Pengembangan instrumen penilaian PKn dalam model pembelajaran pedagogi reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PKn DALAM MODEL
PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III
SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
THERESIA TRI WULANDARI
NIM: 081134044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PKn DALAM MODEL
PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III
SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
THERESIA TRI WULANDARI
NIM: 081134044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Kedua orang tuaku Fransiskus Paimin dan Ceacilia Paniyati yang selalu mendoakan dan membimbingku.
Kakakku Eko, Tanto dan Irum. Saudara-saudaraku yang selalu memberi dukungan. Teman-temanku yang tidak dapat kusebutkan satu persatu.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma.
MOTTO
Allah yang telah memulai pekerjaan baik diantara kita
akan menyelesaikannya. (bdk. Flp 16) Untuk segala sesuatu ada waktunya. (pengkotbah)PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Juli 2012 Penulis,
Theresia Tri Wulandari
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Theresia Tri Wulandari Nomor Induk Mahasiswa : 081134044 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul
Pengembangan Instrumen Penilaian PKn Dalam Model Pembelajaran
Pedagogi Reflektif Untuk Siswa Kelas III Semester 2 SD BOPKRI
Gondolayu Yogyakartabeserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 23 Juli 2012 Yang menyatakan,
Theresia Tri Wulandari
ABSTRAK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN
PKnDALAMMODELPEMBELAJARANPEDAGOGI REFLEKTIF
UNTUK SISWA KELAS III SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU
YOGYAKARTA
Theresia Tri Wulandari Universitas Sanata Dharma
2012 Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah tentang instrumen penilaian yang sesuai untuk mata pelajaran PKn dalam model pembelajaran
Pedagogi Reflektif bagi siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Secara khusus, penelitian ini menjawab perumusan tentang (1) instrumen penilaian PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta; (2) instrumen penilaian yang sesuai dengan teori belajar dan model Pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk pembelajaran Pkn pada siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian in adalah penelitian pengembangan (Research & Development). Penelitian pengembangan instrumen penilaian ini hanya sampai pada prototipe.
Hasil dari validasi yang dilakukan oleh tim ahli terhadap instrumen penilaian tersebut mendapatkan skor rata-rata 3,2 dengan kualifikasi sangat baik dalam rentang skala 0-4. Hasil dari penelitian ini adalah instrumen penilaian PKn inovatif yang dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa, teori belajar Piaget, Vygotsky, dan konstruktivisme, dan sesuai dengan model Pembelajaran Pedagogi Reflektif.
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF CIVICS ASSESSMENT INSTRUMENT USING
REFLECTIVE PEDAGOGY LEARNING MODEL FOR GRADE III
SEMESTER 2 BOPKRI GONDOLAYU ELEMENTARY SCHOOL
YOGYAKARTA
Theresia Tri Wulandari Sanata Dharma University
2012 This research was aimed to answer problem about kind of assessment instrument that was suitable for Civics education intregation with Reflective
Pedagogy instruction for grade III students at BOPKRI Gondolayu Elementary School Yogyakarta. Specifically, this research was aimed to answer the problem about (1) the suibtable Civics education assessment instrument that met the needs of grade III students at BOPKRI Gondolayu Elementary School Yogyakarta; (2) kind of Civics education assessment instrument was in accordance with the learning theory and the Reflective Pedagogy instruction for grade III students at BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?
The method used to answer the research problem was research and development (R&D). This assessment instrument developed in this research was limited only on the prototype.
The result of the validity done by the expert team resulted on an average score of 3.2 with the qualification of very good in the scale 0-4. The result of this research was an innovative Civics education assessment instrument that was in accordance with students’ needs, learning theory of Piaget, Vygotsky, and constructivism, and the Reflective Pedagogy instruction model.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Yesus Kristus. Terimakasih atas segala kemudahan yang dibeikan.
2. Ayah dan ibuku yang selalu memberikan dukungan spiritual, moral, maupun material.
3. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
5. Drs. Sutarjo Adisusilo, S.Th., M.Pd. selaku pembimbing I.
6. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku pembimbing II.
7. Bapak/ibu dosen beserta staff yang telah memberikan bekal selama perkuliahan.
8. Sumardi, BA.selaku Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu.
9. Sri Haryati, S.Pd. selaku wali kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu.
10. Ambar Indartiningsih, S.Pd. selaku guru bidang studi mata pelajaran PKn kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu.
