BAB VII KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN - DOCRPIJM f43a4f5dc1 BAB VIIBAB 7 KETERPADUAN STRATEGI KOTA MOKERedit

BAB VII
KETERPADUAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KABUPATEN

7.1.

ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MOJOKERTO
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang
ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Kota Mojokerto telah menyusun dokumen
RTRW pada tahun 2012 serta telah menetapkan melalui peraturan daerah nomor 4 tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mojokerto Tahun 2012 – 2032.
Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari
RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:
i. Pertahanan keamanan
ii. Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan
RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan
prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa,
maupun Agropolitan.

I -1

c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus
diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung,
kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan, pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan
pembangunan dapat terwujud.

Tabel 7.1 Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya
ARAHAN POLA RUANG

ARAHAN STRUKTUR RUANG

A. Arahan Pengembangan Kawasan Lindung :
1) Kawasan Perlindungan Setempat, yang terdiri dari kawasan sempadan
sungai memiliki arahan :
 Penegasan batas fisik kawasan sempadan sungai bangunan oleh
Pemerintah Daerah. Untuk menghindari berkembangnya
pemanfaatan lahan terbangun di sepanjang sungai yang ada di Kota
Mojokerto, perlu adanya batas fisik tentang garis sempadan sungai
yang belum ada bangunan sesuai dengan ketetapan yang telah ada.
 Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang
mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan
kualitas air sungai.
 Penegasan batas kawasan sempadan sungai oleh Pemerintah
Daerah. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang
penetapan garis sempadan sungai, fungsi dan manfaat dari garis
sempadan tersebut.

 Di dalam mengeluarkan ijin bangunan perlu mengacu pada garis
sempadan yang telah ditetapkan, jika terjadi pelanggaran perlu
adanya sanksi hukum yang tegas.
 Perlu adanya pemantauan dan pengendalian terhadap bangunan di
sepanjang sungai yang ada yang dapat dilakukan bersama-sama
antara dinas dan instansi yang terkait dengan masyarakat
 Pemanfaatan ruang terbuka hijau di sepanjang sungai dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan taman, jogging track, dan
sebagainya. Sehingga kondisi di sepanjang sungai tersebut dapat
lebih terawat dan memiliki estetika, salah satunya adalah Sungai
Brantas. Hal ini dimaksudkan karena selain berfungsi untuk
melindungi juga dapat memberikan kontribusi bagi pelestarian
lingkungan kota yang lebih asri.
2) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pada dasarnya RTH terdiri atas
RTH privat dan publik. Untuk Kota Mojokerto RTH Publik sebesar 30%
dari luas secara keseluruhan yaitu sebesar 329,60 Ha atau 20,02%,
sedangkan RTH Privat sebesar 10% yaitu 300,98 Ha atau 18,28%.
 RTH publik diantaranya ialah : RTH taman rukun tetangga, RTH
taman rukun warga, RTH taman kelurahan, RTH taman kecamatan,
RTH taman kota, RTH taman jalan, RTH pemakaman umum, RTH

hutan kota, RTH sempadan rel kereta api, RTH SUTT.
 RTH privat meliputi : pekarangan, halaman perkantoran, halaman
pertokoan, halaman tempat usaha, dan taman atap bangunan.
3) Kawasan Cagar Budaya, arahan pengelolaannya antara lain :

A. Air
1) Arahan yang perlu diperhatikan dalam pengambilan air secara
domestik mapun non domestik yaitu :
 Penggunaan sumber air tanah dan air permukaan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah
 Penggunaan dan pengambilan air dapat dilakukan sepanjang
tidak merusak sumber daya air dan lingkungannya
 Memperhatikan kelangsungan keanekaragaman hayati yang
terdapat di sumber air baku.
 Peningkatan peran serta masyarakat secara aktif, tanggap,
dan terarah dalam pemanfaatan sumber air baku terutama
penggunaan air permukaan dan air tanah melalui jaringan
perpipaan mandiri dan sumur galian yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, sehingga tidak melampaui

daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
B. Air Minum
1) Perpipaan
Arahan pengembangan sistem air minum perpipaan di Kota
Mojokerto antara lain sebagai berikut :
 Pemanfaatan kapasitas tak termanfaatkan.
 Pengembangan sistem pelayanan air minum perpipaan dan
non perpipaan.
 Meningkatkan cakupan pelayanan air minum di seluruh
wilayah Kota Mojokerto.
 Penambahan kapasitas pengambilan air sesuai dengan
arahan penyediaan, pengembangan, konservasi dan
penataan kawasan sumber-sumber air baku daerah dengan
arahan kawasan lindung. Sumbersumber air baku yang bisa
dikembangakan antara lain adalah : IPA Wates
(SungaiBrantas), sumur Jl. Raung, sumur Jl. Arjuna, sumur Jl.
Welirang, sumur Balongsari, sumur Banteng Pancasila, sumur
Panggeraman, sumur Gunung Gedangan dan sumur dalam
Meri.
 Pemanfaatan kembali sumur bor untuk memenuhi kebutuhan

air bersih daerah.
 Pemeliharaan secara rutin, peningkatan, dan/atau
pembangunan reservoir. Reservoir yang bisa dikembangkan
yaitu : reservoir Wates, reservoir Balongsari, reservoir

I -2

 Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya;
 Pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan suaka alam dan
upaya konservasi; dan
 Pembatasan pengembangan, pengembalian rona awal, dan
pengawasan yang ketat terhadap penetapan fungsi kawasan.
4) Kawasan Rawan Bencana Alam, arahan Adapun arahan pengelolaan
sebagai usaha untuk penanggulangan banjir yang akan datang di Kota
Mojokerto adalah :
 Perbaikan dan normalisasi saluran drainase untuk mengurangi
genangan
 Rencana master drewing, sudetan dan resapan air
 Penguatan tanggul untuk mencegah terjadinya banjir

