum, salam, dan sapa bahkan

bagian dari masyarakat SMAN 1

bersalaman dan mencium tangan

Karanganyar memiliki konsekuensi

guru adalah suatu keharusan dengan

untuk mentaati berbagai peraturan,

alasan untuk menumbuhkan sikap

nilai dan norma yang telah ada.

sopan-santun siswa. Kesadaran siswa

Begitu

untuk

akan dilatih karena hal itu dianggap

peraturan

baik oleh warga sekolah, jadi mau

dalam pembiasan penumbuhan budi

tidak mau harus dikerjakan. Jika ada

pekerti ini. Setiap individu yang

siswa yang tidak mengerjakan hal

menjadi anggota masyarakat SMAN

tersebut, maka dia akan di cap

1

memiliki

sebagai orang yang tidak sopan,

konsekuensi untuk bertindak sesuai

judes dan lainnya. Misalkan lagi, ada

dengan kesepakatan serta nilai norma

banyak siswa yang masih sering

yang dipegang bersama. Perilaku,

terlambat datang ke sekolah karena

perkataan dan perasaan dari seluruh

jam masuk sekolah yang lebih pagi

individu diatur oleh kepentingan

dari sekolah yang lain. Jika siswa

bersama. Jika ingin diterima di dalam

tersebut ingin memenuhi keinginan

kelompok

1

atau hasrat pribadinya untk bangun

Karanganyar, setiap individu harus

siang dan berangkat ke sekolah tidak

berperilaku

keinginan

sesuai dengan ketentuan yang ada,

masyarakat hal itu menunjukkan

siswa tersebut akan dianggap sebagai

bahwa

adalah

siswa yang bermasalah karena dia

kelompok

tidak bisa melakukan atau mematuhi

juga

harus

melaksanakan

semua

Karanganyar

makhluk

mau

ini

masyarakat

sesuai

individu

SMAN

tersebut

bermoral

di

tersebut. Misalnya bagi siswa yang
tidak terbiasa atau dibiasakan untuk

peraturan

dirumah,

siswa

karena
yang

seperti

tersebut

berdasarkan

ada,

yang

kebiasaan

individu

lainnya lakukan, yaitu datang tepat

tertentu(Abdullah

waktu ke sekolah.

1986:219)

3. Adanya otoritas dalam kebijakan
penumbuhan budi pekerti
Otoritas

adalah

dan

Pemegang

Leeden,

otoritas

moral

dalam penumbuhan budi pekerti ini

pengaruh

bersifat sosial, artinya tidak hanya

yang memaksakan kepada kita semua

satu

kekuatan moral

otoritas untuk menjaga moral warga

yang kita akui

individu

yang

sebagai sesuatu yang berada diatas

sekolah

SMAN

kita. Karena pengaruh itulah kita

Seperti

yang

bertindak menurut cara yang sudah

wawancara,

ditetapkan,

menyampaikan

dan

bukan

tindakan

mempunyai

1

karanganyar.

didapat
beberapa

melalui
informan

bahwa

dalam

karena tindakan yang diharuskan itu

penumbuhan budi pekerti ini kepala

menarik bagi kita. Juga bukan karena

sekolah misalnya sering mengontrol

adanya kecenderungan batin tertentu,

dilaksanaknnya

entah pembawaan atau kebiasaan,

pembiasaan-pembiasaan

melainkan karena dalam otoritas itu

dilakukan di dalam kelas, setiap pagi

ada suatu pengaruh yang bersifat

kepala sekolah berkeliling sekolah

memaksa,

kita

untuk memastikan bahwa kegiatan

bertindak demikian. Ketaatan berarti

pembiasaan di awal jam pelajaran

menerima

dilaksanaka oleh setiap kelas. Selain

yang

menyuruh

otoritas

tersebut

kegiatan
yang

(Durkheim, 1990:21). Berkat otoritas

itu guru

memiliki peran untuk

yang

menjadi

pembimbing

ada,

kaidah-kaidah

moral

menjadi

kekuatan

asli

yang

mencegah

keinginan

dan

hasrat

menyelenggrakan

dalam

pembiasaan

didalam kelas seperti kegiatan doa

individu. Kekuatan tersebut bukanlah

bersama,

sesuatu yang bersifat material namun

kebangsaan, literasi dan lainnya.

