JU R U S A N T A R B IY A H PR O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G ER I SA L A T IG A

  

KORELASI TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN

KEDISIPLINAN SISWA DI MTs NEGERI TERAS

BOYOLALI TAHUN 2010 .

  

SKRIPSI

D iaju k an u n tu k M em p eroleh G elar

S arjan a P en d id ik an Islam

  DI SU SU N O LEH : T R I W ID Y A ST U T I \ 11106002

  JU R U S A N T A R B IY A H PR O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G ER I SA L A T IG A 2010

  

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka Skripsi Saudara: : Tri Widyastuti

  Nama NIM :11106002

  : Tarbiyah Jurusan

  : Pendidikan Agama Islam Program Studi

  : KORELASI TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN Judul

  KEDISIPLINAN SISWA DI MTs NEGERI TERAS BOYOLALI TAHUN 2010 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

  Salatiga, 13 Agustus 2010 Pembimbing

  Dra. Siti A sdiqoh, M.Si

  NIP. 19680812 199403 2 003

  

DEKLARASI

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tri Widyastuti

  NIM : 11106002 Jurusan : Tarbi>ah

  Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 10 Agustus 2010 Yang menyatakan,

  I ri Widyastuti

  iii

KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Stadion 02. Telp.(0298) 323706 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website :

  

PENGESAHAN KELULUSAN

  Skripsi saudara : TRI WIDYASTUTI dengan nomor induk mahasiswa :11106002 yang berjudul : “KORELASI TINGKAT RELIGIUSITAS

  

DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DI MTs NEGERI TERAS

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010” .Telah dimunaqosyahkan dalam

  sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Selasa tanggal 31 Agustus 2010 yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  Salatiga, 31 Agustus 2010 M

  21 Ramadhan 1431 H

  

Panitia Ujian

  I Sekretaris Sidang

  M Dr. Rahmat H5rivadi.IVI.Pd

  N IP .l9670112 199203 1 005

  T

  Penguji II

  i f v

  ^

  Beny I idwan.M.Hum

  NIP. 19730520 199903 1 002 Pembimbing

  Dra.Siti Asdiaoh.M . Si

  

M O T T O

  • *JAAfGAX TTRXrAJ-f A B A 1 X A N

XA S'EXAT

  V A X

T E R X A X A A X IBVXIV XARE’.HA B E R X A V A A X V A X '

  X A S E X A T V A R I BELIAU A V A L A B f VO A BACjlXlU*

  • *I£MV A V A L A tf X'EXAyA.AACyAAfQ T A X T l'J M T V X tj*

  V

  

PERSEMBAHAN

  Untuk pengokoh hidup, ayah dan ihu (Sukirman danSuwarti), yang menjadi “'Rumah Jiwa" bagi pen u bis dan mampu menjadi “Istana Inspirasi" me rubah dan membentuk hidup ini menjadi insan yang bermakna.

  ❖ Xakak-kakak ku ((Junardi, prihatin, sumiyati) yang sebabu menyayangiku.

  ❖ Nenek (Troyo sumarto) dan keponakan ku tersayang Tutri dan T'brig.

  VI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan berkah, rahmat, taufik, hidayah, dan inoyah-Nva yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu farbiyah di STAIN Salatiga , dapat berjalan dengan lancar dan tanpa aral melintang apapun. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kelurga, sahabat, serta para pengikutnya, amin.

  Untuk dapat menyelesaikan sripsi ini , penulis mendapat bantuan, bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak. Untuk itu, bersama ini penulis ucapkan terima kasih kepada:

  1. Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M. Ag

  2. Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas, tekun dan sabar dalam membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.

  3. Bapak Ibu dosen yang dengan tulus mengajar penulis di STAIN Salatiga.

  4. Seluruh staf dan civitas akademika STAIN Salatiga.

  5. Drs. Nur Hasan Mpd, selaku kepala MTs N Teras Boyolali yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

  6. Bapak Ibu guru MTs N Teras Boyolali, yang telah memberikan informasi, data, dan bahan- bahan seperlunya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  

VII

  7. Keluarga tercinta, ayah dan ibu yang dengan tulus ikhias memberikan segalanya, sehingga penulis Insya Allah dapat meraih gelar sarjana, dan juga kakak-kakakku.

  8. Sahabat-sahabatku sepeijuangan KKN (Ika, Laela,Zaenal, Pak Pramono. Bu Hanifah) dan Keluarga Bapak Barojah di Desa Umbul Sai i, Windusari, Magelang.

  9. Sahabat-sahabat PAI “A” yang terus semangat dan optimis menggapai cita- cita seria menjalin ukhuwah kebersamaan.

  Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah banyak membantu terselesainya skripsi ini. Alas budi baik dari berbagai pihak tersebut penulis mengucapkan terima kasih.

  Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam mencurahkan segala pikiran, skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca yarg budiman, der.it sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususmu dan bagi pembaca pada umumnya. Vmin \a Kabhal Alamin

  Salatiga. 13 Agustus 2010 Penulis

  viii

  

ABSTRAK

  Tri Widyastuti. 2010. Korelasi Tingkat Religiusitas Dengan Kedisiplinan SiswaMTs Negeri Teras Kabupaten Boyolali Tahun 2010. Skripsi.

  Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, Msi.

  Kata kunci:

  Tingkat Religiusitas dan Kedisiplinan Siswa Religiusitas sering dipahami dengan sikap keberagamaan atau sikap patuh terhadap agama. Dalam religiusitas terdapat dimensi- dimensi agama, tetapi masyarakat tidak terlalu paham dengan dimensi- dimensi agama karena mereka beranggapan bahwa sikap religiusitas sering dipahami dengan hanya melaksanakan perintah- perintah yang ad a

  Untuk sekolah yang berlandaskan agama seperti madrasah dituntut untuk dapat mendidik anak sesuai dengan ajaran agama islam. Maka sekolah yang berlandaskan agama itu mempunyai tugas yang sangat berat karena selain dituntut untuk menghasilkan out-put seperti sekolah umum juga harus dapat membina pendidikan moral dan etika atau akidah aklak pada anak didik.

  Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah tingkat religiusitas siswa di MTs Negeri 1 Teras? (2) Bagaimanakah sikap kedisiplinan siswa di MTs Negeri 1 Teras? dan (3) Adakah korelasi tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa di MTs Negeri 1

  Teras? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Pendekatan yang digunakan adalah correlation research yaitu penelitian yang bermaksud melihat hubungan antara dua variable atau lebih. Populasi penelitian ini adalah 340 siswa dan

  — sampel 52 siswa. Pengumpulan dala dilakukan dengan menggunakan teknik angket.

  Analisis data menggunakan product moment yaitu dengan menyebar angket kepada para responden. Angket tersebut terdiri dari 20 item soal pada setiap variabel. Danpengam bilan sampel menggunakan teknik random sampling.

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa di MTs Negeri Teras Kabupaten Boyolali tahun 2010.

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tingkat Religiusitas.

  

  

  

  

  

  

  DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

KORELASI TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN

KEDISIPLINAN SISWA DI MTs NEGERI TERAS

BOYOLALI TAHUN 2010

SKRIPSI

  

D iajukan un tuk M em peroleh G elar

Sarjana P en d id ik an Jslam

DI SU SU N O L E H :

TR I W ID Y A ST U T I

  

11106002

JU R U S A N T A R B IY A H P R O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM S E K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I SA L A T IG A

  2010

  B A B I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

  Religiusitas sering dipahami dengan sikap keberagamaan atau sikap patuh terhadap agama. Dalam religiusitas terdapat dimensi- dimensi agama, tetapi masyarakat tidak terlalu paham dengan dimensi- dimensi agama karena mereka beranggapan bahwa sikap religiusitas sering dipahami dengan hanya melaksanakan perintah- perintah yang ada.

  Dari hal di atas dapat dikatakan bahwa seseorang yang sholat tidak bisa dikatakan bahwa ia adalah seorang yang religiusitas tetapi jauh dari itu seseorang yang religius adalah orang yang melaksanakan dimensi- dimensi dalam agama.

  Menurut d o c k & R. Stark ada lima macam dimensi keberagamaan. yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistic), dimensi penghasutan (eksperiensial). dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual) (Ancok.

  Suroso,2005:77).

  Dalam stud; islam terdapat 6 kawasan antara lain : studi sejarah, studi akidah aklak, studi tentang ibadah dan syariah, studi filsafat, dan studi kebudayaan ( Muhaimin dkk, 2005:211).

  Dari hal- hal di atas dapat dikatakan bahwa dalam religiusitas terdapat dimensi-dimensi yang dapat mengukur sikap keberagamaaii seseorang akan tetapi

  1 dari semua dimensi tersebut yang memungkinkan untuk dapat diketahui secara baik dan sederhana adalah dari dimensi ritual dan pengalaman. Meskipun begitu dalam penelitian ini penulis akan mencoba meneliti sikap religiusitas melalui dimensi akidah akhlak.

  Menurut Ancok, Suroso ( 2005: 79) Esensi islam adalah tauhid atau poengesaan "Uthan .Di madrasah siswa MTs sudah mendapatkan mata pelajaran tentang akidah dan akh' lk. Menurut Endang Saifuddin Anshari mengungkapkan bahwa pada dasarnya islam dibagi menjadi tiga bagian yaitu akidah, syariah dan akhlak (Djamaludin Ancok. Kuat Nashori.2005:79).

  Untuk siswa MTs merupakan anak yang pada usia mereka identik dengan emosi yang labil, tentunya tingkat religiusitasnya juga berbeda-beda. Selain itu kesadaran untuk menaati peraturan di sekolah juga berbeda- beda.

  Sekolah merupakan tempat siswa untuk memperoleh pendidikan yang bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa yang lebih baik, berkembang daya dan berfKcirnya. Di sekolah siswa juga mampu mengembangkan sikap dan kepribadiannya dengan mengikuti kegiatan- kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.

