AKTIVITAS GEL SITRONELAL DAN MINYAK LAVENDER SEBAGAI PENOLAK NYAMUK Aedes aegypti -

AKTIVITAS GEL SITRONELAL DAN MINYAK
LAVENDER SEBAGAI PENOLAK NYAMUK
Aedes aegypti

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia

oleh
Ledy Novelin Silalahi
NIM: 4311412012

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
i

ii


iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:
1. Bersukacitalah

dalam

pengharapan,

sabarlah

dalam

kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Roma 12 : 12)
2. Dalam Tuhan, sekalipun pahit, kegagalan akan berbuah
manis.


PERSEMBAHAN:
Karya ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak Larmin Silalahi dan

Mama

Roslina Sidabutar yang selalu berdoa,
membimbing dan mendidikku.
2. Kakak Rien, Abang Berlin, Abang
Rionaldo, dan Adek Lana tersayang
yang selalu setia mendukungku dan
selalu memberi ku semangat.

iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Aktivitas Gel Sitronelal dan Minyak Lavender Sebagai Penolak Nyamuk Aedes
aegypti tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Program Studi Kimia di Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam penelitian maupun
penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah
memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan Kimia yang telah memberikan izin kepada penulis dalam
penyusunan skripsi.
3. Kepala Laboratorium kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.
4. Kepala Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian.
5. Bapak Prof. Dr. Edy Cahyono., M.Si. Pembimbing I yang dengan bijaksana
memberikan pehatian, bimbingan, ilmu dan pengarahan kepada penulis.

v

6. Ibu Dra. Woro Sumarni., M.Si. Pembimbing II yang senantiasa memberikan

bimbingan, ilmu dan pengarahan kepada penulis.
7. Bapak Prof. Supartono., M.S. Penguji yang telah memberikan ilmu dan
pengarahan kepada penulis.
8. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Kimia.
9. Kedua Orangtua tercinta terimakasih atas motivasi, perhatian, kasih sayang,
doa yang tak pernah putus, dan dukungan baik moril dan material yang
menjadikan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
10. Abang (Rionaldo, Berlin), kakak (Rien) dan adikku (Lana) terimakasih atas
dukungan, perhatian dan doa yang menjadikan semangat kepada penulis.
11. Keluarga Naposo HKBP Semarang Barat yang selalu memberikan semangat,
dukungan dan doa. Terimakasih untuk kebersamaan dan selalu memberi
warna kehidupan.
12. Sahabat-sahabatku; Natalia Hotmauli, Desi Sesar, Marta Laora, Dina
Amalina, Faizah Mayasari yang selalu memberikan semangat dan doa selama
penulisan skripsi.
13. Terimakasih keluarga Nahtadia kos; mbak Ida, Leny, Beby, Elin, Saras, Mela,
dan Alifa atas semangat dan dukungannya.
14. Keluarga besar Silalahi dan Sidabutar.
15. Semua Pihak yang tidak dapat disebut satu persatu.


vi

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak lupa penulis mohon maaf atau
kesalahan yang mungkin terdapat didalamnya.

Semarang, 28 Oktober 2016

Penulis

vii

ABSTRAK
Silalahi, Ledy Novelin. 2016. Aktivitas Gel Sitronelal dan Minyak Lavender Sebagai
Penolak Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Prof.
Dr. Edy Cahyono, M.Si dan Pembimbing Pendamping: Dra. Woro Sumarni, M.Si.

Kata kunci : sitronelal, minyak lavender, gel, viskositas, penolak nyamuk


Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector utama penyakit demam berdarah
dan zika. Menurut literatur yang ada minyak atsiri dapat digunakan sebagai penolak
nyamuk seperti sitronelal merupakan komponen utama dalam minyak sereh dan
merupakan salah satu senyawa aktif yang memiliki aktivitas sebagai repelen terhadap
nyamuk demikian juga dengan minyak lavender mempunyai aktivitas sebagai repelen
terhadap nyamuk Aedes aegypti.. Penggunaan secara langsung minyak atsiri pada
kulit kurang efektif dan khasiatnya kurang maksimal karena sifat minyak atsiri yang
mudah menguap, sehingga perlu diformulasikan dalam bentuk gel. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik gel yaitu viskositas gel dan daya tolak
nyamuknya. Gel minyak atsiri dibuat menggunakan sitronelal hasil isolasi dari
minyak sereh dan minyak lavender kemudian diformulasikan dengan karagenan
sebagai gelling agent dengan variasi minyak yaitu gel minyak sitronelal, gel minyak
lavender dan gel campuran minyak lavender dan sitronelal. Viskositas gel terbaik
didapatkan dari gel minyak lavender dengan hasil sebesar 11088 cP pada hari ke-9.
Gel minyak lavender memiliki daya tolak nyamuk terbesar pada menit ke 60 yakni
96,67% dibandingkan dengan gel sitronelal yakni 93,33% dan gel campuran minyak
lavender dan sitronelal yakni 93,33%.

viii


ABSTRACT
Silalahi, Ledy Novelin. 2016. The Activities of Citronella Gel and Lavender
Oil as Aedes aegypti Mosquito Repellent. Final Project, Department of Chemistry,
Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State University. First
Advisor: Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si and Second Advisor: Dra. Woro Sumarni,
M.Sc.

Keywords: citronellal, lavender oil, gel, viscosity, mosquito repellent

Aedes aegypti is the main vector that causes dengue fever and zika.
According to the existing literature, essential oils can be used as mosquito repellent,
for instance, citronellal is the main component of citronella oil and one of the active
compounds with mosquito repellent activity. Moreover, lavender oil also has Aedes
aegypti repellent activity. Using essential oils directly on the skin is ineffective and
does not give maximum benefit because of its volatile nature. Therefore, it needs to
be formulated in gel form. The objective of this study is to examine the gel
characteristics, i.e. gel viscosity and mosquito repellent strength. Essential oil gel is
made from the isolated citronella oil and lavender oil and then it is formulated with
carrageenan as a gelling agent with several kinds of oils such as citronella oil gel,

lavender oil gel, and the mixture of citronella and lavender oil gel. The best gel
viscosity was obtained from lavender oil of 11 088 cP on day 9. In the 60th minute,
lavender oil gel had the greatest mosquito repellent strength (96.67%) compared to
citronellal gel (93.33%) and the mixture of lavender and citronellal oil gel (93.33%),
respectively.

