UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MATERI PECAHAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV MELALUI METODE NUMBERED-HEAD TOGETHER (NHT) DI MI ISLAMIYAH SIDOARJO.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MATERI PECAHAN PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA KELAS IV MELALUI METODE NUMBERED-HEAD

TOGETHER (NHT) DI MI ISLAMIYAH SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

Rohmawati

NIM. D07212034

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PGMI

2016


(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MATERI PECAHAN PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA KELAS IV MELALUI METODE NUMBERED-HEAD

TOGETHER (NHT) DI MI ISLAMIYAH SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada:

Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata 1

Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh:

Rohmawati

NIM. D07212034

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PGMI

2016


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Rohmawati, NIM D07212034, tahun 2016. “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Menghitung Penjumlahan Materi Pecahan Pada Mata Pelajaran

Matematika Kelas IV Melalui Metode NumberedHead Together (NHT)

Di Mi Islamiyah Sidoarjo”.

Siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo mengalami kesulitan dalam menghitung penjumlahan materi pecahan pada mata pelajaran matematika. Dalam pembelajaran Matematika, sering guru menggunakan metode yang tradisional yaitu, ceramah dan Tanya jawab saja. Sehingga, siswa terlihat pasif dan bermain sendiri saat proses pembelajaran. Sehingga kemampuan siswa dalam menghitung penjumlahan pecahan masih rendah. Hal ini dapat kita lihat dari hasil kemampuan belajar matematika pada materi penjumlahan pecahan belum maksimal pada saat pra siklus, yaitu hanya 7 siswa yang tuntas dari 31 siswa dengan KKM 80. Salah satu alternatif yang digunakan dalam mengatasi rendahnya hasil kemampuan siswa menggunakan metode Numbered Head Together (NHT).

Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana penerapan metode Numbered Head Together (NHT) pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo?. 2) Bagaimana peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan pecahan pada mata pelajaran matematika melalui metode Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode Numbered Head Together (NHT) pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo dan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan pada mata pelajaran matematika metode

Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo.

Metode Numbered Head Together (NHT) merupakan sebuah metode diskusi yang memastikan setiap individu mempunyai tanggung jawab dalam diskusi kelompok .

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin yang dilakukan dalam dua siklus untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan pecahan melalui metode NHT. Yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Sidoarjo. Dengan jumlah 31 siswa yang terdiri 18 siswi perempuan dan 13 siswa laki-laki. Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi guru dan siswa, tes dan dokumentasi.

Dari hasil analisis ini dapat diketahui bahwa: (1) Penerapan metode

Numbered Head Together (NHT) siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo dapat

meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika, dapat terlihat pada siklus I observasi guru 81,25 dan siswa 72,54 , sedangkan pada siklus II observasi guru 89,58 dan siswa 96,08. (2) Peningkatan kemampuan menghitung


(8)

penjumlahan pecahan siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo pada materi pecahan meningkat. Hal ini dapat dilihat pada prosentase ketuntasan peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan pecahan siswa pada siklus I mencapai 48,27% dengan rata-rata nilai 64,45, sedangkan pada siklus II mencapai 77,42% dengan rata-rata kelas 83,45.

Kata Kunci :Kemampuan Menghitung , Matematika, Metode Numbered Head Together (NHT).


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL. ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR RUMUS ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tindakan yang Dipilih... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Lingkup Penelitian ... 6

F. Signifikansi Penelitian ... 7

BAB II: KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Kemampuan Menghitung 1. Pengertian Kemampuan Menghitung ... 9

2. Indikator Peningkatan Kemampuan Menghitung Penjumlahan Pecahan ... 11

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menghitung Penjumlahan Pecahan ... 12

4. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika ... 13

5. Ranah-Ranah Pembelajaran ... 13

B. Hakikat Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 20

2. Teori-Teori Mengajar Matematika ... 22

3. Tujuan Pelajaran Matematika ... 24

4. Ruang Lingkup Matematika ... 24

5. Materi Penjumlahan Pecahan ... 25

C. Metode Numbered Head Together (NHT) 1. Pengertian Metode Numbered Head Together (NHT) ... 27


(10)

2. Langkah-Langkah Metode Numbered Head Together (NHT) ... 28

3. Manfaat Metode Numbered Head Together (NHT) ... 29

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Mengelilingi Numbered Head Together (NHT) ... 29

BAB III: PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... ...31

B. Setting Penelitian Dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 33

C. Variabel Yang Diselidiki ... 34

D. Rencana Tindakan ... 35

E. Data Dan Cara Pengumpulannya ... 44

1. Sumber Data ... 44

2. Cara Pengumpulannya ... 44

3. Instrumen Pengumpulan Data ... 46

4. Teknik Analisis Data ... 46

F. Indikator Kinerja ... 51

G. Tim Peneliti Dan Tugasnya ... 53

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Siklus I ... 55

2. Hasil Siklus II ... 72

3. Perbandingan Hasil Siklus ... 93

B. Pembahasan 1. Siklus I ... 99

2. Siklus II ... 101

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Tabel Ketuntasan Belajar ... 48

4.1 Tabel Nama-Nama Kelompok Siklus I ... 57

4.2 Tabel Hasil Nilai Post Test Siklus I Dengan Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) ... 60

4.3 Tabel Hasil Kemampuan Menghitung Penjumlahan Pecahan Pada Aspek Indikator Menghitung Penjumlahan Pecahan dengan Penyebut Berbeda Pada Siklus I ... 63

4.4 Tabel Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 67

4.5 Tabel Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 68

4.6 Tabel Nama-Nama Kelompok Siklus II ... 75

4.7 Tabel Data Hasil Nilai Post Test Siklus II Dengan Mengunakan Metode Numbered Head Together (NHT) ... 80

4.8 Tabel Hasil Kemampuan Menghitung Penjumlahan Pecahan Pada Aspek Indikator Menghitung Penjumlahan Pecahan dengan Penyebut Berbeda Pada Siklus II ... 82

4.9 Tabel Perbandingan Data Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I Dengan Siklus II ... 86

4.10 Tabel Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 88

4.11 Tabel Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 90

4.12 Tabel Perbandingan Data Hasil Belajar Nilai Post Test Siklus I Dengan Hasil Kemampuan Menghitung Penjumlahan Pecahan Pada Aspek Indijator Menghitung Penjumlahan Pecahan Penyebut Berbeda ... 94

4.13 Tabel Perbandingan Data Hasil Belajar Nilai Post Test Siklus II Dengan Hasil Kemampuan Menghitung Penjumlahan Pecahan Pada Aspek Indijator Menghitung Penjumlahan Pecahan Penyebut Berbeda ... 96

4.14 Tabel Perbandingan Data Siklus I Dan Siklus II Hasil Kemampuan Menghitung Penjumlahan Pecahan Pada Aspek Indijator Menghitung Penjumlahan Pecahan Penyebut Berbeda ... 97

4.15 Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II . ... 102

4.16 Tabel Rekapitulasi Data Hasil Aspek Indikator Kemampuan Menghitung Penjumlahan Pecahan Siklus I dan Siklus II ... 103

4.17 Tabel Rekapitulasi Data Hasil Observasi Guru Dan Siswa Pada Siklus I Dan Siklus II ... 103


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.2 Gambar Diagram Alur PTK Model Kurt Lewin ... 33

4.1 Gambar Kegiatan Berdiskusi Siklus I ... 58

4.2 Gambar Kegiatan Presentasi Siklus I ... 59

4.3 Gambar Kegiatan Pendahuluan Siklus II ... 74

4.4 Gambar Kegiatan Pembagian Kelompok Siklus II ... 74

4.5 Gambar Kegiatan Inti Siklus II... ... 76

4.6 Gambar Kegiatan Presentasi Siklus II ... 77

4.7 Gambar Kegiatan Mengoreksi Siklus II ... 78

4.8 Gambar Kegiatan Penutup Siklus II ... 79

4.9 Gambar Digram Batang Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Dan Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Dengan Hasil Kemampuan Pada Aspek Indikator Menghitung Penjumlahan Pecahan ... 103


