Pengembangan bahan ajar PKn yang digunakan dalam model pembelajaran pedagogi reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository

  

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKn YANG DIGUNAKAN DALAM

MODEL PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF

UNTUK SISWA KELAS III SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU

YOGYAKARTA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh

  E. Niken Ayu Lestari NIM: 081134018

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2012

  

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk: 1.

   Kedua orang tuaku yang senantiasa mendampingi, membimbingku dan mendoakanku.

  2. Kakak-kakakku tercinta yang selalu memberikan dorongan semangat.

  3. Saudara-saudaraku yang selalu memberikan bantuan baik secara materil ataupun moril.

  4. Teman-temanku angkatan 2008 yang telah menemani selama masa studi.

  5. Almamaterku Universitas Sanata Dharma

  MOTTO “YESUS ANDALAN HIDUPKU” “BERIKAN YANG TERBAIK UNTUK

  MENDAPATKAN YANG TERBAIK”

  

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKN YANG DIGUNAKAN DALAM

MODEL PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF

UNTUK SISWA KELAS III SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU

YOGYAKARTA

  

E. Niken Ayu Lestari

081134018

  Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah. Masalah utamanya yaitu seperti apakah bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn yang menggunakan model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas

  III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2. Sub masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pengembangan bahan ajar PKn yang sesuai kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2? (2) Bagaimana pengembangan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn berdasarkan teori perkembangan dan model pembelajaran pedagogi reflektif? (3) Bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran PKn kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

  Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah dalam penelitian ini adalah penelitian penelitian pengembangan (R & D). Penelitian pengembangan ini mengembangkan bahan ajar berupa LKS. Pengembangan bahan ajar yang dilakukan dalam penelitian ini hanya sampai prototipe produk.

  Hasil dari penelitian ini adalah bahan ajar inovatif yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan siswa, kajian teori belajar (Piaget, Vygotsky, Kolhberg dan Konstruktivisme), dan teori pendekatan paradigma pedagogi reflektif. Hasil dari validasi yang dilakukan para ahli telah mendapatkan skor rata-rata keseluruhan 3,14 dengan kualifikasi setuju.

  Kata kunci: Pengembangan, Bahan Ajar, PKn, Pedagogi Reflektif.

  

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF PKN MATERIAL USING REFLECTIVE

RD ND PEDAGOGY MODEL LEARNING OF 3 GRADE STUDENTS ON 2

SEMESTER IN SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

  E. Niken Ayu Lestari 081134018 This research was aimed to find out the main problem and sub problems.

  The main problem was how innovative PKn material was, that using reflective

  rd nd

  pedagogy model learning of 3 grade students on 2 semester in SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. The sub problems were (1) how was the development of

  rd nd

  PKn material that was appropriate with the 3 semester grade students’ need on 2 in SD Bopkri Gondolayu Yogyakarta? (2) how was the development of innovative PKn material based on the theory of development and reflective pedagogy paradigm model learning? (3) how were the steps of the development of innovative

  rd nd

  PKn material of 3 grade students on 2 semester in SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?

  This research used research and development (R&D) method. This research developed the learning material, which was students’ worksheet (LKS). The development of learning material done was until product prototype.

  The results of this research were: the innovative material that was set based on students’ need, theoretical review (Piagey, Vygotsky, Kolhberg, and Konstruktivism), and the theory of reflective pedagogy paradigm approach. The validity result done by the experts had the average score 3,14 that was in agree qualification.

  Key words: Development, PKn material, reflective pedagogy

KATA PENGANTAR

  Puji syukur atas rahmat, berkat dan karunia yang telah diberikan Tuhan YME, sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan dan terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

  Peneliti menyadari bahwa keberhasilan penulisan Tugas Akhir skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Tuhan Yesus yang senantiasa memberikan rahmat dan karunianya.

  2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

  3. Rm.Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

  4. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, S.Th., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telang membimbing serta meberikan motivasi dalam penelitian.

  5. Ibu Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku dosen pembimbing II atas segala saran dan bimbingan yang telah diberikan.

  6. Ibu Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah menguji dalam pendadaran.

  7. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen ahli PKn yang telah membantu memberikan penilaian dan sarannya.

  8. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku dosen ahli bahan ajar yang telah memberikan penilaian dan saran.

  9. Ibu Elga Andriana, S.Psi., M.Ed. selaku dosen ahli tematik yang telah memberikan penilaian dan saran.

  10. Ibu Sri Haryati, S.Pd. selaku guru kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta atas bantuan dalam penilaian dan pemberian saran.

  11. Ibu Ambar Indartiningsih, S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran PKn SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta atas bantuan dalam penelitian dan penilaian.