11. Siswa-siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2011/2012 yang telah membantu penelitian ini.
12. Sahabatku tercinta, Tika, Erni, Natal, Pita, Niken, Eka, Meylan, Andrea, Fransi, Putri, Ida, Angga yang selalu memberikan doa dan dukungan.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi tercapainya perbaikan yang lebih lanjut.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan bagi dunia pendidikan.
Yogyakarta, 23 Juli 2012 Penulis,
Theresia Tri Wulandari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Spesifikasi Ahli ..................................................................................
35 Tabel 2. Kisi-kisi Observasi ............................................................................
36 Tabel 3. Kriteria Skor .......................................................................................
38 Tabel 4. Jadwal Penelitian................................................................................
39 Tabel 5. Hasil Perhitungan Dari Tim Ahli .......................................................
45 Tabel 6. Komentar Dan Saran Tim Ahli ..........................................................
47
DAFTAR BAGAN Bagan 1. Langkah-langkah Pedagogi Reflektif ...............................................
17 Bagan 2. Skema kerangka berpikir ..................................................................
30 Bagan 3. Langkah-langkah penggunaan metode Research and
Development (R&D) .....................................................................
32 Bagan 4. Langkah-langkah penelitian ..............................................................
33
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat penelitian ............................................................................
59 Lampiran 2. Surat telah melakukan penelitian .................................................
60 Lampiran 3. Hasil rekapitulasi kuesioner.........................................................
61 Lampiran 4. Hasil observasi .............................................................................
63 Lampiran 5.Indikator Analisis Kebutuhan Instrumen Penilaian ......................
64 Lampiran 6.Indikator Penilaian Produk Instrumen Penilaian ..........................
65 Lampiran 7. Jawaban Kuesioner Siswa ...........................................................
66 Lampiran 8. Jawaban Kuesioner Ahli ..............................................................
72 Lampiran 9. Jaring Tema .................................................................................
88 Lampiran 10. Silabus .......................................................................................
89 Lampiran 11. RPP ............................................................................................
98 Lampiran 12. Dokumentasi .............................................................................. 129
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran penting untuk diajarkan di seluruh tingkat pendidikan. Hal ini terbukti dari penerapan PKn di tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Adanya PKn di sekolah diharapkan dapat menumbuhkembangkan rasa bela negara dan cinta tanah air dalam diri siswa. Pendidikan kewarganegaraaan juga diharapkan dapat menjadi bekal bagi siswa untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam bermasyarakat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Wahab, 2011).
Untuk menjadi masyarakat yang bertanggung jawab dan bermoral perlu adanya kerja keras untuk mewujudkannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memasukkan mata pelajaran PKn mulai dari tingkat SD. Cara ini diharapan dapat melatih anak-anak untuk bertanggung jawab dan memiliki sikap moral pancasila yang baik. Sehingga ketika dewasa, mereka terbiasa berperilaku santun dan memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk kemajuan bangsa ini. Dalam wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas dan guru PKn kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta diperoleh hasil bahwa PKn merupakan pelajaran yang tidak diminati oleh siswa. Guru mengatakan bahwa materi mata pelajaran
2 beranggapan materi dalam PKn banyak mengandung hafalan. Hal ini menjadi kendala bagi siswa sebab siswa memiliki rasa malas untuk membaca dan menghafal. Hal ini menjadi salah satu kendala untuk mencapai tujuan dengan baik.
Berhasilnya suatu kegiatan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti metode dan media yang dipakai oleh guru saat menyampaikan materi. Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah penggunaan instrumen penilaian dalam kegiatan penilaian. Hal ini dianggap penting karena instrumen penilaian merupakan alat yang digunakan dalam mengukur kemampuan belajar siswa. Jika pendidik tidak memakai instrumen penilaian yang sesuai maka kemampuan belajar siswa tidak dapat terukur secara menyeluruh.
