JU R U S A N T A R B IY A H PR O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2 6

  r

PENGARUH JNTENSTTAS M ENONTON TE LE V IS I TERHADAP

LEDISIPLiNAN DAL/iM MENJALANKAN IBADAH SALAT

  

S S W A KELAS H SM P MUHAMMADIYAH SALATIGA

TAHUN 2 0 0 5 /2 0 0 6

S K R I P S I

  

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guua Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Tarbiyah

  

Disusun Oleh :

A . 1 B N U S A B 1 L A G U S F A T A H

NIM : 111 02 039

  

JU R U S A N T A R B IY A H

PR O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M

SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I (ST A IN )

  D E P A R T E M E N A G A M A RI S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

  J L Stadion 03 Telp. (02%) J23 706, J 2.U :U Salatiga S0721 Website :

  Drs. SUMARNO. WD DOSEN STAIN SALATIGA NOT A PEMBIMBING Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudara A. Ibnu Sabil Agus Fatah Kepada Y Ih. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu'ahiikum, wr, wb

  Selelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : A. Ibnu Sabil Agus Fatah NIM : 111 02 039 Progdi : Tarbiyah / PAI

  Judul : Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan dajam Menjalankan Ibadah Salat Siswa Kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun 2005/2006

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.

  Demikian agi-r menjadi perhatian.

  Wassalamu’alaikum wr, wb

  Salatiga, 08 Juni 2006 Pembimbing

  y v

  Drs. Sumarno. W D

  D E P A R T E M E N A G A M A RI S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

  J l S ta d io n 03 Telp. (0298) 323706, 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721 Website :

  P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara : Nomor Induk

A. IB NU SABIL AGUS FATAH dengan

  Mahasiswa :

  111 02 039 yang beijudul : "PENGARUH INTENSITAS

MENONTON TELEVISI TERHADAP KEDISIPLINAN DALAM

MENJALANKAN

  IBADAH SALAT SISWA KELAS H SMP

  Telah

  MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN 2005 / 2006",

  dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari :

  Rabu, 12 Juli 2006 yang bertepatan

  dengan tanggal

16 Jumadil Akhir 1427 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

  12 Juli 2006 M Salatiga, ------------------------------------

  16 Jumadil Akhir 1427 H

  

MOTTO

Perjuangan selalu disertai dengan pengorbanan

.dan yang pasti “no more drama in my life”.....

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk: • Bapakku (H. Muchtar) dan Ibukku (Hj.

  Hamdanah) di rumah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan meridhoi amal/usaha baiknya.

  • Buat kakakku Khamdan S. Ag, Ali Nur Huda

  S. Pdi, Fatmawati S.Ag, Nur Ismah S.Ag, Mu’tasim Billah S.S, serta semua adikku Ana Mathofani, Wahyan Merdekawan, Mazidatunnur Sukarti, Serta Arsyadani dan Siti Ayu Nur Mila. Semoga kesuksesan di Dunia dan di Akhirat selalu menyertai langkah- langkah kita dan selalu mendapatkan pertolongan Allah SWT.

  • Buat Istri tersayang Evy Fitrianingrum yang selalu memberi semangat dalam hidupku semoga selalu sabar dalam menghadapi problematika keluarga.
  • Buat buah hatiku Assfa Zakiatul Wardah yang telah hadir dalam memberi kebahagiaan dalam hidupku.
  • Seluruh kawan-kawan yang telah membantu proses penulisan sekripsi ini.

KATA PENGANTAR

  f j * ( J **jli

  Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan seru semesta alam, salawat serta salam penulis smpaikan kepada Nabi

  Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutunya yang beriman.

  Atas rahmat Allah dan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi yang berjudul ‘‘Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Dalam Menjalankan Ibadah Salat Siswa Kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun 2005/2006”.

  Berkenaan dengan selesainya sekripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tulus kepada pihak yang terlibat dalam proses penulisan sekripsi ini.

  1. Drs. Imam Sutomo M Ag Selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Drs. Sumamo yang telah banyak memberikan ruang dan waktu sebagai wacana diskusi informasi dan evaluasi selama masa pendampingan penulisan sekripsi ini.

  3. Kepada keluarga Bapak H. Muchtar yang telah memberikan dorongan moral dan matreal.

  4. Kepada Istri Tercinta yang memberikan dorongan secar tulus dan ikhlas.

  5. Kepada segenap sahabat siapapun mereka.

  Salatiga, 07 Juni 2006

  A. Ibnu Sabil Agus Fatah

  D A F T A R IS I

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   B. Data Khusus Pengaruh Intensitas Menonton Televisi

  

  