  12. Ibu Fialistiana, S.Pd. selaku kepala sekolah SD Kanisius Gamping Yogyakarta yang telah memberikan penilaian dan saran.

  13. Para guru, karyawan dan siswa-siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

  ……...i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ……..ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... …….iii HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... …….iv HALAMAN MOTTO ................................................................................... ……..v PERNYATAAN KEASLIAN KARTA ....................................................... …….vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................ ……vii ABSTRAK .................................................................................................... …..viii ABSTRACT .................................................................................................... …….ix KATA PENGANTAR .................................................................................. ……..x

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB II

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB II

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan Kognitif Piaget ........................................................

  ……11 Tabel 2. Keterangan Kualifikasi Nilai .......................................................... ……48 Tabel 3. Kriteria Penilaian Prototipe Produk Bahan Ajar ............................. ……49 Tabel 4. Jadwal Penelitian ............................................................................. ……50

  Tabel 5. Hasil Perhitungan Angket Siswa Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar Pembelajaran Pkn Bagian II.............................................................

  ……53 Tabel 6. Data Diri Tim Ahli Bahan Ajar PKn ............................................... ……59 Tabel 7. Analisis Penilaian Tim Ahli ............................................................. ……61

  

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Berpikir ...........................................................................

  ……39 Bagan 2. Langkah-langkah Research and Development ................................ ……41 Bagan 3. Langkah-langkah Penelitian............................................................ ……43

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat penelitian dari kampus ......................................................

  72 Lampiran 2. Surat penelitian dari sekolah........................................................

  73 Lampiran 3. Angket siswa ...............................................................................

  74 Lampiran 4. Angket ahli .................................................................................

  83 Lampiran 5. Jaring Tema ................................................................................ 107 Lampiran 6. Silabus ........................................................................................ 108 Lampiran 7. RPP Pertemuan 1 ........................................................................ 113 Lampiran 8. RPP Pertemuan 2 ......................................................................... 118 Lampiran 9. RPP Pertemuan 3 ......................................................................... 124 Lampiran 10. RPP Pertemuan 4 ....................................................................... 130 Lampiran 11. RPP Pertemuan 5 ....................................................................... 135 Lampiran 12. RPP Pertemuan 6 ....................................................................... 139 Lampiran 13 Foto ............................................................................................. 141

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran penting.

  Hal ini terbukti dengan adanya penerapan PKn mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Penerapan mata pelajaran PKn ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan rasa bela dan tanggung jawab terhadap Negara Indonesia dan mendidik siswa untuk mengembangkan pendidikan nilai dan pendidikan moral sehingga siswa dapat meningkatkan dan memperbaiki cara berpikir yang kritis, rasional dan kreatif. Selain itu pendidikan kewarganegaraan membantu dan melatih siswa dalam berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam kegiatan bermasyarakat.

  Dari penjabaran di atas maka penerapan mata pelajaran PKn di SD merupakan langkah awal yang tepat untuk mengajarkan dan memperkenalkan kepada siswa mengenai hidup berbangsa dan bernegara, serta dapat menjadikan siswa untuk memiliki rasa kebanggaan terhadap negara Indonesia dan ketika sudah dewasa siswa memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan negara Indonesia terutama di era globalisasi ini. Dalam wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas dan guru pengampu mata pelajaran PKn di kelas III SD BOPKRI Gondolayu, peneliti memperoleh hasil bahwa mata pelajaran PKn tidak banyak atau kurang diminati oleh siswa. Guru juga menyampaikan bahwa kurang berminatnya siswa terhadap mata pelajaran PKn ini dikarenakan PKn merupakan pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan dipahami oleh siswa karena menghafal materi yang ada dalam buku. Selain itu guru juga mengutarakan bahwa ada beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM yang telah ditetapkan.

  Nilai KKM untuk mata pelajaran PKn di SD BOPKRI Gondolayu mencapai 65. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah penggunaan bahan ajar dalam proses belajar mengajar. Melalui wawancara tersebut guru mengakui bahwa bahan ajar yang digunakan guru memang kurang menarik dan inovatif karena terlalu banyak tulisan yang harus dihafalkan oleh siswa sehingga menyebabkan minat siswa untuk belajar PKn rendah.

  Selain wawancara peneliti juga melakukan pengamatan langsung atau observasi di kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu. Peneliti mengamati beberapa hal yang dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam pengamatan ini peneliti mengamati bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar dapat dikatakan kurang inovatif karena guru masih cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan terlihat pula siswa kurang aktif dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru serta mencatat apa yang dijelaskan guru. Selain pengamatan terhadap metode yang digunakan guru dalam mengajar, peneliti juga mengamati bahan ajar yang digunakan dalam mengajar. Seperti pada penjelasan dari hasil wawancara, guru memang menggunakan bahan ajar yang kurang menarik dan kurang inovatif, sehingga minat terhadap mata pelajaran PKn kurang.

  Bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar dalam penyampaian materi Dalam mata pelajaran PKn masih banyak digunakan bahan ajar yang berupa tulisan dan hafalan saja, bahan ajar yang berupa hafalan saja sangat dimungkinkan bagi siswa merasa sulit untuk memahami materi jika tidak didukung oleh kegiatan-kegiatan yang menarik yang dapat dilakukan siswa dalam pemahaman materi. Bahan ajar yang menarik akan membantu siswa memahami materi dan siswa tidak akan merasa sulit dan bosan untuk belajar karena siswa merasa tertantang dengan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam bahan ajar tersebut. Mulai dari bahan ajar yang inovatif yang nantinya akan membantu pemahaman siswa mengenai materi dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dinginkan. Bahan ajar dapat dilengkapi dengan model-model pembelajaran agar lebih menarik dan inovatif.

  Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan salah satu model pembelajaran yang menawarkan bermacam-macam cara seorang pengajar dalam mendampingi pelajar mereka untuk memudahkan proses belajar. PPR juga menekankan pengajaran atau proses belajar mengajar melalui konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Konteks dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan pengetahuan siswa agar memiliki hubungan yang akrab dengan komunitas di sekitarnya serta memiliki penghayatan dalam bersikap dan berperilaku. Pengalaman dimaksudkan agar pengajar atau guru dalam melakukan proses pembelajaran dapat merangsang siswa untuk mengingat dan mengumpulkan berbagai pengalaman siswa yang berhubungan dengan bidang studi yang sedang mereka simak. Dengan pemberian refleksi diharapkan siswa dapat mengingat, memahami, berimajinasi dan mengenai apa yang telah siswa alami. Dalam aksi yang siswa pelajari dan menerapkan apa yang telah siswa alami. Sedangkan evaluasi merupakan suatu keharusan yang akan mengembangkan akademik dan menyiapkan siswa menjadi kompeten dibidang studi yang dipelajari. PPR juga mengajak kita untuk menjadi pribadi manusia yang utuh yang mengarah pada 3C yaitu Competence (mengembangkan kompetensi secara utuh), Conscience (mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani), Compassion (keterlibatan dalam memiliki bela rasa terhadap sesama). Sehingga apabila penggunaan model pembelajaran PPR ini diterapkan pada bahan ajar akan membantu siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjadikan siswa pribadi yang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

  Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan pengembangan bahan ajar yang dapat mempermudah guru dalam penyampaian materi dan menciptakan kondisi belajar yang mengaktifkan siswa atau melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu peneliti menawarkan pengembangan bahan ajar yang menggunakan model pembelajaran PPR di kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: seperti apakah bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn yang digunakan dalam model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

  Untuk menjawab pertanyaan di atas peneliti merumuskan pertanyaan sebagai

  1.2.1 Bagaimana pengembangan bahan ajar PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

  1.2.2 Bagaimana pengembangan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn berdasarkan teori perkembangan dan model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

  1.2.3 Bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran PKn kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah menghasilkan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn yang digunakan dalam model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2. Tujuan penelitian dirinci dalam sub bab sebagai berikut:

  1.3.1 Menghasilkan bahan ajar PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2.

  1.3.2 Menghasilkan pengembangan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn berdasarkan teori perkembangan dan model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester.

  1.3.3 Mengetahui cara pengembangan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2

  1.4 Spesifikasi Produk

  Prototipe produk yang akan dihasilkan dari penelitian ini bahan ajar yang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) PKn kelas III SD BOPKRI Gondolayu. Dalam LKS berisi berbagai macam kegiatan menarik yang dapat dilakukan siswa seperti: menonton video, melakukan permainan, bernyanyi, dan penyampaian materi yang tidak membosankan dan tidak berupa hafalan. Dalam prototipe produk yang akan disusun meliputi cover, SK, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran, penyampaian materi dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan langkah-langkah PPR

  1.5 Pentingnya Pengembangan

  1.5.1 Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn SD serta dapat mengembangkan bahan ajar yang inovatif berupa LKS PKn SD yang belum pernah ada di SD.

  1.5.2 Bagi Guru Dapat menambah referensi bahan ajar yang dapat digunakan dalam mengajar khususnya dalam pembelajaran PKn serta dapat mempermudah guru untuk mengajar lebih baik dan lebih kreatif dalam mengajar sehingga siswa tidak akan merasa bosan.