(13)

DAFTAR RUMUS

Halaman

3.1 Rumus Rata-Rata Kelas ... 47 3.2 Rumus Prosentase Ketuntasan Belajar Seluruh Siswa ... 49 3.3 Rumus Rata-Rata Jumlah Nilai Skor Pada Aspek Indikator Menghitung

Penjumlahan pecahan ... 49 3.4 Rumus Prosentase Ketuntasan Pada Aspek Indikator Menghitung

Penjumlahan Pecahan ... 50 3.5 Rumus Nilai Skor Observasi Guru ... 51 3.6 Rumus Nilai Skor Observasi Siswa ... 51


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Profil Sekolah

2. Hasil Validasi RPP Siklus I 3. Hasil Validasi RPP Siklus II 4. Hasil Validasi Butir Soal Siklus I 5. Hasil Validasi Butir Soal Siklus II

6. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Guru Siklus I 7. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa Siklus I 8. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Guru Siklus II 9. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa Siklus II 10. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus I 11. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus II 12. Hasil Observasi Guru Siklus I

13. Hasil Observasi Siswa Siklus I 14. Hasil Observasi Guru Siklus II 15. Hasil Observasi Siswa Siklus II 16. Hasil Wawancara Guru Siklus II 17. Hasil Wawancara Siswa Siklus II 18. Lembar Kerja Siswa Siklus I 19. Lembar Kerja Siswa Siklus II

20. Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus I 21. Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus II 22. Surat Tugas Pembimbing Skripsi

23. Surat Izin Penelitian

24. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 25. Kartu Konsultasi Skripsi


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran di sekolah dasar yang memiliki peran yang sangat penting bagi keberhasilan mata pelajaran lainnya. Banyak orang yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang paling sulit. Meskipun demikian semua orang harus mempelajarinya karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari dalam banyak bidang. Dengan makin banyak digunakannnya matematika dalam berbagai bidang1 maka seorang siswa perlu “melek matematika” untuk mempunyai pendidikan yang lebih baik di masa depan.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk memajukan suatu negara menjadi lebih baik. Dengan adanya pendidikan yang baik, maka akan terciptalah generasi muda bangsa yang dapat membuat perubahan baik negaranya. Pencapaian tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan pengajaran guru dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran yang baik seharusnya dapat meningkatkan aktivitas, kekreatifan dan semangat peserta didik dalam belajar. Lembaga pendidikan tercipta berdasar atas upaya pengembangan masyarakat yang terdidik. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk merubah tingkah laku secara keseluruhan untuk 1

Theresia M. h. Tirta Seputro, Pengantar Dasar Matematika Logika dan Teori Himpunan, (Jakarta: Penerbit Erlangga,1992) hlm 229


(16)

2

berinteraksi dengan lingkungan.2 Sedangkan mengajar merupakan usaha menciptakan sistem lingkungan yang terdiri atas komponen mengajar, tujuan pengajaran, siswa, materi pelajaran, metode pengajaran, dan media pembelajaran.3

Mata pelajaran matematika penting untuk diajarkan di MI karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari siswa-siswi dan diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari matematika lanjut dan mata pelajaran lain. Seorang guru MI yang akan mengajar mata pelajaran matematika memerlukan pemahaman yang memadai tentang hakikat matematika dan bagaimana strategi yang unik serta khas yang harus diajarkan kepada siswa-siswi. Pemahaman tentang hakikat pembelajaran matematika dan pembelajaran matematika merupakan syarat mutlak bagi guru untuk dapat mengajar dengan baik4.

Mata pelajaran Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek konkret atau nyata dan pasti yang membahas mengenai hitungan dalam kehidupan sehari-hari. Ruang lingkup mata pelajaran matematika meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pengukuran, pecahan. Salah satunya materi penjumlahan yang digunakan dalam kehidupan sehari- hari untuk memecahakan masalah.

2

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005), hlm.20. 3

Iskandar wassid, Dadang Sunendar. Strategi Pengajaran Bahasa, (Bandung : Rosdakarya, 1987), hlm.1.

4


(17)

3

Pembelajaran Matematika berada di tingkat sekolah dasar diharapkan adanya reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali merupakan cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas5. Pentingnya mempelajari matematika yaitu untuk menjadi manusia yang lebih teliti, cermat dan tidak ceroboh dalam bertindak karena semua ada perhitungannya, yang bertujuan agar peserta didik dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta untuk memenuhi kebutuhan praktis sehari-hari siswa yang berkaitan dengan hitungan.

Menurut piaget, anak-anak berada pada fase operasional konkret yang memiliki kemampuan untuk mengingat serta menerapkannya lebih mudah diserap6. Oleh karenannya, mata pelajaran matematika diberikan kepada anak MI kelas 1 sampai kelas 6 karena diangap sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam tumbuh kembang pola fikir peserta didik pada fase oprasional.

Pada kenyatannya dari hasil yang dilakukan peneliti, anak-anak sekolah dasar kelas IV di MI Islamiyah Sidoarjo tidak dapat menghitung penjumlahan pecahan dengan baik dan benar serta hasil belajar di bawah dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Menurut hasil data dari guru oleh peneliti, kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah bahwa hasil belajar mata pelajaran matematika dari 31 peserta didik hanya 7 siswa yang mampu

5

Heruman, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: PT Remaja Roesdakarya, 2007), hlm 4 6


(18)

4

menghitung penjumlahan pecahan dan yang belum mampu menghitung penjumlahan pecahan mencapai 24 siswa 7. Metode ceramah yang digunakan guru pada pengajaran Matematika materi penjumlahan pecahan menyebabkan peserta didik malas menghitung, bermain sendiri dan kurang menarik perhatian peserta didik disamping adanya kesulitan pada materi penjumlahan pecahan itu sendiri.

Numbered-Head Together (NHT) merupakan metode varian dari

diskusi kelompok. Pada pembelajaran yang diawali pembentukan kelompok yang kemudian secara individu mengerjakan sebuah soal. Kelebihan metode

Numbered-Head Together (NHT) untuk meningkatkan semangat siswa dalam

belajar karena melakukan metode Numbered-Head Together (NHT) dapat menjadikan siswa siap belajar dengan sungguh-sungguh serta mengajari temannya yang kurang bisa.

Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas, bahwa kesulitan peserta didik dalam melakukan kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan pelajaran matematika kelas IV di Madasah Ibtidaiyah Islamiyah Sidoarjo. Oleh karena itu, peneliti akan mencoba meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan dengan pengunaan metode

Numbered-Head Together (NHT), yang inovatif, variatif, aktif serta

menyenangkan. Metode Numbered-Head Together (NHT), dipilih peneliti sebagai upaya meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan materi

7


(19)

5

pecahan pelajaran matematika siswa karena metode ini digunakan untuk membangun sikap percaya diri siswa dan meningkatkan kerja sama siswa serta diharapkan agar dapat menumbuhkan rasa semangat peserta didik dalam belajar matematika pada materi pecahan. Dari latar belakang di atas maka penelitian mengambil judul “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MATERI PECAHAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV MELALUI METODE

NUMBERED-HEAD TOGETHER (NHT) DI MI ISLAMIYAH SIDOARJO ”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diuraikan peneliti adalah meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan pelajaran matematika siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo. Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan metode Numbered-Head Together (NHT) pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan pecahan pada mata pelajaran matematika melalui metode Numbered-Head

Together (NHT) pada siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo?

C. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih pemecahan yang dihadapi oleh peneliti pada siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo dalam pembelajaran matematika yaitu meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan pada mata


(20)

6

pelajaran matematika metode Numbered-Head Together (NHT). Metode

Numbered-Head Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan menghitung

penjumlahan materi pecahan, karena siswa dapat belajar matematika dengan aktif, kritis serta menyenangkan dan tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru serta dapat berdiskusi dengan teman kelompoknya, sehingga dalam pembelajaran lebih mudah dalam menyelesaikan pemecahan materi pecahan dan menyenangkan.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat di tentukan tujuan Penelitian Tindakan Kelas diantaranya, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Penerapan metode Numbered-Head Together (NHT) pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan

materi pecahan pada mata pelajaran matematika metode Numbered-Head

Together (NHT) pada siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo.

E. Lingkup Penelitian

Pada kali ini peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada mata pelajaran matematika kelas IV di MI Islamiyah Sidoarjo dengan

1. Penelitian ini membahas mengenai upaya meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan mata pelajaran matematika pada


(21)

7

2. Peneliti ini membahas materi pecahan kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo, pada Standar kompetensi: 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar: 6.3 Menjumlahkan pecahan dengan indikator:

6.3.1 mengidentifikasi operasi penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda pada soal cerita .

6.3.2 menghitung operasi penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda pada soal cerita.

3. Subyek peneliti ini hanya dikenakan pada siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan..

4. Dalam proses pembelajaran dan penerapan menggunakan metode Numbered-Head Together (NHT).

F. Signifikasi Penelitian

Jika hasil tujuan penelitian tindakan dapat dicapai, maka peneliti mengharapkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dapat bermanfaat:

Manfaat secara umum:

1. Dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan pada mata pelajaran matematika metode Numbered-Head

Together (NHT) pada siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo

2. Dapat meningkatkan pemahaman serta wawasan peneliti dalam membuat karya ilmiah.


(22)

8

1. Sekolah

Dapat memberikan kontribusi dalam hal meningkatan mutu tenaga pendidik, dan peserta didik.

2. Guru

a. Dapat memberikan kontribusi dalam hal inovasi atau variasi media di dalam proses pembelajaran.

b. Dapat memberikan masukan kepada tenaga pendidik untuk melakukan penelitian tindakan kelas serta untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan peserta didik.

3. Peserta didik

a. Dapat meningkatkan pemahaman, menghitung penjumlahan matematika, motivasi dan semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung.

b. Dapat menghilangkan kejenuhan, kebosanan dalam proses KBM berlangsung.

c. Dapat sebagai wadah dalam meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan matematika peserta didik

4. Peneliti

Dapat dijadikan sebagai pengalaman, masukan, refleksi peneliti ketiaka menjadi tenaga pendidik dan untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada tempat, kelas, setinggan, metode yang berbeda.


(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang Kemampuan Menghitung 1. Pengertian Kemampuan Menghitung

Menurut kamus besar bahasa indonesia kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa melakukan sesuatu, bisa, sanggup. Kemampuan mendapat imbuhan ke-an sehingga arti kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, seseorang dalam malakukan suatu usaha untuk dirinya sendiri yang menjadi tanggung jawabnya8.

Menurut Zain dalam Milman Yusdi, Kemampuan adalah kesanggupan kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Charles dalam Cece Wijaya menjelaskan bahwa kemampuan merupakan perilaku yag rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan9.

Sedangkan menghitung, Menurut Kamus besar bahasa Indonesia menghitung berasal dari kata “hitung” yang berarti membilang termasuk menjumlah, membagi, mengalikan10.

8

Depatemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm 742

9

Cece Wijaya, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdkarya, 1991), hlm 3

10

Depatemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm 421-422


(24)

Berhitung adalah salah satu keterampilan dasar yang perlu dikuasai oleh anak-anak kita11

Menurut S. Naga, berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dari keempat operasi perhitungan tersebut yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah penjumlahan.

Penjumlahan disebut juga penambahan beberapa angka. Penjumlahan diartikan sebagai suatu bilangan yang ditambahkan untuk menghasilkan suatu jumlah atau hasil. Penjumlahan tidak hanya ditambahkan satuan saja, namun ada puluhan, ratusan dan seterusnya12.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung adalah salah satu ilmu yang berkaitan dengan usaha untuk melatih kecerdasan dan ketrampilan siswa khususnya dalam menyelesaikan soal-soal yang memerlukan perhitungan. Adapun tujuan mengajarkan berhitung matematika di sekolah dasar adalah :

1) menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung, 2) memupuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang, 3)

11

Puput Mugiati, Belajar Jarimatika Metode Menghitung Cepat, (Surabaya: Prima Jaya, 2014), hlm 5

12

Tim Penyusun Edisi Bahasa Indonesia, panduan asyik IPA dan Matematika 4 bilangan, (Jakata, PT Aku Bisa, 2014), hlm 16


(25)

mengembangkan kemampuan dan sikap rasional, ekonomis dan menghargai waktu, 4) meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan lebih lanjut13.

2. Indikator Peningkatan Kemampuan Menghitung penjumlahan pecahan Menurut Suydam dalam Klurik dan Reys sebagaimana dikutip oleh Sumarmo, mengenai karakteristik peserta didik dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah matematika, dalam hal ini menghitung penjumlahan pecahan sebagai berikut14:

a. Mampu memahami konsep dan istilah matematika

b. Mampu memvisualisasikan (menggambarkan) dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan hubungan

c. Mampu mengunakan, menukar, mengganti metode / cara yang tepat

d. Mampu menganalisis atau mencerna kalimat matematika soal e. Mampu mengidentifikasi unsur yang kritis dan memilih prosedur

dan data yang benar

f. Mempu mengeneralisasikan berdasarkan beberapa contoh

13

Efi Endarsari, Penggunaan Teknik Jarimatika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung perkalian mata pelajaran Matematika Siswa Kelas II MINU PUCANG Sidoarjo, (Surabaya: UINSA, 2011). Skripsi Tidak dipublikasikan

14

Herty Indah A., Peningkatan Kemamuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Melalui Model Polya Pada Materi Operas Hitung Pecahan Di Kelas IV MI Tarbiytul Falahiyah Mojopetung Dukun Gresik, (Surabaya: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2013), hlm 16.


(26)

g. Memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang kuat disertai hubungan baik dengan sesama siswa

h. Memiliki rasa cemas yang rendah

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghitung Penjumlahan Pecahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematika diantaranya15:

a. Kemampuan memahami ruang lingkup masalah dan mencari informasi yang relevan untuk mencapai solusi.

b. Kemampuan dalam memilih pendekatan pemecahan atau strategi pemecahan masalah yang mana kemampuan ini dipengaruhi oleh keterampilan peserta didik dalam mempresentasikan masalah struktur pengetahuan peserta didik.

c. Keterampilan berpikir dan bernalar peserta didik yaitu kemampuan berpikir yang fleksibel dan objektif.

d. Kemampuan metakognitif datau kemampuan untuk melakukan monitoring dan control selama proses memecahkan masalah.

e. Persepsi tentang matematika.

15

Herty Indah A., Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Melalui Model Polya Pada Materi Operas Hitung Pecahan Di Kelas IV MI Tarbiytul Falahiyah Mojopetung Dukun Gresik, (Surabaya: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2013), hlm 13-14.


(27)

f. Sikap peserta didik, mencakup kepercayaan diri, tekad, kesungguhan-sungguhan dan ketekunan peserta didik dalam mencari pemecahan masalah.

g. Latihan-latihan

4. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika

Menurut Leaner kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia

(dyscalculis). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang

memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat. Kesulitan belajar matematika yang berat oleh kirk disebut akalkulia (acalculia).

Menurut Leaner ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu 1) adanya gangguan dalam hubungan keruangan, 2) abnormalitas persepsi visual, 3) asosiasi visual-motor, 4) perseverasi, 5) kesulitan mengenal dan memahami symbol, 6) gangguan penghayatan tubuh, 7) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan 8) performance IQ jauh lebih rendah daripada skor Verbal IQ16.