menggerakkan jiwa. Dalam kekuatan

Kegiatan pembiasaan di dalam kelas,

tersebut terkandung semua yang

menjadi tanggung jawab guru untuk

diperlukan

mendampingi

kehendak,

untuk

membelokkan

memaksanya

mengarahkannya

ke

dan
tujuan

menyanyikan

dan

lagu

membimbing.

Guru BK juga menjadi salah satu
pihak

yang

berotoritas

dalam

penumbuhan budi pekerti ini. Dalam

mengenai

hal ini guru BK memiliki otoritas

budi

untuk mengembalikan peserta didik

dengan baik. Kedua, Pembiasaan

yang melakukan pelanggarn untuk

dalam kegiatan belajar mengajar di

kembali menjadi anak yang patuh

kelas.

dengan cara memberikan skorsing

dilakukan dalam kegiatan belajar

dan pendampingan agar anak yang

mengajar adalah masuk kedalam

melakukan pelanggaran tidak terlalu

kelas

lama bertindak jauh dari peraturan

kepada guru sebelum memasuki

yang ada.

kelas,

Simpulan

dipimpin oleh salah satu siswa secara

Berdasarkan hasil penelitian,
maka diambil kesimpulan bahwa ada
5

strategi

dalam

implementasi

penumbuhan budi pekerti di SMAN
1 Karanganyar : Pertama, sosialisasi
melalui

kegiatan

seremonial.

Sosialisasi penumbuhan budi pekerti
dalam

kegiatan

seremonial

ini

dilakukan dalam berbagai kegiatan
yaitu

saat

penyampaian

amanat

pembina upacara setiap hari senin,
melalui

kegiatan

Lingkuan

Sekolah

Pengenalan
(PLS),

dan

kegiatan seminar khusus tentang
penumbuhan budi pekerti. Kegiatan
seremonial ini efektif sebagai sarana
sosialisasi karena kegiatan-kegiatan
diikuti oleh hampir seluruh warga
sekolah

sehingga

informasi

kebijakan

pekerti

penumbuhan

dapat

Bentuk

tepat

tersampaikan

pembiasaan

waktu,

berdoa

bergantian,

yang

bersalaman

bersama

dengan

menyanyikan

Indonesia

Raya

melakukan

literasi

pembelajaran

lagu

bersama-sama,
dan

diakhir

diakhiri

dengan

menyanyikan lagu daerah dan juga
doa bersama. Ketiga, Pembiasan
dalam

kegiatan

Kurikuler.

Kegiatan

Non

Pembiasaan

dilakukan

dalam

nonkurikuler

dilakukan

yang
kegiatan
melalui

kegiatan lomba penumbuhan budi
pekerti

dan

clasmeeting.
penumbuhan

juga

kegiatan

Kegiatan
budi

lomba

pekerti

ini

dilakukan untuk menilai pencapaian
kebijakan penumbuhan budi pekerti
yang telah dilakukan selama satu
semester. Keempat, Penilaian sikap
dalam

laporan

pembelajaran.

Penilaian sikap menjadi salah satu

tolak ukur prestasi di SMAN 1

hari dikerjakan secara kontinyu.