  1.5.3 Bagi Siswa Bagi para siswa dapat memiliki bahan ajar yang menyenangkan untuk belajar Pkn serta siswa dapat lebih mudah belajar karena siswa tidak perlu lagi untuk menghafal materi yang terlalu banyak tetapi memahami dan mengerti mengenai materi tersebut.

  1.5.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya sangat bermanfaat untuk bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Asumsi dan Batasannya Pengembangannya

  Adapun asumsi dan batasan pengembangan yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1.6.1 Asumsi

  1.6.1.1 Jika pengembangan bahan ajar PKn dikembangkan sesuai prosedur pengembangan maka akan menjawab kebutuhan siswa.

  1.6.1.2 Jika pengembangan bahan ajar PKn ini dikembangkan berdasarkan teori belajar dan model pembelajaran pedagogi reflektif akan menghasilkan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.

  1.6.1.3 Jika langkah-langkah pengembangan bahan ajar PKn sesuai dengan prosedur pengembangan maka akan menghasilkan bahan ajar yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

  1.6.2 Batasan Pengembangan

  Adapun batasan pengembangan prototipe produk ini adalah:

  1.6.2.1 Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III.1 SD BOPKRI

  Gondolayu Yogyakarta yang berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 10 siswa

  1.6.2.2 PKn PKn memperkenalkan kepada siswa mengenai hidup berbangsa dan bernegara, serta dapat menjadikan siswa untuk memiliki rasa bangga terhadap negara Indonesia

  1.6.2.3 Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif Suatu model pembelajaran yang dapat membantu para pelajar dalam mengembangkan diri sebagai manusia yang kompeten, bertanggung jawab dan memiliki rasa belas kasih terhadap sesama

  1.6.2.4 Prototipe produk Gambaran mengenai produk yang akan dikembangkan atau dihasilkan sesuai tujuan yang akan dicapai. Prototipe produk yang akan dikembangkan oleh peneliti adalah bahan ajar yang berupa LKS .

  1.6.2.5 Bahan Ajar Segala bahan yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi. Bahan ajar yang akan dikembangkan peneliti berupa LKS.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

  Pada siswa sekolah dasar kelas III merupakan siswa yang memiliki usia 7- 8 tahun. Piaget mengatakan bahwa siswa kelas III masuk pada tahap operasional konkret. Di mana pada tahap ini cara berpikir siswa mulai dari konkret yaitu dengan melihat dan mengalami sendiri hal-hal yang nyata. Selain itu anak usia sekolah dasar juga memiliki cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik melalui perkembangan bahasanya. Hal ini sesuai dengan teori Vygostky yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa merupakan bagian penting dalam teori Vygostky, sebab melalui bahasa kita dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.

  PPR merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk teori perkembangan dan pembelajaran. Ini dikarenakan PPR menerapkan interaksi yang terus menerus antara pengalaman, refleksi, aksi. Dalam interaksi ini siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses belajar. Di mana dalam proses belajar siswa menemukan pengetahuan yang telah diperoleh dan dapat meningkatkan kemampuan melalui interaksi secara langsung. Untuk meningkatkan pengetahuan perlu adanya materi-materi yang dikemas dalam bahan ajar.

2.1.1 Teori Pengembangan

2.1.1.1 Teori Perkembangan Menurut Piaget

  Piaget dalam Suparno (2001) mengatakan tahap perkembangan kognitif anak meliputi: Tahap Sensori Motor (0-2 tahun), Tahap Pra Operasional (2-7 tahun), Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun), Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas).

  Suparno (2001) mengatakan bahwa pada tahap sensori motor (umur 0-2 tahun) intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan indrawi anak terhadap lingkungan, seperti: melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau dan lain- lain. Pada tahap pra operasional (umur 2-7 tahun) pikiran anak-anak dicirikan oleh egosentrisme, animisme, heteronomi moral, memandang mimpi sebagai peristiwa di luar dirinya, kurangnya kemampuan mengklasifikasi. Tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun) anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi.

  Pada tahap Operasional Formal (11 hingga dewasa) cara berpikir anak sudah mulai berpikir secara abstrak. Dalam tahap ini anak sudah dapat memahami suatu konsep tertentu. Selain itu pada tahap ini seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu (Suparno, 2001).

  Piaget dalam Slavin (2008) mengemukakan tahap perkembangan kognitif dalam tabel sebagai berikut:

  Tabel 1. Perkembangan Kognitif Piaget Tahap Perkiraan Pencapaian Utama Usia

  Sensorimotor Lahir hingga Pembentukan konsep “ketetapan objek” dan 2 tahun kemajuan bertahap dari perilaku reflektif ke perilaku yang diarahkan tujuan.