Dalam mengajar sebaiknya pendidik menerapkan berbagai teknik penilaian dengan instrumen yang beragam. Namun pendidik terkadang merasa bahwa untuk membuat instrumen penilaian yang beranekaragam itu sulit dan menyita waktu padahal instrumen penilaian memiliki peranan yang penting dalam kegiatan penilaian. Melalui penilaian, pendidik dapat mengetahui apakah strategi pembelajaran yang diterapkan selama mengajar sudah membantu siswa mencapai setiap tujuan belajar atau belum. Jika ternyata belum, maka penilaian membantu pendidik dalam memperbaiki dan menyusun strategi pembelajaran baru yang dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Namun pada kenyataannya pendidik jarang memperhatikan dan mengolah instrumen penilaian secara mendalam. Pendidik lebih memilih instrumen penilaian yang mudah seperti penilaian tes. Biasanya penilaian tes digunakan untuk mengukur kemampuan
3 mengukur kemampuan dari berbagai aspek, baik aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Maka dari itu diperlukan suatu instrumen penilaian yang sesuai untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotorik sesuai dengan tahap perkembangan anak.Didalam pelajaran PKn, instrumen penilaian non tes perlu dikembangkan sebab materi dalam PKn tidak hanya memuat materi yang mengembangkan aspek kognitif maupun psikomotorik saja. Tetapi lebih mendorong siswa untuk mengembangkan aspek afektif mereka.
Model pembelajaran pedagogi reflektif merupakan salah satu modelpembelajaran yang dapat diterapkan untuk membantu guru dalam mengajar serta melaksanakan penilaian. Model pembelajaran pedagogi reflektif menekankan pembentukan kepribadian siswa secara utuh melalui konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi (Subagyo, 2010). Melalui pengalaman siswa diharapkan mengalami sendiri proses pembelajaran. Bukan melalui pemberian informasi yang diberikan oleh guru. Dengan refleksi siswa dapat memperdalam pemahaman, yakin akan apa yang dialami dan dipelajari.
Sedangkan melalui aksi siswa diharapkan dapat melakukan atau menerapkan apa yang telah dialaminya. Penerapan model pembelajaran pedagogi reflektif diharapkandapat memberikan dorongan yang kuat kepada siswa untuk secara pribadi terlibat dalam kegiatan pembelajaran, khususnya PKn. Jika siswa mampu terlibat dengan baik, maka penilaian secara afektif dapat dilakukan.
Berdasar keadaan seperti diatas maka diperlukan pengembangan instrumen penilaian PKn yang dapat dijadikan referensi bagi pendidik dalam mengukur potensi dan kemampuan siswa secara menyeluruh. Dalam penelitian ini peneliti
4 pembelajaran pedagogi reflektif.Instrumen penilaian PKn ini akan dikembangkan dengan menggunakan pembelajaran tematik. Hal ini dikarenakan subyek dalam penelitian adalah siswa kelas III SD.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut. Seperti apakah instrumen penilaian yang sesuai untuk mata pelajaran PKn dengan mengembangkan model pembelajaran pedagogi reflektif bagi siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?
Untuk menjawab rumusan utama diatas, peneliti membuat subjudul sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana instrumen penilaian PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?
1.2.2 Instrumen penilaian seperti apa yang sesuai dengan teori belajar dan model pedagogi reflektifuntuk pembelajaran Pkn pada siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah. Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan instrumen penilaian PKn inovatif dengan menggunakan model pembelajaran pedagogi reflektif bagi siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.
1.3.1 Menghasilkan instrumen penilaian PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa
5
1.3.2 Menghasilkan instrumen penilaian PKn yang sesuai dengan teori belajar dan model pembelajaran pedagogi reflektif bagi siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.
1.4 Spesifikasi Produk
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditemukan, peneliti hendak mengembangkan sebuah produk instrumen penilaian PKn bagi siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta dengan model pembelajaran pedagogi reflektif. Produk tersebut berupa buku dengan ukuran A5 atau sekitar 21 cm x 15 Cm. Buku tersebut rencananya berisi contoh kegiatan penilaian tes ataupun non tes beserta instrumen penilaian dan pedoman skoring. Instrumen penilaian yang akan dikembangkan sesuai dengan SK 4 yaitu bangga sebagai bangsa Indonesia dan KD 4.1 mengenal kekhasan bangsa Indonesia seperti kekhasan kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan serta KD 4.2 yaitu menampilkan rasa bangga sebagai anak Indonesia. Buku ini juga dirancang dengan memasukkan kompetensi yang ada dalam PPR, yaitu competence, consience, dan compassion.Subyek penelitian adalah siswa kelas tiga, maka instrumen penilaian PKn dikembangkan dengan pembelajaran tematik yang mengaitkan antara mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, serta Seni Budaya dan Ketrampilan.
1.5 Pentingnya Pengembangan
1.5.1 Bagi Guru Memudahkan guru dalam melakukan penilaian belajar. Menjadi salah satu
6
1.5.2 Bagi Siswa Pengembangan instrumen ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru bagi peserta didik dalam pembelajaran PKn. Selain itu, dengan produk ini juga diharapkan mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran Pkn, serta mendorong siswa agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.
