IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENUMBUHAN BUDI PEKERTI DI SMAN 1 KARANGANYAR | Mariana | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 10874 22858 1 SM
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENUMBUHAN BUDI PEKERTI
DI SMAN 1 KARANGANYAR
Octanti Mariana, Atik Catur Budiati, Nurhadi
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
octantimariana@gmail.com
ABSTRACT
The aim of this study is to find out the strategy in implementing the policy
of character development in SMAN Negeri 1 Karanganyar. Based on the
research, it can be concluded that there are 5 strategies that is conducted by the
school to implement policy of character building in SMAN 1 Karanganyar. The
first , introducing the school environment and doing seminar about character
building development while flag ceremonial. The second , making it becomes a
habit in teaching and learning in class. The third , making it becomes a habit in
non curricula activity. The fourth , there is attitude scoring in learning report. The
last, there is a rule and punishment. In the analysis of Emile Durkheim’s social
fact theory , character building development is a social fact. Developing
character building shows the spirit of moral discipline, bonding in social groups
and and the authority that manage it.. Those three case is element of moralities
from Emil Durkeim social fact
Keywords: Implementation, Character Building Development, Social fact
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui strategi implementasi kebijakan
penumbuhan budi pekerti di SMAN Negeri 1 Karanganyar. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan ada 5 strategi yang dilakukan sekolah untuk
mengimplementasikan kebijakan penumbuhan budi pekerti di SMAN 1
Karanganyar. Pertama melalui sosialisasi kegiatan seremonial yaitu saat upacara
bendera, pelaksanaan Pengenalan Lingkungan Sekolah dan seminar penumbuhan
budi pekerti. Kedua, pembiasaan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Ketiga, pembiasaan dalam kegiatan non kurikuler. Keempat, adanya penilaian
sikap dalam laporan pembelajaran. Kelima, adanya peraturan dan sanksi yang
mengikat. Dalam analisi teori fakta sosial Emile Durkheim, penumbuhan budi
pekerti merupakan sebuah fakta sosial. Dalam penumbuhan budi pekerti
menunjukkan semangat disiplin moral, adanya keterikanan terhadap kelompok
sosial dan adanya otoritas yang mengaturnya. Ketiga hal tersebut merupakan
unsur moralitas dari teori fakta sosial Emile Durkheim.
Kata Kunci : Implementasi, Penumbuhan Budi Pekerti, Fakta Sosial
perempuan. Kejadian ini meningkat
Pendahuluan
Persoalan pendidikan moral
atau budi pekerti
sampai saat ini
masih menjadi fokus pembicaraan
yang menarik untuk selalu dikaji dan
dicarikan
solusinya.
Berbagai
permasalahan yang dialami oleh
remaja
maupun
para
pemuda
Indonesia seperti tindak kekerasan,
pornografi, meningkatnya dekadensi
moral etika atau sopan santun para
pelajar, meningkatnya ketidakjujuran
pelajar
seperti
membolos,
menyontek,
berkurangnya
rasa
hormat terhadap orang tua, guru dan
terhadap figur-figur yang seharusnya
dihormati,
timbulnya
gelombang
perilaku yang merusak diri seperti
perilaku seks bebas, penyalahgunaan
narkoba dan perilaku bunuh diri.
(Kemendikbud, 2015:1)
Berdasarkan penyajian data
dan informasi kementrian pemuda
dan olahraga tahun 2015; Selama
tahun 2015 saja jumlah pelaku tindak
kriminal yang dilakukan anak dan
remaja yang terjadi di Indonesia
sebanyak 3.280 kasus dimana 2.797
kasus dikerjakan oleh remaja lakilaki dan 483 kasus oleh remaja
sekitar
4,3
persen
dari
tahun
sebelumnya dan kasus kriminalitas
pada anak ini selalu meningkat setiap
tahunnya. Data yang dikutip dari
Solopos
edisi
20
Maret
2017
sepanjang tahun 2016, ada 105 anak
yang terlibat kasus kekerasan di
Surakarta dan sekitarnya. Bukan
hanya
kasus
kriminal
maupun
kekerasan yang banyak terjadi di
kalangan pelajar. Banyak berita yang
menayangkan lunturnya nilai sopan
santun dan menghormati orang yang
lebih dewasa, khususnya guru. Pada
hari selasa 11 Oktober 2016 tersebar
foto-foto yang menunjukkan tingkah
laku anak SMA yang tak sopan
terhadap gurunya yang sudah lanjut
usia. Siswa yang diketahui bernama
Ilham dari SMA Toddopuli 6 ini
duduk
dengan
mengangkat
kaki
diatas meja gurunya yang bernama
Pak
Ambo.
Selain
menaikkan
kakinya disamping meja guru, siswa
ini juga merokok sambil bergaya
disamping gurunya yang tampak
miris, sambil membaca buku dan tak
bisa berbuat apa-apa. (brilio.net).
Bukan hanya itu, berdasarkan berita
di kompas.com pada tanggal 2
November 2016 ada kasus murid
mngetahui
tonjok bu guru. Kasus ini terjadi saat
sekolah dalam mengimplementasikan
proses konseling diruang bimbingan
penumbuhan budi pekerti di SMAN
konseling SMU Pusaka, Kalimalang.
1 Karanganyar.
bagaimana
strategi
Dengan berbagai data yang
telah
disebutkan
diatas,
menggambarkan bahwa ada yang
tidak beres dengan pendidikan di
Kajian Pustaka
Pendidikan Budi pkerti
Sehubungan
dengan
topik
Indonesia. Melihat persoalan yang
pendidikan
demikian, banyak orang kemudian
beberapa definisi mengenai budi
berpaling pada pendidikan, dimana
pekerti. Budi pekerti mengacu pada
pendidikan nasional dianggap telah
pengertian dalam bahasa inggris,
gagal dalam menyemai moral serta
yang
karakter bangsa yang berbudi luhur.
moralitas.
Berbagai kasus kekerasan, kriminal,
beberapa pengertian antara lain : adat
ketidaksopanan pelajar terhadap guru
istiadat, sopan santun, dan perilaku.
menggambarkan betapa pendidikan
Namun
pengertian
budi pekerti di Indonesia belum
secara
hakiki
terimplementasi
Sementara
dengan
baik.
budi
pekerti,
diterjemahkan
Moralitas
itu
ada
sebagai
mengandung
budi
adalah
pekerti
perilaku.
menurut
draft
Padahal jika dilihat dari sejarah
kurikulum berbasis kompetensi 2001,
penerapan pendidikan budi pekerti,
budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku
pendidikan
sudah
manusia yang akan diukur menurut
diterapkan di Indonesia sejak tahun
kebaikan dan keburukannya melalui
1947.
budi
norma agama, norma hukum, tata
pekerti yang belum terimplementasi
krama dan sopan santun, norma
dengan baik pada pendidikan di
budaya dan adat istiadat masyarakat.
Indonesia, Peneliti terdorong untuk
Nurul (2007: 17). Budi pekerti akan
melakukan
mengidentifikasi
budi
Melihat
implementasi
pekerti
pendidikan
penelitian
bagaimana
penumbuhan
budi
pekerti di SMAN 1 Karanganyar.
Lebih khusus lagi, peneliti ingin
perilaku
positif
yang diharapkan dapat terwujud
dalam
perbuatan,
perkataann,
pikiran,
sikap,
perasaan,
dan
kepribadian peserta didik.
masyarakat. Berdasarkan peraturan
Istilah budi pekerti menurut
Kamus
Besar
serasi antara keluarga, sekolah, dan
Bahasa
Indonesia
baru Kementrian Pendidikan dan
kebudayaan
tersebut,
sekolah
(2010: 170) terdiri dari dua kata,
diharapkan bisa menjadi “taman”
yaitu budi dan pekerti yang tidak
yang
dapat
kata
Indonesia akan mendapatkan suasana
tersebut adalah bagian integral yang
belajar yang penuh tantangan namun
saling terkait. Budi berarti panduan
menyenangkan dan menumbuhkan
akal dan perasaan untuk menimbang
budi pekerti luhur. Bersaman dengan
baik buruk. Pekerti berarti perangai,
dimulainya
tingkah
2015/2016,
dipisahkan
laku,
demikian
,
kedua
akhlak.
budi
Dengan
tahun
anak-anak
ajaran
baru
kemendikbud
berarti
mencanangkan gerakan penumbuhan
kesadaran yang ditampilkan oleh
Pendidikan Budi Pekerti melalui
seseorang dalam berperilaku.
serangkaian kegiatan non kurikuler,
Konsep
yaitu rangkaian kegiatan harian dan
Kebijakan
pekerti
didalamnya
Penumbuhan
budi Pekerti
Penumbuhan
budi
pekerti
periodik
wajib
maupun
pilihan,
seperti
yang
tertuang
dalam
bertujuan untuk menjadikan sekolah
Permendikbud tentang Penumbuhan
sebagai
Pendidikan
taman
belajar
yang
Budi
Pekerti
untuk
menyenangkan bagi siswa, guru, dan
menumbuhkembangkan
tenaga
dan karakter positif yang telah
kependidikan,
menumbuhkembangkan
kebiasaan
yang baik sebagai bentuk pendidikan
nilai-nilai
dijelaskan diatas.