 Pembuatan sumur resapan dan kolam penampung air hujan.
B. Arahan pengelolaan pada budi daya terdiri dari :
1) Kawasan Peruntukan Perumahan, arahan pengembangannya yaitu :
 Pengembangan perumahan yang telah ada dan pengembangan
perumahan baru.
 Pembangunan perumahan baru dilakukan secara intensif (vertikal
dan horisontal) dengan memanfaatkan lahan secara optimal pada
kawasan di luar kawasan fungsi lindung.
 Peningkatan kualitas lingkungan, dan pembenahan prasarana dan
sarana lingkungan perumahan meliputi pembenahan lingkungan dan
peremajaan.
 Pembentukan Kelembagaan Lokal dan Mekanisme Pendanaan
untuk Pembangunan dan Pengelolaan Perumahan, termasuk
kegiatan swadaya masyarakat berbasis konsep “Tridaya”.
2) Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa, arahan
pengembangannya yaitu :
 Untuk pasar tradisional ini diarahkan pada : Kelurahan Kranggan,
Kelurahan Prajurit Kulon, Kelurahan Mentikan, Kelurahan
Kedundung, Kelurahan Balongsari, Kelurahan Jagalan, dan
Kelurahan Purwotengah dengan luas 6,93 Ha.

 Selain itu juga ada rencana revitalisasi pasar tradisional Tanjung
Anyar yang bisa mengakomodasi pasar tradisional dan pasar
modern.
 Adanya rencana membangun pasar lingkungan di bagian timur kota
yaitu di Kelurahan Kedundung atau Kelurahan Gunung Gedangan.
 Adanya rencana membangun pasar lingkungan di bagian barat kota
yaitu di Kelurahan Blooto atau Kelurahan Pulorejo.
 Adanya relokasi atau revitalisasi pasar Kranggan dan pasar
Prajuritkulon.
 Kawasan perdagangan dan jasa sebagai pusat perbelanjaan
meliputi : Jl. Mojopahit dan Mojopahit Selatan,Jl. Bhayangkara, Jl.
Gajah Mada, Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. PB Sudirman, Jl. Residen
Pamuji, Jl. Letnan Kolonel Sumarjo, Jl. Ahmad Yani, Jl. Raya
Prajuritkulon, Jl. Surodinawan, Jl. Benteng Pancasila, Jl. Ijen dan Jl.
Bypass, dan dengan luas 120,58 Ha atau kira-kira sebesar 3,32%.
3) Kawasan Perkantoran, diarahkan sebagai berikut :
 Pusat pemerintahan tetap dipertahankan di pusat kota, dan fasilitas
pemerintahan tersebar di beberapa tempat diarahkan menyatu untuk
efisiensi pelayanan, tersebar di : Jl. Pahlawan, Jl. Gajah Mada, Jl.
Bhayangkara, Jl. Raden Wijaya, Jl.Bypass, Jl. Jawa, Jl. Letkol

Sumarjo, dan Jl. Raya Prajuritkulon.
 Peningkatan fisik pembangunan pemerintahan diarahkan pada
intensifikasi lokasi, jika lahan terbatas dapat dikembangkan secara
vertikal.
 Rencana pengembangan kawasan perkantoran terpadu di
Kelurahan Surodinawan dengan luasan total sebesar kurang lebih
20,98 Ha atau sekitar 1,27%

(menara) Balongsari, dan reservoir Meri.
 Pemeliharaan secara rutin, perluasan, dan/atau penggantian
secara berkala jaringan perpipaan transmisi primer dan
sekunder.
 Pengembangan baru sebagai upaya perluasan jaringan
pendistribusian air bersih yang merata dan penggantian
secara berkala jaringan perpipaan distribusi primer dan
sekunder.
 Pengembangan prasarana air melalui program promosi hemat
air.
2) Non Perpipaan
Untuk arahan pengembangan air minum non perpipaan ini

diatur lebih lanjut oleh peraturan daerah.
C. Air Limbah
1) Air Limbah Domestik/Rumah Tangga
Untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman di masa
datang, maka diperlukan adanya perencanaan sistem
pembuangan air kotor yang optimal, meliputi :
 Sistem pembuangan setempat (On Site Sanitation)
 Sistem pembuangan terpusat
2) Air Limbah Industri
Arahan pengembangan sistem pengelolaan air limbah Kota
Mojokerto antara lain yaitu :
 Manajemen sanitasi-air limbah
 Pengembangan prasarana limbah padat
 Monitoring kapasitas untuk pengendalian pencemaran
dengan cara : mencatat kualitas air limbah, khususnya untuk
industri dan air sungai dan monitoring kualitas air
dilaksanakan di 60 lokasi di Sungai Brantas oleh PJT1
 Pengadaan prasarana dan sarana pengolahan lumpur tinja
berupa truk pengangkut tinja dan modul Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) komunal

 Pengembangan IPLT SANIMAS PLUS
 Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) skala
kawasan dan kota yang diprioritaskan pada wilayah-wilayah
permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi
 Fasilitasi pembangunan IPAL untuk kawasan industri rumah
tangga
 Meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha
sebagai mitra pengelola.
 Pengendalian limbah hasil kegiatan industry menengah-besar
dan jasa melalui studi dokumen lingkungan dan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis; dan
 Penerapan sanksi dan pola insentif disinsentif terkait
pengendalian limbah, khususnya kegiatan industri.
D. Persampahan
Arahan pengembangan sistem persampahan di Kota Mojokerto
antara lain, meliputi :
1) Pengembangan Aspek Fisik
 Penataan, rehabilitasi, dan pengembangan TPA Randegan
antara lain adalah : penambahan cell penampung dan
pengurangan secara bertahap proses sanitary landfill dengan
memroses sampah baik organik maupun anorganik, dan
reklamasi dan penggalian TPA Randegan.
 Arahan rencana pembangunan TPA baru yang dialokasikan di
Kelurahan Blooto adalah sebagai salah satu upaya untuk
mengatasi apabila TPA Randegan yang sudah ada sekarang
ini tidak mampu menampung smapah Kota Mojokerto.
 Rencana pengembangan aspek fisik Tempat Pengolahan
Sampah (TPS) dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