  Praoperasional 2 hingga 7 Perkembangan kemampuan menggunakan tahun simbol-simbol untuk melambangkan objek di dunia ini. Pemikiran tetap egosentris dan terpusat. Operasional 7 hingga 11 Perbaikan kemampuan berpikir logis. Konkret tahun Kemampuan-kemampuan baru meliputi penggunaan operasi yang dapat dibalik.

  Pemikiran tidak terpusat dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh egosentrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin. Operasional 11 tahun Pemikiran abstrak dan semata-mata simbolik Formal hingga dimungkinkan. Masalah dapat dipecahkan dewasa melalui penggunaan eksperimentasi sistematik.

  Dari tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dijelaskan bahwa setiap tahap perkembangan anak memiliki ciri pencapaian atau perubahan perilaku.

  Subyek penelitian ini adalah anak kelas III SD di mana anak kelas III masuk dalam tahap operasional konkret di mana cara berpikir anak pada tahap operasional konkret mulai dari konkret ke yang abstrak. Selain perkembangan kognitif Piaget pada anak adapula perkembangan afektif Kolhberg yang terjadi pada anak.

2.1.1.2 Teori Perkembangan Afektif Kolhberg

  Selain teori perkembangan kognitif anak menurut Piaget, adapula teori perkembangan moral menurut Kolhberg. Teori perkembangan moral merupakan teori perkembangan di mana anak dapat bernalar dalam situasi tertentu. Teori ini merupakan teori perbaikan dari teori perkembangan Piaget. Kolhberg membagi teori perkembangan moral menjadi beberapa tahap. Berikut ini akan dipaparkan mengenai teori perkembangan moral menurut kolhberg.

  Kohlberg dalam Crain (2007) mengemukakan bahwa tahap perkembangan moral ada enam tahap, yaitu: 1) kepatuhan dan orientasi hukuman, pada tahap ini anak dapat memikirkan apa yang benar yang disebut kebenaran, 2) individualisme dan pertukaran, pada tahap ini anak sudah mulai melihat keberadaan yang berbeda pada setiap masalah 3) hubungan-hubungan antar pribadi yang baik, pada tahap ini anak sudah dapat menekankan mengenai pemahaman untuk menjadi pribadi yang baik, 4) memelihara tatanan sosial, ini adalah tahap saat kepedulian yang ada pada tahap 3 bergeser menuju mematuhi hukuman untuk mempertahankan masyarakat secara keseluruhan. 5) kontrak sosial hak-hak individual, ini adalah tahap saat anak menekankan hak-hak dasar dan proses demokratis, 6) prinsip universal, ini adalah tahap norma etik (kata hati).

  Berdasarkan teori di atas, perkembangan moral anak merupakan perubahan moral anak di mana anak memiliki sikap atau perilaku yang dapat berubah. Dan semakin tinggi tahap perkembangan moral anak semakin terlihat perbuatan moral dan rasa tanggung jawabnya juga semakin tinggi.

2.1.1.2 Teori Perkembangan Menurut Vygotsky

  Dalam teori perkembangan anak menurut Piaget dikatakan bahwa perkembangan anak usia sekolah dasar dibentuk melalui cara berpikir konkret menuju abstrak. Namun dari teori perkembangannya, Vygostky dalam Santrock (2009) mengatakan bahwa anak dapat mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis dan rasional yang diperoleh dari hasil dialog bersama pembimbing yang terampil. Perkembangan bahasa merupakan bagian penting dalam teori Vygotsky sebab melalui bahasa kita dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Sama halnya dengan Piaget, Vygostky membagi 4 tahap dalam perkembangan anak.

  Vygotsky dalam Slavin (2008) menjelaskan bahwa tahap perkembangan seorang anak dibagi menjadi beberapa tahap (1) Percakapan pribadi, pada tahap ini anak mudah untuk menyerap apa yang dikatakan dan didengar dari orang lain kemudian apa yang telah diserap dan didengar dari orang lain digunakan sendiri untuk membantu dalam memecahkan masalah. (2) Zona perkembangan proksimal (zona of proximal development), pada tahap ini seorang anak dapat memperoleh keterampilannya sendiri dan memiliki rasa tanggung jawab yang diperoleh dengan bantuan seorang pengajar yang berkompeten. (3) Perancahan, pada tahap ini anak diberikan banyak dukungan selama awal pembelajaran dan kemudian secara perlahan anak dibiarkan untuk membentuk rasa tanggung jawab terhadap apa yang dipelajarinya. (4) Pembelajaran Kerjasama, pada tahap ini anak dimungkinkan dapat mencapai percakapan batin dari seoarang anak dengan anak lain di mana mereka akan mendapatkan pemahaman tentang proses penalaran satu sama lain.