5. Ranah Pembelajaran

Menurut Bloom, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu:17

16

Mulyono Abdurrahman, Anak berkesulitan belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal 210.

17


(28)

a. Domain kognitif

Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu:18

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan mengingat dan kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya (recall). yakni mengetahui tentang hal-hal khusus, peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah. Kemampuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang paling rendah.

2. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin terjadi manakala didahului sejumlah pengetahuan

(Knowledge). Oleh sebab itu, pemahaman tingkatannya lebih tinggi

daripada pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakata, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep.

18


(29)

3. Penerapan (aplication)

Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur pada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan mengaplikasika suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide dan lain sebagainya ke dalam situasi baru yang konkret.

4. Analisis

Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar.

5. Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebaikan dari analisis. Kalau analisisa


(30)

mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan menyimpan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu serta kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.

Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan dikelas atau berupa tes tulis. Ranah kognitif juga dapat diukur dengan menggunakan portofolio.

b. Domain afektif

Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Domain afektif memiliki tngkatan, yaitu:19

1) Penerimaan

Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu

19


(31)

manakala mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau objek yang ada.

2) Merespons

Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya.

3) Menghargai

Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau objek tertentu.

4) Mengorganisasi

Tujuan yang berkenaan dengan organisasi ini berkenaan pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.

5) Karakteristik Nilai

Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnya itu dijadikan pandanagn (falsafah) hidup serta dijadikan pedoman bertindak dan berperilaku.

Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur sikap: 1) Skala likert

Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 5 respon yang menunjukkan tingkatan, misal :


(32)

SS : sangat setuju

S : setuju

TB : tidak berpendapat TS : tidak setuju STS : sangat tidak setuju 2) Skala Pilihan Ganda

Bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda. 3) Skala Thursione

Merupakan suatu instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.

4) Skala Guttmctu

Berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus di jawab “ya”atau “tidak”

5) Smantic Differential

Mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi yaitu baik - tidak baik, kuat - lemah dan cepat - lambat atau aktif - pasif. 6) Pengukuran Minat


(33)

c. Domain Psikomotor

Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tungkatan yang termasuk dalam domain ini:20

1. Persepsi (perception)

Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu yang dapat dipermasalahkan.

2. Kesiapan (set)

Kesiapan merupakan berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan prilaku-prilaku khusus.

3. Meniru (imitation)

Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.

4. Membiasakan (Habitual)

Membiasakan merupakan kemampuan seseorang untuk mempraktikkan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh.

20


(34)

5. Menyesuaikan (Adaptation)

Menyesuaiakan merupakan kemampuan beradaptasi gerakan atau kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang sudah ada.

6. Menciptakan (Organization)

Menciptakan merupakan kemampuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya.

Tes untuk mengukur aspek psikomotorik adalah tes yang dilakukan untuk mengukur penampilan atau perbuatan atau kinerja

(performance) yang telah dikuasai siswa. Contoh tes penampilan

atau kinerja diantaranya yaitu: a) Tes tertulis, b) Tes identifikasi, dan c) Tes simulasi.

B. Hakikat Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere”yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui


(35)

pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepad guru sebagai pelaku perubahan21.

Kegiatan pembelajaran pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar22.

Matematika menurut Russefendi adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan strukutur yang terorganisasi23. Dengan demikian hakikat pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar adalah kemampuan menghitung dalam proses berfikir untuk mengoprasikan logika meskipun masih berhubungan dengn objek yang bersifat konkret.

Pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar masuk pada fase konkret yang mana semua objek kajian matematika dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahakan masalah hitungan. Dalam matematika setiap konsep yang abstrak perlu diberikan penguatan agar dapat dipahami oleh siswa serta bertahan lama dalam memori ingatan siswa. Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.

21

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm 265

22

Ibid, hlm 266 23


(36)

2. Teori – Teori Mengajar Matematika

Keberhasilan mengajar matematika tidak lepas dari persiapan peserta didik dan seorang guru dalam mengajar. Oleh karena itu, guru sebelum mengajar harus memahami teori-teori mengajar terlebih dahulu. Teori mengajar matematika menurut Morris Kline dalam bukunya Juju S. Suriasumantri berjudul Ilmu dalam prespektif bahwa jatuh bangunnya suatu Negara dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika24. Menurut Ruseffendi dalam bukunya yang berjudul membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran

matematika menyatakan bahwa teori mengajar matematika ada beberapa

anatara lain25 :

a. Aliran Latihan Mental

Menyatakan bahawa Anak yang belajar harus banyak latihan, semakin banyak dan kuat serta keras latihannya semakin baik. b. Teori Thorndike

Menyatakan bahwa belajar itu harus dengan pengaitan antara pelajaran yang akan dipelajari anak didik dengan pelajaran yang telah diketahui atau yang telah dipelajari sebelumnya. Makin kuat kaitannya makin baik ia belajar. Penekanan dari Teori Thorndike bahwa setiap pembelajaran harus „dilatihapalkan’ denagn cara

24

Lisnawaty Simanjuntak, Metode Mengajar Matematika Jilid 1, (Jakarta: Rienaka Cipta, 1992), hlm 64

25


(37)

stimulus respons berupa hadiah atau pertanyaan yang diajukan pada anak didik, pendidik juga memberikan jawaban.

c. Teori Dewey

Teori Dewey termasuk aliran pendidikan yang progresif yang menyatakan bahwa peserta didik yang belum siap jangan dipaksa belajar, menunggu kesiapan peserta didik atau dengan mengatur suasana pengajaran sehingga siswa siap untuk belajar.

d. Aliran Psikologi “Gestalt” (William Brownell)

Aliran Psikologi Gestalt saling mendukung dengan aliran pengaitan dari Thorndike dan aliran pendidikan progresif dewey bahwa pengajaran ditekankan pada pengertian belajar, belajar merupakan proses latihan yang kemudian peserta didik akan paham mengenai materi yang dipelajari, yang maksudnya peserta didik diberikan pengertian, setelah peserta didik dapat belajar bermakna dengan mengerti cara dan pengerjaannya.

e. Teori Jean Piaget

Menyatakan bahwa belajar pada tingkat sekolah dasar terdapat pada

fase operasional yang mana pada fase ini merupakan fase konkret,

maksudnya pada saat mengajar matematika pendidik mengongkritkan hal-hal yang abstrak dan disesuaikan dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.


(38)

3. Tujuan Pelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut26:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

4. Ruang Lingkup Matematika

Ruang lingkup matematika SD/MI menurut PERMENDIKNAS Nomor 23 Tahun 2006 yakni27:

26


(39)

a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta mengunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

b. Memahami bangun datar dan bangunruang sederhana meliputi unsur-unsur dan sifat-sifatnya serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit serta mengalikasikannya dalam pemecahan sehari-hari.

d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan mengunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. 5. Materi Penjumlahan Pecahan

Seperti pada bilangan-bilangan yang telah kita pelajari terdahulu, dalam bilangan pecahan juga berlaku operasi penjumlahan. Hanya saja aturan-aturannya sedikit berbeda. Bilangan pecahan pada matematika Sekolah Dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda atau himpunan atas beberapa bagian yang sama28. Materi pecahan pada kelas IV yakni menjumlahkan Pecahan meliputi:

a. Pada pecahan sederhana telah diketahui beberapa pecahan sederhana yaitu setengah, seperempat, seperenam misalnya: ½

27

Permendiknas, Standar Kompetensi Lulusan (SKL),(Jakarta: Mentri Pendidikan Nasional, 2006), hlm 355

28


(40)

b. Jika salah satu benda dibagi menjadi dua bagian sama besar maka masing-masing bagian adalah setengah atau ½.

a/b

a= pembilang, b = penyebut

c. Jika penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama maka dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya saja, sedangkan penyebutnya tetap.

Misal : 1/4 + 1/4 =….