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN ................................................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................................v
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyamuk Aedes aegypti dan bahayanya...............................................7
2.1.1 Repellent.....................................................................................8
2.2 Minyak atsiri dan Isolasinya ..............................................................10
2.2.1 Minyak atsiri .............................................................................10
2.2.2 Isolasi Minyak Atsiri.................................................................11
2.3 Sitronelal dari minyak sereh...............................................................12
2.3.1 Tanaman Sereh..........................................................................12
2.3.2 Kandungan Minyak Sereh.........................................................13

x

2.3.3 Isolasi Sitronelal dari Minyak Sereh ........................................14
2.4 Lavender (Lavandula angustifolia Chaix) .........................................16

2.4.1 Klasifikasi .................................................................................16
2.4.2 Kandungan Minyak Lavender...................................................17
2.5 Gel ......................................................................................................18
2.6 Uji Aktivitas Penolak Nyamuk .........................................................21
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................23
3.2 Variabel Penelitian .............................................................................23
3.3. Alat dan Bahan..................................................................................24
3.4 Cara Kerja ..........................................................................................25
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi dan Isolasi Sitronelal........................................................28
4.1.1 Identifikasi Minyak Lavender ....................................................28
4.1.2 Identifikasi Sitronelal dari Minyak Sereh ..................................31
4.1.3 Isolasi Sitronelal dari Minyak Sereh .........................................34
4.2 Preparasi Gel .......................................................................................36
4.3 Karakteristik Gel .................................................................................38
4.3.1 Viskositas Gel ............................................................................38
4.4 Uji Daya Tolak Nyamuk ....................................................................40
BAB V : PENUTUP
5.1 Simpulan .............................................................................................43

5.2 Saran....................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................45
LAMPIRAN...........................................................................................................50

xi

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

3.1 Formulasi Gel dibuat dengan variasi jenis minyak .........................................25
4.1 Komponen minyak lavender ............................................................................29
4.2 Bilangan gelombang gugus fungsi dalam minyak lavender ............................30
4.3 Komponen senyawa puncak tertinggi pada kromatogram GC-MS
minyak sereh ...................................................................................................32
4.4 Bilangan gelombang gugus fungsi sitronelal dalam dalam sampel .................35
4.5 Nilai Viskositas Gel .........................................................................................38
4.5 Hasil uji daya tolak nyamuk.............................................................................41

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1 Tanaman Sereh Wangi .....................................................................................13
2.2 Struktur Sitronelal ............................................................................................14
2.3 Alat Distilasi Fraksinasi ...................................................................................15
2.4 Lavender...........................................................................................................16
3.1 Sangkar nyamuk untuk uji daya tolak nyamuk aedes aegypti .........................27
4.1. Kromatogram GC minyak lavender ................................................................28
4.2 Spektrum massa Alpha-terpynil asetat.............................................................29
4.3 Spektrum FT-IR minyak lavender ...................................................................30
4.4 Kromatogram GC pada minyak sereh..............................................................31
4.5 Spektrum massa sitronelal dalam minyak sereh ..............................................32
4.6 Struktur Sitronelal ............................................................................................32
4.7 Pola fragmentasi sitronelal ...............................................................................33
4.8 Kromatogram hasil GC dari hasil isolasi sitronelal dari minyak sereh............34
4.9 Spektrum FT-IR hasil isolasi sitronelal dari minyak sereh..............................35
4.10 Produk gel penolak nyamuk...........................................................................37
4.11Grafik nilai viskositas .....................................................................................39
4.12 Sangkar untuk uji daya tolak nyamuk ............................................................40
4.13 Persentase hasil uji daya tolak nyamuk..........................................................41

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1. Skema kerja isolasi minyak sereh.................................................................50
2. Skema kerja formulasi gel ............................................................................51
3. Skema kerja uji daya tolak nyamuk..............................................................52
4. Dokumentasi Penelitian ................................................................................53
5. Hasil analisis GC-MS minyak lavender .......................................................54
6. Hasil analisis minyak lavender dengan IR....................................................60
7. Kromatogram GC-MS minyak sereh............................................................62
8. Kromatogram GC hasil isolasi sitronelal......................................................64
9. Hasil analisis sitronelal dengan IR ...............................................................65
10. Hasil analisis viskositas dengan viskometer.................................................67
11. Hasil uji daya tolak nyamuk .........................................................................68

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Nyamuk penular (vector) penyakit demam berdarah adalah Aedes

aegypti, Aedes albopictus, dan aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang
menjadi vektor utama dari penyakit demam berdarah adalah Aedes aegypti dan
sampai saat ini belum ditemukan obat maupun vaksinnya (Fathi dan Chatarina,
2005). Penyakit demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD)
adalah penyakit akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran
geografis yang mirip dengan malaria (Cahyati, 2006). Penyakit lain yang juga
disebabakan oleh nyamuk Aedes aegypti adalah virus Zika. Penyakit ini berasal
dari Afrika dan Asia, penyakit ini untuk pertama kali muncul di Polinesia Perancis
pada September 2013 (Wong PS, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Muso dkk., memberitahukan bahwa bukti pertama penularan virus Zika yaitu dari
ibu hamil yang ditularkan ke janin yang dikandungnya.
Saat ini, belum ada obat atau vaksin yang terbukti efektif mengobati
demam berdarah dan virus Zika. Salah satu cara untuk mencegah penularan
penyakit ini adalah dengan mencegah transmisi virus dengue penyakit yang
ditularkan oleh serangga (Misni, dkk., 2008), yaitu dengan menggunakan

1

2

repellent serangga. Repellent adalah suatu senyawa yang beraksi secara lokal, atau
pada jarak tertentu yang mempunyai kemampuan mencegah antropoda (termasuk
nyamuk) untuk terbang, mendarat atau menggigit pada permukaan kulit manusia
(Nerio, dkk., 2010).
Sediaan anti nyamuk yang beredar di pasaran saat ini mengandung bahan
aktif N,N-diethyl-m-toluamide (DEET) yang merupakan senyawa kimia sintetik
dengan konsentrasi 10-15%. Penggunaan DEET dalam jangka waktu panjang
dapat menimbulkan berbagai macam efek samping seperti gejala hipersensitifitas,
iritasi, urtikaria bahkan dapat juga menyebabkan kanker karena efek negatif yang
ditimbulkan DEET, maka dibuat sediaan anti nyamuk dari bahan alam sebagai
alternatif (Kardinan dan Dhalimi, 2010).
Penggunaan repellent sintetik secara terus-menerus menimbulkan banyak
efek samping membahayakan sehingga banyak dilakukan penelitian repellent
alami yang diharapkan mempunyai efek samping yang minimal.
Repellent alami umumnya berasal dari tanaman yang mengandung
minyak atsiri, salah satunya sereh (Cymbopogon nardus L.). Minyak sereh disebut
Oleum Citronella mengandung minyak atsiri dengan komponen utama citronellal
dan geraniol. Zat-zat tersebut bekerja menolak nyamuk dengan cara menghambat
reseptor penciuman nyamuk. Pada awalnya, minyak sereh digunakan sebagai
parfum karena baunya yang khas. Pemakaian minyak sereh sebagai repelan
nyamuk dimulai pada awal abad ke-20 oleh tentara Indian dan selanjutnya