Kompeten,
anti-kekerasan,
karakter sejak di keluarga, sekolah,
dan berintegritas merupakan bagian
dan
menjadikan
dari budi pekerti. Namun, seorang
pendidikan sebagai gerakan yang
siswa tidak mungkin bisa berbudi
melibatkan pemerintah, pemerintah
pekerti dalam waktu sekejap. Ini
daerah, masyarakat, dan keluarga;
langkah
dan/atau;
menumbuhkembangkan
pembiasaan. Maka dari itu, dalam
lingkungan dan budaya belajar yang
Permendikbud No.23 Tahun 2015
masyarakat;
panjang
dan
perlu
tentang Penumbuhan Budi Pekerti
Teori Fakta Sosial Menurut Emile
disebutkan alur pembudayaan agar
Durkheim
siswa dapat berbudi pekerti luhur.
Dalam
bukunya
yang
Alur itu adalah diajarkan, dibiasakan,
berjudul Pendidikan Moral Suatu
dilatih konsisten, menjadi kebiasaan,
Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
menjadi karakter dan pada akhirnya
Pendidikan, Durkheim menyatakan
menjadi budaya. Alur pembudayaan
hubungan antara Fungsi Pendidikan
tersebut dapat dilihat daridari contoh
kaitannya
berikut.
dalam
pendidikan adalah suatu sarana sosial
pembudayaan hidup bersih alurnya
untuk membentuk moral masyarakat.
adalah sebagai berikut : diajarkan
Sekolah mempunyai fungsi yang
cara hidup bersih dan bahaya hidup
sangat penting dan khusus untuk
kotor.
menciptakan
Misalkan
Alur
selanjutnya
adalah
dengan
Moralitas
:
makhluk baru yang
dibiasakan membersihkan yang kotor
dibentuk sesuai dengan kebutuhan
dan
masyarakat.
membuang
sampah
pada
Individualisme
harus
tempatnya. Ketika sudah menjadi
dibatasi karena individualisme yang
kebiasaan
berlebihan dalam pendidikan dapat
(
membersihkan
tanpa
dan
disadari)
membuang
mengakibatkan
kegagalan
pribadi
sampah pada tempatnya.. pada tahap
dan kekacauan sosial. Pendidikan
dilatih
moral
konsisten
maka
siswa
merupakan
penangkal
diarahkan bila tidak dikerjakan daan
terhadap penyakit-penyakit seperti
ditegur bila melanggar. Pada tahap
itu.” (Durkheim, 1990: xiii)
sudah menjadi karakter maka siswa
Moralitas atau etika bagi
akan suka dengan kebersihan dan
Durkheim tidak bisa dianggap hanya
merasa tidak nyaman apabila melihat
menyangkut suatu ajaran normatif
sampah tidk pada tempatnya. Dan
tentang baik dan buruk, melainkan
ketika hidup bersih tersebut sudah
suatu “sistem fakta yang diwujudkan,
menjadi budaya maka mmasyarakat
(yang) terkait dalam keseluruhan
akan
yang
sistem dunia” moralitas bukan saja
bersih.
menyangkut sistem perilaku yang “
menjadi
berbudaya
masyarakat
hidup
(kemendikbud: 2015: 15)
sewajarnya” melainkan juga suatu
sistem
yang
didasarkan
pada
dasar. Pertama, moralitas haruslah
ketentuan-ketentuan. Dan ketentuan
dilihat sebagai suatu “fakta sosial”
ini adalah “ sesuatu yang berada di
yang
luar diri” si pelaku. Karena itu
keinginan subyektif. Fakta sosial
disamping
corak
harus dianggap sebagai fenomena
positivistis, studi tentang moralitas
sosial, yang terdiri atas aturan-aturan
semestinya juga bersifat rasionalistis
atau kaidah-kaidah dalam bertindak
dan sekuler. (Abdullah dan Leeden,
yang bisa dikenal dengan ciri khas
1986:9)
tertentu . karena itu “ mestilah
mempunyai
Moralitas
adalah
pantulan
kehadirannya
mungkin
untuk
terlepas
dari
melukiskannya,
dari masyarakat. Dalam hal ini
mengklasifikasikannya, dan untuk
masyarakat bukan saja merupakan
mencari
suasana yang melahirkan moralitas,
menerangkannya”.
melainkan juga tujuan dari tindakan
merupakan bagian yang fungsional
moral itu. Oleh sebab itulah dalam
dari masyarakat . “berbuat moralistis
proses
makin
berarti berbuat menurut kepentingan
diperlukan adanya pendidikan moral.
kolektif,” katanya. Dengan demikian
Pendidikan
berarti
jelaslah kiranya bahwa dalil teoritis
mengajarkan nilai-nilai kepada anak-
dari Durkheim adalah bahwa setiap
anak, melainkan juga alat untuk
masyarakat
menjinakkan hasrat dan dorongan
mempunyai
pribadi atau dengan kata lain, alat
Dan ketiga, moralitas terlibat pula
untuk
tumpuan
dalam proses historis yang bersifat
penguasaan diri. Tetapi lebih dari itu,
evolusionistis, berubah sesuai dengan
kata
struktur
perubahan
bukan
sosial
saja
mendapatkan
Durkheim,
tujuan
utama
pendidikan moral adalah “untuk
hukum
yang
Kedua,
pada
ia
dasarnya
moralitasnya
sosial.
bisa
sendiri.
(Abdullah
dan
Leeden, 1986:11)
melekatkan pada anak-anak perasaan
Moralitas dapat dipandang
akan harkat manusia.” (Abdullah dan
sebagai fakta sosial, karena memiliki
Leeden, 1986:16)
karakteristik eksternal, umum dan
Menurut
sosiologi
moral,
Durkheim bertumpu pada tiga sikap
memaksa.
Moralitas
merupakan
relaita yang berada diluar individu.
Moralitas hadir dalam kesadaran
sekolah ini adalah salah satu sekolah
individu karena dipelajarai melalui
yang telah menerapkan kebijakan
proses sosialisasi. Oleh sebab itu ia
penumbuhan budi pekerti. Metode
ada sebelum individu ada dan akan
yang dipakai dalam penelitian ini
tetap ada jika individu ini telah tiada
adalah metode penelitian kualitatif.
karena ia selalu di transmisikan dari
Metode penelitian kualitatif, dipilih
satu generasi ke generasi seterusnya
dengan pertimbangan
penelitian
melalui sosialisasi dalam masyarakat.
memuat deskripsi
dan
penafsiran
Proses transmisi ini atau dikenal
data
berupa
ucapan
dengan
(komunikasi
sosialisasi,
menyebabkan
yang
verbal. Data
yang
moralitas ini hadir dalam kesadaran
digunakan adalah data primer yang
semua masyarakat, tidak bersifat
berbentuk
individual.
moralitas
kata-kata) serta data sekunder yang
memiliki sifat memaksa, dimana
berbentuk tindakan serta dokumen.
semua
Sumber
data
penelitian
ini
Selanjutnya
anggota
mengindahkan
masyarakatnya
keberadaan
fakta
verbal (ucapan
atau
primer
yaitu
dalam
wawancara.
moralitas ini. Jika tidak, akan ada
Sumber data primer dicari melalui
sesuatu yang memaksa seseorang
wawancara
untuk berperilaku, bertindak dan
Sedangkan
merasa seperti yang dikehendaki oleh
menggunakan
fakta moralitas, jika diberadapkan
dokumen.
dalam
menggali informasi dan perspektif
penelitian
ini
kebijikan
tak
terstruktur.
data sekunder
observasi
berpikir
informan.
sebuah moralitas.
observasi
dan
digunakan
untuk
mendapatkan data penelitian yaitu
di SMAN 1 Karangayar. SMAN 1
Karanganyar dipilih sebagai tempat
pelaksanaan
penelitian,
Sedangkan
studi dokumen
diupayakan untuk memperoleh data
Metode Penelitian
yang
dan
Wawancara diupayakan
penumbuhan budi pekerti merupakan
Tempat
dicari
karena
pendukung pelaksanaan penumbuhan
budi pekerti. Teknik pengambilan
subyek
penelitian
menggunakan
Purposive
sampling.
purposive
yaitu
sampel pada
Teknik
pengambilan
pertimbangan
dan
tujuan
tertentu yang dilakukan
Sosialisasi penumbuhan budi pekerti
dengan sengaja. Adapun pihak yang
dalam
diwawancara
dilakukan dalam berbagai kegiatan
untuk
data yang
kegiatan
seremonial
ini
berkaitan dengan penumbuhan budi
yaitu
pekerti ini adalah wakil kepala
pembina upacara setiap hari senin,
sekolah bidang kesiswaan, pembina
melalui
kegiatan
osis dan siswa kelas X dan XI.