1/4 + 1/4 = 1 + 1 = 2/4 = 1/2

4

d. Jika penjumlahan pecahan yang penyebutnya berbeda dilakukan dengan aturan berikut ini.

1) Samakan penyebutnya dengan KPK kedua bilangan 2) jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan

pecahan berpenyebut sama dengan cara dikalika silang. Misal : 1/2 + 1/4 =…

1) Bentuk yang senilai dengan 1/2 adalah 2/4, 3/6, 4/8, 5/10,……….. Bentuk yang senilai dengan 1/3 adalah 2/6, 3/9, 4/12, 5/15,……… Pecahan yang senilai dengan 1/2 dan 1/3 yang berpenyebut sama adalah 3/6 dan 2/6

Jawab : 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 3 + 2 = 5/6 6 2) 1/2 + 1/3 = 3 + 2 = 5/6


(41)

C. Metode Numbered-Head Together (NHT)

1. Pengertian Metode Numbered-Head Together (NHT)

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir

bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together

(NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut29.

Numbered Head Together (NHT) adalah suatu metode belajar

dimana setiap siswa diberi nomor untuk dibuat dalam suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa30. Numbered

Head Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik31.

29

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 82

30

Iif Khoiru Ahmadi, Startegi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011), hal. 59

31

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan,


(42)

Selain untuk meningkatkan penguasaan akademik, Numbered

Head Together juga merupakan teknik yang memberi kesempatan

kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka32.

2. Langkah – Langkah Metode Numbered-Head Together (NHT)

Sintaks atau tahap-tahap pelaksanaan Numbered Hed Together pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya adalah sebagai berikut33 :

a. Siswa dibagi ke dalam kelompok – kelompok b. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

c. Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya

d. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

e. Guru memanggil salah satu nomor secara acak

f. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.

32

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 203

33


(43)

3. Manfaat Metode Numbered Head Together (NHT)

Ada beberapa manfaat pada metode NHT oleh Lundgren, antara lain adalah34 :

a. Rasa harga diri menjadi tinggi b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku menganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antara pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Numbered-Head Together (NHT) a. Kelebihan Metode Numbered-Head Together (NHT) :

1) Setiap siswa menjadi setiap semua

2) Dalam melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai35

4) Terjadi interaksi antara siswa melalui diskusi/ siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

34

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 229

35

Iif Khoiru Ahmadi, Startegi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011), hal. 60


(44)

5) Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif 6) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

b. Kekurangan Metode Numbered-Head Together (NHT) : 1) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru 36 2) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga

dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah

3) Guru tidak mengetahui kemampuan dari masing-masing siswa

4) Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus

5) Membutuhkan waktu yang lama

36

Iif Khoiru Ahmadi, Startegi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011), hal. 60


(45)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam rangka melakukan perbaikan mutu pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti terjun ke lapangan untuk mengamati dan meneliti secara langsung pada saat guru dan peserta didik melakukan proses pembelajaran atau mengajar. Peneliti dalam melakukan penelitian tindakan mengunakan bentuk kolaboratif, dimana guru sebagai mitra kerja peneliti. Menurut Rapoport, mendefinisikan PTK adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu social dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama37. Secara etimologi, ada tiga istilah yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas (PTK), yakni:38

1. Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Sistematis diartikan sebagai proses penelitian harus dilakukan secara bertahap dari mulai menyadari adanya masalah sampai proses pemecahannya melalui

37

Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta Selatan: GP Press Group, 2013), hlm 5 38


(46)

32

teknik analisis tertentu untuk ditarik kesimpulan. Empiris mengandung arti bahwa kerja penelitian harus didasarkan pada data-data tertentu. Terkontrol artinya suatu kerja penelitian harus didasarkan pada prosedur kerja yang jelas, sehingga orang lain dapat membuktikan hasil temuan penelitian yang diperoleh.

2. Tindakan adalah sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti yakni guru. Tindakan diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang dilakukan guru.

3. Kelas menunjukkan pada tempat proses pembelajaran berlangsung. Dari penjelasan di atas, maka PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakanyang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Penelitian ini, mengunakan model Kurt Lewin dalam penelitian tindakan kelas. Model Kurt Lewin adalah berbentuk spiral yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan tidak hanya sekali namun berulang. Kurt Lewin menyatakan bahwa dalam satu siklus terdapat empat langkah pokok, meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan atau observasi (observing) dan refleksi (reflecting)39.

39


(47)

33

Gambar 3.1 PTK Model Kurt Lewin

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Geluran Sidoarjo pada Kelas IV.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada awal semester genap yaitu siklus I yang dilakukan pada tanggal 3 Maret 2016 pada jam 07.00-08.45 WIB dan


(48)

34

siklus II dilakukan pada tanggal 8 Maret 2016 pada jam 10.15 – 12.00 WIB.

3. Karakteristik Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Geluran Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015-2016. Dengan jumlah siswa 31 siswa dalam satu kelas, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP dengan kompetensi dasar (KD) 6.3. Menjumlahkan pecahan. Objek yang diteliti peneliti adalah hasil belajar kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Geluran Sidoarjo yang masih jauh dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Untuk melakukan peningkatan KKM maka peneliti mengunakan metode Numbered Head Together (NHT).

C. Variabel yang Diselidiki

Penelitian ini mengunakan variabel upaya meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan pada mata pelajaran matematika kelas IV melalui metode Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian tersebut terdapat beberapa variabel diantaranya, sebagai berikut:

1. Variabel Input : Siswa kelas IV MI Islamiyah Geluran Sidoarjo. 2. Variabel Proses : Penerapan metode Numbered Head Together (NHT).


(49)

35

3. Variabel Output : Kemampuan menghitung penjumlahan pecahan pada mata pelajaran matematika .

D. Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan peneliti memilih dan mengunakan model dari Kurt Lewin yakni 1) pelaksanaan, 2) perencanaaan, 3) pengamatan, 4) refleksi karena pada penerapan metode Numbered Head Together (NHT) masih terdapat kekurangan hingga melakukan pengulangan kembali dan melakukan perbaikan-perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan yang diinginkan peneliti tercapai. Jika pada penerapan metode Numbered

Head Together (NHT) pada siklus pertama dan siklus kedua belum berhasil

maka peneliti akan melanjutkan dengan siklus-siklus selanjutnya.

Pra Siklus

Pra siklus dilakukan ketika obeservasi pertama yang mana pada pra silus ini, guru mata pelajaran yang akan mengajar dengan mengunakan metode guru mata pelajaran itu sendiri. Pada pra silus ini peneliti bertindak untuk melihat kegiatan proses pembelajaran. Pada pra siklus ini peneliti akan memberikan pre test kepada siswa untuk melihat ketuntasan siswa dalam menghitung pembagian pelajaran matematika dengan mengunakan metode guru mata pelajaran.


(50)

36

Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanan peneliti menyusun rencana pembelajaran mengenai menghitung penjumlahan pecahan matematika dengan mengunakan metode Numbered Head Together (NHT) yang meliputi :

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : pada tahap ini peneliti membuat RPP yang akan dilaksanakan di siklus I.

b. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung RPP : meliputi media pembelajaran, sarana pendukung yang diperlukan pada saat pembelajaran berlangsung.

c. mempersiapkan instrumen untuk penilaian serta menganalisis proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan siswa. 2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi penjumlahan pecahan dengan menerapakan metode Numbered

Head Together (NHT). Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sebagai

berikut:

a. Guru memberikan motivasi kepada siswa, agar siap dalam memulai materi yang akan disampaikan dan diajarkan.

b. Guru melakukan apersepsi mengenai pengaitan materi dengan materi sebelumnya atau mengaitakan materi dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.