Karanganyar sehingga sikap siswa

Penumbuhan budi pekerti ini juga

menjadi aspek penting yang harus

berlaku bagi seluruh warga SMAN 1

dinilai. Dimasukkannya nilai sikap

karanganyar

dalam laporan hasil pembelajaran

pelaksanaannya,

siswa dapat memotivasi siswa untuk

berlaku bagi seluruh warga sekolah.

lebih

Setiap

dalam

bersungguh-sungguh
melaksanakan

lagi

berbagai

sehingga

dalam

kebijakan

individu

harus

ini

rela

mengerjakan berbagai kegiatan yang

pembiasaan dalam penumbuhan budi

telah

pekerti. Kelima, Adanya peraturan

individu

dan sanksi yang mengikat. Adanya

dianggap sebagai warga SMAN 1

peraturan dan sanksi yang mengikat

karanganyar.

dapat dilihat melalui adanya tata

dasarnya

tertib

tersebut berkenan untuk dikerjakan

yang

mengatur

mengenai

ditetapkan
tersebut

tersebut

jika

ingin

tetap

Walaupun

tidak

semua

pada
kegiatan

diselengarakannya penumbuhan budi

secara

pekerti di SMAN 1 Karanganyar.

pembiasaan, sanksi yang ada berlaku

Berdasarkan

Sosialisai,

fakta

bagi keseluruhan warga sekolah.

sosial, strategi dalam implementasi

Untuk menjaga agar penumbuhan

penumbuhan

ini

budi pekerti ini dipatuhi oleh seluruh

merupakan sebuah semangat disiplin

warga sekolah maka kepala sekolah,

moral.

dalam

guru maupun guru BK memiliki

budi

peran untuk mengatur dan menjaga

pekerti ini warga sekolah SMAN 1

peraturan tersebut tetap ada dan

Karanganyar

dipatuhi sehingga tujuan yang ingin

Hal

implementasi

budi

ini

teori

pribadi.

pekerti

karena

penumbuhan

harus

mengerjakan

setiap kegiatan pembiasaan ini secara

dicapai

teratur

penumbuhan budi pekerti ini pun

dan

kontinyu

agar

penumbuhan budi pekerti menjadi
sebuah budaya, terlebih dari itu

dari

diterapkannya

juga dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

setiap pembiasaan tersebut menjadi
sarana pembentukan karakter yang
berbudi pekerti luhur karena setiap

Abdullah, Taufik & Van Der Leeden
A.C (Eds). (1986). Durkheim dan

Pengantar Sosiologi Moralitas.
Jakarta: Yayasan obor Indonesia
Ali, Muhtadi. (2015). Strategi Untuk
Mengimplementasikan Pendidikan
Budi Pekerti Secara Efektif di
Sekolah. LPPM Universitas Negeri
Yogyakarta.
Durkheim, Emile. (1990.).
Pendidikan Moral Suatu studi teori
dan Aplikasi Sosisologi Pendidikan.
Jakarta : Erlangga
Gunawan, Imam. (2015). Metode
penelitian Kualitatif : Teori dan
Praktik. Bandung : Bumi Aksara

Jones, Pip. (2009). Pengantar TeoriTeori Sosial dari teori
Fungsionalisme hingga Postmodernisme. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Mulyasa. (2013). Pengembangan
dan Implementasi kurikulum 2013.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prakoso, Taufik. (2017, 20 Maret).
2016, 105 Anak terlibat Kasus
kekerasan, Solopos, halaman 7
Satori, Djam’an & Komariah, Aan.
(2009). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Hartono, Rudi. (2017, 19 Maret).
Menolak Diajak Mabuk pelajar
Dianiaya Kenalan, Solopos, halaman
4

Sunartono. (2017, 15 Maret). Polisi
Tangkap 2 Pelaku klithih, Solopos,
halaman 3

Herdiansyah, Haris. (2010).
Metodologi Penelitian Kualitatif
Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika

Sutjipto. (2014). Pendidikan Budi
Pekerti Pada Kurikulum di
Indonesia. Jakarta: Balitbang
Kemendikbud

Hidayat, Rakhmat. (2014). Sosiologi
Pendidikan Emile Durkheim. Jakarta:
PT.Rajagrafindo Persada.

Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan
Moral & Budi Pekerti Dalam
Perspektif Perubahan menggagas
platform pendidikan budi pekerti
secara kontekstual dan futuristik.
Jakarta : Bumi Aksara

Ismail, Muhammad. (2017, 21
Maret). Teror 13 Tahun Predator
Anak, Jawa Pos, halaman 1