  BAB IV ANALISIS DATA

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

D A F T A R T A B E L

  TABEL

  I JUMLAH SISWA SMP MUHAMMADIYAH

  45 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2005-2006 TABEL

  II KEADAA GURU SMP MUHAMMADIYAH

  46 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2005-2006 TABEL

  III KEADAAN KARYAAN SMP MUHAMMADIYAH

  47 SALATIGA TAHUN 2005-2006 TABEL

  IV KEADAAN BANGUNAN SMP MUHAMMADIYAH

  48 SALATIGA TAHUN 2005-2006 TABEL

  V PERLENGKAPAN ADMINISTRASI

  49 TABEL

  VI FREKUENSI JAWABAN ANGKET PENGARUH

  50 INTENSITAS MENONTON TELEVISI TABEL

  VII FREKUENSI JAWABAN ANGKET KEDISIPLINAN

  52 SISWA DALAM MENJALANKAN IBADAH SALAT TABEL

  VIII PENELITIAN HASIL ANGKET

  INTENSITAS

  57 MENONTON TELEVISI SISWA KELAS II SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN

  PELAJARAN 2005-2006 TABEL IX NOMINASI INTENSITAS MENONTON TELEVISI

  59 TABEL

  X PENELITIAN HASIL ANGKET

  INTENSITAS

  60 MENONTON TELEVISI SISWA KELAS II SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN

  PELAJARAN 2005-2006 TABEL XI FREKWENSI INTENSITAS MENONTON TELEVISI

  63 SISWA TABEL

  XII PENELITIAN HASIL ANGKET KEDISIPLINAN

  65 DALAM MENJALANKAN IBADAH SALAT DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN

  PELAJARAN 2005-2006

  IBADAH SALAT TABEL XIV PENELITIAN HASIL ANGKET KEDISIPLINAN

  68 DALAM MENJALANKAN IBADAH SALAT DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN

  PELAJARAN 2005-2006 TABEL XV FREKWENSI KEDISIPLINAN SISWA DALAM

  70 MENJALANKAN IBADAH SALAT TABEL

  XVI DISTRIBUSI FREKUENSI KOEFISIEN KORELASI

  73 ANTARA VARIABEL X DAN VARIABEL Y

  

BABI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

  Perkembangan televisi di Indonesia semakin semarak, bukan saja jumlah stasiun penyiaranya semakin banyak, tetapi juga acara siaranya semakin menarik sehingga khalayak penonton memungkinkan acara siaran yang dipancarkan dari berbagai stasiun baik dari dalam maupun luar negeri.

  Televisi sebagai media yang dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan informasi dengan menggunakan bayangan gambar dan suara demikian halnya dengan video dan film mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk pola dan pendapat umum.

  Media televisi mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan media-media yang lain. Seseorang yang melihat pada layar televisi akan merasakan sesuatu yang baru sebab media tersebut memberikan pada khalayak apa yang disebut dengan “ Simulated Experience Maksudnya bahwa penonton televisi selalu mendapatkan bermacam-macam pengalaman yang baru.

  Meski lahirnya media komunikasi yang memanfaatkan perkembangan teknologi media informasi itu demi kemaslahatan umat seperti pandangan Everet M Rogers yang dikutip oleh Alatas Fahmi menegaskan :

  2

  “Bahwa penggunaan media informasi yang baik adalah untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkannya dalam dalam pembangunan berskala besar, hal tersebut berkaitan dengan tugas media informasi yaitu untuk memperluas pendidikan publik yang berkaitan langsung dengan upaya menumbuhkan inofasi baru masyarakat dalam menjalankan perikehidupannya diberbagai sektor dan aspek kehidupan.”2

  Meski demikian harus disadari pula bahwa media informasi tidak selalu membawa kebaikan bagi peradaban manusia. Penggunaan teknologi komunikasi telah menimbulkan kesaling - pengaruhan antar masyarakat di dunia, yang didorong oleh tumbuhnya gaya hidup masyarakat modem dalam segala sisi perikehidupannya. Gaya hidup ini cenderung mengusai seluruh aspek kehidupan masyarakat dalam satu tangan.

  Tanpa kendali kultur dan spiritual, kita boleh kuatir perkembangan teknologi media informasi akan menyebabkan umat manusia cenderung hanyut dalam interaksi yang bermuara pada konflik kepentingan diberbagai lapangan kehidupan.

  Pengaruh media informasi yang dalam hal ini telah membentuk pola kehidupan generasi baru yang semakin westernisasi. Sebab kecenderungan acara-acara yang ditampilkan dalam stasiun televisi berlomba hanya untuk menarik pemirsanya umumnya berasal dari Barat tanpa mengindahkan unsur pendidikan yang digali dari kultur budaya sendiri.

  Dalam suatu penelitian bahwa acara untuk 7 stasiun televisi dalam satu minggunya menyediakan 89 tayangan anak dengan 84 judul yang ditayangkan antara pukul 14.30 WIB s/d 18.00 WIB, sedangkan film-film untuk tontonan

  3

  biasanya anak-anak belum tidur karena sedang belajar atau menunaikan kewajiban keagamaan (mengaji dan salat bagi umat Islam) akibatnya mereka melalaikan kewajiban itu.3

  Media televisi dari satu sisi dapat mempengaruhi perilaku keagamaan anak terutama dalam menjalankan ibadah salat. Sebab pada umunya jika sudah dihadapkan pada suatu acara yang menarik akan menyebabkan lupa akan tugas dan kewajibannya apalagi jika orang tua tudak mengontrol anaknya dalam menonton televisi.

  Berpijak dari permasalahan tersebut, penyusun ingin mengetahui pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa kelas II SMP Muhamadiyah Salatiga.

B. PENEGASAN ISTILAH

  Agar tidak menyimpang dari pokok masalah yang menjadi inti dari judul tersebut peneliti memberi batasan sebagi berikut:

  1. Intensitas Menonton Televisi Intensitas adalah “Kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha“.4 Jadi intensitas menonton televisi adalah segenap usaha yang dicurahkan baik waktu, perhatian, kesungguhan, ataupun frekwensi dalam menonton televisi.