  Untuk sekolah yang berlandaskan agama seperti madrasah dituntut untuk dapat mendidik anak sesuai dengan ajaran agama islam. Maka sekolah yang berlandaskan agama itu mempunyai tugas yang sangat berat karena selain dituntut untuk menghasilkan out-put seperti sekolah umum juga harus dapat membina pendidikan moral dan etika atau akidah akhlak pada anak didik.

  2

  I

  Di madrasah terdapat mata pelajaran akidah akhlak yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari agama. Dalam mata pelajaran tersebut siswa mempelajari tentang ketauhidan dan perbuatan- perbuatan yang diperintahkan agama.

  Selain mata pelajaran akidah siswa juga diberi pengetahuan tentang syariah dalam mata pelajaran fikih. Dalam mata pelajaran tersebut siswa dapat mempelajari rukun iman dan rukun islam, serta hukum-hukum yang berlaku dalam islam.

  Dari mata pelajaran yang ada di madrasah diharapkan akan membentuk sikap religius siswa. Dalam mata pelajaran yang ada sudah terdapat empat bagian studi islam yaitu sejarah, akidah akhlak, fikih, dan Al-quran. Dari mata pelajaran tersebut diharapkan siswa mampu menambah pengetahuannya tentang agama.

  Selain itu kita juga dapat mempelajari dimensi- dimensi agama itu di madrasah berdasarkan pelajaran yang ada di madrasah.

  Dalam dimensi religiusitas terdapat dimensi keyakinan yang biasa diperoleh melalui mata pelajaran akidah dan dirr.ensi ritual biasa diperoleh

  di

  melalui mata pelajaran fikih. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa madrasah terutama untuk setingkat smp siswa sudah mendapatkan pengetahuan tentang rcligiusitns minimal empat dimensi sang ada dalam relir.iusitas

  Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:3) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

  3

D. HIPOTESIS

  Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul ( Arikunto. 1998:67). Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

  “Ada korelasi positif antara tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa di MTs Negeri I Teras Boyolali.”

E. MANFAAT PENELITIAN

  Di antara manfaat- manfaat penelitian yang penulis inginkan adalah sebagai berikut:

  1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada siswa di MTs Negeri i Teras.

  2. Sebagai sumbagan kepada almamater dan lembaga pendidikan islam yang berupa wawasan tentang religiusitas dan kedisiplinan siswa di sek lah.

F. DEFINISI OPERASIONAL

  Guna memudahkan dan menghindari kesalahpahaman dari judul di atas, sekaligus menyamakan persepsi antara pembaca, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah dalam judul di atas sebagai berikut:

  6 I. Religiusitas Religiusitas atau religiositas dalam hal ini berasal dari kata religious yang berarti bersifat religi, bersifat keagamaan (Dinas

  Pendidikan Nasional,2007:t)44).

  Jadi yang dimaksud dengan religiusitas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan agama, yang berupa ibadah, perbuatan, sikap dan cara b.'rpikir. Adapun dalam penelitian ini religiusitas di batasi pada dimensi ibadah dan dimensi akhlak dengan indikator sebagai berikut: a. Rajin solat lima waktu.

  b. Rutin membaca A!-Qur’an.

  c. Solat berjamaah minimal 3;t dalam sehari.

  d. Puasa di bulan ramadhan.

  e. Suka bersodaqoh.

  f. Mengucapkan salam terhadap orang lain bila bertemu.

  g. Minta maaf apabila berbuat salah. . Kedisiplinan

  Kedisiplinan berasal dari kata "disiplin" \ang mendapat afiks ke- an. dalam hal ini diartikan tata tertib (di sekolah.kemiliteran dsb) (Poerwadarininto,2006:296)

  Disiplin secara ilmiah adai ih cara pendekatan yang mengikuti ketentuan yang pasti untuk memperoleh pengertian dasar yang menjadi sasaran studi (Dinas Pendidikan Nasional,2007:268)

  7 Jadi yang dimaksud dengan disiplin adalah sikap seseorang untuk melaksanakan dan mengikuti hal- hal yang telah ditentukan dalam ta^ tertib atau peraturan.Adapun dalam penelitian ini kedisiplinan di batasi dengan indikator sebagai berikut: a. Siswa mematuhi tata tertib sekolah.

  b. Siswa datang ke sekolah tepat waktu.

  c. Siswa pulang sekolah sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku.

  d. Siswa aktif mengikuti kegiatan sekolah.

  e. Siswa mengikuti pelajaran di kelas.

  f. Siswa mengerjakan tugas yang di berikan guru, g* Ijin jika berhalangan dan tidak masuk.

G. METODE PENELITIAN

  1. Pendekatan dan Rancangan Pendekatan yang digunakan adalah correlation research yaitu penelitian yang bermaksud melihat hubungan antara dua variable atau lebih. (1 ladcli.2006:64).

  2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di MTs Negeri Teras kabupaten Boyolali. Waktu penelitian bulan Mei-Juni 2010.

  8

  3. Populasi dan Sampel Populasi menurut sutrisno hadi, ialah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki atau sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama (Hadi, 1081:73). Populasi dalam penelitian ini udalah siswa MTs Negeri Teras Boyolali tahun 2010 berjumlah 340 siswa.