  Dalam tahap perkembangan Vygostky anak usia sekolah dasar masuk pada tahap zona perkembangan proksimal (ZPD) di mana pada tahap ini dikatakan bahwa anak memperoleh keterampilan dan rasa tanggung jawab dengan bantuan seorang pengajar yang kompeten.

2.1.2 Teori Konstruktivisme

2.1.2.1 Hubungan Teori Konstruktivisme dengan Teori Belajar

  Teori konstruktivisme adalah suatu filsafat yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar. Carey dalam Suparno (1997) menguraikan ada dua perubahan konsep:

  

restrukturisasi kuat (perubahan konsep kuat) dan restrukturisasi lemah

  (perubahan konsep lemah). Dalam perubahan konsep kuat seseorang mengubah konsep lama yang telah mereka punyai, sedangkan dalam perubahan konsep lemah seseorang tidak mengubah konsep lama mereka melainkan hanya memperluasnya.

  Selain Carey teori konstruktivisme juga diungkapkan oleh Sukardjo (2009) yang mengaitkan teori konstruktivisme dengan pembelajaran, teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan bermakna. Sehingga dalam konstruktivisme peran siswa sangat penting untuk membangun kebiasaan berpikir yang membutuhkan kebebasan dan sikap belajar.

  Trianto (2009) menyatakan bahwa dalam teori konstruktivisme siswa dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Menurut teori konstruktivisme ini satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan siswa diharuskan untuk membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

  Dari penjelasan teori konstruktivisme di atas, menjelaskan bahwa terjadi keterhubungan antara teori konstruktivisme dan teori belajar yaitu sama-sama membentuk pengetahuan dari orang yang sedang belajar, pengalaman, fenomena, fakta-fakta yang ada dan informasi atau skema yang dari objek, kejadian, atau ide sendiri.

2.1.2.2 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar

  Menurut kaum kontruktivis dalam Suparno (1997) menjelaskan bahwa belajar adalah proses aktif pelajar membentuk arti baik itu teks, dialog, pengalaman dan lain-lain. Belajar dapat menghubungkan antara pengalaman yang telah terjadi dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sehingga mendapatkan pengetahuan baru.

  Selain itu Suparno (1997) mengungkapkan belajar berarti membentuk makna. Pembentukan makna dialami oleh siswa dari cara siswa melihat, mendengar, merasakan dan mengalami. Dari proses yang dialami siswa tersebut maka siswa dapat belajar dari apa yang telah dialaminya.

  Jadi implikasi konstruktivisme terhadap proses belajar merupakan proses di mana pengetahuan yang dibentuk diperoleh dari pengalaman yang telah kemampuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar. Selain itu kelompok belajar dianggap sangat membantu belajar karena mengandung beberapa unsur yang berguna yang menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang.

2.1.2.3 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Mengajar

  Suparno (1997) menjelaskan bahwa mengajar adalah proses membantu seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Pembentukan pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri terhadap fenomena ataupun objek yang dilihat. Dalam mengajar guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan tambahan.

  Selain sebagai fasilitator tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah menjadi mitra yang aktif bertanya, merangsang pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan murid mengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis menguji konsep murid. Yang terpenting adalah menghargai dan menerima pemikiran murid apapun adanya sambil menunjukkan apakah pemikiran itu jalan atau tidak. Guru harus menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menerima gagasan murid yang berbeda.

  Untuk mendukung teori-teori yang telah dibahas sebelumnya, peneliti juga menggunakan teori model pembelajaran Pedagogi Reflektif guna mendukung teori-teori perkembangan dan teori pembelajaran. Oleh karena itu peneliti akan menjelaskan lebih lanjut mengenai teori model pembelajaran Pedagogi Reflektif.

2.1.3 Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)

  2.1.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)

  Subagya (2008: 39) mengungkapkan sebagai berikut: Pedagogi Reflektif merupakan suatu cara bertindak yang dapat kita ikuti dengan mantap karena sungguh-sungguh membantu para pelajar berkembang menjadi manusia yang kompeten, bertanggung jawab dan berbelas kasih.

  Dalam model pembelajaran Pedagogi Reflektif tidak hanya memberikan teori saja melainkan memberikan sarana praktis guna meningkatkan cara guru mengajar dan cara pelajar belajar. Pedagogi Reflektif menawarkan 5 langkah yang dapat diterapkan proses mengajar yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

  2.1.3.2 Langkah-langkah Pedagogi Reflektif (PPR)

  Subagya (2010) mengatakan di dalam proses PPR terdapat lima langkah yang harus ada dalam pembelajaran yang menerapkan Pedagogi Reflektif yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi.

