Promosi Budaya Tradisional Peresean Lombok Melalui Film Dokumenter.

(1)

ABSTRAK

PROMOSI BUDAYA TRADISIONAL PERESEAN LOMBOK MELALUI FILM DOKUMENTER

Oleh David Chrisnanto

NRP 1364903

Peresean merupakan salah satu dari sekian banyak warisan kekayaan budaya di Pulau Lombok. Peresean juga budaya khas suku Sasak dan simbol kejantanan pemuda suku Sasak di pulau Lombok. tetapi kurangnya promosi dan publikasi membuat Peresean kurang begitu dikenal. maka dengan merancang media komunikasi visual melalui film dokumenter yang menarik dan informatif, diharapkan mampu untuk mengangkat Peresean untuk dikenal lebih luas dan untuk mempertunjukan serta menarik perhatian secara visual agar masyarakat tahu, tertarik dan ikut mengangkat budaya Peresean sebagai salah destinasi pariwisata di pulau Lombok..


(2)

ABSTRACT

PROMOTION OF TRADITIONAL CULTURE BY FILM DOCUMENTARY PERESEAN LOMBOK

Submitted by David Chrisnanto

NRP 1364903

Peresean is one of the many heritage cultural treasures on the island of Lombok. Peresean is also typical Sasak culture and a symbol of virility of youth Sasak on Lombok. But the lack of promotion and publicity make Peresean less well known. Then by designing a visual communication medium through an interesting and informative documentary, perhaps it can make Peresean more widely known and to attract attention and visually demonstrates so that people know, interested and involved in promoting Peresean culture as one of tourism destination on the island of Lombok..


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN……… iv

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA……….. v

ABSTRAK……….. vii

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR GAMBAR……….. xii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Permasalahan Ruang Lingkup………. 3

1.2.1. Identifikasi Masalah……… 3

1.3. Tujuan Perancangan……… 3

1.4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data……….. 3

1.5. Skema Perancangan………. 4

BAB II LANDASAN TEORI……….. 6

2.1. Tinjauan Promosi………... 6

2.1.1. Promosi...……….. 6

2.1.2. Tujuan Promosi……….. 6

2.2. Metodologi Penciptaan Karya……….. 7

2.3. Pra Produksi………. 7

2.3.1. Penentuan Ide & Gagasan Film……….. 7

2.3.2. Merumuskan Film Statement………...……….. 8

2.3.3. Pengumpulan Data Awal & Perizinan...……….. 9

2.3.4. Riset Dokumenter...……….. 9

2.3.5. Desain Produksi...……….. 9


(4)

2.4.1. Sistem Perekaman...……….. 10

2.4.2. Teknik Pengambilan Gambar...……….. 10

2.4.3. Susunan Pengambilan Gambar...……….. 11

2.4.4. Unsur Sinematografi...……….. 11

2.4.4.1. Pencahayaan (Lighting)......……….. 11

2.5. Pasca Produksi………. 12

2.5.1. Capturing………..……… 12

2.5.2. Logging & Transcoding……… 12

2.5.3. Editing...……… 13

2.5.4. Mastering...……… 14

2.6. Komunikasi dan Budaya……… 14

2.7. Film Sebagai Media Komunikasi……… 15

2.8. Film Dokumenter...……… 16

2.9. Bentuk Film Dokumenter...……… 17

2.10. Sinematografi...……… 19

2.10.1. Camera Angle...……… 20

2.10.2. Tipe Angle Kamera...……… 21

2.10.3. Ukuran Subyek...……… 22

2.11. S.T.P...……… 23

2.11.1. Definisi Segmentation...……… 23

2.11.1. Definisi Targeting...……… 23

2.11.1. Definisi Positioning...……… 24

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH……….. 25

3.1. Tinjauan Terhadap Proyek Sejenis………..….. 25

3.1.1. Samurai Word...………. 25

3.1.2. Maudu Lopoa………... 27

3.2. Data Segmentation, Targeting, Positioning...……….. 28

3.2.1. Variabel Segmentasi...………. 28

3.2.2. Variabel Targeting……… 29


(5)