  Sampel menurut Suliarsimi Arikunto ialah jika kila akan meneliti sebagian dari populasi, maka disebut penelitian sampel. Dan sampel adalah sebagian populasi yang diteliti (Arikunto, 1998:73). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Teras Kabupaten Boyolali berjumlah 52 siswa.

  4. Metode Pengumpulan Data

a. I ibrarv Resrarrh/Miidi Pustaka

  p C ’H’u n i p u 1 i n J:)! ) \ : i i n ; t h p r n th.'h l u t p o r p u s i

  (buku-buku), penulis mengadakan penelitian terhadap buku- buku yang ada hubungannya dengan permasalahan ini.

  b. Field Research/Studi Lapangan Dalam melakukan studi lapangan, peneliti menggunakan beberapa metode diantaranya:

  I) Angket (Questionnaire) Menurut Hadeli (2006:75) “angket adalah salah satu teknik pengumpul data yang berbentuk kumpulan pertanyaan".

  9 Metode ini adalah metode pokok untuk meneliti data tentang tingkat relipiusitas dan kedisiplinan siswa di MTs Negeri 1 Teras Kabupaten Boyolali Tahun 2010.

  2) .Dokumentasi Metode Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis seperti: buku-buku, majalah, dokumen, notulen rapat, catatan harian dan sebagai t iya (Arikunto. 1998:149).

  Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa, guru, dan karyawan. Penulis memilih ' metode ini agar penyajian data dalam penelitian ini lebih konkrit.

  5. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini' digunakan instrument angket berupa pertanyaan- pertanyaan sesuai dengan indikator.

  6. Analisis Data Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data ini adalah sebagai berikut: a. Analisis Pendahuluan

  Pada analisis pendahuluan ini dilakukan untuk menganalisa data tiap-tiap item dengan menggunakan rumus presentase:

  10

  F p = — xlOO%

  N

  Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi

  N = Jumlah total responden

  b. Analisis Uji Hipotesis Pigunak.,n analisis data product moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  1X y - & m n

  Keterangan: X= Jumlah hasil dari variable x.

  Y' Jumlah hasil dari variable y. X*2 =Jumlah hasil dari variable x dikuadratkan.

  YJY2 -Jumlah hasil dari variable y dikuadratkan.

  N= Jumlah siswa yang diselidiki.( Sutrisno Hadi. 1997:94).

A. S I S T E M A T I K A P E N U L I SA N SKRIPSI

  : PHNDAl 11H l ' AN

  IJAB 1 A. Latar Belakang Masalah.

  B. Rumusan Masalah.

  C. Tujuan Penelitian.

D. Hipotesis

  B. Kedisiplinan Siswa

  l'eras kabupaten Boyolali

  t

  Negeri

  n

  etak t irei'gralis M I

  A. l

  3. Contoh- contoh sikap disiplin PAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

  2. Faktor- faktor Kedisiplinan

  1. Pengertian Kedisiplinan

  3. Faktor- faktor yang mempengaruhi religiusitas.

  E. Kegunaan Penelitian

  1. Pengertian Tingkat Religiusitas 2. Dimensi-dimensi Religiusitas.

  BABII : LANDASAN TEORI A. Tingkat Religiusitas.

  6. Analisis Data II. Sistematika Penulisan Skripsi.

  5. Instrumen Penelitian

  4. Metode Pengumpulan Data

  3. Populasi dan Sampel

  2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

  F. Definisi Operasional G. Metode Penelitian.

  • 12

B. Penyajian Data

BAB IV : ANALISIS DAI A A. Analisis Pendahuluan B. Analisis Lanjutan BAB V : PliNUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran

  13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tingkat Religiusitas.

  1. Pengertian Tingkat Religiusitas Manusia adalah makhluk yang ekspioratif dar. potensial. Dikatakan makhluk yang ekspioratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut manusia potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan.(Jalaluddin. 1996:79).

  Manusia adalah puncak ciptaan Allah yang tertinggi, khalifah Allah di bumi . Menurut kodratnya manusia adalah “h a n ie f adalah makhluk yang cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. ‘’D harnief’ hati (nurani), artinya manusia selalu mendendangkan arah kebaikan dan selalu menuju kepada kebenaran.(Razak, 1993:24)

  Manusia membutuhkan bimbingan dan petunjuk yang benar dan bernilai mutlak untuk kebahagiaan di dunia dan alam sesudah mati. Sesuatu yang mutlak sudah barang tentu berasal dari yang mutlak pula, yaitu Allah saw Tuhan seru sekalian alam. Untuk itulah Tuhan yang bersifat pengasih dan penyayang memberikan suatu anugerah kepada manusia bernama agama.

  Yang dimaksud denagan agama dalam kehidupan adalah iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan, dan sikap. Iman ditumbuhkembangkan

  14 melalui pengalaman hidup. Segera setelah seorang anak lahir, perlu dikumandangkan adzan dekat telinganya ( diadzankan). agar pengalaman pertama lewat pendengarannya adalah kalimat- kalimat tauhid yang berintikan pengakuan akan keagungan Allah dan kerasulan Muhammad, ajakan kepada kemenangan dan seruan untuk beribadah (shalat), diakhiri dengan pernyataan akan keagungan dan ke-Esa-an Allah.