I -3

 Pengembangan kawasan perkantoran swasta diarahkan pada
kawasan pusat kota dan pada pusat-pusat kawasan perdagangan
dan jasa tepatnya di : Jl. Bypass, Jl. Pahlawan, Jl. Gajahmada, Jl.
Mojopahit, Jl. Raya Prajuritkulon, dan Jl. Surodinawan.
4) Pengembangan industri di Kota Mojokerto diarahkan sebagai berikut :
 Wajib menyiapkan prasarana lingkungan, utilitas umum, bangunan
perumahan pekerja dan fasilitas sosial dengan proporsi 40%.
 Pembangunan dilakukan secara terpadu dengan lingkungan.
 Pembangunan harus memenuhi kebutuhan luas lahan, jenis ruang
dan fasilitas pelayanan public meliputi parkir, ruang terbuka hijau,
ruang pedagang kaki lima, pencegahan dan penanggulangan
kebakaran; dan
 Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industry harus disertai
upaya-upaya terpadu mencegah dan mengatasi terjadinya
pencemaran lingkungan mulai dari penyusunan analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan (UKL/UPL), penyediaan instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) dan disertai pengawasan oleh Pemerintah Daerah secara
intensif terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan.
5) Pengembangan wisata di Kota Mojokerto diarahkan sebagai berikut :
 Pengembangan semua wisata yang ada di Kota Mojokerto.
 Wisata air jogging track dan kuliner terdapat di Sungai Brantas,
Jalan Hayam Wuruk Kelurahan Magersari dengan luas 0,47 Ha atau
0,03%.
 Wisata penunjang perbelanjaan, yang meliputi : pengembangan
sentra PKL untuk makanan di Jl. Bayangkara, Alun–Alun dan Jl.
Benteng Pancasila, pengembangan big sale dan exebhition di mall,
pengembangan sentra pemasaran indutri rumah tangga/kecil di Jl.
Bypass, dan pasar wisata di Kelurahan Gunung Gedangan dengan
konsep pasar burung, bunga, hewan piaraan, barang antik dan
buku-buku bekas.
 Pengembangan jalur pariwisata GKS, jaringan sejarah, dan aset
alamiah (termasuk pengembangan rekreasi olah raga, pusat
informasi, dan wisata alam).
6) Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau : Pengembangan kawasan ini
dilakukan adalah dengan tetap mempertahankan keberadaan ruang
terbuka non hijau dan mencegah pengalihfungsian kawasan menjadi
kawasan dengan intensitas kegiatan tinggi (permukiman,
perdagangan, dan sebagainya).
Adapun kawasan RTNH ini terdiri atas : lapangan olahraga tertutup,
stadion Ahmad Yani di Jl. Ijen, Kelurahan Wates, dan rencana
pembangunan GOR dan tempat rekreasi di Kelurahan Prajuritkulon.
Untuk kawasan ini direncanakan seluas 11,24 Ha atau sekitar 0,68%.
7) Kawasan Ruang Evakuasi Bencana
Kawasan ruang evakuasi bencana yang terdapat di Kota Mojokerto
antara lain adalah : Alun-alun Kota Mojokerto, stadion Ahmad Yani,
rencana pembangunan GOR dan taman rekreasi di Kelurahan
Prajuritkulon, lapangan parkir Kantor Walikota, lapangan parkir Rumah
Sakit Gatoel, dan lapangan parkir kantor Dinas Perhubungan,
Komunikasi, dan Informasi.
8) Kawasan Ruang Bagi Sektor Informal
Pengembangan kawasan ruang bagi sektor informal di Kota Mojokerto
diarahkan pada lokasi : Kelurahan Surodinawan (Jl. Prajuritkulon),
Kelurahan Meri (Jl.Benteng Pancasila), dan Kelurahan Miji (Jl.
Bhayangkara), dengan luas sebesar 1,15 Ha atau 0,07%.

(TPST), transfer depo tersebar di seluruh wilayah kota dan
dilakukan dengan teknologi ramah lingkungan. Arahan yang
perlu dilaksanakan dalam rencana pengembangan TPS,
TPST, dan transfer depo yaitu :
 Lokasi penampungan dan alat pemrosesan sampah yang
ramah lingkungan.
 Terdapat kegiatan penataan dan pengolahan sampah di
lokasi sebagai bagian sistem 3R.
 Bangunan yang aman dari rembesan air lindi dan tidak
berbau menyengat sehingga tidak mencemari lingkungan.
 Rencana pengembangan aspek fisik dengan pengembangan
angkutan persampahan kota adalah : pemeliharaan dan
penambahan armada pengangkut sampah yang berupa
gerobak sampah, motor sampah dan dump truk.
2) Pengembangan Aspek Non Fisik
 Sistem yang terintegrasi antara budaya pemusnahan sampah
pada sumbernya, proses pemilahan sampah, dan tempat
pengelolaan sampah terpadu di setiap kelurahan yang
mampu menghasilkan kompos, barang kerajinan, dan bahan
berguna lainnya dengan pangsa pasar sebagai tempat
penjualan produk.
 Pemantauan dan pengendalian pembuangan sampah di
sungai dan saluran irigasi, serta pembuangan sampah secara
sembarangan di ruang terbuka public melalui pelibatan peran
serta masyarakat.
 Pembentukan kelembagaan dalam rangka peningkatan peran
serta masyarakat ditingkat kelurahan dengan pendirian KSM
bidang pengelolaan persampahan daerah.
E. Drainase
Arahan pengembangan sistem drainase Kota Mojokerto antara lain:
 Meningkatkan kapasitas saluran air
 Memelihara saluran dengan baik dengan maksud untuk
mempertahankan sistem serta kapasitas saluran drainase
yang ada dan merevitalisasi saluran drainase sesuai dengan
jenis dan klasifikasi saluran.
 Membuat penahan sekaligus pengatur aliran hasil limpasan
air hujan yang tidak sempat diserap tanah sehingga aliran
tidak terpusat pada salah satu saluran drainase dengan
membangun embung atau polder pada daerah hulu.
 Membuat pengendalian banjir pada bagian hilir sekaligus
berfungsi pengendalian banjir akibat banjir pasang rob.
 Meningkatkan kapasitas terhadap tindakan darurat untuk
mengatasi bencana yang bisa dilakukan dengan cara
meningkatkan peran masyarakat, dunia usaha, dan
stakeholder lainnya.