3

didaftarkan untuk diperjualbelikan di Amerika Serikat pada tahun 1948.Minyak
sereh kemudian terus digunakan sebagai repelen sampai sekarang (Maia, 2011).
Berdasarkan

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Kim

dkk.,(2005)

membuktikan bahwa sitronelal dalam minyak sereh memiliki efektivitas yang
tinggi sebagai penolak nyamuk. Tawatsin dkk.,(2001) telah melakukan penelitian
mengenai kemampuan repelan dari minyak atsiri kunyit, daun jeruk nipis, serai
dan basil serta membandingkannya dengan DEET. Hasil penelitian ini
menunjukkan waktu proteksi dari minyak atsiri serai adalah yang paling lama
yakni 4 jam. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sritabutra dkk., (2010) dengan
menggunakan minyak atsiri kayu putih,serai, peppermint, jeruk dan cengkeh. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa minyak atisiri sereh memiliki kemampuan sebagai
repellent yang paling baik dengan waktu proteksi 98 menit.Senyawa dalam
minyak sereh yang berfungsi sebagai penolak nyamuk adalah sitronelal.
Konsentrasi minyak sereh yang umum digunakan dalam produk penolak
serangga berkisar antara 0,05 % hingga 15 % baik secara tunggal maupun
dikombinasikan dengan minyak lavender, cengkeh, bawang putih, ataupun minyak
cedar (Barnard, 2000).
Rahmaisni , (2011) melakukan penelitian tentang aplikasi minyak atsiri
pada gel pengharum ruangan anti serangga yang menggunakan bahan pengikat
(minyak nilam), bahan pewangi (minyak lemon, minyak jeruk purut dan minyak
kenanga) dan bahan aktif penolak serangga (minyak sereh wangi dan minyak
lavender).

4

Sampai saat ini penelitian tentang tanaman lavender (Lavandula
angustifolia) telah banyak dilakukan Martha, dkk (2010) dalam Nindatu, dkk
(2011) menyimpulkan bahwa tanaman lavender ini cukup ampuh untuk mengusir
nyamuk dalam waktu 5 menit, dan melemahkan nyamuk dalam waktu 23 menit.
Namun tidak menutup kemungkinan nyamuk akan mati jika dibiarkan kontak
lebih dari 23 menit. Selain itu berdasarkan penelitian dari Lekitoo 2009 diketahui
bahwa bagian bunga dan daun tanaman lavender (Lavandula angustifolia)
memiliki efek yang tidak berbeda secara statistik sebagai repellent terhadap
nyamuk Aedes aegypti. Penelitian lain juga dilakukan oleh Utomo, 2014 dengan
menggunakan minyak atsiri selasih, sereh wangi dan minyak lavender memiliki
keefektifitas diatas 50% sampai jam ke-6.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap pada suhu kamar sehingga
penggunaan repellent secara langsung pada kulit, otomatis akan cepat menguap
sehingga durasi kerja repellent lebih singkat dan repellent harus dioleskan kembali
secara berulang. Pemakaian minyak atsiri murni berulang pada kulit, dapat
menyebabkan iritasi dan bersifat toksik (Maia, 2011).
Penggunaan minyak atsiri secara langsung dinilai tidak efektif karena
mudah menguap dan tidak nyaman digunakan pada kulit, untuk mengatasi hal
tersebut maka minyak sereh dan minyak lavender diformulasikan dalam bentuk
sediaan gel sehingga digunakan untuk menolak nyamuk dalam waktu lama. Salah
satu uji efektivitas gel tersebut adalah mengukur viskositas gel.

5

Uji viskositas digunakan untuk mengetahui kekentalan dari sediaan gel.
Gel yang baik adalah gel yang tidak terlalu encer maupun tidak terlalu kental.
Sediaan gel yang terlalu kental atau terlalu encer akan menyulitkan dalam
penggunaanya. Viskositas gel dapat mempengaruhi pelepasan minyak atsiri dalam
sediaan gel yang mengandung minyak atsiri, semakin kental gel maka sistem gel
semakin dapat memerangkap minyak atsiri dalam sediaan (Yuliani, 2005).
Berbagai upaya sudah dilakukan dalam meningkatkan efektifitas dari
tanaman tersebut. Dalam penelitian ini, minyak atsiri lavender akan
dikombinasikan dengan minyak sitronelal dalam formula gel. Sehingga dari
formula gel yang telah optimum tersebut dapat diketahui pengaruh kombinasi
minyak atsiri lavender dan minyak sitronelal terhadap daya repelan dan sifat fisik
gel serta diharapkan diperoleh produk yang lebih praktis untuk digunakan dan
dapat diterima oleh masyarakat.

6

1.2 Rumusan Masalah
1

Bagaimana karakteristik gel sitronelal, gel minyak lavender dan gel
campuran sitronelal dan minyak lavender?

2.

Bagaimana aktivitas gel sitronelal, gel minyak lavender dan gel campuran
sitronelal dan minyak lavender sebagai penolak nyamuk Aedes aegypti ?

1.3 Tujuan Penelitian
1

Mengetahui karakteristik gel sitronelal,gel minyak lavender dan gel
campuran sitronelal dan minyak lavender sebagai penolak nyamuk Aedes
aegypti.

2

Mengetahui aktivitas gel sitronelal,gelminyak lavender dan gel campuran
sitronelal dan minyak lavender sebagai penolak nyamuk Aedes Aegypti.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi masyarakat
bahwa gel sitronelal dan minyak lavender dapat digunakan sebagai penolak
nyamuk nyamuk Aedes Aegypti, sehingga dapat dilakukan penanggulangan,
mengingat nyamuk tersebut merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD).