Lingkuan
Sekolah
Trianggulasi yang digunakan pada
kegiatan seminar khusus tentang
penelitian
penumbuhan budi pekerti. Kegiatan
sumber
ini
yaitu
dan
trianggulasi
metode.
data secara
penyampaian
amanat
Pengenalan
(PLS),
dan
Teknik
seremonial ini efektif sebagai sarana
teknik
sosialisasi karena kegiatan-kegiatan
eksplanatif.
diikuti oleh hampir seluruh warga
analisis data menggunakan
analisis
saat
Miles
&
Huberman (Gunawan
2015
:210-
211) mengemukakan
sekolah
mengenai
sehingga
informasi
kebijakan
penumbuhan
tiga tahapan yang harus dikerjakan
budi
dalam menganalis data penelitian
dengan baik.
kualitatif, yaitu (1) reduksi data
2. Pembiasaan
(data reduction); (2) paparan data
pekerti
dapat
tersampaikan
dalam
kegiatan
belajar mengajar di kelas
(data display); dan (3) penarikan
Bentuk pembiasaan yang dilakukan
kesimpulan
dalam kegiatan belajar mengajar
dan
verifikasi
(verifying).
adalah masuk kedalam kelas tepat
Hasil Penelitian
waktu,
Berdasarkan
rumusan
penelitian,
hasil
bersalaman
kepada
guru
masalah
sebelum memasuki kelas, berdoa
penelitian
bersama dengan dipimpin oleh salah
menunjukkan bahwa ada 5 strategi
satu
dalam
implementasi
penumbuhan
menyanyikan lagu Indonesia Raya
budi
pekerti
SMAN
bersama-sama, melakukan literasi
di
1
Karanganyar :
1. Sosialisasi
seremonial
siswa
secara
bergantian,
dan diakhir pembelajaran diakhiri
melalui
kegiatan
dengan menyanyikan lagu daerah
dan juga doa bersama.
3. Kegiatan Non Kurikuler
Pembiasaan yang dilakukan dalam
kegiatan
nonkurikuler
Pembahasan
dilakukan
Penumbuhan
budi
pekerti
melalui kegiatan lomba penumbuhan
dapat dianalisi dengan teori fakta
budi pekerti dan juga kegiatan
sosial karena dalam penumbuhan
clasmeeting.
budi pekerti menunjukkan adanya
penumbuhan
Kegiatan
budi
lomba
pekerti
ini
sebuah semangat disiplin moral,
dilakukan untuk menilai pencapaian
menunjukkan
kebijakan penumbuhan budi pekerti
terhadap kelompok sosial begitu juga
yang telah dilakukan selama satu
menujukkan bahwa adanya otoritas
semester.
yang mengaturnya. Penjelasan dari 3
4. Penilaian sikap dalam laporan
hal tersebut akan dijelaskan berikut
pembelajaran
adanya
keterikatan
ini :
Penilaian sikap menjadi salah satu
1. Penumbuhan
Budi
pekerti
tolak ukur prestasi di SMAN 1
menunjukkan adanya semangat
Karanganyar sehingga sikap siswa
disiplin moral
menjadi aspek penting yang harus
Moralitas terdiri dari suatu
dinilai. Dimasukkannya nilai sikap
sistem kaidah atau norma mengenai
dalam laporan hasil pembelajaran
tindakan yang menentukan tingkah
siswa dapat memotivasi siswa untuk
laku
lebih
menentukan bagaimana kita harus
bersungguh-sungguh
dalam
melaksanakan
lagi
berbagai
kita.
bertindak
Kaidah
pada
tersebut
situasi-situasi
pembiasaan dalam penumbuhan budi
tertentu. Bertindak secara tepat tidak
pekerti.
lain adalah taat secara tepat terhadap
5. Adanya peraturan dan sanksi yang
kaidah yang ditetapkan. Semangat
mengikat
disiplin
moral
mengajarkan
kita
Adanya peraturan dan sanksi yang
untuk tidak bertindak sesuai dengan
mengikat
keinginan-keinanan
dapat
dilihat
melalui
sesaat
kita
adanya tata tertib yang mengatur
sebagai makhluk individu. Dalam hal
mengenai
diselengarakannya
ini disiplin moral mengajarkan kita
penumbuhan budi pekerti di SMAN
bahwa suatu tindakan hanya dapat
1 Karanganyar.
disebut
sebagai
tindakan
yang
bermoral atau tindakan yang benar
peraturan tersebut membatasi hasrat
bila kita mengendalikan keinginan-
atau keinginan tiap-tiap individu,
keinginan
melunakkan
mereka semua diatur dan harus
hasrat-hasrat tertentu dari dalam diri
tunduk dengan segala peraturan yang
individu. Disiplin moral ini berkaitan
ada. Dalam penumbuhan budi pekerti
juga dengan keteraturan perilaku
bentuk peraturannya tidak semua
pada saat-saat tertentu. Sehingga
tercantum dalam tata tertib tertulis
displin moral juga berarti bagaimana
namun
manusia berperilkau secara teratur
berbagai kegiatan yang dibiasakan
dan tetap sesuai nilai norma yang ada
untuk
(Durkheim, 1990: 18).
Dalam kebijakan tersebut
tertentu,
Semangat
dikerjakan
berbentuk
oleh
sekolah.
setiap
dalam
individu harus mampu menekan
dapat
hasrat pribadinya untuk datang ke
peraturan-
sekolah tidak setiap saat karena
peraturan yang mengatur perilaku
berdasarkan kebijakan penumbuhan
seluruh warga sekolah SMAN 1
budi pekerti, SMAN 1 Karanganyar
Karanganyar yang mengatur dan
membuat
membatasi
menerapkan jam masuk sekolah
penumbuhan
dilihat
disiplin
peraturannya
budi
dari
pekerti
adanya
perilaku
masyarakat
kebijakan
untuk
SMAN 1 Karanganyar. Kebijakan
pukul
penumbuhan budi pekerti ini bersifat
sekolah harus membiasakan diri
membatasi
untuk tidak datang terlambat.
keinginan-keinginan
individu di sekolah untuk berbuat
06.45
2. Adanya
dan
semua
keterikatan
warga
kelompok
sesukanya. Ada kaidah-kaidah yang
sosial dalam penumbuhan budi
harus ditaati. Dan terlebih dari itu,
pekerti
taat terhadap akidah-kaidah atau
Tindakan
moral
berarti
peraturan yang ada tersebut tidak
mengejar tujuan impersonal. Jika
hanya dilakukan dalam sekali waktu,
seseorang ingin menjadi makhluk
namun perlu untuk dilakukan secara
moral, manusia harus mengabdikan
teratur
Peraturan
dirinya kepada sesuatu yang bukan
tersebut berupa tata tertib tertulis
dirinya sendiri. Ia harus menyatu
maupun
dengan
dan
kontinyu.
tidak
tertulis.
Setiap
masyarakat,
betapapun
rendahnya tingkat persatuan tersebut.
memberi senyum, salam, sapa dan
Itulah
mencium tangan orang yang lebih
sebabnya
mengapa
tugas
pertama pendidikan moral adalah
dewasa
menyatukan anak dengan masyarakat
harus dengan rela melakukan itu
yang paling dekat dengannya yaitu
disekolah
keluarga. Dalam penumbuhan budi
peraturan
pekerti, setiap individu yang menjadi
senyum, salam, dan sapa bahkan
bagian dari masyarakat SMAN 1
bersalaman dan mencium tangan
Karanganyar memiliki konsekuensi
guru adalah suatu keharusan dengan
untuk mentaati berbagai peraturan,
alasan untuk menumbuhkan sikap
nilai dan norma yang telah ada.
sopan-santun siswa. Kesadaran siswa
Begitu
untuk
akan dilatih karena hal itu dianggap
peraturan
baik oleh warga sekolah, jadi mau
dalam pembiasan penumbuhan budi
tidak mau harus dikerjakan. Jika ada
pekerti ini. Setiap individu yang
siswa yang tidak mengerjakan hal
menjadi anggota masyarakat SMAN
tersebut, maka dia akan di cap
1
memiliki
sebagai orang yang tidak sopan,
konsekuensi untuk bertindak sesuai
judes dan lainnya. Misalkan lagi, ada
dengan kesepakatan serta nilai norma
banyak siswa yang masih sering
yang dipegang bersama. Perilaku,
terlambat datang ke sekolah karena
perkataan dan perasaan dari seluruh
jam masuk sekolah yang lebih pagi
individu diatur oleh kepentingan
dari sekolah yang lain. Jika siswa
bersama. Jika ingin diterima di dalam
tersebut ingin memenuhi keinginan
kelompok
1
atau hasrat pribadinya untk bangun
Karanganyar, setiap individu harus
siang dan berangkat ke sekolah tidak
berperilaku
keinginan
sesuai dengan ketentuan yang ada,
masyarakat hal itu menunjukkan
siswa tersebut akan dianggap sebagai
bahwa
adalah
siswa yang bermasalah karena dia
kelompok
tidak bisa melakukan atau mematuhi
juga
harus
melaksanakan
semua
Karanganyar
makhluk
mau
ini
masyarakat
sesuai
individu
SMAN
tersebut
bermoral
di
tersebut. Misalnya bagi siswa yang
tidak terbiasa atau dibiasakan untuk
peraturan
dirumah,
siswa
karena
yang
seperti
tersebut
berdasarkan
ada,
yang
kebiasaan
individu
lainnya lakukan, yaitu datang tepat
tertentu(Abdullah
waktu ke sekolah.