3 Wawan Kuswandi, Komunikasi M asa Sebuah Analisis M edia Televisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 62.

  4

  2. Kedisiplinan Siswa Dalam Menjalankan Ibadah Salat Kedisplinan adalah “Kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang sangat keras dari organisasi atau tentara”.3 Yang dimaksud disini adalah kepatuhan siswa dalam melaksanakan ibadah salat yang mencakup tertib waktu, tertib syarat dan rukunya, serta kekhsyu’an dan kesungguhanya.

  Sedangkan salat yang dimaksud adalah “salat wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang telah baligh dan berakal yaitu, Subuh, Dhuhur, Asar, Maghrib dan Isya”.5

6 C. PERMASALAHAN

  Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu :

  1. Bagaimana intensitas menonton televisi siswa kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga ?

  2. Bagaimanakah kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa kelas II SMP Muhammadiyah ?

  3. Ada tidaknya pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga?

  5 D. TUJUAN PENULISAN SKRIPSI

  Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui intensitas menonton televisi siswa kelas

  II SMP Muhammadiyah Salatiga.

  2. Untuk mengetahui kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa kelas

  II SMP Muhammadiyah Salatiga.

  3. Untuk Mengetahui ada tidaknya pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa kelas

  II SMP Muhammadiyah Salatiga.

E. HEPOTESIS

  Hepotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.7 Berdasarkan pengamatan sementara sampai terbukti melalui data yang terkumpul dapat peneliti ambil hepotesis sebagai berikut : “Ada pengaruh negatif antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat”. Atau dengan kata lain semakin intent menonton televisi tinggi, maka semakin tidak disiplin dalam menjalankan ibadah salat dan sebaliknya semakin rendah intensitas menonton televisi semakin tinggi kedisiplinan dalam menjalankan ibadah salat.

  Dari hepotesa diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan

  6

  menjalankan salat. Artinya orang yang waktunya, perhatianya banyak dihabiskan untuk menonton televisi dapat menyebabkan ibadah tidak tertib atau tidak disiplin.

F. METODE PENELITIAN

  1. Variabel Penelitian Dalam peneletian ini variabel yang akan dikaji dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Variabel Pengaruh

  Adapun yang menjadi variabel pengaruh adalah intensitas

  menonton televisi

  dengan indikator sebagai berikut: 1) Berapa lamanya menonton televisi

  2) Seringnya menonton televisi 3) Kesenangan menonton acara televisi

  4) Kesungguhan menonton televisi

  b. Variabel Terpengaruh Yang menjadi variabel terpengaruh adalah kedisiplinan siswa

  dalam menjalankan ibadah salat

  dengan indikator sebagai berikut: 1) Ketertiban dalam menjalankan ibadah salat

  a) Ketepatan waktu

  b) Keaktifan melaksankan salat

  c) Kebenaran dalam melakukan salat

  7

  2) Motivasi dalam melaksanakan salat 3) Kehusyu’an dalam menjalankan salat

  2. Metode Penelitian

  a. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam metode untuk mengumpulkan data, yaitu:

  1) Library Reseach, yaitu “Metode pengumpulan data yang diambil dari kepustakaan yang merupakan sumber data yang bersifat teori dalam penelitian ini”8

  2) Field Research (Pendekatan Lapangan) yaitu “Pengumpulan data yang dilakukan langsung dikancah atau dimedan terjadinya gejala”.

  Adapun dalam penelitian lapangan ini digunakan metode-metode sebagai berikut: a) Metode Angket, yaitu “Mengumpulkan data dalam bentuk pertanyaan tentang sesuatu hal yang harus dijawab oleh responden”.9 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang intensitas menonton televisi siwa dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga.

  b) Metode Interview, yaitu “Suatu dialog yang dilakukan untuk memperoleh imformasi dari pewawancara”.10 Maksudnya

  

KSutrisno Hadi, Metode Penelitian Research //, UGM, Yogyakarta, 1986, hal. 53.

  9Cholid Narbuko, Pedoman Praktis Cara Menulis Proposal Penelitian, Fak. Tarbiyah

  8

  adalah dalam melakukan interview pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang ditanyakan dan sekaligus untuk menghimpun data mengenai situasi dan kondisi siswa SMP Muhammadiyah Salatiga dari Kepala sekolah, Guru Agama, Tenaga

  Administrasi serta sebagian siswa atau terwawancara yang dianggap perlu.

  c) Metode Dokumentasi, yaitu “Pengumpulan data verbal melalui tulisan dukumen, sertifikat, foto, dan lain sebagainya”.11 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi geografis, sejarah perkembanganya dan keterangan lain mengenai keberadaan SMP Muhammadiyah Salatiga sehingga dapat melengkapi penelitian ini.

  b. Populasi dan Sampel Populasi adalah “Kesuluruhan obyek penelitian sedangkan sampel adalah bagian atau wakil populasi”.*

  12 Sedangkan menurut Masri Singarimbun populasi adalah” Jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga”.13

  Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Muhammadiyah Salatiga yang berjumlah 650 siswa.

  "Koentjoro Ningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1983, hal. 125.