 
JAUAN PUSTAKA
2.1

Nyamuk Aedes Aegypti dan bahayanya

s 
pt

merupakan nyamuk dari kelompok serangga yang

tergolong famili Culicidae dengan ciri-ciri morfologi antara lain, tubuh terdiri
dari kepala, toraks dan abdomen. Nyamuk

 
pt

memiliki tiga pasang

tungkai pada toraks dan dua pasang sayap, mempunyai sepasang antena,
mempunyai proboscis dan tipe mulutnya adalah haustelata (menghisap) fungsi
tipe mulut tersebut untuk mengambil bahan makanan yang terlarut (Jumar,
2000).
Nyamuk A. aegypti menyukai tempat yang teduh dan lembab, di semaksemak, dan di bawah kerindangan pepohonan, umumnya hidup di dataran rendah
beriklim tropis sampai subtropis. Nyamuk sangat tertarik pada pakaian berwarna
gelap yang bergelantungan di ruangan yang tidak terang. Rangsangan bau tubuh
manusia maupun hewan dapat terhirup dari jarak yang cukup jauh. Nyamuk A.
aegypti termasuk serangga diurnal yaitu serangga yang aktif mencari makan pada
waktu siang hari.Puncak waktu menghisap sekitar pukul 09.00-10.00 dan 16.00 17.00 WIB (Nadesul, 2007 dalam Zabida 2006).
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus
dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes aegypti juga

7

8



merupakan pembawa virus demam kuning (y ow fever ) dan chikunguya.
Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh
dunia. Aedes aegyptimerupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa-desa dan
perkotaan. Masyarakat diharapkan mampu mengenali dan mengetahui cara-cara
mengendalikan DBD untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam
berdarah (Anggraeni, 2011).
Daerah

Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang rawan

terjangkit penyakit ini, hal ini dapat dilihat dari angka kejadian kasus demam
berdarah dengue yang terjadi dari tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan
data kasus demam berdarah dengue di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
didapat angka kasus kejadian demam berdarah dengue di Jawa Tengah pada
tahun 2004 jumlah kasus kejadian 9.742 kasus dengan 169 angka kematian, pada
tahun 2005 jumlah kasus kejadian 7.144 kasus dengan 181 angka kematian, pada
tahun 2006 jumlah kasus kejadian 10.924 kasus dengan 327 angka kematian,
pada tahun 2007 mencapai angka 20.391 kasus dengan 327 angka kematian
akibat demam berdarah dengue (Dinkes Prov Jateng, 2008; 22).



Repellent
Berbagai cara diupayakan orang untuk menghindari gigitan nyamuk

baik secara fisik dengan menggunakan kelambu hingga secara kimiawi
diantaranya dengan insektisida.

Secara harafiah insektisida diartikan sebagai

9

bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan serangga
hama. Seiring dengan perkembangan teknologi, insektisida diartikan sebagai
semua bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk mencegah, merusak,
menolak atau mengurangi serangga hama baik berupa bahan sintetis maupun



alami (Sigit dkk., 2006). Menurut Djojosumarto (2008) dalam Rahmaisni (2011)

nt

cara kerja insektisida diantaranya adalah sebagai r

(penolak).

nt

adalah penolak hama atau pengusir hama dari obyek yang memperoleh perlakuan,
misalnya kamper dan avitrol.

nt
r

dan nthsy etic repellent

nt

dibagi menjadi dua jenis yakni

ur

.

Penolak nyamuk yang telah ada di pasaran merupakan jenis insektisida
sintetis. Produk penolak nyamuk ini menggunakan bahan aktif yang berbahaya
bagi manusia maupun lingkungan karena dapat mengakibatkan beberapa masalah
seperti resistensi serangga target dan pencemaran lingkungan (Sigit et al. 2006).
Produk penolak nyamuk (repellent)memiliki berbagai macam bentuk yakni
berbentuk lilin dan obat bakar (coil) yang jika dibakar uapnya dapat mengusir
atau membunuh nyamuk, spray, dan mat atau elektrik. Penolak nyamuk
berbentuk gel memiliki cara kerja yang hampir sama dengan pengharum ruangan
yakni melepaskan wewangian atau aroma ke ruangan .Gel penolak nyamuk
nabati yang berasal dari minyak atsiri tidak menimbulkan efek yang berbahaya
bagi tubuh pemakainya (Benton 2008 ; Conectique forum, 2008 dalam
Kiswanti, 2009).

10

 nyak atsiri dan Isolasinya
2.2.1 Minyak atsiri
Minyak atsiri merupakan campuran kompleks dari senyawa organik
yang mudah menguap yang dihasilkan oleh tumbuhan sebagai metabolit
sekunder yang umumnya bertanggung jawab untuk memberi aroma khas pada
tumbuhan dan diperoleh dari hasil distilasi. Fungsi minyak atsiri untuk tumbuhan
itu sendiri yakni sebagai perlidungan dari serangga, jamur dan bakteri. (Debboun



dkk 2015:184)
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau
minyak terbang.Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam
Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri
merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga
dengan cara ekstraksi (Sastrohamidjojo, 2004).
Minyak atsiri dikenal dengan istilah minyak mudah menguap atau
minyak terbang, merupakan senyawa yang umumnya berwujud cairan, diperoleh
dari bagian tanaman akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga
dengan cara penyulingan. Minyak atsiri diperoleh secara ekstraksi menggunakan
pelarut organik maupun dengan cara dipres atau dikempa dan secara enzimatik.
Minyak atsiri dibagi menjadi dua kelompok yaitu minyak atsiri yang mudah
dipisahkan menjadi komponen atau penyusunmurninya (contohnya minyak serai,

11

daun cengkeh, minyak permen, dan minyak terpentin), dan minyak atsiri yang
sukar dipisahkan menjadi komponen murninya (contoh minyak nilam dan
kenanga (Sastrohamidjojo, 2004).