BAB IV PEMECAHAN MASALAH……… 30

4.1. Pra Produksi………. 30

4.1.1. Ide Awal dan Gagasan Film...……….. 30

4.1.2. Metode Riset...……….. 31

4.1.3. Pemilihan Narasumber...……….. 31

4.1.4. Storyline...……….. 33

4.2. Produksi dan Konsep Kreatif………. 34

4.2.1. Sistem Perekaman...……….. 34

4.2.2. Teknik Pengambilan Gambar...……….. 34

4.2.3. Susunan Pengambilan Gambar...……….. 34

4.2.4. Alur Cerita...……….. 35

4.2.5. Narasi...……….. 35

4.2.6. Visual...……….. 36

4.2.7. Sound...……….. 36

4.2.8. Tipografi...……….. 36

4.2.9. Layout...……….. 38

4.2.10. Warna...……….. 38

4.2.11. Peralatan Produksi...……….. 39

4.3. Pasca Produksi……….. 39

4.3.1. Perekaman Narasi……… 39

4.3.2. Capturing...……….. 41

4.3.3. Logging & Transcoding……… 41

4.3.4. Editing……….. 41

4.3.4. Mastering……….. 42

4.4. Hasil Karya...……….. 42

4.4.1. Cover DVD...……….. 42

4.4.2. Poster Screening………. 44

4.4.3. Poster Awareness………. 45

4.4.4. Poster Informing………. 46

4.4.5. Ambient...………. 47

4.4.6. Social Promotion……….. 48


(6)

4.4.8. Sinopsis Film………...……….. 50

BAB V PENUTUP...……….. 51

5.1. Kesimpulan...……….. 51

5.2. Saran...………...……….. 52


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Pola Komunikasi Massa Rodman………... 4

Gambar 1.2. Kerangka Konsep Karya………... 5

Gambar 2.1. Skema Penciptaan Karya……… 7

Gambar 2.2. Pola Umum Editing Non Linear………. 12

Gambar 2.3. Shot Angles...……….. 21

Gambar 2.4. Shot Sizes….………. 23

Gambar 3.1. Screenshot Samurai Word………. 25

Gambar 3.2. Screenshot Maudu Lopoa………. 27

Gambar 4.1. Font Friday………...……. 37

Gambar 4.2. Font Lithos Pro…….……… 37

Gambar 4.3. Warna………...…………. 38

Gambar 4.4. Cover DVD Bagian Luar………. 42

Gambar 4.5. Cover DVD Bagian Dalam………. 43

Gambar 4.6. Cover DVD Bagian Tengah..………....……...……….43

Gambar 4.7. Poster Screening……… 44

Gambar 4.8. Poster Awareness ……… 45

Gambar 4.9. Poster Informing ….………...………… 46

Gambar 4.10. Ambient...……… 47

Gambar 4.11. Social Promotion…..………....……… 48


(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha melaksanakan program pemerintah tentang peraturan pelaksanaan undang-undang otonomi daerah (Undang-Undang No. 22 & 32 Tahun 1999), setiap pemerintah daerah selalu berbenah diri dalam banyak sektor. Hal ini dilakukan agar pemerintah daerah siap untuk mengatur pemerintahannya secara mandiri. Salah satunya adalah provinsi Nusa Tenggara Barat yang ingin memajukan daerahnya dari sektor pariwisata, sebab pariwisata merupakan sumber pendapatan daerah yang tinggi. Pariwisata yang menarik dan banyak dikunjungi wisatawan salah satunya adalah pulau Lombok yang merupakan tempat wisata yang unik dan menarik.

Sistem nilai budaya adalah tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh warga masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi pada kehidupan. (Koentjaraningrat, 1983 : 192)

Upacara-upacara ritual yang erat dengan unsur sakral dan mistis yang diadakan oleh manusia dari berbagai suku/daerah, ada berbagai macam bentuk dan kepercayaan dengan terlaksananya upacara ritual keagamaan tersebut. Hal ini berkaitan dengan kebudayaan dahulu yang telah mengakar dalam adat-istiadat suatu daerah, sehingga upacara-upacara ritual tersebut masih dilaksanakan oleh masyarakat. Sebagai contoh adalah kebudayaan Peresean yang masih berlangsung atau masih di adakan sampai sekarang oleh masyarakat di Pulau Lombok.