1.5.3 Bagi Peneliti Menambah wawasan peneliti mengenai hal-hal yang terkait dengan pembelajaran PKn. Sebagai acuan peneliti dalam mengajar PKn serta sebagai bahan rujukan atau masukan untuk kepentingan penelitian berikutnya.
1.6 Asumsi dan Batasan pengembangan
1.6.1 Asumsi Peneliti berasumsi dengan adanya produk instrumen penilaian PKn guru akan lebih mudah dalam melakukan kegiatan penilaian. Jika guru menerapkan setiap tugas yang terdapat pada prototipe ini maka penilaian guru akan bervariasi dan mengukur ranah kognitif, afektif, serta psikomotorik pada peserta didik yang dikembangkan melalui model pembelajaran pedagogi reflektif.
Instrumen penilaian yang dikembangkan melalui model pembelajaaran pedagogi reflektif akan membantu guru dalam membimbing peserta didik mencapai tujuan belajar. Terlebih dalam materi PKn menekankan pendidikan nilai dan moral sehingga penilaian yang digunakan lebih baik menggunakan model pedagogi reflektif yang menerapkan kompetensi competence (pengetahuan),
7 nurani serta kepedulian dinilai secara benar maka guru dapat membantu siswa menjadi pribadi yang bernilai dan memiliki moral pancasila.
1.6.2 Batasan pengembangan Pengembangan yang dilakukan hanya terbatas prototipe instrumen penilaian
PKn dengan model pedagogi reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Materi yang dikembangkan sesuai dengan SK dan KD tentang kebanggaan sebagai anak Indonesia. Prototipe dikembangkan dengan model tematik yang mengaitkan antara PKn, Bahasa Indonesia dan Seni Budaya dan ketrampilan karena subyek dalam penelitian ini terbatas pada siswa kelas III.
1.6.2.1 Prototipe Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya sebatas pada pembuatan prototipe. Yang dimaksud prototipe dalam penelitian ini adalah produk sementara dari hasil pengembangan yang belum diujikan kepada subjek.
1.6.2.2 Penelitian Pengembangan Suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk tertentu.
1.6.2.3Penilaian Suatu kegiatan mengukur kemampuan belajar siswa secara sistematis yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
1.6.2.4Instrumen penilaian Instrumen penilaian adalah alat ukur yang digunakan untuk melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.
8
1.6.2.5Pendidikan kewarganegaraan (PKn) Pendidikan kewarganegaraan adalah satu mata pelajaran yang diberikan di
SD berkaitan dengan kewarganegaraan dan sikap-sikap sebagai warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan Pancasila. Dalam penelitian ini, materi PKn yang digunakan terbatas pada SK 4. Memiliki Kebanggaan Sebagai Anak Indonesia.
1.6.2.6Pedagogi Reflektif Pedagogi Reflektif adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan langkahkonteks, pengalaman, aksi, refleksi, dan evaluasi di dalam kegiatan belajar untuk mengembangkan kepribadian siswa, baik secara akademik ataupun non akademik.
1.6.2.6 Tematik Pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.Suatu pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran yang hendak diajarkan.