Sumber : RTRW Kota Mojokerto Tahun 2012 - 2032

I -4

Tabel 7.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK)
berdasarkan RTRW
KAWASAN STRATEGIS
KABUPATEN/KOTA

LOKASI/ BATAS KAWASAN

SUDUT KEPENTINGAN

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Ekonomi

Kawasan Industri

Ekonomi

Pembangunan ekonomi, sosial, dan

Ekonomi, Sosial Budaya

a) Pasar Tradisional meliputi : Pasar Tanjung.
b) Perdagangan skala besar (grosir), kelontong, elektronika,
garment dan alat perlengkapan sehari-hari diarahkan bisa
terlayani di sekitar pusat kota meliputi : Jl. Mojopahit Utara dan
Selatan, Jl. Bhayangkara, Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. PB
Sudirman, Jl. Residen Pamuji, Jl. Letnan Kolonel Sumarjo, Jl.
Ahmad Yani, Jl. Raya Prajuritkulon, Jl. Surodinawan, dan
Jl.Benteng Pancasila.
c) Perdagangan showroom motor-mobil diarahkan berkembang di
sepanjang Jalan By Pass dan Jalan Gajah Mada.
Lokasi kawasan industri di lokasi Jalan Bypass, direncanakan
seluas kurang lebih 47,47 Ha.
Setiap Lokasi di Kota Mojokerto Terdampak Proyek

budaya berbasis kemasyarakatan
Sumber : RTRW Kota Mojokerto Tahun 2012 - 2032

Tabel 7.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten/Kota terkait
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
No

A
1

USULAN
PROGRAM UTAMA

LOKASI

MERUPAKAN
KSK
(YA/TIDAK)

SUMBER
PENDANAAN

INSTANSI
PELAKSANA

PERWUJUDAN
STRUKTUR
RUANG KOTA MOJOKERTO
Perwujudan
pusat-pusat
pelayanan
Pengembangan dan peningkatan
fungsi pelayanan
PPK
Peningkatan dan pengembangan
kawasan kota di Kelurahan
Balongsari

Kelurahan Balongsari

Tidak

APBD Kota

Bappeko
Mojokerto

Peningkatan dan pengembangan
pusat pemerintahan di Kantor
Walikota

Kelurahan Balongsari

Tidak

APBD Kota

Bappeko
Mojokerto

Peningkatan dan pengembangan
pusat perdagangan dan jasa di: Jl.
Mojopahit, Jl. Mojopahit Selatan, Jl.
Gajah Mada, Jl. Bhayangkara, Jl.
HOS Cokroaminoto, Jl. PB.
Sudirman, Jl. Residen Pamuji, Jl.
Ahmad Yani

Kelurahan Mentikan,
Kelurahan Sentanan,
Kelurahan
Purwotengah, dan
Kelurahan Kauman,
Kelurahan Gedongan,
Kelurahan Jagalan,
Kelurahan Sentanan,
Kelurahan Kedundung.

Ya

APBD Kota

Bappeko
Mojokerto

I -5

7.2.

ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KOTA MOJOKERTO
Seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, maka setiap daerah berkewajiban untuk menyusun perencanaan
pembangunan daerah baik yang bersifat jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Adapun dokumen perencanaan pembangunan daerah meliputi Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Selanjutnya Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) diwajibkan menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang berpedoman pada RPJMD
dengan jangka waktu 5 tahun, kemudian Renstra SKPD tersebut dijabarkan menjadi Rencana
Kerja (Renja) SKPD setiap tahunnya.
Seiring dengan telah dilantiknya Walikota dan Wakil Walikota masa jabatan 2009 - 2014,
maka langkah awal yang harus dilakukan adalah menyusun dokumen RPJMD Kota Mojokerto
sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Walikota dan Wakil Walikota terpilih, dengan
memperhatikan RPJMD Propinsi Jawa Timur dan RPJM Nasional serta berpedoman pada RPJPD
dan memperhatikan RTRW. Adapun visi pembangunan Kota Mojokerto sampai dengan tahun 2014
adalah “Terwujudnya Kota Mojokerto Yang Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral”. Untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah Kota Mojokerto, maka diperlukan misi yang terdiri dari :
a. Mewujudkan clean and good governance.
b. Meningkatkan peranserta masyarakat dan swasta dalam proses pembangunan.
c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
d. Meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia.
e. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi
f. Meningkatkan upaya pengentasan kemiskinan.
g. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif, profesional dan berdaya saing tinggi.
h. Meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan dan tata ruang.
7.2.1