Peresean adalah salah satu seni tradisional pertarungan antara dua orang petarung yang disebut pepadu (jawara) asli Lombok. Kesenian ini merupakan salah


(9)

satu dari sekian banyak warisan kekayaan budaya di Pulau Lombok. Peresean juga budaya simbol kejantanan pemuda suku Sasak di pulau Lombok.

Para petarung dilengkapi rotan sebagai pemukul disebut penjalin yang ujungnya dilapisi balutan aspal dan pecahan beling ditumbuk sangat halus dan ende (perisai) sebagai pelindung yang terbuat dari kulit sapi atau kulit kerbau.Peresean telah dilakukan oleh Suku Sasak di Pulau Lombok sejak ratusan tahun yang lalu.

Tradisi atau budaya Peresean ini sangat disakralkan masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok. Pada mulanya Peresean adalah ritual adat yang biasanya digelar disaat musim kemarau tiba untuk memanggil hujan.Sumber lain menyebutkan, Peresean bermula hanya upacara adat dari luapan emosi para prajurit zaman kerajaan dahulu sehabis mengalahkan lawan di medan perang.

Seiring dengan itu juga, Peresean ini berubah menjadi unik ketika dipadukan gaya bela diri unik dan jenaka dari pemainnya.Dengan tidak menggunakan busana dan sebuah rotan di tangan kanan serta perisai di tangan kiri, dua pemuda bersiap saling mengadu kejantanan didepan ratusan penonton yang mengelilingi mereka diluar arena.

Sembari menari-nari diiringi musik gamelan diiringi musik gamelan dengan nuansa musik Lombok kedua pepadu (petarung) saling menghalau lawan dengan penjalin tanpa rasa cemas ataupun takut akan luka atau cedera. Uniknya Peresean ini para peserta tidak pernah disiapkan, para penonton pun bisa ikut serta mengambil alih menjadi seorang petarung.

Seiring perkembangan zaman saat ini Peresean juga dilakukan pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, dan kegiatan-kegiatan lainnya dengan tujuan untuk menarik perhatian masyarakat untuk hadir. Namun kurangnya perhatian pemerintah serta promosi dalam mengangkat Peresean sebagai salah satu pariwisata yang menarik menjadi permasalahan yang akan diangkat.


(10)

Penulis ingin merancang media komunikasi visual melalui film documenter yang menarik dan informatif untuk mempertunjukan dan menarik perhatian secara visual agar masyarakat tahu, tertarik dan ikut mengangkat budaya Peresean sebagai salah destinasi pariwisata di pulau Lombok.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang muncul pada dalam upaya promosi budaya Peresean Lombok:

1. Bagaimana strategi promosi yang tepat agar kesenian Peresean Lombok dapat dikenal ?

2. Bagaimana proses pra produksi, produksi dan pasca produksi film dokumenter tradisi budaya Peresean Lombok?

1.3 Tujuan Perancangan

1. Untuk dapat dipublikasikan agar khalayak mengenal dan kemudian dapat menjaga eksistensi kebudayaan tersebut.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1. Karya ini akan diwujudkan dalam bentuk film dokumenter. Adapun persoalan yang diangkat dalam karya tugas akhir ini adalah sebuah objek budaya yang disebut Peresean.

2. Proses penciptaan karya melalui beberapa tahap yang cukup panjang sampai pada akhirnya menghasilkan karya yang bermanfaat untuk literatur


(11)

pengetahuan dan tentu saja pelestarian kebudayaan Indonesia pada umumnya dan budaya Peresean pada khususnya.

1.5 Skema Perancangan

Dalam karya film dokumenter ini, Peresean diangkat dari sudut pandang sebuah identitas budaya pada masyarakat Lombok. Termasuk bagaimana sejarah asli ritual Peresean, proses ritualnya serta tujuan dari ritual tersebut.