  12Suharsimi Arikunto, op. cit., hal 104. ljMasri Singarimbun dan Sofiah Efendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta,

  9 Menurut Suharsimi Arikunto apabila subyeknya kurang dari

  100 maka lebih baik semuanya, selanjutnya jika subyek lebih besar dapat diambil antaral0% s/d 15% atau 20% s/d 25%.14 Adapun jumlah siswa SMP Muhammadiyah Salatiga dengan perincian sebagai berikut:

  Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

  I 138

  89 225

  II 111 112 223

  III 132 78 210

  Jumlah Total 650

  Berdasarkan patokan di atas, peneliti mengambil sampel sebanyak 25 % dari jumlah populasi kelas II sebanyak 223 dengan menggunakan tehnik kuota sampel yaitu “Tehnik sampel dengan mendasarkan kepada jumlah yang sudah ditentukan “ 15 Dengan perincian sebagai berikut: 1) Siswa kelas II-A sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri.

  2) Siswa kelas II-B sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri. 3) Siswa kelas II-C sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri. 4) Siswa kelas II-D sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri. 5) Siswa kelas II-E sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri.

  14Suharsimi Arikunto, op.cit., hal. 107.

  10

  sampel sebanyak 50 siswa baik putra maupun putri,

  c. Metode Analisis Data Data yang terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis secara kualitatif dengan tabulasi silang dan analisis data atau kuantitatif, yaitu “Tehnik matematik dalam pengumpulan data, menyusun, memberi dikriptif, menganalisis dan menafsirkan data kuantitatif’16, adapun langkah-langkah dalam menganalisis adalah sebagai berikut:

  1) Analisis Pendahuluan Yaitu, menyusun tabel-tabel distribusi frekuensi sederhana untukn setiap variabel yang terdapat penelitian. Dalam hal ini intensitas menonton televisi dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat. Dalam analisis ini peneliti memasukkan data yang terkumpul kedalam tabel distribusi untuk memudahkan perhitungan dalam rangka pengelolaan data yang selanjutnya.

  Adapun kriteria kuantitatif peneliti menggunakan empat pilihan jawaban yang masing-masing diberi nilai: a) untuk alternatif jawaban a dengan nilai 4

  b) untuk alternatif jawaban b dengan nilai 3

  c) untuk alternatif jawaban c dengan nilai 2

  d) untuk alternatif jawaban d dengan nilai 1

  11 Ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Masri Singarimbun.

  2) Analisis Data Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hepotesis yang penulis ajukan dengan menghitung lebih lanjut tabel distribusi frekuensi pada analisis pendahuluan dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

  Z x y -

  17 r * > = - N 2 (£*)2

2 O »)2

  l x z - ?r -

  

N

  Keterangan: rxy : Koefisien korelasi antara x dan y xy : Perkalian x dan y x2 : Variabel pengaruh (intensitas menonton televisi) y2 : Variabel terpengaruh (Kesisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat) N : Jumlah sampel yang diteliti. 3) Analisis Uji Hepotesis

  Analisis ini digunakan untuk mengambil kesimpulan setelah dilaksanakan analisis uji hepotesa. Setelah diketahui hasil dari koofesien korelasi antara X dan Y atau diperoleh dari hasil r, maka langkah berikutnya adalah menghubungkan antara nilai r

  12

  yang dihasilkan dari nilai r korelasi hasilnya sama atau lebih tinggi dari nilai r pada tabel berarti hasil yang diperoleh adalah signifikansi, maka hepotesis yang diajukan diterima kebenaranya.

G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

  Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang tersusun dengan sistimatika sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, permasalahan, tujuan penulisan skripsi, hepotesis, metodologi penelitian dan sistimatika penulisan skripsi.

  Bab II. Merupakan landasan teori tentang intensitas menonton televisi yang meliputitinjauan umum tentang media televisi, sejarah perkembangan televisi, programa acara televisi dampak negatifnya. Kemudian dibahas pula tentang ibadah salat yang meliputi pengertian salat, dalil-dalil perintah salat, macam-macam salat, waktu-waktu salat wajib, kedudukan dan hikmah salat. Juga dibahas hubungan antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan dalam menjalankan ibadah salat.

  Bab III. Merupakan hasil penelitian lapangan yang meliputi tinjauan umum tentang SMP Muhammadiyah Salatiga yang berisi, tinjauan historis, letak geografis, keadaan siswa keadaan guru, keadaan karyawan, dan sarana dan prasarana, serta data hasil angket.

  13 Bab IV. Analisis data yang meliputi analisis pendahuluan, analisis data, analisis lanjut.

  Bab V. Adalah bab penutup yang merupakan bab terahir dari pembahasan penulisan skripsi yang meliputi kesimpulan, saran-saran, kata penutup daftar lampiran dan riwayat pendidikan penulis.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Media Televisi

  1. Pengertian Media Televisi Menurut pengertian bahasa istilah televisi terdiri atas perkataan

  “Tele” yang berarti jauh dan “Visi” (Vision) yang berarti penglihatan.1 Dalam pengertian lain disebutkan televisi adalah “proses penyiaran gambar melelui gelombang frekwensi radio dan yang menerimanya pada pesawat penerima yang menimbulakan gambar tersebut pada sebidang layar”.1

  2 Menurut Darwanto Sastro Subrita yang dimaksud televisi adalah

  (television broadcast) “yaitu televisi siaran yang merupakan media dari

  jaringan komunikasi dengan ciri-ciri berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikatornya heterogen”.3