! ! "os lasi Minyak Atsiri
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan.Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai
unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan
pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap
pada titik didihnya (Sastrohamidjojo, 2004).
Prinsip destilasi adalah untuk isolasi atau pemisahan dua atau lebih
komponen zat cair berdasarkan titik didih, pada metode destilasi air ini
bahan yang akan didestilasi kontak langsung dengan air mendidih, bahan
tersebut

mengapung

(Sastrohamidjojo 2004).

diatas air

atau

terendam

secara sempurna

12

#$%

Sitronelal dari minyak sereh

2.3.1 Tanaman Sereh
Tanaman ini merupakan tanaman asli Indonesia dan dibudidayakan
atau dapat tumbuh liar dipekarangan, tegalan dan sela- sela tumbuhan. Tanaman
ini berasal dari selatan India atau Srilanka, dan sekarang sudah banyak tumbuh di
Asia Tropika, Amerika dan Afrika (Fatimah, 2012).
Sereh

wangi

mempunyai

perawakan

berupa

rumput-rumputan

tegak,dan mempunyai akar yang sangat dalam dan kuat. Batangnya dapat tegak
ataupun condong, membentuk rumpun pendek, masif, bulat dan sering kali
dibawah buku-bukunya. Tanaman ini dapat tumbuh hingga tinggi 1

1,5 m.

Daunnya merupakan daun tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris,
gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah,
dengan panjangnya hingga 70

80 cm dan lebar 2

5 cm (Segawa, 2007).

Susunan bunganya malai atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk,
berdaun pelindung nyata, biasanya berwarna sama dan umumnya berwarna
putih. Sereh wangi jarang berbunga dan hanya berbunga bila sudah cukup
matang yaitu pada peringkat umur melebihi 8 bulan. Kelopak bunga
bermetamorfosis menjadi kelejar lodikula, berfungsi untuk membuka bunga di
pagi hari. Benang sari berjumlah 3

4, membuka secara memanjang, kepala

putik sepasang berbentuk buku dengan perpanjangan berbentuk jambul. Buahnya

13

berupa buah padi, memanjang, pipih dorso ventral, embrio separo bagian biji
(Ssegawa, 2007).

Gambar 2.1 Tanaman Sereh Wangi

&'('&

Kandungan Minyak Sereh
Serai wangi adalah salah satu tanaman obat yang multi khasiat, salah

satu khasiatnya di bidang kesehatan sebagai zat anti nyamuk. Minyak serai wangi
mengandung komponen sitronelal 32 - 45% ; geraniol 12 18%; sitronelol 11 15% ; geranil asetat 3
- 4% dan selebihnya (2

8% ; sitronelil asetat 2

4% ; limonen 2 - 4 %; kadinen 2

36%) adalah sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol,

vanilin, kamfen, a-pinen, linalool, ß-kariofilen (Yulvianti 2014).
Salah satu senyawa aktif yang diyakini dapat memberikan efek penolak
nyamuk dari tumbuhan genus Cymbopogon ini adalah sitronelal. Minyak
sitronelal dari genus

)*y +,-,.,/

wint erianus Jowitt dapat mengandung

sitronelal sebesar 30-40% (Akhila, 2010:31). Menurut Guenther (2006),
komponen utama penyusun minyak sereh wangi adalah sebagai berikut :

14

Gambar 2.2 Struktur Sitronelal

Sitronelal (gambar 2.2) atau rhodinal atau 3,7-dimethyl-6-en-1-oktanal
(C 10 H 18 O) adalah monoterpenoid, komponen utama dalam campuran senyawa
kimia terpenoid yang memberikan minyak sereh wangi lemon yang khas.
Sitronelal

adalah

0y12343536,

isolasi utama dalam minyak suling dari tanaman

beraroma

78136 59:;,

dan beraroma

78136 t8

Kim dkk (2005) membuktikan bahwa sitronelal dalam minyak sereh memiliki
efektivitas yang tinggi sebagai penolak nyamuk.

?@A@A Bos lasi Sitronelal dari Minyak Sereh
Sitronelal dihasilkan melalui proses distilasi fraksinasi minyak sereh
wangi. Fraksinasi merupakan suatu proses untuk memisahkan minyak atsiri yang
dalam hal ini adalah minyak sereh wangi menjadi beberapa fraksi berdasarkan
perbedaan titik didih. Proses distilasi fraksinasi minyak sereh dilakukan pada
tekanan di bawah tekanan atmosfer atau tekanan vakum, dan biasanya dilakukan
dengan cara penyulingan minyak tanpa pengisian air dalam ketel suling atau
tanpa pemasukan uap aktif ke dalam minyak. Penggunaan tekanan serendah

15

mungkin pada proses distilasi fraksinasi minyak sereh bertujuan untuk
menurunkan temperatur didih dari minyak sereh sehingga komponen-komponen
yang terdapat dalam minyak sereh tidak terdekomposisi. Proses distilasi
fraksinasi ini telah banyak diterapkan dalam industri minyak atsiri (Guenther,
2006).
Agustian, E (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan distilasi
fraksionasi vakum dan konsentrasi sitronelal tertinggi diperoleh sebesar 96,103
%, dengan rendemen 41,33%. Penelitian lain juga dilakukan oleh Cahyono

CD

dkk 2013 dengan menggunakan distilasi fraksinasi pada 250 ml minyak sereh
dan didapatkan sitronelal dari dua fraksi. Jumlah fraksi pertama pada suhu (801100C) adalah 18 ml dan fraksi kedua pada suhu (110-1200C) adalah 99.5 ml.
Kemudian dilakukan redistilasi pada fraksi kedua menghasilkan 68 ml distilat
dengan kandungan sitronelal yang lebih besar yaitu 97,30%.

Gambar 2.3 Alat Distilasi Fraksinasi

16

EFG HIvender (Lavandula angustifolia Chaix).
2.4.1 Klasifikasi
Untuk klasifikasi tanaman Lavender menurut sistem klasifikasi dari
Cronquist (1981) adalah sebagai berikut :
Divisi

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Sub Class

: Asteridae

Ordo

: Lamiales

Famili

: Lamiaceae

Genus

: Lavandula

Spesies

: Lavandula angustifolia Chaix

Gambar 2.4 Lavender
Lavandula angustifolia merupakan tanaman dengan tinggi 1

2 m dan

perwakannya seperti rumput dan sering disebut sebagai rumout raksasa. Susunan
bunganya mengumpul di tengah dengan jumlah 6