  Religiusitas atau religiositas dalam hal ini berasal dari kata religious yang berarti bersifat religi, bersifat keagamaan (Dinas Pendidikan Nasional,2007:944).

  Harun Nasution merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din. religi (relegere. religare) dan agama. Al-Din (semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.

  Sedangkan dari kata religi (Latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian regare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak, gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun.(Jalaluddin, 1996:12)

  Menurut Robert H.Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan. Dalam istilahnya Rober H.Thouless menyebutkan sebagai keyakinan tentang dunia lain. Dan ini membantu Thouless mengajukan definisinya tentang agama. Menurutnya, dalam kaitan dengan

  15

  . psikologi agama, ia menyarankan definisi agama adalah sikap (cara menyesuikan diri) terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas dari pada dunia fisik yang terkait ruang aan waktu.. Definisi secara empiris lebih cocok untuk membedakan sikap-sikap keagamaan (religious) dari yang bukan keagamaan (irreligious), antara lain seperti komunisme, dan humanisme. Rober H. Thouless dengan definisi itu ingin membedakan sikap-sikap yang bersumber dari suatu kepercayaan agama terhadap yang bersumber bukan dari agama, walaupun dalam realitasnya terdapat sikap yang sama.(Jalaluddin,1996:14)

  Salah satu kenyataan yang terjadi dalam sepanjang sejarah perjalanan umat manusia adalah fenomena keberagamaan (religiousity). Sepanjang itu pula, bermunculan beberapa konsep religiusitas. Namun demikian, para ahli sepakat bahwa agama berpengaruh kuat tergadap tabiat personal dan sosial manusia.

  Menurut Arifin (1995) secara bahasa, kata religiusitas adalah kata kerja yang berasal dari kata benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata re dan ligare artinya menghubungkan kembali yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali tali hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-dosanya.

  Kata agama berasal dari sansekerta. Akar katanya ialah gont. Kata gam itu serumpun dengan kata gaan (Bid) dan go (inggr). Gam . gaan, go. adalah

  16 kata kerja yang menunjuk kepada pergi, beijalan.Manakala gam diberi awalan a dan akhiran a (menjadi a-gam-a) menjadilah ia kata benda. Kta jadian ini berarti jalan menuju. Yang dimaksud tentu jalan menuju kebaikan. Demikian etimologinya.

  Dalam religi terdapat 3 prinsip yaitu:

  1. Kepercayaan pada dan hubungan manusia dengan yang kudus, yang dihayati sebagai hakikat yang maha gaib.

  2. Hubungan itu menyatakan diri dalam bentuk kultus dan ritus.

  3. Bentuk kepercayaan dan cara hubungan itu diatur oleh doktrin tertentu.

  Manakal definisi itu kita kenakan dalam islam, maka akan kita temukan beberapa prinsip dalam ajaran islamyang meliputi isi pengertian religi itu:

  1. Yang kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib itu. kita temukan dalam pengertian Allah.

  2. Kepercayaan akan (ada- Nva) Allah itu disebut akidah. Akidah islam bebeda dari kepercayaan agama-agama yang ada dipermukaan bumi iniAllah itu adalah esa. bukan saja dalam jumlah, tapi juga dalam silat.

  3. Hubungan dengan Alllah dijalankanpcrantara ibadah, terutama ibadah pokok, ibadah pokok itu ialah menjalankan rukun islam.

  4. Sikap hidup berdasarkan ajaran islam ( yaitu yang lahir dari prinsip 1 sampai dengan 3 ) ialah taqwa.( Gazalba, 1969:76-79 )

  17 Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas- aktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh. Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula (QS 2: 208); baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, harus didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, dimana dan dalam keadaan bagaimanapun. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang kemenyeluruhan yang mampu memahami keberagamaan umat Islam.

  Permasalahannya adalah mengapa sering terjadi orang yang pemahaman keberagamaannya bagus tapi perilakunya menyimpang. Sering kita dengar di berita seorang guru ngaji yang memperkosa muridnya, atau seorang yang pendidikan agamanya cukup bagus dan berasal dari keluarga ulama tapi dia pernah berbuat zina. Ahli ibadah tapi perilakunya tidak mencerminkan keagungan dan keindahan agamanya. Mengapa ini bisa terjadi? Hal ini adalah karena kepribadian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja. Jadi sangat kompleks sekali permasalahannya karena manusia adalah mahluk yang dinamis. Bisa jadi ketaatan beragamanya yang perlu dipertanyakan karena secara umum masyarakat Indonesia hanya taat dalam hal ritual saja tanpa penghayatan makna yang mendalam dibalik semua ajaran agama yang dilakukannya. Dan banyak juga ini terjadi karena pengaruh lingkungan, media cetak atau elektronik yang merangsang manusia untuk mengumbar nafsu hewaninya.