  Televisi termasuk jenis media masa, sebab keberadaannya ditengah-tengah masyarakat sulit diabaikan, sebagai media, televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar sebab informasi yang disampaikan midah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

  1 Onong Uchjana Efendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung, 1993, h a l, 22.

  2 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi II, Pusat Pembinaan dan

  15 Televisi sebagai alat merupakan bagian dari suatu sistem yang

  besar, seahingga meskipun televisi merupakan kotak hitam yang besar dan ajaib, tetapi apabila gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar televisi berhubungan dengan televisi tadi yang telah ditekan tombolnya, maka dengan serta merta akan berubah kearah fungsi sebenarnya diman kita dapat menikmati acara yang ditayangkan dari sebuah stasiun penyiaran yang bersangkutan.4

  Televisi merpuakan paduan audio dari segi gambar bergeraknya

  

{moving image). Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran

  televisi kalau tidak prinsip-prinsip radio yang mentranmisikan, dan tidak mungkin melihat gambar yang bergerak atau hidup jika tidak unsur-unsur film-film yan memvisualisasikannya jadi paduan audiodan vidio.

  Suatu programa televisi dapat dilihatdan didengar oleh para pemirsa, oleh karena ditranmisikan pemancar, apabila pemancarnya mati atau tidak mengudara misalnya disebabkan listrik mati atau salah satu alat rusak, maka pemirsanya tidak akan melihat apa-apa.

  Jelasnya isarat televisi (televisi signal) terdiri dari dua bagian yang terpadu, yakni siaran suara yang termodulasikan secara frekwensi

  

(frekwency modulated sound channel) dan saluran vidio {video channel).5

4 Darwanto Sastro Subroto, loc.cit., hal, 02.

  16 .

  pada tahum 1884 seorang ilmuwan Paul Nipkaw menemukan sebuah alat yang bernama : “Jantra Nipkaw” yang melahirkan televisi mekanis yang waktu itu bernama “Electrische Telescope”.

  Kemudian pada tahun 1925 para ahli eropa dan amerika mengubah dasar televisi mekanis menjadi televisi elektronis atau ikonoskop. Bila televisi mekanis mempergunakan tehnik penyapuan (seeming device)secaia mekanis, maka televisi elektronis mempergunakan tehnik penyapuan secara elektis.Karena jasa-jasa tersebut Paul Nipkaw diberi julukan “Bapak Televisi”.

  Lebih jauh mengenal Paul Nipkaw, seperti yang dikutip J.B.Wahyudi dari Encyclopedia Americana (jilid 26 halaman 375), tertulis sebagai berikut:

  'A pionner in the development o f television he invented in 1884 the “Nipkaw Disk ” wihch was basic to television production until the invetion o f an electronic scanning device in 1923..

  Setelah perang dunia II perang berahir maka perkembangan pertelevisian khususnya di Amerika serikat bergerak dengan sangat cepat dan pada tahun 1954, hampir 90 % negara dibelahan dunia diliput oleh televisi dan pada saat itulah televisi menempatkan diri sebagai media massa paling modem, disamping radio, film, surat kabar dan majalah.

  Televisi masuk di Indonesia pada tahun 1962, bertepatan dengan

  “The 4 th Asian Games ” (peristiwa olah raga Asia ke 4) ketika itu 6

  17 Indonesia menjadi penyelenggaranya. Peresmian pesta olah raga tersebut

  bersamaan dengan peresmian penyiaran oleh presiden Soekarno, tanggal

  24 Agustus 1962. Televisi yang pertama muncul adalah TVRI (Televisi Republik Indonesia) dengan jam siar antara 30 sampai 60 menit sehari.7

  Kedudukan Televisi Republik Indonesia lebih kukuh lagi setelah terbina Keppres RI N0.44 Tahun 1974. Setelah kedudukan TVRI secara struktural menjadi lebih jelas mak perkembangan televisi makin cepat. Sehingga pada tahun 1992 tercatat 13 stasiun penyiaran, 173 stasiun pemancar, 30 stasiun penghubung dan unit rumah produksi. Jumlah pesawat televisipun meningkat dari 895.180 yang terdaftar pada tahun 1977 menjadi 2.746.722 buah pada tahun 1983 menjadi 29.866.000.8

  Media televisi di Indonesia sekarang bukan lagi dilihat sebagi barang mewah lagi seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi, dengan kata lain informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.

  Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat terbukti dengan bermuncunya televisi swasta dibarengi dengan deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah, sejak tanggal 24 Agustus 1990 ada berbagai alternatif tontonan bagi masyarakat Indonesia saat ini, yaitu TVRI, Programa 2, RCTI, SCTV, TPI, dan ANTV.9 7 Ibid., hal, 34.

  5* Onong Uchjana Efendi, op.cit., hal, 5e.

  18 Setelah ditandatangani pada kamis 31 Agustus 1995 maka resmi

  sejak 11 September IVM (Indosiar Visual Mandiri) mengudara secara nasional, maka menjadi lengkaplah perkembangan televisi di Indonesia.10 Demikian perkembngan pertelevisian di Indonesia selama ini ditinjau dari segi kwalitas, dengan bertambahnya stasiun yang dikelola oleh swasta, memang menggembirakan karena masyarakat mendapat alternatif tayangan dilayar kaca tetapi apabila dibiarkan tumbuh tanpa pemikiran yang matang dalam kaitanya dengan tatanan sosial dan tatanan kebudayaan Indonesia yang berbudi luhur tayangan tersebut bukan fungsional, melainkan disfungsional, bukannya meningkatkan kecerdasan bangsa sebagaimana yang diamantkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melainkan menurunya nilai mental dan moral, karena masyarakat terlena oleh hiburan dan film cerita barat yang tidak bermutu yang merupakan kebudayaan massal yang dinegara batat sendiri dikecam dan dikritik dengan gencar.