8 bunga pada setiap

17

gerombolannya. Bunga berwarna ungu kecil-kecil dengan panjang 2

8 cm

dengan kebiruan diujung daun dan mengeluarkan aroma wangi. Daunnya
berukuran 2

6 cm dan lebar 4

6 mm, bertulang sejajar, tangkai daunnya

pendek dan berwarna hijau dan tumbuh diujung batang bunga. Batangnya
berwarna coklat abu-abu atau coklat gelap dengan kulit kayunya mempunyai
pola memanjang sesuai dengan batang kayunya (WHO Monographs,2007).
Tanaman ini tumuh liar di Indonesia, hanya membutuhlan sedikit air,
tetapi tidak tumbuh baik di tanah yang selalu lembab. Tanaman ini sering dipakai
sebagai tanaman hias. Asal tumbuhan ini dari wilayah Laut Tengah, Afrika
Timur sampai dengan India, dan sejak kapan jenis ini dimasukkan ke Indonesia
belum ada data jelas ( WHO Monographs, 2007). Tanaman lavender tumbuh
baik diketinggian 600

1350 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi tempat

tumbuhnya, semakiin baik kualitas minyak yang dihasilkannya. Perbanyakan
tanaman ini dapat dilakukan secara vegetative melalui stek batang dan secara
generative menggunakan biji. Tetapi biasanya pebanyakan menggunakan biji-biji
yang tua dan sehat yang disemaikan dan bila sudah menjadi benih tumbuh atau
dipidahkan ke

PQRQP

JKLMyNO .

Kandungan Minyak Lavender
Kandungan kimia dari Lavandula angustofolia ini sangatlah bervariasi

tergantung dari musim dan maturasi dari tanaman tersebut sewaktu dipanen.
Selain itu cara ekstraksi juga sangatlah berpengaruh terhadap konsentrasi zat

18

yang terdapat dalam minyak atsirinya (Chu dkk, 2001). Tetapi dengan metode
distilasi uap minyak atsirinya dapat mengandung alfa-terpineol, linalool dan
linalil asetat dalam konsentrasi yang paling tinggi dibandingkan dengan metode
distilasi air superfisial ( Chu dkk, 2001).
Bunga lavender mengandung beberapa senyawa, seperti: minyak
esensial (1-3%), linalyl acetate (26,32%), linalool (26,12%), alpha-pinene
(0,22%), camphor 1,6%, beta-myrcene (5,33%), p-cymene (0,3%), limonene
(1,06%), cineol (0,51%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), , geranyl
acetate (2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data persentase di atas,
dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga lavender adalah linalool
dan linalyl asetat (Cox, 2005; McLain, 2009). Lavender selain digunakan
langsung untuk pengusir nyamuk, bunganya juga menghasilkan minyak yang

STSUUSntVWVX VYWZfeedant

digunakan sebagai bahan penolak serangga (r

),bahan

yang sering digunakan sebagai lotion anti nyamuk.

[\5

Gel
Gel secara luas digunakan pada berbagai produk obat-obatan, kosmetik

dan makanan,juga pada beberapa proses industri. Dalam bidang pengobatan, gel
dapat digunakan sebagai bahan dasar (pembawa) dalam pembuatan sediaan
topikal. Keuntungan dari gel dibandingkan dengan bentuk sediaan topikal
lainnya yaitu memungkinkan pemakaian yang merata dan melekat dengan
baik,mudah digunakan, mudah meresap, dan mudah dibersihkan oleh air.

19

Penyimpanan gel harus dalam wadah yang tertutup baik terlindung dari cahaya
dan ditempat sejuk (Herdiana, 2007).
Dalam sediaan farmasi, gel digunakan untuk sediaan oral sebagai gel
murni, atau sebagai cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin, untuk obat topikal
yang langsung dipakai pada kulit, membran mukosa atau mata, ataupun untuk
sediaan dengan kerja yang lama yang disuntikkan secara intramuskular. Zat
pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid pelindung
dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis supositoria.
Dalam kosmetik, gel digunakan dalam berbagai ragam dan aneka produk seperti:
shampo, sediaan pewangi, pasta gigi dan sediaan untuk perawatan kulit dan
rambut (Herdiana, 2007).

Adapun fungsi dari komposisi penyusun sediaan gel yaitu sebagai berikut :
1. Karagenan sebagai Bahan Pembentuk Gel
Menurut Aidinsfo (2003) dalam Kiswanti (2009) bahan pembentuk
gel yang digunakan adalah karagenan. Karagenan adalah nama umum dari
golongan polisakarida pembentuk gel dan pengental yang diperoleh secara
komersial melalui proses ekstraksi dari spesies alga merah (Rhodopyceae)
tertentu. Beberapa spesies utama yang saat ini digunakan untuk memproduksi
karagenan berasal dari generagenera seperti Gigartina, Chondrus crispus,
Iridaea, dan Euchema (Velde dan Ruiter 2005).

20

2. Sodium benzoate (NaC6H5CO2)
Menurut Faisal (2010) dalam Rahmaisni (2011) sodium benzoat
(E211) adalah garam sodium dari asam benzoat. Sodium benzoat dikenal juga
dengan nama natrium benzoat. Fungsi sodium benzoat adalah sebagai bahan
pengawet untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme (jamur) yang
merugikan . Batas atas penggunaan sodium benzoat yang diijinkan adalah
sebesar 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara-negara lain
berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk negara-negara Eropa batas benzoat
berkisar

antara

0,015-0,5%.

Sodium

benzoat

lebih

disukai

dalam

penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan asam
benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk yang
telah dipersiapkan untuk diawetkan.
3. Propilen glikol ( C3H8O2)
Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,
disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang
dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol
digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral,
10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen glikol
digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan
maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik.Dalam formulasi
atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut,

21

pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi
parenteral dan non parenteral (Rowe dkk. 2003).

4. Kalsium klorida (CaCl2)
Kalsium klorida adalah salah satu contoh humektan pada golongan
garam.Humektan adalah suatu bahan higoskopis yang mempunyai sifat dapat
mengikat air dari udara yang lembab dan sekaligus mempertahankan air yang
ada pada sediaan. Humektan merupakan zat kimia yang larut dalam air di
mana nantinya zat tersebut akan mengikat air pada bahan sehingga kadar air
menurun. Semakin banyak humektan yang ditambahkan maka jumlah air
bebas yang dapat dikeluarkan semakin kecil.Humektan berfungsi untuk
memperbaiki stabilitas suatu bahan dalam jangka waktu yang lama sebelum
sampai ke konsumen (Purnomo, 2005).