  Ditambah lagi ketahanan dirinya terhadap stress atau tuntutan dari dalam kurang. Apalagi ada kesempatan yang mempermudah seseorang melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku. Disinilah fungsi kontrol diri. Adalah benar bahwa setiap manusia mempunyai nafsu seperti disinyalir dalam salah satu ayat dalam Al-Qur’an yaitu dalam surat As- Syams ayat 8, tapi permasalahannya adalah apakah ia bisa mengontrol fujur atau potensi buruknya itu atau tidak. Ini bukan hal yang mudah tapi perlu latihan dan pembelajaran sejak dini sehingga sudah terpolakan dan mendarah daging dalam karakter dan pribadinya. Lagi-lagi peran keluarga terutama dalam menanamkan kedisiplinan yang moderat dan demokratis tentunya akan melahirkan sebuah kedisiplinan yang didasari oleh kesadaran bahwa itu memang penting dan bermanfaat bagi dirinya. Sehingga akhirnya menjadi sebuah keterampilan.

  Keberagaman atau religiusitas adalah sesuatu yang amat penting dalam kehidupan manusia. Ha! ini karena, manusia dalam berbagai aspek kehidupanya akan dipertanggungjawabkan setelah meninggal dunia. Aktifi tas beragama yang erat berkaitan dengan religiusitas, bukan hanya terjadi ketika melakukan ritual (ibadah) tetapi juga aktivitas lain yang didorong kekuatan batin (Ancok. 2001:76). Jadi sikap religiusitas merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang. Manusia berperilaku agama karena didorong oleh rangsangan hukuman dan hadiah.

  2. Dimensi-dimensi Religiusitas.

  Menurut d o c k & R. Sark ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistic), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual) (Ancok Fuat Nashori Suroso.2005:77).

  Menurut R. Stark dan C'.Y. Clock dalam bukunya American Piety : The Nature o f Religious Commitment ( 1968 ) religiusitas ( religiosity)

  meliputi

  lima dimensi yaitu : Pertama . Dimensi Ritual, \aitu aspek \ang mcugukut sejauh mana seseorang melakukan kewajiban ritualnya dalam agama yang dianut.

  Misalnya; pergi ke tempat ibadah, berdoa pribadi, berpuasa, dan lain-lain.

  Dimensi ritual ini merupakan perilaku keberagamaan yang berupa peribadatan yang berbentuk upacara keagamaan. Pengertian lain mengemukakan bahwa ritual merupakan sentimen secara tetap dan merupakan pengulangan sikap yang benar dan pasti. Perilaku seperti ini dalam Islam dikenal dengan istilah mabdaah yaitu meliputi salat, puasa, haji dan kegiatan

  20 lain yang bersifat ritual, merendahan diri kepada Allah dan mengagungkannya.

  Kedua, Dimensi Ideologis; yang mengekur tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang bersifar dogmatis dalam agamanya.

  Misalnya; menerima keberadaan Tuhan, .malaikat dan setan, surga dan neraka, dan lain-lain.

  Dalam konteks ajaran Islam, dimensi ideologis ini menyangkut kepercayaan seseorang terhadap kebenaran agama-agamanya. Semua ajaran yang bermuara dari A] quran dan hadits harus menjadi pedoman bagi segala bidang kehidupan. Keberagaman ditinjau dari segi ini misalnya mendarma baktikan diri terhadap masyarakat yang menyampaikan amar m a’ru f nahi mungkar dan amaliah lainnya dilakukan dengan ikhlas berdasarkan keimanan yang tinggi.

  Ketiga, Dimensi Intelektual; yaitu tentang seberapa jauh seseorang mengetahui, mengerti, dan paham tentang ajaran agamanya, dan sejauh mana seseorang itu mau melakukan aktivitas untuk semakin menambah pemahamannya dalam hal keagamaan yang berkaitan dengan agamanya.

  Misalnya; mengikuti seminar keagamaan, membaca buku agama, dan lain- lain.

  Secara lebih luas, dimensi intelektual ini memiliki indikator sebagai beriku1 :

  21 a) Dimensi intelektual ini menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap doktrin-doktrin agama tentang kedalaman ajaran agama yang dipeluknya.

  b) Ilmu yang dimiliki seseorang akan menjadikannya lebih luas wawasan berfikimya sehingga perilaku keberagamaan akan lebih terarah.

  c) Dia akan lebih memahami antara perintah dan larangan dan bukan sekedar taklid buta.

  d) Dengan ilmu pengetahuan seseorang bisa menyingkap berita besar dan megah ciptaan Tuhan dan betapa lemahnya hamba-hamba-Nya.

  Semakin banyak ilmu yang dimiliki maka semakin mampu manusia memahami Al quran maka imannya semakin kuat.

  e) Melalui argumen yang kuat, seseorang memperoleh pengetahuan agama terutama tentang wujud Tuhan, kehidupan kekal di akhirat dan pengetahuan lainnya (Nasution. 1D89:120). Keempat, Dimensi Pengalaman; berkaitan dengan sejauh mana orang tersebut pernah mengalami pengalaman yang merupakan keajaiban dari

  • Tuhan-nya. Misalnya; merasa doanya dikabulkan, merasa diselamatkan, dan lain-lain.