  3. Programa Acara Televisi Produksi acara televisi merupakan sebuah acara yang akan disajikan kepada khalayak masyarakat oleh karena itu kepuasan para pemirsa merupakan tujuan utama dalam pembuatan acara televisi.

  Televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi yaitu “Fungsi penerangan, pendidikan, dan hiburan".

10 Veven SP Wardhan, Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa, Pustaka Pelajar,

  19 Indonesia dalam menyuguhkan acara terkesan hanya untuk kepentingan

  komersial. Untuk unsur penerangan dan pendidikan semata-mata sebagai “I/'ve service” biar tidak dikatakan sebagai televisi yang membuat penurunan nilai. Moral bangsa.

  Seperti media massa lainnya televisi akan memanfatkan momen yang tepat dalam menyuguhkan acara termasuk juga dalam mengemas berita. Jika tidak diminati masyarakat maka tidak kan disuguhkan tanpa mempertimbangkan unsur pendidikan dan penerangan yang sebenarnya.

  Untuk membahas alebih jauh tentang berbagai program acara televisi khususnya acara televisi swasta di Indonesia akan penulis kemukakan lebih lanjut sebagai berikut.

  TVRI, merupakan televisi corong dari pemerintah sejak mengudara mulai tanggal 19 Agustus 1962 dan pada tahun 1980 siaran TVRI dapat menjangkau 80 % jumlah penduduk Indonesia.

  Sejak 5 April 1981 acara TVRI tidak diperbolehkan menayangkan iklan sebagai akibat dari itu TVRI menghadirkan filter yaitu berupa data- data penbangunan dimasa Orde Baru. Filter ini bermanfaat bagi pemirsa sebagai saran informasi yang sifatnya deduktif. TVRI dalam usahanya memberiakan layanan yang mendidik, menghibur yang sehat dan melestariakan budaya bangsa.

  Berbeda dari TVRI untuk televisi swasta yang dalam hal ini, RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan INDOSIAR dalam menyuguhkan acara

  20

  lebih banyak menampilkan acara yang bersifat hiburan yang memang banyak diminati oleh pemirsa. Di bawah ini akan penulis kemukakan tentang data-data mengenai jam acara yang tampil oleh televisi di Indonesia.

  Prosentase Acara Siaran Televisi (Per Januari 1994) RCTI

No Acara TVRI TPI ANTV SCTV

  1 Berita / 36,71 28,42 24,12 27,38 35,38 Penerangan

  2 Hiburan 39,24 58,48 34,70 61,62 55,40

  3 Olah raga 3,16 4,37 1,18 11,11 6,15

  4 Pendidikan 9,62 6,01 31,18 0,00 2,56

  5 Lain-lain 1,27 2,73 8,82 0,00 0,00 Dari prosentase data di atas dapat dilihat bahwa acara hiburan menempati urutan yang paling tinggi. Acara hiburan tersebut dikemas dalam bentuk musik, sinetron, film, kuis, lawak, dan lain-lain.

  Lebih lanjut penulis kemukakan hasil pengamatan terhadap berbagai acara hiburan diberbagai stasiun televisi untuk saat ini, yang banyak disukai oleh pemirsa misalnya jenis telenovela, Meteor Garden I,

  II. Di Trans, senetron laga Jaka Tingkir dan Jaka Tarub di RCTI dan di

  ■ 7 11 Ishak SK. M Sc, Dunia Penyiaran Prospek dan Tantangannya, PT. Gramedia Pustaka

  21 menyukai programa acara hiburan.

  4. Dampak positif dan negatif Media Televisi Perkembngan teknologi komunikasi massa televisi, memberikan pengaruh-pengaruh dalam banyak manusia. Pengaruh tersebut bisa dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya bahkan pertahanan dan keamanan negara.

  Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini batas-batas negara pun tidak lagi merupakan hal yang sulit diterjang melainkan begitu mudah untuk diterobos. Karena itu bila informasi media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan efek yang cukup besar misalnya penjajahan negara dalam hal informasi.

  Disamping itu sebagai media massa elektronik disamping mempunyai keunggulan-keunggulan dibanding media masasa lainnya, televisi mempunyai kelemahan. Menurut dr. A. Alatas Fahmi, Kelemahan media televisi adalah sebagai berikut:

  “Pertama, kecenderungan televisi untuk menempatkan khalayaknya sebagai obyek yang pasif sebagai penerima pesan. Kedua, media televisi juga mendorong proses alih dan pengetahuan yang cepat tanpa mempertimbangkan perbedaan tingkat perkembangan budaya dan peradaban yang ada di berbagai wilayah jangkauannya. Ketiga, Media televisi bersifat sangat terbuka dan sulit dikontrol dampak negatifnya, karena kekuatan media ini mampu menyita waktu dan perhatian khalayaknya untuk meninggalkan aktifitasnya yang lain pada waktu bersamaan. Keempat, Cepatnya perkembangan teknologi perkembangan penyiaran televisi bergerak mendahului perkembangan masyarakat dan budaya khalayak diberbagai wilayah yang berbeda. Ini pada gilirannya melahirkan pro kontra tentang implikasi kultural dari