1986:219)
3. Adanya otoritas dalam kebijakan
penumbuhan budi pekerti
Otoritas
adalah
dan
Pemegang
Leeden,
otoritas
moral
dalam penumbuhan budi pekerti ini
pengaruh
bersifat sosial, artinya tidak hanya
yang memaksakan kepada kita semua
satu
kekuatan moral
otoritas untuk menjaga moral warga
yang kita akui
individu
yang
sebagai sesuatu yang berada diatas
sekolah
SMAN
kita. Karena pengaruh itulah kita
Seperti
yang
bertindak menurut cara yang sudah
wawancara,
ditetapkan,
menyampaikan
dan
bukan
tindakan
mempunyai
1
karanganyar.
didapat
beberapa
melalui
informan
bahwa
dalam
karena tindakan yang diharuskan itu
penumbuhan budi pekerti ini kepala
menarik bagi kita. Juga bukan karena
sekolah misalnya sering mengontrol
adanya kecenderungan batin tertentu,
dilaksanaknnya
entah pembawaan atau kebiasaan,
pembiasaan-pembiasaan
melainkan karena dalam otoritas itu
dilakukan di dalam kelas, setiap pagi
ada suatu pengaruh yang bersifat
kepala sekolah berkeliling sekolah
memaksa,
kita
untuk memastikan bahwa kegiatan
bertindak demikian. Ketaatan berarti
pembiasaan di awal jam pelajaran
menerima
dilaksanaka oleh setiap kelas. Selain
yang
menyuruh
otoritas
tersebut
kegiatan
yang
(Durkheim, 1990:21). Berkat otoritas
itu guru
memiliki peran untuk
yang
menjadi
pembimbing
ada,
kaidah-kaidah
moral
menjadi
kekuatan
asli
yang
mencegah
keinginan
dan
hasrat
menyelenggrakan
dalam
pembiasaan
didalam kelas seperti kegiatan doa
individu. Kekuatan tersebut bukanlah
bersama,
sesuatu yang bersifat material namun
kebangsaan, literasi dan lainnya.
menggerakkan jiwa. Dalam kekuatan
Kegiatan pembiasaan di dalam kelas,
tersebut terkandung semua yang
menjadi tanggung jawab guru untuk
diperlukan
mendampingi
kehendak,
untuk
membelokkan
memaksanya
mengarahkannya
ke
dan
tujuan
menyanyikan
dan
lagu
membimbing.
Guru BK juga menjadi salah satu
pihak
yang
berotoritas
dalam
penumbuhan budi pekerti ini. Dalam
mengenai
hal ini guru BK memiliki otoritas
budi
untuk mengembalikan peserta didik
dengan baik. Kedua, Pembiasaan
yang melakukan pelanggarn untuk
dalam kegiatan belajar mengajar di
kembali menjadi anak yang patuh
kelas.
dengan cara memberikan skorsing
dilakukan dalam kegiatan belajar
dan pendampingan agar anak yang
mengajar adalah masuk kedalam
melakukan pelanggaran tidak terlalu
kelas
lama bertindak jauh dari peraturan
kepada guru sebelum memasuki
yang ada.
kelas,
Simpulan
dipimpin oleh salah satu siswa secara
Berdasarkan hasil penelitian,
maka diambil kesimpulan bahwa ada
5
strategi
dalam
implementasi
penumbuhan budi pekerti di SMAN
1 Karanganyar : Pertama, sosialisasi
melalui
kegiatan
seremonial.
Sosialisasi penumbuhan budi pekerti
dalam
kegiatan
seremonial
ini
dilakukan dalam berbagai kegiatan
yaitu
saat
penyampaian
amanat
pembina upacara setiap hari senin,
melalui
kegiatan
Lingkuan
Sekolah
Pengenalan
(PLS),
dan
kegiatan seminar khusus tentang
penumbuhan budi pekerti. Kegiatan
seremonial ini efektif sebagai sarana
sosialisasi karena kegiatan-kegiatan
diikuti oleh hampir seluruh warga
sekolah
sehingga
informasi
kebijakan
pekerti
penumbuhan
dapat
Bentuk
tepat
tersampaikan
pembiasaan
waktu,
berdoa
bergantian,
yang
bersalaman
bersama
dengan
menyanyikan
Indonesia
Raya
melakukan
literasi
pembelajaran
lagu
bersama-sama,
dan
diakhir
diakhiri
dengan
menyanyikan lagu daerah dan juga
doa bersama. Ketiga, Pembiasan
dalam
kegiatan
Kurikuler.
Kegiatan
Non
Pembiasaan
dilakukan
dalam
nonkurikuler
dilakukan
yang
kegiatan
melalui
kegiatan lomba penumbuhan budi
pekerti
dan
clasmeeting.
penumbuhan
juga
kegiatan
Kegiatan
budi
lomba
pekerti
ini
dilakukan untuk menilai pencapaian
kebijakan penumbuhan budi pekerti
yang telah dilakukan selama satu
semester. Keempat, Penilaian sikap
dalam
laporan
pembelajaran.
Penilaian sikap menjadi salah satu
tolak ukur prestasi di SMAN 1
hari dikerjakan secara kontinyu.
Karanganyar sehingga sikap siswa
Penumbuhan budi pekerti ini juga
menjadi aspek penting yang harus
berlaku bagi seluruh warga SMAN 1
dinilai. Dimasukkannya nilai sikap
karanganyar
dalam laporan hasil pembelajaran
pelaksanaannya,
siswa dapat memotivasi siswa untuk
berlaku bagi seluruh warga sekolah.
lebih
Setiap
dalam
bersungguh-sungguh
melaksanakan
lagi
berbagai
sehingga
dalam
kebijakan
individu
harus
ini
rela
mengerjakan berbagai kegiatan yang
pembiasaan dalam penumbuhan budi
telah
pekerti. Kelima, Adanya peraturan
individu
dan sanksi yang mengikat. Adanya
dianggap sebagai warga SMAN 1
peraturan dan sanksi yang mengikat
karanganyar.
dapat dilihat melalui adanya tata
dasarnya
tertib
tersebut berkenan untuk dikerjakan
yang
mengatur
mengenai
ditetapkan
tersebut
tersebut
jika
ingin
tetap
Walaupun
tidak
semua
pada
kegiatan
diselengarakannya penumbuhan budi
secara
pekerti di SMAN 1 Karanganyar.
pembiasaan, sanksi yang ada berlaku
Berdasarkan
Sosialisai,
fakta
bagi keseluruhan warga sekolah.
sosial, strategi dalam implementasi
Untuk menjaga agar penumbuhan
penumbuhan
ini
budi pekerti ini dipatuhi oleh seluruh
merupakan sebuah semangat disiplin
warga sekolah maka kepala sekolah,
moral.
dalam
guru maupun guru BK memiliki
budi
peran untuk mengatur dan menjaga
pekerti ini warga sekolah SMAN 1
peraturan tersebut tetap ada dan
Karanganyar
dipatuhi sehingga tujuan yang ingin
Hal
implementasi
budi
ini
teori
pribadi.
pekerti
karena
penumbuhan
harus
mengerjakan
setiap kegiatan pembiasaan ini secara
dicapai
teratur
penumbuhan budi pekerti ini pun
dan
kontinyu
agar
penumbuhan budi pekerti menjadi
sebuah budaya, terlebih dari itu
dari
diterapkannya
juga dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
setiap pembiasaan tersebut menjadi
sarana pembentukan karakter yang
berbudi pekerti luhur karena setiap
Abdullah, Taufik & Van Der Leeden
A.C (Eds). (1986). Durkheim dan
Pengantar Sosiologi Moralitas.
Jakarta: Yayasan obor Indonesia
Ali, Muhtadi. (2015). Strategi Untuk
Mengimplementasikan Pendidikan
Budi Pekerti Secara Efektif di
Sekolah. LPPM Universitas Negeri
Yogyakarta.
Durkheim, Emile. (1990.).
Pendidikan Moral Suatu studi teori
dan Aplikasi Sosisologi Pendidikan.
Jakarta : Erlangga
Gunawan, Imam. (2015). Metode
penelitian Kualitatif : Teori dan
Praktik. Bandung : Bumi Aksara
Jones, Pip. (2009). Pengantar TeoriTeori Sosial dari teori
Fungsionalisme hingga Postmodernisme. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Mulyasa. (2013). Pengembangan
dan Implementasi kurikulum 2013.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prakoso, Taufik. (2017, 20 Maret).
2016, 105 Anak terlibat Kasus
kekerasan, Solopos, halaman 7
Satori, Djam’an & Komariah, Aan.
(2009). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Hartono, Rudi. (2017, 19 Maret).
Menolak Diajak Mabuk pelajar
Dianiaya Kenalan, Solopos, halaman
4
Sunartono. (2017, 15 Maret). Polisi
Tangkap 2 Pelaku klithih, Solopos,
halaman 3
Herdiansyah, Haris. (2010).
Metodologi Penelitian Kualitatif
Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika
Sutjipto. (2014). Pendidikan Budi
Pekerti Pada Kurikulum di
Indonesia. Jakarta: Balitbang
Kemendikbud
Hidayat, Rakhmat. (2014). Sosiologi
Pendidikan Emile Durkheim. Jakarta:
PT.Rajagrafindo Persada.
Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan
Moral & Budi Pekerti Dalam
Perspektif Perubahan menggagas
platform pendidikan budi pekerti
secara kontekstual dan futuristik.