(51)

37

c. Guru memperkenalkan kepada siswa mengenai metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yakni metode Numbered Head Together (NHT).

d. Guru melakukan umpan balik dan selanjutnya memberikan post test kepada peserta didik dengan penerapan metode Numbered Head

Together (NHT) yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus I, sebagai berikut:

Uraian kegiatan sebagai :

1) Kegiatan Pendahuluan :

a) Guru mengucapkan salam“Assalamulaikum Wr.Wb”.

b) Ketua kelas memimpin doa dan dilanjutkan dengan doa secara bersama-sama.

c) Guru mengecek kehadiran siswa-siswi.

d) Guru menanyakan kabar “bagaimana kabarnya hari ini”. siswa menjawab: Alhamdulilah,semangat,siap-siap !!!

e) Guru memberikan motivasi atau ice breaking untuk membangkitakn motivasi atau semangat siswa dalam melakukan proses pembelajaran.

f) Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi sebelumnya dan mengaitkan materi hari ini dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa “coba kalian


(52)

38

perhatikan ibu memiliki sebuah apel kemudian ibu bagi

kepada 2 anak. Jadi masing-masing setiap siswa mendapat berapa bagian ?”.

g) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

h) Guru menyampaikan manfaat dari pembelajaran hari ini

2) Kegiatan Inti :

a) Siswa mendengarkan penjelasan prosedur metode yang akan digunakan hari ini yakni prosedur dalam metode

Numbered-Head Together (NHT).

b) Siswa membaca materi pecahan

c) Siswa mendengarkan sedikit penjelasan dari guru

d) Siswa membentuk kelompok kecil (6 kelompok setiap kelompok beranggota 5-6 orang)

e) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

f) Siswa mendapat lembar kerja siswa yang dikerjakan secara berkelompok. LK KELOMPOK 1.1 PENJUMLAHAN PECAHAN (Terlampir 2).

g) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan tiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

h) Guru secara acak mengambil sebuah nomor yang kemudian disebutkan.


(53)

39

i) Siswa dengan nomor yang terambil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.

j) Tanggapan dari kelompok lain ditampung, kemudian guru mengambil nomor lain.

k) Guru memberikan penguatan.

l) Guru memberikan penjelasan mengenai materi pecahan.

3) Kegiatan Penutup :

a) Guru memberikan kesimpulan atas materi hari ini.

b) Guru melakukan refleksi atas materi penjumlahan operasi hitung pecahan yang telah dipelajari. Umpan balik: 1/2 + 1/3. Berapa hasil dari penjumlahan yang tepat ?

c) Guru memberikan evaluasi pada siswa dengan memberikan post test siklus I. LK INDIVIDU 1.2 MENGHITUNG PECAHAN (Terlampir 2).

Kegiatan Tindak Lanjut

d) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mendorong peserta didik mempelajari lagi materi pecahan.

e) Guru mengakhiri materi pada hari ini dengan membaca Hamdalah dan dilanjutkan doa secara bersama-sama

f) Guru mengucapkan salam

e. menyiapkan lembar pengumpulan data dengan bantuan guru yang mengajar. Peneliti melakukan penelitian pada semua proses


(54)

40

pembelajaran serta aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam melakukan pembelajaran.

f. Melaksanakan tes untuk semua siswa pada akhir siklus I. 3. Pengamatan (Observing)

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan metode Numbered Head Tohether

(NHT) pada kelas IV MI Islamiyah Geluran Sidoarjo.

Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:

a. Mengamati semua proses pembelajaran dan mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran matematika dengan mengunakan metode Numbered Head Tohether (NHT).

b. Meneliti data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar pengamatan guru, lembar kerja siswa yang berupa post tes dan pre test.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus I meliputi :

a. Mencatat hasil observasi: mencatat kendala yang telah terjadi pada siklus I dengan penerapan metode Numbered Head Tohether (NHT).


(55)

41

b. Mengevalusasi hasil observasi: mengevaluasi kendala yang telah terjadi pada siklus I dengan penerapan metode Numbered Head

Tohether (NHT). Pada tahap ini peneliti dapat melakukan evaluasi

dengan berdiskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan di siklus I.

c. Menganalisis hasil pembelajaran: pada tahap ini peneliti menganalisis hasil pembelajaran apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah yang telah ditetapkan dalam RPP.

d. Menentukan kelemahan-kelemahan pada metode Numbered Head

Together (NHT) untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus

berikutnya.

e. Evaluasi tindakan siklus I.Peneliti melakukan evaluasi, yang mana agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus I seperti apakah kegiatan siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi penjumlahan pecahan. Setelah pelaksanan siklus I dengan empat tahapan tersebut berdasarkan evaluasi dan analisis, peneliti menyatakan meningkatkan atau tidaknya hasil belajar siswa kelas IV MI Islamiyah Geluran Sidoarjo. Jika meningkat maka tidak perlu melanjutkan siklus kedua. Namun apabila pada pelaksanaan siklus I yang telah diketahui hambatan, kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu adanya pengulangan yakni dengan melanjutkan ke siklus


(56)

42

ke II. Pada umunya kegiatan siklus ke II memiliki banyak tambahan, karena siklus II ada untuk memperbaiki siklus I yang belum berhasil.

Siklus II

Siklus II merupakan pengulangan dari siklus I dengan melakukan perbaikan dari masalah yang ada pada siklus I. Siklus II meliputi:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan siklus II peneliti menyusun rencana pembelajaran kembali berdasarkan dari kekurangan yang ada pada siklus I mengenai kemampuan menghitung penjumlahan pecahan dengan mengunakan metode Numbered Head Tohether (NHT). Pada siklus II peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran yang telah direvisi dari siklus I, instrumen untuk penialain serta menganalisis proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan siswa, mempersiapkan sarana prasaran yang dibutuhkan. Berikut rancangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang direvisi dari siklus I. Format rencana pembelajaran siklus II terlampir (lampiran 3.1).

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan siklus II, peneliti melaksanakan pembelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan dengan menggunakan metode Numbered Head Tohether (NHT) sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hasil refleksi atau evaluasi siklus I.


(57)

43

3. Pengamatan (Observing)

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung pada siklus II untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan metode Numbered Head

Tohether (NHT) pada kelas IV MI Islamiyah Geluran Sidoarjo.

Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:

a. Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II.

b. Memantau kegiatan diskusi/sharing informasi dari kartu yang dipegang antar siswa-siswi dengan kelompok lain pada siklus II.

c. Mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK pada siklus II.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus II. Peneliti melakukan evaluasi, dan membandingkan peningkatan kemampuan meyelesaikan operasi hitung pada siklus I, yang mana agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus II seperti apakah kegiatan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi penjumlahan pecahan. Setelah pelaksanan siklus II dengan empat tahapan tersebut berdasarkan evaluasi dan analisis, peneliti menyatakan meningkatkan atau tidaknya hasil belajar siswa kelas IV MI Islamiyah


(58)

44

Geluran Sidoarjo. Jika meningkat maka tidak perlu melanjutkan siklus-siklus selanjutnya. Namun apabila pada pelaksanaan siklus-siklus II yang telah diketahui kembali adanya hambatan, kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu adanya pengulangan yakni dengan melanjutkan ke siklus-siklus selanjutnya. Pada umumnya kegiatan siklus selanjutnya akan memiliki banyak tambahan, karena siklus selanjutnya ada untuk memperbaiki siklus I dan II yang belum berhasil.

E. Data Dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber Data

Sumber penelitian tindakan kelas yakni: a. Guru

Dari sumber data guru, untuk melihat tingkat keberhasilan, kegagalan, implementasi dari metode Numbered Head Together (NHT).

b. Siswa

Dari sumber data siswa, untuk mendapatkan data mengenai hasil penerapan peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan materi pecahan pada mata pelajaran matematika.