  Dalam konteks berdoa, Sebagai makhluk manusia pun tidak lepas dari segala bentuk permasalahan dan setiap permasalahan yang dihadapi oleh diri

  2 2 individu yang satu dengan yang lain tidak sama, yaitu sesuai dengan tingkat keimanan masing-masing.

  Dengan segala kekurangan, keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam diri manusia, maka manusia tak bisa melepaskan diri dari Allah sebagai zat pencipta yaitu dengan cara berdoa.

  Berdoa merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah yang pada akhirnya ketenangan, ketentraman jiw a dan keindahan hidup akan digapai oleh semua manusia. Menurut Zakiah Darojat pengertian doa adalah sebagai berikut : Doa itu penting untuk membuat kesehatan mental, baik untuk penyembuhan, pencegahan maupun untuk pembinaan (Darojat,

  1996:19).

  Dari beberapa pengertian berdoa diatas maka penulis menyimpulkan berdoa adalah memohon, memuji, menyeru dan merupakan aplikasi dari ketundukan umat manusia kepada Allah sebagai zat sang pencipta.

  Dalam bidang kesehatan sendiri doa juga mempunyai manfaat yaitu bahwa dalam perawatan kesehatan ilmu pengetahuan tanpa Kerohanian tidaklah lengkap, sementara keimanan saja tanpa ilmu pengetahuan tidak efektif (Hawari, 1997:13).

  Adapun hakekat berdoa adalah sebagai b erik u t: 1) Pengakuan seorang dengan seluruh kepribadiannya akan kemahabesaran-Nya dan juga pengakuan bahwa manusia adalah hamba-Nya, maka dari itu Dia merupakan tempat berlindung, dari

  23 segala bencana dan tempat meminta sesuatu, tempat mengadukan diri dari permasalahan yang dihadapi manusia.

  2) Untuk mengintrospeksi diri menyadarkan akan status, fungsi dan kondisinya. Mengingat janji dan ancanian-Nya terhadap umat yang mentaati-Nya dan yang mengingkari-Nya sehingga mendorong manusia untuk berhati-hati dalam bertindak di masa yang akan datang.

  3) Sarana untuk menyadarkan manusia bahwa kebaikan hanyalah datang dari Allah dan kedamaian, ketcntraman akan tercapai bila mematuhi perintah-Nya dan manjauhi larangan-Nya. 4) Sarana untuk memohon sesuatu kepada Allah SWT dan sarana untuk mencapai keridhoan-Nya-.

  Kelima, Dimensi Konsekuensi. Dalam hal ini berkait; n dengan sejauh mana seseorang itu mau berkomitmen dengan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya;“menolong orang lain, bersikap jujur, mau berbagi, tidak mencuri, dan lain-lain. Aspek ini berbeda dengan aspek ritual.

  Aspek ritual lebih pada perilaku keagamaan yang bersifat penyembahan'' adorasi sedangkan aspek komitmen lebih mengarah pada hubungan manusia tersebut dengan sesamanya dalam kerangkan agama yang dianut.

  Pada hakekatnya, dimensi konsekuensi ini lebih dekat dengan aspek sosial. Berkenaan dengan hal ini, Jamaludin Ancok, dimensi sosial ini secara rinci memiliki indikator sebagai b erik u t:

  24

  1) Dimensi sosial adalah menifestasi ajaran agama dalam kehidupan masyarakat, meliputi semua perilaku yang didefinisikan oleh agama (Rahmat, 1986:37). 2) Ditinjau dari dimensi ini semua aktivitas yang berhubungan dengan kemasyarakatan umum meiupakan ibadah. Hal ini tidak lepas dari ajaran Islam yang menyeluruh, menyangkut semua sendi kehidupan. Jadi religiusitas pada dasarnya merupakan perbuatan seseorang yang berhubungan dengan masyarakat luas dalam rangka mengembangkan kreativitas pengabdian (ibadah) kepada Allah semata. Dari pengertian dan dimensi religiusitas diatas.maka sesungguhnya iigitniii sehapai iiiimii kognilil pcia'.i.m ai-amn • chiipni unsur cTrklil Jan religiusitas bisa digambarkan adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap perilaku terhadap agama sebagai unsur psikomotorik. (Rahmat, 1996:137).

  Jadi religiusitas merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang.

  Secara definitif, menurut Harun Nasution. agama adalah:

  a) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

  b) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

  25 c) Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandungf pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan- perbuatan manusia.

  d) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

  %

  e) Suatu system tingkah laku ( code o f conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib.

  f) Pengakuan terhadap adanya kewajiban- kewajiban yang diyakini bersumber pada sesuatu kekuatan gaib.

  g) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat pada alam sekitar manusia.

  h) Ajaran- ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.(Jalaluddin, 1996:13).

  Menurut Daradjat (1989). ada dua istilah yang dikenai dalam agama yaitu kesadaran beragama (religious eonciousness) dan pengalaman beragama (religious experience). Kesadaran beragama adalah segi agama yang terasa dalam tikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan.

