PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP KETAATAN BERIBADAH ANAK DI SD N 2 BANDUNGGEDE KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2 0 1 0
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP KETAATAN BERIBADAH ANAK DI SD N 2 BANDUNGGEDE KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2 0 1 0 S K R I P S I
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A 2010
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721
/ebside : E-mail: Dra. Siti Zumrotun, M. Ag
Dosen STAIN Salatiga
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi
Sdr. Tri Aprivanto Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga d i - Tempat
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara: Nama : Tri Apriyanto NIM : 114 08 273 Jurusan/Program : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul : PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM
KELUARGA TERHADAP KETAATAN BERIBADAH ANAK DI SDN 2 BANDUNGGEDE KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN
2009/2010 Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqosyah. Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 31 Juli 2010 Pembimbing )
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara TRI APRIYANTO dengan Nomor Induk Maha si s v a 11408273 yang berjudul PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP KETAATAN BERIBADAH ANAK DI SD NEGERI
2 BANDUNGGEDE KECAMAT/vN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2010 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 25 September 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.).
Salatiga, 18 Syawal 1431
25 September 2010 Panitia Ujian
! S ekatan s Sidang Imam Sutomo, M. Ag. imat Hari/adi, M.Pd. 19580827 198303 1 002
1P670112 199203 1 005 Penguji I
Penguji II Beny Rid van, M. Hum
Dra. Siti Asdiqoh, M. Si NIP. 1973 0520 199903 1 006 NIP. 19680812 199403 2003
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tri Apriyanto NIM : 11408273 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Ekstensi
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah,
Salatiga, 31 Juli 2010 Penulis
TRI APRIYANTO N IM : 11408273
MOTTO
^ ,) a y dU-- dill-Barang siapa meniti jalan menuju ilmu, maka Allah akan menuntunnya ke jalan
menuju ke surga. ( HR. Muslim)
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kehadirat Ulahi Rabby, dan dengan kerendahan hati ku
persembahkan karya kecil ini untuk♦ > Bapak dan ibu yang selalu memberiku dorongan dan do’a restu ♦ > Istriku tercinta yang selalu setia mendampingi ❖ Kakak dan adik-adikku yang selalu memberi dukungan
viii
PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS KECAMATAN KEDU SD NEGERI 2 BANDUNGGEDE Alamat: Bandung, Bandunggede Kec. Kedu Kab. Temanggung Kode Pos 56252
SURAT KETERANGAN
No. : 800/ /VI/2010 Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah Dasar Negeri 2
Bandunggede Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, menerangkan bahwa: Nama : Tri Apriyanto Nim : 11408273 Mahasiswa : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
Jurusan : Tarbiyah Program : SI Ekstensi
Untuk keperluan pembuatan skripsi yang beijudul “PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP KETAATAN BERIBADAH ANAK“, mahasiswa tersebut di atas benar-benar telah melaksanakan
/mengadakan penelitian guna mencari data yang diperlukan pada SD kami selama 1 bulan lebih 15 hari mulai tanggal 1 April sampai 15 Juni 2010 dengan baik.
Demikian surat keterangan kami buat, agar dapat dipergunakan sebagaimana semestinya. nggede, 15 Juni 2010
2 Bandunggede
ABSTRAK
TRI APRIYANTO. 2010. Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap
Ketaatan Beribadah Anak di SD Negeri 2 Bandunggede Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung.
Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga. Kata Kunci: Pendidikan Agama ualam Keluarga dan Ketaatan Beribadah Anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Adakah pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap ketaatan beribadah anak Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini mengggunakan metode observasi, interview, pengumpulan data, menggunakan instrument Kuesioner atau angket untuk menjaring data j 2 -
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan ada pengaruh positif antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap ketaatan beribadah anak,. Hal ini dapat dilihat dengan angket pendidikan agama dalam keluarga yang memperoleh kategori tinggi sebanyak 21,6%, kategori sedang sebanyak 54%, kategori rendah sebanyak 24,4%, hasil angket ketaatan beribadah siswa yang memperoleh kategori tingggi sebanyak 24,4%, kategori sedang sebanyak 59,4%, kategori rendah sebanyak 16,2%.