]^6

Uji Aktivitas Penolak Nyamuk
Aktivitas penolak nyamuk yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui

efektifitas minyak atsiri sebagai penolak nyamuk. Nyamuk yang digunakan
dalam uji nya adalah nyamuk berumur 5-8 hari. Pada sangkar yang disediakan
berisi minyak atsiri,nyamuk dan mencit. Minyak atsiri dan mencit diletakkan
berdampingan pada kompartemen ketiga. Mekanisme penolak nyamuk dalam

_`_aa_nt

aktivitas ini adalah minyak atsiri berfungsi sebagai r

dan mencit sebagai

penarik nyamuk. Mencit termasuk hewan mamalia yang memiliki ciri-ciri yang

22

sama dengan manusia,salah satunya adalah berdarah panas . Minyak atsiri yang
digunakan adalah minyak sereh (Kim dkk.,2012).
Berdasarkan

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Kim

dkk.,2005

membuktikan bahwa sitronelal dalam minyak sereh memiliki efektivitas yang
tinggi sebagai penolak nyamuk. Sitronelal mempunyai sifat racun (desiscant).
Menurut cara kerjanya, racun ini seperti racun kontak yang dapat memberikan
kematian karena kehilangan cairan secara terus-menerus sehingga tubuh nyamuk
kekurangan cairan (Abdillah, 2004).
Tawatsin

dkk.,(2001)

telah

melakukan

penelitian

mengenai

kemampuan repelan dari minyak atsiri kunyit, daun jeruk nipis, serai dan basil
serta membandingkannya dengan DEET. Hasil penelitian ini menunjukkan
waktu proteksi dari minyak atsiri serai adalah yang paling lama yakni 4 jam.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Utomo, 2014 dengan menggunakan minyak
atsiri selasih, sereh wangi dan minyak lavender memiliki keefektifitas diatas
50% sampai jam ke-6.

ded f
ghijkjg
lmn opqrstuvwx
yz{|}~}{}€ }~‚ƒ „zƒ ~‚…{†€zƒ}ƒ |}€ ‡‚€ˆ} ƒ}‰z€|z{ |}€ Š‹‚ }Œƒ‚}~‚€ˆ}
~z}„}‚ Œz€†ƒ} €ˆ}‡ŠŽ |}Œ}… |‚~‚‡ŒŠƒ}€ }} 
‘’ “}{}…z{‚~…‚ „zƒ z{|}~}{}€ }~‚ƒ Š‹‚ ‰‚~†~‚…}~ |}{‚ z…‚„} „zƒ …z{~zŠ…
ˆ}€„ …z{}‚ |‚|}Œ}… Œ}|} „zƒ ‡‚€ˆ} ƒ}‰z€|z{ (…‚Œz y) ˆ}€„ ‡z€ˆz}}€
‡‚€ˆ} ƒ}‰z€|z{ …z{…}}€ ƒz‚ ƒ}‡} |}ƒ}‡ „zƒ |z€„}€ €‚ƒ}‚ ‘‘”•• –— Œ}|}
}{‚ z ˜’
™’ šzƒ ‡‚€ˆ} ƒ}‰z€|z{ |}€ ‡‚€ˆ} ~‚…{†€zƒ}ƒ |}€ –}‡ŒŠ{}€ ‡‚€ˆ}
ƒ}‰z€|z{ |}€ ~‚…{†€zƒ}ƒ |}Œ}… |‚„Š€}}€ ~z}„}‚ }ƒ…z{€}…‚› }}€ Œz€†ƒ}
€ˆ}‡Š’ —z{~z€…}~z |}ˆ} …†ƒ} …z{}|}Œ €ˆ}‡Š œžŸ  ¡¢£¤¥ …z{…‚€„„‚
|}{‚ z…‚„} „zƒ ˆ}‚…Š Œ}|} „zƒ ‡‚€ˆ} ƒ}‰z€|z{ ~zz~}{ ˜¦Ž¦§¨ Œ}|} ‡z€‚…
z ¦”’

bc

©©
ª«¬ ­®¯®°
±²³´µ¶µ³·µ¸ ¹²¸²º»¼»µ¸ ´µ¸ ¹²½¾µ¿µ¶µ¸ ´µ¹µ¼ ´»¾²³»·µ¸ ¶µ³µ¸ Àµ»¼Á ¶²¾µÂµ»
¾²³»·Á¼ Ã
ÄŠƲ³ºÁ ´»ºµ·Á·µ¸ ¹²¸²º»¼»µ¸ º²¾»¿ ºµ¸ÇÁ¼ ½²¸Â²¸µ» ÈÉÊËÌÉÍÍÎÏ ÌÎÍÎÐÑÎ
µ¼µÁ ¹²¸Âµ³Á¿ ¹²¸ÂÁµ¹µ¸ ½»¸Àµ· Àµ¸Â ¼²³¼µ¿µ¸ ´µºµ½ ²º ´²¸Âµ¸
½²¼Ò´² Àµ¸Â ¶²¶Áµ» ´²¸Âµ¸ ¹²¸ÂÁÇ»µ¸ ÈÉÊËÌÉÍÍÎÏ ÌÎÍÎÐÑÎ ¹µ´µ ²ºÅ
ÓÅ Ô²¾µ»·¸Àµ Á¸¼Á· ¹²¸Õ²¼µ·µ¸ ²º ´»ÂÁ¸µ·µ¸ ´²¸Âµ¸ µºµ¼ ¹³²¶¶ ¶Á¹µÀµ
Á·Á³µ¸ ²º ¶µ½µ ³µ¼µÅ