  Dalam konteks seorang pengajar harus memperhatikan tiga hal yaitu: a) mengenai wacana tentang nilai-nilai yang ingin dikembangkan, agar semua anggota komunitas, guru dan siswa menyadari bahwa yang menjadi landasan pengembangan bukan aturan, perintah, sanksi-sanksi, melainkan nilai-nilai kemanusiaan, b) contoh-contoh penghayatan mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan, lebih-lebih contoh dari pihak guru. Kalau itu ada, maka siswa akan cenderung melihat, bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai yang dihayati lingkungannya, c) hubungan akrab, saling percaya, agar bisa terjalin dialog yang saling terbuka antara guru dan siswa. Setiap orang dihargai ditunjukkan kebaikannya, ditantang untuk melakukan yang benar, baik dan indah.

  Pengalaman berarti mengenyam suatu hal dalam batin. Pengalaman tidak terbatas pada suatu pemahaman intelektual saja tetapi dapat dengan menunjukkan suatu kegiatan yang memuat pemahaman kognitif terhadap apa yang telah disimak yang memuat unsur afektif yang dapat dihayati peroleh siswa. Pada tahap awal pengalaman baik langsung maupun tidak langsung diharapkan agar para pelajar atau siswa dapat menyerap data sekaligus mengalami reaksi afektifnya. Sering kali tidak mungkin guru (fasilitator) menyediakan pengalaman langsung mengenai nilai-nilai yang lain. Untuk itu siswa difasilitasi dengan pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman tidak langsung bisa diciptakan, misalnya dengan membaca dan/atau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya guru (fasilitator) memberi sugesti agar siswa mempergunakan imajinasi mereka, mendengar cerita dari guru, melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, atau melihat tayangan film atau video.

  P3MP-LPM (2012) menjelaskan bahwa refleksi merupakan unsur yang penting dalam pendidikan Ignasian karena menjadi penghubung antara pengalaman dan tindakan. Refleksi merupakan proses di mana seseorang melakukan suatu tindakan untuk memperoleh perubahan pribadi guna mempengaruhi perubahan lingkup sekitarnya. Refleksi dapat dilakukan dengan cara: (1) Menggunakan ingatan, di mana ingatan ini digunakan untuk mengingat apa yang telah dipelajari, (2) Memberdayakan hati, di mana cara ini dimaksudkan untuk mencermati apa yang dirasa setelah mempelajari materi, (3) Mengaktifkan pikiran, dalam mengaktifkan pikiran kita diajak untuk memperdalam pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari, (4) Menghidupkan kehendak, cara ini dimaksudkan untuk melihat sikap dan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya setelah mempelajari materi.

  Aksi merupakan tindak lanjut atau tindakan nyata yang dilakukan setelah melakukan refleksi. Dalam aksi guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan membangun niat dan perilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk pribadinya agar nantinya (lama-kelamaan) menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya. Setelah pembelajaran, guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari sisi akademik. Ini adalah hal wajar dan merupakan keharusan. Sekolah memang dibangun untuk mengembangkan ranah akdemik dan menyiapkan siswa menjadi kompeten di bidang studi yang dipelajarinya. Namun guru atau sekolah perlu mengevaluasi apakah ada perkembangan pada pribadi siswa.

2.1.3.3 Pembelajaran Berpola Pedagogi Reflektif

  Subagya, dkk (2008) Pembelajaran berpola Pedagogi Reflektif adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuh kembangkan melalui dinamika pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran ini dikawal dengan evaluasi.

  Dalam pembelajaran berpola PPR ini diharapkan agar pembelajaran yang berlangsung dapat mengembangkan nilai-nilai melalui proses pengalaman, dengan tujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.3.4 Kelebihan dan Keuntungan Pedagogi Reflektif

  Subagya, dkk (2008) mengungkapkan kelebihan atau keuntungan kita dalam menerapkan Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran di sekolah antara lain:

  1. Murah meriah. Dalam pembelajaran yang menggunakan PPR dengan bidang studi yang sesuai seperti PKn tidak diperlukan biaya yang lebih.

  2. Segala kurikulum. PPR ini dapat diterapkan pada semua kurikulum baik KTSP, KBK dan kurikulum 1994. Dalam penerapan di sekolah, PPR dapat pula digunakan pada bidang studi non akademik seperti olah raga, kegiatan ekstrakurikuler , retret, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

  3. Cepat kelihatan hasilnya. Dalam pembelajaran yang menerapkan PPR di kelas maka pengelolaan kelas menjadi mudah, dan proses belajarnya mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan dari teori yang telah dijelaskan, peneliti akan menerapkan teori-teori tersebut ke dalam salah satu mata pelajaran di SD. Pendidikan

  Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang ada di SD dan mata pelajaran PKn sangat cocok untuk dikembangkan dengan teori-teori yang telah dibahas sebelumnya.