Setelah data berhasil, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel, dengan jumlah subyek penelitian 37 siswa dengan taraf signifikansi 5% diperoleh 9,49, pada taraf signifikansi 1% diperoleh 13,3, dan hasil x2 16,3, maka dapat berarti nilai %! lebih besar dari nilai tabel (9,49<16,3,>13,3). Jadi hipotesis yang menyatakan ada pengaruh positif antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap ketaatan beribadah anak di SDN 2 Banduggede Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggug
Tahun 2010 diterima.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam menyusun skripsi. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada nabi agung Muhammad SAW yang telah mewariskan ilmu pengetahuan kepada manusia.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menghadapi kendala namun berkat bantuan dan dorongan dari beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Drs. Djoko Sutopo selaku ketua Program Ekstensi Program Studi Agama Islam
3. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M. Ag selaku pembimbing penulisan dalam skripsi ini
4. Seluruh dosen dan karyawan STAIN Salatiga
5. Bapak Dwi Poerwanto, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN 2 Bandungede Kedu beserta stafnya
6. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka penulis mohon kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat baik bagi penulis maupun pembaca.
Salatiga, 31 Juli 2010 Penulis
Tri Apriyanto
DAFTAR ISI
B A B I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Anak merupakan salah satu nikmat Allah yang dianugerahkan kepada orang yang dikehendaki dan tidak diberikan kepada orang yang dikehendaki pula. Ia adalah anugerah terindah yang diperoleh orang tua sebagai karunia dan amanat Allah SWT yang dibebankan kepada orang tuanya. Sebagai sebuah karunia, kehadiran seorang anak sebagai buah hati yang harus disyukuri dan orang tua yang mendapat amanat seorang anak memiliki keharusan untuk menjaga amanat itu dengan penuh tanggungjawab karena setiap amanat akan dimintai pertanggungjawabannya. Selain itu orang tua juga memiliki kewajiban untuk menjaga, mendidik dan mengantarkannya menjadi insan yang sholeh, berilmu, beriman, berakhlak, dan bertaqwa.
Imam Al-Ghazali berkata,’’Anak adalah amanat yang dibebankan kepada orang tuanya. Hatinya yang suci merupakan mutiara yang amat berharga. Jika ia dibiasakan melakukan kebaikan, lalu diajarkan sesuatu tentang ilmu, maka ia akan tumbuh sesuai dengan ajaran itu. Ia akan memperoleh kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya jika ia dibiasakan berbuat jahat, dibiarkan layaknya binatang yang hidup serba bebas, niscaya ia celaka dan binasa. (Jamal Abdur Rahman, tt: 1)
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat yang diciptakan untuk menjadi Kholifah di bumi. Anak terlahir dalam keadaan fitrah tetapi telah dibekali dengan fu’ad yang senantiasa harus dididik dan dikembangkan. Ditegaskan dalam firman.Allah surat An-Nahl ayat 78:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan dan hati, agar kamu bersyukur”
Dari ayat di atas, jelas bahwa potensi atau sumber daya insani, yang memungkinkan manusia tumbuh berkembang termasuk pengembang fitrahnya menuju kesempurnaan hidup dalam arti sesuai dengan tujuan hidupnya sangat membutuhkan lingkungan keluarga yang dapat membimbing dan mengarahkannya.
Pendidikan agama yang ditanamkan kepada anak sejak kecil maka anak akan memiliki mental yang kuat dalam menghadapi setiap masalah dalam hidupnya. Orang tua harus mengajarkan sesuatu yang baik kepada anaknya karena ditangan orang tualah arah hidup dari seorang anak. Dalam hal ini Rosulullah bersabda: j i j i j *
j — j j a
IJ) ( j P
- *1)1 J JlS; J «jf
“Abu Hurairah mengatakan bahwa Rosulullah bersabda, “Seseorang bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi atau nasrani atau majusi, ...” (M.Nashiruddin Al-Albani, 2005: 938)
Tidak semua anak yang dengan diberikan bekal pengetahuan agama menjadi pandai, berakhlak mulia ataupun secara konsisten mampu mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari karena setiap anak memiliki keinginan dan kemampuan yang berbeda-beda, maka cara-cara yang digunakan untuk menyampaikan dan menanamkannya pun juga harus berbeda-beda.
Dengan latar belakang uraian di atas, penulis mengadakan penelitian tentang “ Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga terhadap ketaatan
beribadah anak di SDN 2 Bandunggede tahun 2010. C. Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pendidikan agama dalam keluarga para siswa SDN 2 Bandunggede Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung.
2. Untuk mengetahui ketaatan beribadah anak.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap ketaatan beribadah anak.
D. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan. (Sutrisno Hadi, 198: 63)
Berdasarkan asumsi tersebut, maka penulis mengemukakan hipotesis “ Pendidikan agama dalam keluarga berpengaruh positif terhadap ketaatan
beribadah siswa SDN 2 Bandunggede Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung.
1. Secara praktis Apabila ternyata ada pengaruh berarti penelitian ini dapat memberikan pemahaman bagi pelaksana pendidikan khususnya orang tua tentang pentingnya pedidikan agama dalam keluarga yang dilakukan dengan baik.
2. Secara teoritik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, dan khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan.
F. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan teijadinya penafsiran yang berbeda, maka penulis perlu menerangkan beberapa istilah pokok yang menjadi variabel penelitian.
2. Pendidikan agama Dalam kamus bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara. (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 849)
Dalam kamus bahasa Indonesia, agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 12) Agama adalah segenap kepercayaan serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Menurut Achmadi agama adalah segala usaha berupa bimbingan yang lebih khusus ditekankan untuk .— 1 _ j : j - ’i - 1-1-: t- orang yang hidup dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota marasakan adanya pertalian.
Jadi pendidikan agama dalam keluarga adalah bimbingan orang tua terhadap perkembangan dan pertumbuhan baik jasmani maupun rohani seutuhnya sesuai dengan syariat Islam. Indikator pendidikan agama dalam keluarga adalah:
a. Mendidik anak tentang aqidah dengan mengenalkan rukun iman
b. Mendidik anak tentang fiqh dengan mengajarkan rukun islam
c. Mendidik anak untuk berakhlak terpuji
d. Membiasakan anak untuk berdoa dan membaca Al Qur’an
4. Ketaatan Barasal dari kata taat yang artinya senantiasa tunduk (kepada
Tuhan, pemerintah) . (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1042) Taat
Indikator ketaatan beribadah adalah:
1. Indikator Ketaatan beribadah yang bersifat mahdloh:
a. Melaksanakan sholat fardu tepat pada waktunya
b. Selalu berzikir setelah melaksanakaan sholat
c. Melaksanakan puasa baik fardu maupun sunah
d. Mengeluarkan infaq, zakat maupun shodaqoh
e. Terbiasa membaca Al Quran
2. Indikator Ketaatan beribadah yang bersifat ghoiru mahdloh:
a. Berperilaku yang baik
b. Taat dan berbakti kepada orang tua dan guru
c. Berlaku jujur, rendah hati, ramah
d. Teguh dalam berpendirian terhadap kebenaran b. Sampel dan teknik pengambilan sampel Sebagian individu yang diselidiki disebut sampel atau master.
Besar kecilnya sampel yang diambil tidak ditentukan, tapi semakin besar sampel yang diambil, maka kesimpulan yang diperoleh semakin baik. Suharsimi Arikunto mengatakan, untuk sekedar ancer-ancer bila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10 - 15 % atau 20 - 25 % atau lebih sesuai kemampuan. (Suharsini Arikunto, 1996: 120)
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 37 siswa, penulis mengambil 37 reponden atau 28% dari siswa SDN 2 Bandunggede. Teknik yang penulis gunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan sekolah dengan cara mengambil dari dokumentasi yang tersedia di sekolah.