  26 Untuk mengukur religiusitas tersebut, kita mengenal tiga dimensi dalam Islam yaitu aspek akidah (keyakinan), syariah (praktik agama, ritual formal) dan akhlak (pengamalan dari akidah dan syariah). 3. f aktor- faktor yang mempengaruhi religiusitas.

  Menurut Robert H.Thoulles, faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas atau keberagamaan seseorang antara lain sebagai berikut: a) Faktor sosial.

  Yang pertama bisa disebut sebagai faktor sosial, ia mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan itu: pendidikan dari orang tua. tradisi-tradisi, dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkunagan itu.

  b) Faktor Pengalaman.

  Pada umumnya ada anggapan bahwa kehadiran keindahan keselarasan, dan kebaikan yang dirasakan dalam dunia nyata memainkan peranan dalam membentuk sikap keagamaan itu. Barang kali kita bisa mempertimbangkan hal ini sebagai salah satu faktor psikologik yang mungkin ada dalam perkembangan sikap keagamaan itu tanpa melibatkan kita sendiri dalam penilaian apapun mengenai apakah hal itu merupakan landasan rasional untuk membela keyakinan agama. Berbeda dengan pengalaman keindahan , keselarasan, dan kebaikan itu. ada juga pengalaman kejelekan, ketidak

  27 tertiban,dan malapetaka. Kebalikan ini cenderung menimbulkan unsur dualis dalam sikap keagamaan, c) Faktor Kebutuhan .

  Faktor lain yang oleh beberapa orang penulis dianggap sebagai sumber keyakinan agama adalah kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi secara sempurna dimana-mana sehingga mengakibaucan terasa adanya kebutuhan- kebutuhan akan kepuasan-kepuasan agama,

  b a ta n g k a li b isa d ik e lo m p o k k a n seeata g a its

  kebutuhan-kebutuhan uu besar menjadi empat: kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian. Kebanyakan dari kebutuhan- kebutuhan ini, dari masa ke masa dipostulasikan sebagai satu-satunya sumber keyakinan agama, d) Faktor Proses Bcrfikir.

  Faktor terakhir yang seharusnya dipertimbangkan adalah peranan yang dimainkan oleh penalaran verbal dalam perkembangan sikap keagamaan itu. Ada pendapat populer, yang tercermin dalam banyak tulisan polemik mengenai agama, bahwa faktor ini memainkan peranan yang lebih besar dalam pembentukan pandangan keagamaan dibandingakan dengan apa yang pada umumnya dipertimbangkan oleh setiap ahli psikologi.

  28 Satu-satunya fungsi akal dalam pembentukan keyakinan- keyakinan keagamaan tampaknya hanya rasionalisas', karena itu ada sedikit alasan saja untuk mempostulasikan faktor intelektual sebagai salah satu unsur yang bisa membantu pembentukan sikap keagamaan.(Rober H Thouless, 1995:29)

  4. Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja Dalam pembagian tahap perkembangan manusaia. maka masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa: juvenilitas (adoleseantium). pubertas, dan nubilitas.

  Perkembangan agama pada remaja ditandai dengan berbagai faktor perkembangan rohrni dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah: a. Pertumbuhan pikiran dan mental.

  Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sikap kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan.sosial. ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.

  b. Perkembangan perasaan.

  Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati

Dokumen yang terkait

E V A L U A S I T E R H A D A P P E L A K S A N A A N R U JU K A N B E R JE N JA N G K A S U S K E G A WA T D A R U T A N M A T E R N A L D A N N E O N A T A L P A D A P R O G R A M JA M P E R S A L D I P U S K E S M A S K E N C O N G T A H U N 2012

0 2 19

I D E N T I F I K A S I P E N G A R U H L O K A S I U S A H A T E R H A D A P T I N G K A T K E B E R H A S I L A N U S A H A M I N I M A R K E T W A R A L A B A D I K A B U P A T E N J E M B E R D E N G A N S I S T E M I N F O R M A S I G E O G R A F I S

0 3 19

Muhammad Agus Widiyanto 111 01 042 JU R U SA N T A R B IY A H P R O G R A M ST U D I PE N D ID IK A N A G A M A ISLAM SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2006

0 3 91

J U R U S A N T A R B IY A H P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A IS L A M S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (ST A IN ) S A L A T IG A

0 0 95

JU R U SA N T A R B IY A H PR O G R A M STU D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SEK O LA H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2008

0 2 95

JU R U SA N T A R B IY A H P R O G R A M ST U D I PE N D ID IK A N A G A M A ISL A M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N EG E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2008

0 0 103

JU R U SA N T A R B I Y A H PR O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G ER I SALATIGA 2006

0 0 102

JU R U S A N T A R B IY A H PR O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2 6

0 1 123

JU R U SA N T A R B IY A H PR O G R A M T R A N SF E R P E N D ID IK A N AG A M A ISL A M SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISL A M NEG ER I (STAIN) SA L A T IG A 2009

0 0 93

ZAENAL N IM : 11106011 JU R U SA N T A R B IY A H PR O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M (P A I) SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A 2010

0 1 135