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Siswa sekolah dasar kelas III adalah siswa dengan rentang usia antara 7- 8 tahun. Piaget mengatakan perkembangan anak pada usia tersebut berada pada periode operasional konkret (Suparno, 2001). Dimana mereka dapat berpikir secara menyeluruh dengan melihat dan mengalami hal-hal yang konkret.Mereka membangun pengetahuan secara individu. Anak usia kelas III berada pada masa senang bermain. Mereka tidak hanya bermain individu tetapi juga dalam interaksi dengan berkelompok. Di dalam kegiatan bermain terdapat proses perkembangan dan belajar. Hal ini sesuai dengan teori Vygotsky yang mengatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh aktivitas dan interaksi (Salkind, 2009).Maka dalam pembelajaran perlu adanya aktivitas dan interaksi yang baik dalam memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan sebaiknya diperoleh dari usaha siswa itu sendiri. Dengan belajar secara langsung dan terlibat secara mendalam, siswa diharapkan secara mandiri dapat memperoleh pengetahuan dari proses belajar yang telah dilakukan. Namun proses belajar mandiri siswa tidak akan berjalan dengan baik jika siswa tidak dapat mengaitkan antara pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru saja didapatkan. Pedagogi reflektifmerupakan
10 Vygotsky sebab model pembelajaran pedagogi reflektif menerapkan interaksi terus menerus antara pengalaman, refleksi, dan aksi. Dimana siswa diajak terlibat secara langsung dan aktif dalam sebuah proses belajar. Siswa mencari pengetahuannya secara mandiri.Sehingga siswa akan lebih mendalami pengetahuan yang telah diperoleh dan meningkatkan kemampuan secara menyeluruh melalui interaksi secara langsung. Untuk mengetahui perkembangan pengetahuan dan kemampuan siswa secara menyeluruh perlu adanya evaluasi atau penilaian.Dalam penilaian diperlukan instrumen penilaian yang bervariasi. Tidak hanya menilai aspek kognitif saja tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.Terlebih dalam mata pelajaran PKn menekankan pendidikan moral yang bertujuan untuk menjadikan warganegara yang baik. Maka perlu adanya suatu instrumen penilaian PKn yang dikembangkan untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.1.1 Teori Perkembangan
2.1.1.1 Teori perkembangan Kognitif Piaget Piaget membedakan perkembangan kognitif anak menjadi empat periode yaitu (1) periode sensori-motor; tahap dimana bayi belajar mengorganisasikan tidakan-tindakan fisik; (2) periode praoperasional; (3) periode operasional konkret; serta (4) periode operasional formal (Salkind, 2009). Periode tersebut akan dijabarkan dibawah ini.
Tahap sensori-motor merupakan tahap pertama bagi perkembangan anak
11 pada gerakan yang mereka senangi. Pada tahap ini anak menggunakan panca indera mereka untuk mengamati dan meniru.Tahap praoperasional merupakan tahapan kedua yang berlangsung pada usia 2-7 tahun didalam perkembangan kognitif Piaget. Pada tahap ini seorang anak akan mengalami perubahan dalam cara berpikir. Mereka akan mulai menggunakan simbol-simbol untuk mendeskripsikan suatu obyek yang mereka lihat. Hal yang menonjol pada tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis seperti gambar. Suparno (2001) menyatakan dengan menggunakan bahasa maka inteligensi anak semakin maju.
Hal inilah yangakan menjadikan anak dapat berbicara tentang berbagai hal tanpa adanya suatu batasan.
Tahap III. Operasi-operasi Berpikir Konkret (7-11 tahun). Pada periode ke tiga ini anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada obyek-obyek dan aktivitas-aktivitas konkret (Crain, 2007). Anak sudah mampu berpikir secara menyeluruh dengan melihat hal-hal yang nyata serta dapat berpikir dengan logika. Tahap IV, periode operasional formal (11 tahun-dewasa). Hal penting dalam tahap ini adalah pemikiran deduktif, induktif, dan abstrak. Anak usia ini dapat berpikir tentang hal yang abstrak. Mereka dapat mengambil suatu kesimpulan dari suatu peristiwa. Di tahap ini mereka mulai maju dalam memahami berbagai konsep dengan baik.
Mereka juga dapat menggabungkan beberapa pemikiran.
2.1.1.2 Teori perkembangan Vygotsky Piaget mengatakan bahwa perkembangan anak dibentuk melalui cara
12 berpendapat bahwa pengetahuan itu dibentuk tidak hanya secara pribadi tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas dan interaksi anakdengan lingkungannya, ataulebih dikenal dengan teori sosiokultural. Perkembangan bahasa merupakan bagian penting dalam teori Vygotsky sebab melalui bahasa kita dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Vygotsky menbagi tahap perkembangan bahasa dalam empat tahap. Tahap yang pertama adalah tahap primitif yang berlansung sejak lahir hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini anak hanya bergumam dan bersuara yang tidak jelas. Pembicaraan anak dalam tahap ini belum memiliki arti bagi perkembangan intelektual anak (Salkind, 2009). Perkembangan tahap kedua menurut Vygotsky berlangsung pada usia 2 sampai 7 tahun. Dalam tahap ini bahasa dan kalimat yang digunakan anak lebih terpadu dalam pembicaraan mereka. Anak menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan kebutuhan. Namun bahasa yang mereka gunakan bukan berasal dari pemikiran anak melainkan dari interaksi anak dengan lingkungan. Tahap yang ketiga dalah tahap tanda-tanda eksternal yang berlansung dari usia 7 sampai 12 tahun. (Salkind, 2009) menyatakan bahwa dalam tahap ini berlangsung interaksi yang dekat dengan antara pemikiran dan bahasa. Berbagai hal yang ada dipikiran anak akan selalu diungkapkan oleh anak. Vygotsky yakin pada tahap inilah pemikiran anak-anak dipengaruhi oleh bahasa dan pemikiran juga akan memperngaruhi bahasa. Tahap yang terakhir adalah tahap pertumbuhan internal yang berlangsung sekitar usia 12 tahun dan seterusnya. Disinilah bahasa berkembang paling baik. Berpikir tentang sesuatu mempengaruhi penyampaian komunikasi dengan orang lain dan juga sebaliknya.