Sejalan dengan target pencapaian penulis, penerapkan pola komunikasi massa dalam bentuk film dokumenter menjadi cara yang cukup efektif dalam menyebarluaskan informasi kepada khalayak banyak yang heterogen. Adapun pola komunikasi massa yang dimaksud sebagai berikut :

Gambar 1.1 Pola Komunikasi Massa Rodman

Pada pola tersebut di atas sutradara film dokumenter bertindak sebagai gatekeeper yang menyampaikan pesan-pesannya kepada khalayak melalui proses screening film. Pesan yang disampaikan oleh sutradara melalui filmnya tentu saja menimbulkan efek langsung kepada khalayak umum dan individu. Umpan balik dari khalayak terhadap pembuat film relatif tertunda, kalaupun ada lebih pada bentuk apresiasi karyanya.


(12)

(13)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah melalui berbagai tahapan penciptaan karya komunikasi ini, berikut beberapa kesimpulan yang bisa penulis dapat :

1. Pra produksi, Produksi dan Pasca Produksi merupakan tiga tahapan yang sangat penting dalam memproduksi sebuah karya film dokumenter. Ketiga tahapan tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan harus dilaksanakan secara matang untuk menghasilkan karya film yang sinematik dan tersampaikan pesannya.

2. Riset yang mendalam sangat penting dalam memproduksi karya film dokumenter. Untuk menghasilkan data riset yang baik dibutuhkan kajian dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan.

3. Karya komunikasi seperti film dokumenter memberi sumbangsih yang besar terhadap pengembangan dan pelestarian kebudayaan Bugis pada khususnya dan Indonesia pada umumnya

4. Orang Sasak asli dikenal sebagai pribadi yang ramah, bersahaja dan sangat memegang teguh prinsip-prinsip hidup yang diyakininya. Dimana pun mereka berada, mereka selalu mencoba mempertahankan dan memperkenalkan dengan bangga budaya Peresean kepada siapa saja yang ingin mengetahui tradisi Peresean. Dalam konteks yang positif, orang Sasak rela mempertaruhkan apa saja termasuk segenap jiwa dan raganya untuk menjaga budayanya.


(14)

5.1. Kesimpulan

Setelah melalui berbagai tahapan penciptaan karya komunikasi ini, berikut beberapa kesimpulan yang bisa penulis dapat :

1. Pra produksi, Produksi dan Pasca Produksi merupakan tiga tahapan yang sangat penting dalam memproduksi sebuah karya film dokumenter. Ketiga tahapan tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan harus dilaksanakan secara matang untuk menghasilkan karya film yang sinematik dan tersampaikan pesannya.

2. Riset yang mendalam sangat penting dalam memproduksi karya film dokumenter. Untuk menghasilkan data riset yang baik dibutuhkan kajian dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan.

3. Karya komunikasi seperti film dokumenter memberi sumbangsih yang besar terhadap pengembangan dan pelestarian kebudayaan Bugis pada khususnya dan Indonesia pada umumnya

4. Orang Sasak asli dikenal sebagai pribadi yang ramah, bersahaja dan sangat memegang teguh prinsip-prinsip hidup yang diyakininya. Dimana pun mereka berada, mereka selalu mencoba mempertahankan dan memperkenalkan dengan bangga budaya Peresean kepada siapa saja yang ingin mengetahui tradisi Peresean. Dalam konteks yang positif, orang Sasak rela mempertaruhkan apa saja termasuk segenap jiwa dan raganya untuk menjaga budayanya.

5.2. Saran

1. Penelitian dan produksi karya film untuk tugas akhir masih terbilang jarang dilakukan di Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Maranatha.


(15)

penulis berharap dengan keberadaan karya ini bisa memacu sineas-sineas muda lainnya untuk mengangkat budaya Indonesia melalui film dokumenter.

2. Penelitian dan Produksi karya film dokumenter sebagai tugas akhir pada jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Maranatha sekiranya bisa dilakukan oleh lebih dari satu mahasiswa, mengingat proses pengerjaannya cukup berat dan membutuhkan anggaran yang tentu saja tidak sedikit.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Daymon, Christine & Immy Holloway. 2002. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications. Terjemahan oleh Cahya Wiratma. 2008. Yogyakarta: Bentang.

Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Terjemahan oleh Yosal Iriantara & Idi Subandi Ibrahim. 2004. Yogyakarta; Bandung: Jalasutra.

Mappangar, Suryadi. 2004. Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan Sampai Tahun 1905. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan.

