FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU HAMIL RISIKO TINGGI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOLILO 2.

(1)

i

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI

IBU HAMIL RISIKO TINGGI DALAM MENGIKUTI

PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SUKOLILO 2

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh: Yuliantika NIM. 6411411021

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

ii

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang ABSTRAK

Yuliantika

Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sukolilo 2

vi + 106 halaman + 26 tabel + 2 gambar + 16 lampiran

Program kelas ibu hamil adalah sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, dan penyakit menular. Pelaksanaan kelas ibu hamil di Kabupaten Pati sebesar 39,89%. Puskesmas dengan cakupan program terendah yaitu Sukolilo 2 (9,86%). Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam mengikuti program kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

Jenis penelitian ini analitik observasional, pendekatan kasus kontrol. Sampel 35 kasus dan 35 kontrol. Metode pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data dengan chi square test.

Faktor yang berhubungan dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil adalah pengetahuan (OR = 3,244; 95% CI : 1,219-8,629;p= 0,031), sikap (OR = 3,431; 95% CI : 1,251-9,404; p= 0,028), ketersediaan informasi (OR = 6,25; 95% CI : 2,215-17,63; p= 0,001), keterjangkauan (OR = 3,059; 95% CI : 1,117-8,373; p= 0,049), dukungan keluarga (OR = 4,325; 95% CI : 1,466-12,235; p= 0,013), dukungan pemerintah desa (OR = 3,75; 95% CI : 1,383-10,169; p= 0,016), dan dukungan petugas kesehatan (OR = 3,778; 95% CI : 1,308-10,913; p= 0,023).

Disarankan kepada ibu hamil risiko tinggi untuk lebih aktif dalam mengikuti program kelas ibu hamil.

Kata Kunci : Risiko, Kelas Ibu Hamil, Partisipasi. Kepustakaan : 45 (2000 – 2014)


(3)

iii

Departement of Publich Health Sciences Faculty of Sport Sciences Semarang State University Yuliantika

F actors Related to Participation of High Risk Pregnant Women to join Maternal Class Program in Work Area of Sukolilo 2 Publich Health Center vi + 106 pages + 26 tables + 2 figures + 16 attachment

ABSTRACK

Maternal class program is a program to learn about health care for pregnant women that aims to improve the knowledge and skills of mothers about pregnancy, maternity, maternity care, baby care, and infectious diseases. The implementation of maternal class program in Pati District was 39.89%. Publich Health Center with the lowest program coverage is Sukolilo 2 (9,86%). The purpose of this research to identify factors associated with the participation of high risk pregnant women to join maternal class program in work area of Sukolilo 2 Publich Health Center.

This type of research is analytic observational with case-control approach. Sample of 35 cases and 35 controls by purposive sampling method. Data analysis by chi square test.

The factors associated with participation in maternal class program are knowledge of pregnant women (OR = 3.244; 95% CI: 1.219 to 8.629; p = 0.031), attitude (OR = 3.431; 95% CI: 1.251 to 9.404; p = 0.028), the availability of information (OR = 6.25; 95% CI: 2.215 to 17.63; p = 0.001), affordability (OR = 3.059; 95% CI: 1.117 to 8.373; p = 0.049), family support (OR = 4.325; 95% CI: 1.466 to 12.235; p = 0.013), village government support (OR = 3.75; 95% CI: 1.383 to 10.169; p = 0.016), health workers support (OR = 3.778; 95% CI: 1.308 to 10.913; p = 0.023).

This research recommended for high risk pregnant women to be more active to join maternal class program.

Keywords: Risk, Maternal Class, Participation. Bibliography : 45 (2000 2014)


(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia adalah menundukkan diri sendiri. Dalam segala hal, gunakanlah kebijakan dan kebajikan karena mereka adalah perisai terbaik (Ibu Kartini dan Aspinal)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ayahnda Tamsi dan Ibunda Yasti’ah sebagai Dharma Bakti Ananda.

2. Kakak Rubianto Rian Setyawan, A.Md. Kep., sebagai salah satu motivator saya.


(6)

vi KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sukolilo 2” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Negeri Semarang dapat terselesaikan.

Skripsi ini terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M. Pd., atas ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Irwan Budiono, S.K.M. M.Kes., atas persetujuan penelitian.

3. Pembimbing, dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid)., atas arahan, bimbingan dan masukan dalam penyusunn skripsi.

4. Penguji I, Widya Harry Cahyati, S.K.M. M.Kes (Epid)., atas saran dan masukan dalam perbaikan proposal skripsi ini.

5. Penguji II, Muhammad Azinar S.K.M. M.Kes., atas saran dan masukan dalam perbaikan proposal skripsi ini.

6. Pendamping Akademik, Drs. Sugiharto atas dampingan dan bimbingan sejak awal hingga akhir perkuliahan.


(7)

vii

7. Ayah (Tamsi) dan Ibu (Yasti’ah), atas doa, pengorbanan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Kakak (Rubianto Rian Setyawan, A.Md. Kep.), atas doa dan dukungannya. 9. Pasangan sekaligus sahabat (Eko Budiyanto, S.E.), atas dukungannya.

10.Teman-teman bimbingan dan teman kos periyangan, atas dukungan dan doanya.

11.Teman jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, atas kebersamaan, semangat, dan keakraban selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

12.Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala berlipat dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Maret 2016 Penyusun


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.2.1. Rumusan Masalah Umum ... 7

1.2.2. Rumusan Masalah Khusus ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 9


(9)

ix

1.4.1. Manfaat Bagi Jurusan IKM ... 10

1.4.2. Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati ... 10

1.4.3. Manfaat Bagi Peneliti ... 11

1.5. Keaslian Penelitian ... 11

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1. Landasan Teori ... 14

2.1.1. Kehamilan ... 14

2.1.1.1. Pengertian Kehamilan ... 14

2.1.1.2. Tanda Gejala Kehamilan ... 15

2.1.1.3. Perawatan Ibu Hamil ... 19

2.1.2. Kehamilan Risiko Tinggi ... 20

2.1.2.1. Definisi ... 20

2.1.2.2. Ibu Hamil yang Digolongkan Berisiko ... 20

2.1.3. Kelas Ibu Hamil ... 26

2.1.3.1. Pengertian Kelas Ibu Hamil ... 26

2.1.3.2. Tujuan Kelas Ibu Hamil ... 26

2.1.3.3. Keuntungan Kelas Ibu Hamil ... 28

2.1.3.4. Sasaran Kelas Ibu Hamil ... 29

2.1.3.5. Langkah Pendidikan pada Kelas Ibu Hamil ... 29

2.1.3.6. Materi pada Kelas Ibu Hamil ... 30

2.1.4. Partisipasi ... 32


(10)

x

2.1.4.2. Tahap-tahap Partisipasi ... 34

2.1.5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Kelas Ibu Hamil ... 35

2.1.5.1. Faktor Pemudah (Predisposing Factor) ... 35

2.1.5.2. Faktor Pendukung (Enabling Factor) ... 39

2.1.5.3. Faktor Pendorong (Reinforsing Factor) ... 41

2.2. Kerangka Teori ... 44

BAB III. METODE PENELITIAN ... 45

3.1. Kerangka Konsep ... 45

3.2. Variabel Penelitian ... 46

3.3. Hipotesis Penelitian ... 47

3.4. Definisi Operasional ... 49

3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 56

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 57

3.7. Sumber Data ... 61

3.8. Instrumen Penelitian dan Tehnik Pengambilan Data ... 61

3.9. Prosedur Penelitian ... 64

3.10. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 68

4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian... 68


(11)

xi

BAB V. PEMBAHASAN ... 89 5.1. Hasil Penelitian ... 89 5.1.1 Hubungan antara Umur dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko Tinggi

dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil ... 89 5.1.2. Hubungan antara Pendidikan dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko

Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil ... 90 5.1.3. Hubungan antara Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko

Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil ... 93 5.1.4. Hubungan antara Pengetahuan dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko

Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil ... 94 5.1.5. Hubungan antara Sikap dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko Tinggi

dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil ... 96 5.1.6. Hubungan antara Ketersediaan Informasi dengan Partisipasi Ibu

Hamil Risiko Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil... ... 98 5.1.7. Hubungan antara Sarana Prasarana dengan Partisipasi Ibu Hamil


(12)

xii

5.1.8. Hubungan antara Keterjangkauan dengan Partisipasi Ibu Hamil

Risiko Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil ... 101

5.1.9. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil ... 103

5.1.10. Hubungan antara Dukungan Pemerintah Desa dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil ... 105

5.1.11. Hubungan antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Partisipasi Ibu Hamil Risiko Tinggi dalam Mengikuti Program Kelas Ibu Hamil ... 106