  22

  asing yang dengan bebas menayangkan acara-acara yang dianggap bertentangan dengan budaya masyarakat.”12 * Salah satu dampak negatif yang lain adalah pengaruh tayangan televisi terhadap kepribadian anak dari hasil penelitian Yayasan

  Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dan Litbang Departemen Penerangan RI tahun 1993 tentang tayangan film untuk anak di televisi terungkap bahwa 52% adalah adegan anti sosial dan hanya 48% proporsional.lj

  Dampak negatif yang lain dari media televisi adalah acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial dalam masyarakat.

  Sedangkan menurut Drs. Wawan Kuswandi dampak positif yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsanya adalah sebagai berikut :

  “Pertama, dampak kognitif, yaitu dampak kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Kedua, dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trens aktualo yang ditayangkan televisi. Ketiga, dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi dalam kehidupan sehari-hari.”14

  Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkap di atas hanya bersifat teori, sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam.

  Banyak paket-paket acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak.

12 A. Alatas Fahmi, op. cit., hal 32.

  ^ 'J Wawan Kuswandi, op.cit., hal 62.

  23 Dari uraian di atas media televisi mempunyai dampak negatif

  terhadap perubahan perilaku pemirsanya menuju kepada trens yang ditampilkan oleh acara televisi. Disamping itu televisi mampu membuat pemirsanya terlena sehingga melupakan kewajiban yang seharusnya dikerjakan pada waktu yang bersamaan. Lebih-lebih jika acara yang ditayangkan bersamaan dengan waktu-waktu salat, mengaji (bagi umat Islam), dan belajar.

B. Tijauan Tentang Salat

  1. Pengertian Salat Kalau ditinjau asal bahasa perkataan shalat digunakan untuk beberapa arti sebagai berikut: a. Shalat digunakan untuk arti do’a

  Firman Allah SWT, Surat at-taubat ayat 103 : U y j f-*

  Artinya : Ambillah zakat dan sebagian harta mereka dengan zakat itu

  kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo ’alah untuk mereka. Sesungguhnya do ’a kamu itu menjadi ketentraman jiw a bagi mereka. Dan Allah mendengar lagi

  S:At-Taubat: 103)15 maha mengetahui.'XQ.

15 R.H. A Soenarjo, A l-Q ur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, CV Toha Putra,

  24

  b. Digunakan untuk rahmat dan mohon ampunan Firman Allah surat al-Ahzab : 43 : Artinya : “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikatNYA

  (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang .Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang -orang yang beriman

  (Q.S.A1 Ahzab: 43)16 Menurut Dr. Zakiyah Darajat shalat adalah “salah satu macam bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan tertentu yang disertai dengan ucapan-ucapan tertentu dan dengan sarat tertentu pula “ 17

  Menurut Drs. Masjfiik Zuhdi shalat adalah “suatu ibadah yang mengandung beberapa ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam “ 18 1

  9 Sedangkan menurut pengertian yang lain disebutkan :

  19

  16 Ibid., hal. 674

  17 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih /, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Ajaran Islam, Jakarta, 1982, hal. 79

  18 Masjfiik Zuhdi, Study Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 1998, hal. 13

  25 Yang kurang lebih artinya adalah sebagai berikut :”Beberapa

  ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam yang denganNya kita beribadah pada Allah dan menurut sarat yang telah ditentukan”.

  Dari beberapa pengertian di atas secara lahiriah shalat adalah ibadah tertentu yang telah kita kenal selama ini, yang dituntut kesucian melaksanakannya yang mengandung ucapan-ucapan dan perbuatan- perbuatan yang khusus dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

  2. Dalil-dalil Tentang Perintah Salat Firman Allah surat al Baqarah : 43

  \ o y aJl) j j ( t n

  Artinya : “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah besrta

  oarang-orangyang ruku ” (Q.S. Al Baqarah : 43)20 Firman Allah surat Al Ankabut ayat 45. s

  Artinya : “....Dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah .” (Q.S.A1 Ankabut :45)21

  perbuatan keji dan mungkar

  26 Firman Allah Al Baqarah :238. N

  . jJl ^ 1 p ^1 a

  3L>-

  .(YTA Artinya : ' Peliharalah segala salatmu, dan peliharalah salat wusth.

  Berdirilah untuk Allah dalam saltu dengan khusyu m.(Q.S.Al

  Baqarah :238)22 Firman Allah surat An Nisa’ : 103.

  cJlS" jl bli...

  ( \ * r : * L - J l)

  Artinya : “..... Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka

  dirikanlah salat itu sebagaimana biasa. Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-oarang yang beriman. ”(Q.S. An Nisa’)23

  Dengan banyaknya dalil-dalil tentang perintah salat hal ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah salat itu. Dan dalil-dalil tersebut diatas juga mengandung bahwa hukum ke laksanakan salat adalah wajib ain orang-orang yang beriman.

  3. Macam-macam Salat Dilihat dari segi hukum melaksanakan, pada garis besarnya salat dibagi menjadi dua, yaitu salat fardlu dan salat sunnah. Selanjutnya salat fardlu dibagi menjadi dua, yaitu salat fardlu ‘ain dan fardlu kifayah.