13
2.1.2 Teori Belajar
2.1.2.1 Teori Belajar Konstruktivisme Teori konstruktivisme menekankan bahwa individu membentuk sendiri pengetahuan yang dipelajarinya. Piaget menggunakan beberapa istilah baku seperti skemata, asimilasi, akomodasi, equilibration, serta teori intelek dalam mebicarakan teori konstruktivisme (Suparno, 1997). Skemata merupakan suatu rangkaian proses yang dialami oleh setiap orang didalam kesadarannya. Asimilasi adalah suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasi kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang baru dalam skema yang telah ada. Akomodasi terjadi saat terbentuknya pengetahuan baru yang disebabkan oleh adanya ketidakcocokan antara skema yang telah ada sebelumnya.Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan skemata.
Dalam teori ini Piaget mengatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya (Salkind, 2009). Piaget juga mengatakan perkembangan kognitif anak akan terus berlangsung dari lahir sampai ia menjadi dewasa. Pengetahuan setiap individu terbentuk secara terus-menerus dan skemata dewasa terbentuk berawal dari skemata anak.
2.1.2.2 Teori Belajar Bermakna David Ausubel Suparno (1997) mengatakan bahwa teori belajar bermakna Ausubel sangat dekat dengan inti pokok konstruktivisme. Kedua teori tersebut menekankan
14 baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki. Dari proses asosiasi tersebut makaskema yang dimiliki setiap orang akan berkembang atau mengalami perubahan.
Teori belajar bermakna merupakan proses dimana pengetahuan baru dikaitkan dengan pengetahuan lama. Belajar bermakna dapat terjadi jika anak menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Namun jika pengetahuan baru tidak dihubungkan dengan pengetahuan yang telah ada maka pengetahuan akan dipelajari melalui belajar hafalan. Dahar dalam Mikarsa (2002: 6.15) menjelaskan dua syarat terjadinya belajar bermakna, yaitu materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial dan anak yang akan belajar harus bertujuan berlajar bermakna.
2.1.3 Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain. Depdiknas (2006) menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Pengertian tersebut sama dengan pendapat Trianto (2011) yang mengutarakan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Misalnya tema lingkungan dapat dikaitkan antara mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung. Pernyataan di atas sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik
15 memberikan pengalaman langsung; 3)pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4)menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; 5) bersifat fleksibel; 6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; 7) serta menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
2.1.4 Pedagogi Reflektif (PR)
2.1.4.1 Pengertian Pedagogi Reflektif (PR) Pedagogi Reflektif (PR) merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan pemahaman masalah dunia, kehidupan dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses yang terpadu sehingga nilai-nilai dapat muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik melalui refleksi. Di dalam pembelajaran PR, refleksi merupakan unsur khas yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pendidikan Jesuit yaitu sebuah pendidikan yang beranggotakan serikat Jesus (Jesuit) pedagogi reflektif sering juga disebut dengan paradigma Ignasian. Subagya (2010: 39)
“paradigma Ignasian dalam pendidikan Jesiut merupakan suatu cara bertindak yang dapat kita ikuti dengan mantap, karena sungguh-sungguh membantu para pelajar berkembang menjadi manusia kompeten, bertanggungjawab, dan berbelas kasih ”.
2.1.4.2 Langkah-Langkah PR Subagya (2010) yang mengatakan bahwa didalam proses PR terdapat limaaspek yang harus dilaksanakan, yaitu 1) konteks, 2) pengalaman, 3) refleksi,
4) aksi, 5) evaluasi. Konteks yang perlu diperhatikan yaitu bahan pengajaran yang
16 merupakan suatu kebulatan supaya pemahaman siswa menjadi utuh. Dan nilai kemanusiaan yang diperjuangkan juga perlu disesuaikan dengan konteks siswa.Misalnya apakah sesuai dengan taraf perkembangan pribadi, sesuai dengan agama, etnis, visi/misi sekolah. Melalui pengalaman perkembangan nilai kemanusiaan dapat berkembang dengan efektif.Maka dianjurkan supaya siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan itu dalam kegiatan belajar.