2. Cara Pengumpulannya

Teknik pengumpulan data yang diambil atau dilakukan peneliti adalah teknik observasi, wawancara, tes, dokumentasi. Teknik pengumpulan data tersebut dilakukan oleh peneliti diupayakan agar mendapatkan data yang


(59)

45

valid, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Merupakan proses pengamatan atau pengindraan langsung terhadap kondisi, situasi, proses, dan prilaku saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan penerapan materi dengan cara metode Numbered Head Together (NHT) yang dilaksanakan guru dan peneliti. Lembar observasi guru (Lampiran ke 3.2). Lembar observasi siswa (Lampiran ke 3.3)

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan respon. Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat siswa mengenai proses belajar mengajar yang dialami. Lembar wawancara guru sebelum PTK (Lampiran ke 3.4). Lembar wawancara guru sesudah PTK (Lampiran ke 3.5). Lembar wawancara siswa setelah PTK (Lampiran ke 3.6)

c. Tes

Tes merupakan alat ukur yang sistematik untuk melihat tingkat keberhasilan hasil belajar seperti perilaku yang mempengaruhi hasil belajar. Tes digunakan peneliti untuk mendapat data hasil belajar


(60)

46

peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan pecahan pada mata pelajaran matematika kelas IV MI Islamiyah dengan menerapkan metode Numbered Head Together (NHT). Lembar Tes (Lampiran ke 3.7)

d. Dokumentasi

Dokumentasi ialah laporan tertulis yang berupa gambar, dokemen-dokemen resmi, foto mengenai peristiwa yang isinya memberikan penjelasan atas gambaran terhadap suatu peristiwa. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data-data foto serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ada pada proses pembelajaran kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah dengan penerapan metode Numbered Head Together (NHT) yang bertujuan sebagai penunjang hasil penelitian.

3. Instrumen Pengumpulan Data

a. Wawancara meliputi lembar pertanyaan wawancara guru sebelum melakukan PTK dan sesudah PTK dan lembar wawancara siswa. b. Observasi meliputi lembar observasi meliputi lembar pengamatan

aktivitas siswa, lembar pengamatan aktivitas guru. c. Evaluasi atau tes meliputi butir-butir soal Post Test. 4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengelolahan data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah


(61)

47

diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran kenyataan atau fakta sesuai data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan serta aktivitas siswa selama proses pembelajran berlangsung.40

Untuk analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa stelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tulis pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana sebagai berikut :

a. Penilaian Rata-rata

Penilaian tugas dan tes untik mengetahui nilai rata-rata peserta didik dari hasil tes peserta didik pada setiap siklus, maka digunakan analisis secara deskriptif. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menentuikan nilai rata-rata masing-masing siswa:

= ∑�

………...(Rumus 3.1)

Keterangan: X = nilai rata-rata

40


(62)

48

∑x = jumlah seluruh nilai siswa N = jumlah siswa

b. Penilaian Ketuntasan Belajar seluruh siswa

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan seluruh siswa dalam satu kelas dapat diketahui melalui prosentase ketuntasan hasil belajar seluruh siswa, maka diadakan tes tertulis pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan mengunakan statistik sebagai berikut yakni secara klasikal41. Jika seluruh siswa dalam satu kelas mampu menghitung penjumlahan pecahan matematika dan memenuhi ketuntasan belajar yaitu 75% dari soal penjumlahan pecahan yang diberikan oleh guru dengan kriteria ketuntasan belajar maka dinyatakan tuntas dan tidak perlu melakukan siklus selanjutnya. Berikut tabel kriteria ketuntasan belajar42:

Tabel 3.1

Kriteria Ketuntasan Belajar

Tingkat Keberhasilan Arti

90 – 100 Sangat baik

70 – 89 Baik

50 – 69 Cukup baik 0 – 49 Tidak baik

41

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Roesdakarya, 1989), hlm 109-111

42


(63)

49

Dari tabel 3.1 diatas, prosentase ketuntasan digunakan untuk mencari hasil secara keseluruhan ketuntansan siswa dalam mencapai peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan pecahan. Berikut rumus digunakan untuk mencari persentase ketuntasan belajar seluruh siswa:

�= �

�× %………(Rumus 3.2)

Keterangan:

p : Persentase ketuntasan belajar siswa yang di cari f : Jumlah siswa yang tuntas belajar

N : Jumlah siswa

Analisis ini dilakukan pada tiap siklus di tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjutan dalam siklus selanjutnya.

c. Penilaian skor dan prosentase ketuntasan seluruh siswa pada aspek indikator kemampuan menghitung penjumlahan pecahan

Untuk menghitung skor pada aspek indikator kemampuan menghitung penjumlahan pecahan mengunakan cara atau rumus sebagai berikut.

1) Rumus ini digunakan untuk mencari jumlah skor yang diperoleh siswa pada aspek indikator kemampuan menghitung penjumahan pecahan, yaitu dengan menggunakan rumus :


(64)

50

Keterangan :

X = Nilai rata-rata kelas kemampuan menghitung penjumlahan pecahan

F = nilai kemampuan menghitung penjumlahan pecahan yang didapat siswa

W = jumlah siswa

2) Rumus ini digunakan untuk mencari prosentase ketuntasan seluruh siswa pada aspek indikator kemampuan menghitung penjumlahan pecahan, dengan menggunakan rumus :

�= �

�× %………(Rumus 3.4)

Keterangan :

P = prosentase ketuntasan indikator kemampuan menghitung penjumlahan pecahan

f = jumlah siswa yang tuntas dalam aspek indikator menghitung penjumlahan pecahan

N = jumlah siswa

d. Penilaian nilai skor dari observasi guru dan siswa

Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dan penerapan materi dengan metode Numbered Head Together (NHT) yang dilaksanakan peneliti.


(65)

51

(1) Untuk menghitung perolehan nilai dari skor guru, maka dapat menggunakan rumus :

�= �

�× ………..(Rumus 3.5)

Keterangan : P = skor yang dicari

S = jumlah skor observasi yang diperoleh

N = jumlah maksimal nilai pengamatan observasi

(2) Untuk menghitung perolehan nilai dari skor observasi siswa , maka dapat menggunakan rumus :

�= �

�× ………. (Rumus 3.6)

Keterangan :

P = skor yang dicari

S = jumlah skor observasi yang diperoleh

N = jumlah maksimal nilai pengamatan observasi

Analisis ini dilakukan pada saat refleksi dan hasil analisis ini dijadikan sebagai bahan refleksi untuk membuat perencanaan pada siklus selanjutnya agar mendapatkan hasil yang maksimal.

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan suatu kriteria yang digunakan peneliti untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam meningkatkan serta memperbaiki hasil belajar peningkatan


(66)

52

kemampuan menghitung siswa dalam suatu materi pelajaran matematika43. Kriteria ketuntasan minimal setiap kompetensi dasar berdasrkan pada indikator yang berkisar antara 0%-100%. Kriteria pada masing-masing indikator memiliki perbedaan tergantung pada kompleksitasitasnya, yang pada indikator kriteria berkisar 75%. Kriteria ketuntasan minimal matematika pada siswa kelas IV MI Islamiyah 80. Setelah adanya penelitian tindakan kelas (PTK) diharapkan tingkat keberhasilan siswa kelas IV MI Islamiyah dalam memahami materi penjumlahan pecahan pada mata pelajaran Matematika meningkat dari rata-rata 40-50 menjadi 75 hingga diatasnya. Nilai ketuntasan kemampuan menghitung penjumlahan pecahan siswa dikatakan tuntas secara kemampuan yaitu 80. Setelah penelitian, peneliti berharap hasil belajar kemampuan menghitung penjumlahan siswa kelas IV pada pelajaran Matematika materi pecahan meningkat. Dilihat dari pengukuran sebelum mengunakan metode Numbered Head Together (NHT) dan sesudah mengunakan metode Numbered Head Together (NHT).

Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Rata-rata hasil belajar menghitung penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda dengan penyebut berbeda setiap siswa minimal mancapai 80.