Pendapatan Daerah

Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah
Dalam struktur anggaran pemerintah daerah terdapat tiga pos pendapatan yang menjadi
sumber keuangan daerah, meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Pendapatan

I -6

Lain-lain yang Sah. Untuk penyelenggaraan otonomi daerah yang nyata, luas dan
bertanggungjawab, Kota Mojokerto memiliki kewenangannya dan harus mempunyai kemampuan
menggali sumber-sumber keuangan sendiri selain didukung oleh perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Namun umumnya sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia,
termasuk Kota Mojokerto, masih besar ketergantungannya terhadap Dana Perimbangan dari
Pemerintah Pusat. Dalam rangka memperkuat pelaksanaan otonomi daerah, maka arah
pengelolaan pendapatan daerah Kota Mojokerto dalam lima tahun kedepan (tahun 2009-2014)
akan difokuskan pada upaya untuk menggali potensi pendapatan daerah tanpa harus membebani
masyarakat, sehingga secara bertahap Kota Mojokerto dapat meningkatkan kemandirian keuangan
daerahnya untuk memenuhi pembiayaan pembangunan.
Adapun dalam upaya pencapaian target Pendapatan Daerah Kota Mojokerto yang telah
dilakukan selama kurun waktu tahun 2004-2008, beberapa permasalahan

yang ditemukan,

antara lain: (1) terbatasnya potensi obyek pajak dan obyek retribusi; (2) belum diterapkannya
sanksi yang tegas terhadap wajib pajak, khususnya pajak pusat yang menunggak; (3) masih
kurangnya kesadaran dan kedisiplinan wajib pajak/retribusi dalam membayar pajak dan ritribusi
daerah; (4) masih kurangnya pemahaman dari masyarakat tentang sistem dan prosedur
pembayaran pajak dan retribusi.
Untuk mengakomodasi semua permasalahan di atas, maka hal yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan anggaran pendapatan Kota Mojokerto adalah upaya peningkatan pendapatan
pajak dan retribusi daerah tanpa harus menambah beban bagi masyarakat sehingga dapat sejalan
dengan arahan pengelolaan pendapatan Kota Mojokerto. Untuk itu, belajar dari pengalaman
pengelolaan pendapatan daerah selama lima tahun terakhir, beberapa upaya yang dapat ditempuh
antara lain :
a) Penggalian obyek pajak/retribusi baru dan obyek penerimaan lain-lain secara kontinyu,
penataan tempat-tempat usaha dan pedagang kaki lima, pendataan lebih intensif terhadap
potensi pajak dan retribusi serta penjalinan kerja sama dengan pihak ketiga;
b) Pembentukan tim terpadu penyelesaian masalah hukum di bidang pajak dan retribusi. Selain
itu, sebagai langkah preventif, Dispenda dapat memberikan surat peringatan dan panggilan
kepada wajib pajak/retribusi yang menunggak dalam periode tertentu dengan memberikan
surat tagihan/surat teguran dan menempelkan stiker belum lunas pajak.
c) Penagihan langsung kepada WP/WR serta melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada
masyarakat. Selain itu juga dilakukan penyempurnaan sistem dan prosedur perijinan pajak dan

I -7

retribusi daerah serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat melalui talkshow, baliho dan
penyuluhan kepada masyarakat.
d) Penyertaan staf/petugas dalam pelatihan-pelatihan teknis, kursus-kursus dan seminar sesuai
dengan bidang tugasnya.
Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan bentuk pengeluaran daerah untuk mewujudkan kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di daerah. Pengelolaan Belanja
Daerah Kota Mojokerto dalam lima tahun kedepan (tahun 2009- 2014) akan diarahkan untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan proporsionalitas, berdasarkan tujuan, sasaran dan prioritas
pembangunan yang telah ditetapkan, guna menjaga agar program-program pembangunan
strategis dapat dilaksanakan dengan baik.
Selain itu pengelolaan belanja daerah Kota Mojokerto juga diarahkan untuk menunjang
efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam
melaksanakan bidang kewenangan/urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung
jawabnya. Oleh karena itu diharapkan agar setiap peningkatan alokasi anggaran belanja yang
direncanakan setiap SKPD dapat terukur dan diikuti peningkatan kinerja pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat.
Adapun selama tahun anggaran 2004 sampai dengan 2008, dalam pelaksanaan anggaran
daerah Kota Mojokerto, masih dirasakan adanya permasalahan di dalam pengelolaan keuangan
yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja, terutama yang berkaitan dengan pelaporan keuangan
daerah. Untuk itu, belajar dari pengalaman sebelumnya, perlu terus dilakukan peningkatan
kemampuan aparatur pengelola keuangan daerah melalui kegiatan pelatihan secara berkala serta
penggalangan kerjasama dengan konsultan dalam rangka peningkatan pengelolaan keuangan
daerah oleh seluruh SKPD.
Pembiayaan Daerah
Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan merupakan seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun
pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup deficit dan/atau memanfaatkan surplus
anggaran. Pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan merupakan alokasi anggaran yang dilakukan untuk menguatkan struktur

I -8

pendapatan yang antara lain dapat berasal dari pinjaman daerah, Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA), dana cadangan daerah dan hasil divestasi aset daerah. Sementara,
pengeluaran pembiayaan dilakukan sebagai konsekuensi kebutuhan yang mendesak yang antara
lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas
lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir, kecuali tahun 2005, terlihat bahwa
kebutuhan belanja daerah tiap tahunnya cenderung lebih kecil dari pedapatan daerahnya sehingga
performance budgeting APBD Kota Mojokerto menunjukkan surplus anggaran. Sebagaimana
ketentuan yang telah diatur pada penjelasan pasal 17 ayat 3 dalam Undang-undang Nomor 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan pasal 83 ayat 2 berikut penjelasannya dalam Undangundang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, maka pembiayaan daerah Kota Mojokerto diarahkan agar jumlah akumulatif
deficit anggaran, jika terjadi, tidak melebihi 3% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
tahun bersangkutan.
7.3.