5.2. Hambatan dan Kelemahan Penelitian .... ... 108

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 110

6.1. Simpulan ... 110

6.2. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Teori... 44 3.1. Kerangka Konsep ... 45


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Keaslian Penelitian ... 11

3.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 49

4.1. Distribusi Sampel penelitian ... 69

4.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur ... 69

4.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan ... 70

4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan ... 70

4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil ... 71

4.6. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil ... 71

4.7. Distribusi Frekuensi Ketersediaan Informasi ... 72

4.8. Distribusi Frekuensi Sarana Prasarana di Kelas Ibu Hamil ... 72

4.9. Distribusi Frekuensi Keterjangkauan ... 73

4.10. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga ... 73

4.11. Distribusi Frekuensi Dukungan Pemerintah Desa ... 74

4.12. Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan ... 74

4.13. Hubungan antara Umur dengan Partisipasi dalam Kelas Ibu Hamil ... 75

4.14. Hubungan antara Pendidikan dengan Partisipasi dalam Kelas Ibu Hamil ... 76


(15)

xv

4.15. Hubungan antara Pekerjaan dengan Partisipasi dalam Kelas Ibu Hamil ... 77 4.16. Hubungan antara Pengetahuan dengan Partisipasi dalam Kelas

Ibu Hamil ... 78 4.17. Hubungan antara Sikap dengan Partisipasi dalam Kelas Ibu

Hamil ... 79 4.18. Hubungan antara Ketersediaan Informasi dengan Partisipasi

dalam Kelas Ibu Hamil ... 80 4.19. Hubungan antara Sarana Prasarana dengan Partisipasi dalam

Kelas Ibu Hamil ... 81 4.20. Hubungan antara Keterjangkauan dengan Partisipasi dalam

Kelas Ibu Hamil ... 82 4.21. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Partisipasi dalam

Kelas Ibu Hamil ... 84 4.22. Hubungan antara Dukungan Pemerintah Desa dengan Partisipasi

dalam Kelas Ibu Hamil ... 85 4.23. Hubungan antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Partisipasi


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang tentang Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi/ Tugas Akhir ... 117

2. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan ... 118

3. Surat Ijin Penelitian Puskesmas Sukolilo 2 ... 119

4. Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian dari Puskesmas Sukolilo 2 ... 120

5. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ... 121

6. Lembar Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian ... 123

7. Instrumen Penelitian... 124

9. Data Identitas Responden ... 130

10. Data Peserta Kelas Ibu Hamil ... 132

11. Skoring Kuesioner ... 136

12. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 141

13. Output SPSS Uji Normalitas ... 144

14. Output SPSS Analisis Univariat ... 149

15. Output SPSS Analisis Bivariat dengan Uji Chi-Square ... 152


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin, dan berakhir pada kehamilan. Ketika spermatozoa bertemu dengan ovum, maka dimulailah awal kehamilan. Setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi dan nidasi dari hasil tersebut. Lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Wanita setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel telur yang ditangkap umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam saluran telur (Yongki, et. al., 2012: 3).

Kehamilan risiko tinggi (risti) adalah ibu hamil yang mengalami risiko atau bahaya jauh lebih besar pada saat kehamilan, persalinan maupun nifas, bila dibandingkan dengan ibu hamil lain yang normal. Akibat dari risti kehamilan antara lain: bayi lahir belum cukup bulan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), keguguran, persalinan tidak lancar/macet, mengalami perdarahan, janin mati dalam kandungan, keracunan kehamilan (gestosis), dan kematian ibu (Vera, 2012:39-42).

Menurut UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya peningkatan kesehatan ibu bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan anak serta mengurangi angka kematian ibu. Upaya pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan memperbaiki pelayanan kebidanan dan penyebaran buku KIA. Salah satu upaya pelayanan kebidanan adalah kelas ibu hamil.


(18)

Kelas ibu hamil adalah sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, penyakit menular, dll. Kelas ibu hamil berisi kelompok ibu hamil usia kehamilan 4-36 minggu dengan jumlah peserta 10-15 orang (Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2011:1).

Berdasarkan data di WHO, di dunia diperkirakan setiap menit wanita meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1.300 wanita meninggal setiap harinya atau lebih kurang 500.000 wanita meninggal setiap tahunnya. Di negara-negara berkembang terjadi 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran dan sebanyak 20-30% dari kehamilan mengandung risiko atau komplikasi yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayinya.

Menurut data Kemenkes (2012), pada tahun 2011 ibu hamil yang ada di Indonesia berjumlah 5.192.427 orang dan yang mengalami risiko tinggi/komplikasi sebanyak 1.038.485 orang. Masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko 4 terlalu yaitu: terlalu tua hamil (usia> 35 tahun) sebanyak 27%; terlalu muda hamil (usia<20 tahun) sebanyak 2,6%; terlalu banyak anak (anak>4) sebanyak 11,8%; terlalu dekat jarak kelahiran (jarak antar kelahiran <2 tahun). Hal itu menunjukkan cakupan program KIA masih cukup rendah (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010:1).


(19)

Di Jawa Tengah, keseluruhan ibu hamil pada tahun 2013 adalah 626.265 ibu, yang terdeteksi mengalami risiko tinggi kehamilan oleh masyarakat sebanyak 61.242 orang dan oleh tenaga kesehatan sebesar 126.085 orang. Pada tahun 2014 terdapat komplikasi kehamilan sebanyak 123.942 orang dari keseluruhan ibu hamil yaitu 613.243 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014).

Berdasarkan data Dinkes Prov Jateng (2014), cakupan pelaksanaan kelas ibu hamil Jawa Tengah sebesar 39,89% (3.457 kelas). Kelas ibu hamil yang terbentuk terdiri dari 2.976 kelas dibiayai dana APBD Provinsi, 60 kelas didanai oleh pabrik, dan 421 kelas dari dana mandiri. Deteksi dini komplikasi kehamilan dan cakupan pelaksanaan kelas ibu hamil yang rendah salah satunya Kabupaten Pati. Selain itu, Kabupaten Pati merupakan kabupaten yang menjadi prioritas karena rendahnya pelayanan ibu dan anak (Dirjen Gizi dan KIA, 2014).

Di Kabupaten Pati, deteksi dini risti tahun 2014 oleh tenaga kesehatan sebesar 86% dan oleh masyarakat baru mencapai 26,9%. Terdapat peningkatan jumlah risti di Kabupaten Pati dari 22,5% pada tahun 2013 menjadi 24,9% pada tahun 2014. Keseluruhan ibu hamil di Kabupaten Pati tahun 2014 adalah 19.317 orang, sedangkan yang risti adalah 2.337 orang. Komplikasi maternal yang ditangani sebanyak 3.501 sedikit lebih rendah dari rata-rata komplikasi yang ditangani di Jawa Tengah yaitu 3.541 kasus. Urutan kasus ibu hamil risiko tinggi dan risiko sedang adalah: Margoyoso 1 (238 dan 174), Jaken (192 dan 61), Tambakromo (155 dan 18), Margorejo (152 dan 112), Sukolilo 2 (150 dan 113). Faktor risiko tinggi antara lain: hiperemesis (3,1%), anemia (4,7%), hipertensi (6,8%), eklamsi (7,9%), kelainan letak janin (21,9%), riwayat obstetri jelek


(20)

(14,5%), perdarahan (5,2%), penyakit lain (3,3%), >1 FR sedang (3,2%). Faktor risiko sedang terdiri dari: usia <20 tahun (26,4%), usia >35 tahun (37,1%), paritas >5 (3,5%), jarak persalinan < 2 tahun (6,8%), KEK (21,2%), obesitas (0,3%), TB < 145 (4,4%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, 2014).

Program kelas ibu hamil telah ada sejak tahun 2010 dan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pati dibiayai dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Jumlah peserta program kelas ibu hamil di Kabupaten Pati yaitu 5.099 orang (26,3%). Cakupan pelaksanaan program kelas ibu hamil yang masih rendah adalah di Puskesmas Sukolilo 2, yang baru berjalan pada tiga desa dari tujuh desa yang ada. Pencapaian program kelas ibu hamil di Puskesmas Sukolilo 2 baru mencapai 9,86% padahal target nasional yaitu tiap desa harus melaksanakan kelas ibu hamil (Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, 2014).