43

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,


(67)

53

2. Prosentase ketuntasan hasil belajar mengitung penjumlahan pecahan seluruh siswa mencapai 80%.

3. Rata-rata skor nilai aspek kemampuan menghitung penjumlahan pecahan 75

4. Prosentase ketuntasan aspek kemampuan menghitung penjumlahan dengan penyebut berbeda seluruh siswa mencapai 75%.

5. Nilai observasi aktivitas guru minimal mencapai 80. 6. Nilai observasi aktivitas siswa minimal mencapai 80.

G. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi, antara guru kelas dan mahasiswa sebagai peneliti. Selain menjadi kolaborator guru juga berperan sebagai peneliti. Selain menjadi kolabolator guru juga berperan sebagai observator bersama-sama dengan peneliti dalam pelaksanaan pembelajran di kelas. Mereka bertanggung jawab penuh pada penelitian tindakan kelas ini. Peneliti dan kolaborator terlibat sepenuhnya dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Adapun tim peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Guru Kolaborasi

Nama : Wakhidah Eliyati. S. Ag

Tugas : a. Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran


(68)

54

c. Terlibat dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi .

2. Peneliti

Nama : Rohmawati

Tugas : a. Bertanggung Jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan b. Menyusun RPP, instrument penilaian, dan lembar

pengamatan guru ketika proses pembelajaran berlangsung, lembar pengamatam guru, lembar wawancra guru, lembar wawancara siswa.

c. melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Head Together (NHT)

d. mendeskripsikan hasil observasi PTK e. menganalisis hasil penelitian tiap siklus f. menyusun laporan peneliti.


(1)

4.16

Rekapitulasi data hasil aspek indikator kemampuan menghitung penjumlahan pecahan siklus I dan siklus II

No Deskripsi data Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Jumlah siswa tidak tuntas

15 7

2. Jumlah nilai skor 1869 2.587

3. Rata-rata kelas 64,45 83,45

4. Persentase ketuntasan seluruh siswa (%)

48,27% 77,24%

4.17

Rekapitulasi data hasil observasi guru dan siswa siklus I dan siklus II

No Deskripsi data Siklus I Siklus II

Guru Siswa Guru Siswa

1. Prosentase ketuntasan (%) 81,25% 72,54% 89,58% 96,08%

4.9

Diagram batang rata-rata nilai hasil belajar kelas dan prosentase ketuntasan hasil belajar dan hasil kemampuan pada aspek indikator menghitung

penjumlahan pecahan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

SIKLUS I SIKLUS II

Rata-rata nilai kelas

Prosentase Ketuntasan seluruh siswa

Rata-rata nilai kelas pada aspek indikator menghitung penjumlahan pecahan penyebut berbeda prosentase ketuntasan seluruh siswa pada aspek indikator menghitung penjumlahan pecahan penyebut berbeda


(2)

104

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam pra siklus dan dua siklus dengan menerapkan metode Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan siswa kelas IV MI Islamiyah Sidoarjo, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan siswa kelas IV di MI Islamiyah Geluran Sidoarjo berjalan dengan maksimal. Langkah – langkah yang digunakan sudah terlaksana dengan baik.

2. Pembelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan dengan metode Numbered Head Together (NHT) mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang inovatif dan efisien. Hal ini berdampak positif terhadap ketuntasan belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya persentase pada setiap lembar pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yaitu dari siklus I yaitu 81,25% dan siklus II yaitu 89,58%. Sedangkan hasil observasi siswa dari siklus I dan siklus II adalah 72,54% dan 96,08%. Dengan menerapkan metode


(3)

rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan-kegiatan tanya jawab, diskusi kelompok, dan diskusi kelas

3. Berdasarkan hasil belajar matematika siswa pada materi penjumlahan pecahan dengan metode Numbered Head Together (NHT) mengalami peningkatan dari siklus dan siklus II. Ini dapat di lihat dari rata-rata kelas IV pada siklus I dan siklus II adalah 71,62 dan 83,68, dari jumlah siswa sebanyak 29 siswa. Sedangkan hasil prosentase ketuntasan siklus I dan sikus II adalah 34,48% dan 83,87%.

Hasil rata- rata skor nilai pada aspek indikator kemampuan menghitung penjumlahan pecahan pada siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan yaitu 64,45 menjadi 92,74. Sedangkan prosentase ketuntasan seluruh siswa pada aspek indikator menghitung penjumlahan pecahan telah mengalami peningkatan yaitu dari 48,27% menjadi 77,24%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka beberapa yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Penerapan metode Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi penjumlahan pecahan dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa. Agar penerapan metode Numbered Head Together (NHT) dapat terlaksana dengan baik dalam proses pembelajaran, guru


(4)

106

106

hendaknya memotivasi siswa lebih ekstra, khususnya kepada siswa yang kurang aktif.

2. Bagi Siswa

Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas agar proses belajar mengajar lebih interaktif dan dapat berjalan dengan lancar sehingga mendapatkan hasil belajar yang optimal.

3. Bagi peneliti berikutnya

Metode Numbered Head Together (NHT) dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi penjumlahan pecahan. Pada penelitian selanjutnya, hendaknya guru lebih banyak memfasilitasi siswa dalam membangun keterkaitan-keterkaitan materi yang dipelajari dengan pengalaman siswa agar memudahkan siswa belajar sehingga hasil belajarnya pun meningkat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : PT Rineka Cipta) Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya.

(Jakarta: Rineka Cipta)

Cece Wijaya. 1991. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdkarya)

Depatemen Pendidikan Nasional. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka)

Depdiknas. 2006. Standart Isi. (Jakarta: Dirjen Dikdasmen)

Efi Endarsari. 2001. Penggunaan Teknik Jarimatika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung perkalian mata pelajaran Matematika Siswa Kelas II MINU PUCANG Sidoarjo. (Surabaya: UINSA).

Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta Selatan: GP Press Group) Herty Indah A. 2013. Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Matematika Melalui Model Polya Pada Materi Operasi Hitung Pecahan Di Kelas IV MI Tarbiyatul Falahiyah Mojopetung Dukun Gresik. (Surabaya: UINSA).

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).

Iif Khoiru Ahmadi. 2011 . Startegi Pembelajaran Sekolah Terpadu. (Jakarta: PT Prestasi Pustaka)

Iskandar wassid. Dadang Sunendar. 1987. Strategi Pengajaran Bahasa. (Bandung : Rosdakarya)

Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada)

Lisnawaty Simanjuntak. 1992. Metode Mengajar Matematika Jilid 1. (Jakarta: Rienaka Cipta)


(6)

Miftahul Huda. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Mulyono Abdurrahman. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta) Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. (Bandung:

PT Remaja Roesdakarya)

Permendiknas. 2006. Standar Kompetensi Lulusan (SKL). (Jakarta: Mentri Pendidikan Nasional)

Puput Mugiati. 2014. Belajar Jarimatika Metode Menghitung Cepat. (Surabaya: Prima Jaya)

Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi Aksara)

Theresia M. h. Tirta Seputro. 1992. Pengantar Dasar Matematika Logika dan Teori Himpunan, (Jakarta: Penerbit Erlangga)

TIM LAPIS-PGMI. 2008. Pembelajaran Matematika MI. (Surabaya: Amanah Pustaka)

Tim Pengembang MKDP. 2011. Kurikulim dan Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers)

Tim Penyusun Edisi Bahasa Indonesia. 2014. Panduan Asyik IPA dan Matematika bilangan. (Jakata, PT Aku Bisa)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group)

Wina Sanjaya. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group)

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MATERI KELILING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MATERI KELILING DAN LUAS PADA KELAS IV DI SD N KRAJAN I WERU

0 0 16

PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PECAHAN PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SDN 01 MACANAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) PADA Upaya meningkatkan hasil belajar matematika melalui metode Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas V SD Negeri 04 Alastuwo Kecamatan Kebakkramat Kabupate

0 0 15

Peningkatan kemampuan menghitung perkalian mata pelajaran matematika materi pecahan biasa melalui metode jarimatika kelas VB MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo.

0 12 107