Refleksi merupakan suatu proses yang memunculkan atau memahami makna dari peristiwa yang telah dialami. Di dalam PR, refleksi merupakan unsur pokok yang harus ada dalam proses pembelajaran. Tim Kanisius (2008) menyatakan bahwa dengan refleksi siswa menjadi sadar sendiri, mengambil sikap sendiri, dan berbuat sesuai dengan sikap-sikap tersebut. Tahap selanjutnya dalam PR setelah melalui tahap refleksi adalah aksi. Dalam tahap ini siswa dibimbing membuat suatu niat sesuai dengan pengalaman dan hasil refleksi yang telah diperoleh untuk diwujudkan dalam perbuatan atau tindakan-tindakan mereka. Sedangkan evaluasi, untuk mengukur seberapa jauh pengetahuan dan ketrampilan siswa yang sudah dikuasi maka guru perlu melakukan penilaian.
17
Bagan 2.1Langkah-langkah Pedagogi Reflektif Sumber: Tim Kanisius(2008: 41)
2.1.4.3 Kelebihan PR Kanisius (2008) menyatakan bahwa PR memiliki kelebihan, antara lain sebagai berikut: 1) Murah meriah, 2) segala kurikulum, 3) cepat kelihatan hasilnya. Secara ringkas Subagya (2010) merumuskan keuntungan PR sebagai
18 pengalaman, refleksi, dan aksi; pedagodi reflektif tidak memerlukan banyak aturan dan banyak sangsi yang akan diberikan pada siswa yang melanggar aturan.
Dari segi pendidikan kristiani/pendidikan kemanusiaan: cirri khas sekolah kristen/katolik dapat diwujudkan dalam kegiatan kelas sehari-hari. Menjadikan keunggulan sekolah yang tidak dapat diungguli sekolah lainnya. Ada juga dampak lain dari model pembelajaran PR, yaitu menambah calon siswa dalam penerimaan siswa baru (PSB).
2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
2.1.5.1 Pengertian PKn Dalam kamus kamus besar bahasa Indonesia (2008), pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar menjadi warga negara yang baik. Sehingga mampu hidup bersama-sama dalam masyarakat baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga negara.
Pendidikan kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa (Kaelan, 2007). Adapun objek material dalam PKn adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik yang empirik maupun yang non empirik, yaitu meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga negara Indonesia dalam kesatuan bangsa dan negara. Selain itu PKn mengarah pada warga negara Indonesia dalam hubungannya dengan negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia (Kaelan, 2007)
19
2.1.5.2 Tujuan PKn Hakikat atau intisari atau dasar PPKN seperti halnya PMP adalah juga pendidikan nilai dan moral (Wahab, 1997). Sebagai pendidikan nilai dan moral mata pelajaran PPKN di SD diharapkan dapat meletakkan dasar-dasar kepribadian Indonesia yang didasari oleh nilai moral Pancasila dan secara khusus: 1) mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; 2) mengembangkan dan membina siswa yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur; 3) membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antar sesama anggota keluarga, sekolah dan masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Wahab, 1997: 23).
Tujuan PKn berdasarkan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI /kep- /2006 yang termuat dalam Kaelan (2007: 2) dijabarkan sebagai berikut:
1. Visi PKN merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan progam studi, guna memantapkan kepribadian sebagai manusia seutuhnya.
2. Misi Membantu memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
20 Sedangkan tujuan PKn sebagaimana yang tercantum dalam lampiran
Permendiknas nomor 22/2006 yang termuat dalam Wahab (2011) yaitu 1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; 3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa- bangsa lainnya; 4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai warga negara kita diharapkan memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air, serta memiliki daya saing, disiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
2.1.5.3 Ruang Lingkup PKn Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi berbagai aspek. Menurut
Faturrhoman (2011) aspek yang ada dalam ruang lingkup PKn adalah 1) persatuan dan kesatuan bangsa; 2) norma, hukum dan peraturan; 3) hak asasi manusia, 4) kebutuhan warga negara; 5) konstitusi negara; 6) kekuasaan dan politik; 7) pancasila; 8) dan globalisasi.