Jakarta : Bumi Aksara
Ismail, Muhammad. (2017, 21
Maret). Teror 13 Tahun Predator
Anak, Jawa Pos, halaman 1
DI SMAN 1 KARANGANYAR
Octanti Mariana, Atik Catur Budiati, Nurhadi
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
octantimariana@gmail.com
ABSTRACT
The aim of this study is to find out the strategy in implementing the policy
of character development in SMAN Negeri 1 Karanganyar. Based on the
research, it can be concluded that there are 5 strategies that is conducted by the
school to implement policy of character building in SMAN 1 Karanganyar. The
first , introducing the school environment and doing seminar about character
building development while flag ceremonial. The second , making it becomes a
habit in teaching and learning in class. The third , making it becomes a habit in
non curricula activity. The fourth , there is attitude scoring in learning report. The
last, there is a rule and punishment. In the analysis of Emile Durkheim’s social
fact theory , character building development is a social fact. Developing
character building shows the spirit of moral discipline, bonding in social groups
and and the authority that manage it.. Those three case is element of moralities
from Emil Durkeim social fact
Keywords: Implementation, Character Building Development, Social fact
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui strategi implementasi kebijakan
penumbuhan budi pekerti di SMAN Negeri 1 Karanganyar. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan ada 5 strategi yang dilakukan sekolah untuk
mengimplementasikan kebijakan penumbuhan budi pekerti di SMAN 1
Karanganyar. Pertama melalui sosialisasi kegiatan seremonial yaitu saat upacara
bendera, pelaksanaan Pengenalan Lingkungan Sekolah dan seminar penumbuhan
budi pekerti. Kedua, pembiasaan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Ketiga, pembiasaan dalam kegiatan non kurikuler. Keempat, adanya penilaian
sikap dalam laporan pembelajaran. Kelima, adanya peraturan dan sanksi yang
mengikat. Dalam analisi teori fakta sosial Emile Durkheim, penumbuhan budi
pekerti merupakan sebuah fakta sosial. Dalam penumbuhan budi pekerti
menunjukkan semangat disiplin moral, adanya keterikanan terhadap kelompok
sosial dan adanya otoritas yang mengaturnya. Ketiga hal tersebut merupakan
unsur moralitas dari teori fakta sosial Emile Durkheim.
Kata Kunci : Implementasi, Penumbuhan Budi Pekerti, Fakta Sosial
perempuan. Kejadian ini meningkat
Pendahuluan
Persoalan pendidikan moral
atau budi pekerti
sampai saat ini
masih menjadi fokus pembicaraan
yang menarik untuk selalu dikaji dan
dicarikan
solusinya.
Berbagai
permasalahan yang dialami oleh
remaja
maupun
para
pemuda
Indonesia seperti tindak kekerasan,
pornografi, meningkatnya dekadensi
moral etika atau sopan santun para
pelajar, meningkatnya ketidakjujuran
pelajar
seperti
membolos,
menyontek,
berkurangnya
rasa
hormat terhadap orang tua, guru dan
terhadap figur-figur yang seharusnya
dihormati,
timbulnya
gelombang
perilaku yang merusak diri seperti
perilaku seks bebas, penyalahgunaan
narkoba dan perilaku bunuh diri.
(Kemendikbud, 2015:1)
Berdasarkan penyajian data
dan informasi kementrian pemuda
dan olahraga tahun 2015; Selama
tahun 2015 saja jumlah pelaku tindak
kriminal yang dilakukan anak dan
remaja yang terjadi di Indonesia
sebanyak 3.280 kasus dimana 2.797
kasus dikerjakan oleh remaja lakilaki dan 483 kasus oleh remaja
sekitar
4,3
persen
dari
tahun
sebelumnya dan kasus kriminalitas
pada anak ini selalu meningkat setiap
tahunnya. Data yang dikutip dari
Solopos
edisi
20
Maret
2017
sepanjang tahun 2016, ada 105 anak
yang terlibat kasus kekerasan di
Surakarta dan sekitarnya. Bukan
hanya
kasus
kriminal
maupun
kekerasan yang banyak terjadi di
kalangan pelajar. Banyak berita yang
menayangkan lunturnya nilai sopan
santun dan menghormati orang yang
lebih dewasa, khususnya guru. Pada
hari selasa 11 Oktober 2016 tersebar
foto-foto yang menunjukkan tingkah
laku anak SMA yang tak sopan
terhadap gurunya yang sudah lanjut
usia. Siswa yang diketahui bernama
Ilham dari SMA Toddopuli 6 ini
duduk
dengan
mengangkat
kaki
diatas meja gurunya yang bernama
Pak
Ambo.
Selain
menaikkan
kakinya disamping meja guru, siswa
ini juga merokok sambil bergaya
disamping gurunya yang tampak
miris, sambil membaca buku dan tak
bisa berbuat apa-apa. (brilio.net).
Bukan hanya itu, berdasarkan berita
di kompas.com pada tanggal 2
November 2016 ada kasus murid
mngetahui
tonjok bu guru. Kasus ini terjadi saat
sekolah dalam mengimplementasikan
proses konseling diruang bimbingan
penumbuhan budi pekerti di SMAN
konseling SMU Pusaka, Kalimalang.
1 Karanganyar.
bagaimana
strategi
Dengan berbagai data yang
telah
disebutkan
diatas,
menggambarkan bahwa ada yang
tidak beres dengan pendidikan di
Kajian Pustaka
Pendidikan Budi pkerti
Sehubungan
dengan
topik
Indonesia. Melihat persoalan yang
pendidikan
demikian, banyak orang kemudian
beberapa definisi mengenai budi
berpaling pada pendidikan, dimana
pekerti. Budi pekerti mengacu pada
pendidikan nasional dianggap telah
pengertian dalam bahasa inggris,
gagal dalam menyemai moral serta
yang
karakter bangsa yang berbudi luhur.
moralitas.
Berbagai kasus kekerasan, kriminal,
beberapa pengertian antara lain : adat
ketidaksopanan pelajar terhadap guru
istiadat, sopan santun, dan perilaku.
menggambarkan betapa pendidikan
Namun
pengertian
budi pekerti di Indonesia belum
secara
hakiki
terimplementasi
Sementara
dengan
baik.
budi
pekerti,
diterjemahkan
Moralitas
itu
ada
sebagai
mengandung
budi
adalah
pekerti
perilaku.
menurut
draft
Padahal jika dilihat dari sejarah
kurikulum berbasis kompetensi 2001,
penerapan pendidikan budi pekerti,
budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku
pendidikan
sudah
manusia yang akan diukur menurut
diterapkan di Indonesia sejak tahun
kebaikan dan keburukannya melalui
1947.
budi
norma agama, norma hukum, tata
pekerti yang belum terimplementasi
krama dan sopan santun, norma
dengan baik pada pendidikan di
budaya dan adat istiadat masyarakat.
Indonesia, Peneliti terdorong untuk
Nurul (2007: 17). Budi pekerti akan
melakukan
mengidentifikasi
budi
Melihat
implementasi
pekerti
pendidikan
penelitian
bagaimana
penumbuhan
budi
pekerti di SMAN 1 Karanganyar.
Lebih khusus lagi, peneliti ingin
perilaku
positif
yang diharapkan dapat terwujud
dalam
perbuatan,
perkataann,
pikiran,
sikap,
perasaan,
dan
kepribadian peserta didik.
masyarakat. Berdasarkan peraturan
Istilah budi pekerti menurut
Kamus
Besar
serasi antara keluarga, sekolah, dan
Bahasa
Indonesia
baru Kementrian Pendidikan dan
kebudayaan
tersebut,
sekolah
(2010: 170) terdiri dari dua kata,
diharapkan bisa menjadi “taman”
yaitu budi dan pekerti yang tidak
yang
dapat
kata
Indonesia akan mendapatkan suasana
tersebut adalah bagian integral yang
belajar yang penuh tantangan namun
saling terkait. Budi berarti panduan
menyenangkan dan menumbuhkan
akal dan perasaan untuk menimbang
budi pekerti luhur. Bersaman dengan
baik buruk. Pekerti berarti perangai,
dimulainya
tingkah
2015/2016,
dipisahkan
laku,
demikian
,
kedua
akhlak.
budi
Dengan
tahun
anak-anak
ajaran
baru
kemendikbud
berarti
mencanangkan gerakan penumbuhan
kesadaran yang ditampilkan oleh
Pendidikan Budi Pekerti melalui
seseorang dalam berperilaku.
serangkaian kegiatan non kurikuler,
Konsep
yaitu rangkaian kegiatan harian dan
Kebijakan
pekerti
didalamnya
Penumbuhan
budi Pekerti
Penumbuhan
budi
pekerti
periodik
wajib
maupun
pilihan,
seperti
yang
tertuang
dalam
bertujuan untuk menjadikan sekolah
Permendikbud tentang Penumbuhan
sebagai
Pendidikan
taman
belajar
yang
Budi
Pekerti
untuk
menyenangkan bagi siswa, guru, dan
menumbuhkembangkan
tenaga
dan karakter positif yang telah
kependidikan,
menumbuhkembangkan
kebiasaan
yang baik sebagai bentuk pendidikan
nilai-nilai
dijelaskan diatas.