Upaya yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pati untuk mengoptimalkan jalannya kelas ibu hamil di Puskesmas Sukolilo 2 adalah: (1) mengadakan pemeriksaan rutin dan sosialisasi tentang P4K dan melaksanakan kelas ibu hamil setiap tiga bulan sekali pada tanggal 10 disertai pengiriman dokter dari Dinkes Pati, (2) mengadakan pembinanan kepada bidan puskesmas yang dilaksanakan di aula Dinkes Pati yang pencapaiannya sudah 98%, dimana tiap puskesmas wajib mengirimkan 1 bidan untuk perwakilan, (3) menyalurkan dana BOK kepada tiap puskesmas, (4) mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, kader, tokoh agama yang dilaksanakan bergiliran tiap puskesmas, (5) mengadakan inspeksi mendadak ke desa ketika ada kelas ibu hamil tiap tiga bulan sekali yang dilakukan oleh Seksi Kesehatan Keluarga. Meskipun telah melaksanakan berbagai


(21)

upaya, cakupan pelaksanaan kelas ibu hamil masih rendah (Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, 2014).

Pada tahun 2014, keseluruhan ibu hamil di Puskesmas Sukolilo 2 sebanyak 696 orang, sedangkan jumlah risti sebesar 150 orang. Cakupan wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2 terdiri dari tujuh desa, yaitu Desa Prawoto, Kawawur, Wegil, Kedungwiinong, Baleadi, Porangparing, dan Pakem. Kelas ibu hamil di Puskesmas Sukolilo 2 berjalan hanya pada 3 desa yaitu Desa Kedungwinong, Baleadi, Porangparing dengan peserta 69 ibu hamil, dan 38 orang diantaranya adalah risti. Keseluruhan Risti di tiga desa tersebut adalah 85 orang atau 56,6 % dati total risti Puskesmas Sukolilo 2. Risiko tinggi yang dialami antara lain: penyakit konis (5,2%), hipertensi (18,4%), kelainan letak janin (5,2%), > 1 faktor risiko sedang (38,6%), hiperemesis (2,6%), pernah abortus (22,2%), PE atau eklamsi (7,8%). Pada tahun 2013-2014 terdapat kasus kematian ibu sebanyak 6 kasus, ini adalah angka kematian ibu yang tertinggi di Pati. Persalinan yang dilakukan di rumah sebanyak 13 orang, ini merupakan angka terbesar di Kabupaten Pati sedangkan yang ditolong tenaga non kesehatan (dukun) sebanyak 4 orang. Selain AKI, terdapat juga 5 kasus AKB pada tahun 2014 (Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, 2014).

Peserta kelas ibu hamil di Desa Kedungwinong sebanyak 20 peserta yang terdiri dari 10 risti dan 10 bukan risti (cakupan 17,09%) dari keseluruhan ibu hamil sebanyak 117 orang, Baleadi sebanyak 27 peserta yang terdiri dari 16 risti dan 11 bukan risti (cakupan 21,9%) dari keseluruhan ibu hamil sebanyak 123


(22)

orang, Porangparing sebanyak 22 peserta yang terdiri dari 12 risti dan 10 bukan risti (cakupan 48,8%) dari keseluruhan ibu hamil sebanyak 45 orang.

Pada tahun 2014, kelas ibu hamil di Desa Kedungwinong dilaksanakan setiap awal bulan (antara tanggal 5-9 menyesuaikan dengan jadwal bidan desa), Desa Baleadi setiap bulan antara tanggal 6-10, dan di Porangparing setiap bulan antara tanggal 7-11. Tempat pelaksanaan kelas ibu hamil yaitu di rumah bidan desa, posyandu masing-masing desa, atau di balai desa (sesuai yang dijadwalkan). Fasilitas yang tersedia yaitu kursi (bersandaran), lembar balik, buku KIA, dan snack (dari dana BOK). Materi yang disampaikan berupa kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, mitos, penyakit menular, dan akte kelahiran.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015 di Puskesmas Sukolilo 2, kelas ibu hamil di Desa Kedungwinong, Porangparing, serta Baleadi, berjalan karena ada bidan desa yang menetap di masing-masing tempat. Sementara di desa lain, tidak terdapat bidan desa yang bertugas di desa tersebut. Berdasarkan survei yang dilaksanakan tanggal 28 juli 2015, partisipasi ibu hamil untuk mengikuti kelas ibu hamil masih kurang ini didasarkan pada jumlah kehadiran ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil 1- 2 kali pertemuan sebanyak 62,3% (43 orang), sementara yang mengikuti kelas 3 kali atau lebih sebanyak 37,7% (26 orang). Sebagian besar ibu datang yang tidak tepat waktu, ibu hamil yang cenderung pasif, dan sebagian ibu hamil meminta ijin pulang lebih awal setelah snack habis (hasil wawancara dengan bidan desa Kedungwinong, Baleadi, Porangparing).


(23)

Masalah yang ada di Desa Kedungwinong, Baleadi, dan Porangparing (wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2) adalah masih banyaknya ibu hamil risiko tinggi, masih rendahnya cakupan pelaksanaan kelas ibu hamil, dan masih rendahnya partisipasi ibu hamil dalam mengikuti kelas ibu hamil meskipun upaya peningkatan program kelas ibu hamil telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. Melihat kenyataan dari uraian masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mencermati dan mengkaji mengenai penelitian “Faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam mengikuti program kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.”

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Rumusan Masalah Umum

Faktor apa saja yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam mengikuti program kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2? 1.2.2. Rumusan Masalah Khusus

1.2.2.1. Adakah hubungan antara umur ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?

1.2.2.2. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?

1.2.2.3. Adakah hubungan antara pekerjaan ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?


(24)

1.2.2.4. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2? 1.2.2.5. Adakah hubungan antara sikap ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi

dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?

1.2.2.6. Adakah hubungan antara ketersediaan informasi dari petugas kesehatan untuk ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?

1.2.2.7. Adakah hubungan antara sarana prasarana yang terdapat pada kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?

1.2.2.8. Adakah hubungan keterjangkauan tempat pelaksanaan kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?

1.2.2.9. Adakah hubungan antara dukungan keluarga ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?

1.2.2.10. Adakah hubungan antara dukungan pemerintah desa terhadap kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?

1.2.2.11. Adakah hubungan antara dukungan petugas kesehatan terhadap kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2?


(25)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam mengikuti program kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui hubungan antara umur ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2. 1.3.2.2. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil risiko tinggi

dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

1.3.2.3. Mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2. 1.3.2.4. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu hamil risiko tinggi dengan

partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2. 1.3.2.5. Mengetahui hubungan antara sikap ibu hamil risiko tinggi dengan

partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2. 1.2.3.6. Mengetahui hubungan antara ketersediaan informasi dari petugas

kesehatan untuk ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

1.2.3.7. Mengetahui hubungan antara sarana prasarana yang terdapat pada kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.


(26)

1.2.3.8. Mengetahui hubungan antara keterjangkauan tempat pelaksanaan kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

1.2.3.9. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

1.2.3.10. Mengetahui hubungan antara dukungan pemerintah desa terhadap kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

1.2.3.11. Mengetahui hubungan antara dukungan petugas kesehatan terhadap kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1.4.1. Bagi jurusan IKM

Sebagai bahan pustaka, informasi, dan referensi yang dapat digunakan

sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.

1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perencanaan program KIA khususnya kelas ibu hamil di Kabupaten Pati.


(27)

1.4.3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat di bidang epidemiologi.

1.5.Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang mengambil topik yang hampir sama dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 1.1):

No Judul Penulis Tahun Desain Hasil

1 Gambaran

pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas

Bangetayu Kota Semarang.

Lia

Puspitasari.

2012. Deskriptif kualitatif.

Input Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

1. Bidan yang telah di latih sudah ada 37 bidan dari tiap-tiap puskesmas. 2. Dana yang di gunakan untuk kegiatan kelas ibu hamil bersumber dari dana BOK.

3. Fasilitas yang diberikan oleh Dinkes: media berupa 1 paket buku kelas ibu hamil, lembar balik, pamflet. Untuk fasilitas seperti tempat merupakan kesepakatan antara ibu hamil, kader, dan bidan. Selain itu juga fasilitas lainnya seperti karpet, alat tulis, kursi juga iuran dari ibu hamil, kader, dan bidan.

4. Metode dengan cara dikusi, tanya jawab. 5. Materi yang diberikan berpedoman pada buku kelas ibu hamil, lembar balik.

Process Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

1. Semua ibu hamil yang ikut kelas ibu hamil


(28)

mempunyai perencanaan persalinan.

2. Untuk dukungan masyarakat mengenai kegiatan kelas ibu hamil, di Kelurahan Bangetayu

Wetan tidak ada

penolakan.

Ouput Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

1. Pertolongan persalinan ibu hamil dibantu oleh petugas kesehatan.

2. Dukungan dari keluarga terutama suami sangat berpengaruh besar pada ibu hamil.

2 Hubungan

pengetahuan ibu hamil tentang kelas ibu hamil dengan motivasi mengikuti kelas ibu hamil Di Puskesmas 2 Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Uswatun Chasanah, Ratifah.