22 Ibid., hal, 58.

  27 Demikian salat sunnah dibagi menjadi dua yaitu salat sunnah muakkadah dan ghoiru muakkadah.

  a. Salat fardlu atau disebut juga dengan salat wajib, yaitu “salat yang harus dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan”. Artinya jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa.

  1) Salat Fardlu ‘ain yaitu “salat wajib yang dikerjakan oleh setiap orang muslim yang telah baligh atau dewasa dan berakal (sehat pikirannya) yaitu, Subuh, Dzuhur, Asar, Magrib dan Isya’. Salat ini wajib dikerjakan setiap hari dan malam dan malam pada waktu yang ditentukan oleh agama.24

  Termasuk dalam pengertian salat wajib ‘ain ini adlah salat jum’ah seperti yang terdapat dalam firman Allah surat Al Jumu’ah : 9.

  .(H : Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk

  menunaikan sembahyang pada hari jum ’at maka bersegeralah kamu mengingat kepada Allah dan tinggalkan jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui ”(Q.S. Al Jumu’ah :9)25

24 Masfjuk, op.cit., hal. 15.

  28

  sekelompok kaum muslimin yang apanila telah ada, salah satu atau sebagian dari mereka yang mengerjakan maka berarti telah lepaslah kewajiban tersebut dari mereka semua.” Jika tidak seorang pun dari mereka yang mengerjakannya maka berdosalah mereka semuanya. Dalam hal ini para ulama sepakat bahwa salat jenazah hukumnya fardlu kifayah.26 b. Salat Sunnah

  Salat Sunnah yaitu “Salat yang dianjurkan untuk dikerjakan44, artinya diberi pahala bagi yang mengerjakan dan tidak berdosa bagi yang meninggalkan.

  1) Salat sunnah muakkadah, yaitu ’’salat sunnat yang sel;alu dikerjakan atau jarang sekali dikerjakan oleh rasulullah”. Seperti salat witir hari raya dan lain-lain. 2) Salat sunnat ghoiru muakkadah, yaitu “salat sunnat yang tidak selalu dikerjakan oleh rasulullah”,seperti salat dhuha.27

  4. Waktu-waktu Salat Wajib Allah SWT berfirman dalam surat Hud: 114

  . ( U t : iy> ) .J J l j M '

  Artinya : “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi

  dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam....".(Q.S. Hud: 114)28

26 Zakiah Darajat, op.cit., hal. 85.

  29 Menurut Muhammad jawad mughniyah yang dimaksud tepi siang

  yang pertama adalah waktu salat subuh, tepi siang yang kedua adalah waktu salat dhuhur dan asar dan bagian dari permulaan malam adalah salat maghrib dan isya’.29

  Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

  cr

  • 0 ^ : - ^ s Artinya : Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan

  bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu- waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari supaya kamu merasa senang”. (Q.S Thaha: 130)30

  Dilain tempat Allah juga berfirman dalam surat Al Isra’ ayat 78 : j l ^ j l j i j ^ j J j J

  Y o

  

\

jl

  ^

Dokumen yang terkait

E N I N G K A T A N H A S I L B E L A J A R M E N U L I S K A L I M A T E F E K T I F D A L A M P A R A G R A F A R G U M E N T A S I M E L A L U I K E G I A T A N P E E R C O R R E C T I O N P A D A S I S W A K E L A S X 1 S M A N E G E R I R A M B I P U

0 2 17

E V A L U A S I T E R H A D A P P E L A K S A N A A N R U JU K A N B E R JE N JA N G K A S U S K E G A WA T D A R U T A N M A T E R N A L D A N N E O N A T A L P A D A P R O G R A M JA M P E R S A L D I P U S K E S M A S K E N C O N G T A H U N 2012

0 2 19

I D E N T I F I K A S I P E N G A R U H L O K A S I U S A H A T E R H A D A P T I N G K A T K E B E R H A S I L A N U S A H A M I N I M A R K E T W A R A L A B A D I K A B U P A T E N J E M B E R D E N G A N S I S T E M I N F O R M A S I G E O G R A F I S

0 3 19

Muhammad Agus Widiyanto 111 01 042 JU R U SA N T A R B IY A H P R O G R A M ST U D I PE N D ID IK A N A G A M A ISLAM SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2006

0 3 91

J U R U S A N T A R B IY A H P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A IS L A M S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (ST A IN ) S A L A T IG A

0 0 95

Perpustakaan STAIN Salatiga P E N G A R U H P E M A H A M A N P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M T E R H A D A P K E S A L E H A N S O S IA L SIS W A DI S M K N E G E R I 1 S A L A T IG A T A H U N 2007

0 2 127

JU R U SA N T A R B IY A H PR O G R A M STU D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SEK O LA H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2008

0 2 95

P E N G A R U H K E D E K A T A N H U B U N G A N M A H A S IS W A D E N G A N D O SE N T E R H A D A P O B J E K T IV IT A S P E N IL A IA N D O S E N P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M S T A IN S A L A T IG A T A H U N A K A D E

0 1 111

JU R U SA N T A R B IY A H P R O G R A M ST U D I PE N D ID IK A N A G A M A ISL A M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N EG E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2008

0 0 103

JU R U SA N T A R B I Y A H PR O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G ER I SALATIGA 2006

0 0 102