Mardalis. 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Martinet, Jeanne. 1975. Semilogi : Kajian Tanda Saussuran Antara Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi. Terjemahan oleh Stephanus Aswar Herwinarko. 2010. Yogyakarta: Jalasutra

Nugroho, Fajar. 2007. Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta: Galang Press

Pelras, Christian. 2005. Manusia Bugis. Jakarta: Nalar berkerjasama dengan Forum Jakarta Paris.

R.Badcock, Christhoper. 1975. LeviStrauss : Strukturalisme dan Teori Sosiologi. Terjemahan oleh Robby Habiba Abror. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ridwan, Muhammad. 2008. Film Dokumenter “Maudu Lompoa”. Skripsi. Makassar.

Tanzil, Chandra dan Rhino Ariefiansyah dan Tonny Trimarsanto. 2010. Pemula dalam Film Dokumenter: Gampang-gampang Susah. Jakarta: In-Docs.


(17)

Thwaites, Tony., Lloyd Davis dan Warwick Mules. 2002. Introduction Cultural and Media Studies: Sebuah Pendekatan Semiotika. Terjemahan oleh Saleh Rahmana. 2009. Yogyakarta; Bandung: Jalasutra.

Intenet

http://id.wikipedia.org/wiki/Film_dokumenter diakses tanggal 21 maret 2014 pukul 17.05 WIB.

http://www.nusatenggaraindonesia.com/2012/05/peresean-traditional-fighting-of-sasak.html

diakses tanggal 4 april 2014 pukul 20.15 WIB.

http://www.exoticlombok.com/arts-culture/item/peresean-tradition-lombok-symbol-of-test-masculinity#.U4NTeihhsTA

diakses tanggal 8 april 2014 pukul 12.12 WIB

http://prasetijo.wordpress.com/2009/07/24/keragaman-budaya-indonesia/Film diakses tanggal 21 April 2014 pukul 20.35 WIB.

http://lombokbaratkab.go.id/pesona-peresenan-hut-lobar-indonesia-vs-australia01.html/

diakses tanggal 21 april 2014 pukul 20.55 WIB.

Film

Barrat, Collin. 2006. Samurai Sword. National Geografic Channel, 47:70 menit Indonesia, M. Ridwan. 2008. Maudu Lopoa. film dokumenter. Jurusan Ilmu komunikasi Universitas Hasanuddin. 11.48 menit


(1)

(2)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah melalui berbagai tahapan penciptaan karya komunikasi ini, berikut beberapa kesimpulan yang bisa penulis dapat :

1. Pra produksi, Produksi dan Pasca Produksi merupakan tiga tahapan yang sangat penting dalam memproduksi sebuah karya film dokumenter. Ketiga tahapan tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan harus dilaksanakan secara matang untuk menghasilkan karya film yang sinematik dan tersampaikan pesannya.

2. Riset yang mendalam sangat penting dalam memproduksi karya film dokumenter. Untuk menghasilkan data riset yang baik dibutuhkan kajian dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan.

3. Karya komunikasi seperti film dokumenter memberi sumbangsih yang besar terhadap pengembangan dan pelestarian kebudayaan Bugis pada khususnya dan Indonesia pada umumnya

4. Orang Sasak asli dikenal sebagai pribadi yang ramah, bersahaja dan sangat memegang teguh prinsip-prinsip hidup yang diyakininya. Dimana pun mereka berada, mereka selalu mencoba mempertahankan dan memperkenalkan dengan bangga budaya Peresean kepada siapa saja yang ingin mengetahui tradisi Peresean. Dalam konteks yang positif, orang Sasak rela mempertaruhkan apa saja termasuk segenap jiwa dan raganya untuk menjaga budayanya.


(3)

5.1. Kesimpulan

Setelah melalui berbagai tahapan penciptaan karya komunikasi ini, berikut beberapa kesimpulan yang bisa penulis dapat :

1. Pra produksi, Produksi dan Pasca Produksi merupakan tiga tahapan yang sangat penting dalam memproduksi sebuah karya film dokumenter. Ketiga tahapan tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan harus dilaksanakan secara matang untuk menghasilkan karya film yang sinematik dan tersampaikan pesannya.