2013. Metode deskriptif kuantitatif desain cross sectional.

Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu sejumlah 32 orang (42,1%) dan sebagian besar mempunyai motivasi baik sebanyak 32 orang (42,1%). Sebagian besar pengetahuan baik dengan motivasi baik 16

orang (69,5%),

pengetahuan cukup dengan motivasi baik 16 orang (50%), serta pengetahuan kurang motivasi baik 21 orang (61,9%).

3 Pengaruh kelas ibu hamil terhadap perilaku ibu dalam asuhan antenatal di Puskesmas Patikraja Banyumas.

Willis dan Inggar.

2013. Cross sectional.

Terdapat pengaruh kelas ibu hamil terhadap pengetahuan ibu dalam asuhan antenatal dengan nilai p=0,0001. Terdapat pengaruh kelas ibu hamil terhadap sikap ibu dalam asuhan antenatal dengan nilai p= 0,017.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan variabel yang berbeda, yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, ketersediaan


(29)

informasi, ketersediaan sarana dan prasarana, keterjangkauan tempat pelaksanaan kelas ibu hamil, dukungan keluarga, dukungan pemerintah desa, dukungan petugas kesehatan sebagai variabel independen. Metode yang digunakan dengan metode case control. Wawancara dilakukan langsung kepada ibu dari rumah ke rumah sehingga ibu lebih fokus terhadap pertanyaan dan jawaban yang diberikan. 1.6. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat, khususnya dalam bidang ilmu epidemiologi, bidang pendidikan kesehatan, dan ilmu partisipasi.

2. Lingkup Lokasi

Lingkup lokasi penelitian ini adalah di Desa Kedungwinong, Baleadi, Porangparing (wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2).

3. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai selesai. 4. Lingkup Metode

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain case control, serta menggunakan alat ukur kuesioner.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kehamilan

2.1.1.1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin, dan berakhir pada kehamilan. Ketika spermatozoa bertemu dengan ovum, maka dimulailah awal kehamilan. Setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi dan nidasi dari hasil tersebut. Wanita setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel telur yang ditangkap umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam saluran telur. Lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (Yongki, et. al., 2012: 3).

Berikut ini adalah proses terjadinya kehamilan (Mirza Maulana, 2012: 24) yaitu:

1) Setiap bulan (28 hari), telur dilepaskan dari salah satu ovarium. Kemudian telur bergerak menuju rahim.

2) Selaput rahim menebal dan pembuluh darah bertambah sebagai persiapan untuk tempat penempelan janin

3) Sperma akan masuk dan membuahi sel telur, dan janin akan mulai terbentuk. 4) Janin akan menempel di selaput rahim dan tumbuh.


(31)

5) Wanita tidak haid karena sel telur tidak akan dilepaskan lagi. Setelah waktu 9 bulan bayi akan lahir.

2.1.1.2. Tanda Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Taufan Nugroho, 2014: 60-66):

2.1.1.2.1. Tanda Tidak Pasti Kehamilan/Tanda Presumtif 1) Amenorea

Amenorea berarti tidak dapat haid. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus Neagie: HT – 3 (bulan+7).

2) Mual dan Muntah

Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari yang disebut “morning sickness”.

3) Ngidam (Ingin Makanan Khusus)

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi menghilang dengan semakin tuanya kehamilan.

4) Anoreksia (Tidak Ada Selera Makan)


(32)

nafsu makan muncul kembali.

5) Payudara Tegang dan Membesar

Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.

6) Miksi Sering

Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini timbul kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

7) Konstipasi atau obstipasi

Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan buang air besar.

8) Pigmentasi (Perubahan Warna Kulit)

Pada areola mamae, genital, cloasma, dan linea alba yang berwarna lebih tegas, lebar, dan perut bagian bawah bertambah gelap.

9) Varises (Pemekaran Vena)

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron dimana terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, payudara.


(33)

2.1.1.2.2. Tanda Kemungkinan Kehamilan 1) Perut Membesar

Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai terjadi pembesaran perut.

2) Uterus Membesar

Terjadi perubahan bentuk, besar, dan konsistensi dalam rahim. Dalam pemeriksaan dapat diketahui bahwa uterus membesar dan bentuknya semakin bundar.

3) Tanda Hengar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak.

4) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. 5) Tanda Piscaseck

Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak rata, tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan sehingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.


(34)

6) Tanda Braxton-hicks

Bila uterus dirangsang maka mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar, tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda braxton-hicks tidak ditemukan. 7) Reaksi Kehamilan Positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya humanchorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin. 2.1.1.2.3. Tanda Pasti Kehamilan

1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin 2) Denyut jantung janin

a. Didengar dengan stetoskop-monoral laennec b. Dicatat dan didengar dengan alat doppler c. Dicatat dengan feto-elektro kardiogram d. Dilihat pada ultrasonograf

3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgent 2.1.1.2Perawatan Ibu Hamil

Perawatan adalah proses menjaga kehamilan mulai dari diketahui adanya tanda-tanda kehamilan, masa kehamilan sampai menjelang persalinan, agar ibu dan janin terjaga keselamatannya dan sehat.


(35)

Berikut ini adalah upaya perawatan dan menjaga kesehatan ibu hamil (Mirza Maulana, 2012:43-46):

1) Merawat diri selama hamil.

2) Makan makanan yang mengandung gizi seimbang. 3) Tidak mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter.

4) Cukup istirahat, tidur siang selama 1 jam dan 8 jam pada malam hari. Posisi tidur yang baik bagi ibu hamil yaitu tidur dengan posisi miring ke kanan atau kiri secara bergantian.

5) Melakukan olahraga ringan dan senam hamil yang bermanfaat untuk kelancaran proses persalinan.

6) Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual seperti biasa namun perlu berhati-hati pada kehamilan 1-3 bulan dan pada bulan-bulan terakhir kehamilan.

7) Ibu hamil hendaknya menggunakan pakaian yang longgar dan memakai BH yang sesuai dengan ukuran payudara.

8) Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke petugas kesehatan/bidan. Wanita hamil akan mampu merawat kehamilannya setelah memahami peranannya melalui tahap adaptasi selama kehamilan. Sebaliknya, wanita hamil tidak mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan selama kehamilan, maka akan berpengaruh buruk terhadap perawatannya selama masa kehamilan (Willis, 2013:20).


(36)

2.1.2. Kehamilan Risiko Tinggi

2.1.2.1. Definisi

Kehamilan risiko tinggi (risti) adalah ibu hamil yang mengalami risiko atau bahaya jauh lebih besar pada saat kehamilan, persalinan maupun nifas, bila dibandingkan dengan ibu hamil lain yang normal. Kehamilan dengan risiko tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor misalnya kelahiran prematur, sesak nafas, keguguran, dll. Kondisi ini bisa menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat menimbulkan kematian pada janin dan ibu yang mengandung (Vera Puspita Puspita, 2012:39).

2.1.2.2. Ibu Hamil yang Digolongkan Berisiko

2.1.2.2.1. Primigravida < 20 tahun atau ≥ 35 tahun (Vera Puspita, 2012: 39-51) Usia 20-30 tahun adalah kurun waktu reproduksi sehat usia yang paling aman untuk melahirkan. Pada usia ini wanita dalam keadaan optimal. Dengan kata lain, risiko angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi yang terjadi akibat kehamilan dan persalinan dalam kelompok usia tersebut paling rendah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Risiko ini akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penyebab risiko kehamilan pada usia di atas usia 35 tahun ini adalah berkurangnya jumlah sel telur, semakin berkurangnya kemampuan rahim untuk menerima bakal janin. Risiko yang harus dihadapi ibu antara lain: perdarahan yang dapat membahayakan ibu dan bayinya, risiko persalinan caesar, gangguan fungsi dan kerja organ tubuh pada ibu, hipertensi


(37)

meningkat 2-4 kali lipat, obesitas yang meningkatkan risiko diabetes, pendarahan pospartum, persalinan preterm dengan tindakan akan meningkat 2-4 kali lipat, kehamilan ektropik, pre-eklamsi. Sementara risiko bagi bayi adalah cacat bawaan, keguguran, prematur, kematian bayi, down syndrome, infeksi, dll. Sementara itu, hamil di bawah usia 20 tahun pun dikatakan berisiko. Ini dikarenakan rahim dan panggul belum tumbuh dengan sempurna, harus diwaspadai karena bisa saja terjadi kesulitan dalam melahirkan dan keracunan saat hamil. Dikatakan usia berisiko yaitu selama ibu mengandung dari awal kehamilan ibu mempunyai umur di bawah 20 tahun atau 35 bahkan lebih dari 35 tahun. Usia berisiko ini dapat ditentukan dari awal kehamilan ibu.

2.1.2.2.2. Anak Lebih dari 3 (Diah Hartati, 2011: 35)

Semakin tinggi paritas maka semakin tinggi risiko kematian ibu. Terlalu sering hamil menyebabkan kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan karena semakin banyak anak, maka rahim ibu akan semakin lemah.