3. Metode Analisis Data Data-data yang diperoleh dianalisis secara bertahap agar mudah untuk menginterpretasi. Dari data yang masih bersifat kualitatif, maka penelitian menggunakan analisis data statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Analisis pendahuluan
Analisis ini digunakan tabel-tabel distribusi frekuensi untuk setiap variable. Dengan menggunakan rumus:
P = £ * 1 0 0 % N
Keterangan P = persentase f = frekuensi N = jumlah responden b. Analisis uji hipotesis Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan cara mengadakan penghitungan lebih lanjut melalui tabel-tabel distribusi dari analisis statistik chi-kwadrat yaitu:
i f °
— f h)2
X2 = E %2 = fh Keterangan: lambang chi kwadrat fo = frekuensi yang diperoleh fh = frekeuensi yang diharapkan
H. Sistematika penulisan
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Hipotesis Penelitian E. Kegunaan Penelitian
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama dalam Keluarga B. Ketaatan Beribadah Anak C. Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga terhadap Ketaatan Beribadah Anak BAB III : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian B. Penyajian Data BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif B. Pengujian Hipotesis C. Pembahasan BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Dalam Keluarga
1. Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan memberikan peluang kepada seseorang untuk memiliki ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa mencapai kemajuan bagi kehidupannya, a. Pengertian Pendidikan menurut bahasa
Pendidikan berasal dari asal dasar “ didik “ yang artinya penyempurnaan akhlak budi pekerti. Istilah pendidikan dinisbatkan dengan at-tarbiyah karena kata itu mencakup empat unsur yaitu : memelihara pertumbuhan fitrah manusia, mengembangkan potensi dan kelengkapan manusia yang beraneka macam (terutama akal budinya), mengarahkan fitrah dan potensi manusia menuju kesempurnaannya, dan melaksanakan secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak. (Achmadi, 1992:14)
b. Pengertian Pendidikan menurut pendapat para ahli atau secara istilah adalah sebagai berikut: Pendidikan menurut UU RI No. 20 tahun 2003 • Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UU RI, 2003:4)
M A n iim t A rh m o H i
Menurut Ahmad Tafsir • Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatka guru (pendidik) mencakup pendidikan formal, maupun non formal serta informal. (1992: 6) Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha atau tindakan yang dilakukan baik oleh pendidik maupun bukan pendidik secara bertahap untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia agar lebih optimal sehingga kelak akan berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui pendidikan seseorang akan belajar untuk berpikir dan belajar mengembangkan seluruh potensi dirinya sehingga ia dapat mandiri, berperilaku yang baik dan berguna bagi masyarakat dan negara.
Menurut Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama islam bahwa Pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim. (1982:27)
Menurut Armai Arief bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensnya sebagai khalifah Allahdi muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al- Qur’an dan sunnah. (2002: 16)
Menurut M. Arifin bahwa pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita - cita islam, karena nilai - nilai Islam telah menjwai dan mewarnai corak kepribadiannya. (1994: 10)
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat dirumuskan bahwa pendidikan Islam adalah proses penyampaian pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensinya untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
al-Qur’an dan kajian secara sosiologi maupun antropologi, fungsi pendidikan
Islam ialah:a. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri
manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran Ilahi, sehingga tumbuh
kreativitas yang benar.b. Menyucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaannya.
c. Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individual maupun sosial. (Achmadi, 1992: 20) Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan yang bisa
mengarahkan usaha vang akan dikerjakan dan dapat menjadi titik pangkal a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak
b. Sifat kemenyeluruhnya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar dan
semua aspek perkembangan dalam masyarakat.
c. Sifat keseimbangan, kejelasan tidak adanya pertentangan antara unsur-
unsur dan cara pelaksanaan.
d. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan. (Achmadi, 1992:60)
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuanpendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi
hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak
terpuji.Jadi pendidikan agama dalam keluarga adalah bimbingan orang tua melalui pengajaran, pembiasaan, pengasuhan dan pengembangan potensinya untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
5. Peran orang tua dalam mendidik anak
a. Orang tua sebagai pendidik Anak adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kita untuk diterima dan dididik semaksimal. Ia memerlukan pemeliharaan dengan sebaik-baiknya, pemeliharaan sekarang akan dapat kita petik di kemudian hari. Dengan demikian pula pemeliharaan dengan anak-anak kita tergantung bagaimana cara mendidiknya. Sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam surat Al-Hasyr ayat 18:
L a i l ! o ! a u !
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Anak adalah amanat Allah bagi orang tua yang akan dimintai
Sebagai pendidik, orang tua tidak hanya memberikan bekal pendidikan ilmu pengetahuan tetapi juga harus membekali anak dengan pendidikan dan bimbingan keagamaan sebagai dasar kepribadian mereka.
Anak adalah bunga hidup, anak adalah pewangi rumah tangga kepadanya tergantung harapan keluarga dikemudian hari dan dialah ujung cita-cita di dalam setiap kepayahan dalam pergaulan suami istri.
Diantara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah dengan cara berikut:
1) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu. 2) Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah
5) Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan lain-lain lagi cara-cara lain. (Hasan Langgulung, 1989: 372) b. Orang tua sebagai pelindung dan pemelihara
Orang tua selain memiliki kekuasaan pendidikan mereka juga memiliki tugas kekeluargaan yaitu memelihara keselamatan kehidupan keluarganya baik moril maupun materiil. Orang tua memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada anggota keluarganya dengan rejeki yang halal. Menjaga kesehatan anggota keluarganya dan menjaga serta memelihara keselamatan keluarganya baik di dunia maupun di akherat.