Dalam penelitian ini akan membahas materi kebudayaan di era globalisasi. Sekarang ini banyak kebudayaan bangsa yang hampir dilupakan akibat adanya globalisasi. Di dalam ruang lingkup PKn, kebudayaan dan dampak globalisasi termasuk dalam aspek persatuan dan kesatuan serta globalisasi. Persatuan dan
21 Indonesia, Sumpah Pemuda, keutuhan negara Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. Sedangkan globalisasi meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi(Faturrohman, 2011).
Amin (2011) mengutarakan bahwa globalisasi berkembang melalui proses yang dipengaruhi oleh perkembangan yang begitu pesat pada bidang teknologi komunikasi atau informasi, transportasi dan perdagangan. Adanya globalisasi mengancam adanya kebudayaan yang terikat dan beranekaragam. Jika tidak waspada terhadap arus globalisasi maka kebudayaan bangsa perlahan-lahan akan hilang. Untuk itu perlu diajarkan pendidikan karakter sejak dini untuk membentuk karakter bangsa yang kuat.
2.1.6 Instrumen Penilaian
2.1.6.1 Pengertian Instrumen Penilaian Dalam penilaian ada beberapa istilah yang saling berkaitan dengan pengertian penilaian yaitu pengukuran, penilaian dan evaluasi. Depdiknas
(2008:14) me ngutarakan bahwa “pengukuran adalah suatu proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu
”. Kata pengukuran seringkali dikaitkan dengan kata penilaian.Padahal kedua kata ini berbeda.
Penilaian adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja
22 sebenarnya kata ini berbeda. Evaluasi dilakukan setelah kegiatan penilaian dilaksanakan. Bloom (1971) dalam Daryanto (2007:1) mengatakan bahwa:
“evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to
determine whether in fact certain change are taking place in the learners as well as to determine the amount or degree of change in individual students.”
Stufflebeam (1997) dalam Daryanto (2007:1-2) juga berpendapat bahwa:
“evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives.”
Dalam KBBI (2001) kata instrumen dapat diartikan sebagai: 1) alat yang digunakan dalam suatu kegiatan; atau 2) sarana untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian adalah suatu alat ukur yang digunakan dalam kegiatana penilaian.Sedangkan Wardhani (2010) menyatakan instrumen penilaian hasil belajar adalah alat (ukur) yang digunakan dalam rangka kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
2.1.6.2 Tujuan Penilaian Penilaian hasil belajar bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran
(Wahab, 2011). Maka pendidik perlu mengembangkan beragai instrumen penilaian agar dapat dilakukan penilaian secara menyeluruh dalam berbagai aspek.
Muslich (2011) merinci tujuan penilaian sebagai berikut: 1) penilaian memberikan informasi terhadap kemajuan hasil belajar peserta didik; 2)
23 belajar lebih lanjut; 3) penilaian dapat digunakan guru atau siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik; 4) memberikan motivasi belajar kepada siswa dengan memberikan informasi tentang kemajuan belajarnya dan merangsangnya untuk melakukan usaha perbaikan; 5) memberi informasi segala aspek kemajuan peserta didik yang dapat guru untuk membantu pertumbuhan siswa secara efektif sehingga menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh; 6) penilaian juga digunakan untuk memberikan bimbingan yang tepat kepada siswa untuk memilih sekolah atau jabatan sesuai dengan ketrampilan, minat dan kemampuan.
2.1.6.3 Fungsi penilaian Penilaian berbasis kelas memiliki beberapa fungsi.Menurut Muslich
(2011) fungsi penilaian bagi siswa untuk membantu mewujudkan dan mengembangkan dirinya menuju lebih baik. Penilaian juga dapat membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya. Bagi guru penilaian berfungsi untuk mengetahui apakah metode mengajar yang digunakannya telah memadai serta membantu dalam membuat pertimbangan dan keputusan administrasi. Sedangkan Arifin (2009) menjelaskan fungsi evaluasi sebagai berikut: 1) evaluasi berfungsi untuk perbaikan dan pengambangan sistem pembelajaran; 2) untuk akreditasi. Namun jika dilihat secara menyeluruh, (Arifin, 2009: 16) menuliskan bahwa evaluasi berfungsi sebagai berikut:
1. Secara psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang dicapai.
24
2. Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat.
3. Secara ditaktis-metodis, untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing.
4. Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompok.
5. Mengetahui taraf kesiapan pesserta didik dalam menempuh program pendidikannya.