ØAÙÚÛÜ ÝÞßÚÛàA
Abdillah, A.C. 2004.Membasmi Aedes Aegypti dengan Ekstrak Serai.Suplemen
Hikmah Edisi Minggu, 07 Maret 2004
Agustian E, A. Sulaswatty, Tasrif, J.A. Laksmono dan Indri Badria Adilina G.
2007. Pemisahan sitronellal dari minyak sereh wangimenggunakan unit
fraksionasi skala bench .Journal Teknik.Industri.Pert. Vol 17 (2), Hal
4953
Anggraeni, D.S. 2011. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor: Bogor Publishing.
Akhila, A. (ed). 2010. Essential Oil-Bearing Grasses: The Genus of Cymbopogon.
Boca Raton: CRC Press
Anita, S B. 2008. Aplikasi Karaginan Dalam Pembuatan Skin Lotion. Skripsi.
Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Barnard DR. 2000. Repellents and Toxicants for Personal Protection.
[Paper].Florida : Global Collaboration for Development of Pesticides for
Public Health (GCDPP) WHO.
Bernard M, Lastere S, Telssier A, Cao-Lormeau VM, Musso D. 2014. Evidence
of perinatal transmission of Zika virus,French Polynesia,December 2013
and February 2014. Euro Survell : 19 (13)
Cahyati, W.H., Suharyo., 2006. Dinamika Aedes aegypti sebagai vektor penyakit.
Kemas 2:38-48
Cahyono, E. 2013. Kajian Reaksi Siklikasi-Asetilasi (+)-Sitronelal dengan
Anhidrida Asa Asetat Dikatalisasi Asam Lewis dan Zeolit Alam
Termodifikasi. Disertasi. Yogyakarta. Fakultas Matematika Ilmu
Pengetahuan Universitas Gajah Mada
Cahyono, E., H.D. Pranowo., Muchalal dan Triyono. 2013. Analysis Of The
Enantiomers Ratio Of Citronellal From Indonesian Citronella Oil Using
Enantioselective Gas Chromatography. Malaysian Journal Of
Fundamental and Applied Science Vol.9,No.2 (2013)62-66
Cox, C. 2005. Plant-based Mosquito Repellents: Making A Careful Choice. Journal
of Pesticide Reform, 3(25), 6-7

Ö×

á6

Cronquist. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering
Plants.Columbia University Press, New York.
Chu, C. J., dan Kemper, K. J. 2001. Lavender (Lavandula spp). Longwood Herbal
Task Force :http://www.mcp.edu/herbal/.
Debboun, M., S.P. Frances, & D.A. Strickman (eds). 2015. Insect Repellents
Handbook (2nded.). Boca Raton: CRC Press.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008, Profil Kesehatan Provinsi
JawaTengah, Semarang: Dinkes Jateng.
Fathi., S.K. dan Chatarina U.W. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku
Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram, Jurnal
Kesehatan Lingkungan,
: 1 10.

âãäå

Fatimah, N. 2012. Serai Wangi : Tanaman Perkebunan yang Potensial. Makalah
Ilmiah. Surabaya : Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (BBP2TP)
Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri,.UI-Press. Jilid 1. Jakarta.
Herdiana Y. 2007. Formulasi gel undesilenil fenilalanin dalam aktivitas sebagai
pencerah kulit.Makalah tidak dipublikasikan. Universitas Padjadjaran
Ismuyanto, B., Diah, A,P., W.O.C. Nirwana., A.S. Dwi Saptati, N,H., dan B.
Poerwadi. 2013. Karakteristik Gel Pengharum Ruangan Dengan Berbagai
Grade Patchouli Alcohol Dan Konsentrasi Minyak Nilam.Jurnal Teknik
Kimia Vol.7(2).
Jumar, 2000, Entomologi Pertanian, Penerbit Rineka Cipta : Jakarta.
Kardinan, A., dan Dhalimi, A, 2010, PotensiAdas (Foeniculum vulgare) Sebagai
Bahan Aktif Lotion Anti Nyamuk Demam Berdarah (Aedes
aegypti),Laporan Penelitian: BPTOA, Bogor.
Kim, J.K., C.S. Kang., J.K. Lee., Y.R. Kim., H.Y. Han., dan H.K. Yun. 2005.
Evaluation of repellency effect of two natural aroma mosquito repellent
compounds, citronella and citronellal. Entomological Research.
35(2);117-120.
Kim, S.I., J.S. Yoon, S.J. Baeck, S.H. Lee, Y.J. Ahn, dan H.W. Kwon. 2012.
Toxicity and synergic repellency of plant essential oil mixtures with

æç

vanillin against Aedes aegypti (diptera: culicidae). Journal of Medical
Entomology.49(4); 876-885
Kiswantii, E.D. 2009. Pemanfaatan Karagenan Yang Ditambahkan Minyak Sereh
Wangi Pada Formula Gel Penolak Nyamuk Culex quinquefasciatus.
Skripsi. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Lekitoo M, 2009. Respon nyamuk Aedes aegypti terhadap kairomon tanaman
lavender (Lavandula angostifolia). Skripsi. Ambon : Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pattimura
Mahmudah, N. L. 2015. Enkapsulasi Minyak Mawar (Rosa damascene Mill.)
Dengan Penyalut -Siklodekstrin Dan -Siklodekstrin Terasetilasi.
Skripsi. Semarang. FMIPA Universitas Negeri Semarang
Maia, M.F., Moore S.J. 2011. Plant-based insect repellents: a review of their
efficacy, development and testing. Malaria J., (suppl.1) 10 : 1-14.
McLain, D. E. 2009. Chronic Health Effects Assessment of Spike Lavender Oil.
Walker Doney and Associates
Misni, N., Sulaiman, S., dan Othman, H., 2008, The Repellent Activity of Piper
aduncum Linn(Family: Piperaceae) Essential Oil against Aedes aegypti
Using Human Volunteers, JTrop Med Parasitol, 31(2) : 63-69.
Mulyani, S., B. Mulyaningsih., A. W. Lestari., Fitri Ana M. 2013.
Lemongrass,cloves, orange leaves as insence combustible for Aedes
aegypti. Traditional Medicine Journal.18(3); 195-200
Nindatu, M., N.L. Tuhumury., M. Kaihena. 2011. Pengembangan Ekstrak Etanol
Daun Lavender (Lavandula angustifolia) Sebagai Antinyamuk Vektor
Filarisasi Culex sp.Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Pattimura. 4(1); 19-27
Nerio, L.S., Olivero-Verbel, J., dan Stashenko, E., 2010, Repellent Activity of
Essential Oils: A Review, Bioresource Technology, 101 : 372 378
Pujiastuti,A. 2016. Enkapsulasi Sitronelal dari Minyak Sereh dalam Enkapsulasi
dalam -Siklodekstrin dan Aplikasinya sebagai Penolak Nyamuk Aedes
aegypti. Skripsi. Semarang. FMIPA Universitas Negeri Semarang
Purnomo,H.1995.Aktivitas Air
Pangan.Jakarta : UI Press

dan

Peranannya

Dalam

Pengawetan

è8

Rahmaisni, A. 2011.Aplikasi Minyak Atsiri pada Produk Gel Pengharurn
Ruangan Anti Serangga. Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian
IPB.
Rieger M. 1994. Emulsi. Di dalam : Lachman et al. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Ed ke-2. Suyatmi S, pe