Sebagaimana firman Allah dalam surat At Tahrim ayat 6: Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. menjadi manusia dewasa yang mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab. Sebagai seorang pemimpin orang tua hendaknya dapat membimbing dan membiasakan anak untuk senantiasa taat dan patuh kepada Sang pencipta, Allah SWT. Membimbing ke jalan yang benar dan di ridhoi Allah SWT.
6. Tugas dan tanggungjawab orang tua Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan. Anak tempat ia belajar menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Pendidikan yang ada dalam keluarga mencerminkan latar belakang keluarga itu sendiri. Dari latar belakang itulah, orang tua harus memikirkan dan memperhatikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai kepala rumah tangga dan juga sebagai seorang pendidik yang utama dan pertama.
Tugas dan tanggungjawab orang tua selain mendidik anak-anaknya juga berkewajiban menafkahi (memenuhi kebuutuhan) keluarganya berupa kebutuhan ekonomi sehari-hari. Oleh karena itu, dari terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan setiap hari, maka pendidikan anak-anak akan teroenuhi, baik itu pendidikan fisik maupun psikis. Sebagaimana yang telah anak-anak tumbuh seiring dengan baik pertumbuhan fisiknya, badan sehat dan bersemangat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al- Baqarah ayat 233:
C r P jj ^
Artinya : Dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
Berikut ini adalah beberapa tanggungjawab orang tua dalam mendidik anak dalam menafkahi keluarganya dan anak-anaknya sebagaimana yang diungkapkan Abdullah Nashih Ulwan:
1) Kewajiban menafkahi keluarga dan anak 2) Mengikuti aturan yang sehat ketika makan, minum dan tidur agar semua itu menjadi kebiasaan bagi akhlak anak-anak.
3) Menghindari penyakit menular 4) Kewajiban mengobati penyakit.
5) Menerapkan prinsip “tidak boleh membahayakan (diri sendiri) dan tidak boleh membahavakan forane laini b. Tanggungjawab intelektual Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan tanggungjawab intlektual adalah membentuk pemikiran anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu-ilmu syariat, kebudayaan ilmiah dan modem, kesadaran intelektual dan peradaban sehingga anak matang dalam pemikiran dan sikap ilmiahnya.
Tanggungjawab ini tidak kalah pentingnya dari tanggungjawab iman, fisik dan moral. Sebagai persiapan pendidikan moral untuk membentuk akhlak dan kebiasaan. Sedangkan pendidikan intelektual untuk penyadaran dan pembudayaan. (1990: 54) c. Tanggungjawab psikis
Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan bahwasanya pendidikan psikis adalah sejak anak-anak mulai bisa berpikir, seorang anak hams untuk itu kewajiban orang tua adalah menjadi suri teladan yang baik dalam kehidupan anaknya, karena pendidikan pertama kali sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap jalan kehidupan seseorang.
7. Pentingnya pendidikan agama dalam keluarga Pendidikan agama merupakan masalah yang sangat penting dalam mendidik anak. Semakin banyak pengalaman beragama semakin banyak pola unsur agama dalam pribadi anak. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik melainkan karena secara kodrati suasana dan stuktumya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.
Situasi pendidikan itu tewujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. (Zakiah Daradjat, 1995: 35)
Mendidik anak tidak bisa hanya dilaksanakan oleh satu orang aspek saja. Mendidik harus menyeluruh meliputi jasmaniah, rohaniah, akal, kasih sayang dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa “ apabila pendidikan agama itu tidak diberikan pada anak sejak kecil maka sukarlah baginya untuk menerimanya nanti kalau ia dewasa karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu tidak terdapat unsur-unsur agama. (1991 : 128)
Pendidikan agama dalam keluarga adalah usaha orang dewasa rohani anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian utama dan sempurna serta mengamalkan ajaran agama sebagai pandangan hidup, adapun yang dimaksud dengan kepribadian utama adalah kepribadian yang tumbuh dalam diri yang membentuk anak didik menjadi insan kamil dengan pola takwa sehingga diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi diri, masyarakat, bangsa dan Negara, mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam Islam penyemaian rasa agama dimulai sejak anak dalam kandungan, ketika anak lahir dibisikkan kalimah adzan dan iqomah, orang tua memenuhi kebutuhan makan dan minum dengan rezeki yang halal, ketika anak mulai tumbuh besar ia akan menyerap apa yang dilihatnya, apa yang didengarnya, segala tingkah laku keluarganya akan keliru. Pengalaman agama anak ketika kecil merupakan pendidikan agama yang paling mendasar pada jiw a anak.