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

  Wahab (1995) mengatakan PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hakikat atau intisari PKn adalah pendidikan nilai dan moral.

  Wahab (1995) mengemukakan bahwa nilai-nilai moral Pancasila yang dapat diwujudkan melalui PKn dengan menekankan pada sikap patriotisme antara lain adalah:

  1) Rela berkorban;

  2) Berani dan jujur dalam membela kebenaran;

  3) Menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, dan;

  4) Cinta produksi dalam negeri serta;

  5) Menumbuhkan sikap untuk mampu bersaing dan menjadi keunggulan sebagai bangsa dalam menghadapi era globalisasi dan informasi agar dapat hidup secara baik dalam era pasar bebas dunia pada masa yang akan datang.

  Wahab (1995) berpendapat bahwa Pendidikan nilai paling tidak meliputi empat dimensi utama. Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah: 1)

  Menemu kenali nilai-nilai inti pribadi dan masyarakat;

  2) Inkuiri filosofis dan rasional terhadap nilai-nilai inti tersebut;

  3) Respon afektif atau emotif terhadap nilai-nilai inti tersebut;

  4) Pembuatan keputusan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar berdasarkan inkuiri dan respon.

  Wahana (2009: 9) menjelaskan sebagai berikut: “Landasan konsep yang mendasari PKn yaitu manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan insan sosial politik yang terorganisasi dengan tujuan agar manusia Indonesia tersebut memiliki kemauan dan kemampuan untuk: sadar dan patuh terhadap hukum (melek hukum); sadar dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (melek politik); memahami dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional (insan pembangunan); cinta bangsa dan tanah air (memiliki sikap heroisme dan patriotisme)

  ”.

2.1.4.2 Karateristik Pendidikan Kewarganegaraan

  Wahana (2009) mengatakan bahwa karakteristik umum pada PKn dapat mengembangkan kualitas warga negara dalam aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Kemelekwacanaan kewarganegaraan, yakni pemahaman peserta didik sebagai warga negara tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan demokrasi konstitusional Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran itu.

  2. Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan, yakni kemauan dan kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam komunikasi social cultural sesuai dengan hak dan kewajibannya.

  3. Pemecahan masalah kewarganegaraan, yakni kemauan, kemampuan, dan ketrampilan peserta didik sebagai warga Negara dalam mengambil prakarsa dan atau turut serta dalam pemecahan masalah sosial-kultural kewarganegaraan di lingkunyannya.

  4. Penalaran kewarganegaraan, yakni kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk berpikir secara kritis dan bertanggung jawab tentang ide, instrumentasi dan praktis demokrasi konstitusional Indonesia.

  5. Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab, yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga Negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh tanggung jawab dalam kehidupan demokrasi konstitusional.

2.1.4.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan SD

  Fathurohman dan Wuryandani (2010) mengatakan bahwa tujuan dari PKn Sekolah Dasar yaitu memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut :

  1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan.

  2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dokumen yang terkait

Peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif bagi siswa kelas III reflektif di SD Kanisius Kintelan.

7 53 249

Peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif bagi siswa kelas III SDN Kledokan.

3 41 229

Pengembangan bahan ajar PKn yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw untuk siswa kelas III semester 2 SD Negeri Ungaran 2 Yogyakarta.

0 0 271

Hasil belajar siswa dalam uji coba pembelajaran matematika yang berbasis paradigma pedagogi reflektif di kelas IV SD Kanisius Kadirojo - USD Repository

0 1 98

Efektivitas pengembangan kompetensi siswa dalam pembelajaran matematika berbasis paradigma pedagogi reflektif di kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta - USD Repository

0 0 122

Pengembangan instrumen penilaian PKn yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif teknik STAD untuk siswa kelas IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository

0 0 207

Pengembangan instrumen penilaian PKn dalam model pembelajaran pedagogi reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository

0 5 246

Pengembangan media PKn yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw untuk siswa kelas III semester 2 SD N Ungaran 2 Yogyakarta - USD Repository

0 0 153

Pengembangan instrumen penilaian PKn yang digunakan dalam model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV semester 2 SD N Ungaran II Yogyakarta - USD Repository

0 1 198

Pengembangan bahan ajar PKn yang digunakan dalam model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV SD N Ungaran II Yogyakarta - USD Repository

0 1 219