ARAHAN PERATURAN DAERAH BANGUNAN GEDUNG
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan

gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan. Persayaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan
rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktivitas di dalamnya dan sebagai
landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah
rawan bencana.
Dalam rangka penyusunan dokumen RPI2JM pemerintah Kota Mojokerto sampai saat ini
masih belum memiliki Perda Bangunan Gedung, dimana perda tersebut mengatur tentang
persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan
keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini
wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung
dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan
bangunan gedung di Kota Mojokerto. Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan
Gedung sangat penting sebagai payung hukum di Kota Mojokerto dalam menjamin keamanan dan
keselamatan bagi pengguna. Direncanakan pada tahun mendatang ketersediaan Perda BG di Kota
Mojokerto dapat tersusun, dikarenakan perda tersebut merupakan salah satu prasyarat dalam
prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di kabupaten/kota.

I -9

7.4.

ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RI_SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan
bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaandan bukan jaringan
perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam
beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM
dapat berupa RI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan
prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka
perlindungan dan pelestarian air.
a. Tingkat Capaian Pelayanan
Tingkat capaian pelayanan air minum saat ini di Kota Mojokerto mencapai 54,59%
b. Penyedia Pelayanan
c. Arahan Pengembangan
 Perkotaan : Target 6000SR/tahun, dilaksanakan oleh PDAM
 Perdesaan :4000 SR/per tahun (termasuk program Pamsimas yang dapat menambah
akses air minum masyarakat sebanyak 1000 SR per tahun
Rencana induk pengembangan SPAM dapat berupa:
a. Rencana induk pengembangan SPAM di Dalam Satu Wilayah Administrasi Kabupaten atau
Kota. Rencana induk pengembangan SPAM di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau
kota ini mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan yang terdapat di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota.
b. Rencana induk pengembangan SPAM Lintas Kabupaten dan/atau Kota. Rencana induk
pengembangan SPAM lintas kabupaten dan/atau kota mencakup wilayah pelayanan air minum
melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang terdapat di dalam lebih dari satu
wilayah administrasi kabupaten dan/atau kota dalam satu provinsi.
c. Rencana induk pengembangan SPAM Lintas Provinsi. Rencana induk pengembangan SPAM
lintas provinsi mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan
jaringan perpipaan yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah administrasi kabupaten
dan/atau kota serta di dalam lebih dari satu provinsi.
Muatan dan Pelaksanaan Rencana Induk Pengembangan SPAM
Muatan Rencana Induk Pengembangan SPAM

I -10

Rencana induk pengembangan SPAM memuat antara lain :
a. Rencana Umum, meliputi :


Evaluasi kondisi kota/kawasan, yang bertujuan untuk mengetahui karakter, fungsi
strategis dan konteks regional nasional kota/kawasan yang bersangkutan.



Evaluasi kondisi eksisting SPAM, yang dilakukan dengan menginventarisasi peralatan
dan perlengkapan sistem penyediaan air minum eksisting.

b. Rencana Jaringan, meliputi perencanaan sistem transmisi air minum dan distribusi. Sistem
distribusi meliputi reservoir, jaringan pipa distribusi dan tata letak, baik untuk SPAM jaringan
perpipaan maupun SPAM bukan jaringan perpipaan.
c. Program dan kegiatan pengembangan, dalam penyusunan rencana induk meliputi identifikasi
permasalahan dan kebutuhan pengembangan, perkiraan kebutuhan air dan identifkasi air baku.
d. Kriteria dan standar pelayanan, mencakup kriteria teknis yang dapat diaplikasikan dalam
perencanaan yang sudah umum digunakan, namun jika ada data hasil survei maka kriteria
teknis menjadi bahan acuan. Standar pelayanan ditentukan sejak awal seperti tingkat
pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan jenis pelayanan yang dapat ditawarkan ke
pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan.
e. Rencana sumber dan alokasi air baku, dari sekian banyak sumber air baku yang ada, dibuat
skala prioritas penggunaan sumber air tersebut, dan harus sudah mendapat izin tertulis
(SIPA/surat izin pemakaian air) dari instansi terkait. Kebutuhan kapasitas air baku disusun
untuk menentukan rencana alokasi air baku yang dibutuhkan untuk SPAM yang direncanakan.
Kebutuhan kapasitas sumber air baku ditentukan berdasarkan kebutuhan air.
f. Rencana keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana (PS) Sanitasi, meliputi:


Identifikasi potensi pencemar air baku ;



Identifikasi area perlindungan air baku ;



Proses pengolahan buangan dari IPA.

Keterpaduan dengan PS sanitasi adalah bahwa penyelenggaraan pengembangan SPAM dan
PS sanitasi memperhatikan keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam setiap tahapan
penyelenggaraan, terutama dalam upaya perlindungan terhadap baku mutu sumber air baku.
Keterpaduan SPAM dengan PS sanitasi dilaksanakan berdasarkan prioritas adanya sumber air
baku. Misalnya bila pada suatu daerah terdapat air tanah dangkal dengan kualitas yang baik,
maka sistem sanitasi harus menggunakan sistem terpusat (off site system), atau contoh lainnya
adalah peletakan lokasi pengambilan air minum di hulu dari outlet Instalasi Pengolahan Air
Limbah, Instalasi Pengolahan Lumpur Terpadu, dan tempat pembuangan akhir sampah.