Nabi Muhammad mengajarkan bahwa penanaman keagamaan yang berinti pada keimanan pada dasarnya dilakukan orang tua dengan pembiasaan dan peneladanan. Orang tua menjadi panutan bagi anak- anaknya. Anak yang sejak kecil sudah dibiasakan dilatih dengan pendidikan agama akan tumbuh keimanan dalam dirinya, sebaliknya jika anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan pembiasaan keagamaan waktu kecil ia akan besar dengan sikap tidak acuh atau anti agama. Kualitas hubungan antara orang tua dan anak di kemudian hari. Bila anak merasa disayang dan yang dianut orang tuanya tetapi sebaliknya jika anak hidup tanpa kasih sayang, maka ia akan jauh dari apa yang diharapkan orang tua. Rasa keagamaan yang ditanamkan dan dibiasakan sejak kecil pada diri anak akan menjadi fondasi untuk pendidikan selanjutnya, selain itu keimanan sangat diperlukan oleh anak untuk menjadi landasan dalam pembentukan akhlak mulia. Keimanan diperlukan agar akhlak anak terutama anak remaja tidak merosot, keberimanan diperlukan agar anak-anak mampu hidup mandiri, tenteram dan konstruktif pada zaman global nanti. Jadi pendidikan agama didalam keluarga sangat perlu, karena keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan yang mampu melakukan pendidikan keberimanan bagi anak-anaknya. Melakukan pendidikan agama dalam keluarga berarti ikut menyelamatkan masa depan generasi muda yang akan menjadi tulang punggung bangsa dan Negara.
B. Ketaatan anak dalam beribadah
1. Pengertian ketaatan anak dalam beribadah Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ketaatan berasal dari kata taat yang artinya senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah).
(Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1042) Taat berarti juga patuh kepada ajaran Islam, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan- Nya.
Ibadah adalah perubahan untuk menyatakan bakti kepada Allah Sedangkan menurut ahli fiqh, ibadah adalah apa yang dikerjakan untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT dan mengharapkan pahala di akhirat. (Zakiah Daradjat, 1995:3)
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak dimulai dari dalam keluarga, anak dilatih, dididik untuk menjalankan ibadah dengan pola pembiasaan dan peneladanan.
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi ketaatan beribadah anak.
Anak adalah karunia dan amanat yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya. Sebagai sebuah karunia, kedatangan anak sebagai buah hati harus disyukuri. Orang tua yang mendapat amanat memiliki keharusan untuk menjaga amanat itu dengan penuh tanggung jawab dengan cara mengantarkan buah hatinya untuk mengenal Allah, karena semua amanat yang diberikan itu akan dimintai pertanggungjawaban. Selain itu orang tua juga memiliki kewajiban untuk mendidik dan mengantarkan anaknya menjadi insan yang saleh, berilmu, beriman, berakhlak dan bertaqwa.
Faktor yang mempengaruhi ketaatan anak dalam beribadah ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada pada diri anak dan sudah melekat pada sanubari anak. Faktor intern yang ada dalam diri anak misalnya selektivitas diri, daya pilih diri, minat dan perhatian anak.
Menurut Jalaludin rahmat faktor intern ada dua yaitu : Adanya warisan biologis sampai muncul aliran baru memandang segala kegiatan termasuk agama, budaya, moral dari struktur biologis, b. Faktor sosio psikologis
Komponen-komponen yang ada dalam sosio psikologis antara lain : 1) Bakat, merupakan suatu kemampuan pembawaan yang potensial mengacu pada perkembangan kemampuan akademis, ilmiah dan keahlian dalam berbagai bidang kehidupan. 2) Insting, adalah suatu kemampuan berbuat atau bertingkah laku dengan tanpa melalui proses belajar. Kemampuan insting ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat sesuatu tanpa belajar.
3) Nafsu dan dorongan (drives) Dalam tasawuf dikenal adanya nafsu lawwamah yang mendorong kea rah perbuatan tercela dan merendahkan orang lain (egosentris), nafsu amarah (polemis) yang mendorong kearah perbuatan merusak, nafsu birahi yang mendorong kea rah perbuatan seksual dan nafsu mutmainnah (religius) yang mendorong kearah ketaatan kepada Allah.
4) Karakter /watak manusia Karakter merupakan kemampuan psikologis yang terbawa dan terbentuk sejak lahir.