Kompeten,
anti-kekerasan,
karakter sejak di keluarga, sekolah,
dan berintegritas merupakan bagian
dan
menjadikan
dari budi pekerti. Namun, seorang
pendidikan sebagai gerakan yang
siswa tidak mungkin bisa berbudi
melibatkan pemerintah, pemerintah
pekerti dalam waktu sekejap. Ini
daerah, masyarakat, dan keluarga;
langkah
dan/atau;
menumbuhkembangkan
pembiasaan. Maka dari itu, dalam
lingkungan dan budaya belajar yang
Permendikbud No.23 Tahun 2015
masyarakat;
panjang
dan
perlu
tentang Penumbuhan Budi Pekerti
Teori Fakta Sosial Menurut Emile
disebutkan alur pembudayaan agar
Durkheim
siswa dapat berbudi pekerti luhur.
Dalam
bukunya
yang
Alur itu adalah diajarkan, dibiasakan,
berjudul Pendidikan Moral Suatu
dilatih konsisten, menjadi kebiasaan,
Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
menjadi karakter dan pada akhirnya
Pendidikan, Durkheim menyatakan
menjadi budaya. Alur pembudayaan
hubungan antara Fungsi Pendidikan
tersebut dapat dilihat daridari contoh
kaitannya
berikut.
dalam
pendidikan adalah suatu sarana sosial
pembudayaan hidup bersih alurnya
untuk membentuk moral masyarakat.
adalah sebagai berikut : diajarkan
Sekolah mempunyai fungsi yang
cara hidup bersih dan bahaya hidup
sangat penting dan khusus untuk
kotor.
menciptakan
Misalkan
Alur
selanjutnya
adalah
dengan
Moralitas
:
makhluk baru yang
dibiasakan membersihkan yang kotor
dibentuk sesuai dengan kebutuhan
dan
masyarakat.
membuang
sampah
pada
Individualisme
harus
tempatnya. Ketika sudah menjadi
dibatasi karena individualisme yang
kebiasaan
berlebihan dalam pendidikan dapat
(
membersihkan
tanpa
dan
disadari)
membuang
mengakibatkan
kegagalan
pribadi
sampah pada tempatnya.. pada tahap
dan kekacauan sosial. Pendidikan
dilatih
moral
konsisten
maka
siswa
merupakan
penangkal
diarahkan bila tidak dikerjakan daan
terhadap penyakit-penyakit seperti
ditegur bila melanggar. Pada tahap
itu.” (Durkheim, 1990: xiii)
sudah menjadi karakter maka siswa
Moralitas atau etika bagi
akan suka dengan kebersihan dan
Durkheim tidak bisa dianggap hanya
merasa tidak nyaman apabila melihat
menyangkut suatu ajaran normatif
sampah tidk pada tempatnya. Dan
tentang baik dan buruk, melainkan
ketika hidup bersih tersebut sudah
suatu “sistem fakta yang diwujudkan,
menjadi budaya maka mmasyarakat
(yang) terkait dalam keseluruhan
akan
yang
sistem dunia” moralitas bukan saja
bersih.
menyangkut sistem perilaku yang “
menjadi
berbudaya
masyarakat
hidup
(kemendikbud: 2015: 15)
sewajarnya” melainkan juga suatu
sistem
yang
didasarkan
pada
dasar. Pertama, moralitas haruslah
ketentuan-ketentuan. Dan ketentuan
dilihat sebagai suatu “fakta sosial”
ini adalah “ sesuatu yang berada di
yang
luar diri” si pelaku. Karena itu
keinginan subyektif. Fakta sosial
disamping
corak
harus dianggap sebagai fenomena
positivistis, studi tentang moralitas
sosial, yang terdiri atas aturan-aturan
semestinya juga bersifat rasionalistis
atau kaidah-kaidah dalam bertindak
dan sekuler. (Abdullah dan Leeden,
yang bisa dikenal dengan ciri khas
1986:9)
tertentu . karena itu “ mestilah
mempunyai
Moralitas
adalah
pantulan
kehadirannya
mungkin
untuk
terlepas
dari
melukiskannya,
dari masyarakat. Dalam hal ini
mengklasifikasikannya, dan untuk
masyarakat bukan saja merupakan
mencari
suasana yang melahirkan moralitas,
menerangkannya”.
melainkan juga tujuan dari tindakan
merupakan bagian yang fungsional
moral itu. Oleh sebab itulah dalam
dari masyarakat . “berbuat moralistis
proses
makin
berarti berbuat menurut kepentingan
diperlukan adanya pendidikan moral.
kolektif,” katanya. Dengan demikian
Pendidikan
berarti
jelaslah kiranya bahwa dalil teoritis
mengajarkan nilai-nilai kepada anak-
dari Durkheim adalah bahwa setiap
anak, melainkan juga alat untuk
masyarakat
menjinakkan hasrat dan dorongan
mempunyai
pribadi atau dengan kata lain, alat
Dan ketiga, moralitas terlibat pula
untuk
tumpuan
dalam proses historis yang bersifat
penguasaan diri. Tetapi lebih dari itu,
evolusionistis, berubah sesuai dengan
kata
struktur
perubahan
bukan
sosial
saja
mendapatkan
Durkheim,
tujuan
utama
pendidikan moral adalah “untuk
hukum
yang
Kedua,
pada
ia
dasarnya
moralitasnya
sosial.
bisa
sendiri.
(Abdullah
dan
Leeden, 1986:11)
melekatkan pada anak-anak perasaan
Moralitas dapat dipandang
akan harkat manusia.” (Abdullah dan
sebagai fakta sosial, karena memiliki
Leeden, 1986:16)
karakteristik eksternal, umum dan
Menurut
sosiologi
moral,
Durkheim bertumpu pada tiga sikap
memaksa.
Moralitas
merupakan
relaita yang berada diluar individu.
Moralitas hadir dalam kesadaran
sekolah ini adalah salah satu sekolah
individu karena dipelajarai melalui
yang telah menerapkan kebijakan
proses sosialisasi. Oleh sebab itu ia
penumbuhan budi pekerti. Metode
ada sebelum individu ada dan akan
yang dipakai dalam penelitian ini
tetap ada jika individu ini telah tiada
adalah metode penelitian kualitatif.
karena ia selalu di transmisikan dari
Metode penelitian kualitatif, dipilih
satu generasi ke generasi seterusnya
dengan pertimbangan
penelitian
melalui sosialisasi dalam masyarakat.
memuat deskripsi
dan
penafsiran
Proses transmisi ini atau dikenal
data
berupa
ucapan
dengan
(komunikasi
sosialisasi,
menyebabkan
yang
verbal. Data
yang
moralitas ini hadir dalam kesadaran
digunakan adalah data primer yang
semua masyarakat, tidak bersifat
berbentuk
individual.
moralitas
kata-kata) serta data sekunder yang
memiliki sifat memaksa, dimana
berbentuk tindakan serta dokumen.
semua
Sumber
data
penelitian
ini
Selanjutnya
anggota
mengindahkan
masyarakatnya
keberadaan
fakta
verbal (ucapan
atau
primer
yaitu
dalam
wawancara.
moralitas ini. Jika tidak, akan ada
Sumber data primer dicari melalui
sesuatu yang memaksa seseorang
wawancara
untuk berperilaku, bertindak dan
Sedangkan
merasa seperti yang dikehendaki oleh
menggunakan
fakta moralitas, jika diberadapkan
dokumen.
dalam
menggali informasi dan perspektif
penelitian
ini
kebijikan
tak
terstruktur.
data sekunder
observasi
berpikir
informan.
sebuah moralitas.
observasi
dan
digunakan
untuk
mendapatkan data penelitian yaitu
di SMAN 1 Karangayar. SMAN 1
Karanganyar dipilih sebagai tempat
pelaksanaan
penelitian,
Sedangkan
studi dokumen
diupayakan untuk memperoleh data
Metode Penelitian
yang
dan
Wawancara diupayakan
penumbuhan budi pekerti merupakan
Tempat
dicari
karena
pendukung pelaksanaan penumbuhan
budi pekerti. Teknik pengambilan
subyek
penelitian
menggunakan
Purposive
sampling.
purposive
yaitu
sampel pada
Teknik
pengambilan
pertimbangan
dan
tujuan
tertentu yang dilakukan
Sosialisasi penumbuhan budi pekerti
dengan sengaja. Adapun pihak yang
dalam
diwawancara
dilakukan dalam berbagai kegiatan
untuk
data yang
kegiatan
seremonial
ini
berkaitan dengan penumbuhan budi
yaitu
pekerti ini adalah wakil kepala
pembina upacara setiap hari senin,
sekolah bidang kesiswaan, pembina
melalui
kegiatan
osis dan siswa kelas X dan XI.