I -11

g. Rencana pembiayaan dan pola investasi, berupa indikasi besar biaya tingkat awal, sumber dan
pola pembiayaan. Perhitungan biaya tingkat awal mencakup seluruh komponen pekerjaan
perencanaan, pekerjaan konstruksi, pajak, pembebasan tanah, dan perizinan.
h. Rencana pengembangan kelembagaan. Kelembagaan penyelenggara meliputi struktur
organisasi dan penempatan tenaga ahli sesuai dengan latar belakang pendidikannya mengacu
pada peraturan perundangan yang berlaku.
Kriteria Umum
Suatu sistem penyediaan air minum harus direncanakan dan dibangun sedemikian rupa,
sehingga dapat memenuhi tujuan di bawah ini:
a. Tesedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi persyaratan air
minum.
b. Tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan.
c. Tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat atau pemakai.
d. Tersedianya pedoman operasi atau pemeliharaan dan evaluasi
Kriteria perencanaan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
Matriks kriteria utama dapat dilihat pada tabel 5.1. Rencana Induk Pengembangan SPAM harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Berorientasi ke depan ;
b. Mudah dilaksanakan atau realistis ; dan
c. Mudah direvisi atau fleksibel.


Kriteria Teknis
Kriteria teknis meliputi :

a. Periode perencanaan (15 - 20 tahun) ;
b. Sasaran dan prioritas penanganan. Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus
ditujukan pada daerah yang belum mendapat pelayanan air minum dan berkepadatan tinggi
serta kawasan strategis. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah pengembangan
sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk kota ;
c. Strategi penanganan. Untuk mendapatkan suatu perencanaan yang optimum, maka strategi
pemecahan permasalahan dan pemenuhan kebutuhan air minum di suatu kota diatur sebagai
berikut :

I -12



Pemanfaatan air tanah dangkal yang baik



Pemanfaatan kapasitas belum terpakai atau idle capacity



Pengurangan jumlah air tak berekening (ATR)



Pembangunan baru (peningkatan produksi dan perluasan sistem)

d. Kebutuhan air. Kebutuhan air ditentukan berdasarkan :


Proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama
periode perencanaan.



Pemakaian air (L/o/h). Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun.



Ketersediaan air.

e. Kapasitas sistem. Komponen utama sistem air minum harus mampu untuk mengalirkan air
pada kebutuhan air maksimum, dan untuk jaringan distribusi harus disesuaikan dengan
kebutuhan jam puncak.


Unit air baku direncanakan berdasarkan kebutuhan hari puncak yang besarnya



berkisar 130% dari kebutuhan rata-rata.



Unit produksi direncanakan, berdasarkan kebutuhan hari puncak yang



besarnya berkisar 120% dari kebutuhan rata-rata.



Unit distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan jam puncak yang besarnya berkisar
115% - 300% dari kebutuhan rata-rata.
Pemerintah Kota Mojokerto sampai saat ini belum memiliki dokumen Rencana Induk Sistem

PAM (RISPAM), dimana dokumen RISPAM ini bertujuan untuk memperoleh gambaran terhadap
kebutuhan air baku, kelembagaan, rencana pembiayaan, rencana jaringan pipa utama, dan
rencana perlindungan terhadap air baku untuk jangka panjang di Kota Mojokerto. Serta bertujuan
untuk mendapatkan izin prinsip hak guna air oleh Pemerintah. Direncanakan pada tahun 2014
dokumen Rencana Induk Sistem PAM (RISPAM) dapat tersusun sehingga dapat menunjang
pembangunan Kota Mojokerto
7.5.

ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu

upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan
percepatan pembangunan sektor sanitasi, dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan
MDGs 2015. Program ini setidaknya melibatkan 330 Kota/Kabupaten di 33 provinsi yang termasuk
dalam kategori rawan sanitasi, dan dilaksanakan secara terintegrasi dari pusat hingga ke daerah
dengan melibatkan seluruh stakeholder dari kalangan pemerintah dan non-pemerintah di seluruh

I -13

tingkatan. Program PPSP diarahkan untuk menciptakan lingkungan kondusif yang dapat
mendukung terciptanya percepatan pembangunan sanitasi melalui advokasi, perencanaan
strategis, dan implementasi yang komprehensif dan terintegrasi.
Perencanaan strategis terkait pembangunan sanitasi yang kemudian lebih dikenal dengan
Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK), disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif
dan multisektor, berskala kota, menggabungkan pendekatan top-down dan bottom-up serta
berdasarkan data aktual/empiris. Oleh karenanya, SSK diharapkan dapat menjadi cetak biru
perencanaan pembangunan sektor sanitasi di kabupaten/kota sehingga pembangunan sektor
sanitasi yang berkelanjutan bisa terjamin. Penyusunan SSK dilakukan melalui 5 pilar kebijakan
yaitu:
a. Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah, persampahan, dan drainase ;
b. Peningkatan peran masyarakat dan swasta ;
c. Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan ;
d. Penguatan kelembagaan dan pengembangan kapasitas personil ;
e. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan.
Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang
disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret
kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka
menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah
pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota
berpedoman pada prinsip :
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan „top down‟ dengan „bottom up‟.
SSK dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM terutama untuk sector Penyehatan
Lingkungan dan Permukiman. Untuk saat ini pemerintah Kota Mojokerto masih dalam tahap
penyusunan dokumen SSK, diperkirakan akhir tahun 2013 dokumen SSK sudah tersusun. Dalam
draft SSK Kota Mojokerto yang masih dalam tahap penyusunan tersebut, memiliki visi yaitu
“Terwujudnya Kota Mojokerto Yang Sehat Dengan Dukungan Sanitasi Yang Memadai”.
Untuk mencapai visi tersebut, maka kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah Kota Mojokerto
diwujudkan dalam 4 (empat) misi antara lain :