Telah terbukti bahwa persalinan pertama dan kedua adalah persalinan yang paling aman. Risiko komplikasi yang serius seperti pendarahan, ruptura uteri, dan infeksi meningkat secara bermakna mulai dari persalinan yang ke tiga, dan seterusnya (Trijatmo, 1994: 40).

2.1.2.2.3. Jarak Persalinan Terakhir dengan Kehamilan < 2 tahun (Diah Hartati, 2011: 36)


(38)

kali dari pada jarak kelahiran > 2 tahun. Jika jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, keadaan rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, sehingga dikhawatirkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan berlangsung lama, dan terjadi perdarahan.

2.1.2.2.4. Kurang Energi Kronis (KEK) LILA < 23,5 cm; Indek Massa Tubuh (IMT) < 18,5

Ibu hamil dengan LILA kurang dari 23,5 cm perlu mendapatkan perhatian karena kemungkinan menderita kekurangan energi kronis dalam waktu lama. Hal ini akan mengakibatkan anak yang dilahirkan mempunyai berat badan lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat, sehingga akan mempengaruhi kecerdasan anak di masa yang akan datang. Nutrisi yang baik sebelum dan selama kehamilan akan menghasilkan keturunan dengan massa otot yang adekuat, tinggi badan lebih tinggi, kapasitas kerja, dan penampilan lebih baik pada usia 10-20 tahun (Icesmi Sukarni, 2013: 123).

2.1.2.2.5. Tinggi Badan < 145 cm (Syaifuddin, 2007: 76)

Jika tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm, kemungkinan mempunyai panggul yang sempit yang perlu diperhitungkan, sehingga ibu hamil harus mempunyai perencanaan yang baik untuk melahirkan. Perempuan yang pendek memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan dengan cara caesar.

2.1.2.2.6. Riwayat Obstetri jelek (Syaifudin, 2007: 76)


(39)

kemungkinan akan terjadi lagi saat persalinan selanjutnya. Riwayat kehamilan yang lalu antara lain:

1) ≥2 kali abortus 2) 2 kali partus prematur

3) Kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal 4) Perdarahan paska persalinan

5) Pre eklamsi dan eklamsi

6) Pernah ditolong secara obstetri operatif 7) Pernah oprasi ginekologik

8) Pernah inersia uteri 2.1.2.2.7. Kelainan letak janin

Kelainan letak janin sangat berisiko terhadap keselamatan bayi maupun ibu hamil. Kelainan ini diantaranya letak sungsang maupun letak lintang. Kondisi ini akan menyulitkan pada saat proses persalinan sehingga akan berisiko menyebabkan kematian pada bayi.

2.1.2.2.8. Perdarahan (Syaifuddin, 2007:76)

Perdarahan dapat dialami kapan saja oleh ibu hamil. Pada trimester pertama kehamilan ada beberapa jenis perdarahan, yaitu: abortus iminiens, abortus insipiens, abortus inkomplet, hamil ektropik. Perdarahan biasanya dikaitkan dengan keguguran. Perdarahan merupakan hal yang paling sering terjadi pada masa kehamilan, persalinan maupun nifas. Bila perdarahan tidak segera ditangani, ini akan berbahaya dan bisa mengancam keselamatan ibu hamil.


(40)

2.1.2.2.9. Anemia Gravis (Zerlina Lalage, 2013: 82)

Anemia pada kehamilan adalah kondisi dimana tubuh memiliki sedikit sel darah merah atau sel tidak dapat membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. Selama kehamilan, volume darah seorang wanita meningkat sebesar 50 persen dan konsentrasi sel darah merah bisa diencerkan. Jika ibu menderita anemia, maka akan berisiko mengalami pendarahan saat melahirkan.

2.1.2.2.10. Hipertensi (Zerlina Lalage, 2013: 37)

Tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit dimana tekanan darah tubuh meningkat dalam waktu yang lama. Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah sistolik 100-140 mmHg dan diastolik 60-90 mmHg. Seorang dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya di atas 140/90 mmHg.

Tekanan darah tinggi saat hamil bisa menurunkan aliran darah ke plasenta, yang akan mempengaruhi persediaan oksigen dan nutrisi pada bayi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan bayi dan meningkatkan risiko saat melahirkan. Hipertensi juga berisiko kerusakan plasenta tiba-tiba, dimana plasenta akan terpisah dari uterus sebelum waktunya. Hipertensi merupakan penyebab utama kematian ibu dan bayi.

2.1.2.2.11. Pre-eklamsia ataupun Eklampsia (Zerlina Lalage, 2013: 41-43)

Jenis hipertensi yang paling berbahaya adalah pre-eklamsia atau keracunan kehamilan. Keadaan ini bisa membahayakan ibu hamil karena merupakan penyebab utama kematian ibu.


(41)

Pre-eklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia. Kondisi ini menyebabkan kejang lalu koma. Kondisi ini mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang dikandung.

2.1.2.2.12. Komplikasi Medis Lainnya

Penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas, penyakit saluran kencing, penyakit hati, penyakit paru, ginjal, hamil dengan tumor (mioma atau kista), dan penyakit lain dalam kehamilan.

2.1.2.3. Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya pada kehamilan adalah suatu tanda atau gejala yang menunjukkan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Taufan Nugroho, 2014:140).

Tanda bahaya dalam kehamilan antara lain (Arsinah, et, al., 2010: 114): 1. Perdarahan.

2. Sakit kepala yang hebat, biasanya disertai dengan peningkatan tekanan darah. 3. Masalah penglihatan.

4. Bengkak tangan, kaki, wajah, pusing, kejang. 5. Gerakan janin berkurang atau tidak ada. 6. Nyeri abdomen yang hebat.


(42)

2.1.3. Kelas Ibu Hamil

2.1.3.1. Pengertian Kelas Ibu Hamil

Kelas ibu hamil adalah sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular, dan akte kelahiran (Dirjen Gizi dan KIA, 2011:1).

Di dalam kelas ibu hamil terdapat kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket kelas ibu hamil yaitu Buku KIA, flip chart (lembar balik), pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil, dan buku senam ibu hamil (Dirjen Gizi dan KIA, 2011:1).

2.1.3.2. Tujuan Kelas Ibu Hamil 2.1.3.2.1. Tujuan Umum.

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB paska persalinan,


(43)

perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular, dan akte kelahiran (Dirjen Gizi dan KIA, 2011:2).

2.1.3.2.2. Tujuan Khusus (Dirjen Gizi dan KIA, 2011:2-3).

1) Terjadi interaksi dan berbagi pengalaman antara peserta (ibu hamil dengan ibu hamil) dan ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan pada kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB paska persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular, dan akte kelahiran.

2) Meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan.

3) Meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang perawatan kehamilan.

4) Meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang persalinan. 5) Meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang perawatan

nifas.

6) Meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang KB paska persalinan.

7) Meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang perawatan bayi baru lahir.

8) Meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil dan anak.


(44)

9) Meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV/AIDS, pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil).

10) Meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang akte kelahiran.

2.1.3.3. Keuntungan Kelas Ibu Hamil (Dirjen Gizi dan KIA, 2011:2)

1) Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman kelas ibu hamil yang memuat mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular, dan akte kelahiran.

2) Penyampaian materi lebih komprehensif karena ada persiapan oleh petugas sebelum menyampaikan materi.

3) Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik tertentu.

4) Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi terstruktur dengan baik.

5) Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat pembahasan materi dilaksanakan.

6) Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.

7) Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam memberikan penyajian materi, sehingga dapat meningkatkan kualitas sistem pembelajaran.


(45)

2.1.3.4. Sasaran Kelas Ibu Hamil

Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 20-32 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga minimal ikut 1 kali pertemuan hingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan dan materi lainnya (Dirjen Gizi dan KIA, 2011:4). 2.1.3.5. Langkah Pendidikan pada Kelas Ibu Hamil

Dalam memberikan pendidikan pada ibu hamil tersebut dilakukan langkah-langkah mulai dari persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran kelas ibu hamil (Depkes dan JICA, 2008) antara lain sebagai berikut:

1) Melakukan identifikasi terhadap ibu hamil yang ada di wilayah kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan umur kehamilannya, sehingga dapat menentukan jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya selama satu tahun.

2) Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya tempat di puskesmas atau polindes, balai desa, posyandu, atau di rumah salah satu warga masyarakat. Sarana belajar menggunakan kursi, tikar, karpet, VCD, dan lain-lain jika tersedia.

3) Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil, serta mempelajari materi yang akan disampaikan.


(46)

4) Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur antara 20-32 minggu kehamilan.

5) Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu fasilitator dan narasumber jika diperlukan.

6) Membuat rencana pelaksanaan kegiatan.

7) Akhir pertemuan dilaksanakan senam ibu hamil sebagai kegiatan/ materi ekstra.

8) Menentukan waktu pertemuan yang disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu bisa dilaksanakan pagi ataupun sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15-20 menit.

2.1.3.6. Materi Pada Kelas Ibu Hamil

Pertemuan kelas ibu hamil dilaksanakan 3 kali selama kehamilan. Pada setiap pertemuan materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan senam hamil. Senam hamil ini merupakan kegiatan/materi ekstra, diharapkan dapat dipraktekkan setelah sampai di rumah. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit 9 (Dirjen Gizi dan KIA, 2011:7).

2.1.3.6.1. Materi Kelas Ibu Hamil ke- 1

1) Kehamilan, Perubahan Tubuh, dan Keluhan a) Apa kehamilan itu?


(47)

c) Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya (kram kaki, wasir, dan nyeri pinggang)

d) Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil

e) Pengaturan gizi termasuk memberi tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia

2) Perawatan Kehamilan

a) Kesiapan psikologis menghadapi kehamilan b) Hubungan suami istri selama kehamilan

c) Obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi selama kehamilan d) Tanda bahaya kehamilan

e) Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) 2.1.3.6.2. Materi Kelas Ibu Hamil Pertemuan ke-2

1) Persalinan

a) Tanda-tanda persalinan b) Tanda bahaya persalinan c) Proses persalinan

d) IMD (Inisiasi menyusu dini) 2) Perawatan Nifas

a) Apa yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui dengan ASI ekslusif? b) Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?

c) Tanda bahaya dan penyakit ibu nifas d) KB paska persalinan


(48)

2.1.3.6.3. Materi Kelas Ibu Hamil Pertemuan ke-3 1) Perawatan Bayi

a) Perawatan bayi baru lahir (BBL) b) Pemberian K1 injeksi pada BBL c) Tanda bahaya pada BBL

d) Pengamatan perkembangan bayi e) Pemberian imunisasi pada BBL 2) Mitos

Penggalian dan penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.

3) Penyakit Menular

a) Infeksi Menular Seksual (IMS) b) Informasi dasar HIV/AIDS

c) Pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil 4) Akte Kelahiran

a) Pentingnya akte kelahiran

2.1.4. Partisipasi

2.1.4.1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun


(49)

kesehatan lingkungannya. Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya, selalu ada suatu stimulus. Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses pemecahan masalah (Umar Fahmi, 2014:136). Di sini, partisipasi berarti keikutsertaan ibu hamil serta keluarga/suami dalam mengikuti, mendukung, dan serta ikut merasakan hasil dari program kelas ibu hamil yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan.

Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan mereka sendiri. Dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:31).

Masyarakat tertentu memiliki kebutuhan serta fungsi. Salah satu fungsinya adalah mengajak orang-orang anggota masyarakat untuk dapat berkegiatan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu bentuk fungsi masyarakat adalah mengajak ibu hamil risiko tinggi yang mengikuti program kelas ibu hamil dan melakukan pemeriksaan kehamilan (Umar Fahmi, 2014:136).

Dalam partisipasi, setiap anggota masyarakat dituntut suatu konstribusi dan sumbangan. Konstribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja, tetapi dapat berbentuk daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini


(50)

dapat diwujudkan di dalam 4 M yaitu manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain), mind (ide) (Soekidjo Notoadmodjo, 2007:125).

Rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor:

1) Adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat dan penolakan eksternal terhadap pemerintah

2) Kurang dana

3) Terbatasnya informasi, pengetahuan, atau pendidikan masyarakat 4) Kurang sesuai dengan kebutuhan

2.1.4.2. Tahap-tahap Partisipasi

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak atau menumbuhkan partisipasi masyarakat, yaitu dengan dua cara (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:126): 2.1.4.2.1. Partisipasi dengan Paksaan

Artinya memaksa masyarakat untuk berkonstribusi dalam suatu program, baik melalui Perundang-Undangan, peraturan, maupun perintah lisan. Cara ini akan lebih cepat dan mudah, namun masyarakat akan takut dan terpaksa, sehingga tidak merasa memiliki terhadap program.

2.1.4.2.2. Partisipasi dengan Persuasi dan Edukasi

Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran, sukar ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan


(51)

penerangan, pendidikan, dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.5. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Kelas Ibu Hamil

Menurut Lowrence Green (1980) yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007:178), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:

2.1.5.1. Faktor Pemudah (Predisposing Factor)

Faktor ini meliputi umur, pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan, sosial ekonomi, budaya, nilai-nilai, dan sebagainya.

2.1.5.1.1. Umur Ibu

Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dapat diperoleh dari pengalaman sehari-hari selain dari faktor pendidikannya (Nurul Hidayati, 2010:32).

Proses belajar manusia tidak ada batasan usia, berlangsung hingga akhir hayat, namun setiap orang yang dewasa akan semakin sulit untuk belajar dikarenakan bertambahnya usia dan menurunnya kemampuan fisik seseorang dalam menangkap informasi yang ada.


(52)

Meskipun dalam suatu lingkungan sosial tertentu, semua wanita hamil tidak mengalami risiko yang sama. Beberapa wanita lebih berisiko saat hamil dibandingkan dengan wanita lain. Disamping faktor yang bermakna seperti perawakan, status gizi, kesehatan wanita, dll, yang paling mudah dikenal adalah faktor universal yang salah satunya adalah umur. Umur yang terlalu muda dan terlalu tua dapat meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan di seluruh dunia (Trijatmo, 1994:31).

Di sini umur dikelompokkan menjadi dua yaitu umur berisiko dan umur tidak berisiko. Dikatakan berisiko jika ibu hamil mempunyai umur dibawah 20 tahun atau mempunyai umur 35 tahun atau lebih dihitung dari awal kehamilannya. Dikatakan tidak berisiko apabila ibu mempuyai umur 20-34 tahun.

2.1.5.1.2. Tingkat Pendidikan Ibu Hamil

Menurut Dictionary Of Education, pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup. Proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan individu yang optimal.

Klasifikasi pendidikan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 47 tahun 2008 tentang wajib belajar, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.


(53)

2.1.5.1.3. Pekerjaan Ibu hamil

Pekerjaan merupakan aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan program kesehatan (kelas ibu hamil) (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

Adapun waktu kerja bagi pekerja yang dipekerjakan yaitu waktu siang 7 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja, sedangkan waktu malam hari yaitu 6 jam satu hari dan 35 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja (Panji Anoraga, 2005:120).

2.1.5.1.4. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kelas Ibu Hamil

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dll). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai dihasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh perhatian dan persepsi terhadap objek (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121).

Pengetahuan mempunyai tingkatan yaitu: (1) tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, (2) memahami (comprehension) yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, (3) aplikasi (application) yaitu kemampuan untuk


(54)

menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi sebenarnya, (4) analisis (analysis) yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain, (5) sintesis (synthesiss) kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, (6) evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:122).

2.1.5.1.5. Sikap Ibu Hamil Terhadap Kelas Ibu Hamil

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek tertentu. Sikap menggambarkan suka atau tidaknya seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang terdekat (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:197)

Komponen sikap (Soekidjo Notoadmodjo, 2007:148) yaitu: (1) kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu objek, (2) kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, (3) kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini membentuk sikap yang utuh berdasarkan pengetahuan, keyakinan, dan emosi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung adapat dilakukan dengan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).


(55)

2.1.5.2. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya, fasilitas, dan sarana prasarana.

2.1.5.2.1. Ketersediaan Informasi tentang Kelas Ibu Hamil

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi akan mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Pada kelompok ibu hamil yang diberi informasi tentang kelas ibu hamil melalui media cetak maupun elektronik dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi ibu dalam mengikuti kelas ibu hamil ( Sri Sukesih, 2012:28).

Ketersediaan informasi bia berasal dari media cetak, media elektronik (seperti TV, Radio, dan internet), teman, warga sekitar maupun petugas kesehatan. Tidak hanya terpaku pada informasi dari petugas kesehatan saja.

2.1.5.2.2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana di Kelas Ibu Hamil

Sarana dan prasara sangat dibutuhkan pada program kelas ibu hamil untuk menunjang kelancaran program. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dari dana BOK dengan menggunakan paket kelas ibu hamil, yaitu buku KIA, flip chart (lembar balik), pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil, dan buku senam ibu hamil. Namun jika salah satu sarana prasarananya tidak lengkap, kelas ibu hamil harus tetap dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara petugas dengan seluruh peserta/ibu hamil (Dirjen Gizi dan KIA, 2011:1).


(56)

2.1.5.2.3. Keterjangkauan Tempat Pelaksanaan Kelas Ibu hamil

Rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti program kesehatan seringkali disebabkan oleh faktor jarak antara rumah dan fasilitas tersebut yang terlalu jauh atau sulit dijangkau (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:179).

Keterjangkauan ini dapat dinilai dari beberapa aspek sebagai berikut: 1) Jarak Rumah ke Tempat Kelas Ibu Hamil

Dekatnya jarak rumah ibu hamil dengan tempat kelas ibu hamil sering mempengaruhi kecepatan dan partisipasi mereka dalam mengikuti kelas ibu hamil. Ibu yang menempuh jarak yang jauh akan membutuhkan waktu yang lama menuju tempat kelas ibu hamil. Ibu yang menempuh waktu yang lama menuju tempat kelas ibu hamil cenderung malas mengikuti program daripada ibu yang menempuh jarak dekat dan waktu singkat. Waktu tempuh sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam mengikuti kelas ibu hamil (Djoko Wijono, 2000:236).

2) Waktu Tempuh

Ibu hamil yang menempuh waktu perjalanan yang lebih lama, lebih berisiko untuk tidak mengikuti kelas ibu hamil (Siti Mahmudah, 2008:59). Waktu tempuh dapat menggambarkan jarak yang ditempuh dan juga menggambarkan kondisi jalan yang dilalui.


(57)

3) Kondisi Jalan

Kondisi jalan sangat berpengaruh terhadap partisipasi ibu hamil dalam mencapai tempat kelas ibu hamil. Kondisi jalan yang rusak atau berlubang dapat menghambat pelaksanaan program karena banyak peserta yang tidak hadir dalam setiap pertemuan kelas ibu hamil. Kondisi jalan yang rusak ditambah dengan kondisi ibu hamil yang rentan dan mudah lelah dapat mengurungkan niat ibu hamil untuk berpartisipasi dalam kelas ibu hamil.

4) Jenis Transportasi

Pentingnya sistem transportasi dalam perkembangkan dunia bersifat multidimensi. Salah satu fungsi dari tansportasi adalah mempermudah mencapai tempat pelayanan kesehatan. Transportasi sangat penting dalam menunjang kemajuan berbagai bidang. Dengan menggunakan transportasi yang baik dan bagus dapat meningkatkan partisipasi seseorang dalam program kesehatan salah satunya adalah kelas ibu hamil.

2.1.5.3. Faktor Pendorong (Reinforsing Factor)

Faktor pendorong yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.1.5.3.1. Dukungan Keluarga

Keluarga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh karena itu, untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di


(58)

dalam keluarga mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Keluarga juga merupakan pemicu seseorang untuk berbuat sesuatu (Soekidjo Notoatmodjo, 2003, 18-19).

Dorongan dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil untuk mengikuti kelas ibu hamil serta pemeriksaan kehamilan lainnya sangat diperlukan. Dukungan keluarga atau suami dapat diukur dengan melihat, mendukung atau tidaknya terhadap keikutsertaan ibu dalam kelas ibu hamil. Dukungan suami pada program kelas ibu hamil dapat dilihat dari keikutsertaan suami minimal 1 kali pertemuan di kelas ibu hamil (Dirjen Gizi dan KIA, 2011:4).

2.1.5.3.2. Dukungan Pemerintah Desa

Peran serta pemerintah desa seperti Kepala Desa, Kepala Dusun, RT, RW, serta peran masyarakat pada semua kegiatan sangat dibutuhkan terutama di bidang kesehatan. Meningkatnya peran serta pemerintah desa dan anggota masyarakat itu sendiri dapat dilihat dari partisipasi seluruh komponen masyarakat termasuk dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama. Bentuk dukungan sosial di sini meliputi beberapa jenis kegiatan maupun sumbangan seperti penyuluhan, pendidikan, pelatihan petugas dan kader, memberikan fasilitas pendukung, maupun menyediakan tempat dan lain sebagainya.

2.1.5.3.3. Dukungan Petugas Kesehatan

Segala usaha dan kemampuan yang diberikan oleh petugas kesehatan berupa pengembangan program baik yang dilakukan secara rutin maupun program tambahan, berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan program, serta


(59)

kegiatan-kegiatan pada waktu-waktu tertentu dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan program kelas ibu hamil.

Dukungan petugas sangatlah membantu, dimana dengan adanya dukungan dari petugas sangat besar arti dan manfaatnya bagi ibu hamil risiko tinggi untuk dapat termotivasi dalam mengikuti kelas ibu hamil yang dilaksanakan. Petugas kesehatan atau bidan adalah orang yang sering memeriksa kandungan dan sering berinteraksi dengan ibu hamil, sehingga ibu hamil lebih cenderung mengikuti pengarahan dari bidan desa. Dengan sering berinteraksi akan sangat mempengaruhi rasa percaya dan menerima kehadiran petugas bagi dirinya, serta motivasi atau dukungan yang diberikan petugas sangat besar artinya terhadap keikutsertaan ibu dalam mengikuti program kelas ibu hamil.


(60)

2.2. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah visualisasi yang biasanya berbentuk bagan yang menggambarkan hubungan-hubungan (yang secara teoritis dapat terjadi) antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. Kerangka teori menurut Lawrence Green (1980) pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Predisforcing Factor: 1. Umur Ibu Hamil

2. Tingkat Pendidikan Ibu Hamil 3. Pekerjaan Ibu Hamil

4. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kelas Ibu Hamil

5. Sikap Ibu Hamil Terhadap Kelas Ibu Hamil

Partisipasi Ibu Hamil Risiko

Tinggi Enabling Factor:

1. Ketersediaan Informasi

2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana di Kelas Ibu Hamil

3. Keterjangkauan Tempat Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Reinforcing Factor:

1. Dukungan Keluarga

2. Dukungan Pemerintah Desa 3. Dukungan Petugas Kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi dari Soekidjo Notoatmodjo, 2003; Soekodjo Notoatmodjo, 2007; Soekodjo Notoatmodjo, 2012; Djoko Wijono, 2000; Geulis Nursasih, 2012; Trijatmo Rachimhadhi, 1994; Hariza Adnani, 2011.


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 83)

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 1. Umur

2. Tingkat Pendidikan 3. Pekerjaan I

4. Pengetahuan 5. Sikap

6. Ketersediaan Informasi 7. Ketersediaan Sarana dan

Prasarana 8. Keterjangkauan 9. Dukungan Keluarga

10. Dukungan Pemerintah Desa 11. Dukungan Petugas Kesehatan

Partisipasi Ibu Hamil Risiko Tinggi dalam Mengikuti Kelas Ibu Hamil

Variabel Pengganggu Kepercayaan dan Nilai Budaya


(62)

3.2. Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: 3.2.1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010:61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, ketersediaan informasi, ketersediaan sarana dan prasarana, keterjangkauan, dukungan keluarga, dukungan pemerintah desa, dan dukungan petugas kesehatan.

3.2.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam mengikuti program kelas ibu hamil.

3.2.3. Variabel Confounding (Variabel Pengganggu)

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2010:62). Variabel ini merupakan variabel yang tidak diteliti, namun dapat mempengaruhi hasil penelitian. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah budaya masyarakat.

Variabel pengganggu dikendalikan dengan cara restriksi, yaitu proses menyingkirkan variabel perancu atau pengganggu dari setiap subjek penelitian (Sudigdo Sostroasmoro, 2002:163). Cara pengendalian variabel pengganggu ini


(63)

adalah budaya masyarakat dianggap sama karena masih dalam satu wilayah kerja puskesmas. Sampel dipilih dari penduduk/ibu hamil yang memang asli penduduk setempat, bukan pindahan dari daerah lain karena budayanya cenderung berbeda antara satu daerah dengan daerah lain.

3.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:84). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

3.3.1. Hipotesis Mayor

Ada faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam mengikuti program kelas ibu hamil di Desa Kedungwinong, Baleadi, Porangparing (wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2).

3.3.2. Hipotesis Minor

3.3.2.1. Ada hubungan antara umur ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

3.3.2.2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2. 3.3.2.3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi

dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

3.3.2.4. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.


(64)

3.3.2.5. Ada hubungan antara sikap ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

3.3.2.6. Ada hubungan antara ketersediaan informasi untuk ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

3.3.2.7. Ada hubungan antara sarana prasarana yang terdapat pada kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

3.3.2.8. Ada hubungan antara keterjangkauan tempat pelaksanaan kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

3.3.2.9. Ada hubungan antara dukungan keluarga ibu hamil risiko tinggi dengan partisipasi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2. 3.3.2.10. Ada hubungan antara dukungan pemerintah desa terhadap kelas ibu

hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.

3.3.2.11. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan terhadap kelas ibu hamil dengan partisipasi ibu hamil risiko tinggi dalam kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2.


(65)

3.3. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel Definisi

Operasional

Cara Pengukuran

Klasifikasi Skala

Penguku-ran Variabel Terikat

Partisipasi. Peran serta responden pada saat pelaksanaan kelas ibu hamil dalam bentuk keikutsertaannya dalam kelas ibu hamil, memberi masukan

pikiran,

tenaga, waktu, keahlian, serta ikut

memanfaatkan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Wawancara mengguna-kan kuesioner. 1. Tidak berpartisipasi. 2. Berpartisipasi. (Sumber:

Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA, 201).

Ordinal.

Variabel Bebas Umur. Umur responden

(dalam tahun) saat hamil.

Umur yang

diukur adalah umur ibu saat memasuki awal kehamilannya, sehingga dapat dikelompokan menjadi umur berisiko dan umur tidak berisiko.

Kuesioner. 1. Umur berisiko, jika <20 tahun dan ≥ 35 tahun. 2. Umur tidak

berisiko, jika 20-34 tahun (Sumber:Vera, 2012). Ordinal. Tingkat pendidik-an. Pendidikan formal terakhir yang diikuti ibu yang dinyatakan

Kuesioner. 1. Tidak tamat pendidikan dasar 9 tahun


(66)

dengan pemberian ijasah. Ibu yang pendidikannya lebih rendah lebih berisiko untuk tidak berpartisipasi dalam mengikuti kelas ibu hamil.

(tidak sekolah, lulus/tidak lulus SD, dan tidak lulus SMP). 2. Tamat

pendidikan dasar 9 tahun (lulus SMP, lulus SMA, lulus D3, lulus S1/S2/S3)

(Sumber: Didik

Wiharyadi, 2004). Pekerjaan. Kegiatan utama

responden yang dilakukan di rumah dan di luar rumah untuk

mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu yang masih bekerja saat hamil berisiko untuk tidak mengikuti kelas ibu hamil.

Kuesioner. 1. Bekerja. 2. Tidak bekerja.

Nominal.

Pengetahuan. Kemampuan ibu untuk

mengetahui informasi

tentang program kelas bumil meliputi pengertian, tujuan, tempat pelaksanaan kelas ibu hamil, dan Kuesioner dengan alternatif jawaban favourable: 1.Benar = 1 2.Salah = 0 3.Tidak

tahu= 0 Alternatif

1. Pengetahuan kurang, jika skor ≤ 50% . 2. Pengetahuan

baik, jika > 50%

(Sumber: Budiman dan Agus Irianto, 2013).


(67)

keuntungan.Pen getahuan ibu yang kurang, berisiko untuk tidak

berpartisipasi dalam mengikuti kelas ibu hamil.

jawaban unfavourable: 1.Benar =0 2.Salah = 1 3.Tidak

tahu=0 (Sumber: Sugiyono, 2012: 93). Sikap. Kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak

langsung dalam mengikuti kelas ibu hamil dan bukan

merupakan pelaksanaan dari motif tertentu. Sikap ibu yang negatif berisiko untuk tidak berpartisipasi dalam

pelaksanaan kelas ibu hamil.

Kuesioner dengan alternatif jawaban favourable: 1.Sangat

Setuju = 5 2. Setuju = 4 3.Ragu-ragu

= 3

4.Tidak setuju = 2

5. Sangat tidak setuju = 1

Alternatif jawaban unfavourable:

1.Sangat Setuju = 1 2. Setuju = 2 3.Kurang

setuju = 3 4.Tidak setuju

= 4 5. Sangat

tidak setuju = 5

1. Kurang baik, total skor ≤ mean, jika data terdistribusi normal. Jika data terdistribusi tidak normal, maka total skor ≤ median.

2. Baik, total skor >mean, jika data terdistribusi normal. Jika data terdistribusi tidak normal, maka total skor > median.


(1)

9. Dukungan Keluarga

DUKUNGAN KELUARGA * PARTISIPASI Crosstabulation

PARTISIPASI Total TIDAK BERPARTISI PASI BERPARTISI PASI DUKUNGAN KELUARGA TIDAK MENDUKUNG Count

28 17 45

Expected Count 22.5 22.5 45.0

% within

PARTISIPASI 80.0% 48.6% 64.3%

MENDUKUNG Count 7 18 25

Expected Count 12.5 12.5 25.0

% within

PARTISIPASI 20.0% 51.4% 35.7%

Total Count 35 35 70

Expected Count 35.0 35.0 70.0

% within

PARTISIPASI 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.529a 1 .006

Continuity Correctionb 6.222 1 .013

Likelihood Ratio 7.726 1 .005

Fisher's Exact Test .012 .006

Linear-by-Linear Association 7.421 1 .006

N of Valid Casesb 70

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for DUKUNGAN KELUARGA (TIDAK MENDUKUNG / MENDUKUNG)

4.235 1.466 12.235

For cohort PARTISIPASI =

TIDAK BERPARTISIPASI 2.222 1.139 4.336

For cohort PARTISIPASI =

BERPARTISIPASI .525 .335 .821


(2)

10. Dukungan Pemerintah Desa

DUKUNGAN PEMERINTAH DESA * PARTISIPASI Crosstabulation

PARTISIPASI Total TIDAK BERPARTISI PASI BERPARTISI PASI DUKUNGAN PEMERINTAH DESA TIDAK MENDUKUNG Count

25 14 39

Expected Count 19.5 19.5 39.0

% within

PARTISIPASI 71.4% 40.0% 55.7%

MENDUKUNG Count 10 21 31

Expected Count 15.5 15.5 31.0

% within

PARTISIPASI 28.6% 60.0% 44.3%

Total Count 35 35 70

Expected Count 35.0 35.0 70.0

% within

PARTISIPASI 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.006a 1 .008

Continuity Correctionb 5.790 1 .016

Likelihood Ratio 7.135 1 .008

Fisher's Exact Test .015 .008

Linear-by-Linear Association 6.906 1 .009

N of Valid Casesb 70

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for DUKUNGAN PEMERINTAH DESA (TIDAK MENDUKUNG /

MENDUKUNG)

3.750 1.383 10.169

For cohort PARTISIPASI =

TIDAK BERPARTISIPASI 1.987 1.133 3.484

For cohort PARTISIPASI =

BERPARTISIPASI .530 .326 .860


(3)

11. Dukungan Petugas Kesehatan

DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN * PARTISIPASI Crosstabulation

PARTISIPASI Total TIDAK BERPARTISI PASI BERPARTISI PASI DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN TIDAK MENDUKUNG Count

28 18 46

Expected Count 23.0 23.0 46.0

% within

PARTISIPASI 80.0% 51.4% 65.7%

MENDUKUNG Count 7 17 24

Expected Count 12.0 12.0 24.0

% within

PARTISIPASI 20.0% 48.6% 34.3%

Total Count 35 35 70

Expected Count 35.0 35.0 70.0

% within

PARTISIPASI 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.341a 1 .012

Continuity Correctionb 5.136 1 .023

Likelihood Ratio 6.488 1 .011

Fisher's Exact Test .022 .011

Linear-by-Linear Association 6.250 1 .012

N of Valid Casesb 70

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN (TIDAK MENDUKUNG / MENDUKUNG)

3.778 1.308 10.913

For cohort PARTISIPASI =

TIDAK BERPARTISIPASI 2.087 1.073 4.059

For cohort PARTISIPASI =

BERPARTISIPASI .552 .355 .860


(4)

Lampiran 15

Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Ibu Wulan Sari (1 Desember 2015), Responden Kasus

Wawancara dengan Ibu Cahyani Indriyani (1 Desember 2015), Responden

Kontrol.


(5)

Wawancara Bidan Desa Kedungwinong (11 Desember 2015)

Tempat Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Desa Porangparing

Tempat Pelaksanaan Kelas

Ibu Hamil Desa Baleadi


(6)

Tempat Pelaksanaan Kelas Ibu

Hamil Desa Kedungwinong

Sarana Prasarana di Kelas


Dokumen yang terkait

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GLADAK PAKEM KABUPATEN JEMBER TAHUN 2013

1 8 18

Faktor – Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanaran Semarang Tahun 2013.

0 8 15

PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PROGRAM KELAS IBU Perbandingan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum Dan Sesudah Mengikuti Program Kelas Ibu Di Wilayah Bangsri Jepara.

0 2 12

PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PROGRAM KELAS IBU Perbandingan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum Dan Sesudah Mengikuti Program Kelas Ibu Di Wilayah Bangsri Jepara.

0 3 9

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERSONAL IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOLILO I KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI.

0 0 8

Faktor-Faktor Risiko Ibu Hamil Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel I Boyolali Tahun 2008.

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

0 0 5

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CENRANA KABUPATEN MAROS

0 0 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TALANG TEGAL

0 0 20