5) Hereditas merupakan faktor dasar yang mengandung ciri psikologis dan fisiologis yang diturunkan orang tua. (1995:34)
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi ketaatan seseorang yang berasal dari luar dirinya. Yang termasuk faktor ekstern adalah keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat,
a. Faktor keluarga Keluarga merupakan kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang punya tempat tinggal dan ditandai oleh keija sama ekonomi, berkembang, mendidik, merawat, melindungi dan sebagainya. Keluarga adalah institusi terkecil dan peletak dasar pendidikan bagi anak. Dimulai dari keluargalah seorang anak mengenal Allah dan agamaNya. Orang tua dalam hal ini berperan sebagai pendidik, harus mengajarkan kebenaran yang tidak menyimpang dari ajaran agama. Keluarga terutama orang tua adalah pendidik yang utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan. Disebut sebagai pendidik pertama karena merekalah yang pertama mendidik anaknya.
Orang tua merupakan bagi anak-anaknya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal keagamaan pun peran orang tua dan keteladanan orang tua dapat mempengaruhi perilaku dan keagamaan anak. Perilaku seseorang akan menjadi tolok ukur sebagai diri seseorang bila perilakunya baik sehingga akan mencerminkan pribadi yang baik begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini peran serta keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga pertama yang mengajarkan salat, menjalankan puasa, membayar zakat, menghormati orang lain dan berperilaku yang baik, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi muslim yang diharapkan, mau melaksanakan ibadah dengan kesadaran dirinya bukan karena perasaan takut kepada orang tua.
b. Faktor sekolah dan lingkungan Sekolah adalah lembaga yang secara khusus mengenai kegiatan pendidikan. Pada dasarnya tanggung jawab yang dipikulnya merupakan limpahan dari orang tua dan masyarakat. Sekolah merupakan lemgaba pendidikan yang melaksanakan pembianaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. (Zakiah Daradjat, 1995: 77)
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wahana yang benar-benar memenuhi elemen-elemen institusi secara sempurna yang tidak terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan yang lain. Ketaatan anak dalam beribadah yang telah terbina dalam keluarga, dilanjutkan lagi dalam pendidikan agam yang diberikan di sekolah. Guru yang merupakan pengganti orang tua memikul tanggungjawab untuk memberikan pendidikan keagamaan. Guru masuk ke dalam kelas membawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlak, pemikiran, sikap dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Guru yang professional mampu mentransfer ilmu pengetahuan baik umum maupun agama. Di c. Faktor masyarakat Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan.
Masyarakat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan anak terutama para pemimpin masyarakat yang ada di dalamnya. Seorang pemimpin tentu menghendaki setiap anak dididik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, menjadi warga yang baik dan berakhlak mulia. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan masyarakat agamis secara tidak langsung akan tumbuh menjadi anak yang patuh dan taat menjalankan agama, mematuhi peraturan dan berbudi pekerti yang baik. Sebaliknya lingkungan yang tidak kondusif dapat merusak kepribadian anak.
3. Aspek - aspek dalam ketaatan beribadah.
Penulis membagi dua aspek yang berkaitan dengan ketaatan dalam menjalankan ibadah yaitu aspek ibadah dan aspek akhlak, a. Aspek ibadah
Aspek ibadah adalah semua yang dilakukan untuk mencapai keridloan Allah SWT dan mengharapkan imbalan pahala di akhirat kelak. Dalam pembahasan ini ibadah dibagi menjadi dua yaitu:
1 ^ TKo^oli a) Salat Salat menurut bahasa berarti doa, sedangkan menurut istilah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. (Rahmat R dan Zainuddin, 1997 : 87) Menjalankan ibadah salat berarti mengadakan hubungan langsung dengan sang pencipta sehingga dengan menjalankan salat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Hal ini bisa diperoleh bila salatnya diresapi benar - benar dan melekat dalam perbuatan sebagaimana firman Allah dalam surat Al ankabut ayat 45: Artinya : dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar, b) Puasa
Menurut bahasa arab berarti menahan (imsak). Sedangkan menurut istilah suatu ibadah yang dierintankan Allah yang dilaksanakan dengan cara menahan makan dan minum dan hubungan seksual dari pagi (terbit fajar) sampai sore (terbenam matahari). (Rahmat R dan Zainuddin, 1997: 151) menjalankan puasa merupakan kewajiban atas muslim yang sudah baligh dan berakal. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah
LlS* A . ^ o U « . ^ssa.Jp \ j X j »\ c ^)djjl Llibj p
{@5 b y & ^ =»I 3 ^ ^ y,ajl J i - Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
c) Zakat Menurut bahasa zakat berarti pengembangan. Sedangkan mmenurut istilah bagian tertentu dari harta kekayaan yang diwajibkan Allah SWT untuk sejumlah orang yang berhak menerimanya. (Rahmat R dan Zainuddin, 1997: 171) Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 110.