Lingkuan
Sekolah
Trianggulasi yang digunakan pada
kegiatan seminar khusus tentang
penelitian
penumbuhan budi pekerti. Kegiatan
sumber
ini
yaitu
dan
trianggulasi
metode.
data secara
penyampaian
amanat
Pengenalan
(PLS),
dan
Teknik
seremonial ini efektif sebagai sarana
teknik
sosialisasi karena kegiatan-kegiatan
eksplanatif.
diikuti oleh hampir seluruh warga
analisis data menggunakan
analisis
saat
Miles
&
Huberman (Gunawan
2015
:210-
211) mengemukakan
sekolah
mengenai
sehingga
informasi
kebijakan
penumbuhan
tiga tahapan yang harus dikerjakan
budi
dalam menganalis data penelitian
dengan baik.
kualitatif, yaitu (1) reduksi data
2. Pembiasaan
(data reduction); (2) paparan data
pekerti
dapat
tersampaikan
dalam
kegiatan
belajar mengajar di kelas
(data display); dan (3) penarikan
Bentuk pembiasaan yang dilakukan
kesimpulan
dalam kegiatan belajar mengajar
dan
verifikasi
(verifying).
adalah masuk kedalam kelas tepat
Hasil Penelitian
waktu,
Berdasarkan
rumusan
penelitian,
hasil
bersalaman
kepada
guru
masalah
sebelum memasuki kelas, berdoa
penelitian
bersama dengan dipimpin oleh salah
menunjukkan bahwa ada 5 strategi
satu
dalam
implementasi
penumbuhan
menyanyikan lagu Indonesia Raya
budi
pekerti
SMAN
bersama-sama, melakukan literasi
di
1
Karanganyar :
1. Sosialisasi
seremonial
siswa
secara
bergantian,
dan diakhir pembelajaran diakhiri
melalui
kegiatan
dengan menyanyikan lagu daerah
dan juga doa bersama.
3. Kegiatan Non Kurikuler
Pembiasaan yang dilakukan dalam
kegiatan
nonkurikuler
Pembahasan
dilakukan
Penumbuhan
budi
pekerti
melalui kegiatan lomba penumbuhan
dapat dianalisi dengan teori fakta
budi pekerti dan juga kegiatan
sosial karena dalam penumbuhan
clasmeeting.
budi pekerti menunjukkan adanya
penumbuhan
Kegiatan
budi
lomba
pekerti
ini
sebuah semangat disiplin moral,
dilakukan untuk menilai pencapaian
menunjukkan
kebijakan penumbuhan budi pekerti
terhadap kelompok sosial begitu juga
yang telah dilakukan selama satu
menujukkan bahwa adanya otoritas
semester.
yang mengaturnya. Penjelasan dari 3
4. Penilaian sikap dalam laporan
hal tersebut akan dijelaskan berikut
pembelajaran
adanya
keterikatan
ini :
Penilaian sikap menjadi salah satu
1. Penumbuhan
Budi
pekerti
tolak ukur prestasi di SMAN 1
menunjukkan adanya semangat
Karanganyar sehingga sikap siswa
disiplin moral
menjadi aspek penting yang harus
Moralitas terdiri dari suatu
dinilai. Dimasukkannya nilai sikap
sistem kaidah atau norma mengenai
dalam laporan hasil pembelajaran
tindakan yang menentukan tingkah
siswa dapat memotivasi siswa untuk
laku
lebih
menentukan bagaimana kita harus
bersungguh-sungguh
dalam
melaksanakan
lagi
berbagai
kita.
bertindak
Kaidah
pada
tersebut
situasi-situasi
pembiasaan dalam penumbuhan budi
tertentu. Bertindak secara tepat tidak
pekerti.
lain adalah taat secara tepat terhadap
5. Adanya peraturan dan sanksi yang
kaidah yang ditetapkan. Semangat
mengikat
disiplin
moral
mengajarkan
kita
Adanya peraturan dan sanksi yang
untuk tidak bertindak sesuai dengan
mengikat
keinginan-keinanan
dapat
dilihat
melalui
sesaat
kita
adanya tata tertib yang mengatur
sebagai makhluk individu. Dalam hal
mengenai
diselengarakannya
ini disiplin moral mengajarkan kita
penumbuhan budi pekerti di SMAN
bahwa suatu tindakan hanya dapat
1 Karanganyar.
disebut
sebagai
tindakan
yang
bermoral atau tindakan yang benar
peraturan tersebut membatasi hasrat
bila kita mengendalikan keinginan-
atau keinginan tiap-tiap individu,
keinginan
melunakkan
mereka semua diatur dan harus
hasrat-hasrat tertentu dari dalam diri
tunduk dengan segala peraturan yang
individu. Disiplin moral ini berkaitan
ada. Dalam penumbuhan budi pekerti
juga dengan keteraturan perilaku
bentuk peraturannya tidak semua
pada saat-saat tertentu. Sehingga
tercantum dalam tata tertib tertulis
displin moral juga berarti bagaimana
namun
manusia berperilkau secara teratur
berbagai kegiatan yang dibiasakan
dan tetap sesuai nilai norma yang ada
untuk
(Durkheim, 1990: 18).
Dalam kebijakan tersebut
tertentu,
Semangat
dikerjakan
berbentuk
oleh
sekolah.
setiap
dalam
individu harus mampu menekan
dapat
hasrat pribadinya untuk datang ke
peraturan-
sekolah tidak setiap saat karena
peraturan yang mengatur perilaku
berdasarkan kebijakan penumbuhan
seluruh warga sekolah SMAN 1
budi pekerti, SMAN 1 Karanganyar
Karanganyar yang mengatur dan
membuat
membatasi
menerapkan jam masuk sekolah
penumbuhan
dilihat
disiplin
peraturannya
budi
dari
pekerti
adanya
perilaku
masyarakat
kebijakan
untuk
SMAN 1 Karanganyar. Kebijakan
pukul
penumbuhan budi pekerti ini bersifat
sekolah harus membiasakan diri
membatasi
untuk tidak datang terlambat.
keinginan-keinginan
individu di sekolah untuk berbuat
06.45
2. Adanya
dan
semua
keterikatan
warga
kelompok
sesukanya. Ada kaidah-kaidah yang
sosial dalam penumbuhan budi
harus ditaati. Dan terlebih dari itu,
pekerti
taat terhadap akidah-kaidah atau
Tindakan
moral
berarti
peraturan yang ada tersebut tidak
mengejar tujuan impersonal. Jika
hanya dilakukan dalam sekali waktu,
seseorang ingin menjadi makhluk
namun perlu untuk dilakukan secara
moral, manusia harus mengabdikan
teratur
Peraturan
dirinya kepada sesuatu yang bukan
tersebut berupa tata tertib tertulis
dirinya sendiri. Ia harus menyatu
maupun
dengan
dan
kontinyu.
tidak
tertulis.
Setiap
masyarakat,
betapapun
rendahnya tingkat persatuan tersebut.
memberi senyum, salam, sapa dan
Itulah
mencium tangan orang yang lebih
sebabnya
mengapa
tugas
pertama pendidikan moral adalah
dewasa
menyatukan anak dengan masyarakat
harus dengan rela melakukan itu
yang paling dekat dengannya yaitu
disekolah
keluarga. Dalam penumbuhan budi
peraturan
pekerti, setiap individu yang menjadi
senyum, salam, dan sapa bahkan
bagian dari masyarakat SMAN 1
bersalaman dan mencium tangan
Karanganyar memiliki konsekuensi
guru adalah suatu keharusan dengan
untuk mentaati berbagai peraturan,
alasan untuk menumbuhkan sikap
nilai dan norma yang telah ada.
sopan-santun siswa. Kesadaran siswa
Begitu
untuk
akan dilatih karena hal itu dianggap
peraturan
baik oleh warga sekolah, jadi mau
dalam pembiasan penumbuhan budi
tidak mau harus dikerjakan. Jika ada
pekerti ini. Setiap individu yang
siswa yang tidak mengerjakan hal
menjadi anggota masyarakat SMAN
tersebut, maka dia akan di cap
1
memiliki
sebagai orang yang tidak sopan,
konsekuensi untuk bertindak sesuai
judes dan lainnya. Misalkan lagi, ada
dengan kesepakatan serta nilai norma
banyak siswa yang masih sering
yang dipegang bersama. Perilaku,
terlambat datang ke sekolah karena
perkataan dan perasaan dari seluruh
jam masuk sekolah yang lebih pagi
individu diatur oleh kepentingan
dari sekolah yang lain. Jika siswa
bersama. Jika ingin diterima di dalam
tersebut ingin memenuhi keinginan
kelompok
1
atau hasrat pribadinya untk bangun
Karanganyar, setiap individu harus
siang dan berangkat ke sekolah tidak
berperilaku
keinginan
sesuai dengan ketentuan yang ada,
masyarakat hal itu menunjukkan
siswa tersebut akan dianggap sebagai
bahwa
adalah
siswa yang bermasalah karena dia
kelompok
tidak bisa melakukan atau mematuhi
juga
harus
melaksanakan
semua
Karanganyar
makhluk
mau
ini
masyarakat
sesuai
individu
SMAN
tersebut
bermoral
di
tersebut. Misalnya bagi siswa yang
tidak terbiasa atau dibiasakan untuk
peraturan
dirumah,
siswa
karena
yang
seperti
tersebut
berdasarkan
ada,
yang
kebiasaan
individu
lainnya lakukan, yaitu datang tepat
tertentu(Abdullah
waktu ke sekolah.