2. Riset yang mendalam sangat penting dalam memproduksi karya film dokumenter. Untuk menghasilkan data riset yang baik dibutuhkan kajian dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan.

3. Karya komunikasi seperti film dokumenter memberi sumbangsih yang besar terhadap pengembangan dan pelestarian kebudayaan Bugis pada khususnya dan Indonesia pada umumnya

4. Orang Sasak asli dikenal sebagai pribadi yang ramah, bersahaja dan sangat memegang teguh prinsip-prinsip hidup yang diyakininya. Dimana pun mereka berada, mereka selalu mencoba mempertahankan dan memperkenalkan dengan bangga budaya Peresean kepada siapa saja yang ingin mengetahui tradisi Peresean. Dalam konteks yang positif, orang Sasak rela mempertaruhkan apa saja termasuk segenap jiwa dan raganya untuk menjaga budayanya.

5.2. Saran

1. Penelitian dan produksi karya film untuk tugas akhir masih terbilang jarang dilakukan di Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Maranatha.


(4)

penulis berharap dengan keberadaan karya ini bisa memacu sineas-sineas muda lainnya untuk mengangkat budaya Indonesia melalui film dokumenter.

2. Penelitian dan Produksi karya film dokumenter sebagai tugas akhir pada jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Maranatha sekiranya bisa dilakukan oleh lebih dari satu mahasiswa, mengingat proses pengerjaannya cukup berat dan membutuhkan anggaran yang tentu saja tidak sedikit.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Daymon, Christine & Immy Holloway. 2002. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications. Terjemahan oleh Cahya Wiratma. 2008. Yogyakarta: Bentang.

Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Terjemahan oleh Yosal Iriantara & Idi Subandi Ibrahim. 2004. Yogyakarta; Bandung: Jalasutra.

Mappangar, Suryadi. 2004. Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan Sampai Tahun 1905. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan.

Mardalis. 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Martinet, Jeanne. 1975. Semilogi : Kajian Tanda Saussuran Antara Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi. Terjemahan oleh Stephanus Aswar Herwinarko. 2010. Yogyakarta: Jalasutra

Nugroho, Fajar. 2007. Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta: Galang Press

Pelras, Christian. 2005. Manusia Bugis. Jakarta: Nalar berkerjasama dengan Forum Jakarta Paris.

R.Badcock, Christhoper. 1975. LeviStrauss : Strukturalisme dan Teori Sosiologi. Terjemahan oleh Robby Habiba Abror. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ridwan, Muhammad. 2008. Film Dokumenter “Maudu Lompoa”. Skripsi. Makassar.

Tanzil, Chandra dan Rhino Ariefiansyah dan Tonny Trimarsanto. 2010. Pemula dalam Film Dokumenter: Gampang-gampang Susah. Jakarta: In-Docs.


(6)

Thwaites, Tony., Lloyd Davis dan Warwick Mules. 2002. Introduction Cultural and Media Studies: Sebuah Pendekatan Semiotika. Terjemahan oleh Saleh Rahmana. 2009. Yogyakarta; Bandung: Jalasutra.

Intenet

http://id.wikipedia.org/wiki/Film_dokumenter diakses tanggal 21 maret 2014 pukul 17.05 WIB.

http://www.nusatenggaraindonesia.com/2012/05/peresean-traditional-fighting-of-sasak.html

diakses tanggal 4 april 2014 pukul 20.15 WIB.

http://www.exoticlombok.com/arts-culture/item/peresean-tradition-lombok-symbol-of-test-masculinity#.U4NTeihhsTA

diakses tanggal 8 april 2014 pukul 12.12 WIB

http://prasetijo.wordpress.com/2009/07/24/keragaman-budaya-indonesia/Film diakses tanggal 21 April 2014 pukul 20.35 WIB.

http://lombokbaratkab.go.id/pesona-peresenan-hut-lobar-indonesia-vs-australia01.html/

diakses tanggal 21 april 2014 pukul 20.55 WIB.

Film

Barrat, Collin. 2006. Samurai Sword. National Geografic Channel, 47:70 menit Indonesia, M. Ridwan. 2008. Maudu Lopoa. film dokumenter. Jurusan Ilmu komunikasi Universitas Hasanuddin. 11.48 menit