I -14

a. Misi Air Limbah Domestik, terdiri dari :


Meningkatkan sarana pembuangan air limbah domestik yang sehat ;



Meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana pembuangan air limbah domestik.

b. Misi Persampahan yaitu :


Mengurangi timbunan sampah dalam rangka pengelolaan persampahan yang
berkelanjutan ;



Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan persampahan ;



Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia usaha/swasta;



Meningkatkan kemampuan menejemen kelembagaan dalam sistem pengelolaan
persampahan sesuai dengan prinsip good and cooperate governance ;



Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem pengelolaan
persampahan ;



Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk meningkatkan sistem
pengelolaan persampahan.

c. Misi Drainase antara lain :


Meningkatkan peran serta dunia usaha dalam bidang drainase ;



Meningkatkan sarana prasarana drainase yang bermutu dan sehat.

d. Misi Promosi Higiene Sanitasi (Prohisan) terdiri dari :


Meningkatkan kesadaran masyarakat Kota Mojokerto berprilaku hidup bersih dan sehat ;



Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan yang bermutu ;



Menggerakkan seluruh komponen untuk melaksanakan pembangunan berwawasan
sanitasi total berbasis masyarakat.

7.6.

ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) didefinisikan
sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi
pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,
rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) meliputi :

I -15

a. Program Bangunan dan Lingkungan ;
b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan ;
c. Rencana Investasi ;
d. Ketentuan Pengendalian Rencana ; dan
e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dapat berupa rencana aksi/kegiatan
komunitas, rencana penataan lingkungan, atau panduan rancang kota.
Dalam rangka penyusunan dokumen RPIJM ini, pemerintah Kota Mojokerto sampai saat ini
belum memiliki dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dimana dokumen
RTBL ini dapat memberikan arahan untuk perwujudan arsitektur lingkungan setempat agar lebih
melengkapi peraturan bangunan yang ada sehingga diperlukan penataan dan pengaturan
bangunan dan lingkungan pada kawasan perkotaan. Dengan melihat arahan tersebut diharapkan
di tahun kedepannya dokumen RTBL dapat tersusun sehingga dapat menunjang pembangunan
Kota Mojokerto.
7.7. ARAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
(SPPIP/RPKPP)
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan merupakan suatu
dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang
sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi
penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Strategi Pengembangan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) memuat arahan kebijakan dan strategi
pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada
rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). Strategi Pengembangan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan
lainnya yang telah ada ;
b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta
Karya di daerah ;
c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM ;
d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen ; dan

I -16

e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Terkait dengan RPIJM Bidang Permukiman, SPPIP ini menjadi dokumen induk dan acuan
utama dalam penyusunan program-program investasi permukiman yang terdapat dalam RPIJM
Bidang Permukiman. Dalam hal ini, program 5 (lima) tahunan yang dihasilkan dalam SPPIP akan
menjadi acuan dan dasar dalam penyusunan program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan
di dalam RPIJM Bidang Permukiman.

Gambar 7.2. Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang

Berdasarkan keterkaitan ini, maka apabila RPIJM Bidang Permukiman sudah disusun
sebelum SPPIP, maka program yang tertuang dalam RPIJM Bidang Permukiman, khususnya
untuk tahun pertama, akan menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan strategi dan program di
dalam SPPIP. Untuk tahun kedua dan seterusnya, rumusan strategi dan program SPPIP akan
menjadi dasar dalam upaya review dan penyempurnaan RPIJM Bidang Permukiman. Kondisi saat
ini pemerintah Kota Mojokerto masih belum menyusun dokumen SPPIP, direncanakan melalui
anggaran pada tahun 2014 akan disusun dokumen SPPIP tersebut.

I -17

Arahan Pengembangan Kawasan (RPKPP)
Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional
berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), dimana keduanya tetap
mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada.
RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan
permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di
perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana terpadu bidang
permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa
kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000.
RPKPP disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan
permukiman prioritas juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM. Untuk dokumen
RPKPP, pemerintah Kota Mojokerto juga masih belum menyusun, diharapkan pada tahun
berikutnya dokumen RPKPP tersebut sudah tersusun sehingga nantinya bisa menjadi masukan
dalam menyusun RPIJM Kota Mojokerto.
7.8. ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN di KAWASAN STRATEGIS
KOTA MOJOKERTO (RTBL KSK)
Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas
Berdasarkan RTBL-KSK
DOKUMEN
RENCANA
KAWASAN

DELINEASI
KAWASAN
PRIORITAS

STRATEGI
PEMBANGUNAN
KAWASAN
PRIORITAS

INDIKASI
PROGRAM

1

2

3

4

7.9. INTEGRITAS STRATEGI PEMBANGUNAN KABUPATEN MOJOKERTO DAN SEKTOR
Strategi Pembangunan Kota Mojokerto
Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disusun
matriks strategi pembangunan pada skala Kota Mojokerto yang meliputi antara lain :
a. RPJMD Kota Mojokerto sebagai acuan arahan pembangunan ;
b. KSPD sebagai acuan arahan pembangunan multi-sektor ;
c. SPPIP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman ;

I -18

d. RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum ; dan
e. SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi.
Untuk lebih jelasnya isi dari dokumen rencana tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini
:
Tabel 7.5
Matriks Strategi Pembangunan Kabupaten Kota
Status

No

Produk Rencana

1

2

3

1

RTRW

ADA

2

RISPAM

ADA

Arahan Pembangunan

(ada/Tidak)

Program/Kegia

4

5



STRATEGI
3

SANITASI KOTA

ADA

(SSK)

4

SPPIP

ADA

I -19

Status

No

Produk Rencana

1

2

3

5

RTBL

ADA

(ada/Tidak)

Arahan Pembangunan

Program/Kegia

4

5

I -20