1986:219)
3. Adanya otoritas dalam kebijakan
penumbuhan budi pekerti
Otoritas
adalah
dan
Pemegang
Leeden,
otoritas
moral
dalam penumbuhan budi pekerti ini
pengaruh
bersifat sosial, artinya tidak hanya
yang memaksakan kepada kita semua
satu
kekuatan moral
otoritas untuk menjaga moral warga
yang kita akui
individu
yang
sebagai sesuatu yang berada diatas
sekolah
SMAN
kita. Karena pengaruh itulah kita
Seperti
yang
bertindak menurut cara yang sudah
wawancara,
ditetapkan,
menyampaikan
dan
bukan
tindakan
mempunyai
1
karanganyar.
didapat
beberapa
melalui
informan
bahwa
dalam
karena tindakan yang diharuskan itu
penumbuhan budi pekerti ini kepala
menarik bagi kita. Juga bukan karena
sekolah misalnya sering mengontrol
adanya kecenderungan batin tertentu,
dilaksanaknnya
entah pembawaan atau kebiasaan,
pembiasaan-pembiasaan
melainkan karena dalam otoritas itu
dilakukan di dalam kelas, setiap pagi
ada suatu pengaruh yang bersifat
kepala sekolah berkeliling sekolah
memaksa,
kita
untuk memastikan bahwa kegiatan
bertindak demikian. Ketaatan berarti
pembiasaan di awal jam pelajaran
menerima
dilaksanaka oleh setiap kelas. Selain
yang
menyuruh
otoritas
tersebut
kegiatan
yang
(Durkheim, 1990:21). Berkat otoritas
itu guru
memiliki peran untuk
yang
menjadi
pembimbing
ada,
kaidah-kaidah
moral
menjadi
kekuatan
asli
yang
mencegah
keinginan
dan
hasrat
menyelenggrakan
dalam
pembiasaan
didalam kelas seperti kegiatan doa
individu. Kekuatan tersebut bukanlah
bersama,
sesuatu yang bersifat material namun
kebangsaan, literasi dan lainnya.
menggerakkan jiwa. Dalam kekuatan
Kegiatan pembiasaan di dalam kelas,
tersebut terkandung semua yang
menjadi tanggung jawab guru untuk
diperlukan
mendampingi
kehendak,
untuk
membelokkan
memaksanya
mengarahkannya
ke
dan
tujuan
menyanyikan
dan
lagu
membimbing.
Guru BK juga menjadi salah satu
pihak
yang
berotoritas
dalam
penumbuhan budi pekerti ini. Dalam
mengenai
hal ini guru BK memiliki otoritas
budi
untuk mengembalikan peserta didik
dengan baik. Kedua, Pembiasaan
yang melakukan pelanggarn untuk
dalam kegiatan belajar mengajar di
kembali menjadi anak yang patuh
kelas.
dengan cara memberikan skorsing
dilakukan dalam kegiatan belajar
dan pendampingan agar anak yang
mengajar adalah masuk kedalam
melakukan pelanggaran tidak terlalu
kelas
lama bertindak jauh dari peraturan
kepada guru sebelum memasuki
yang ada.
kelas,
Simpulan
dipimpin oleh salah satu siswa secara
Berdasarkan hasil penelitian,
maka diambil kesimpulan bahwa ada
5
strategi
dalam
implementasi
penumbuhan budi pekerti di SMAN
1 Karanganyar : Pertama, sosialisasi
melalui
kegiatan
seremonial.
Sosialisasi penumbuhan budi pekerti
dalam
kegiatan
seremonial
ini
dilakukan dalam berbagai kegiatan
yaitu
saat
penyampaian
amanat
pembina upacara setiap hari senin,
melalui
kegiatan
Lingkuan
Sekolah
Pengenalan
(PLS),
dan
kegiatan seminar khusus tentang
penumbuhan budi pekerti. Kegiatan
seremonial ini efektif sebagai sarana
sosialisasi karena kegiatan-kegiatan
diikuti oleh hampir seluruh warga
sekolah
sehingga
informasi
kebijakan
pekerti
penumbuhan
dapat
Bentuk
tepat
tersampaikan
pembiasaan
waktu,
berdoa
bergantian,
yang
bersalaman
bersama
dengan
menyanyikan
Indonesia
Raya
melakukan
literasi
pembelajaran
lagu
bersama-sama,
dan
diakhir
diakhiri
dengan
menyanyikan lagu daerah dan juga
doa bersama. Ketiga, Pembiasan
dalam
kegiatan
Kurikuler.
Kegiatan
Non
Pembiasaan
dilakukan
dalam
nonkurikuler
dilakukan
yang
kegiatan
melalui
kegiatan lomba penumbuhan budi
pekerti
dan
clasmeeting.
penumbuhan
juga
kegiatan
Kegiatan
budi
lomba
pekerti
ini
dilakukan untuk menilai pencapaian
kebijakan penumbuhan budi pekerti
yang telah dilakukan selama satu
semester. Keempat, Penilaian sikap
dalam
laporan
pembelajaran.
Penilaian sikap menjadi salah satu
tolak ukur prestasi di SMAN 1
hari dikerjakan secara kontinyu.
Karanganyar sehingga sikap siswa
Penumbuhan budi pekerti ini juga
menjadi aspek penting yang harus
berlaku bagi seluruh warga SMAN 1
dinilai. Dimasukkannya nilai sikap
karanganyar
dalam laporan hasil pembelajaran
pelaksanaannya,
siswa dapat memotivasi siswa untuk
berlaku bagi seluruh warga sekolah.
lebih
Setiap
dalam
bersungguh-sungguh
melaksanakan
lagi
berbagai
sehingga
dalam
kebijakan
individu
harus
ini
rela
mengerjakan berbagai kegiatan yang
pembiasaan dalam penumbuhan budi
telah
pekerti. Kelima, Adanya peraturan
individu
dan sanksi yang mengikat. Adanya
dianggap sebagai warga SMAN 1
peraturan dan sanksi yang mengikat
karanganyar.
dapat dilihat melalui adanya tata
dasarnya
tertib
tersebut berkenan untuk dikerjakan
yang
mengatur
mengenai
ditetapkan
tersebut
tersebut
jika
ingin
tetap
Walaupun
tidak
semua
pada
kegiatan
diselengarakannya penumbuhan budi
secara
pekerti di SMAN 1 Karanganyar.
pembiasaan, sanksi yang ada berlaku
Berdasarkan
Sosialisai,
fakta
bagi keseluruhan warga sekolah.
sosial, strategi dalam implementasi
Untuk menjaga agar penumbuhan
penumbuhan
ini
budi pekerti ini dipatuhi oleh seluruh
merupakan sebuah semangat disiplin
warga sekolah maka kepala sekolah,
moral.
dalam
guru maupun guru BK memiliki
budi
peran untuk mengatur dan menjaga
pekerti ini warga sekolah SMAN 1
peraturan tersebut tetap ada dan
Karanganyar
dipatuhi sehingga tujuan yang ingin
Hal
implementasi
budi
ini
teori
pribadi.
pekerti
karena
penumbuhan
harus
mengerjakan
setiap kegiatan pembiasaan ini secara
dicapai
teratur
penumbuhan budi pekerti ini pun
dan
kontinyu
agar
penumbuhan budi pekerti menjadi
sebuah budaya, terlebih dari itu
dari
diterapkannya
juga dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
setiap pembiasaan tersebut menjadi
sarana pembentukan karakter yang
berbudi pekerti luhur karena setiap
Abdullah, Taufik & Van Der Leeden
A.C (Eds). (1986). Durkheim dan
Pengantar Sosiologi Moralitas.
Jakarta: Yayasan obor Indonesia
Ali, Muhtadi. (2015). Strategi Untuk
Mengimplementasikan Pendidikan
Budi Pekerti Secara Efektif di
Sekolah. LPPM Universitas Negeri
Yogyakarta.
Durkheim, Emile. (1990.).
Pendidikan Moral Suatu studi teori
dan Aplikasi Sosisologi Pendidikan.
Jakarta : Erlangga
Gunawan, Imam. (2015). Metode
penelitian Kualitatif : Teori dan
Praktik. Bandung : Bumi Aksara
Jones, Pip. (2009). Pengantar TeoriTeori Sosial dari teori
Fungsionalisme hingga Postmodernisme. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Mulyasa. (2013). Pengembangan
dan Implementasi kurikulum 2013.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prakoso, Taufik. (2017, 20 Maret).
2016, 105 Anak terlibat Kasus
kekerasan, Solopos, halaman 7
Satori, Djam’an & Komariah, Aan.
(2009). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Hartono, Rudi. (2017, 19 Maret).
Menolak Diajak Mabuk pelajar
Dianiaya Kenalan, Solopos, halaman
4
Sunartono. (2017, 15 Maret). Polisi
Tangkap 2 Pelaku klithih, Solopos,
halaman 3
Herdiansyah, Haris. (2010).
Metodologi Penelitian Kualitatif
Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika
Sutjipto. (2014). Pendidikan Budi
Pekerti Pada Kurikulum di
Indonesia. Jakarta: Balitbang
Kemendikbud
Hidayat, Rakhmat. (2014). Sosiologi
Pendidikan Emile Durkheim. Jakarta:
PT.Rajagrafindo Persada.
Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan
Moral & Budi Pekerti Dalam
Perspektif Perubahan menggagas
platform pendidikan budi pekerti
secara kontekstual dan futuristik.
Jakarta : Bumi Aksara
Ismail, Muhammad. (2017, 21
Maret). Teror 13 Tahun Predator
Anak, Jawa Pos, halaman 1