j j j
- * ■ ' ' ^ * * ' 5 » r ’ " C*J
I U 3j i yO 11 ij-Ck-Jlj L* - j 4iJl £)i 4)31 d j J j s
Artinya : dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu keijakan.
2) Ibadah ghairu mahdloh Adalah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan a) Tadarus Al Qur’an Al quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada nabi sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia dalam hidupnya. Al quran merupakan pedoman hidup bagi umat Islam sehingga sangat dianjurkan untuk membaca agar mereka mengetahui apa yang terkandung didalamnya. Hikmah membaca al-qur’an adalah menghibur perasaan sedih dan sebagai penawar kegelisahan.
b) Berdoa Kata-kata doa mempunyai makna tertentu. Berdoa kepada
Allah ialah menyatakan bahwa ia sangat berhajat kepadaya dan berharap memperoleh sesuatu yang kita kehendaki.
b. Aspek akhlak Al-Ghazali memberikan pengertian tentang akhlak “Al Khuluq” ( jamak dari akhlak) ibarat (sifat/keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, dari padanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerllukan pikiran dan pertimbangan.
(Zainuddin, 1991: 102) Membahas tentang akhalk tidak lepas dari perilaku manusia. Sebab akhlak akan berhubungan dengan tingkah laku manusia yang tidak lepas dari kecenderungan dari jiwa agama.
1) Akhlak terhadap Allah
37
Dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai khaliknya. 2) Akhlak terhadap orang tua
Seorang anak wajib untuk taat dan patuh kepada kedua orang tua, melaksanakan perintah orang tua yang tidak bertentangan dengan agama. Berperilaku yang baik kepada orang tua. 3) Akhlak terhadap orang lain Manusia secara kodrati tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Dalam hidup bermasyarakat tidak terlepas dari hubungan dengan orang lain, oleh sebab itu kita harus menghargai, menghormati, menyayangi orang lain sebagaimana memperlakukan dirinya sendiri.
C. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap ketaatan beribadah anak Anak adalah amanat dan karunia Allah yang harus dijaga, dibimbing dan dibina untuk menjadi generasi penerus yang pandai dan berakhlak mulia.
Anak adalah ibarat intan yang memiliki jiwa suci dan cemerlang. Bila sejak kecil dididik dan dilatih dengan agama dan budi pekerti yang baik, maka anak akan tumbuh menjadi generasi yang baik pula. Sebaliknya, bila anak dibiarkan begitu saja tanpa sentuhan pendidikan baik umum maupun agama maka kelak ia akan tumbuh menjadi generasi yang lemah.
Pendidikan keagamaan yang paling mendasar merupakan tanggung jawab orang tua, karena dari orang tualah anak-anak mendapat pendidikan yang pertama dan utama, orang tua wajib memberikan pendidikan, pengawasan, pembinaan agama dan akhlak. Pendidikan agama dalam keluarga merupakan fundamen bagi keagamaan anak yang merupakan landasan terbentuknya akhlak yang mulia. Orang tua yang senantiasa memberi contoh anak-anaknya tentang tata cara beribadah, menghormati orang lain dan membiasakan anak untuk melakukan kegiatan keagamaan seperti melaksanakan salat, puasa, membayar zakat, infaq dan sadaqah, berperilaku yang baik, secara tidak langsung akan meningkatkan ketaatan anak dalam menjalankan ibadah. Ketaatan itu tidak berdasarkan atas rasa takut tetapi berdasarkan keikhlasan dalam hatinya. Keimanan dan ketaqwaan akan menjadi bekal anak untuk menempuh masa depannya.
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SDN 2 Bandunggede
1. Sejarah singkat berdirinya SDN 2 bandunggede Bahwa usaha mencerdaskan kehidupan bangsa diwujudkan dalam pendidikan nasional yang pada hakikatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan nasional berakar pada kebuudayaan nasional Indonesia, pancasila dan UUD
1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa Indonesia mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekeliling serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional.