POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK (STUDI DESKRIPTIF ANALISIS DI SMA NEGERI 3 CIMAHI).

(1)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BELAJAR KEPADA ANAK (Studi Kasus di SMA Negeri 3 Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Ayudha Puspita

1000356

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh Ayudha Puspita

1000356

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Ayudha Puspita 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D 196804031991032002

Pembimbing II

Dra. Wilodati, M.Si 196801141992032002

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi

Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D 196804031991032002


(4)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D 196804031991032002

Pembimbing II

Dra. Wilodati, M.Si 196801141992032002

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi

Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D 196804031991032002


(5)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembimbing 2: Dra. Wilodati., M.Si E-mail : ayudhapuspita@gmail.com

Abstrack : The family is a small community that is the first cell of a large society, people are not going to have an existence without the presence of family. The family is also as the first school for children, where the child's family absorbs the In this family environment established of a process of personal care that mature to be able to live in a life as expected. Parenting in an ideal family happened when there is done by both parents. Father and mother work together hand in hand to provide care, guidance, motivation and education to their children. Based on the above, the formulation of the research are as follows: 1) How to use parenting working mother to child at SMAN 3 Cimahi, 2) How the mother works in motivating children to learn in SMAN 3 Cimahi, 3) what factors influence the selection of a mother's parenting work to provide the motivation to learn to children in SMAN 3 Cimahi. This study used a qualitative approach with case study method. A qualitative approach is used to obtain in-depth data, the data implies. Data collection techniques in this study using observations, interviews, and documentation. The results showed that parenting used by working mothers to their children who attend school in SMAN 3 Cimahi are vary depending on social status, environmental conditions and practices applied in the family. In this study, the parenting very dominant in this case is a democratic parenting. While the mother works in a way to motivate learning to children, has its own way of providing learning motivation in accordance with applicable parenting in the family. And there are many factors that influence the selection of working mothers parenting in providing motivation to learn to their children, including environmental factors, cultural factors and socioeconomic status factors.


(6)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inilah terjadi proses pengasuhan demi terbentuknya pribadi yang matang untuk dapat menjalani kehidupan sesuai yang diharapkan. Pola pengasuhan anak di dalam suatu keluarga yang ideal apabila dilakukan oleh kedua orangtuanya. Ayah dan ibu bekerja sama saling bahu-membahu untuk memberikan asuhan, bimbingan, motivasi dan pendidikan kepada anaknya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pola asuh yang digunakan ibu bekerja kepada anak di SMA Negeri 3 Cimahi, 2) Bagaimana gambaran ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anak di SMA Negeri 3 Cimahi, 3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemilihan pola asuh seorang ibu bekerja untuk memberikan motivasi belajar kepada anak di SMA Negeri 3 Cimahi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola asuh yang digunakan oleh ibu bekerja terhadap anaknya yang bersekolah di SMA Negeri 3 Cimahi ini bermacam-macam tergantung dari status sosial, kondisi lingkungan serta kebiasaan yang diterapkan di keluarga tersebut. Pada hasil penelitian ini maka pola asuh yang sangat dominan pada hal ini adalah pola asuh demokratis. Sedangkan cara ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anak, memiliki cara tersendiri dalam memberikan motivasi belajarnya sesuai dengan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga tersebut. Dan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anaknya, diantaranya ada faktor lingkungan, faktor budaya dan faktor status sosial ekonomi.


(7)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Keluarga merupakan suatu sistem kompleks yang di dalamnya terdapat ikatan di antara anggotanya dan rasa saling memiliki. Keluarga menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2003, hlm. 176) adalah, “bentuk masyarakat terkecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan, yaitu kesatuan antara ayah ibu dan anak yang merupakan kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat”. Keluarga adalah masyarakat kecil yang merupakan sel pertama bagi masyarakat besar, masyarakat besar tidak akan mempunyai eksistensi tanpa hadirnya keluarga. Keluarga juga sebagai sekolah pertama bagi anak-anak, dimana dalam keluarga anak menyerap nilai-nilai keterampilan, pengetahuan dan perilaku yang ada di dalamnya. Dengan demikian keluarga mempunyai peran yang sangat dominan dalam mengantarkan pribadi menjadi manusia seutuhnya. Namun demikian, masing-masing keluarga akan membawa misinya menurut konsep yang dibangun.

Di lingkungan keluarga inilah terjadi proses pengasuhan demi terbentuknya pribadi yang matang untuk dapat menjalani kehidupan sesuai yang diharapkan. Salah satu sosok yang paling berperan dalam pembentukan kepribadian tersebut tentunya adalah orang tua. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah.

Orang tua menjadi pendamping utama dalam setiap perkembangan anak-anak mereka. Orang tua menjadi contoh pertama dan yang paling utama bagi anak. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak


(8)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

dikemudian hari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartono (1992, hlm. 19) “keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar


(9)

dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial”. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak.

Keluarga juga memiliki berbagai fungsi yang akan membentuk kepribadian anak dikemudian hari. Sesuai dengan pernyataan Soelaeman (1994, hlm. 81) yang mengemukakan bahwa, “fungsi-fungsi keluarga itu diantaranya: fungsi edukatif, fungsi sosialisasi, fungsi protektif, fungsi religius, fungsi rekreasi, fungsi afeksi, fungsi biologis, dan fungsi ekonomis”. Semua itu adalah fungsi-fungsi yang didapatkan dalam keluarga. Dan pada setiap fungsinya akan berbeda pelaksanaannya dan hasilnya tergantung bagaimana pola asuh yang digunakan oleh masing-masing keluarga tersebut.

Pola pengasuhan anak di dalam suatu keluarga yang ideal apabila dilakukan oleh kedua orangtuanya. Ayah dan ibu bekerja sama saling bahu-membahu untuk memberikan asuhan, bimbingan, motivasi dan pendidikan kepada anaknya. Mereka menyaksikan dan memantau perkembangan anak-anaknya secara optimal. Namun kenyataannya kondisi ideal tersebut tidak selamanya dapat dipertahankan atau diwujudkan antar satu sama lain. Karena hal ini terkait dengan kebutuhan keluarga yang sifatnya berbeda-beda.

Ada beberapa pola pengasuhan yang biasanya umum digunakan oleh para orang tua, diantaranya ada pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh tak acuh dan pola asuh yang memanjakan anak. Pada keempat pola asuh ini tidak semua orang tua mengetahui secara pasti pola asuh mana yang mereka gunakan di dalam mengasuh anaknya, yang mereka tahu secara pasti adalah suatu pola pengasuhan yang sekiranya sesuai dengan karakter anak, situasi serta kondisi yang terjadi di dalam keluarganya.

Dalam pengasuhan yang diberikan kepada anak di dalam keluarga, orang tua yaitu ayah dan ibu haruslah bekerja sama dalam memberikan pengasuhan. Ayah sebagai kepala keluarga harus memberikan contoh bagaimana sikap kepimimpinan dan bertanggung jawab kepada anaknya. Sebagai kepala keluarga juga, maka ayah bertugas untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Berhubungan dengan tugas ayah tersebut maka dapat


(10)

dipastikan kehadiran sosok ayah akan memiliki waktu yang sedikit dalam berinteraksi dengan anaknya. Pada posisi ini maka sosok ibu lah yang lebih sering berinteraksi dengan anaknya. Tugas ibu secara umum yaitu mengasuh, mendidik dan memberikan motivasi kepada anak di dalam rumah serta memberikan pendidikan yang pertama bagi anak yang nantinya akan berinteraksi langsung ke dalam masyarakat luas.

Pendidikan dalam keluarga adalah tanggungjawab orang tua, dengan peran ibu lebih banyak. Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persolan yang amat menarik bagi seorang pendidik dan ibu-ibu yang setiap saat menghadapi anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Secara kodrat seorang ibu biasanya lebih banyak berperan dalam mendidik, mengasuh, membimbing dan memberikan motivasi kepada anak. Hal ini mengingatkan bahwa kesempatan ibu untuk bertemu dengan anaknya lebih banyak dan hubungan dengan anaknya akan lebih dekat, sehingga seorang ibu akan lebih mudah memahami karakter seorang anak. Oleh karena itu seorang ibu memiliki peranan yang sangat besar bagi terciptanya suatu iklim dalam kehidupan yang baik terutama bagi perkembangan kepribadian anak, proses pengasuhan, membimbing dan memberikan motivasi kepada anak.

Namun realitasnya pada zaman modern ini banyak wanita yang sudah memiliki karir di luar rumah, dengan berkembangnya zaman maka tuntutan hidup dan kebutuhan rumah tangga pun akan semakin meningkat. Tetapi banyak ibu yang tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Mungkin ada sebagian yang terlalu sibuk dengan kariernya hingga terkadang seperti menyerahkan tanggung jawab terbesar dalam pendidikan kepada pihak sekolah atau anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan pengasuh yang bisa jadi “kurang berkualitas”. Atau mungkin ada yang merasa menyerah dan putus asa dalam mendidik anak karena kurang pengetahuan sehingga bingung tidak mengerti dengan apa yang harus dilakukan. Seperti hal yang diungkapkan oleh Pujosuwarno (dalam Nurlaila, 2009, hlm. 4), bahwa: ‘Ibu-ibu yang bekerja secara fisik dan psikis, ia akan mengalami kelelahan, sehingga hubungan dengan anggota keluarga juga dengan anak-anak akan melemah serta kesempatan yang tersedia untuk anak-anak menjadi terbatas’.


(11)

Seorang ibu mempunyai peran vital dalam pengasuhan dan pemberian motivasi yang menjadi bagian terpenting dalam setiap perkembangan sang anak. Ketika seorang ibu mempunyai peran ganda atau memiliki kesibukan lain di luar tanggung jawab sebagai seorang ibu, secara tidak langsung dapat berdampak pada proses pengasuhan yang diberikan. Di era modern seperti sekarang ini banyak sekali seorang ibu yang bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Seorang ibu dituntut mencari nafkah sebagai penambah penghasilan suami, karena peran ayah tidak secara optimal dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan juga karena tuntutan zaman baru di dalam masyarakat yang mengalami masa emansipasi wanita.

Seorang ibu yang bekerja akan membagi perhatian untuk pekerjaan dan keluarga tentunya. Hal inilah yang menjadi tantangan seorang ibu ketika menjalankan peran ganda. Seorang ibu dihadapkan pada sebuah tuntutan karir dan seharusnya tidak meninggalkan kewajiban utamanya sebagai seorang pengasuh, pembimbing dan pemberi motivasi kepada anak. Sehingga meskipun memiliki berbagai kesibukan di luar rumah tetap dapat berbagi waktu dengan proses pengasuhan, pembimbingan dan pemberian motivasi belajar kepada anak-anak.

Pemberian motivasi dari seorang ibu kepada anak-anak yang masih berada pada usia sekolah cukuplah penting dan dapat memberikan pengaruh yang cukup besar kepada anaknya tersebut. Seorang ibu haruslah kreatif dalam memberikan motivasi ataupun dorongan belajar kepada anaknya. Tentunya tidak dengan cara memaksa anak, namun lebih pada memberi arahan dan dukungan sehingga anak merasa lebih nyaman melakukan segala kegiatan dan aktifitasnya. Dukungan yang diberikan oleh seorang ibu sangat diperlukan anak. Contohnya, saat anak mendapat nilai jelek waktu ulangan, ibu tidak boleh langsung memarahinya. Sebaiknya tanyakan pada anak kenapa bisa dapat nilai jelek, kemudian beri jalan keluar. Seorang ibu yang bekerja di luar rumah pun jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor. Usahakan sebisa mungkin ibu berbincang-bincang dengan anak dalam keadaan yang tidak terlalu serius. Perbincangan itu bisa dimulai mengenai bagaimana suasana sekolah hari ini, atau mengenai teman-teman dekat anak yang sering bermain bersama di sekolah. Hal ini cukup efektif untuk membuat anak


(12)

merasa cukup diperhatikan oleh ibu walaupun ibunya sudah sibuk bekerja di luar rumah. Hal ini pula bisa membuat anak merasa telah diberikan dorongan atau motivasi positif mengenai pembejalaran di sekolah ataupun mengenai kegiatan sekolah yang telah dilalui oleh anak.

Peneliti tertarik untuk membahas mengenai pola asuh ibu bekerja karena dilihat dari perkembangannya semakin banyak ibu-ibu yang bekerja mencari nafkah untuk membiayai perekonomian keluarganya dan tidak jarang para ibu bekerja itu memiliki anak yang masih berada di usia sekolah yang masih membutuhkan perhatian dan motivasi belajar terhadap anaknya tersebut. Peneliti ingin mengetahui apakah dengan tersitanya waktu seorang ibu berada dirumah maka akan tersita juga waktu untuk memberikan sebuah motivasi belajar anaknya dirumah. Dan adapun alasan peneliti mengganggap masalah ini penting karena peneliti telah melakukan pra penelitian dan ditemukan beberapa siswa yang mengemukakan bahwa ibu mereka yang bekerja sudah jarang memperhatikan atau sekedar bertanya mengenai perkembangan anaknya di sekolah. Para siswa tersebut merasa kurang diperhatikan dan kurang diberikan motivasi ketika merasa sulit untuk mendapatkan motivasi belajar di dalam rumahnya.

Pada penelitian terdahulu mengenai ibu bekerja sudah pernah diteliti oleh Meilani Nurlaila, seorang mahasiswi jurusan pendidikan luar sekolah di Universitas Pendidikan Indonesia yang meneliti mengenai upaya ibu bekerja dalam membimbing anak di rumah (studi kasus di PT. Sarimelati Kencana Cabang King Plaza Kota Bandung), yang pada penelitiannya memfokuskan kepada cara membimbing anak yang dilakukan oleh ibu yang bekerja. Banyak hambatan yang dirasakan para ibu bekerja tersebut karena keterbatasan waktu, frekuensi pertemuan, keterbatasan keterampilan dan penyerahan pengawasan kepada orang lain. Tetapi, tidak sedikit juga hal positif yang dirasakan apabila seorang ibu bekerja diluar rumah. Hal positif yang dirasakan adalah dapat menambah pemasukan ekonomi terhadap keluarga tersebut, tugas seorang ibu tidak hanya didalam rumah dan dapat menambah pergaulan.

Pada penelitian ini difokuskan kepada bagaimana pola asuh dari ibu bekerja dalam pemberian motivasi belajar kepada anak. Motivasi belajar memang dapat


(13)

diperoleh dari mana saja, akan tetapi pihak orang tua khususnya ibu akan menjadi peranan yang cukup penting untuk anaknya. Dapat kita lihat bahwa seorang bapak akan sangat sibuk untuk bekerja mencari nafkah untuk keluarganya dan apabila ibu juga turut bekerja maka pihak mana yang akan memotivasi anaknya dalam belajar. Hal ini harus cukup diperhatikan bagi kedua orang tua, khususnya ibu yang bekerja di luar rumah dalam jangka waktu yang cukup lama. Anak akan menjadi terbengkalai apabila tidak mendapat perhatian dan pemberian motivasi belajar yang cukup dari orang tuanya tersebut.

Dalam hal ini apapun pola asuh yang digunakan oleh orang tua khususnya ibu bekerja dalam pemberian motivasi harus diperhatikan, karena berbedanya suatu pola asuh yang digunakan maka akan berbeda pula pemberian motivasi belajar kepada anaknya yang bersekolah khususnya pada penelitian ini di SMA Negeri 3 Cimahi. Dari hal-hal diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Pola Asuh Ibu Bekerja dalam Memberikan Motivasi Belajar

Kepada Anak (Studi Deskriptif Analisis di SMA Negeri 3 Cimahi)”

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pola asuh yang digunakan ibu bekerja kepada anak di SMA Negeri 3 Cimahi?

2. Bagaimana gambaran ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anak di SMA Negeri 3 Cimahi?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemilihan pola asuh seorang ibu bekerja untuk memberikan motivasi belajar kepada anak di SMA Negeri 3 Cimahi?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh yang digunakan ibu bekerja kepada anak di SMA 3 Cimahi.


(14)

2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anak di SMA Negeri3 Cimahi.

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan pola asuh seorang ibu bekerja untuk memberikan motivasi belajar kepada anak di SMA Negeri 3 Cimahi.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam suatu kajian teori-teori sosiologi keluarga dan gender khususnya mengenai pola asuh di dalam suatu keluarga yang dimana orang tua, lebih khususnya ibu bekerja dalam memberikan motivasi terhadap anaknya. Serta dapat memberikan suatu pengetahuan untuk para keluarga yang ibunya bekerja bagaimana memberikan suatu motivasi kepada anaknya yang masih usia sekolah.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dalam bidang ilmu sosiologi khususnya mengenai masalah yang ada di sosiologi keluarga yang berkenaan dengan pola asuh ibu bekerja sebagaimana khususnya dan menambah pengalaman peneliti dalam penelitian di lingkungan keluarga pada umumnya.

b. Bagi Orang tua, agar dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam mendidik anak dan menerapkan pola asuh yang sesuai dalam memberikan motivasi belajar terhadap anaknya.

c. Bagi Pihak Sekolah, dapat membantu para siswa memberikan motivasi dalam belajar agar para siswa dapat meningkatkan potensi dirinya dalam proses belajar mengajar.

d. Bagi Pembaca, memberikan informasi baik tertulis maupun tidak tertulis sebagai referensi mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anaknya sehingga para ibu dimanapun dapat memberikan perhatian dan motivasi belajar yang utuh terhadap anak-anaknya.


(15)

3. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Struktur organisasi skripsi berisi rincian mengenai urutan dari setiap bab dan bagian bab dalam seluruh penulisan skripsi, yang terdiri dari bab satu sampai bab terakhir, yaitu bab lima. Rincian urutan dari setiap bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini terdapat beberapa sub bab yang ada didalamnya, terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang dibagi dua berupa manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis serta terdapat stuktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, pada bab ini merupakan gambaran umum mengenai dasar penelitian dan teori yang melandasi permasalahan dalam penelitian. Terdapat beberapa juga teori-teori yang merupakan rujukan utama yang akan dikaji oleh peneliti. Dalam kajian pustaka ini juga dapat menjadi acuan untuk membantu dan menjelaskan istilah-istilah secara jelas dan terperinci.

Bab III Metode Penelitian, pada bab ini, berisikan pendekatan dan metode penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Metode penelitian ini mencakup seperti lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data: wawancara, observasi, studi dokumentasi serta analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian, pada bab ini, berisi pembahasan dari hasil penelitian yang telah diteliti oleh peneliti. Dalam hasil penelitian berupa informasi dan data-data yang telah diperoleh sesuai dengan lapangan dalam rangka penulisan skripsi tentang pengaruh pola asuh ibu yang bekerja dan tidak bekerja dalam memberikan motivasi belajar anaknya yang bersekolah di SMAN 3 Cimahi. Dalam hasil penelitian ini penulis mendeskripsikan secara terurai agar memperoleh keterangan yang jelas. Dalam bab ini berisi mengenai seluruh jawaban-jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran, mengungkapkan tentang hasil kesimpulan yang didapat dari penelitian dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi serta pembahasannya dalam skripsi.


(16)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anak, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif menurut Satori dan Komariah (2013, hlm. 25),

Pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.

Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln (dalam Satori dan Komariah, 2013, hlm. 23),

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki, penelitian kualitatif memiliki keunikan tersendiri sehingga berbeda dengan penelitian kuantitatif.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif sebagai metode yang menggunakan latar alamiah dan fenomena yang terjadi sesuai dengan situasi sosial yang ada. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kenyataan secara benar dan data yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini difokuskan untuk menganalisa pola asuh ibu bekerja di dalam keluarga dalam memberikan motivasi belajar anaknya.

Adapun karakteristik kualitatif menurut Bogdan and Biklen (dalam Sugiyono, 2007, hlm. 9) adalah sebagai berikut:

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and research is the key instrument;


(17)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(18)

3. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products;

4. Qualitative research tend to analyze their data inductively; 5. “Meaning” is of essential to the qualitative approach.

Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut maka peneliti menggunakan metode kualitatif yang dilakukan secara intensif, peneliti ikut dalam berpartisipasi di lapangan, mencatat hasil wawancara dan observasi mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anak, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang telah ditemukan di lapangan serta membuat laporan penelitian secara mendetail.

2. Metode Penelitian

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Secara umum menurut Sugiyono (2010, hlm. 3) menyatakan, “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut Ary (dalam Idrus, 2009, hlm. 57), ‘studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang seorang individu, namun studi kasus terkadang dapat juga dipergunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil seperti keluarga, sekolah, kelompok-kelompok “geng” anak muda’.

Dalam metode studi kasus, biasanya seorang peneliti akan meneliti satu individu atau unit sosial tertentu secara lebih mendalam. Dengan begitu, peneliti berusaha untuk menemukan semua variabel penting yang terkait dengan diri subjek yang diteliti. Selain itu, peneliti juga meneliti bagaimana perkembangan diri subjek, penyebab terjadinya hal tersebut, perilaku keseharian subjek, alasan perilaku yang dilakukan dan bagaimana perilaku berubah serta penyebab terjadi perubahan perilaku tersebut.

Alasan peneliti menggunakan metode studi kasus karena sesuai dengan masalah yang ada dilapangan, dalam hal ini peneliti tidak menguji hipotesis melainkan mencari simpulan dari beberapa informasi dan data yang diperoleh mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anaknya yang bersekolah di SMAN 3 Cimahi.


(19)

Dalam penelitian ini peneliti akan lebih banyak melakukan kontak secara langsung kepada siswa di SMAN 3 Cimahi dan ibu bekerja yang anaknya bersekolah di SMAN 3 Cimahi. Dengan kontak secara langsung maka diharapkan peneliti mendapatkan data atau informasi secara nyata dari narasumber yang akan diteliti tersebut. Peneliti juga mencari informasi yang berasal dari wali kelas sebagai sumber informasi tambahan dalam mendapatkan data yang ingin diperoleh.

B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan adalah SMA Negeri 3 Cimahi yang bertempat di Jalan Pasantren No.161 Cibabat Cimahi Jawa Barat 40512 Telp. (022) 6652807. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di SMAN 3 Cimahi karena sesuai dengan hasil pra penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sekaligus melihat kondisi lapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Alasan lain memlilih lokasi tersebut karena peneliti juga sudah tidak asing dengan lokasi maupun lingkungan tempat penelitian tersebut karena peneliti pernah melakukan praktek mengajar ditempat penelitian tersebut.

2. Subjek Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang tidak menggunakan populasi atau sampel didalam penelitiannya. Dalam hal ini jumlah subjek yang diambil relatif sedikit agar memudahkan dalam mengungkapkan permasalahan dalam hal penelitian.

Subjek dalam konsep penelitian merujuk pada informan yang hendak diminati informasi atau digali datanya. Amirin (dalam Idrus, 2009, hlm. 91) mengungkapkan bahwa, ‘subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangannya’. Sedangkan Arikunto (dalam Idrus, 2009, hlm. 91) menyatakan bahwa, ‘subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan’.

Dari kedua pengertian diatas, dapat ditarik simpulan bahwa subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang


(20)

dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Penentuan subjek penelitian dilakukan berdasarkan tujuan tertentu secara snowball sampling. Sugiyono (2010, hlm. 300) menyatakan bahwa, ‘snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar’. Dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan sampelnya yaitu snowball sampling.

Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu ibu bekerja, siswa SMA Negeri 3 Cimahi dan wali kelas. Subjek penelitian tersebut dipilih karena dianggap sebagai sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih sesuai dengan tujuannya. Berdasarkan subjek penelitian yang telah peneliti tetapkan, maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini yaitu ibu bekerja, sedangkan yang menjadi informan pangkal pada penelitian ini yaitu siswa SMA Negeri 3 Cimahi dan wali kelas. Alasan peneliti dalam menetapkan informan kunci karena subjek utama yang akan diteliti adalah ibu yang bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anaknya, dan informan pangkal dari penelitian ini yaitu siswa SMA Negeri 3 Cimahi yang ibunya bekerja juga wali kelas yang bertindak sebagai pengganti orang tua ketika berada di sekolah.

C. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian pada hal ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih kepada makna.

Peneliti menggunakan desain ini karena dianggap paling cocok dengan permasalahan yang akan diteliti mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anaknya yang bersekolah di SMAN 3 Cimahi ini. Selain itu, dengan menggunakan desain penelitian ini diharapkan peneliti mendapatkan pemahaman yang berasal dari individu siswa tersebut, pemahaman dari seorang ibu dan lingkungan keluarga mereka tinggal. Karena itu dengan


(21)

desain penelitian ini akan diketahui bagaimana pola asuh antara ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anaknya yang bersekolah di SMAN 3 Cimahi.

Berdasarkan desain penelitian yang dimaksudkan tersebut maka dilakukan beberapa tahapan penelitian untuk mencapai hasil penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Berikut adalah tahapan-tahapan dari penelitian tersebut.

1. Tahapan Pra Penelitian

Pada tahap pra penelitian ini, penulis awalnya memilih dan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, kemudian menentukan judul untuk penelitian, merumuskan masalah penelitian, memilih pendekatan dalam penelitian, studi pendahuluan, mengumpulkan data, menentukan lokasi penelitian yang akan dijadikan tempat penelitian, selanjutnya membuat proposal penelitian. Adapun prosedur dalam tahapan pra penelitian yaitu sebagai berikut :

a. Prosedur Administrasi Penelitian

Setelah mendapat gambaran awal tentang permasalahan yang akan diteliti, selanjutnya peneliti melanjutkan dengan membuat prosedur perizinan guna mempermudah dalam melakukan penelitian nantinya. Tahap ini juga membantu dalam melakukan pencarian data, sehingga data yang dicari sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

1. Peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada ketua Prodi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI.

2. Setelah memperoleh surat izin dari Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI, kemudian peneliti mengajukan surat izin ke bagian akademik untuk mendapatkan izin dari pembantu Dekan 1 FPIPS UPI.

3. Setelah mendapatkan izin dari pembantu Dekan 1 FPIPS UPI, peneliti melanjutkan surat penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Cimahi.

4. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Cimahi memberikan izin untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 3 Cimahi.


(22)

b. Persiapan Penelitian

Pada tahap ini peneliti harus melakukan beberapa persiapan penelitian. Adapun beberapa persiapan untuk mengadakan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rancangan pedoman untuk wawancara yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada saat dilapangan.

2. Setelah rancangan tersebut telah dibuat, kemudian dikonsultasikan melalui bimbingan agar mengetahui kekurangan ataupun kelebihan dari pedoman wawancara tersebut.

3. Setelah pedoman wawancara telah siap, maka selanjutnya mempersiapkan perizinan penelitian yang diperlukan untuk kelancaran penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap persiapan penelitian selesai, maka langkah selanjutnya adalah peneliti mulai untuk turun langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian yang sebenarnya. Penelitian dimulai dengan mewawancarai informan yaitu siswa SMA Negeri 3 Cimahi, ibu bekerja dan wali kelas. Hal Ini dilakukan untuk mencari informasi yang dibutuhkan oleh peneliti secara mendalam dan supaya peneliti bisa lebih dekat dengan subjek penelitian dan lebih mengenal lingkungan dari subjek penelitian tersebut.

Selanjutnya peneliti mencatat semua informasi hasil wawancara dari informan tersebut kedalam catatan lapangan dengan tujuan agar semua informasi yang dibutuhkan peneliti dapat tersimpan dengan baik dan dapat digunakan sebagai hasil wawancara peneliti. Setelah data wawancara disusun dalam catatan lapangan, peneliti juga menggunakan bantuan dokumen lain untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Demikian seterusnya sampai peneliti mendapatkan jawaban yang sama dari beberapa wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti atau yang biasa disebut dengan titik jenuh. Titik jenuh diperoleh ketika semua jawaban yang diberikan oleh beberapainforman hampir memiliki kesamaan jawaban didalam proses mengumpulkan data tersebut.

Pelaksanaan wawancara ini juga bisa dilakukan dengan menjadwalkan atau menentukan waktu, tempat dan informan yang telah ditentukan. melalui cara ini,


(23)

maka suasana wawancara akan lebih baik sehingga data yang diperoleh pun akan bisa lebih valid dan jawaban yang diberikan oleh informan akan lebih memuaskan peneliti. Wawancara juga diperlukan untuk mendapatkan pandangan bagaimana para informan memandang masalah yang diangkat oleh peneliti. Data yang telah didapat oleh peneliti dari hasil wawancara tersebut kemudian dicatat kembali kedalam catatan lapangan yang telah disiapkan oleh peneliti, selanjutnya akan dianalisis dengan memperhatikan validasi data dan informasi yang diperlukan dilapangan oleh peneliti.

3. Tahap Analisis Data

Setelah penelitian selesai dilakukan maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data yang telah didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Nasution (dalam Satori dan Komariah, 2013, hlm. 200) mengemukakan bahwa:

Analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode dirasakan cocok dengan sifat penelitinya. Bahan yang diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

Proses analisis data dimulai dengan mengumpulkan seluruh data dari berbagai sumber yang ada, yaitu wawancara, observasi, buku-buku panduan dan data dari internet. Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah mereduksi data-data yang kemudian akan dijadikan sebuah abstraksi. Abstraksi merupakan suatu usaha untuk membuat sebuah rangkuman dari berbagai data yang telah didapat dari hasil penelitian.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka analisis data dilakukan oleh para peneliti agar mendapatkan makna yang terkandung dalam sebuah data, sehingga interpretasinya tidak sekedar deskriptif belaka. Dengan kata lain jika peneliti tidak dapat mengadakan interpretasi dan hanya menyajikan data deskriptif saja, maka sebenarnya penelitian itu kurang bermakna dan bahkan tidak memenuhi harapan.


(24)

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu peneliti. Satori dan Komariah (2013, hlm. 61) mengemukakan bahwa,

Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan leluasa, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai instrumen kunci atau key instrument. Sebagai instrumen kunci, peneliti mesti dibekali kemampuan dalam metode penelitian kualitatif, etika penelitian dan kemampuan bidang ilmu yang ditekuni.

Selanjutnya, Lincoln and Guba (dalam Satori dan Komariah, 2013, hlm. 62) menjelaskan bahwa, ‘manusia sebagai intrumen pengumpul data memberikan keuntungan, dimana ia dapat bersikap lebih fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami

sesuatu’. Konsep human instrument dipahami sebagai alat yang dapat

mengungkapkan fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat simpulan atas temuannya.

Sedangkan pendapat dari Nasution (dalam Satori dan Komariah, 2013, hlm. 62) menegaskan bahwa,

Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Sebagai “key instrumen” peneliti membuat sendiri seperangkat alat observasi, pedoman wawancara, dan pedoman penilaian dokumentasi yang digunakan sebagai panduan umum dalam proses pencatatan.

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan


(25)

akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Dalam hal ini Satori dan Komariah (2013, hlm. 67) menjelaskan kekuatan peneliti sebagai instrumen penelitian meliputi empat hal, yaitu:

1. Kekuatan akan pemahaman metodologi kualitatif dan wawasan bidang profesinya;

2. Kekuatan dari sisi personal;

3. Kekuatan dari sisi kemampuan hubungan sosial (human relation); 4. Kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi.

Kapasitas personal pada manusia sebagai alat (human instrument) karena ia secara alamiah dan adaptif dapat berhubungan dengan responden dan hubungan baik ini sangat tergantung pada cara ia bersikap dan berperilaku dengan menjunjung nilai-nilai etis dalam memperlakukan informan dan lingkungannya. Mengembangkan pola hubungan yang bertujuan untuk mengungkap informasi berbeda dengan hubungan biasa, karena di dalamnya berisi maksud peneliti untuk mampu memahami, menggapai, dan menilai makna dan berbagai bentuk interaksi di lapangan.

Pada penelitian ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci yang selanjutnya instrumen lain adalah sebagai penunjang. Peneliti berusaha mencari informasi dari subjek sebagai orang yang akan dijadikan informan. Peneliti akan melakukan beberapa proses mulai dari mewawancarai siswa SMA Negeri 3 Cimahi guna memberikan data yang dibutuhkan oleh peneliti, selanjutnya mewawancarai ibu bekerja sebagai informan kunci pada penelitian ini dan tambahan data atau informasi yang didapat dari wali kelas yang menjadi informan pangkal pada penelitian ini. Setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap maka peneliti akan lebih mudah untuk mengetahui cara seorang ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anaknya.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data


(26)

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai latar, berbagai sumber, dan berbagai cara. Latar pengumpulan data penelitian ini adalah SMA Negeri 3 Cimahi. Sedangkan subjek yang akan diteliti adalah siswa SMA Negeri 3 Cimahi, ibu bekerja da wali kelas.

Dalam hal ini peneliti akan melihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi atau gabungan ketiganya. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam dan dokumentasi. Berikut teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti:

1. Observasi

Menurut Syaodih (dalam Satori dan Komariah, 2013, hlm. 105) mengatakan bahwa, ‘observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung’.

Sedangkan pendapat dari Margono (dalam Satori dan Komariah, 2013, hlm. 105) mengungkapkan bahwa, ‘observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian’.

Dari beberapa pengertian diatas maka observasi penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat segala peristiwa ataupun fenomena mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anaknya. Melalui teknik observasi, teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung dan permasalahan yang sedang diteliti.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif. Menurut Sugiyono (2007, hlm. 64) menjelaskan bahwa,

Observasi partisipatif yang dimana peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan


(27)

lebih tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Observasi partisipatif ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif, dan partisipasi lengkap. Sugiyono (2007, hlm. 66) menjelaskan keempat observasi partisipatif sebagai berikut:

a) Partisipasi pasif

Peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b) Partisipasi moderat

Dalam observasi ini terdapat kesinambungan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c) Partisipasi aktif

Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

d) Partisipasi lengkap

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlibat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan gambaran mengenai gambaran bagaimana pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi kepada anaknya. Peneliti menggunakan observasi partisipasi aktif, dimana peneliti ikut terlibat dalam beberapa aktivitas yang dilakukan oleh informan tetapi tidak sepenuhnya lengkap. Sebab dengan partisipasi aktif maka peneliti akan mengetahui bagaimana seorang ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anak pada saat berada dirumah. Dengan observasi partisipasi ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan mengetahui sejauh mana seorang ibu memberikan motivasi belajar kepada anaknya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Menurut Beg (dalam Satori dan Komariah 2013, hlm. 129) mengatakan bahwa, ‘wawancara sebagai suatu percakapan dengan suatu


(28)

tujuan, khususnya tujuan untuk mengumpulkan informasi’. Sementara itu, Sudjana (dalam Satori dan Komariah, 2013, hlm. 130) menjelaskan bahwa, ‘wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya dengan pihak yang ditanya atau penjawab’.

Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informan lebih mendalam. Dari beberapa pengertian diatas maka wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dari informan. Pada prinsipnya, wawancara merupakan usaha untuk menggali keterangan yang lebih dalam dari sebuah kajian dari sumber yang relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran dan sebagainya.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam yang artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diberikan kepada informan kunci dan informan pangkal yang menjadi sumber data peneliti. Informan kunci pada penelitian ini adalah ibu bekerja, sedangkan informan pangkal pada penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Cimahi dan wali kelas. Setelah melakukan wawancara secara mendalam maka diharapkan semua sumber data yang telah didapat melalui wawancara akan menjadi lebih lengkap dan tajam.

3. Studi Dokumentasi

Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni dan karya pikir.

Satori dan Komariah (2013, hlm. 149) mengatakan bahwa,

Mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan peneliti lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah keprcayaan dan pembuktian suatu kejadian.


(29)

Hasil observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan focus penelitian. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Dokumentasi bisa berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan dapat berupa catatan harian, biografi dan lain sebagainya. Sedangkan dokumen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk gambar bisa berupa foto ataupun studi dokumentasi dengan para informan.

Studi dokumentasi ini cukup diperlukan oleh peneliti untuk menguatkan data-data yang sudah didapat dalam wawancara dan observasi. Menurut Nasution (2003, hlm. 65) menjelaskan bahwa, ‘keuntungan dari dokumentasi antara lain bahwa bahan itu selalu ada, telah tersedia dan siap pakai’. Maka peneliti akan memperkuat data dari hasil penelitian ini dengan menggunakan dokumentasi foto-foto hasil wawancara dengan ibu bekerja, siswa SMA Negeri 3 Cimahi dan wali kelas, serta situasi pada saat ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar anaknya dirumah.

F. ANALISIS DATA

Menurut Bogdan (dalam Sugiyono 2010, hlm. 334),

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat simpulan ‘ yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Sementara itu, Spradley (dalam Satori dan Komariah, 2013, hlm. 201),

Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir. Hal itu berhubungan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan keterpaduan antar bagian. Analisis adalah untuk mencari pola.

Dari beberapa pengertian diatas analisis data adalah proses mencari dan menyusun data setelah wawancara dan observasi secara sistematis dan kemudian membuat kseimpulan yang akan diceritakan kepada orang lain. Dalam penelitian


(30)

kualitatif, data yang muncul lebih banyak berwujud kata-kata, bukan rangkaian angka. Data kualitatif dikumpulkan dalam berbagai cara yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menurus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data ada tiga cara, yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 337) menjelaskan bahwa, Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 341) menjelaskan bahwa,

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

Adapun fungsi penyajian data disamping memudahkan dan memahami apa yang terjadi, juga untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang


(31)

telah dipahami tersebut. Dan dalam penyajian data dalam penelitian kualitatif, biasanya akan berbentuk naratif.

3. Penarikan Simpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 345) adalah penarikan kesimpulan.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian maka kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi kesimpulan tersebut akan berkembang setelah peneliti melakukan penelitian dan menemukan hasil baru dari fakta-fakta yang ada dilapangan tersebut.

G. UJI KEABSAHAN DATA

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.

Sugiyono (2007, hlm. 121) mengemukakan bahwa,

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Selain itu, cara melaporkan penelitian bersifat individualistik, selalu berbeda dari orang perorang. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan fikiran sendiri. Demikian dalam pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan wawancara terkandung unsur-unsur individualistik. Proses


(32)

penelitian sendiri selalu bersifat personalistik dan tidak ada dua peneliti akan menggunakan dua cara yang persis sama. Jadi, uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas. Uji kredibilitas meliputi:

1. Perpanjangan pengamatan

Untuk mengetahui apakah suatu data penelitian itu absah atau tidak, maka peneliti memperpanjang pengamatan untuk memenuhi kriteria kredibilitas data. Sugiyono (2007, hlm. 122) menyatakan bahwa,

Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.

2. Pengamatan secara seksama

Pada tahap ini, pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh suatu gambaran yang nyata mengenai gambaran pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anaknya.

3. Triangulasi

Sugiyono (2007, hlm. 125) mengatakan bahwa,

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data. Dalam triangulasi terdapat tiga macam, triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu. Menurut Sugiyono (2007, hlm. 127) menjelaskan mengenai tiga macam triangulasi tersebut sebagai berikut:


(33)

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber pada penelitian ini berguna untuk menguji keabsahan data yang dilakukan dengan cara mengecek apakah data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber

Sumber: Diolah oleh Peneliti 2014

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa dalam triangulasi sumber ini peneliti mengecek data dari ibu bekerja yang selanjutnya data dari siswa SMA Negeri 3 Cimahi dan data yang berasal dari wali kelas agar mendapatkan keabsahan data yang berasal dari lapangan.

2) Triangulasi Teknik

Pada triangulasi teknik ini untuk menguji keabsahan data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dengan menggunakan teknik yang dipakai dalam mencari data di lapangan. Seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik

Sumber: Sugiyono (2007, hlm. 126)

Ibu Bekerja Siswa

Wali Kelas

wawancara observasi


(34)

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa triangulasi teknik ini memiliki tiga teknik yang akan digunakan dalam mengecek data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Hal ini dilakukan agar hasil dari penelitian yang telah dilakukan dianggap benar dan sinkron.

3) Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu juga bisa mempengaruhi kredibilitas data. Apabila data yang diambil pada pagi hari saat narasumber masih segar dalam melakukan wawancara di sekolah dengan siswa dan wali kelas maka semangat dan belum memikirkan banyak pelajaran disekolah maka data yang diperoleh akan lebih valid. Pada pagi hari pun ibu bekerja masih segar dalam memberikan kejelasan data. Seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.3 Triangulasi waktu

Triangulasi Waktu

Sumber: Sugiyono (2007, hlm. 126)

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa dalam triangulasi waktu ini peneliti mengecek data yang diperoleh pada saat pagi, siang dan sore hari. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian yang diperoleh tidak ada perbedaan dari yang sudah didapat.

4. Menggunakan referensi yang cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan pada kebenaran data yang telah didapat, penulis menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh dari subjek penelitian, ada pula foto-foto yang diambil pada saat melakukan wawancara serta observasi dengan tidak

Siang Sore


(35)

mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga data-data yang didapat akan memiliki keabsahan yang tepat.

5. Mengadakan member check

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Adapun tujuan lain yaitu agar informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.


(36)

(37)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

114

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, diperkuat dengan teori serta wawancara mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anak, maka penulis dapat menarik simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berikut adalah simpulan dari hasil penelitian :

1. Penerapan pola asuh yang digunakan oleh ibu bekerja kepada anaknya di SMA Negeri 3 Cimahi ini ada tiga macam pola asuh, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan pola asuh otoriter. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh yang paling dominan diterapkan oleh ibu bekerja kepada anaknya. Hal ini dilihat dari bagaimana ibu bekerja memberikan bimbingan kepada anaknya tanpa memaksa dan tanpa mengabaikan keinginan dari sang anak, pengasuhan yang dilakukan oleh ibu bekerja pada pola asuhan ini juga sangat hangat dan dilakukan dengan cara yang sangat baik, serta pemberian motivasi belajar dari ibu bekerja kepada anaknya diberikan dengan cara yang tanpa mengekang dan secara pribadi. Pada penelitian ini 6 dari 9 subyek penelitian menggunakan pola asuhan demokratis, yaitu pola asuh orang tua yang mendorong anak untuk mandiri namun masih memberikan batasan dan kendali atas tindakan-tindakan anak-anaknya. Orang tua khususnya ibu lebih mengedepankan kebebasan berpendapat antara orang tua dengan anak. Peraturan yang dibuat di dalam keluarga atas dasar keinginan bersama antara anak dengan orang tua agar sang anak merasa nyaman dan tetap di hargai di dalam keluarganya. Berdialog antara anak dengan orang tua sering dilakukan agar menemukan keseimbangan antara keinginan anak dengan orang tua. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anak hampir sepenuhnya dalam pengawasan orang tua dan jarang sekali menyalahi norma yang berlaku.


(38)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengenai cara ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anak, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa setiap ibu bekerja pada masing-masing keluarga memiliki cara tersendiri dalam memberikan motivasi belajarnya sesuai dengan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarganya. Cara ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anaknya pada pola asuh demokratis adalah yang paling dominan, biasanya ibu memberikan motivasi belajar dengan cara sering mengingatkan anak untuk belajar atau mengulang pelajaran di dalam rumah, dan biasanya apabila ibu memiliki waktu luang yang lebih di dalam rumah ataupun selepas pulang bekerja di luar rumah, maka tak jarang ibu membantu mengerjakan tugas sekolah apabila anak merasakan kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. Selain itu pemberian motivasi ini dilakukan apabila anak mendapatkan nilai yang kurang memuaskan pada hasil belajar maka anak akan bercerita kepada sang ibu dan meminta pendapat dari ibunya bagaimana caranya agar nilai yang ia terima nantinya akan memuaskan pada hasil belajar yang selanjutnya.

3. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anaknya, diantaranya ada faktor lingkungan, faktor budaya dan faktor status sosial ekonomi. Pada faktor lingkungan biasanya terjadi karena di dalam lingkungan tempat tinggal para keluarga itu hampir sebagian besar menerapkan salah satu pola asuh tertentu, yang secara otomatis maka akan mempengaruhi dalam penerapan pola asuh dan pemberian motivasi belajar kepada anak. Kemudian faktor budaya adalah suatu kebiasaan yang digunakan turun-menurun oleh masyarakat sekitar dalam mengasuh dan memberikan motivasi belajar anaknya. Dalam faktor budaya sedikit banyaknya hampir sama dengan faktor keturunan yang dilakukan oleh kakek nenek dari para orang tua secara turun temurun dalam mengasuh dan memberikan motivasi belajar kepada anaknya. Yang selanjutnya ada faktor status sosial ekonomi dimana para orang tua mempunyai pandangan berbeda mengenai status sosial mereka di dalam lingkungan masyarakat sekitar.


(39)

B. SARAN

Beberapa saran penelitian yang dapat dihasilkan untuk memenuhi tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagi orang tua, agar dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam mendidik anaknya, mengasuh anaknya sesuai dengan karakter dan kebutuhan dari anaknya, serta dapat memberikan motivasi belajar kepada anaknya sesuai dengan pola asuh yang digunakan. 2. Bagi pihak sekolah, dapat membantu para siswa dalam memberikan

motivasi dalam belajar, agar para siswa dapat meningkatkan potensi dirinya dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan cara belajarnya baik di sekolah maupun di rumah.

3. Bagi pembaca, agar bisa memberikan informasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebagai referensi terhadap khalayak lain mengenai pola asuh ibu bekerja dan pemberian motivasi belajar kepada anak agar para ibu bekerja dapat memberikan pola asuh yang sesuai dengan anaknya dan pemberian motivasi yang cocok kepada anaknya.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini tidak hanya pada satu sekolah saja, disarankan agar dapat memperluas wilayah penelitiannya sehingga bisa membandingkan antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih luas mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anak. Selain itu, kepada peneliti selanjutnya agar lebih memfokuskan penelitian kepada Etnik dari keluarga yang bersangkutan. 5. Bagi Program Pendidikan Sosiologi agar para mahasiswa pendidikan

sosiologi lebih memperdalam mata kuliah Sosiologi Keluarga, terlebih khusus mengenai pola asuh keluarga, agar apabila ingin meneliti mengenai pola asuh keluarga dapat lebih memahaminya.


(1)

55

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa triangulasi teknik ini memiliki tiga teknik yang akan digunakan dalam mengecek data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Hal ini dilakukan agar hasil dari penelitian yang telah dilakukan dianggap benar dan sinkron.

3) Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu juga bisa mempengaruhi kredibilitas data. Apabila data yang diambil pada pagi hari saat narasumber masih segar dalam melakukan wawancara di sekolah dengan siswa dan wali kelas maka semangat dan belum memikirkan banyak pelajaran disekolah maka data yang diperoleh akan lebih valid. Pada pagi hari pun ibu bekerja masih segar dalam memberikan kejelasan data. Seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.3 Triangulasi waktu

Triangulasi Waktu

Sumber: Sugiyono (2007, hlm. 126)

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa dalam triangulasi waktu ini peneliti mengecek data yang diperoleh pada saat pagi, siang dan sore hari. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian yang diperoleh tidak ada perbedaan dari yang sudah didapat.

4. Menggunakan referensi yang cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan pada kebenaran data yang telah didapat, penulis menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh dari subjek penelitian, ada pula foto-foto yang diambil pada saat melakukan wawancara serta observasi dengan tidak

Siang Sore


(2)

56

mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga data-data yang didapat akan memiliki keabsahan yang tepat.

5. Mengadakan member check

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Adapun tujuan lain yaitu agar informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.


(3)

(4)

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

114 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, diperkuat dengan teori serta wawancara mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anak, maka penulis dapat menarik simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berikut adalah simpulan dari hasil penelitian :

1. Penerapan pola asuh yang digunakan oleh ibu bekerja kepada anaknya di SMA Negeri 3 Cimahi ini ada tiga macam pola asuh, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan pola asuh otoriter. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh yang paling dominan diterapkan oleh ibu bekerja kepada anaknya. Hal ini dilihat dari bagaimana ibu bekerja memberikan bimbingan kepada anaknya tanpa memaksa dan tanpa mengabaikan keinginan dari sang anak, pengasuhan yang dilakukan oleh ibu bekerja pada pola asuhan ini juga sangat hangat dan dilakukan dengan cara yang sangat baik, serta pemberian motivasi belajar dari ibu bekerja kepada anaknya diberikan dengan cara yang tanpa mengekang dan secara pribadi. Pada penelitian ini 6 dari 9 subyek penelitian menggunakan pola asuhan demokratis, yaitu pola asuh orang tua yang mendorong anak untuk mandiri namun masih memberikan batasan dan kendali atas tindakan-tindakan anak-anaknya. Orang tua khususnya ibu lebih mengedepankan kebebasan berpendapat antara orang tua dengan anak. Peraturan yang dibuat di dalam keluarga atas dasar keinginan bersama antara anak dengan orang tua agar sang anak merasa nyaman dan tetap di hargai di dalam keluarganya. Berdialog antara anak dengan orang tua sering dilakukan agar menemukan keseimbangan antara keinginan anak dengan orang tua. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anak hampir sepenuhnya dalam pengawasan orang tua dan jarang sekali menyalahi norma yang berlaku.


(5)

115

Ayudha Puspita, 2015

POLA ASUH IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengenai cara ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anak, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa setiap ibu bekerja pada masing-masing keluarga memiliki cara tersendiri dalam memberikan motivasi belajarnya sesuai dengan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarganya. Cara ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anaknya pada pola asuh demokratis adalah yang paling dominan, biasanya ibu memberikan motivasi belajar dengan cara sering mengingatkan anak untuk belajar atau mengulang pelajaran di dalam rumah, dan biasanya apabila ibu memiliki waktu luang yang lebih di dalam rumah ataupun selepas pulang bekerja di luar rumah, maka tak jarang ibu membantu mengerjakan tugas sekolah apabila anak merasakan kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. Selain itu pemberian motivasi ini dilakukan apabila anak mendapatkan nilai yang kurang memuaskan pada hasil belajar maka anak akan bercerita kepada sang ibu dan meminta pendapat dari ibunya bagaimana caranya agar nilai yang ia terima nantinya akan memuaskan pada hasil belajar yang selanjutnya.

3. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anaknya, diantaranya ada faktor lingkungan, faktor budaya dan faktor status sosial ekonomi. Pada faktor lingkungan biasanya terjadi karena di dalam lingkungan tempat tinggal para keluarga itu hampir sebagian besar menerapkan salah satu pola asuh tertentu, yang secara otomatis maka akan mempengaruhi dalam penerapan pola asuh dan pemberian motivasi belajar kepada anak. Kemudian faktor budaya adalah suatu kebiasaan yang digunakan turun-menurun oleh masyarakat sekitar dalam mengasuh dan memberikan motivasi belajar anaknya. Dalam faktor budaya sedikit banyaknya hampir sama dengan faktor keturunan yang dilakukan oleh kakek nenek dari para orang tua secara turun temurun dalam mengasuh dan memberikan motivasi belajar kepada anaknya. Yang selanjutnya ada faktor status sosial ekonomi dimana para orang tua mempunyai pandangan berbeda mengenai status sosial mereka di dalam lingkungan masyarakat sekitar.


(6)

116

B. SARAN

Beberapa saran penelitian yang dapat dihasilkan untuk memenuhi tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagi orang tua, agar dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam mendidik anaknya, mengasuh anaknya sesuai dengan karakter dan kebutuhan dari anaknya, serta dapat memberikan motivasi belajar kepada anaknya sesuai dengan pola asuh yang digunakan. 2. Bagi pihak sekolah, dapat membantu para siswa dalam memberikan

motivasi dalam belajar, agar para siswa dapat meningkatkan potensi dirinya dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan cara belajarnya baik di sekolah maupun di rumah.

3. Bagi pembaca, agar bisa memberikan informasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebagai referensi terhadap khalayak lain mengenai pola asuh ibu bekerja dan pemberian motivasi belajar kepada anak agar para ibu bekerja dapat memberikan pola asuh yang sesuai dengan anaknya dan pemberian motivasi yang cocok kepada anaknya.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini tidak hanya pada satu sekolah saja, disarankan agar dapat memperluas wilayah penelitiannya sehingga bisa membandingkan antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih luas mengenai pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi belajar kepada anak. Selain itu, kepada peneliti selanjutnya agar lebih memfokuskan penelitian kepada Etnik dari keluarga yang bersangkutan. 5. Bagi Program Pendidikan Sosiologi agar para mahasiswa pendidikan

sosiologi lebih memperdalam mata kuliah Sosiologi Keluarga, terlebih khusus mengenai pola asuh keluarga, agar apabila ingin meneliti mengenai pola asuh keluarga dapat lebih memahaminya.